Pengaruh karakteristik individu dan peran penyuluh terhadap peningkatan diversifikasi pangan rumah tangga

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERAN
PENYULUH TERHADAP PENINGKATAN DIVERSIFIKASI
PANGAN RUMAH TANGGA

RAFNEL AZHARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Karakteristik
Individu dan Peran Penyuluh Terhadap Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah
Tangga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Rafnel Azhari
NRP I351110051

RINGKASAN
RAFNEL AZHARI. Pengaruh Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh
Terhadap Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah Tangga. Di bawah
bimbingan: PUDJI MULJONO dan PRABOWO TJITROPRANOTO.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
sikap diversifikasi pangan masyarakat, pemerintah meluncurkan program P2KP
(Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). Program ini juga bertujuan
untuk mendorong peningkatan pola konsumsi pangan yang semakin beragam,
bergizi, berimbang, serta aman. Kabupaten Bogor adalah salah satu Kabupaten
pelaksana program P2KP. Program ini melibatkan Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP4K) sebagai
pelaksana program. BKP4K melakukan penyuluhan dalam upaya percepatan dan
penganekaragaman konsumsi pangan.
Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi persepsi masyarakat peserta
dan bukan peserta program P2KP terhadap diversifikasi pangan; (2) menganalisis

pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap
persepsinya tentang
diversifikasi pangan; (3) menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat
terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; (4) menganalisis pengaruh
peran penyuluh terhadap persepsi masyarakat tentang diversifikasi pangan; (5)
menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan
rumah tangga; (6) merumuskan strategi penyuluhan untuk meningkatkan
diversifikasi pangan rumah tangga.
Jenis penelitian ini adalah “ex Post Facto”. Penelitian lapang dilakukan di
Kecamatan Dramaga, Cibungbulang dan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat dari bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013. Analisis data dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan statistik deskriptif dan
inferensial. Statistik deskriptif terdiri dari distribusi frekuensi, sedangkan statistik
inferensial digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel menggunakan
analisis regresi berganda Stepwise dengan Software SPSS 17.0.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) persepsi masyarakat peserta program
P2KP berada pada kategori tinggi dengan total rataan skor 2.97 dan masyarakat
bukan peserta program dengan total rataan skor 2.73 dari skor maksimum 3.0; (2)
karakteristik individu masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap persepsinya
dalam hal diversifikasi pangan adalah : umur, pendidikan formal dan

keterdedahan terhadap media TV dan surat kabar; (3) karakteristik individu
masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah
tangga adalah umur, pendidikan formal dan pendapatan; (4) peran penyuluh yang
berpengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat tentang diversifikasi pangan
adalah peran sebagai komunikator dan peran sebagai motivator; (5) peubah peran
penyuluh tidak berpengaruh terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga;
(6) perlu perubahan strategi penyuluhan diversifikasi pangan baik dari segi
sasaran penyuluhan sampai kepada metode yang digunakan, seperti melibatkan
kaum bapak dan remaja sebagai subyek penyuluhan dan pemanfaatan media
televisi untuk menjelaskan pentingnya diversifikasi pangan.
Kata kunci: diversifikasi pangan rumah tangga, peran penyuluh, persepsi

SUMMARY
RAFNEL AZHARI. The Influence of Individual Charateristic and The Role of
Extension Worker on Increasing Household Food Diversification. Supervised by
PUDJI MULJONO and PRABOWO TJITROPRANOTO.
The Government of Indonesia has launched accelereted diversification of
food consumption program (P2KP). This program aims to encourage people in
improving food consumption patterns, nutritious, balanced, and safe nutition.
Bogor district is one of the districts managing P2KP program. The program

involves Food Security and Extension Agency for Agriculture, Fisheries and
Forestry (BKP4K) as program implementers.
The objectives of the research are: (1) to identify community perceptions of
participants and non-participants of P2KP program towards food diversification;
(2) to analyze the effect of individual characteristics on community perceptions
toward food diversification; (3) to analyze the effect of individual characteristics
to the level of diversification of household; (4) to analyze the effect extension role
on community perceptions toward food diversification; (5) to analyze the effect of
extension of the role on the level of food diversification of household and; (6) to
formulate extension strategies to improve household food diversification.
Research using ex Post facto design. Field research was conducted in sub
District of Dramaga, Cibungbulang and Ciomas of Bogor District West Java
Province from February 2013 to June 2013. The data were analyzed qualitatively
and quantitatively. Quantitative analysis used descriptive and inferential statistics.
The analysis consisted of frequency distributions, while the inferential statistics
used stepwise regression analysis based on SPSS 17.0 software.
The results showed: (1) perception of P2KP program participants and non
participant at the high category with a mean score of 2.97 and 2.73 respectively
of a maximum score of 3.0; (2) the individual characteristics that significantly
affect perceptions in terms of diversification are: age, formal education and

keterdedahan on TV and newspaper media; (3) the individual characteristics that
affect the level of food diversification of household is age, education formal and
income; (4) the roles of extension personnel as communicator and motivator
affected significantly the community perception of food diversification is the role
as role as a communicator and motivator; (5) the role of extension personnel did
not affect the level of food diversification of household; (6) need to change food
diversification extension strategy both in terms of the target extension to the
method used, for example the father and adolescents as subjects of education and
the use of television media to explain the importance of diversification.
Keywords : diversification of household food, perception, role of extension

