Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden

PERANCANGAN ULANG TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI
HEALING GARDEN

CHIKA PUSPASARI IRIANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Ulang
Taman Rumah Sakit Sebagai Healing Garden adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Chika Puspasari Irianto
NIM A44090069

ABSTRAK
CHIKA PUSPASARI IRIANTO. Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai
Healing Garden. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.
Healing garden merupakan bentuk ruang terbuka hijau yang berperan sebagai
pelepas stres sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
karena itulah sesuai apabila diaplikasikan pada taman rumah sakit. Permasalahannya
adalah banyak rumah sakit yang tidak memaksimalkan fungsi tamannya sebagai
healing garden, seperti Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari di
Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hasil preferensi masyarakat
mengenai taman rumah sakit serta healing garden pada umumnya. Analisa preferensi
digunakan sebagai dasar utama dalam merancang ulang taman sebagai healing
garden disertai dengan studi literatur sebagai data pendukung. Hasil pengumpulan
data melalui metode observasi dan wawancara menunjukkan baik pasien maupun
tenaga medis setuju dengan adanya healing garden sebagai fasilitas pendukung.
Penelitian ini menghasilkan dua desain healing garden untuk masing-masing rumah

sakit. Keduanya sesuai kriteria, preferensi, dan kebutuhan pengguna serta sesuai
dengan kedua rumah sakit.
Kata kunci: taman rumah sakit, healing garden, preferensi taman

ABSTRACT
CHIKA PUSPASARI IRIANTO. Hospital Garden’s Redesign as a Healing Garden.
Supervised by INDUNG SITTI FATIMAH.
Healing garden is one type of green open spaces that has significant roles in
relieving stress in the hope to accelerate patient’s healing process. Thus healing
garden will be suitable to be applied in hospital’s garden. The problem is many
hospitals don’t provide healing garden as their facility despite having a potential
garden, like Darmo Hospital and Jemursari Islamic Hospital in Surabaya. The
objectives of this research are analyzing people preferences about hospital garden
regarding healing garden in general and using the preferences as a primary
foundation and literature studies as supporting data to redesign each of the hospital’s
garden. The result of the collected data through observation and interview method
show that not only patients but also medical personnel agreed to add a healing garden
as a support facility in their hospitals. This research resulted two healing garden
designs for each hospitals. Both designs fulfill all the criteria, users’ preferences and
needs, and also match with the characteristics of both hospitals.

Keywords: hospital garden, healing garden, garden preferences

PERANCANGAN ULANG TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI
HEALING GARDEN

CHIKA PUSPASARI IRIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden

Nama
: Chika Puspasari Irianto
NIM
: A44090069

Disetujui oleh

Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal Disetujui:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Tema yang

dipilih sebagai judul skripsi ini adalah healing garden pada taman rumah sakit
dengan judul Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah,
MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan. Penulis
juga mengungkap banyak rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu
proses penyelesaian skripsi ini, khususnya Ibu Alis dan Dr Arimbi dari Rumah Sakit
Darmo serta Ibu Yuli serta seluruh pihak departemen pendidikan dan latihan Rumah
Sakit Islam Jemursari. Selanjutnya untuk Ayah, Ibu, adik-adik dan keluarga, serta
teman-teman yang tidak pernah berhenti memberi doa, dukungan, dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah
informasi mengenai desain taman khususnya healing garden. Semoga penelitian ini
dapat menjadi bahan pertimbangan pihak rumah sakit khususnya dalam
memaksimalkan penggunaan ruang terbuka hijaunya.

Bogor, Agustus 2015
Chika Puspasari Irianto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Batasan Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia


3

Healing Garden

5

Perancangan Taman Rumah Sakit

8

METODOLOGI

9

Lokasi dan Waktu Penelitian

9

Alat dan Bahan


9

Metode dan Tahapan Penelitian

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Kondisi Umum Rumah Sakit

12

Profil dan Fasilitas Rumah Sakit

12

Lokasi dan Batas Tapak


14

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

18

Iklim Makro dan Mikro

19

Topografi dan Drainase

20

Vegetasi dan Satwa

21

Data Visual Tapak


24

Data Sosial

29

Analisis dan Sintesis

36

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

36

Iklim Makro dan Mikro

37

Topografi dan Drainase

38

Vegetasi dan Satwa

39

Visual Tapak

40

Sosial

40

Konsep

42

Konsep Dasar

42

Konsep Desain

42

Pengembangan Konsep Desain

44

Desain

48

Rumah Sakit Darmo

50

Rumah Sakit Islam Jemursari

61

SIMPULAN DAN SARAN

75

Simpulan

75

Saran

75

DAFTAR PUSTAKA

76

LAMPIRAN

78

RIWAYAT HIDUP

86

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria healing garden oleh Marcus (2007)
Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005)
Jenis dan fungsi software
Data inventarisasi
Data vegetasi RS Darmo
Data vegetasi RSI Jemursari
Rekomendasi desain healing garden
Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo
Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari

6
7
9
10
21
23
41
50
61

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Lokasi penelitian
3 Kerangka tahapan penelitian
4 Batas Rumah Sakit Darmo
5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari
6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit
7 Peta inventarisasi taman RS Darmo
8 Peta inventarisasi taman Rumah Sakit Islam Jemursari
9 Jalan setapak pada taman RS Darmo
10 Aksesibilitas taman RS Darmo
11 Aksesibilitas taman RSI Jemursari
12 Saluran air pada kedua tapak
13 Tanaman display pada taman RS Darmo
14 Peta view taman Rumah Sakit Darmo
15 View taman dari dua lantai
16 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
17 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
18 Grafik persepsi pasien terhadap healing garden secara umum
19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden
secara khusus
20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden
secara khusus
21 Grafik preferensi pasien terhadap warna, kondisi, dan elemen
22 Grafik preferensi pasien terhadap vegetasi dan atribut taman
23 Grafik opini dan pengalaman tenaga medis
24 Grafik preferensi tenaga medis terhadap healing garden
25 Grafik kebutuhan pasien mengenai taman menurut tenaga medis
26 Desain profil tangga
27 Bentukan matahari pada desain healing garden
28 Bentukan air dan penerapan pada desain healing garden
29 Konsep ruang healing garden RS Darmo
30 Konsep ruang healing garden RSI Jemursari : (a) Konsep ruang
taman a, c, d, dan e dan (b) konsep ruang taman b

2
9
10
12
13
14
15
17
18
18
19
21
22
25
26
27
28
30
31
31
32
33
34
35
35
38
43
43
44
45

