Potensi Biomassa Tegakan pada Beberapa Tutupan Lahan PT. Gunung Gajah Abadi, Kalimantan Timur

POTENSI BIOMASSA TEGAKAN PADA BEBERAPA
TUTUPAN LAHAN PT GUNUNG GAJAH ABADI,
KALIMANTAN TIMUR

FITHA ANGGRAINI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Potensi Biomassa
Tegakan pada Beberapa Tutupan Lahan PT. Gunung Gajah Abadi, Kalimantan
Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Fitha Anggraini
NIM E14100012

ABSTRAK
FITHA ANGGRAINI. Potensi Biomassa Tegakan pada Beberapa Tutupan Lahan
PT. Gunung Gajah Abadi, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh TATANG
TIRYANA.
Hutan memiliki peranan penting dalam menurunkan emisi gas rumah kaca,
karena vegetasi hutan mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dan
menyimpannya dalam bentuk biomassa. Pendugaan biomassa hutan merupakan
tahap penting untuk menilai manfaat hutan dalam penyerapan emisi CO2. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menduga potensi biomassa tegakan pada berbagai
jenis tutupan hutan di PT. Gunung Gajah Abadi menggunakan beberapa model
biomassa. Biomassa dihitung menggunakan lima buah persamaan yang terdiri dari
persamaan lokal dan global untuk lima jenis tutupan lahan. Potensi biomassa
tegakan di lokasi penelitian adalah 151.37−270.61 ton/ha. Potensi biomassa
tegakan paling tinggi untuk tingkat tegakan muda dan pohon kecil terdapat pada

hutan primer yang belum terganggu oleh aktivitas manusia (misalnya pemanenan
kayu dan perlakuan silvikultur). Potensi biomassa tegakan paling tinggi secara
total dan pada tingkat vegetasi pohon besar terdapat pada hutan bekas tebangan
tahun 19851986. Potensi biomassa yang dihitung menggunakan persamaan
alometrik lokal (Basuki et al. 2009) berbeda nyata dengan persamaan alometrik
global (Kettering et al. 2001).
Kata kunci: biomassa, model alometrik, tutupan lahan iomassa, tutupan lahan

ABSTRACT
FITHA ANGGRAINI. The Potency of Stand Biomass at Several Land Covers of
PT. Gunung Gajah Abadi East Kalimantan. Supervised by TATANG TIRYANA.
Forest has a pivotal role in decreasing the emission of greenhouse gasses,
because forest vegetations can absorb carbon dioxyde (CO2) and then stored it as
biomass. Estimation of forest biomass is an important step toward quantifying
benefit of forests to sequester CO2 emission. The objective of this study was to
estimate stand biomass at several land covers of PT. Gunung Gajah Abadi using
some biomass models . The stand biomass was calculated using five models
consist of local and global allometric biomass models for five land covers. The
estimates of stand biomass in the study area were 151.37−270.61 ton/ha. The
highest stand biomass for young stand and small trees level existed at virgin forest

that was not disturbed by human activities (e.g. timber harvesting and silviculture
treatments). The highest stand biomass for total and big trees level existed at the
logged over areas of 19851986. The stand biomass that was calculated using a
local allometric model (Basuki et al. 2009) was significantly different compared
to that was calculated using a global allometric model (Kettering et al. 2001).
Keywords: allometric model, biomass, land cover

POTENSI BIOMASSA TEGAKAN PADA BEBERAPA
TUTUPAN LAHAN PT. GUNUNG GAJAH ABADI,
KALIMANTAN TIMUR

FITHA ANGGRAINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Potensi Biomassa Tegakan pada Beberapa Tutupan Lahan
PT. Gunung Gajah Abadi, Kalimantan Timur
Nama
: Fitha Anggraini
NIM
: E14100012

Disetujui oleh

Dr Tatang Tiryana, S Hut MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Potensi
Biomassa Tegakan pada Beberapa Tutupan Lahan PT. Gunung Gajah Abadi,
Kalimantan Timur. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada kedua orang tua penulis, Bapak Muhamad Tahir, SP (alm) dan Ibu
Fitriani, beserta kedua adik Dwiki Anggara dan Adinda Tantya Salsabilah
atas support, harapan, motivasi dan doa. Bapak Dr Ir. Tatang Tiryana selaku
dosen pembimbing yang telah banyak membantu mengarahkan,
membimbing serta memotivasi penulis.
Tak lupa pula penulis haturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
keluarga besar IUPHHK-HA PT. Gunung Gajah Abadi atas bantuan dan
kerja samanya selama penelitian berlangsung. Keluarga besar FMSC 20112013 dan keluarga besar BEM KM IPB 2013-2015. Teman-teman
seperjuangan Afdhal, Andita Ayuningtyas, Muhammad Irfan, Ovita Ayu
Conthesa, Dyah Puspita Laksmi Tari, Leoni Sunandar Putri, Sutrisna
Wijaya Said, Rosalina Alvionita, Tazkiya Azhara, Ganies Oktaviana, Yunita

Primasanti, dan Aris Sulfiana beserta teman-teman Manajemen Hutan
Angkatan 47 beserta Fakultas Kehutanan. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan Skripsi ini masih terdapat kekurangan baik secara disengaja
maupun tidak disengaja. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak terkait untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas Skripsi ini.

Bogor, Januari 2015
Fitha Anggraini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE


2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Pengumpulan Data

2

Pengolahan dan Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN


5

Hasil

5

Pembahasan

9

SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran


11

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Persamaan alometrik biomassa permukaan atas tanah pada hutan
Dipterokarpa Kalimantan Timur (Basuki et al. 2009)
2 Kerapatan tegakan berdasarkan kelas diameter di hutan primer dan
hutan bekas tebangan

3 Persentase jenis pohon yang dominan di hutan primer dan hutan bekas
4 Potensi volume tegakan dan biomassa tegakan total di hutan primer dan
hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994−1995, dan 1985−1986)
5 Potensi biomassa tegakan pada tingkat tegakan muda (diameter 5−19
cm) di hutan primer dan hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994−1995,
dan
6 Potensi biomassa tegakan pada tingkat pohon kecil (diameter 20−49
cm) di hutan primer dan hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994−1995,
dan
7 Potensi biomassa tegakan pada tingkat pohon besar (diameter ≥ 50 cm)
di hutan primer dan hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994-1995, dan
1985−1986)
8 Hasil uji-t perbandingan rata-rata potensi biomassa tegakan antara hutan
9 Hasil uji-t perbandingan rata-rata potensi biomassa tegakan
menggunakan persamaan alometrik global (W2, W3, W4, dan W5)
dengan persamaan alometrik lokal (W1)

