Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik

PERUBAHAN FRAKSI FOSFOR CEPAT TERSEDIA
PADA TANAH TERGENANG
YANG DIAMELIORASI BAHAN ORGANIK

DINDA LESTARI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Fraksi
Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Dinda Lestari
NIM A14100097

ABSTRAK
DINDA LESTARI. Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah
Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik. Dibimbing oleh SYAIFUL
ANWAR dan ARIEF HARTONO
Rendahnya kadar fosfor (P) tersedia dalam tanah menyebabkan petani
berasumsi bahwa dengan menambahkan pupuk P dalam jumlah banyak akan
meningkatkan ketersediaannya. Namun demikian, lama-kelamaan hal tersebut
akan mengakibatkan tingginya residu P tanah dikarenakan banyaknya P yang
berubah menjadi bentuk tidak tersedia. Dalam kondisi residu P tinggi pemberian
pupuk P selanjutnya akan dapat berpengaruh tidak nyata pada produktivitas
tanaman. P dalam tanah dapat berbentuk inorganik dan organik. P dalam tanah
terdapat dalam berbagai bentuk ketersediaan, mulai dari cepat tersedia hingga
tidak tersedia. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan residu P adalah
dengan menambahkan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

pengaruh pemberian bahan organik terhadap bentuk P cepat tersedia pada tanah
yang digenangi. Dosis bahan organik yang diberikan adalah 0, 500, 750, 1000,
2000 dan 5000 kg/ha, dengan tiga kali ulangan. Satuan percobaan berupa 200 g
BKM tanah dalam pot berdiameter 10 cm. Setiap minggu selama 5 minggu
penggenangan, sub sampel tanah diekstrak untuk menetapkan bentuk P cepat
tersedia (P-NaHCO3) mengikuti prosedur fraksionasi Tiessen dan Moir tahun
1993. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-NaHCO3 meningkat dengan
meningkatnya dosis bahan organik. P-NaHCO3 juga meningkat berdasarkan lama
waktu penggenangan. Namun demikian, terdapat dinamika yang diduga terutama
sebagai akibat dinamika redoks tanah yang digenangi.
Kata Kunci : Bahan Organik, Ketersediaan P, P-NaHCO3, Waktu Penggenangan.

ABSTRACT
DINDA LESTARI. Changes of Rapid-Available Phosphorus Fraction in
Submerged Soil Ameliorated with Organic Matter. Supervised by SYAIFUL
ANWAR and ARIEF HARTONO
Prolong phosphorus fertilization has result in high unavailable P residue in
soil. In this condition, further P fertilization will not result in higher plant
productivity known as leveling off. P in soil exists in inorganic and organic forms,
and in broad-range of availability from freely available to unavailable forms. The

objective of this research was to study the effects of organic matter on rapidly
available P extracted with 0.5 M NaHCO3 in submerged soil. Organic matter
treatments were 0, 500, 750, 1000, 2000, and 5000 kg/ha. Research unit was 200 g
soil (105oC ovendry weight) in a 10 cm diameter pot. Everyweek for 5 weeks,
subsamples of each research unit was extracted for determining NaHCO3-P
fraction following Tiessen and Moir 1993 procedure. The results showed that

NaHCO3-P increased with increasing organic matter treatments and submersion
time. Some dynamics, however, were found that likely related to redox dynamics
in submerged soil.
Keywords : Organic Matter, P availability, NaHCO3-P, Submerged Soil

PERUBAHAN FRAKSI FOSFOR CEPAT TERSEDIA PADA
TANAH TERGENANG YANG DIAMELIORASI BAHAN
ORGANIK

DINDA LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang
yang Diameliorasi Bahan Organik
Nama
: Dinda Lestari
NIM
: A14100097

Disetujui oleh

Dr Ir Syaiful Anwar, MSc

Pembimbing I

Dr Ir Arief Hartono, MScAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi dengan
judul Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang
Diameliorasi Bahan Organik ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Syaiful Anwar, MSc dan Dr Ir

Arief Hartono, MScAgr selaku pembimbing skripsi atas saran, arahan dan bantuan
selama penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir
Untung Sudadi, MSc selaku dosen penguji yang telah memotivasi penulis untuk
menjadi lebih baik. Ucapan terimakasih spesial untuk ibu Dr Ir Sri Djuniwati MSc
(alm) yang dahulu pernah membimbing penulis sehingga penulis menjadi pribadi
yang lebih baik. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan terhadap Ibunda
(Ninik Kartini) dan kakak-kakak tercinta (Dedi Ariyono dan Deni Aviyanto) yang
selalu mendukung penulis selama proses pembuatan skripsi. Ucapan terimakasih
penulis ucapkan kepada seluruh Staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
dan Laboratorium Bioteknologi Tanah yang selalu membantu penulis selama
mengerjakan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih untuk teman teman
seperjuangan selama penelitian yaitu Akbar Rafsanjani dan Viona Septia
Mandalika. Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat sahabat di Tanah 47
(Safira Sukma Hanjani, Aulia, Rifki, Irfan, Rike, Yoga) yang telah membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada sahabat sahabat di Tridara (Yuni Sarianti,
Vyatra Pratiwi, Febiana, Yusrifah, Hermanda). Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang namanya
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Dinda Lestari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE


1
1
2

Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah
Perlakuan Bahan Organik dan Inkubasi Tanah
Ekstraksi dan Penetapan P Tersedia
Penetapan P Inorganik NaHCO3
Penetapan P Total NaHCO3
Penetapan P Organik NaHCO3
HASIL DAN PEMBAHASAN