31 Konsep vegetasi pada taman a, taman b, dan taman c RSI
Jemursari
32 Konsep vegetasi pada taman d dan taman e RSI Jemursari
33 Site plan healing garden Rumah Sakit Darmo
34 Peta view healing garden Rumah Sakit Darmo
35 Potongan healing garden Rumah Sakit Darmo
36 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo
37 Detail gazebo healing garden Rumah Sakit Darmo
38 Detail arbor healing garden Rumah Sakit Darmo
39 Detail kursi (ruang privat bagian timur) healing garden Rumah
Sakit Darmo
40 Site plan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
41 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
1)
42 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
2)
43 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
1)
44 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
2)
45 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 1)
46 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 2)
47 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 3)
48 Detail meja dan kursi ruang privat healing garden Rumah Sakit
Islam Jemursari
49 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 1)
50 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 2)

47
47
52
53
54
55
56
57
58
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pasien
2 Kuesioner tenaga medis

78
83

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah menjadi kebutuhan masyarakat khususnya di
perkotaan karena RTH memberikan banyak fungsi ekologis serta sosial. Salah satu
fungsi lain yang diberikan namun sering terabaikan adalah peningkatan kesehatan
pengguna yang berada pada masa penyembuhan. Sejak abad ke 17 rumah sakit terutama
di banyak negara belahan bumi barat didesain dengan RTH serta dekat dengan alam,
karena sinar matahari, udara yang bersih serta suasana alam yang hijau berperan penting
dalam proses penyembuhan. Walaupun desain yang dekat dengan alam ini sempat
menghilang pada tahun 1950 hingga 1990an, kini para pelaku bidang kesehatan mulai
sadar kembali akan pentingnya interaksi dengan alam dalam meningkatkan kesehatan
pasien (Marcus, 2007).
RTH pada rumah sakit berperan penting dalam interaksi antara pasien dan alam,
karena rumah sakit terutama pada perkotaaan dikelilingi oleh lingkungan kota yang
identik dengan polusi dan penyakit. Ruang terbuka pada rumah sakit berpotensi menjadi
healing garden yang bermanfaat dalam proses pengobatan pasien.
Healing garden sendiri secara umum merupakan suatu ruang yang dapat
melepaskan stres penggunanya serta dapat menenangkan, mendamaikan, dan
mengembalikan kondisi mental dan emosional pengguna. Healing dalam bahasa Inggris
dapat berarti menyembuhkan, membuat sesuatu menjadi sehat, namun healing garden
bukanlah ruang terbuka yang dapat mengobati luka fisik seseorang secara langsung
(Vapaa, 2002). Healing garden diharapkan dapat menyembuhkan keadaan psikis pasien
untuk kemudian mempercepat proses pengobatan pasien terkait. Menurut Marcus dan
Barnes (1999) healing garden merupakan suatu kategori taman yang spesifik berada di
pusat kesehatan seperti rumah sakit, baik yang berada di dalam maupun luar ruangan
dan memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administratif rumah
sakit beserta desainernya.
Keberadaan sebuah healing garden pada rumah sakit juga memberikan
keuntungan karena pengguna, terutama pasien, merasa bahwa ruang terbuka hijau pada
rumah sakit tidaklah sekedar ruang terbuka hijau biasa namun sebuah lingkungan yang
didesain sedemikian rupa untuk memberi manfaat penyembuhan pada penggunanya.
Hal ini menunjukkan kepedulian penuh terhadap pasien melalui hal yang selama ini
kurang diperhatikan atau dianggap tidak berhubungan dengan pengobatan pasien
(Marcus dan Barnes, 1999).
Healing garden sangat baik diterapkan pada ruang terbuka pada rumah sakit,
namun di Indonesia sendiri masih belum banyak rumah sakit yang menyediakan healing
garden sebagai fasilitasnya (Kania, 2010). Tidak adanya fasilitas healing garden pada
rumah sakit menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama
masyarakat di bidang kesehatan, akan pentingnya healing garden ini. Ruang terbuka
hijau pada rumah sakit sebatas sebagai taman tanpa desain khusus yang ditujukan dalam
membantu mempercepat proses pengobatan pasien, seperti rumah sakit di Kota
Surabaya. Beberapa rumah sakit telah mengangkat tema hijau sebagai konsep dan
mengelola taman rumah sakit dengan baik. Penerapan healing garden dapat mendukung
konsep yang telah diangkat.

2
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat,
baik di bidang kesehatan maupun arsitektur lanskap, akan healing garden. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menghasilkan rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
preferensi pasien dan calon pengguna healing garden di rumah sakit.

Perumusan Masalah
Pembuatan rancangan healing garden ini merupakan solusi yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna, khususnya pasien pada rumah sakit, sesuai
dengan preferensi pengguna. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1:
Kebutuhan ruang terbuka hijau
masyarakat perkotaan
Ruang terbuka hijau pada fasilitas
sosial seperti rumah sakit
Ruang terbuka hijau bagi pasien dalam
proses pengobatan
Healing garden
Aplikasi healing garden pada rumah
sakit
Kriteria healing garden
menurut Marcus (2007):
 aksesibilitas,
 penciptaan suasana,
 aktivitas yang dapat
dilakukan,
 pengguna, dan
 interaksi dengan
alam.

Kriteria healing garden
menurut Stigsdotter
(2005):

aksesibilitas,

fleksibilitas,

kekuatan
emosional user,

keamanan, dan

karakteristik dasar

Kriteria healing garden yang
dikembangkan
Preferensi
pengguna dan
ahli kesehatan

Kebutuhan medis
pasien dan
pengguna lain
Rancangan
healing garden

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. menganalisa persepsi masyarakat medis terhadap keberadaan taman rumah
sakit dan healing garden,
2. menganalisa hasil preferensi dan kebutuhan pasien sebagai pedoman dalam
perancangan healing garden, dan
3. merancang suatu healing garden yang ditujukan untuk pasien rumah sakit
serta pengguna umum lainnya.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. menjadi rekomendasi bagi pihak rumah sakit dalam membuat suatu healing
garden di dalam area rumah sakit terkait,
2. menjadi bahan kajian ilmiah dalam perancangan taman sebagai healing garden,
dan
3. menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai kebutuhan dan
preferensi pasien dan masyarakat terhadap healing garden.

