Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan.

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA TEGAKAN
REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PT JORONG
BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN SELATAN

ADE SITI NURJANNAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Simpanan
Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama
Greston, Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Ade Siti Nurjannah
NIM E44100068

ABSTRAK
ADE SITI NURJANNAH. Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi
Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan.
Dibimbing oleh IWAN HILWAN.
Kegiatan pertambangan menimbulkan hilangnya vegetasi sehingga
menyebabkan berkurangnya penyerapan CO2. Kegiatan reklamasi dan revegetasi
diharapkan dapat meningkatkan penyerapan CO2. Penelitian ini bertujuan untuk
menduga dan membandingkan simpanan karbon yang ada di tegakan revegetasi
lahan pasca tambang tahun penanaman 2008, 2009 dan 2010 PT Jorong Barutama
Greston. Pendugaan simpanan karbon Acacia mangium dan Paraserianthes
falcataria dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik sedangkan untuk
serasah dan tumbuhan bawah dengan metode destruktif. Simpanan total karbon
tegakan tahun 2008 sebanyak 41.09 ton/ha, tegakan tahun 2009 sebanyak 27.43
ton/ha, dan tegakan tahun 2010 sebanyak 22.90 ton/ha. Hasil analisis vegetasi

menunjukkan jumlah spesies tumbuhan bawah yang ada pada tahun 2008
sebanyak 20 spesies, pada tegakan tahun 2009 sebanyak 19 spesies, sedangkan
pada tegakan tahun 2010 sebanyak 26 spesies. Hasil uji korelasi Pearson
menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tidak berpengaruh
terhadap simpanan karbonnya.
Kata kunci: Acacia mangium, Paraserianthes falcaratia, simpanan karbon,
tegakan revegetasi

ABSTRACT
ADE SITI NURJANNAH. Potential carbon stock in revegetation stand of postmining land at PT Jorong Barutama Greston, South Kalimantan. Supervised by
IWAN HILWAN.
Mining activities can generate the lost of vegetation that cause absorption
of CO2 decrease. Reclamation and revegetation activities were expected could
increase the absorption of CO2. The aims of this research are to presume and to
compare carbon stock in revegetation stand of post-mining land in 2008, 2009,
and 2010 cultivation at PT Jorong Barutama Greston. The estimation of carbon
stock in Acacia mangium and Paraserianthes falcataria were conducted with
allometric model while destructive sampling was used for litter and understorey.
Total carbon stock of revegetation stand in 2008, 2009, and 2010 were 41.09,
27.43, and 22.90 ton/ha. The analysis value of vegetation showed that total

species of understorey in 2008, 2009, and 2010 were 20, 19, and 26 specieses.
The value of Pearson correlation test showed that understorey diversity state had
not a significant effect for its carbon stock.
Keywords: Acacia
revegetation stand

mangium,

carbon

stock,

Paraserianthes

falcataria,

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA TEGAKAN
REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PT JORONG
BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN SELATAN


ADE SITI NURJANNAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca
Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan.
Nama
: Ade Siti Nurjannah
NIM
: E44100068


Disetujui oleh

Dr Ir Iwan Hilwan, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah Potensi
Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong
Barutama Greston, Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku

pembimbing atas bimbingan, arahan, dan sarannya kepada penulis selama ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT Jorong Barutama Greston
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian,
Bapak Rizali Rakhman, SHut MS, Bapak Yamani, SHut, dan seluruh keluarga
besar Departemen Reklamasi dan Rehabilitasi yang telah membantu selama
penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak, Mama, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya,
sahabat dan keluarga besar Departemen Silvikultur khususnya Silvikultur 47,
teman seperjuangan Zakaria Al Anshori, Dwi Wahyuni, dan Nurani
Hardikananda, teman-teman A3 lorong 8 pojok, D’Somplak, teman-teman Queen
Castle dan rekan lainnya atas segala dukungan. Tak lupa ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ibu Dra Eny Dwi Pujawati, MSi, Nurhastuti Sari
Wulandari dan Dian Kuncoro Putra dari Fakultas Kehutanan Universitas
Lambung Mangkurat atas bantuan dan sarannya selama pengambilan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Ade Siti Nurjannah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Pengambilan Data di Lapang

3

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

10


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

10

Kerapatan Kayu Karamunting

11

Simpanan Biomassa Tegakan Revegetasi

12

Simpanan Biomassa Serasah dan Tumbuhan Bawah

13

Simpanan Nekromassa

14


Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa

14

Simpanan Total Karbon

15

Potensi Serapan CO2

16

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah

16

Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah

18

SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Persamaan alometrik pendugaan biomassa dan volume tegakan
Nilai BEF dan Kerapatan Kayu
Simpanan biomassa tegakan revegetasi Waste Dump UC
Simpanan biomassa serasah dan tumbuhan bawah
Simpanan nekromassa
Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa
Simpanan total karbon tegakan revegetasi
Potensi Serapan CO2
Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi
tahun 2008
Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi
tahun 2009
Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi
tahun 2010
Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi
Indeks kesamaan komunitas tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi

6
6
12
13
14
15
15
16
17
17
17
18
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Lokasi PT JBG
Lokasi titik sampel pengambilan data penelitian
Lay out petak contoh pengambilan data
Tingkat keutuhan pohon, tiang, dan pancang mati
Jumlah tiang, pancang dan pohon pada masing-masing tegakan
Komposisi tanaman tegakan revegetasi Waste Dump UC