2
2
2
3
3
3
4

5

Hasil Analisis Sifat Tanah Awal
Hasil Analisis Pupuk Organik
Pengaruh Bahan Organik terhadap P Cepat Tersedia
Hasil Analisis Pi-NaHCO3
Hasil Analisis Po-NaHCO3
Hasil Analisis Pt-NaHCO3
Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap P Cepat Tersedia
Hasil Analisis Pi-NaHCO3
Hasil Analisis Po-NaHCO3
Hasil Analisis Pt-NaHCO3
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

5
6
7
7
8

10
11
11
12
14
15
17

DAFTAR PUSTAKA

17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Hasil Analisis Tanah Awal Tanah Sawah Cangkurawok
2 Hasil Analisis Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk Petroganik


5
6

DAFTAR GAMBAR
1 Penumbukan Tanah Menggunakan Alu
2 Pengaruh Bahan Organik terhadap Sebaran Konsentrasi Pi-NaHCO3
pada Setiap Waktu Penggenangan
3 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Pi-NaHCO3
4 Pengaruh Bahan Organik terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3 pada
Setiap Waktu Penggenangan
5 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sebaran Konsentrasi Po-NaHCO3
6 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Po-NaHCO3
7 Pengaruh Bahan Organik terhadap Sebaran Konsentrasi Pt-NaHCO3
8 Pengaruh Bahan Organik terhadap Konsentrasi Pt-NaHCO3
9 PengaruhWaktu Penggenangan dan Konsentrasi Pi NaHCO3
10 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi PiNaHCO3
11 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3
pada Setiap Dosis Bahan Organik
12 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi PoNaHCO3
13 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi PoNaHCO3
14 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi PtNaHCO3
15 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi PtNaHCO3
16 Karat yang Berada di Pinggiran Pot Menandakan adanya Aktivitas
Oksidasi Fe

2
7
7
8
9
9
10
10
11
11
12
13
13
14
14
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fosfor (P) adalah unsur hara esensial makro kedua setelah N. Fosfor
berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Tanaman
memerlukan fosfor untuk menstimulasi pertumbuhannya karena fosfor mengatur
banyak proses enzimatik. Persoalan yang umum dihadapi pada fosfor dalam tanah
adalah tidak semua fosfor dapat segera tersedia untuk tanaman. Fosfor tidak
mudah hilang dari dalam tanah karena proses pencucian tetapi tetap terjerap pada
permukaan koloid tanah. Hal ini yang menyebabkan fosfor yang berada di dalam
tanah tidak langsung dapat diserap oleh tanaman. Untuk mengatasi keterbatasan P
tersedia maka petani cenderung menambahkan pupuk fosfat dalam jumlah banyak
untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Namun pemupukan P secara
berlebihan menyebabkan terjadinya akumulasi residu P dalam tanah. Pada kondisi
seperti ini maka pemupukan selanjutnya tidak akan berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan hasil. Menurut penelitian Sitorus (2013) tanah sawah di
Pulau Jawa telah mengalami penumpukan residu P sangat tinggi yang terlihat dari
kadar P-HCl 25% rata-rata sebesar 721 ± 436 (n=7) untuk Jawa Barat, 1320 ± 762
(n=11) untuk Jawa Tengah, dan 784 ± 283 (n=5) ppm P2O5 untuk Jawa Timur.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diupayakan untuk meningkatkan
ketersediaan residu P.
Bahan organik mempunyai peran yang penting karena berpengaruh
terhadap ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman dan di dalam tanah
mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi hara, fungsi biologi, fungsi fisik, fungsi
kimia dan fungsi fisiologis (Anwar dan Sudadi, 2013). Dengan demikian bahan
organik adalah salah satu aspek yang sangat penting bagi kesuburan tanah.
Ketersediaan P dalam tanah dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Cara
pertama yaitu melalui penggenangan. Pada tanah tergenang, Fe3+ akan tereduksi
menjadi Fe2+dan menjadi bentuk yang mudah larut. Pada keadaan ini ketersediaan
P bagi tanaman akan meningkat (Anwar dan Sudadi, 2013). Cara selanjutnya
untuk meningkatkan ketersediaan fosfor adalah dengan menambahkan bahan
organik. Hasil dekomposisi bahan organik yang berupa asam-asam organik dapat
membentuk ikatan khelasi dengan ion-ion Al dan Fe sehingga dapat menurunkan
kelarutan ion Al dan Fe, maka dengan begitu ketersediaan P menjadi meningkat.
Asam-asam organik yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik juga dapat
melepaskan P yang terjerap oleh Al dan Fe sehingga ketersediaan P meningkat
(Nurhayati et al. 1986). Pada tanah masam, konsentrasi fosfat dalam tanah
dikendalikan oleh kelarutan variskit (AlPO4·2H2O) dan strengit (FePO4·2H2O),
dan seri keduanya. Pada tanah alkalin konsentrasi fosfat dikendalikan oleh
kelarutan oktokalsium fosfat (Ca4H(PO4)3) dan apatit (Ca5(OH)(PO4)3) (Anwar
dan Sudadi, 2013).

Tujuan
Penelitian mengenai perubahan ketersediaan P dikarenakan penambahan
bahan organik pernah dilakukan oleh Djuniwati et al. (2011). Namun untuk

2
penelitian P cepat tersedia pada tanah yang digenangi belum banyak dilakukan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang ditujukan untuk mempelajari
pengaruh pemberian bahan organik terhadap P cepat tersedia pada tanah yang
digenangi.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel tanah yang diambil dari lahan sawah
Cangkurawok. Penelitian dan analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian di
laboratorium dilakukan dari bulan Februari 2014 hingga September 2014.
Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2013
dengan metode komposit sebanyak 5 titik pada hamparan sawah seluas 1000 m 2.
Sampel tanah yang sudah diambil kemudian dikeringudarakan untuk kemudian
ditumbuk dan disaring menggunakan ayakan 0.5 cm (Gambar 1). Tanah yang
sudah ditumbuk kemudian ditimbang seberat 200 gram BKM ke dalam pot
percobaan sebanyak 18 pot.