Batasan Penelitian
Penelitian healing garden ini dibatasi oleh tapak taman dua rumah sakit yang
berada di Kota Surabaya. Masyarakat yang menjadi sumber preferensi dan persepsi
merupakan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu dokter dan perawat rumah sakit,
termasuk pasien penderita penyakit fisik yang berada pada masa pengobatan. Hasil dari
penelitian dibatasi hingga produk akhir desain berupa site plan, gambar potongan,
gambar detail dan ilustrasi perspektif.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia
Selama beberapa abad silam, alam beserta sinar matahari serta udara yang sejuk
telah menjadi komponen penting dalam proses penyembuhan karena menjadi bagian
dari sarana penyembuhan itu sendiri. Mulai dari sarana penyembuhan gereja di era
medieval hingga rumah sakit skala kota pada abad 17 dan 18. Desain yang dekat dengan
alam ini sempat menghilang pada tahun 1950 hingga 1990an di negara-negara barat.
Gedung rumah sakit dibangun menyerupai gedung institusional perkantoran sehingga
pendingin udara menggantikan udara alami, ruang terbuka menyempit untuk area parkir
kendaraan dan interior didesain seefisien mungkin sehingga tidak jarang menimbulkan
kondisi tertekan tidak hanya bagi pasien namun juga pengunjung dan tenaga medis.
Awal tahun 1990 pelaku bidang keehatan mulai sadar kembali akan pentingnya

4
interaksi pasien dengan alam sehingga alam kembali menjadi pertimbangan dalam
penataan fasilitas kesehatan (Marcus, 2007).
Cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa alam memberikan pengaruh
positif bagi masyarakat dalam fasilitas kesehatan, baik itu pasien, staf, maupun
pengunjung lainnya. Penelitian oleh Marcus dan Barnes dalam Marcus (2007)
menunjukkan bahwa pengguna taman di empat rumah sakit memberikan respon positif
setelah menghabiskan beberapa waktu di taman. Respon ini antara lain menjadi lebih
tenang, kuat, dapat berpikir dengan jernih, serta merasakan suatu hubungan spiritual
dalam taman.
Velarde, Fry, dan Tveit (2007) memberikan rangkuman atas 31 penelitian
mengenai pemandangan lanskap terhadap pengaruh kesehatan. Beberapa penelitian
menggunakan metode dengan pengukuran kuantitatif seperti tekanan darah, detak
jantung, aktivitas otak menggunakan elektroensefalogram serta penggunaan obat
penahan rasa sakit. Hasilnya menunjukkan konsistensi dimana responden dari setiap
penelitian yang memberikan hasil baik merupakan responden yang memiliki akses
untuk memandang lanskap alami.
Penelitian yang telah dilakukan menjawab pertanyaan mengenai hubungan antara
alam dengan kesehatan manusia namun tidak menjawab mengapa alam dapat
memberikan efek-efek tersebut. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkap
mengapa alam dapat mempengaruhi manusia namun terdapat beberapa teori yang
berusaha menjawab pertanyaan ini. Lima teori pertama dari Stigsdotter dan Grahn
(2002) didapat dari penelitian pada tiga institusi pendidikan: The Healing Garden
School, The Horticultural Therapy School, dan The Cognitive School.
Teori pertama berkaitan dengan sistem limbik otak manusia yang merupakan
tempat terletaknya pusat emosi manusia, dimana emosi ini dipengaruhi oleh efek
penyembuhan yang diberikan oleh lingkungan sekitar dan alam. Teori ini memandang
manusia sebagai makhluk biologis yang cocok memiliki kehidupan dekat dengan alam.
Lingkungan alam yang sifatnya natural membuat manusia secara tidak sadar
mempercayakan aksi dan reaksinya kepada refleks spontan. Sebuah pemandangan
danau yang terbingkai dengan indah akan merangsang manusia secara refleks menjadi
tenang dan rileks. Suasana alam lain juga membuat seseorang yang berada dalam
tekanan secara tidak sadar akan menjadi rileks kembali.
Teori kedua berhubungan dengan kemampuan penyembuhan yang dipengaruhi
oleh hijaunya alam pada fungsi kognitif manusia. Teori ini dilandaskan pada dua tipe
atensi manusia yaitu atensi spontan dan atensi tak spontan. Atensi tak spontan
merupakan suatu bentuk konsentrasi yang sengaja dilakukan dan terarah, memiliki
kapasitas tertentu yang akan cepat lelah dan terkuras dalam waktu yang singkat.
Penggunaannya pada kegiatan sehari-hari seperti mengerjakan tugas sehari-hari atau
saat berkendara. Hal ini juga membutuhkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan
membutuhkan lebih banyak perhatian karena pikiran akan memilah pada apa yang harus
dilakukan dan apa yang dikesampingkan.
Berkebalikan dengan atensi tak spontan, atensi spontan tidak memiliki kapasitas
tertentu dan pada dasarnya tak terbatas. Pemandangan alam atau hal natural sederhana
seperti bebatuan atau suara yang ditimbulkan gesekan dedaunan menimbulkan
ketertarikan dan rasa kagum yang diciptakan oleh atensi spontan. Hal-hal natural dan
sederhana seperti ini tidak membutuhkan kesadaran yang tinggi dan otak tidak perlu
memilah kembali apa yang harus dilakukan atau dikesampingkan sehingga tidak akan
menimbulkan kelelahan.