4
6
6
7

7

8

8
9

10

DAFTAR GAMBAR
1 Ilustrasi plot contoh
2 Distribusi kerapatan pohon (pohon/ha) dan biomassa (ton/ha) terhadap
kelas diameter (cm) pada (a) hutan primer, (b) HBT 2013, dan (c) HBT
2007, (d) HBT 1994−1995 dan (e) HBT tahun 1985−1986

3

9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rekapitulasi nama jenis pohon dan kerapatan kayu (Martawijaya A
1981,1989; Muslih dan Sumarni 2006)
2 Hasil uji-t berpasangan rata-rata potensi biomassa tegakan pada hutan
primer dengan hutan bekas tebangan
3 Hasil uji-t berpasangan rata-rata potensi biomassa tegakan dengan
menggunakan persamaan alometrik global (W2, W3, W4 dan W5) dan
persamaan alometrik lokal (W1)

15
16

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global merupakan salah satu isu utama lingkungan hidup dalam
beberapa tahun terakhir, yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi Gas
Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Gas Rumah Kaca tersebut antara lain metana
(CH4), Perfluorocarbons (PFC), dan karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida
(CO2) merupakan GRK dengan jumlah yang paling dominan atau sekitar 77% dari
total jumlah gas rumah kaca (IPCC 2007b dalam Ravindranath dan Ostwald
2008). Sebagian besar GRK dihasilkan oleh tempat pembuangan akhir, kotoran
ternak, sistem pendingin ruangan, pembakaran fosil, serta kegiatan alih fungsi
lahan dan hutan. Stern (2007) menyatakan bahwa sekitar 18% dari total emisi
berasal dari kegiatan alih fungsi lahan dan hutan.
Hutan memiliki peranan penting dalam menurunkan emisi gas rumah kaca,
karena vegetasi hutan mampu memfiksasi CO2 dan menyimpannya di dalam
jaringan tanaman dalam bentuk biomassa. Oleh karena itu, peningkatan jumlah
pohon dan tutupan hutan mampu meningkatkan penyerapan karbon dioksida di
atmosfer. Sebaliknya, penebangan pohon menyebabkan biomassa yang ada di
dalam pohon terurai sehingga emisi CO2 di udara semakin meningkat.
Potensi serapan karbon yang tersimpan di dalam vegetasi hutan dapat
diduga melalui biomassa hutan, karena 50% biomassa tersusun oleh karbon.
Jumlah karbon yang tersimpan di dalam pohon atau hutan dapat dihitung jika
diketahui jumlah biomassa atau jaringan hidup tumbuhan di hutan tersebut dengan
memberlakukan suatu faktor konversi (Rusolono 2006 dalam Pamudji 2011).
Perhitungan biomassa perlu dilakukan untuk mendukung upaya mitigasi
perubahan iklim dalam hubungannya dengan pendugaan serapan karbon.
Informasi potensi biomassa diperlukan untuk menentukan jumlah cadangan
karbon dan potensi serapan CO2 pada suatu tipe tutupan lahan. Penelitian
mengenai potensi biomassa di areal IUPHHK-HA PT. Gunung Gajah belum
banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
informasi potensi biomassa tegakan di areal tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi potensi biomassa
tegakan pada beberapa tutupan lahan di PT. Gunung Gajah Abadi, Kalimantan
Timur, menggunakan berbagai persamaan penduga biomassa. Penelitian ini secara
khusus bertujuan untuk membandingkan potensi biomassa tegakan pada hutan
bekas tebangan dengan hutan primer. Kemudian membandingkan potensi
biomassa yang diduga menggunakan persamaan penduga biomassa yang berlaku
umum (persamaan global) dengan yang disusun secara khusus untuk suatu
wilayah tertentu (persamaan lokal).
Manfaat Penelitian
Informasi mengenai potensi biomassa tegakan pada beberapa tutupan lahan
di PT. Gunung Gajah Abadi dari hasil penelitian ini dapat menambah basis data

2
potensi biomassa tegakan hutan di Indonesia. Secara khusus, hasil penelitian ini
dapat digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan berbasis jasa
lingkungan (khususnya serapan karbon) di areal PT. Gunung Gajah Abadi.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di hutan primer dan hutan bekas tebangan PT.
Gunung Gajah Abadi, Kalimantan Timur selama bulan Maret–April 2015. Secara
administrasi pemerintahan, areal kerja (kelompok hutan Sei Seleq) dari PT.
Gunung Gajah Abadi terletak dalam wilayah Kecamatan Kongbeng, Kabupaten
Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis, areal kerja tersebut
terletak pada 116°40’  117°02’ Bujur Timur dan 1°20’  1°35’ Lintang Utara. .
Luas tutupan lahan PT. Gunung Gajah Abadi berdasarkan SK.469/MenhutII/2012 adalah sebesar 74 980 ha yang terdiri dari 10 452.17 ha hutan primer, 61
962.83 ha hutan bekas tebangan dan 2565.00 ha areal non hutan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan di lapangan adalah pita ukur, patok, tali rafia, label
pohon, kompas, GPS (Global Positioning System), dan clinometer. Selain itu
digunakan pula beberapa alat bantu yaitu golok, alat tulis, tally sheet, peta kerja
dan kamera digital.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data tegakan (jenis pohon, diameter (dbh), dan
tinggi bebas cabang) di lima tipe tutupan lahan, yaitu hutan primer, hutan bekas
tebangan tahun 2013, 2007, 1994−1995 dan 1985−1986) di PT. Gunung Gajah
Abadi Kalimantan Timur. Data sekunder berupa dokumen Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) dan Rencana Karya Usaha (RKU). Pengolahan data
menggunakan software Microsoft Office, Minitab 14 dan ArcGIS 9.3.
Pengumpulan Data
Areal kerja PT. Gunung Gajah Abadi dibagi menjadi lima jenis tutupan
lahan yaitu hutan primer, hutan bekas tebangan tahun 2013, 2007, 1994−1995 dan
1985−1986. Jumlah plot yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 plot,
masing-masing 3 plot pada kelima jenis tutupan hutan tersebut. Penentuan plot
contoh dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan luasan areal,
aksesibilitas dan ketersebaran potensi pada masing-masing jenis tutupan hutan.
Penentuan titik awal plot contoh pada hutan bekas tebangan juga dilakukan secara
purposive dengan memilih areal yang masih terdapat ciri-ciri bekas kegiatan
pemanenan, misalnya terdapat tunggak sisa pemanenan, bekas jalan sarad, dan
guludan.
Plot contoh berbentuk bujur sangkar bersarang (nested plot) dengan ukuran
40 m × 40 m, 20 m x 20 m, dan 10 m x 10 m (Gambar 1). Plot contoh ukuran 10
m × 10 m digunakan untuk pengukuran tegakan muda (diameter 5–19 cm), 20 cm
× 20 cm untuk pohon kecil (diameter 21–49 cm) dan 40 m × 40 m untuk pohon

3
besar (diameter ≥ 50 cm). Ukuran plot tersebut mengacu kepada Pearson dan
Brown (2004) dalam Sutaryo (2009) tetapi sudah dimodifikasi dengan
pertimbangan aksesibilitas dan sumber daya. Plot bujur sangkar sering digunakan
dalam analisis vegetasi hutan di Indonesia (Hairiah dan Rahayu 2007) karena
kemudahannya dalam memastikan pohon-pohon yang masuk areal penelitian
dibandingkan dengan plot lingkaran. Selain itu, plot dengan beberapa sub-plot
misalnya nested plot lebih sering digunakan pada hutan primer tropis
dibandingkan dengan plot tunggal karena sangat sesuai dengan hutan yang
memiliki stratum tajuk bervariasi (Masripatin et al. 2010).