Gambar 1 Penumbukan Tanah Menggunakan Alu
Perlakuan Bahan Organik dan Inkubasi Tanah
Sumber bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk
komersial. Ada 6 dosis dan 3 kali ulangan yang digunakan dalam penelitian kali
ini, yang pertama adalah kontrol (tidak diberi bahan organik), lalu berturut-turt
dosis 500, 750, 1000, 2000, dan 5000 kg/ha, atau setara dengan 0.05, 0.075, 0.10,
0.20, dan 0.50 g/pot. Penyetaraan didapat dengan mengasumsikan bahwa BD
sebesar 1 g/cm3 dan kedalaman tanah diperhitungkan sedalam 20 cm. Sampel
tanah yang sudah diberi bahan organik kemudian digenangi setinggi ± 3 cm di
atas permukaan tanah selama 28 hari dan dianalisis secara berkala setiap minggu.

3

Ekstraksi dan Penetapan P Cepat Tersedia
Untuk menetapkan nilai P cepat tersedia digunakan metode fraksionasi
Tiessen dan Moir (1993) khusus untuk mengekstrak bentuk P cepat tersedia.
Secara lengkap berbagai fraksi P berdasarkan fraksionasi Tiessen dan Moir (1993)
yang diekstrak dengan pengekstrak spesifik adalah sebagai berikut:
1. Resin-Pinorganik (Pi) adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P
yang sangat tersedia bagi tanaman.
2. Pi, Po-NaHCO3 adalah fraksi P yang cepat tersedia karena diikat oleh Fe
dan Al secara lemah.
3. Pi, Po-NaOH adalah fraksi P yang lambat tersedia karena diikat oleh Fe
dan Al secara lebih kuat.
4. Pi, Po-HCl adalah fraksi P yang tidak tersedia.
5. Residual P adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai “occluded” P
dan sangat sukar larut.
Pada penetapan ini P cepat tersedia dianalisis tanpa melakukan analisis Presin terlebih dahulu, sehingga dalam penelitian ini P cepat tersedia mencakup
juga P-resin. Proses pengekstraksian diawali dengan menimbang tanah sekitar 0.8
g (berat basah) dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifusi 25 mL. Setelah sampel
dimasukkan ke dalam tabung maka ditambahkan larutan pengekstrak sebanyak 20
mL 0.5 M NaHCO3. Pada metode Tiessen dan Moir sampel seharusnya dikocok
selama 16 jam secara terus menerus dan disentrifusi selama 10 menit dengan
kecepatan 25000 rpm. Dikarenakan alasan keamanan dan keterbatasan fasilitas
pada laboratorium tempat dilaksanakannya penelitian ini maka sampel dikocok
menggunakan shaker selama 2 × 2 jam dengan jeda 30 menit, dibiarkan
semalaman, lalu dikocok lagi selama 2 × 2 jam dengan jeda waktu yang sama.
Sampel kemudian disentrifusi selama 2 × 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
Setelah sampel disentrifusi maka sampel disaring dengan menggunakan vacuum
pump dan saringan milipore 0.45 µm. Sisa tanah yang berada dalam tabung
ekstraksi kemudian dikeringudarakan, lalu tanah dioven pada suhu 105oC selama
24 jam untuk mendapatkan bobot kering mutlak (BKM).
Penetapan P Inorganik NaHCO3
Penetapan P inorganik NaHCO3 (Pi-NaHCO3) dilakukan dengan memipet
ekstrak sebanyak 10 mL ke dalam tabung sentrifusi dan kemudian diasamkan
menggunakan larutan 0.9 M H2SO4 sebanyak 6 mL. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam kulkas selama 30 menit untuk kemudian disentrifusi selama
2 × 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm, lalu didekantasi ke dalam labu takar 50
mL. Sesuai kebutuhan pewarnaan MR (Murphy dan Riley) untuk pengukuran
konsentrasi P larutan, maka terhadap larutan ini perlu dilakukan pengaturan pH
dengan indikator paranitrofenol (pH 5 – 7). Caranya adalah larutan dalam labu
takar diberi sekitar 5 tetes indikator paranitrofenol, lalu ditetesi larutan 4 M NaOH
sampai larutan berwarna kuning tetap, dan kemudian ditetesi dengan larutan 0.25
M H2SO4 larutan tidak berwarna (bening) tetap. Selanjutnya dilakukan pewarnaan