5
Teori selanjutnya menyatakan bahwa lingkungan alami seperti vegetasi dan
bebatuan tidak memberi tuntutan yang besar bagi manusia. Teori ini dapat dijelaskan
dengan beberapa perbandingan. Tuntutan yang diberikan oleh keluarga dan kerabat
dekat akan lebih besar dan membebani seseorang dibandingkan dengan tuntutan oleh
orang asing. Hewan akan menuntut lebih sedikit daripada manusia karena sifatnya yang
apa adanya karena mereka tidak dapat menyatakan kebohongan atau membebani
manusia dengan rasa bersalah. Alam, seperti tanaman, bebatuan, dan air akan menuntut
lebih sedikit lagi karena mereka tidak dapat menunjukkan rasa tidak suka dan hanya
berada di tempatnya sepanjang waktu (Searles, 1960; Ottosson 2001).
Dua teori selanjutnya menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan di dalam
taman merupakan hal yang mempengaruhi kesehatan pengunjungnya. Aktivitas yang
dapat dilakukan pada taman, beserta dengan segala atribut taman seperti bentukannya,
aroma dan warna yang diciptakan, dan lainnya akan memberikan seseorang pandangan
yang positif terhadap dirinya sendiri dan seseorang akan merasa lebih berharga.
Manusia sendiri pada dasarnya merupakan makhluk yang aktif sehingga aktivitas itu
sendiri sudah menyehatkan.
Semua teori yang telah dijelaskan memiliki kesimpulan yang sama dimana
manusia secara alamiah dirancang untuk dekat dengan alam dan membutuhkan nuansa
natural untuk memberikan ketenangan dan kedamaian. Selaras dengan teori manusia
sebagai makhluk biophilia yang dikemukakan oleh Edward O. Wilson. Wilson dalam
Vapaa (2002) menjelaskan bahwa manusia secara alamiah tertarik pada makhluk hidup
lainnya yaitu hewan dan tumbuhan. Dibandingkan tembok beton yang berwarna abuabu, manusia lebih menyukai tanaman yang berwarna hijau atau air yang berwarna biru.
Sebagai contoh, masyarakat yang setiap hari melakukan kegiatan rutin bekerja di kantor
akan cenderung memilih pantai atau pegunungan sebagai tujuan liburan.
Teori ini menyatakan bahwa manusia membutuhkan atau menginginkan kontak
dengan alam yang natural hingga sampai pada tingkat dimana manusia memberi nilai
lebih terhadap alam dan juga dirinya sendiri. Vapaa (2002) menyatakan bahwa beberapa
peneliti menganggap teori biophilia ini merupakan salah satu landasan dasar yang
mendukung adanya efek penyembuhan yang diberikan alam oleh manusia.

Healing Garden
Barnes dan Marcus dalan Vapaa (2002) menyatakan bahwa taman di area rumah
sakit yang dapat memberikan efek penyembuhan terhadap manusia. Efek penyembuhan
yang dimaksud adalah meringankan stres bagi user, serta menyediakan ketenangan,
keteduhan serta meremajakan kembali kondisi mental seseorang. Penyembuhan ini juga
tidak berarti menyembuhkan penyakit atau luka fisik yang diderita seseorang. Sebuah
taman yang memberikan efek penyembuhan ini disebut sebuah healing garden. Healing
garden ini merupakan sebuah kategori taman, baik indoor maupun outdoor, yang
memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administrasi rumah sakit
dan desainernya.
Menurut penelitian yang dilakukan Kaplans dan Ulrich dalam Severtsen (2006)
semua bentuk taman dapat dikatakan sebagai healing garden karena pada dasarnya
taman atau ruang terbuka hijau secara umum dapat memberikan efek positif terhadap
pasien. Beberapa fakta ditemukan dalam penelitian antara lain pasien yang dapat
memandang suasana alam dari ruangannya memiliki waktu rawat inap lebih cepat

6
selama paskaoperasi, membutuhkan lebih sedikit obat-obatan, serta staf kesehatan yang
menangani pasien akan memberikan lebih sedikit komentar negatif mengenai pasien.
Stigsdotter (2002) menyatakan bahwa sebuah taman, di rumah sakit khususnya,
mungkin tidak selalu memberikan dampak positif dan sebaliknya, dapat memicu sifat
negatif bagi user. Dibutuhkan pemahaman yang tepat bagi seorang desainer healing
garden untuk memahami siapa yang akan menjadi sasaran sebuah healing garden.
Vapaa (2002) menyatakan bahwa keterlibatan calon user dalam menentukan hasil akhir
dari rancangan nantinya merupakan hal yang penting dalam proses merancang sebuah
healing garden.
Beberapa panduan dalam pembuatan healing garden diajukan oleh beberapa ahli
sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Panduan ini ditujukan untuk
membantu perancang dalam menentukan rancangan agar apa yang dihasilkan sesuai dan
dapat dikategorikan sebagai sebuah healing garden. Salah satu panduan desain
mengenai healing garden telah dibuat pada tahun 1999 oleh Ulrich, Marcus, dan Barnes
namun dikembangkan kembali sebuah panduan atau kriteria oleh Marcus (2007)
terhadap healing garden (Tabel 1).
Tabel 1 Kriteria healing garden oleh Marcus (2007)
No.
Kriteria
1.
Mendorong pergerakan dan kegiatan pelatihan
2.
Memberikan kesempatan untuk menentukan pilihan, mencari privasi, dan
memegang control
3.
Memiliki ruang untuk bersosial
4.
Mendorong interaksi dengan alam
5.
Visitabilitas
6.
Aksesibilitas
7.
Menciptakan lingkungan yang familiar
8.
Tenang
9.
Nyaman
10.
Memiliki artwork yang positif
Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 1 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan
kriteria dengan sifat yang sama yaitu:
1. aksesibilitas, taman diharuskan memiliki akses untuk pengguna dari semua
kalangan usia dan kemampuan. Akses masuk maupun dalam taman sebaiknya
berukuran cukup lebar. Ruang penjaga dan perawat juga memiliki akses visual
terhadap keadaan taman terutama area taman untuk anak-anak dan pasien yang
lemah.
2. penciptaan suasana, taman yang memberikan efek terapeutis sebaiknya tenang,
berkebalikan dengan ruang terbuka untuk publik. Suasana yang memberikan
ketenangan seperti suara burung, air mancur, maupun suara dari lonceng
dibutuhkan oleh pasien. Suasana nyaman dan aman juga dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan pasien masing-masing. Perlu dihindari situasi yang menyebabkan
pasien menjadi seperti objek yang diperhatikan oleh sekeliling mereka sehingga
dibutuhkan suasana privat. Kondisi yang familiar terhadap keadaan tempat tinggal
pasien juga dibutuhkan dan dapat diwujudkan dengan pemilihan vegetasi serta
furnitur yang sesuai,

7
aktivitas yang dapat dilakukan, healing garden mendorong penggunanya untuk
melakukan aktivitas olah raga ringan seperti berjalan-jalan sehingga dibutuhkan
jalur yang beragam. Selain itu pengguna juga memiliki pilihan apakah mereka
ingin menyendiri atau beraktivitas dengan orang lain.
4. pengguna, pengguna taman tidak dibatasi untuk pasien saja, namun juga untuk staf
rumah sakit yang juga ingin melepas stres akibat kepenatan pekerjaan. Pasien
yang menggunakan taman diberikan kesempatan kontrol terhadap taman tersebut,
seperti mengubah tempat duduk, dan
5. interaksi dengan alam, healing garden menyediakan berbagai jenis vegetasi
dengan berbagai tekstur, bentuk, dan warna. Pemasangan label pada vegetasi
dapat dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung. Pasien di dalamnya dapat
memandang langit dengan bebas atau memandang refleksi langit pada kolam,
selain itu pasien memiliki berbagai pilihan untuk memandang pada jarak pandang
yang luas dan terbuka serta tertutup.
Stigsdotter (2005) telah melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan
beberapa rekomendasi desain yang dapat digunakan dalam membentuk kriteria sebuah
healing garden terutama untuk pasien yang cenderung mudah lelah serta stress akibat
penyakit yang diderita seperti yang terlihat pada Tabel 2:
3.