40 m x 40 m

20 m x 20 m

10 m x
10 m

Gambar 1 Ilustrasi plot contoh
Pengolahan dan Analisis Data
Perhitungan Volume
Volume pohon bebas cabang (V, m3) dihitung menggunakan persamaan
volume silinder terkoreksi (Dephut 1992):
V = ¼ π d2.h.f

(1)

Keterangan :
d
: diameter setinggi dada/dbh (cm)
h
: tinggi bebas cabang (m)
f
: angka bentuk pohon (0.6)
Angka bentuk merupakan rasio antara volume batang yang sebenarnya
dengan volume silinder yang memiliki diameter dan tinggi yang sama dengan
diameter dan tinggi batang pohon tersebut (Spurr 1952 dan Anuchin 1970) dalam
(Krisnawati dan Harbagung 1996). Karena angka bentuk untuk setiap jenis pohon
belum sepenuhnya tersedia, maka dalam penelitian ini digunakan angka bentuk
pohon secara umum 0.6 (Krisnawati dan Harbagung 1996).
Perhitungan Biomassa
Biomassa adalah jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan
dalam berat kering tanur per satuan luas (Brown 1997). Dalam penelitian ini
digunakan lima persamaan untuk menghitung biomassa pohon. Persamaan

4
pertama (W1) adalah persamaan lokal dari Basuki et al. (2009) dengan perincian
seperti Tabel 1.
Tabel 1

Persamaan alometrik biomassa permukaan atas tanah pada hutan
Dipterokarpa Kalimantan Timur (Basuki et al. 2009)

Kelompok jenis
Dipterocarpus
Hopea
Palaquium
Shorea
Jenis Campuran

Ln W =
Ln W =
Ln W =
Ln W =
Ln W =

Persamaan alometrik
-1.232 + 2.178 Ln (DBH)
-1.813 + 2.339 Ln (DBH)
-1.098 + 2.142 Ln (DBH)
-2.193 + 2.371 Ln (DBH)
-1.201 + 2.196 Ln (DBH)

R2 adj
0.989
0.987
0.975
0.984
0.963

Keterangan: W: Biomassa (kg), DBH: diameter setinggi dada/1.30 m (cm)

Tipe iklim areal kerja PT. Gunung Gajah Abadi berdasarkan klasifikasi
iklim Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A (Hutan Hujan
Tropis) dengan ciri sangat basah dan curah hujan rata-rata 1926 mm/tahun. Curah
hujan di areal PT. Gunung Gajah Abadi termasuk dalam kategori sedang (15004000 mm/tahun). Berdasarkan curah hujan, persamaan kedua (W2) yang
digunakan adalah persamaan Kettering et al. (2001) sebagai berikut:
W2 = 0.11 × ρ × D2.62

(2)

Keterangan :
W2
: biomassa di atas tanah (kg)
ρ
: kerapatan kayu (kg/m3)
D
: diameter (cm)
Persamaan ketiga (W3) yaitu berdasarkan dugaan volume dengan kulit
sampai batang bebas cabang yang kemudian dikonversi menjadi biomassa (ton/ha)
menurut Brown et al. (1989). Perhitungan biomassa (W4 dan W5) menggunakan
persamaan alometrik global dari Brown (1997) dan Chave et al. (2005) sebagai
berikut:
W3 = VOB × ρ × BEF
(3)
2
W4 = 42.69 – 12.8 (DBH) + 1.242 (DBH )
(4)
2
W5 = 0.0509 × ρ × (DBH) × H
(5)
Keterangan :
W3
: biomassa di atas tanah (kg)
VOB
: volume batang bebas cabang dengan kulit (m3/ha)
ρ
: kerapatan kayu (kg/m3)
BEF
: biomass expansion factor
DBH
: diameter setinggi dada (cm)
Kerapatan kayu yang digunakan adalah kerapatan kayu masing-masing jenis
pohon yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Biomass Expansion Factor (BEF)
adalah rasio antara biomassa keseluruhan dengan biomassa batang (Sutaryo 2009).
Nilai BEF yang digunakan sebesar 1.33 mengacu pada persamaan biomassa dalam
Vademicum Kehutanan (1976) dalam Ginoga (2004).
Analisis Data
Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan metode statistika
deskriptif. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan

5
pengumpulan dan penyajian gugus data agar dapat menjadi informasi yang
berguna (Walpole 1982). Selanjutnya data hasil penelitian diuji menggunakan ujit berpasangan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang nyata antara potensi
biomassa tegakan di hutan bekas tebangan dengan di hutan primer. Uji-t
berpasangan dilakukan menggunakan software minitab berdasarkan menggunakan
persamaan sebagai berikut (Walpole 1982):
̅-

2

d

(



Keterangan :
̅ = rata-rata pengamatan
n = jumlah pengamatan

(6)



)-

( - )

(7)
= simpangan baku

Hipotesis yang diuji:
H0: rata-rata biomassa tegakan pada hutan bekas tebangan tidak berbeda nyata
dengan rata-rata biomassa tegakan pada hutan primer
H1: rata-rata biomassa tegakan pada hutan bekas tebangan berbeda nyata dengan
rata-rata biomassa tegakan pada hutan primer
Selain itu uji-t berpasangan juga digunakan untuk menentukan apakah
terdapat perbedaan yang nyata antara nilai dugaan biomassa tegakan yang
dihitung dengan menggunakan persamaan alometrik global (W2, W3, W4, dan
W5) dengan menggunakan persamaan alometrik lokal (W1) berdasarkan hipotesis
sebagai berikut:
H0: rata-rata biomassa tegakan menggunakan persamaan alometrik global tidak
berbeda nyata dengan rata-rata biomassa tegakan menggunakan persamaan
alometrik lokal
H1: rata-rata biomassa tegakan menggunakan persamaan alometrik global
berbeda nyata dengan rata-rata biomassa tegakan menggunakan persamaan
alometrik lokal
Kaidah keputusan: tolak H0 jika thit < - t0.025 atau thit > t0.025