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERAN
PENYULUH TERHADAP PENINGKATAN DIVERSIFIKASI
PANGAN RUMAH TANGGA

RAFNEL AZHARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis


Judul Tesis : Pengaruh Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh Terhadap
Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah Tangga
Nama
: Rafnel Azhari
NIM
: I351110051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Ketua

Dr H Prabowo Tjitropranoto, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 20 November 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia,
rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga tesis ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Februari 2013 sampai Juli 2013 ini adalah peran penyuluh, dengan judul Pengaruh
Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh Terhadap Peningkatan Diversifikasi
Pangan Rumah Tangga.
Terima kasih dan rasa hormat yang setinggi – tingginya, penulis ucapkan
kepada bapak Dr Ir Pudji Muljono MSi dan bapak Dr H Prabowo Tjitropranoto

MSc selaku komisi pembimbing atas dukungan, arahan, waktu yang telah
diberikan, kesabaran membantu penulis dalam penelitian dan menyelesaikan
penulisan tesis. Terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada
seluruh Dosen program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, yang telah
mendidik dan mengajarkan banyak hal kepada penulis selama menyelesaikan
studi di IPB. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang dan
Ciomas yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Kepada penyuluh yang telah memberikan informasi dan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya,
penulis ucapkan penghargaan dan terima kasih, semoga kita bersama terus dalam
satu gerak perjuangan untuk membuat Indonesia berdaya.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada ibunda
Rosnini, papa Azhar dan uni Wil, uni Linda, uni Lela Fitriani dan uda Dendi serta
mama Hj. Afriati, SPd, atas doa dan kasih sayangnya. Selanjutnya kepada
Yulianti Fitri Kurnia, SPt MSi atas motivasi, doa, kasih sayang dan kesabarannya
membantu penulis selama pendidikan.
Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan
kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan studi di Pasca Sarjana IPB. Kepada

Universitas Andalas yang memberikan rekomendasi untuk mendapatkan beasiswa
dan kesempatan melanjutkan pendidikan, penulis ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi – tingginya.
Kepada teman – teman program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB,
penulis mengucapkan terimakasih atas kebersamaan dan dukungan selama
menyelesaikan studi ini. Semoga ilmu yang kita peroleh selama belajar di IPB,
bermanfaat bagi sebesar – besarnya kebaikan diri kita, keluarga, masyarakat dan
negara. Tidak banyak yang kita saling berikan, tapi tidak ada yang lebih indah dan
berharga dari sebuah persahabatan yang tulus.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis
sendiri khususnya.

Bogor, Desember 2013
Rafnel Azhari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluh dan Penyuluhan
Peranan Penyuluh
Definisi Persepsi
Diversifikasi Pangan
Karakteristik Personal
Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

3
3
4
8
9
10
11
12

3 METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Pengembangan Instrumen Penelitian
Uji Coba Instrumen
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data

18
18
19
19
20
26
27
28

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
30
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
30
Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
33
Gambaran Umum Responden
35
Peranan Penyuluh
38
Persepsi Masyarakat Peserta Program dan Masyarakat Bukan Peserta
Program P2KP
40
Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga Masyarakat Peserta Program
dan Bukan Peserta Program P2KP
41
Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang
Diversifikasi Pangan
44
Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Diversifikasi Pangan
Rumah Tangga
48
Strategi Penyuluhan Untuk Meningkatkan Diversifikasi Pangan Rumah
Tangga
51

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

53
53
55

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

60

RIWAYAT HIDUP

68

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Data sampel penelitian untuk populasi masyarakat pelaksana dan
bukan pelaksana /sasaran program P2KP
Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel karakteristik
Individu
Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel peran
penyuluh
Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel persepsi
masyarakat terhadap diversifikasi pangan
Variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel tingkat
diversifikasi pangan rumah tangga
Sumber data dan teknik pengumpulan data
Upaya diversifikasi pangan di Indonesia secara kronologis
Distribusi responden pada berbagai karakteristik Individu
Sebaran pendapat responden terhadap peranan penyuluh dalam
melakukan penyuluhan diversifikasi pangan
Persepsi masyarakat peserta dan bukan peserta P2KP
Rata – rata skor PPH kelompok peserta dan bukan peserta P2KP
Pengaruh karakteristik individu terhadap persepsi masyarakat
Pengaruh peranan penyuluh terhadap persepsi masyarakat
Pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat diversifikasi pangan
Pengaruh peranan penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka Operasional Penelitian
Peta Kabupaten Bogor