3
3
4
7
13
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan
revegetasi 2008
22
2 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan
revegetasi 2009
23
3 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan
revegetasi 2010
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu mengenai perubahan iklim global sudah banyak dibicarakan orang.
Penyebab terjadinya fenomena ini adalah jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) yang
ada di atmosfer telah melampaui ambang batas. Terakumulasinya gas-gas tersebut
di atmosfer membuat radiasi matahari terperangkap di dalam atmosfer sehingga
terjadi peningkatan suhu secara global. Salah satu gas yang memiliki peranan
penting dalam peningkatan GRK adalah karbon dioksida (CO2). Kandungan CO2
di atmosfer diduga meningkat sekitar 0.03-0.06% dan menyebabkan kenaikan
suhu sebesar 4.25°F (Fardiaz 1992).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi CO2
di atmosfer adalah dengan mengurangi laju deforestrasi. Tingkat deforestasi di
berbagai wilayah di Indonesia sangat bervariasi. Faktor penyebab deforestasi dan
degradasi di Indonesia diantaranya adalah alih fungsi lahan hutan untuk usaha
pertambangan. Usaha pertambangan, khususnya yang menggunakan metode
penambangan terbuka (open pit mining), menimbulkan dampak ekologis yang
sangat besar seperti hilangnya vegetasi, perubahan bentang alam dan keterbukaan
lahan. Hal ini menyebabkan berkurangnya penyerapan CO2. Oleh karena besarnya
dampak yang ditimbulkan, perusahaan tambang wajib melakukan kegiatan
reklamasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No 78 Tahun
2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Kegiatan reklamasi dan revegetasi
diharapkan dapat memulihkan kerusakan ekologi yang terjadi karena salah satu
karakteristik tumbuhan adalah memiliki kemampuan untuk menyerap dan
menyimpan karbon selama hidupnya. Karbon disimpan oleh tumbuhan dalam
bentuk biomassa maupun nekromassa. Potensi tumbuhan dalam menyerap karbon
penting untuk diketahui mengingat kandungan karbon di atmosfer semakin
meningkat yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan salah satu perusahaan
pertambangan batubara yang telah melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi
sejak tahun 2005. Selama ini belum pernah ada pengukuran potensi karbon yang
diserap oleh tanaman revegetasi di perusahaan tersebut. Penelitian mengenai
serapan karbon tegakan revegetasi lahan pasca tambang secara umum juga masih
minim dilakukan padahal penelitian potensi karbon ini sangat penting untuk
mengetahui banyaknya karbon yang dapat diserap setelah kegiatan penambangan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa potensi karbon yang tersimpan pada setiap tegakan revegetasi lahan
pasca tambang PT JBG? Apakah tegakan dengan tahun tanam berbeda
memiliki potensi karbon yang berbeda?
2. Apakah umur tegakan memengaruhi potensi karbon di dalam serasah yang
ada di bawahnya?

2
3.
4.

Apakah umur tegakan memengaruhi potensi simpanan karbon di dalam
tumbuhan bawah di bawahnya?
Apakah keanekaragaman jenis tumbuhan bawah memengaruhi potensi karbon
tumbuhan bawahnya?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga dan membandingkan simpanan
karbon yang ada di tegakan revegetasi lahan pasca tambang tahun penanaman
2008, 2009 dan 2010 PT JBG, Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi
mengenai potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan
revegetasi lahan pasca tambang di PT JBG, Kalimantan Selatan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah potensi karbon pada tegakan revegetasi
lahan pasca tambang tahun penanaman 2008, 2009, dan 2010 PT JBG meliputi
simpanan karbon pohon, serasah, tumbuhan bawah dan nekromassa.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2014.
Pengambilan data lapangan bertempat di tegakan revegetasi di Waste Dump
Upper Central (UC) yang ditanam tahun 2008, 2009, dan 2010 PT JBG,
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Peta lokasi PT JBG ditunjukkan pada
Gambar 1, sedangkan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta citra satelit PT JBG,
Global Positioning System (GPS), Suunto, tambang/tali rafia, pita meter, kuas,
pita ukur, patok, parang, cangkul, tally sheet, alat tulis, kertas karton, plastik,
trashbag, label, koran, oven, sasak, laptop, neraca ohauss, timbangan dan kamera
digital. Adapun bahan yang digunakan adalah cat merah dan kuning, alkohol,
tegakan revegetasi Waste Dump UC tahun penanaman 2008, 2009, dan 2010,
nekromassa, serasah, tumbuhan bawah, dan Melastoma malabathricum
(karamunting).

3

Lokasi
PT JBG

Gambar 1 Lokasi PT JBG

Gambar 2 Lokasi titik sampel pengambilan data penelitian
Prosedur Pengambilan Data di Lapang
Metode Penentuan dan Pembuatan Plot di Lapang
Pengambilan data di lapang dilakukan dengan pembuatan 5 petak persegi
panjang berukuran 100 m x 20 m pada setiap tegakan revegetasi. Petak contoh

4
yang dibuat adalah Petak Ukur Permanen (PUP) sehingga pada keempat sudut dan
tengah petak dipasang patok yang telah dicat merah sebagai penanda batas petak.
Lay out petak contoh tersaji dalam Gambar 3.

Keterangan: a= Plot 20 m x 20 m (*) untuk pengukuran pohon (D ≥ 20 cm); b= plot 10 m x 10 m
(*) untuk pengukuran tiang (10 cm ≤ D < 20 cm); c= plot 5 m x 5 m (*) untuk
pengukuran pancang (2 cm ≤ D < 10 cm); d= plot 2 m x 2 m untuk analisis vegetasi
semai dan tumbuhan bawah; e= plot 1 m x 1 m untuk pengukuran biomassa tumbuhan
bawah dan serasah; (*) plot digunakan dalam pengukuran pohon, tiang, dan pancang
mati.

Gambar 3 Lay out petak contoh pengambilan data
Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tegakan
Biomassa tegakan dapat dihitung dengan mengambil data Dbh (1,3 m),
tinggi pohon, dan nama jenis untuk tumbuhan tingkat pohon, tiang, dan pancang
yang ada dalam masing-masing plot. Potensi biomassa tegakan dihitung dengan
menggunakan persamaan alometrik.
Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah
Seluruh tumbuhan bawah yang ada di plot 1 m x 1 m dicabut beserta
akarnya. Adapun seluruh serasah yang ada pada plot 1 m x 1 m dikumpulkan.
Serasah yang diukur meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan
ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah (Masripatin et al. 2010b).
Bagian tumbuhan bawah yang telah dipisahkan dan serasah yang telah
dikumpulkan kemudian ditimbang sebanyak 200 gram untuk mendapatkan berat
basah contohnya, apabila bagian tumbuhan tersebut memiliki berat kurang dari
200 gram maka seluruhnya dijadikan berat basah contoh. Setelah itu dilakukan
pengovenan dengan suhu 80° C selama 2 x 24 jam (Hairiah dan Rahayu 2007).
Metode Pengambilan Contoh Nekromassa Tegakan
Nekromassa adalah batang pohon mati baik yang masih tegak maupun yang
rebah. Nekromassa merupakan komponen penting dari C dan diukur untuk
mengetahui simpanan C secara akurat (Masripatin et al. 2010b). Pengukuran
nekromassa dilakukan dalam plot pengamatan pohon, tiang, dan pancang. Data
yang diambil berupa data diameter, tinggi/panjang, berat jenis nekromassa, dan
tingkat keutuhan pohon mati.
Metode Penentuan Kerapatan Kayu
Beberapa jenis tumbuhan seperti karamunting belum diketahui kerapatan
kayunya (wood density) untuk itu perlu dilakukan pengukuran kerapatan kayu.
Metode yang gunakan adalah metode destructive sampling dimana dilakukan
penebangan karamunting. Batang karamunting dipotong, ditimbang berat

5

basahnya, diukur diameter dan panjangnya kemudian dioven selama 2x24 jam
dengan suhu 100 °C dan ditimbang berat kering tanurnya (Hairiah dan Rahayu
2007).
Metode Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah dilakukan pada plot 2 m x 2 m.
Data yang diambil berupa nama jenis, nama lokal dan jumlahnya.

Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui potensi
karbon dari tegakan, tumbuhan bawah, serasah, dan nekromassa. Selain itu data
hasil analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah diolah untuk mengetahui
keanekaragaman jenis dan komposisi tumbuhan bawah yang ada dengan
menghitung Indeks Nilai Penting, Indeks Kekayaan Jenis, Indeks
Keanekaragaman Jenis, Indeks Kemerataan Jenis, dan Indeks Kesamaan
Komunitas.
Perhitungan Potensi Biomassa Tegakan
Potensi biomassa diduga dengan menggunakan persamaan alometrik
biomassa sesuai dengan jenis pohon dan tipe ekosistem. Jika jenis pohon yang
ditemukan tidak memiliki persamaan alometrik biomassa, pendugaan biomassa
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alometrik volume jenis yang
bersangkutan (Haruni et al. 2012). Kemudian nilai pendugaan biomassa didapat
dengan memasukkan nilai dari persamaan alometrik volume tersebut ke dalam
rumus:
Biomassa pohon=V x ρ x BEF
Keterangan:
V
= volume kayu
ρ
= kerapatan kayu
BEF = biomassa expantion factor.
Apabila jenis yang ditemukan tidak memiliki persamaan alometrik volume,
maka pendugaan biomassa pohon dilakukan dengan menggunakan rumus volume
yang umum digunakan:
1
V= 4 π x ((dbh/100)2) x f x H
Keterangan:
V = volume pohon
f = angka bentuk pohon, angka bentuk untuk pohon standar sebesar 0,7
H = tinggi pohon.
Jenis utama tanaman revegetasi di PT JBG adalah jenis Acacia mangium
(mangium) dan Paraserianthes falcataria (sengon), sedangkan untuk pengayaan
dan sisipan jenis yang digunakan adalah jenis-jenis lokal dan non lokal seperti
sungkai, laban, meranti, dan lain-lain. Persamaan alometrik pendugaan biomassa
dan volume tegakan yang digunakan tertera di dalam Tabel 1, sedangkan nilai
BEF dan kerapatan kayu yang digunakan tertera dalam Tabel 2.

6
Tabel 1 Persamaan alometrik pendugaan biomassa dan volume tegakan
No
1

Jenis pohon
Acacia mangium

Persamaan alometrik
V= 0.000328 D2,2764

Sumber
Imanuddin
dan
Bustomi (2004) dalam
Haruni et al. (2012)
2
Paraserianthes falcataria W= 0.148 D2,299
Haruni et al. (2012)
3
Jenis pohon lain
W= 0.2291 D2,31
Wulansih (2012)
Keterangan: W = biomassa pohon; V = volume pohon; D = diameter pohon

Tabel 2 Nilai BEF dan Kerapatan Kayu
No Jenis pohon
Nilai BEF
Nilai Kerapatan kayu
1
Acacia mangium
1.33
500 kg/m3
2
Paraserianthes falcataria
1.34
330 kg/m3
3
Melastoma malabathricum
1.06
Belum diketahui
Sumber: Nilai BEF: Haruni et al. (2012); nilai kerapatan kayu: P3HH (2008)

Perhitungan Potensi Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah
Perhitungan biomassa tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan
menghitung berat kering total. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar
berat kering total menurut Hairiah dan Rahayu (2007) adalah sebagai berikut:
BKc
BKT=
x BBT
BBc
Keterangan:
BKT = berat kering total
BKc = berat kering contoh
BBc = berat basah contoh
BBT = berat basah total
Perhitungan Potensi Nekromassa Pohon, Tiang, dan Pancang Mati
Pohon, tiang, atau pancang mati potensi nekromassanya dapat diduga
dengan menggunakan nilai biomassa pohon yang dikalikan dengan tingkat
keutuhan pohon mati (lihat Gambar 4). Rumus yang digunakan menurut BSN
(2011) adalah sebagai berikut:
Ni=Bi x f
Keterangan:
Ni = nekromassa masing-masing komponen (kg)
Bi = nilai biomassa pohon
f
= tingkat keutuhan pohon mati

7

Keterangan: A. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun dengan faktor koreksi
0.9; B. tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun dan ranting dengan
faktor koreksi 0.8; C. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun,
ranting dan cabang dengan faktor koreksi 0.7.

Gambar 4 Tingkat keutuhan pohon, tiang, dan pancang mati.
Metode Perhitungan Nekromassa Kayu Mati
Apabila dalam plot ditemukan kayu mati, maka untuk mengetahui potensi
nekromassanya dapat menggunakan rumus volume Brereton yang dikalikan
dengan berat jenis kayu tersebut. Rumus yang digunakan menurut BSN (2011)
adalah sebagai berikut:
2
dp +du
x p………(Brereton)
Vkm =0.25π
2 x 100
Nkm =Vkm x ρ
Keterangan:
Vkm = volume kayu mati (m3)
dp
= diameter pangkal kayu mati (cm)
du
= diameter ujung kayu mati (cm)
p
= panjang kayu mati (m)
Nkm = nekromassa kayu mati (kg)
ρ
= kerapatan kayu (kg/m3)
Pendugaan Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah
Potensi karbon dapat diduga melalui biomassa tumbuhan dengan
mengkonversi 0,47 dari biomassa maupun nekromassanya (IPCC 2006; BSN
2011), namun untuk beberapa jenis telah diketahui fraksi karbonnya seperti
mangium memiliki nilai fraksi karbon sebesar 45% dan sengon sebesar 44%
(Kemenhut 2013). Rumus yang digunakan dalam pendugaan potensi karbon
sebagai berikut:
C=B x 0.47
C=N x 0.47
C=BKT x 0.47
Cmangium = B x 0.45
Csengon = B x 0.44
Keterangan:
C
= karbon (kg)
B
= biomassa tumbuhan (kg)
N
= nekromassa tumbuhan (kg)
BKT = berat kering tanur tumbuhan bawah dan serasah
0.47 = Faktor konversi dari standar internasional untuk pendugaan karbon