4
dengan menggunakan larutan MR (Murphy dan Riley) sebanyak 8 mL kemudian
ditera dengan menggunakan aquades sampai tepat 50 mL. Dengan cara yang sama
deret standar 0, 0.1, 0.3, 0.5 dan 1.0 ppm P juga dipersiapkan. Konsentrasi P pada
larutan sampel dan larutan standar diukur menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 712 nm.
Penetapan P Total NaHCO3
Penetapan P total (Pt) NaHCO3 dilakukan dengan memipet ekstrak
sebanyak 5 mL ke dalam botol vial kecil, lalu diberikan 10 mL 0.9 M H2SO4 dan
0.5 g serbuk ammonium persulfat. Gelas vial kemudian ditutup menggunakan
alumunium foil, lalu diautoklaf selama 60 menit. Setelah sampel diautoklaf,
larutan didekantasi ke dalam labu takar 50 mL. Kemudian dilakukan pengaturan
pH menggunakan indikator paranitrofenol, larutan 4 M NaOH dan 0.25 M H2SO4
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Pewarnaan menggunakan larutan MR
(Murphy dan Riley) sebanyak 8 mL kemudian ditera menggunakan aquades
sampai tepat 50 mL dan diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 712 nm. Deret standar disiapkan dengan cara yang sama.
Penetapan P Organik NaHCO3
Nilai P organik cepat tersedia (Po-NaHCO3) didapatkan dari selisih antara
P total dengan P inorganik.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Sifat Tanah Awal
Hasil analisis pendahuluan ditampilkan pada Tabel 1. Status sifat kimia
tanah dinilai berdasarkan kriteria penilaian Balai Penelitian Tanah (2009).
Berdasarkan hasil analisis tersebut kadar P-Bray I termasuk harkat sedang, kadar
N-total berada pada harkat sedang, K-dd termasuk pada harkat rendah dan Ca-dd
nya termasuk pada harkat tinggi sehingga secara umum kesuburan tanah pada
tanah sawah Cangkurawok termasuk sedang. Kadar P-HCl 25% yang merupakan
cadangan P dan diperkirakan akibat penumpukan residu pemupukan P adalah
sebesar 235.21 ppm P yang tergolong tinggi.
Tabel 1 Hasil Analisis Tanah Awal Tanah Sawah Cangkurawok (Anwar dan
Murtilaksono, 2014)
No.
Sifat Tanah
Nilai (Harkat)
1
pH
5.90 (agak masam)
2
C-organik (%)
2.45 (sedang)
3
N-total (%)
0.23 (sedang)
4
P-Bray I (ppm P)
20.46 (sedang)
5
P-HCl 25% (ppm P)
231.72 (tinggi)
6
K-Bray I (ppm K)
35.40 (sedang)
7
K-HCl 25% (ppm K)
235.21 (tinggi)
8
Ca-dd
12.67 (tinggi)
9
Mg-dd
1.39 (sedang)
10
K-dd
0.29 (rendah)
11
Na-dd
0.58 (sedang)
12
KTK (me/100g)
21.49 (sedang)
13
KB (%)
69.47 (sangat tinggi)
14
Al-dd (me/100g)
Tr
15
H-dd (me/100g)
0.20
16
Fe-0,05N HCl (ppm)
22.40
17
Cu-0,05N HCl (ppm)
1.45
18
Zn-0,05N HCl (ppm)
8.74
19
Mn-0,05N HCl (ppm)
24.04
20
Pasir (%)
17.71
21
Debu (%)
31.27
22
Klei (%)
51.02
23
Kelas tekstur
klei berat
Keterangan : Harkat berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2009).

6

Hasil Analisis Pupuk Organik
Karakteristik pupuk organik yang digunakan disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan pada Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011, dapat diketahui
bahwa jenis pupuk organik yang digunakan memiliki parameter yang telah
memenuhi persyaratan teknis yang berlaku untuk pupuk organik.
Tabel 2

Hasil Analisis Pupuk Organik Komersial (Sumber: Anwar dan
Murtilaksono, 2014)

No

Parameter

Pupuk
Organik
Komersial
7.65
15.70
15.90
0.82
19.39
2.88
1.45
5.15

Standar
Mutu*)

pH
4–9
Kadar air (%)
8 – 20
C-organik (%)
min 15
N-total (%)
C/N
15 – 25
P2O5 (%)
K2O (%)
N+ P2O5+ K2O
min 4
(%)
9
Fe total (ppm)
186.76
maks 9.000
10 Fe tersedia (ppm)
34.15
maks 500
11 Mn (ppm)
438.76
maks 5.000
12 Zn (ppm)
104.98
maks 5.000
13 As (ppm)
tr
maks 10
14 Hg (ppm)
tr
maks 1
15 Pb (ppm)
tr
maks 50
16 Cd (ppm)
tr
maks 2
17 La (ppm)
tr
0
18 Ce (ppm)
tr
0
Keterangan:*) Standar mutu sesuai Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011
tr = tidak terukur atau dianggap nol.
1
2
3
4
5
6
7
8

Kandungan hara makro berupa N, P2O5, K2O pada pupuk sebesar 5.15%
telah memenuhi standar minimal 4%. Kandungan P total pupuk organik sebesar
2.88% P2O5, sementara kandungan cadangan P tanah sebesar 235.21 ppm P.
Sesuai dengan perlakuan bahan organik yang dilakukan, maka kemungkinan
pupuk organik akan berkontribusi terhadap P terukur paling tinggi 1.35% pada
dosis terendah dan 13.5% pada dosis tertinggi, sehingga tidak dilakukan koreksi
adanya P terukur yang bersumber dari bahan organik yang ditambahkan.

7
Pengaruh Bahan Organik terhadap P Cepat Tersedia

Hasil Analisis Pi-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Pi-NaHCO3 secara keseluruhan pada setiap dosis dan
ulangan bahan organik ditunjukkan pada Gambar 2, sedangkan rataannya
disajikan pada Gambar 3. Secara rata-rata bahan organik meningkatkan
konsentrasi Pi-NaHCO3 pada dosis 500 kg/ha lalu menurunkan kembali
konsentrasi Pi-NaHCO3 (Gambar 3).
40

Pi-NaHCO3 (ppm P)

35
30
25

Minggu ke-1

20

Minggu ke-2

15

Minggu ke-3

10

Minggu ke-4

5

Minggu ke-5

0
0

1000

2000

3000

4000

5000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 2 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sebaran Konsentrasi PiNaHCO3.