Tabel 2
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005)
Kriteria
Memiliki tujuan khusus
Memiliki ruang untuk aktivitas pemulihan
Fleksibel
Memperhatikan kekuatan emosional pengunjung
Aksesibilitas
Keamanan
Hubungan dengan karakteristik geografis dan historis lokasi
Karakteristik dasar

Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 2 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan
kriteria dengan sifat yang sama yaitu:
1. aksesibilitas, desain healing garden dibuat untuk dapat diakses oleh pasien dengan
segala kekurangannya. Penentuan material jalan perlu diperhatikan karena
berdampak pada perhatian pasien terhadap tubuhnya,
2. fleksibilitas, sebuah healing garden sebaiknya dapat terus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pasien atau bersifat fleksibel. Walaupun desain yang dibuat
telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat ini, healing garden tidak menutup
kemungkinan dikembangkan kembali untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah
di masa datang,
3. kekuatan emosional pengunjung, respon yang diberikan pasien terhadap taman
akan tergantung pada kekuatan emosional pasien tersebut. Sebuah healing garden
didesain untuk memberikan fasilitas sesuai dengan berbagai keadaan mental
pasien. Beberapa pasien dalam keadaan emosional yang buruk membutuhkan
privasi untuk menyendiri dan pasien dengan emosi yang lebih baik dan stabil lebih
memilih untuk berinteraksi dengan pengunjung lain pada taman,
4. keamanan, pengguna taman diharuskan memilki rasa aman dalam melakukan
berbagai aktivitas di dalam healing garden, dan

8
karakteristik dasar, terdapat beberapa karakteristik dasar pada healing garden
yaitu: memberikan posibilitas pengguna untuk melakukan kegiatan olah raga ringan,
menenangkan, kaya akan spesies vegetasi, natural, dan mencerminkan kebudayaan lokal.

Perancangan Taman Rumah Sakit
Perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa
tahapan serta megacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus
dapat memecahkan suatu masalah dengan konsep yang baik dan hasilnya merupakan
proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Desain juga berfungsi untuk
mengambil keputusan yang mengacu pada kepentingan di waktu yang akan datang,
serta menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat
dinamis, kontinyu, dan fleksibel (VanDyke, 1990).
Simonds (1998), menyatakan perancangan dari suatu lanskap berarti suatu
perubahan fungsi dari pemikiran 2 dimensi menjadi pemikiran 3 dimensi. Dikatakan
lebih lanjut bahwa dengan kata lain, perancangan merupakan suatu perubahan dari use
area menjadi use volume. Dalam proses perancangan dihasilkan sebuah proses kreatif
yang menyatukan berbagai aspek seperti aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi
serta efek psikologis dan fisik yang dihasilkan dari bentuk, warna, bentuk, dan ruang.
Suatu tapak atau lanskap dapat dirancang apabila belum ada pengaturan fungsi
elemen lanskap didalamnya, atau dapat juga dirancang ulang jika didalamnya sudah
terdapat elemen lanskap tetapi kondisi lingkungan sekitar sudah tidak sesuai lagi dengan
pengaturan elemen lanskapnya (Permatasari, 2009).
Seperti yang telah dicantumkan dalam Undang Undang No 44 tahun 2009 pasal
10 bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan dengan memberikan paling sedikit satu ruang dari 21 ruang yang disebutkan
termasuk didalamnya adalah sebuah taman. Taman menjadi bagian wajib untuk sebuah
rumah sakit walaupun hanya sebatas ruang terbuka hijau saja. Adanya taman pada
rumah sakit dan dengan perancangan taman rumah sakit sebagai healing garden akan
memberikan dampak positif dibidang kesehatan bagi setiap pengguna rumah sakit, baik
pengunjung, staf, tenaga medis, dan pasien khususnya yang berhadapan dengan situasi
yang membuat jenuh dan stres. Hal ini membuat taman sebagai salah satu sarana
pendukung yang tepat berada pada rumah sakit dan tidak hanya berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau saja (Marcus, 2007).
Marcus (2007) juga menyatakan bahwa taman pada rumah sakit akan lenih baik
apabila ditempatkan di dekat ruang pasien, ruang tunggu, dan pintu masuk rumah sakit.
Penempatan ruang juga perlu bagi orang yang menginginkan privasi, menyediakan
furnitur taman yang dapat dipindahkan, serta beberapa area dengan meja dan kursi
sehingga keluarga dan staf rumah sakit dapat makan bersama di tempat tersebut.
Proses perancangan taman sebagai healing garden pada rumah sakit perlu
diperhatikan karena user utama dari healing garden merupakan pasien yang berada di
rumah sakit dan tujuan utamanya adalah mengurangi tingkat stres yang diderita oleh
pasien terkait. Pemahaman mengenai pasien terkait memegang peranan penting dalam
penentuan desain healing garden nantinya. Sebuah healing garden harus mampu
menjadi sarana yang menjawab keinginan dan kebutuhan pasien, dapat bersifat
komunikatif dan memberikan dukungan positif bagi pasien yang berkunjung ke
dalamnya (Stigdotter, 2002).