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Tegakan
Areal hutan di PT. Gunung Gajah Abadi termasuk tipe hutan
Dipterocarpaceae dataran rendah, dengan ketinggian antara 25−700 mdpl.
Tutupan lahan di PT. Gunung Gajah Abadi terdiri dari hutan primer, hutan bekas
tebangan, dan areal non produktif. Jenis tutupan lahan yang diteliti adalah hutan
primer dan hutan bekas tebangan, karena pada kedua tutupan lahan tersebut
terdapat biomassa pohon atau tegakan. Sementara pada areal non produktif tidak
terdapat biomassa pohon atau tegakan tetapi biomassa tumbuhan bawah berupa
semak dan belukar. Tutupan lahan hutan bekas tebangan terdiri dari HBT (Hutan
Bekas Tebangan) tahun 2013, 2007, 1994−1995 dan 1985−1986. HBT tersebut

6
dipilih untuk mengetahui dinamika biomassa dari HBT yang berumur 1 tahun
sampai HBT yang telah berumur 30 tahun. Secara kuantitatif, kondisi tegakan di
areal penelitian dapat digambarkan oleh struktur tegakan horizontal, yaitu sebaran
jumlah pohon persatuan luas dalam berbagai kelas diameter (Meyer et al. 1961
dalam Ermayani 2000). Adapun jumlah pohon (kerapatan tegakan) berdasarkan
kelas diameter dan persentase jenis pohon yang dominan di PT. Gunung Gajah
Abadi disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Kerapatan tegakan berdasarkan kelas diameter di hutan primer dan hutan
bekas tebangan
Kelas
diameter
(cm)
5−19
20−49
≥50
Total

Hutan
primer
1233.33
241.67
27.08
1502.08

Kerapatan tegakan (N/ha)
HBT
HBT 2013
HBT 2007
1994−1995
600
183.33
18.75
802.08

1033.33
191.67
16.67
1241.67

466.67
141.67
22.92
631.25

HBT
1985−1986
800
300
35.42
1135.42

Tabel 3 Persentase jenis pohon yang dominan di hutan primer dan hutan bekas
tebangan
Tutupan lahan
Hutan primer

HBT 2013

HBT 2007
HBT 1994−1995
HBT 1985−1986

Jenis pohon dominan
Jambu
Pasang
Kayu batu
Jambu
Medang
Kayu kacang
Medang
Meranti merah
Jambu
Meranti putih
Medang
Jambu
Medang
Dara-dara
Jambu

Persentase (%)
28.29
14.56
11.23
37.14
19.22
6.49
26.85
26.01
9.56
22.44
18.48
15.84
52.29
8.07
7.34

Hutan primer di PT. Gunung Gajah Abadi terletak pada ketinggian 165−226
mdpl. Lanskap areal ini didominasi oleh jurang yang curam dan tanah yang
longsor. Hutan bekas tebangan tahun 2013 adalah hutan bekas tebangan yang baru
berumur 1 tahun dan terletak pada ketinggian 242−265 mdpl. Salah satu plot di
HBT tahun 2013 terletak di dekat sungai kecil. Selain itu, masih terdapat sisa-sisa
kegiatan pemanenan yang masih sangat jelas berupa tunggak, pancang dan tiang
yang rusak, jalan sarad terbuka serta sodetan pada jalan sarad.
HBT tahun 2007 merupakan hutan bekas tebangan yang berumur 4 tahun.
Salah satu plot pada HBT tahun 2007 terletak di tepi sungai kecil. Terletak pada
ketinggian 197−204 mdpl, kelerengan HBT tahun 2007 memiliki kelerengan yang
agak curam hingga curam. HBT tahun 1994−1995 merupakan hutan bekas
tebangan yang berumur 20 tahun dan terletak pada ketinggian 174−267 mdpl.
Sebagian areal HBT 1994−1995 memiliki kelerengan curam hingga agak curam.

7
Hutan bekas tebangan tahun yang sudah berumur 30 tahun merupakan HBT tahun
1985−1986 yang terletak pada ketinggian 180−206 mdpl. HBT tahun 1985−1986
memiliki kelerengan yang sangat curam.
Potensi Tegakan
Volume tegakan paling tinggi terdapat pada hutan bekas tebangan tahun
1985−1986 dan paling rendah HBT tahun 1994-1995 (Tabel 4). Sementara itu,
potensi biomassa tegakan total pada masing-masing tutupan lahan di PT. Gunung
Gajah Abadi yang dihitung menggunakan berbagai persamaan berkisar antara
68.51−428.01 ton/ha (Tabel 4). Potensi biomassa tegakan total paling tinggi
terdapat pada hutan primer jika dihitung menggunakan persamaan W1 dan W4.
Sementara jika menggunakan persamaan W2, W3 dan W4, biomassa tegakan
paling tinggi terdapat di HBT tahun 1985−1986. Potensi biomassa tegakan total
paling rendah yang dihitung menggunakan kelima persamaan penduga biomassa
terdapat pada HBT tahun 1994−1995 (Tabel 4).
Tabel 4 Potensi volume tegakan dan biomassa tegakan total di hutan primer dan
hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994−1995, dan 1985−1986)
Tutupan lahan
Hutan primer
HBT 2013
HBT 2007
HBT 1994-1995
HBT 1985-1986

Volume
(m3/ha)
230.58
161.98
167.71
154.37
249.71

W1
(ton/ha)
270.61
181.07
204.97
80.61
276.73

W2
(ton/ha)
374.54
165.30
238.25
92.89
333.50

W3
(ton/ha)
224.26
170.04
133.68
84.60
200.68

W4
(ton/ha)
411.18
263.17
310.11
221.62
428.01

W5
(ton/ha)
181.60
113.70
108.25
68.51
162.51

Keterangan: W1 = Biomassa Basuki et al. (2009), W2 = Biomassa Kettering et al. (2001), W3 =
Biomassa Brown et al. (1989), W4 = Biomassa Brown (1997), W5 = Biomassa Chave et al. (2005)

Hasil perhitungan potensi biomassa tegakan pada tingkat tegakan muda
berkisar antara 10.40−70.22 ton/ha seperti yang tercantum pada Tabel 5. Potensi
biomassa tegakan paling tinggi pada tegakan muda yang dihitung menggunakan
kelima persamaan penduga biomassa terdapat pada tutupan lahan hutan primer.
Potensi biomassa tegakan paling rendah terdapat pada HBT 1994−1995 (W1 dan
W2) dan HBT 1985−1986 (W3, W4 dan W5) (Tabel 5). Potensi biomassa tegakan
pada hutan bekas tebangan semakin menurun dari HBT tahun 2013 sampai HBT
tahun 1985−1986, namun terdapat penurunan potensi biomassa tegakan di HBT
1994-1995 (W1).
Tabel 5 Potensi biomassa tegakan pada tingkat tegakan muda (diameter 5−19 cm)
di hutan primer dan hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994−1995, dan
1985−1986)
Tutupan
lahan
Hutan primer
HBT 2013
HBT 2007
HBT 1994-1995
HBT 1985-1986