8
Perhitungan Karbon Per Hektar untuk Biomassa di Atas Permukaan Tanah
Seluruh hasil perhitungan yang telah didapat kemudian diakumulasi ke
dalam luasan per hektar. Rumus yang di gunakan (BSN 2011) adalah,
Cx
10000
x
Cn=
1000 L plot
Keterangan:
Cn
= kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada tiap
plot (ton/ha)
Cx
= kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (kg)
L plot = Luas plot pada masing-masing pool (m2).
Perhitungan Potensi Serapan CO2
Banyaknya CO2 yang diserap tanaman dapat diduga dengan mengalikan
nilai dugaan karbon per hektar dengan faktor konversi atom C di dalam senyawa
CO2. Rumus yang digunakan menurut Hardjana (2009) sebagai berikut:
CO2 = C x 3.67
Perhitungan Kerapatan Kayu
Pengukuran volume kayu menggunakan rumus Brereton, sedangkan untuk
perhitungan kerapatan kayu menurut Hairiah (2007) menggunakan rumus sebagai
berikut:
Berat kering(g)
ρ g/cm³ =
volume (cm3 )
Kerapatan kayu yang didapat kemudian dikonversi ke dalam satuan (kg/m3),
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
10-3
ρ kg m³ = ρ g cm³ x -6
10
Perhitungan Hasil Analisis Vegetasi
1. Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting (importance value index) merupakan parameter
kuantitatif yang dipakai untuk mengetahui tingkat dominansi spesies-spesies
dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2010).
Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR),
Dominansi Relatif (DR), dan Frekuensi Relatif (FR) (Soerianegara dan Indrawan
2008). Berikut rumus-rumus yang digunakan dalam menentukan nilai INP:
jumlah individu (ind)
Kerapatan ( ind ha ) =
luas seluruh petak contoh (ha)
kerapatan spesies
Kerapatan Relatif (%)=
x 100%
kerapatan seluruh spesies
jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies
Frekuensi=
jumlah seluruh petak contoh
frekuensi suatu spesies
x 100%
Frekuensi Relatif (%)=
frekuensi seluruh spesies
luas bidang dasar suatu spesies (m2 )
Dominansi ( m² ha )=
x 100%
luas seluruh petak contoh (ha)

9

dominansi spesies
x 100%
dominansi seluruh spesies
INP (%)=KR+FR (untuk tingkat tumbuhan bawah, semai, dan pancang)
Dominansi Relatif (%)=

2. Indeks Kekayaan Jenis (R)
Indeks kekayaan jenis Margalef (R) merupakan perhitungan kekayaan jenis
spesies dalam suatu komunitas. Indeks ini menurut Magurran (1988) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
S-1
R=
ln(N)
Keterangan :
R
= Indeks kekayaan jenis dari Margalef
S
= Jumlah jenis
N
= Jumlah seluruh individu
3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
Keanekaragaman tumbuhan dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang diperoleh dengan
parameter kekayaan jenis dan proporsi kelimpahan masing-masing jenis di suatu
komunitas (Krebs 1978). Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung
indeks keanekaragaman jenis:
n
ni
ni
x ln
Hʼ= N
N
i=1

Keterangan :
H’
= indeks keanekaragaman jenis
ni
= jumlah individu jenis ke-i
N
= jumlah seluruh individu
4.

Indeks Kemerataan Jenis (E)
Tingkat kemerataan vegetasi pada suatu komunitas ditunjukkan oleh indeks
kemerataan spesies (species eveness index). Indeks kemerataan ini menunjukkan
penyebaran individu spesies dalam suatu komunitas. Indeks ini dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (Ludwig dan Reynold 1988):

E=
ln(S)
Keterangan :
E
= indeks kemerataan jenis
H’
= indeks keanekaragaman jenis
S
= jumlah jenis
5.

Indeks Dominansi (C)
Indeks dominansi (indeks of dominance) adalah parameter yang menyatakan
tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas rumus
yang digunakan dalam menentukan indeks dominansi adalah:
n
ni 2
C=
N
i=1

10
Keterangan :
C
= indeks dominansi
ni
= jumlah spesies ke-i
N
= jumlah seluruh spesies
Indeks Kesamaan Komunitas (IS)
Indeks kesamaan komunitas atau index of similarity (IS) kadang-kadang
diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, unit
sampling, atau komunitas serta mengetahui perbandingan komposisi dan struktur
komunitasnya (Indriyanto 2010). Untuk mengetahui besarnya indeks kesamaan
komunitas dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:
2w
x 100%
IS =
a+b
Keterangan:
IS = Indeks kesamaan komunitas
w
= Jumlah nilai penting (INP) yang sama atau nilai yang terendah dari jenisjenis yang terdapat dalam dua petak contoh yang dibandingkan
a
= jumlah INP di dalam komunitas A
b
= jumlah INP di dalam komunitas B
Setelah analisis data potensi karbon selesai, hasil dari analisis data akan
ditabulasikan, kemudian akan dilakukan analisis korelasi terhadap variabel tahun
penanaman dan keanekaragaman jenis tumbuhan dengan menggunakan Microsoft
excel dan hasilnya akan dilakukan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Posisi Geografis
Secara administrasi PT JBG terletak di Desa Swarangan, Kecamatan
Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis
lokasi penambangan PT JBG terletak
pada 3°45’07”–4°00’15”LS dan
°
°
114 45’23”–115 05’53”BT. Area pelabuhan terletak di Desa Swarangan,
Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.
PT JBG melakukan kegiatan penambangan batubara di Desa Swarangan
yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Utara
: Kecamatan Jilatan
2. Timur
: Kecamatan Asam-asam
3. Selatan
: Laut Jawa dan Desa Swarangan
4. Barat
: Kecamatan Penyipalan (PT JBG 2006).
Jenis Tanah dan Topografi
Tanah pada areal kegiatan tambang batubara di PT JBG didominasi oleh
sebaran tanah Podsolik (Ultisol). Tanah Aluvial (Inceptisol) hanya terdapat di
sekitar sungai (Sungai Asam-asam, Sungai Katal-katal dan Sungai Nahiya) dalam
luasan yang sempit. Tanah Podsolik merupakan tanah yang mempunyai horizon