9

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari,
Surabaya, Jawa Timur. Tapak di RS Darmo merupakan taman utama yang memiliki
luas 2395.19 m2 dan tapak di RSI Jemursari merupakan taman di dalam area rumah
sakit dengan total luas 3003.41 m2. Gambar 2 menunjukkan lokasi penelitian.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Tahap pengambilan data dilaksanakan selama dua bulan selama Maret-Mei 2013.
Tahap pengolahan dan penyusunan, meliputi tahap analisis, sintesis, dan desain
dilaksanakan selama Juni 2013 hingga April 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama proses penelitian antara lain: meteran, kamera,
catatan, dan alat tulis untuk pengambilan dan pengumpulan data primer. Pengolahan
data menggunakan tujuh software. Fungsi setiap software dijelaskan pada Tabel 3:
Tabel 3 Jenis dan fungsi software
No.
Jenis Software
1
AutoCAD 2013
2
FotoSketcher 2.99
3
Google Earth
4
Microsoft Word 2013
5
Microsoft Excel 2013
6
Photoshop CS6
7
SketchUp 2014

Fungsi
Pengolahan data spasial
Pengolahan ilustrasi pendukung
Pencitraan foto udara
Pengolahan data deskriptif
Pengolahan data kualitatif dan kuantitatif
Pengolahan gambar 2D pendukung
Pengolahan gambar 3D pendukung

Metode dan Tahapan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian perancangan ulang taman rumah sakit
sebagai healing garden ini melalui observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka.
Observasi lapang digunakan untuk mengumpulkan data umum dan data visual tapak.
Wawancara ditujukan pada masyarakat di bidang kesehatan dan ilmu pendukung terkait

10
serta pasien untuk mendapatkan data sosial. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data pendukung lain. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian adalah
persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan desain (Gambar 3).
Pemilihan rumah sakit
Rumah sakit dengan fasilitas rawat
inap dan taman dengan
menyesuaikan:
 luas taman,
 posisi taman, dan
 fungsi taman
Perijinan rumah sakit

Persiapan

Pengumpulan data umum dan fisik
Pengumpulan data kebutuhan dan
preferensi pasien

Inventarisasi

Pengolahan kriteria healing garden
Pengolahan data inventarisasi dan
analisis
Konsep desain dan
pengembangannya

Analisis dan sintesis

Desain

Desain healing garden

Gambar 3 Kerangka tahapan penelitian
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan penelitian, melengkapi surat-surat
untuk permohonan izin, serta penetapan rumah sakit sebagai lokasi tapak penelitian.
Rumah sakit yang menjadi tapak penelitian adalah rumah sakit yang mengangkat
konsep hijau dengan ruang terbuka hijau di dalam area gedung dan telah memiliki
pengelolaan taman yang baik. Dari seluruh rumah sakit yang memenuhi kriteria
yang dibutuhkan dipilih dua rumah sakit sebagai lokasi penelitian.
2. Inventarisasi
Proses inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang terkait
dengan preferensi pengguna serta informasi mengenai healing garden yang meliputi
data umum, data fisik dan biofisik, data visual, dan data sosial. Data sosial yang
dibutuhkan dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner melalui pihak rumah sakit
sebanyak 20 untuk perawat dan tenaga ahli medis serta 20 kuesioner untuk pasien
rumah sakit. Tujuan penyebaran kuesioner adalah mengetahui keinginan, harapan,
serta kebutuhan pasien terhadap taman rumah sakit. Kuesioner ini merupakan
kuesioner gabungan terbuka dan tertutup. Jenis data yang digunakan dalam
pengumpulan preferensi pengguna selengkapnya terdapat pada Tabel 4.

11
Tabel 4 Data inventarisasi
No.
Jenis Data
1. Data umum
Profil dan fasilitas
rumah sakit
Lokasi dan batas
rumah sakit
Luas taman rumah
sakit
2. Data fisik dan biofisik
Lokasi dan batas tapak
Aksesibilitas tapak
Iklim makro dan
mikro
Topografi dan
Drainase
Vegetasi dan satwa
3. Data visual tapak
Good view
Bad view
4. Data sosial
Data umum pasien
dan calon pengguna
Persepsi dan
preferensi pasien
Kebutuhan pasien

Metode Inventarisasi
Observasi dan studi
pustaka
Observasi dan studi
pustaka
Observasi dan studi
pustaka

Analisis Kegunaan

Mengetahui keadaan
umum rumah sakit dan
tapak dengan tepat

Observasi
Observasi
Studi pustaka
Observasi dan studi
pustaka
Observasi
Observasi
Observasi
Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan studi
pustaka

Mengetahui kondisi
fisik serta biofisik yang
berada pada tapak

Mengetahui potensi
dan kendala visual
tapak

Mengetahui data umum
calon pengguna serta
kebutuhannya terhadap
taman

3. Analisis dan Sintesis
Tahap analisis meliputi pengolahan data inventarisasi. Dipilih tiga dari dua jenis
kriteria healing garden yang telah ada untuk kemudian dikembangkan. Kriteria yang
dipilih merupakan kriteria yang paling dapat dikembangkan dari segi arsitektur
lanskap namun memberikan peran signifikan, selain itu kriteria ini mudah diterima
oleh pihak rumah sakit sebagai bentuk perkenalan terhadap healing garden. Kriteria
yang dipilih yaitu penciptaan suasana oleh healing garden, ruang pendorong
aktivitas, serta aksesibilitas. Data hasil inventarisasi diolah dengan analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui kebutuhan pasien terhadap
healing garden, preferensi pengguna, serta data potensi dan kendala tapak. Tahap
pengolahan data menghasilkan sintesis untuk healing garden.
Tahap sintesis menghasilkan alternatif terbaik berupa sebuah rekomendasi desain
dengan penyesuaian aspek-aspek tersebut yang digunakan sebagai patokan dalam
pengembangan konsep.
4. Desain
Tahapan terakhir berupa desain mencakup pengembangan konsep dan pembuatan
desain. Desain disesuaikan dengan potensi tapak, kriteria healing garden serta
kebutuhan pasien. Desain dihasilkan dalam bentuk site plan, detail plan, tampak,
potongan, dan ditambah ilustrasi pendukung. Desain ini merupakan rekomendasi
yang diberikan pada kedua rumah sakit yang menyesuaikan kebutuhan pasien atau
pengguna masing-masing yang memenuhi kriteria pembentuk healing garden.