Pi-NaHCO3 (ppm P)

50
40
30
20
10
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 3 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Pi-NaHCO3

8
Pada Gambar 3 terlihat bahwa pada dosis 0 kg/ha kadarnya 18.35 ppm P
lebih rendah daripada konsentrasi Pi-NaHCO3 dengan dosis 500 kg/ha yaitu 19.43
ppm P, pada dosis 750 kg/ha konsentrasi Pi-NaHCO3 mengalami penurunan
dengan konsentrasi sebesar 18.58 ppm P, terus menurun hingga pada dosis 2000
kg/ha konsentrasinya naik menjadi 20.38 ppm P, hingga kemudian naik kembali
pada dosis 5000 kg/ha dengan konsentrasi sebesar 21.77 ppm P. Gambar 4
menunjukkan pengaruh bahan organik terhadap Pi-NaHCO3 pada setiap masa
penggenangan.
40

Pi-NaHCO3 (ppm P)

40
30

30

20

20

10

10

0

0
0

Pi-NaHCO3 (ppm P)

Minggu ke-2

Minggu ke-1

500

750

1000

2000

5000

40

0

500

750

1000

2000

5000

1000

2000

5000

40
Minggu ke-3

30

Minggu ke-4

30

20

20

10

10

0

0
0

500

750

1000

2000

5000

0

500

750

Pi-NaHCO3 (ppm P)

Dosis Bahan Organik (kg/ha)
40
Minggu Ke-5

30
20
10
0
0

500

750

1000

2000

5000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 4 Pengaruh Bahan Organik terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3 pada
Setiap Minggu Penggenangan

Hasil Analisis Po-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Po-NaHCO3 disajikan pada Gambar 5. Konsentrasi
Po-NaHCO3 relatif lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Pi-NaHCO3
dan pada Gambar 5 kecenderungan perubahan polanya masih fluktuatif, lebih
jelasnya perubahan pola disajikan pada Gambar 6.

9
80

Po-NaHCO3 (ppm P)

70
60
50

Minggu ke-1

40

Minggu ke-2

30

Minggu ke-3

20

Minggu ke-4
Minggu ke-5

10
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 5 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sebaran Konsentrasi Po-NaHCO3

Po-NaHCO3 (ppm P)

50
40
30
20
10
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 6 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Po-NaHCO3
Pada Gambar 6 konsentrasi Po-NaHCO3 pada kontrol sebesar 33.25 ppm P
lebih rendah daripada tanah yang telah diberi bahan organik yaitu pada dosis 500
kg/ha sebesar 34.65 ppm P, pada dosis 750 kg/ha sebesar 38.25 ppm P, pada dosis
1000 kg/ha menurun menjadi 37.87 ppm P dan terus turun menjadi 34.863 ppm P
pada dosis 2000 kg/ha dan pada dosis terbesar yaitu 5000 kg/ha konsentrasi PoNaHCO3 menjadi 30.18 ppm P.

Hasil Analisis Pt-NaHCO3
Perubahan pola pada P total NaHCO3 dapat dilihat pada Gambar 7, dan
rataannya disajikan pada Gambar 8. Terlihat pada Gambar 7 secara umum nilai P
total yang berada di dalam tanah meningkat pada dosis 500 kg/ha kemudian

10
menurun untuk dosis selanjutnya dan kemudian naik kembali pada dosis tertinggi
yaitu 5000 kg/ha.
90
80
Pt--NaHCO3 (ppm P)

70
60
Minggu ke-1
50

Minggu ke-2

40

Minggu ke-3

30

Minggu ke-4

20

Minggu ke-5

10
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 7 Pengaruh Bahan Organik terhadap Sebaran Konsentrasi Pt-NaHCO3

60

Pt-NaHCO3 (ppm P)

50
40
30
20
10
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Dosis Bahan Organik (kg/ha)

Gambar 8 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi ppm PtNaHCO3
Pada Gambar 8 terlihat adanya lonjakan kenaikan ppm Pt-NaHCO3 dari
kontrol sebesar 43.39 ppm P menjadi 54.84 ppm P pada dosis 500 kg/ha, terus
naik pada dosis selanjutnya yaitu 750 kg/ha menjadi 55.37 ppm P, kemudian
menurun pada dosis 1000 kg/ha menjadi 45.51 ppm P, pada dosis 2000 kg/ha
menjadi 34.86 ppm P kemudian naik kembali pada dosis 5000 kg/ha turun
menjadi 46.563 ppm P.

11

Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap P Cepat Tersedia
Hasil Analisis Pi-NaHCO3
Hubungan antara konsentrasi Pi-NaHCO3 dengan waktu penggenangan
disajikan pada Gambar 9, sedangkan konsentrasi rataannya terdapat pada Gambar
10.
40
Pi-NaHCO3 (ppm P)

35
30

Dosis 0 kg/ha

25

Dosis 500 kg/ha

20

Dosis 750 kg/ha

15

Dosis 1000 kg/ha

10
5

Dosis 2000 kg/ha

0

Dosis 5000 kg/ha
0

1

2

3

4

5

6

Waktu Penggenangan (minggu)

Gambar 9 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi PiNaHCO3

Pi-NaHCO3 (ppm P)

40
30
20
10
0
0

1

2

3

4

5

6

Waktu Penggenangan (minggu)

Gambar 10 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi ppm PiNaHCO3
Pada Gambar 10 ditunjukkan bahwa konsentrasi Pi-NaHCO3 pada waktu
penggenangan minggu pertama yaitu 13.45 ppm P lebih kecil daripada minggu
minggu selanjutnya, yaitu sebesar 19.78 ppm P pada minggu kedua dan terus naik
menjadi 25.04 ppm P pada minggu ketiga, namun turun menjadi 20.02 ppm P
pada minggu keempat, dan 16.96 ppm P pada minggu kelima. Pada Gambar 11
ditunjukkan nilai rataan pengaruh waktu penggenangan dengan konsentrasi PiNaHCO3 pada masing-masing dosis bahan organik.