11

argilik bersifat masam dan kejenuhan basa yang rendah. Topografi wilayah
tambang PT JBG ada 3 macam yakni daerah topografi yang relatif datar,
bergelombang, dan berbukit. Daerah dengan topografi berbukit hampir sebagian
besar dimiliki oleh Kabupaten Tanah Laut. Daerah yang relatif datar dan
bergelombang pada umumnya terdapat di sepanjang pantai dan muara sungai.
Sungai utama yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Asam-asam, Sungai
Katal-katal, dan Sungai Nahiya (PT JBG 2006).
Iklim dan Curah Hujan
Lokasi PT JBG dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan ciri khas,
curah hujan yang cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun.
Menurut klasifikasi Koppen daerah ini diklasifikasikan sebagai Af, karena selalu
basah dengan curah hujan > 60 mm atau tipe A menurut klasifikasi SchmidthFerguson. Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan 2004-2013, curah hujan
rata-rata tahunan 2359.4 mm. Curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 97.87277.25 mm. Musim kemarau dan musim hujan tidak jelas karena terjadinya
perubahan iklim. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar
277.25 mm, sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan
September dengan curah hujan sebesar 97.87 mm. Hari hujan rata-rata bulanan
selama tahun 2004 – 2013 adalah 12 hari, sedangkan untuk jumlah hari hujan
terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari dan hujan terendah
terjadi pada bulan September yaitu sebanyak 1 hari (PT JBG 2014). Suhu udara
bulanan periode 1994-2003 rata-rata 27.1°C dengan suhu terendah terjadi pada
bulan Januari (26.6°C), sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober
(27.5°C) (PT JBG 2006).
Kelembaban nisbi bulanan berdasarkan data kelembaban nisbi tahun 19942003 berkisar 75-85% dengan rata-rata 81%. Kelembaban tertinggi terjadi pada
bulan Desember dan terendah terjadi pada bulan Agustus-September. Rata-rata
penyinaran matahari bulanan 45% berkisar dari 32-62% berdasarkan data
penyinaran matahari rata-rata bulanan periode 1994-2003. Presentase penyinaran
pada musim hujan berkisar 32-55%, sedangkan presentase penyinaran pada
musim kemarau berkisar 50-62%. Ditinjau dari lama waktu penyinaran berkisar
antara 2.8-4.7 jam selama musim hujan, dan berkisar 4.5-5.8 jam pada musim
kemarau (PT JBG 2006).

Kerapatan Kayu Karamunting
Karamunting merupakan jenis perdu yang lebih banyak dimanfaatkan
sebagai tanaman obat. Ukuran diameter batang yang kecil membuat kayunya
jarang dimanfaatkan sehingga belum diketahui kerapatan kayunya. Karamunting
banyak ditemukan di petak contoh penelitian untuk itu dilakukan pengukuran
kerapatan kayu karamunting. Sampel yang digunakan untuk pengukuran
kerapatan kayu karamunting sebanyak 5 sampel batang karamunting dengan
masing-masing sampel dibuat 2 ulangan. Hasil pengukuran kerapatan kayu
karamunting didapat rata-rata sebesar 495.60 kg/m3.

12
Simpanan Biomassa Tegakan Revegetasi
Biomassa merupakan jumlah karbon potensial yang dapat dilepas ke
atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang atau dibakar, sebaliknya
dengan pendugaan biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbon dioksida
yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau
dengan penanaman (Brown 1997 dalam Indrapraja 2013). Pendugaan biomassa
hutan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan karbon yang
tersimpan dalam hutan. Diperkirakan bahwa 50 persen dari biomassa hutan
mengandung karbon (Ketterings et al. 2001; Brown 1997 dalam Roesyane 2010).
Simpanan biomassa tegakan revegetasi terdiri dari simpanan biomassa
pohon, tiang, dan pancang. Pendugaan simpanan biomassa tegakan mangium pada
penelitian ini menggunakan persamaan alometrik volume yang dikembangkan
oleh Imanuddin dan Bustomi (2004) dalam Haruni et al. (2012) untuk hutan
tanaman mangium di daerah Kalimantan Selatan. Penggunaan persamaan
alometrik volume Imanuddin dan Bustomi (2004) ini berdasarkan kesamaan
lokasi dan tipe ekosistem dengan lokasi penelitian. Persamaan alometrik yang
digunakan untuk menduga biomassa sengon adalah persamaan alometrik Haruni
et al. (2012) untuk biomassa total sengon yang ditanam di hutan tanaman Jawa
Barat. Belum adanya persamaan alometrik biomassa sengon untuk hutan tanaman
di wilayah Kalimantan Selatan secara spesifik yang menyebabkan penggunaan
persamaan alometrik Haruni et al. (2012) pada penelitian ini. Adapun persamaan
alometrik untuk jenis pohon lain yang ditemukan di petak contoh menggunakan
persamaan alometrik Wulansih (2012), terkecuali untuk jenis karamunting yang
tidak menggunakan persamaan alometrik melainkan dengan menggunakan rumus
volume secara umum. Hasil pengukuran simpanan biomassa di tegakan revegetasi
Waste Dump UC dengan tahun penanaman berbeda tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Simpanan biomassa tegakan revegetasi Waste Dump UC
Komponen hutan
Pohon
Tiang
Pancang
Jumlah

Tegakan tahun 2008
23.74
39.04
19.68
82.46

Biomassa (ton/ha)
Tegakan tahun 2009
1.53
38.49
13.84
53.86

Tegakan tahun 2010
0.53
23.36
21.35
45.24

Simpanan biomassa tertinggi dari ketiga tegakan berasal dari permudaan
tingkat tiang. Ketiga tegakan masih didominasi tingkat tiang dan pancang
meskipun ketiga tegakan telah mencapai umur 4 tahun, 5 tahun, dan 6 tahun (lihat
Gambar 4). Hal ini terjadi karena kondisi tanah yang berbeda dengan hutan
tanaman pada umumnya. Top soil yang digunakan dalam reklamasi bukanlah
horison O melainkan horison A sehingga pH tanah masam dan tanah miskin hara.
Selain itu, ketebalan top soil yang hanya berkisar 15-50 cm membuat
pertumbuhan akar kurang optimal, akibatnya pertumbuhan tanaman pun menjadi
terhambat. Mangium dan sengon tingkat pohon paling banyak dijumpai di tegakan
tahun 2008 dengan diameter terbesar hanya 32.01 cm.
Hasil penelitian Hanggara (2012) menunjukkan simpanan biomassa tegakan
mangium dan tegakan sengon di lahan reklamasi pasca tambang umur 4 tahun
sebesar 41.58 ton/ha dan 6.86 ton/ha sedikit berbeda dengan simpanan biomassa