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Rumah Sakit
Profil dan Fasilitas Rumah Sakit
Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan rumah sakit
swasta yang masing-masing terletak di kawasan Surabaya tengah dan Surabaya selatan.
Kedua rumah sakit memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda. Selain itu salah
satu perbedaan yang cukup mencolok adalah desain gedung keduanya. Rumah Sakit
Darmo dikenal dengan gedungnya yang menjadi bangunan cagar budaya peninggalan
masa kolonial dan masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Rumah Sakit Islam
Jemursari memiliki ciri khas dengan dekorasi Islami pada bangunannya dan gedungnya
sendiri masih tergolong baru.
Satu hal yang menjadi persamaan kedua rumah sakit adalah konsep yang diangkat
kedua rumah sakit sebagai salah bentuk upaya publikasi. Baik RS Darmo maupun
Rumah Sakit Islam Jemursari memiliki konsep yang senada terkait dengan ruang
terbuka hijau. RS Darmo memiliki slogan the Green Hospital sedangkan RSI Jemursari
merupakan the Garden Hospital. Secara literal kedua rumah sakit sesuai dengan konsep
yang diangkat.
Rumah Sakit Darmo
Rumah Sakit (RS) Darmo pada awalnya didirikan oleh sekelompok orang
Belanda pada tanggal 9 Juni 1897 dibawah pimpinan HJ. Offerhaus dan dinamakan
Soerabajasche Zieken Verpleging (SZV). Pada tahun 1921, perkumpulan SZV ini
membeli sebidang tanah di mana bangunan RS Darmo saat ini berdiri dan dimulailah
pembangunan rumah sakit pada tanggal 15 Januari 1921. Aspek sejarah yang melekat
kuat terhadap gedung rumah sakit ini menjadikan RS Darmo sebagai cagar budaya.
RS Darmo dikelilingi oleh kawasan pemukiman, pertokoan, dan bisnis (Gambar
4). Area pertokoan membatasi bagian utara dan barat, area bisnis membatasi bagian
timur, dan bagian selatan dibatasi oleh area bisnis dan pemukiman. Rumah sakit ini
dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi dua wakil direktur, yaitu wakil
direktur medis dan wakil direktur administrasi dan keuangan. RS Darmo memiliki
berbagai fasilitas medis seperti: instalasi patologi klinik, rehabilitasi medik, serta
instalasi lain seperti rawat inap dan rawat jalan.

(Sumber gambar : earth.google.com)

Gambar 4 Batas Rumah Sakit Darmo

13
Visi RS Darmo adalah menjadi rumah sakit pilihan utama di Surabaya dengan
misinya yaitu memberikan pelayanan kesehatan bermutu tinggi dan memuaskan
pelanggan tanpa mengabaikan fungsi sosial. Tujuannya adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang
akan dicapai melalui misi dan berbagai program dan kegiatan operasional pelayanan
kesehatan paripurna. RS Darmo memiliki moto yang berbunyi salus aegroti suprema
lex est yang berarti menyelamatkan penderita adalah kewajiban utama (Anonim, 2012).
Rumah Sakit Islam Jemursari
Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari diresmikan pada tanggal 25 Mei 2002, sesuai
dengan ijin penyelenggaraan rumah sakit oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan
surat keputusan nomor 503.445/5342/0010/IP.RS/436.55/V tentang ijin rumah sakit.
Rumah sakit ini dibangun berdasarkan konsep garden hospital di atas tanah seluas 4,6
ha dengan ruang terbuka berupa taman dengan total luas sebesar 33042 m2. RSI
Jemursari berada di kota Surabaya bagian selatan dan dibatasi oleh area pendidikan di
bagian utara, area pemukiman di bagian barat dan timur, dan area bisnis di bagian
selatan (Gambar 5).

(Sumber gambar : earth.google.com)

Gambar 5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan, yaitu rumah sakit
yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis
terbatas, sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
H.03.05/I/7762/2010. RSI Jemursari dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi
unit-unit pembentuk rumah sakit dengan total sumber daya manusia berjumlah 476
orang.
RSI Jemursari memiliki fasilitas yang lengkap baik untuk melayani kebutuhan
medis maupun nonmedis pasiennya. Fasilitas yang tersedia antara lain: instalasi rawat
inap dan rawat jalan yang meliputi poliklinik umum, poliklinik KB dan KIA, serta
poliklinik spesialis dengan dua puluh spesialis berbeda. Fasilitas lainnya berupa
instalasi bedah sentral, hemodialisa, stroke center, klinik laktasi, klinik bebas merokok,
dan bina rohani. Terdapat delapan gedung yang direncanakan untuk menampung semua
fasilitas yang ada. Hingga saat ini proses pembangunan serta renovasi di beberapa
tempat masih terus dijalankan.
Visi RSI Jemursari adalah menjadi rumah sakit islam berstandar internasional.
Untuk mencapai visi tersebut, rumah sakit ini berusaha untuk terus memberikan
pelayanan jasa secara prima dan islami sesuai mutu pelayanan internasional serta
melaksanakan manajemen rumah sakit berdasarkan manajemen syariah yang juga
berstandar internasional. Selain itu, RSI Jemursari berupaya untuk terus membangun

14
sumber daya manusia yang profesional dengan integritas yang tinggi dan selalu
menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi pelayanan
islami dan berstandar internasional.
Lokasi dan Batas Tapak
Rumah Sakit Darmo
RS Darmo memiliki taman utama berbentuk persegi panjang yang berada di
tengah area utama rumah sakit. Taman ini dikelilingi oleh empat paviliun yang
merupakan kamar rawat inap pasien. Berikut batas taman RS Darmo:
utara
: ruang rehab medik dan paviliun 3,
selatan
: paviliun 1,
barat
: paviliun 2 dan paviliun 4,
timur
: paviliun 1 dan paviliun 3.
Pasien dapat menikmati taman dari beranda kamar yang berada di lorong
paviliun di sekeliling taman (Gambar 6). Pihak rumah sakit menyediakan fasilitas
seperti kursi dan meja pada setiap beranda sebagai pendukung aktivitas. Pasien atau
pengunjung dapat duduk dan bersosialisasi sambil menikmati taman dari beranda
masing-masing. Taman ini menjadi tapak penelitian karena lokasinya yang strategis dan
berpotensi sebagai welcome area, berada di dalam area rumah sakit setelah melewati
lobi utama dan area ruang informasi rumah sakit. Selain itu, bentuk yang persegi dan
ukuran taman yang cukup luas membuat taman ini berpotensi untuk dikembangkan
sebagai healing garden. Terdapat dua titik evakuasi yang berada di utara taman dan
selatan lobi utama. Gambar 6 menunjukkan peta inventarisasi dan batas taman.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Gambar 6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit
Area taman hanya berfungsi sebagai pemandangan karena akses yang diperbolehkan
di dalam taman berupa jalan setapak yang membagi taman menjadi empat bagian, jalan
ini terbentang lurus dari barat ke timur dan utara ke selatan, menghubungkan empat
paviliun di sekelilingnya. Pihak rumah sakit mengelola taman dengan baik dan berada
pada kondisi yang sehat. Peraturan yang mengharuskan pengguna untuk melakukan
aktivitas hanya pada jalan setapak yang disediakan ini memudahkan pihak pengelola
dalam pemeliharaan. Setiap hari jumat, diadakan permainan musik gamelan yang dapat
dinikmati pasien yang berada di sekitar taman. Permainan musik ini dimainkan dari
gazebo yang berada di tengah taman.