12

Pi-NaHCO3 (ppm P)

40

40
30

20

20

10

10
0

0
1

2

Pi-NaHCO3 (ppm P)

40

3

4

1

5

2

3

4

5

3

4

5

40

750 kg/ha

1000 kg/ha

30

30

20

20

10

10

0

0
1

2

3

4

5

1

2

40

40
Pi-NaHCO3 (ppm P)

500 kg/ha

0 kg/ha
30

5000 kg/ha

2000 kg/ha

30

30

20

20

10

10

0

0
1

2

3

4

5

1

2

Waktu Penggenangan (minggu)

3

4

5

Waktu Penggenangan (minggu)

Gambar 11 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3
pada Setiap Dosis Bahan Organik.

Hasil Analisis Po-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Po-NaHCO3 dapat dilihat pada Gambar 12. Rataan
konsentrasinya dapat dilihat pada Gambar 13.

Po-NaHCO3 (ppm P)

60
50
Dosis 0 kg/ha

40

Dosis 500 kg/ha
30

Dosis 750 kg/ha

20

Dosis 1000 kg/ha

10

Dosis 2000 kg/ha

0

Dosis 5000 kg/ha
0

1

2

3

4

5

6

Waktu Penggenangan (minggu)

Gambar 12 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi PoNaHCO3

13
80

Po-NaHCO3 (ppm P)

70
60
50
40
30
20
10
0
0

1

2

3

4

5

Waktu Penggenangan (minggu)

Gambar 13 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi PoNaHCO3

Pada Gambar 13, konsentrasi Po-NaHCO3 pada minggu pertama sebesar
12.14 ppm P naik hingga minggu kedua menjadi 39.41 ppm P, namun kemudian
menurun lagi pada minggu ketiga sebesar 36.61 ppm P dan naik kembali pada
minggu keempat menjadi 45.13 ppm P hingga minggu kelima sebesar 47.69 ppm
P.
Hasil Analisis Pt-NaHCO3
Sebaran
konsentrasi
Pt-NaHCO3
berdasarkan
lama
waktu
penggenangannya dapat dilihat pada Gambar 14. Pada Gambar 14 secara umum
terlihat bahwa konsentrasi Pt-NaHCO3
terus meningkat hingga minggu
penggenangan kelima. Pada Gambar 15 ditampilkan pengaruh lama
penggenangan terhadap rataan konsentrasi Pt-NaHCO3. Terlihat pada Gambar 15
bahwa konsentrasi Pt-NaHCO3 terus meningkat dari minggu penggenangan
pertama sebesar 22.23 ppm P hingga minggu kedua sebesar 59.19 ppm P namun
sedikit menurun pada minggu ketiga menjadi 54.39 ppm P dan naik kembali pada
minggu penggenangan keempat menjadi 63.52 ppm P dan pada minggu kelima
nilainya sebesar 64.65 ppm P.

14
80

Pt-NaHCO3 (ppm P)

70
60
P Total Dosis 0 kg/ha
50
P Total Dosis 500 kg/ha
40

P Total Dosis 750 kg/ha

30

P Total Dosis 1000 kg/ha

20

P Total Dosis 2000 kg /ha

10

P Total Dosis 5000 kg/ha

0
0

2

4

6

Waktu Penggenangan

Gambar 14 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi PtNaHCO3

80

Pt-NaHCO3 (ppm P)

70
60
50
40
30
20
10
0
0

1

2

3

4

5

6

Waktu Penggenangan (minggu)