13

hasil penelitian penulis pada umur yang sama (tegakan tahun 2010) sebesar 45.24
ton/ha. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan persamaan alometrik dan nilai
kerapatan kayu mangium dan sengon yang digunakan. Selain itu, tegakan
revegetasi PT JBG menggunakan 2 tanaman pokok, yaitu mangium dan sengon
dengan jarak tanam 4 m x 4 m sedangkan tegakan yang diukur pada penelitian
Hanggara (2012) merupakan tegakan homogen dengan jarak tanam 3 m x 4 m.
Meskipun pada tegakan PT JBG perbandingan penanaman mangium dan sengon
1:1, namun mangium lebih mendominasi dibandingkan dengan sengon (lihat
Gambar 4). Hal ini disebabkan sengon kalah bersaing dengan mangium, selain itu
banyak mangium yang memiliki batang bercabang dibawah 1,3 m sehingga
pengukuran biomassa dilakukan di masing-masing cabang.
Jumlah tanaman

300
250
200
150
100
50
0

267

255
218 210

182

158

pancang

87

tiang
7

2008

pohon

2

2009
Tahun penanaman

2010

Gambar 5 Jumlah tiang, pancang dan pohon pada masing-masing tegakan
persentase jumlah
tanaman

100,00%

89,13%

81,82%

78,81%

80,00%
60,00%
40,00%

19,76%

10,48%
0,39% 0

20,00%

0,71% 0,71%

8,87% 9,31%
0

0,00%
2008
Mangium

2009
Tahun penanaman
Sengon
karamunting

2010
sungkai

Gambar 6 Komposisi tanaman tegakan revegetasi Waste Dump UC

Simpanan Biomassa Serasah dan Tumbuhan Bawah
Serasah dan tumbuhan bawah merupakan salah satu komponen hutan yang
harus diukur ketika dilakukan pendugaan simpanan biomassa hutan. Hasil dari
pendugaan simpanan biomassa serasah dan tumbuhan bawah tercantum dalam
Tabel 4.
Tabel 4 Simpanan biomassa serasah dan tumbuhan bawah
Komponen hutan
Serasah
Tumbuhan bawah
Jumlah

Tegakan tahun 2008
4.32
0.42
4.74

Biomassa (ton/ha)
Tegakan tahun 2009
3.98
0.55
4.53

Tegakan tahun 2010
2.96
0.62
3.52

14
Simpanan biomassa serasah berbanding lurus dengan biomassa tegakan,
semakin besar biomassa tegakan maka semakin tinggi biomassa serasahnya.
Tegakan dengan umur lebih tua memiliki simpanan biomassa serasah yang lebih
besar (lihat Tabel 4). Daun mangium memiliki kadar lignin dan nisbah C/N yang
tinggi sehingga proses dekomposisi serasahnya berjalan lambat (Hardiyanto et al.
2004 dalam Hanggara 2012) sehingga serasah mangium banyak ditemukan di
lantai hutan. Adapun biomassa tumbuhan bawah berbanding terbalik dengan
biomassa tegakan. Tegakan dengan umur lebih muda memiliki tumbuhan bawah
yang lebih banyak dibandingkan dengan tegakan umur tua (lihat Tabel 4).
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon
di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Tegakan dengan
umur lebih tua memiliki tutupan tajuk yang lebih rimbun sehingga tumbuhan
bawah kurang mendapatkan cahaya, padahal cahaya sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi (Gusmaylina
1983 dalam Nirwani 2011).

Simpanan Nekromassa
Pohon atau kayu mati merupakan bagian penting dalam pengukuran karbon
tegakan. Banyaknya nekromassa yang tersimpan pada pengukuran nekromassa
dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5 Simpanan nekromassa
Komponen hutan
Pohon mati
Tiang mati
Pancang mati
Kayu mati
Jumlah

Tegakan tahun 2008
0.37
1.97
1.21
0.06
3.61

Nekromassa (ton/ha)
Tegakan tahun 2009
0.76
1.68
0.11
2.55

Tegakan tahun 2010
0.61
1.08
0.05
1.74

Simpanan nekromassa terbesar terdapat pada tegakan tahun 2008 dengan
proporsi terbesar berasal dari nekromassa tiang mati. Tingkat keutuhan pohon
mati di ketiga tegakan didominasi oleh pohon tanpa daun dan pohon tanpa daun
dan ranting masing-masing sebanyak 27 pohon dan 25 pohon dari total 74 pohon
yang mati. Banyaknya pohon yang mati diduga dikarenakan serangan hama dan
faktor lingkungan lain.

Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa
Simpanan total biomassa tegakan, serasah, tumbuhan bawah dan
nekromassa jika diakumulasi akan menjadi simpanan total biomassa di atas
permukaan yang menjadi dasar perhitungan simpanan karbon di atas permukaan
tanah (Indrapraja 2010). Besarnya simpanan total biomassa dan nekromassa tanah
tersaji dalam Tabel 6.

15

Tabel 6 Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa
Komponen hutan
Pohon
Tiang
Pancang
Serasah
Tumbuhan bawah
Nekromassa
Jumlah

Biomassa dan Nekromassa (ton/ha)
Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010
23.79
1.52
0.53
39.14
38.35
23.30
19.72
13.78
21.33
4.32
3.98
2.96
0.42
0.55
0.62
3.61
2.55
1.74
91.00
60.73
50.48

Tegakan tahun 2008 memiliki simpanan biomassa tertinggi, yakni sebesar
91.00 ton/ha, sedangkan simpanan biomassa tegakan tahun 2009 sebesar 60.73
ton/ha dan tegakan tahun 2010 sebesar 50.48 ton/ha. Kontribusi biomassa paling
besar berasal dari biomassa tiang sedangkan terkecil berasal dari tumbuhan bawah.