W1
(ton/ha)
60.93
43.14
50.36
21.98
36.03

W2
(ton/ha)
53.06
36.58
37.74
17.95
19.36

W3
(ton/ha)
47.32
28.06
21.27
15.46
12.84

W4
(ton/ha)
70.22
47.16
61.23
36.67
34.42

W5
(ton/ha)
38.32
22.73
17.23
12.52
10.40

8
Keterangan: W1 = Biomassa Basuki et al. (2009), W2 = Biomassa Kettering et al. (2001), W3 =
Biomassa Brown et al. (1989), W4 = Biomassa Brown (1997), W5 = Biomassa Chave et al. (2005)

Potensi biomassa tegakan pada pohon kecil yang dihitung menggunakan
kelima persamaan berkisar antara 13.12−208.91 ton/ha (Tabel 6) dan potensi
biomassa tegakan pada tingkat pohon besar berkisar antara 31.80−190.20 ton/ha
(Tabel 7). Potensi biomassa tegakan yang dihitung menggunakan kelima
persamaan paling tinggi pada tingkat pohon kecil terdapat pada hutan primer,
sedangkan pada tingkat pohon besar pada HBT tahun 1985−1986. Potensi
biomassa tegakan paling rendah pada tingkat pohon kecil terdapat pada HBT
1994−1995 (W1, W2, W3 dan W5) dan pada HBT 2007 jika menggunakan
persamaan W4 (Tabel 6). Sementara potensi biomassa tegakan paling rendah pada
tingkat pohon besar yang dihitung menggunakan kelima persamaan terdapat pada
HBT tahun 2013 (Tabel 7). Nilai dugaan potensi biomassa tegakan total dan pada
seluruh tingkat vegetasi yang dihitung menggunakan persamaan W4 lebih besar
daripada persamaan lainnya (Tabel 4,5,6 dan 7). Kondisi tersebut terdapat pada
semua jenis tutupan lahan.
Tabel 6 Potensi biomassa tegakan pada tingkat pohon kecil (diameter 20−49 cm)
di hutan primer dan hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994−1995, dan
1985−1986)
Tutupan lahan
Hutan primer
HBT 2013
HBT 2007
HBT 1994-1995
HBT 1985-1986

W1
(ton/ha)
134.11
101.64
71.82
16.65
127.96

W2
(ton/ha)
173.47
80.56
72.05
13.68
143.16

W3
(ton/ha)
86.89
110.18
49.69
16.20
82.45

W4
(ton/ha)
208.91
158.22
105.33
112.96
203.39

W5
(ton/ha)
70.36
65.23
40.24
13.12
66.76

Keterangan: W1 = Biomassa Basuki et al. (2009), W2 = Biomassa Kettering et al. (2001), W3 =
Biomassa Brown et al. (1989), W4 = Biomassa Brown (1997), W5 = Biomassa Chave et al. (2005)

Tabel 7 Potensi biomassa tegakan pada tingkat pohon besar (diameter ≥ 50 cm) di
hutan primer dan hutan bekas tebangan (2013, 2007, 1994-1995, dan
1985−1986)
Tutupan lahan
Hutan primer
HBT 2013
HBT 2007
HBT 1994-1995
HBT 1985-1986

W1
(ton/ha)
75.57
36.29
82.79
41.99
112.74

W2
(ton/ha)
148.02
48.17
128.46
61.26
170.98

W3
(ton/ha)
90.06
31.80
62.71
52.93
105.39

W4
(ton/ha)
132.05
57.79
143.55
71.99
190.20

W5
(ton/ha)
72.93
25.75
50.78
42.87
85.35

Keterangan: W1 = Biomassa Basuki et al. (2009), W2 = Biomassa Kettering et al. (2001), W3 =
Biomassa Brown et al. (1989), W4 = Biomassa Brown (1997), W5 = Biomassa Chave et al. (2005)

Distribusi kerapatan pohon dan potensi biomassa (W1) terhadap kelas
diameter pada setiap tutupan lahan memiliki kecenderungan yang sama, seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 2. Sebagian besar pohon pada setiap kelas tutupan
lahan memiliki diameter 5−19 cm yang kemudian diikuti oleh diameter 20−49 cm

9

Kelas diameter (cm)
Persen biomassa (%)

Kelas diameter (cm)
Persen biomassa (%)

Kerapatan pohon (%)

Kerapatan pohon (%)

80
60
40
20
0

Kelas diameter (cm)
Persen biomassa (%)
Kerapatan pohon (%)

60
40
20
0
5-19

20-49

≥50

Biomassa (%)

80

(c)
80
70
60
50
40
30
20
10
0

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
5-19

20-49

Biomassa (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Biomassa (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

(b)
Kerapatan pohon (%)

(a)
Kerapatan pohon (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
0

Kerapatan pohon (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Biomassa (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
0

Kerapatan pohon (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Biomassa (%)

Kerapatan pohon (%)

dan ≥ 50 cm. Pohon berdiameter 5−19 cm paling banyak terdapat pada tutupan
lahan 2007 yaitu sebesar 83.22%, sedangkan potensi biomassa pada setiap tutupan
lahan didominasi oleh pohon berdiameter ≥ 50 cm. Potensi biomassa paling besar
dan paling kecil masing-masing terdapat pada HBT 1985-1986 dan hutan primer
dengan persentase sebesar 76.70% dan 33.47% dari total biomassa.

≥50

Kelas diameter (cm)
Persen biomassa (%)

Kelas diameter (cm)
Persen biomassa (%)

Kerapatan pohon (%)

Kerapatan pohon (%)

(c)
(d)
Gambar 2 Distribusi kerapatan pohon (pohon/ha) dan biomassa (ton/ha) terhadap
kelas diameter (cm) pada (a) hutan primer, (b) HBT 2013, dan (c)
HBT 2007, (d) HBT 1994−1995 dan (e) HBT tahun 1985−1986
Secara umum, rata-rata potensi total biomassa tegakan pada HBT 2013,
2007, dan 1994–1995 berbeda nyata dengan hutan primer (HP). Namun rata-rata
potensi total biomassa tegakan pada HBT 1985–1986 tidak berbeda nyata dengan
hutan primer (Tabel 8 dan Lampiran 2).
Tabel 8 Hasil uji-t perbandingan rata-rata potensi biomassa tegakan antara hutan
bekas tebangan dengan hutan primer
Pasangan Uji
HBT 2013−HP
HBT 2007−HP
HBT (1994-1995)−HP
HBT (1985-1986)−HP

thitung
3.96*
7.53*
6.35*
1.16

t0.025
2.78
2.78
2.78
2.78

*)H ditolak, artinya rata-rata potensi biomassa di HBT 2013, 2007 dan 1994-1995 berbeda nyata dengan hutan primer (HP)
0