Gambar 15 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi PtNaHCO3

15

Pembahasan
Bentuk-bentuk P di dalam tanah adalah bentuk yang tidak statis namun
berupa kesetimbangan erapan-pelepasan dan kesetimbangan pengendapanpelarutan yang terus berubah-ubah (Parfitt et al., 1989). Dalam penelitian ini,
fluktuasi ini sangat terlihat jelas, baik dikarenakan adanya peningkatan
penambahan bahan organik, maupun seiring dengan lamanya waktu
penggenangan. Pada penelitian ini diperkirakan fluktuasi sangat berkaitan dengan
dinamika reaksi oksidasi-reduksi. Bahan organik dalam reaksi oksidasi-reduksi
berperan sebagai penyumbang atau pendonor elektron, sehingga penambahan
bahan organik diperkirakan mengakibatkan reaksi reduksi akan lebih cenderung
terjadi. Penggenangan akan menghambat difusi oksigen ke dalam tanah sehingga
reaksi reduksi akan lebih mudah terjadi. Adanya fluktuasi menunjukkan adanya
fenomena sebaliknya. Walaupun demikian secara rata-rata konsentrasi P cepat
tersedia terus meningkat sejalan dengan naiknya dosis bahan organik yang
diberikan. Terlihat pada Gambar 8 konsentrasi Pt-NaHCO3 terhadap bahan
organik terdapat kenaikan senilai 0.16 ppm pada dosis pertama hingga kedua,
sedangkan kenaikan 0.1 – 0.2 ppm saja sudah berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman (Anwar dan Sudadi, 2013).
Pi-NaHCO3 diinterpretasikan sebagai P yang berkorelasi tinggi dengan
serapan P oleh tanaman dan mikroba (Hartono et al., 2006). Dalam penelitian ini
P-NaHCO3 disebut sebagai P inorganik cepat tersedia. Meningkatnya nilai PiNaHCO3 diduga karena tingginya kadar Fe dan Al hidrous oksida dalam tanahtanah sawah. Banyaknya fosfor inorganik dalam tanah sekitar 35% hingga 70%
dari P total di dalam tanah (Shen et al., 2011). Secara umum P cepat tersedia akan
meningkat sejalan dengan lamanya waktu penggenangan, namun sedikit terjadi
fluktuasi dikarenakan adanya aktivitas redoks pada tanah tergenang. Tanah yang
digenangi akan mengalami peningkatan konsentrasi P dalam larutan tanah
kemudian menurun untuk semua jenis tanah, tetapi nilai tertinggi dan waktu
terjadinya bervariasi tergantung sifat tanah (Yoshida, 1981). Pada kondisi
tergenang terdapat proses redoks yang dinamis dan terus berubah. Kondisi
tereduksi menyebabkan Fe3+ akan menjadi bentuk yang lebih larut yaitu Fe2+
sehingga membebaskan sebagian P terfiksasi menjadi lebih tersedia untuk
tanaman, namun pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tanah tanpa
tanaman yang menyebabkan P yang berada dalam larutan menjadi jenuh dan
terjadi presipitasi kembali oleh Fe atau diretensi kembali oleh koloid tanah.
Jerapan Fe dan Al terhadap P disebabkan oleh besarnya area permukaan Fe dan Al
oksida yang menyebabkan tersedianya tempat untuk adsorbsi. Dalam reaksi yang
lebih jauh lagi, P dapat terselubung dalam nanopores pada Fe/Al oksida dan
menjadi tidak tersedia untuk tanaman (Arai dan Sparks, 2007).
Po-NaHCO3 berasal dari organik yang terikat lemah dengan Fe dan Al
hidrous oksida, akar tanaman menyerap P dalam bentuk Po terlebih dahulu
sehingga Po merupakan sumber energi utama untuk tanaman. Pada penelitian ini
Po-NaHCO3 memiliki kecenderungan naik. Naiknya Po-NaHCO3 dikarenakan
adanya implikasi dari naiknya dosis bahan organik yang diberikan. Bahan organik
tanah mempengaruhi fiksasi P dalam beberapa cara diantaranya yaitu dengan

16
melakukan penggantian ion fosfat oleh ion humat pada kompleks jerapan,
pembentukan kompleks fosfo-humat, pelapisan seskuioksida oleh bahan humus
sehingga tidak tersedia tapak untuk menjerap P (Havlin, 2005). Bahan organik
juga mampu meningkatkan ketersediaan P melalui hasil dekomposisinya yang
menghasilkan asam asam organik dan CO2. Asam asam organik seperti asam
malonat, asam oksalat dan asam tatrat akan menghasilkan anion organik. Anion
organik mempunyai sifat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah,
kemudian membentuk senyawa komplek yang sukar larut, sehingga konsentrasi
ion-ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang dan fosfat
tersedia akan meningkat (Nurhayati et al., 1986).
Turunnya nilai Po-NaHCO3 (Gambar 6) disebabkan oleh adanya
imobilisasi oleh mikroorganisme sehingga menjadi bentuk yang tidak tersedia,
juga terjadinya mineralisasi menjadi bentuk Pi-NaHCO3. Ada dua faktor yang
menunjukkan bahwa mineralisasi dari P organik terjadi dalam tanah: (1) kadar P
organik tanah berkurang sedangkan bentuk P inorganik bertambah, (2)
menurunnya kadar P organik berkorelasi dengan meningkatnya kadar P terekstrak
(inorganik) (Leiwakabessy et al., 2003). Bentuk P organik biasanya terdapat
banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Pada tanah gambut
jumlah dari bentuk ini jauh melampaui bentuk P inorganik bahkan dapat mencapai
lebih dari 80 %. Kadar P-organik dalam bahan organik kurang lebih sama dengan
kadarnya dalam tanaman, yaitu antara 0.2% - 0.5% dan juga terdiri dari inositol
fosfat, asam nukleat, fosfolipida, dan berbagai senyawa ester yang stabil berasal
dari dinding sel bakteri dan jasad renik lainnya (Leiwakabessy et al., 2003).
Menurut Anwar dan Sudadi (2013) ketersediaan fosfor pada tanah
tergenang akan meningkat karena beberapa sebab, yaitu: (1) reduksi Fe3+, (2)
tersedianya P karena pelarutan lapisan oksidasi di sekitar partikel P, (3) hidrolis
FePO4 dan AlPO4 pada tanah masam yang membebaskan sebagian P terfiksasi
disebabkan kenaikan pH, (4) peningkatan mineralisasi P-organik pada tanah
masam akibat kenaikan pH 6-7, (5) peningkatan kelarutan apatit pada tanah
kalkareus jika pH turun menjadi sekitar 6.5, dan (6) peningkatan difusi ion H2PO4.
Namun pada penelitian ini diperkirakan faktor yang menyebabkan peningkatan
konsentrasi P-NaHCO3 adalah faktor pertama dan kedua .
Reaksi kimia yang berlangsung antara ion-ion fosfat dengan ion-ion besi
yang bebas akan menghasilkan bentuk hidroksi fosfat yang tidak larut. Akibatnya
hanya sebagian kecil dari ion fosfat yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman
(Nurhayati et al.,1986). Terlihat pada Gambar 10 konsentrasi Pi-NaHCO3
menurun dari minggu penggenangan ketiga hingga kelima, hal ini diperkirakan
terjadi karena adanya agregat tanah yang pecah dan kemudian mengakibatkan
lepasnya oksigen yang terjebak dalam agregat pada awal penggenangan kembali
ke dalam sistem sehingga nilai Eh meningkat, dan terjadi peristiwa oksidasi yang
mengakibatkan P kembali dijerap oleh Fe (Gambar 16). Pada penelitian ini,
konsentrasi Pt-NaHCO3 secara umum naik, meskipun ada kecenderungan
menurun yang disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (1) adanya aktivitas
mikroorganisme yang menyebabkan turunnya ketersediaan P, (2) presipitasi
kembali oleh Fe yang berada di dalam tanah dan (3) berubahnya fraksi fosfor ke
dalam fraksi yang lebih sulit tersedia.