Simpanan Total Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem.
Di dalam atmosfer, karbon terikat dan membentuk senyawa karbon dioksida
(CO2). Karbon dioksida juga dapat membentuk persediaan karbon organik dalam
proses fotosintesis. Karbon organik ini akan tetap berada di dalam tubuh produsen
(tumbuhan) atau pun konsumen (manusia dan hewan) sampai mati. Setelah
produsen/konsumen mati, karbon organik akan terurai melalui proses dekomposisi
dan CO2 akan terlepas kembali ke atmosfer. Penguraian bahan organik ini ada
yang berlangsung cepat adapula yang berlangsung sangat lama. Proses penguraian
yang berlangsung sangat lama akan membentuk bahan bakar fosil (Killham 1996;
Vickery 1984; Gopal dan Bhardwaj 1979 dalam Indriyanto 2010).
Simpanan karbon total di atas permukaan diperoleh dari hasil penjumlahan
karbon pohon, tiang, pancang, serasah, tumbuhan bawah, dan nekromassa. Hasil
pendugaan simpanan karbon tegakan revegetasi PT JBG tersaji dalam Tabel 7.
Tabel 7 Simpanan total karbon tegakan revegetasi
Komponen hutan
Pohon
Pancang
Tiang
Serasah
Tumbuhan bawah
Nekromassa
Jumlah

Tegakan tahun 2008
10.69
17.57
8.86
2.03
0.32
1.62
41.09

Karbon (ton/ha)
Tegakan tahun 2009
0.68
17.26
6.22
1.87
0.26
1.14
27.43

Tegakan tahun 2010
0.24
10.49
9.60
1.62
0.32
0.63
22.90

Hasil simpanan karbon total yang diperoleh pada penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian Hanggara (2012). Simpanan karbon tegakan
akasia dan sengon umur 4 tahun di lahan reklamasi pasca tambang yang diukur
Hanggara (2012) masing-masing sebesar 22.96 ton/ha dan 5.30 ton/ha, sedangkan
pada penelitian ini tegakan tahun 2010 memiliki simpanan karbon sebesar 22.90

16
ton/ha (lihat Tabel 8). Jika dibandingkan dengan potensi karbon hutan tanaman
mangium di tempat lain, potensi karbon tegakan revegetasi ini jauh lebih kecil.
Hutan tanaman mangium umur 5 tahun yang ditanam PT Perhutani Bogor
mengandung simpanan biomassa sebesar 176.84 ton/ha, sedangkan hutan tanaman
mangium umur 6 tahun di hutan tanaman Benakat, Sumatera Selatan memiliki
simpanan karbon sebesar 91.2 ton/ha (Heriansyah dan Siregar 2002; Ginting 1997
dalam Masripatin 2010a).
Adanya perbedaan simpanan karbon yang cukup besar disebabkan oleh
perbedaan kualitas tapak, iklim, serta perlakuan silvikultur yang diberikan. Lahan
reklamasi pasca tambang memiliki kualitas tapak yang lebih rendah seperti pH
rendah dan miskin unsur hara. Perlakuan silvikultur seperti perawatan tanaman
pun kurang intensif jika dibandingkan dengan hutan tanaman.

Potensi Serapan CO2
Dugaan potensi serapan CO2 dari tegakan revegetasi lahan pasca tambang
PT JBG disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Potensi Serapan CO2
Tahun penanaman
2008
2009
2010

Potensi penyerapan CO2
(ton/ha)
147.09
97.24
90.10

Potensi penyerapan CO2
(ton/ha/tahun)
24.52
19.45
22.53

Potensi penyerapan CO2 tegakan revegetasi tahun 2008 sebesar 147.09
ton/ha, tahun 2009 sebesar 97.24 ton/ha, dan tahun 2010 sebesar 90.10 ton/ha.
potensi penyerapan CO2 rata-rata per tahun tegakan revegetasi PT JBG berkisar
19.45-24.52 ton/ha/tahun. Nilai ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan
nilai potensi penyerapan CO2 tegakan mangium menurut Subarudi (2003) di
Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan yang berkisar 40-67 ton/ha/tahun. Hasil
pendugaan potensi penyerapan CO2 tegakan mangium di HTI Kalimantan Timur
oleh Hardjana (2009) memiliki rata-rata penyerapan CO2 sebesar 55.45
ton/ha/tahun. Perbedaan banyaknya CO2 yang diserap diduga karena pengaruh
beberapa faktor seperti iklim, topografi, kualitas tempat tumbuh, spesies dan
komposisi umur pohon, serta tahap pertumbuhan pohon (Dury et al 2002 dalam
Ginoga 2004). Tegakan revegetasi PT JBG memiliki serapan CO2 yang rendah
dikarenakan kondisi lahan yang miskin hara sehingga pertumbuhan tanaman lebih
lambat.

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah
Analisis vegetasi dilakukan pada plot 2 m x 2 m untuk mengetahui
keanekaragaman tumbuhan bawah dan sebarannya. Hasil analisis vegetasi
tumbuhan bawah masing masing tegakan tercantum pada Tabel 8, Tabel 9, dan
Tabel 10.

17

Tabel 9 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi
tahun 2008
No
1
2
3
4
5

Nama jenis

Famili

Brachiaria
mutica
Scleria sp.
Brachiaria
fasciculata
Imperata
cylindrica
Melastoma
malabathricum

Poaceae

Jumlah K
KR
FR
INP
F
individu (ind/ha) (%)
(%)
(%)
920
46000 33.74 0.64 19.16 52.90

Poaceae
Poaceae

451
566

22550 16.54 0.76 22.75 39.29
28300 20.76 0.42 12.57 33.33

Poaceae

526

26300 19.29 0.44 13.17 32.46

Melastomataceae

28

1400

1.03 0.26

7.78

8.81

Tabel 10 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi
tahun 2009
No

Nama jenis

1

Brachiaria
fasciculata
Imperata
cylindrica
Brachiaria
mutica
Paspalum
notatum
Scleria sp.