10
Perbandingan Persamaan Biomassa
Pemilihan persamaan biomassa merupakan salah satu langkah yang sangat
penting dalam menduga potensi biomassa. Hasil uji-t (Tabel 9 dan Lampiran 3)
menunjukkan bahwa persamaan global W3, W4, dan W5 menghasilkan rata-rata
potensi biomassa tegakan yang berbeda nyata dengan persamaan lokal (W1),
sedangkan persamaan global W2 tidak berbeda nyata dengan persamaan lokal
(W1).
Tabel 9 Hasil uji-t perbandingan rata-rata potensi biomassa tegakan
menggunakan persamaan alometrik global (W2, W3, W4, dan W5)
dengan persamaan alometrik lokal (W1)
Pasangan Uji
W2−W1
W3−W1
W4−W1
W5−W1

t-hitung
-1.92
3.37*
-6.65*
7.51*

t0.025
2.78
2.78
2.78
2.78

*) H ditolak, artinya rata-rata potensi biomassa yang dihitung menggunakan rumus W3, W4 dan W5 berbeda nyata dengan rumus W1
0

Pembahasan
Secara keseluruhan, pola sebaran kelas diameter pada tiap kelas tutupan
lahan, baik hutan primer maupun hutan bekas tebangan, relatif sama yaitu
didominasi oleh diameter kecil (5−19 cm) kemudian diikuti oleh kelas diameter di
atasnya (20−49 cm dan ≥ 50 cm). Pola tersebut merupakan salah satu karakteristik
hutan alam (hutan tidak seumur) yang didominasi oleh pohon-pohon berdiameter
kecil (Osmaston 1968 dalam Utami 2007).
Dugaan potensi biomassa di PT. Gunung Gajah Abadi berkisar antara
151.37−270.61 ton/ha. Besarnya biomassa di atas permukaan tanah jumlahnya
bervariasi sekitar 210−650 ton/ha tergantung tipe hutannya (Proctor et al. 1983
dalam Mackinnon et al. 2000). Dugaan potensi biomassa total, tingkat tegakan
muda, dan pohon kecil paling tinggi terdapat pada hutan primer, karena tutupan
lahan ini belum terganggu oleh aktivitas manusia, seperti kegiatan pemanenan dan
perlakuan silvikultur. Sementara dugaan potensi biomassa pada tingkat pohon
besar paling tinggi terdapat pada HBT tahun 1985−1986. Hal ini dimungkinkan
karena tegakan HBT tahun 1985−1986 merupakan tegakan yang sudah berumur
30 tahun yang didominasi oleh pohon berdiameter besar sehingga memiliki
potensi biomassa yang besar. Dugaan potensi biomassa paling rendah pada tingkat
tegakan muda terdapat pada HBT tahun 1994−1995 dan HBT tahun 1985−1986.
Kedua tegakan ini merupakan tegakan yang sudah tua dan didominasi oleh pohon
berdiameter besar. Potensi biomassa paling rendah pada tingkat pohon besar
terdapat pada HBT tahun 2103 yang belum lama ini dilakukan kegiatan
pemanenan sehingga banyak pohon berdiameter besar yang ditebang. Kegiatan
pemanenan menyebabkan berkurangnya biomassa dalam jumlah yang besar yaitu
± 100 ton/ha di hutan dataran rendah (Whitten et al. 1984 dalam Junaedi 2007).
Junaedi (2007) menyatakan bahwa umur tebangan pada areal hutan berbanding
lurus dengan diameter pohon dan potensi biomassa pada areal tersebut. Hasil uji-t
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara HBT tahun
1985−1986 dengan hutan primer. Hal ini dikarenakan terjadi perbaikan komposisi
jenis dan struktur tegakan, misalnya peningkatan kerapatan dan luas bidang dasar

11
tegakan. Samsoedin et al. (2009) menyatakan bahwa kandungan biomassa di
hutan primer tidak berbeda nyata dengan hutan bekas tebangan 30 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa HBT yang berumur 30 tahun telah mengalami proses suksesi
dan regenerasi yang mendekati hutan primer.
Distribusi kerapatan pohon dan potensi biomassa (berdasarkan persamaan
lokal, W1) terhadap kelas diameter pada setiap tutupan lahan memiliki
kecenderungan yang sama. Semakin besar kelas diameter pohon maka kerapatan
tegakan semakin kecil dan sebaliknya. Potensi biomassa akan semakin besar
seiring bertambahnya kelas diameter yaitu sebesar 56-76% dari total biomassa
pada kelas diameter ≥ 50 cm. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Brown
(1997) bahwa sekitar 30−40% biomassa atas permukaan tanah ditemukan pada
pohon berdiameter > 70 cm. Tegakan muda (diameter 5–19 cm) selama ini sering
diabaikan dalam kegiatan pemanenan. Namun ternyata berdasarkan hasil
penelitian ini, tegakan muda memiliki kontribusi terhadap potensi biomassa
sebesar 0−5%.
Dugaan potensi biomassa pada semua jenis tutupan lahan baik secara total
maupun pada seluruh tingkat vegetasi yang dihitung menggunakan persamaan W4,
menunjukkan hasil yang overestimate jika dibandingkan dengan persamaan
lainnya, karena persamaan W4 hanya menggunakan satu parameter saja yaitu
diameter. Selain itu, nilai R2 persamaan W4 hanya sebesar 0.84 jika dibandingkan
dengan persamaan lainnya yang rata-rata memiliki nilai R2 > 0.90. Persamaan W4
merupakan persamaan global yang disusun tidak secara spesifik mewakili
karakteristik tempat penelitian. Samsoedin et al. (2009) menyatakan bahwa
persamaan W4 memiliki hasil dugaan biomassa yang overestimate jika
dibandingkan dengan persamaan W5, karena persamaan W5 menggunakan
beberapa parameter selain diameter yaitu kerapatan kayu dan tinggi pohon.
Persamaan yang paling dapat diandalkan pada penelitian ini adalah
persamaan W1 dari Basuki et al. (2009) karena merupakan persamaan lokal yang
dikembangkan secara spesifik untuk wilayah Kalimantan Timur berdasarkan
kelompok jenis pohon. Menurut Sutaryo (2009), persamaan lokal memiliki tingkat
presisi yang lebih tinggi terutama untuk hutan dengan keragaman jenis yang
tinggi. Hasil uji-t dugaan potensi biomassa menggunakan persamaan W1 dan W2
tidak memiliki perbedaan yang nyata, hal ini dapat terjadi karena kesamaan
karakteristik ekosistem dalam penyusunan kedua persamaan tersebut dan
penggunaan kerapatan kayu pada persamaan W2 yang dapat meningkatkan
ketelitian pendugaan biomassa tiap jenis pohon.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Potensi biomassa tegakan yang terdapat di PT. Gunung Gajah Abadi
berkisar antara 151.37−270.61 ton/ha. Potensi biomassa tegakan paling tinggi
pada kelas diameter 519 cm dan pohon kecil (2049 cm) terdapat pada hutan
primer, sedangkan potensi biomassa tegakan total dan pada tingkat vegetasi
pohon besar (diameter ≥ 50 cm) paling tinggi terdapat pada HBT tahun
1985−1986. Potensi biomassa tegakan di HBT tahun 1985−1986 tidak berbeda