Gambar 7 Peta inventarisasi taman RS Darmo

15

16
Rumah Sakit Islam Jemursari
RSI Jemursari memiliki ruang terbuka di sekeliling gedungnya yang difungsikan
sebagai taman. RSI Jemursari terus mengembangkan taman yang ada sekarang menjadi
lebih hijau dan asri. Saat ini terdapat enam spot di dalam area rumah sakit yang
difungsikan sebagai taman. Gambar 8 menunjukkan peta inventarisasi dari taman rumah
sakit. Masing-masing taman dikelilingi oleh gedung rumah sakit. Berikut batas untuk
masing-masing taman:
1. taman a:
a. utara : gedung A (lobi utama dan beranda lantai 2) dan gedung D ( kantin dan
ruang rehabilitasi lantai 2),
b. selatan : gedung A (lobi utama),
c. barat : gedung B (ruang bedah dan ruang tunggu lantai 2),
d. timur : gedung A (lorong lobi dan beranda lantai 2),
2. taman b:
a. utara : gedung B (ruang bedah dan ruang tunggu lantai 2),
b. selatan : gedung A (kantin),
c. barat : gedung C (ruang rawat inap),
d. timur : gedung A (ruang hemodialisa dan lorong ruang pegawai lantai 2)
3. taman c:
a. utara : gedung F (dalam proses pembangunan ruang rawat inap),
b. selatan : gedung C (ruang rawat inap),
c. barat : gedung E dan taman E,
d. timur : gedung B (ruang bedah),
4. taman d:
a. utara : gedung D (ruang rawat inap),
b. selatan : gedung B (ruang pegawai),
c. barat : gedung F (dalam proses pembangunan),
d. timur : gedung D (ruang rawat inap),
5. taman e:
a. utara : gedung I dan gedung F (keduanya dalam proses pembangunan),
b. selatan : gedung E (ruang rawat inap) dan taman C,
c. barat : gedung E (ruang rawat inap),
d. timur : gedung F (dalam proses pembangunan) dan taman C
6. taman f:
a. utara : ruang genset dan jalur kendaraan,
b. selatan : gedung E (lorong),
c. barat : jalur kendaraan, dan
d. timur : taman E.
Kelima taman berpotensi untuk menjadi healing garden yang dengan aktivitas di
dalamnya maupun menjadi pemandangan dari beranda yang berada di lantai 2.
Penggunaannya sebagai pemandangan beranda sudah cukup baik namun tidak ada user
yang memasuki taman karena desain yang tidak mendukung adanya aktivitas. Taman
keenam atau taman f kurang berpotensi karena letaknya yang tidak strategis sehingga
penggunaannya sekarang lebih tepat yaitu sebagai penambah ruang terbuka hijau dan
penambah daya tarik visual saja. Bagian pemeliharaan taman berada di bawah unit
rumah tangga dengan tenaga outsourcing sebagai pemeliharanya.

17

Gambar 8 Peta inventarisasi taman Rumah Sakit Islam Jemursari

18
Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak
Rumah Sakit Darmo
Lokasi taman RS Darmo dapat diakses melalui lobi utama rumah sakit maupun
semua pintu masuk RS Darmo. Akses taman ini tergolong baik karena user dapat
dengan mudah menuju dan memasuki taman. Hal yang kurang adalah papan informasi
mengenai keberadaan taman. Tidak ditemukan adanya papan informasi taman dalam
area rumah sakit. Walaupun taman dapat dengan mudah ditemukan melalui semua pintu
masuk rumah sakit, adanya papan informasi ini akan meningkatkan kesadaran user akan
keberadaan taman sebagai bagian dari fasilitas rumah sakit.
Sirkulasi di dalam taman hanya terbatas pada jalan setapak atau path yang telah
disediakan. Gambar 9 memperlihatkan path yang membentuk garis lurus dan membagi
taman menjadi empat area. Akses ini disediakan untuk memudahkan user berjalan
menuju paviliun 4 dan paviliun 2 dari arah lobi utama dan sebaliknya, serta berjalan
menuju paviliun 3 menuju paviliun 1 dan juga arah sebaliknya. Kebijakan pihak rumah
sakit yang menyediakan taman hanya sebagai pemandangan dapat menjadi salah satu
alasan terbatasnya akses dan sirkulasi dalam taman.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Gambar 9 Jalan setapak pada taman RS Darmo
Kedua path memudahkan user berjalan menuju lokasi tujuan karena bentuk yang
lurus dapat memaksimalkan fungsi path tersebut, terutama path yang menghubungkan
antara lobi dan paviliun, karena path inilah yang lebih sering digunakan. Gambar 10
menunjukkan peta aksesibilitas di dalam dan luar tapak.

Gambar 10 Aksesibilitas taman RS Darmo

19
Rumah Sakit Islam Jemursari
Kelima taman RSI Jemursari memiliki akses yang mudah dicapai baik dari pintu
masuk maupun pintu lain rumah sakit. Lorong-lorong gedung rumah sakit yang
mengelilingi kelima taman ini memudahkan user untuk memasuki taman. Papan yang
menginformasikan akan adanya taman tidak dapat ditemukan dalam area rumah
sakit.Walaupun user dapat dengan mudah menemukan taman-taman ini karena hampir
seluruh lorong berbatasan dengan salah satu taman, papan informasi dapat ditambahkan
sebagai media promosi, mengingat konsep rumah sakit yang mengedapankan ruang
terbuka hijaunya.
Tidak disediakan akses di dalam seperti path atau stepping stone pada semua
taman yang berada di rumah sakit ini. Hal ini menyebabkan tidak adanya aktivitas di
dalam taman walaupun tidak ada larangan untuk memasuki taman. Taman e menjadi
satu-satunya taman yang diakses oleh user untuk mempersingkat jalur. Hal ini
dikarenakan kondisi pemeliharaan serta penanaman taman e yang tidak semaksimal
empat taman lainnya. Semua aksesibilitas, baik luar maupun dalam taman dapat dilihat
pada Gambar 11.

Gambar 11 Aksesibilitas taman RSI Jemursari
Iklim Makro dan Mikro
Kedua rumah sakit berada pada wilayah kota Surab