2
3
4
5

Poaceae

Jumlah
individu
672

Poaceae

385

19250

16.57

0.48

13.87

30.45

Poaceae

458

22900

19.72

0.34

9.83

29.54

Poaceae

204

10200

8.78

0.46

13.29

22.08

Cyperaceae 151

7550

6.50

0.38

10.98

17.48

Famili

K
KR
(ind/ha) (%)
33600
28.93

FR
INP
(%)
(%)
0.56
16.18 45.11
F

Tabel 11 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi
tahun 2010
No
1
2
3
4
5

Nama jenis
Imperata
cylindrica
Scleria sp
Brachiaria
mutica
Paspalum
notatum
Melastoma
malabathricum

Famili
Poaceae

Jumlah K
KR
FR
INP
F
individu (ind/ha) (%)
(%)
(%)
2003 100150 56.23 0.68 18.68 74.91

Cyperaceae
Poaceae

363
341

Poaceae

190

9500

5.33 0.36

67

3350

1.88 0.40 10.99 12.87

Melastomataceae

18150 10.19 0.50 13.74 23.93
17050 9.57 0.30 8.24 17.82
9.89 15.22

Hasil analisis vegetasi menunjukkan terdapat 20 spesies tumbuhan bawah
yang ditemukan di tegakan tahun 2008, 19 spesies tumbuhan bawah yang
ditemukan di tegakan tahun 2009, dan 26 spesies tumbuhan bawah yang
ditemukan di tegakan tahun 2010. Tumbuhan bawah yang ada di ketiga tegakan
revegetasi didominasi oleh famili Poaceae (rumput-rumputan). Brachiaria mutica,
Brachiaria fasciculata, dan Imperata cylindrica masing-masing mendominasi

18
tegakan tahun 2008, 2009, dan 2010 dengan nilai penting sebesar 52.90%, 45.11%,
74.91%.

Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah
Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkat komunitas yang
bisa digunakan untuk menyatakan struktur komunitas berdasarkan organisasi
biologi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi apabila
di dalam komunitas tersebut terdapat banyak spesies dengan kelimpahan yang
sama/hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki
keanekaragaman rendah apabila di dalam komunitas tersebut terdapat sedikit
spesies dengan sedikit spesies yang dominan (Soegianto 1994 dalam Indriyanto
2010). Hasil analisis keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi
Indeks
keanekaragaman
R
H’
E
C

Tegakan tahun 2008

Tegakan tahun 2009

Tegakan tahun 2010

2.40
1.75
0.59
0.22

2.32
2.01
0.69
0.17

3.06
1.72
0.53
0.34

Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah yang tertinggi terdapat di tegakan
tahun 2010 dengan nilai sebesar 3.06, Indeks keanekaragaman jenis tertinggi ada
pada tegakan tahun 2009 dengan nilai sebesar 2.01, indeks kemerataan jenis
tertinggi ada pada tegakan tahun 2009 dengan nilai 0.69, sementara untuk indeks
dominansi jenis tegakan tahun 2010 memiliki nilai terbesar, yaitu 0.34.
Angka-angka yang ada dalam Tabel 12 menunjukkan bahwa pada ketiga
tegakan tingkat kekayaan jenisnya tergolong rendah karena nilai R75%. Hal ini berarti ketiga komunitas secara komposisi
jenis berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini bisa disebabkan perbedaan
intensitas cahaya yang diterima tumbuhan bawah.
Uji korelasi antara indeks keanekaragaman jenis dengan kandungan karbon
tumbuhan bawah dilakukan dengan menggunakan uji Pearson. Hasil uji
menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tidak
berpengaruh nyata terhadap simpanan karbon tumbuhan bawahnya pada taraf 95%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

3.

Tegakan revegetasi PT JBG tahun 2008 memiliki simpanan karbon di atas
permukaan tanah tertinggi yakni 41.09 ton/ha, sedangkan tegakan revegetasi
tahun 2009 sebesar 27.43 ton/ha, dan tegakan tahun 2010 sebesar 22.90
ton/ha.
Umur tegakan memengaruhi potensi simpanan karbon di dalam serasah dan
tumbuhan bawahnya. Semakin tua umur tegakan, maka semakin besar potensi
karbon dari serasah yang ada di bawah tegakan. Sementara itu, semakin tua
umur tegakan maka kandungan karbon di dalam tumbuhan bawahnya
semakin sedikit.
Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah menunjukkan jumlah tumbuhan
bawah pada tegakan tahun 2008 sebanyak 20 spesies, pada tegakan tahun
2009 sebanyak 19 spesies, dan pada tegakan tahun 2010 sebanyak 26 spesies.
Tumbuhan bawah yang paling mendominasi berasal dari famili Poaceae,
yakni Brachiaria mutica dengan INP 52.90% (2008), Brachiaria fasciculata
dengan INP 45.11% (2009), dan Imperata cylindrica dengan INP 74.81%
(2010). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis
tumbuhan bawah tidak berpengaruh terhadap simpanan karbonnya.

Saran
1. Perlu dilakukan perawatan tanaman yang lebih intensif seperti pemupukan,
penjarangan, dan pemberantasan hama penyakit agar pertumbuhan tanaman
revegetasi lebih baik sehingga simpanan karbonnya lebih banyak.
2. Perlu dilakukan evaluasi mengenai persentase hidup tanaman jika dilihat dari
jauhnya perbandingan antara jumlah tanaman sengon dan mangium serta
banyaknya tanaman yang mati, agar diketahui penyebab pasti kematian
tanaman dan dapat dilakukan pencegahan serta penanganannya.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab tanaman yang mati.
4. Perlu dilakukan pengukuran simpanan karbon di lokasi tegakan revegetasi
yang lain di PT JBG.

20

DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan penghitungan
cadangan karbon–Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon
hutan (ground based forest carbon accounting). Jakarta (ID): BSN.
Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Ginoga KL. 2004. Beberapa cara perhitungan biomassa karbon. J Info Sosial
Ekonomi. 4(1):1-7.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Petunjuk praktis pengukuran karbon tersimpan di
berbagai macam penggunaan lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre,
ICRAF Southeast Asia.
Hanggara BAT. 2012. Pendugaan kandungan karbon pada tegakan akasia (Acacia
mangium) dan tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di lahan reklamasi
pasca tambang batubara PT Arutmin Batulicin, Kalimantan Selatan [skripsi].
Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Hardjana AK. 2009. Potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman Acacia
mangium di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. J Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan. 7(4):237-249.
Haruni K, Adinugroho WC, Imanuddin R. 2012. Monograf Model-Model
Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem
Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian Kehutanan, Kementerian
Kehutanan.
Indrapraja R. 2013. Potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada
tegakan meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories. Jepang (JP): Institute for Global
Environmental Strategies (IGES).
Irawan DJ. 2009. Pendugaan kandungan karbon pada tegakan jati (Tectona
grandis) tidak terbakar dan pasca kebakaran permukaan di KPH Malang,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Laboratorium
Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institur Pertanian Bogor.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2010. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : P.4/menhut-ii/2011 tentang pedoman reklamasi
hutan. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2013.