12
nyata dengan hutan primer, yang menunjukkan bahwa proses suksesi dan
regenerasi di HBT tahun 1985−1986 sudah mendekati hutan primer. Persamaan
alometrik global umumnya memberikan nilai dugaan potensi biomassa tegakan
yang berbeda nyata dengan persamaan alometrik lokal (Basuki et al. 2009),
kecuali persamaan alometrik global yang dikembangkan oleh Kettering et al.
(2001).
Saran
Perlu dilakukan penelitian pendugaan potensi biomassa dengan jumlah plot
contoh yang lebih banyak. Selain itu, untuk memperoleh dugaan potensi biomassa
yang lebih teliti perlu dilakukan penyusunan model alometrik biomassa untuk
jenis-jenis pohon di areal PT. Gunung Gajah Abadi.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki TM, van Laake PE, Skidmore AK, and Hussin YA. 2009. Allometric
equation for estimating the above-ground biomass in tropical lowland
Dipterocarp forest. Forest Ecology and Management. 257: 1684−1694.
Brown S, Gillespie AJR, and Lugo AE. 1989. Biomass Estimation Methods for
Tropical Forests with Application to Forest Inventory Data. Forest Science.
35(4):881−902.
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical
Forest.APrimer. FAO, USA. FAO Forestry Paper No 134.
Chave J, Andalo C, Brown S, Cairns MA, Chambers JQ, Eamus D, Folster H,
Fromard F, Higuchi N, Kira T, et al. 2005. Tree allometry and improved
estimation of carbon stocks and balance in tropical forests. Ecosystem Ecology.
145: 87-89.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta (ID) :
Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Ermayani E. 2000. Studi Model Struktur Tegakan dan Prospek Pertumbuhan
Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Ginoga K. 2004. Beberapa cara perhitungan biomassa karbon. Info Sosial
Ekonomi (4) No 1. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Budaya dan Ekonomi Kehutanan.
Hairiah K dan Rahayu S. 2007. Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam
penggunaan lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Center−ICRAF, SEA
Regional Office, Universitas Brawijaya. hlm 77.
Junaedi A. 2007. Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih
tanam jalur (tptj) terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan
primer tropika. [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor.
Kettering QM, Coe R, Van Noordjwik M, Ambagau Y, and Palm CA. 2001.
Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equations for predicting
above ground biomass in mixed secondary forest. Forest Ecology and
Management. 146: 199-209.

13
Krisnawati H dan Harbagung. 1996. Kajian angka bentuk batang untuk pendugaan
volume jenis-jenis hutan primer. Prosiding Diskusi Hasil-Hasil Penelitian
dalam Menunjang Pemanfaatan Hutan yang Lestari; 11-12 Maret 1996;
Cisarua, Bogor. Bogor (ID): Indonesia. hlm 177-191.
Mackinnon K, Hatta G, Halim H, dan Arthur M. 2000. Ekologi Kalimantan. Edisi
III. Jakarta (ID): Prenhallindo.
Martawijaya A, Kartasjana I, Madang YI, Prawira SA, dan Kadir K. 1981. Atlas
Kayu Indonesia. Jilid 1. Bogor (ID): Balai Penelitian Hasil Hutan.
______________________________________________________. 1989. Atlas
Kayu Indonesia. Jilid 2. Bogor (ID): Balai Penelitian Hasil Hutan.
Masripatin N, Ginoga K, Wibowo A, Darmawan IWS, Siregar CA, Lugina M,
Indartik, Wulandari W, Sakuntaladewi N, Maryani R, Pari G, Apriyanto D,
Subekti B, Puspasari D, dan Utomo A. 2010. Pedoman pengukuran karbon
untuk mendukung penerapan REDD+ di Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.
Muslih M dan Sumarni G. 2005. Keawetan 200 jenis kayu Indonesia terhadap
penggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 23 (3): 163-167. Bogor (ID):
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Pamudji W. 2011. Potensi serapan karbon pada tegakan akasia. [skripsi]. Bogor
ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
PT. Gunung Gajah Abadi. 2013. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Berbasis Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala Periode Tahun 2013 s/d. 2022. Kabupaten Kutai Timur.
Provinsi Kalimantan Timur.
Ravindanath NH and Ostwald M. 2008. Carbon Inventory Methods: Handbook
for Greenhouse Gas Inventory, Carbon Mitigation dan Production Projects.
Beniston M, editor. Springer.
Samsoedin I, Basuki I, Dharmawan IWS, Hopkins DW, dan Proctor J. 2007.
Dampak penebangan hutan terhadap sifat tanah pada hutan produksi bekas
tebangan di Kalimantan Timur. Info Hutan IV. (4): 347-359. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Stern N. 2007. Stern Review: The Economics of Climate Change. Cambridge
University Press, Cambridge.
Sutaryo D. 2009. Penghitungan biomassa: sebuah pengantar untuk studi karbon
dan perdagangan karbon. Wetlands International Indonesia Programme.
Utami SD. 2007. Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas
tebangan dan putan primer di areal IUPHHK PT Sarmiento Parakantja Timber
Kalimantan Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika. Edisi III. Jakarta (ID): PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Lampiran 1 Rekapitulasi nama jenis pohon dan kerapatan kayu (Martawijaya A
1981,1989; Muslih dan Sumarni 2006)
No

Nama Jenis

Nama Ilmiah

Famili

Kerapatan
kayu
(kg/m3)

1

Anggih

Sindora leiocarpa

Fabaceae

600

2

Bangkirai

Shorea laevis

Dipterocarpaceae

910

3

Banitan

Polyalthia cauliflora

Annonaceae

800

4

Bayur

Pterospermum diversifolium

Sterculiaceae

650

5

Benuang

Octomeles sumatrana

Datiscaceae

330

6

Bintangur

Callophyllum inophyllum

Guttiferae

690

7

Dara-dara

Horsfieldia glabra

Myristicaceae

580

8

Gerunggang

Cratoxylon arborescens

Guttiferae

470

9

Jabon

Anthocephalus cadamba

Rubiaceae

420

10

Jambu

Myrtaceae

11

Kapur

Syzygium aqueum (Burm. f.)
Alston
Dryobalanops beccarii

Dipterocarpaceae

590

12

Kayu Arang

Diospyros ebenum

Ebenaceae

1090

13

Kayu Batu

Polygalaceae

14

Kayu Gading

15

Kayu Kacang

Xanthophyllum flavescens
Roxb.
Koilodepas bantamense
Hassk
Strombosia javanica

Olacaceae

640

16

Keruing

Dipterocarpus cornutus

Dipterocarpaceae

820

17

Makaranga

Macaranga hypoleuca

Euphorbiaceae

340

18

Medang

Litsea angulata Blume

Lauraceae

450

19

Meranti Kuning

Shorea multiflora Sym.