17

Gambar 16 Karat yang Berada di Pinggiran Pot Menandakan adanya Aktivitas
Oksidasi Fe
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan bahan organik dan lama penggenangan secara umum mampu
meningkatkan jumlah P cepat tersedia, namun demikian terdapat fluktuasi terkait
dengan dinamika redoks.

Saran
Perlu dilakukannya fraksionasi P secara lebih lengkap untuk mengetahui
perubahan-perubahan fraksi secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar S dan Murtilaksono K. 2014. Uji Efektivitas Pupuk Petroganik terhadap
Perbaikan Sifat Fisik Kimia Tanah dan Produktivitas Tanaman Padi di
Cangkurawok, Musim Tanam II. Kerjasama antara PT PETROKIMIA
GRESIK dan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar S dan Sudadi U. 2013. Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Edisi Keempat (ISBN 978-979-25-4983-6). Bogor.
Arai Y and Sparks DL. 2007. Phosphate reaction dynamics in soils and soil
minerals : A multiscale approach. Adv Agron. 94: 135-179.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.
Balittan. Bogor.
Barrow NJ. 1983. On the reversibility of phosphorus sorption by soils. Soil Sci.
22: 289-301.

18
Djuniwati S, Nugroho B, and Pulunggono HB. 2011. The changes of p-fractions
and solubility of phosphate rock in ultisol treated by organic matter and
phosphate rock. J Trop Soils. Vol.17, No 3, 2012: 203-210
Hartono A, Funakawa S, and Kosaki T. 2006. Transformation of added
phosphorus to acid upland soils with different soil properties in Indonesia.
Soil Sci. Plant Nutr., 52:734-744.
Havlin JL, Beaton JD, Nelson SL, and Nelson WL. 2005. Soil Fertility and
Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Pearson Pretice Hall.
New Jersey.
Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Diktat
Kuliah Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SS, Saul MR, Diaha MA, Go BH,
dan Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Ilmu
Tanah. BKS-PTN/USAID (University of Kentucky) W. U. A. E.
Parfitt RL, Hume LJ, and Sparlin 1989. Loss of availability of phosphate in New
Zealand soils. Soil Sci. 40: 371-382.
Shen J, Yuan L, Zhang J, Li H, Bai Z, Chen X, Zhang W, and Zhang F. 2011.
Phosphorus dynamics: From soil to plant. American Soc. Plant of
Biologists. 156(3):997-1005.
Sitorus TE. 2013. Analisis Status Hara Fosfor Pada Berbagai Lahan Pertanian
Pangan di Pulau Jawa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tiessen H and Moir JO. 1993. Characterization of Available P Sequential
Extraction. In Soil Sampling and Method Analysis. Ed Carter MR.
Canadian Society of Soil Science. Lewis Publisher, Boca Raton, Florida.
Willet IR, Chartres CJ, and Nguyen TT. 1988. Migration of Phosphate into
aggregated particles of ferryhydrite. Soil Sci. 39: 275-282.
Yoshida S. 1981. Foundamentals of Rice Crop Science. The International Rice
Research Institute, Manila. Philipine.

19
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 April 1993 sebagai anak
ketiga dari Bapak Boediono (alm.) dan Ibu Ninik Kartini. Tahun 1998 penulis
memulai studinya di SDN Jatimakmur V hingga lulus pada tahun 2004. Penulis
melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 128 Jakarta pada
tahun 2004-2007. Setelah lulus dari SMP penulis melanjutkan studi di SMAN 67
Jakarta pada tahun 2007-2010.
Tahun 2010 penulis mengikuti seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
melalui jalur mandiri atau UTM dan melanjutkan studinya di Institut Pertanian
Bogor dengan Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan. Untuk menunjang
pendidikan maka penulis mengambil beberapa mata kuliah tambahan yang disebut
Supporting Course. Mata kuliah tambahan tersebut antara lain adalah Bahasa
Inggris Lanjut dari MKDU, Ekonomi Pertanian dari Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Pengelolaan Nutrisi Hutan dari Fakultas Kehutanan dan Metode
Penangkapan Ikan dari Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Selain itu
penulis aktif menjadi reporter di UKM Koran Kampus pada masa jabatan 20102011, 2011-2012. Penulis juga aktif dalam organisasi HMIT (Himpunan
Mahasiswa Ilmu Tanah) pada masa jabatan 2011-2012 dan 2012-2013 sebagai
anggota pada divisi INFOKOM. Penulis juga beberapa kali menjadi Master of
Ceremony pada berbagai kegiatan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah dan
Pengantar Kimia Tanah semester genap tahun 2014, selain itu penulis mengikuti
berbagai kegiatan dengan menjadi anggota maupun panitia.