Dipterocarpaceae

660

20

Meranti Merah

Shorea leprosula Miq.

Dipterocarpaceae

520

21

Meranti Putih

Shorea lamellata Foxw.

Dipterocarpaceae

730

22

Mersawa

Anisoptera marginata Korth.

Dipterocarpaceae

640

23

Nyatoh

Palaquium gutta

Sapotaceae

710

24

Nyerakat

Hopea dryobalanoides Miq.

Dipterocarpaceae

720

25

Pasang

Lithocarpus elegans (BI.)

Fagaceae

830

26

Pelak

Alstonia scholaris

Apocynaceae

420

27

Pelapih

Heritiera simplicifolia

Sterculiaceae

750

28

Pelawan

Tristania maingayi

Myrtaceae

1170

29

Rengas

Gluta renghas

Anacardiaceae

690

30

Resak

Vatica rassak BI.

Dipterocarpaceae

600

31

Simpur

Dillenia grandifolia Wall.

Dilleniaceae

800

32

Singkuang

Dracontomelon dao

Anacardiaceae

630

33

Tengkawang

Shorea macrophylla

Dipterocarpaceae

510

34

Terap

Artocarpus gomezianus

Moraceae

440

35

Ulin

Eusideroxylon zwageri

Lauraceae

1040

800

680
Euphorbiaceae
820

15
Lampiran 2 Hasil uji-t berpasangan rata-rata potensi biomassa tegakan pada hutan
primer dengan hutan bekas tebangan
Paired T for HP - HBT 2013
VF
HBT 2013
Difference

N
5
5
5

Mean
292,4
178,7
113,8

StDev
97,8
53,9
64,3

SE Mean
43,7
24,1
28,7

95% CI for mean difference: (34,0; 193,6)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 3,96
0,017

P-Value =

Paired T-Test and CI: HP; HBT 2007
Paired T for VF - HBT 2007

VF
HBT 2007
Difference

N
5
5
5

Mean
292,4
199,1
93,4

StDev
97,8
81,3
27,7

SE Mean
43,7
36,3
12,4

95% CI for mean difference: (58,9; 127,8)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 7,53
0,002

P-Value =

Paired T-Test and CI: HP; HBT 1994-1995
Paired T for VF - HBT 1994-1995

VF
HBT 1994-1995
Difference

N
5
5
5

Mean
292,4
109,6
182,8

StDev
97,8
63,2
64,4

SE Mean
43,7
28,3
28,8

95% CI for mean difference: (102,8; 262,8)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 6,35
0,003

P-Value =

Paired T-Test and CI: HP; HBT 1985-1986
Paired T for VF - HBT 1985-1986

VF
HBT 1985-1986
Difference

N
5
5
5

Mean
292,4
280,3
12,2

StDev
97,8
105,9
23,4

SE Mean
43,7
47,4
10,5

95% CI for mean difference: (-16,9; 41,2)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 1,16
0,310

P-Value =

16
Lampiran 3 Hasil uji-t berpasangan rata-rata potensi biomassa tegakan dengan
menggunakan persamaan alometrik global (W2, W3, W4 dan W5)
dan persamaan alometrik lokal (W1)
Paired T-Test and CI: W1 (ton/ha); W2 (ton/ha)
Paired T for W1 (ton/ha) - W2 (ton/ha)

W1 (ton/ha)
W2 (ton/ha)
Difference

N
5
5
5

Mean
202,8
240,9
-38,1

StDev
44,0
79,6
44,3

SE Mean
19,7
35,6
19,8

95% CI for mean difference: (-93,1; 16,9)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -1,92
0,127

P-Value =

Paired T-Test and CI: W1 (ton/ha); W3 (ton/ha)
Paired T for W1 (ton/ha) - W3 (ton/ha)

W1 (ton/ha)
W3 (ton/ha)
Difference

N
5
5
5

Mean
202,8
162,7
40,1

StDev
44,0
37,3
26,6

SE Mean
19,7
16,7
11,9

95% CI for mean difference: (7,1; 73,2)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 3,37
0,028

P-Value =

Paired T-Test and CI: W1 (ton/ha); W4 (ton/ha)
Paired T for W1 (ton/ha) - W4 (ton/ha)

W1 (ton/ha)
W4 (ton/ha)
Difference

N
5
5
5

Mean
202,8
326,8
-124,0

StDev
44,0
54,6
41,7

SE Mean
19,7
24,4
18,6

95% CI for mean difference: (-175,8; -72,3)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -6,65
0,003

P-Value =

Paired T-Test and CI: W1 (ton/ha); W5 (ton/ha)
Paired T for W1 (ton/ha) - W5 (ton/ha)

W1 (ton/ha)
W5 (ton/ha)
Difference

N
5
5
5

Mean
202,8
126,9
75,9

StDev
44,0
30,9
22,6

SE Mean
19,7
13,8
10,1

95% CI for mean difference: (47,8; 103,9)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 7,51
0,002

P-Value =

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1993 di Baturaja, Sumatera Selatan.
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Muhamad Tahir, SP (alm)
dan Ibu Fitriani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3
Lubuklinggau pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2
Lubulinggau dan lulus pada tahun 2007, serta pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 1 Lubuklinggau dan lulus pada tahun 2010. Kemudian penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 di Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dendrologi pada tahun 2012, Ilmu Ukur Tanah dan Wilayah pada
tahun 2012, Ekologi Hutan pada tahun 2013, dan Analisis Biaya Pengelolaan
Hutan pada tahun 2014. Penulis juga aktif di Himpunan Profesi FMSC (Forest
Management Students Club) sebagai wakil ketua periode 2011-2012 dan sebagai
ketua divisi Informasi dan Komunikasi periode 2012-2013. Selain itu, penulis
juga aktif di BEM KM IPB periode 2013-2014 sebagai staf Kementrian
Lingkungan Hidup. Penulis merupakan penerima beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA) dari DIKTI periode 2011-2014 dan merupakan mahasiswa
berprestasi III Departemen Manajemen Hutan 2013.
Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)
di CA Pangandaran dan Gunung Sawal, Jawa Barat pada tahun 2012; Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW),
Sukabumi, KPH Cianjur Jawa Barat dan Perusahaan Bandung Jawa Barat pada
tahun 2013; dan Praktek Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT. Gunung Gajah Abadi,
Kalimantan Timur pada tahun 2014.