16
17
31

20
22
23
25
25
28
34
35
39
41
42
45
47
48
50

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Pengukuran Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga
Hasil Annova Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Persepesi
Hasil Uji Kenormalan Pengaruh Karakteristik terhadap Persepsi
Hasil Uji Heterekedastisitas Pengaruh Karakteristik Persepsi
Hasil Uji Multikoleniaritas Pengaruh Karakteristik Persepsi
Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Karakteristik Terhadap Persepsi
Hasil Annova Pengaruh Peranan Penyuluh Terhadap Persepesi
Hasil Uji Heterekedastisitas Pengaruh Peranan Penyuluh
Hasil Uji Multikoleniaritas Pengaruh Peranan Penyuluh
Hasil Uji Autokorelasi pengaruh peranan penyuluh
Hasil Annova Pengaruh Karakteristik – Tingkat diversifikasi
Hasil Uji Kenormalan pengaruh karakteristik – T diversifikasi
Hasil Uji Heterekedastisitas Pengaruh karakteristik – diversifikasi
Hasil Uji Multikoleniaritas pengaruh karakteristik – diversifikasi
Hasil Uji Autokorelasi pengaruh karakteristik - diversifikasi
Hasil Annova Pengaruh peranan penyuluh – tingkat diversifikasi
Dokumentasi Penelitian

60
60
61
61
62
62
62
63
63
63
64
64
64
65
65
65
66

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Global Food Security Index Tahun 2013, menempatkan Indonesia sebagai
negara dengan peringkat ke-66 dari 107 negara di dunia dalam hal ketahanan
pangan. Hal tersebut menunjukkan buruknya ketahanan pangan Indonesia.
Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika
kehidupan sosial dan politik Indonesia. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting
bagi Indonesia untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah,
rumah tangga dan individu yang berbasiskan kemandirian penyediaan pangan
domestik (Ariani 2010). Dalam mewujudkan ketahanan pangan tersebut,
Indonesia dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Tantangan tersebut
diantaranya, jumlah penduduk yang besar, ketergantungan yang tinggi terhadap
beras, masih besarnya jumlah penduduk miskin serta perubahan iklim yang
mengganggu produktivitas pertanian.
Konsep ketahanan pangan (food security) pertama kali muncul pada World
food conference Tahun 1974, perluasan makna dan revisi dilakukan FAO tahun
1983 dan kontribusi World bank tahun 1986, dan yang sekarang ini secara luas
diadopsi adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam World Food Summit 1996
(FAO 1996): “Food security exists when all people, at all times, have physical
and economic access to sufficient, safe and nutritious food that meets their dietary
needs and food preferences for an active and healthy life”. Mengacu pada definisi
tersebut Sumaryanto (2009) menyatakan ketahanan pangan mencakup empat
dimensi yaitu: (1) ketersediaan/food availability; (2) akses/access to sufficient
food; (3) stabilitas/stability of food stock, dan (4) pemanfaatan/utilization of food.
Komponen strategis dalam pemantapan ketahanan pangan salah satunya
melalui diversifikasi pangan (FAO 2006). Diversifikasi pangan sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah, tantangan dan kondisi empiris ketahanan pangan di
Indonesia. Diversifikasi pangan dapat berkontribusi dalam peningkatan kapasitas
produksi pangan, perbaikan pendapatan petani, serta adaptasi dan perubahan iklim
Peraturan Pemerintah Tentang Ketahanan Pangan Nomor 68 tahun 2002
Pasal 9 Ayat 2 menyebutkan bahwa salah satu cara diversifikasi pangan adalah
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam
pangan dengan prinsip gizi seimbang, sehingga sangat penting untuk melakukan
sosialisasi mengenai diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan ini erat kaitannya
dengan persepsi. Menurut Sumaryanto (2009) kebiasaan makan individu dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya, persepsi individu, keluarga, dan masyarakat. Oleh
karena itu tahap awal untuk mewujudkan diversifikasi pangan adalah dengan
mengubah persepsi. Dalam konteks ini, kontribusi pendidikan formal maupun non
formal, teladan dari kelompok elit dan promosi media massa sangat diperlukan.
Pemerintah dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan sikap diversifikasi pangan masyarakat, meluncurkan program
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Program tersebut
bertujuan untuk mendorong peningkatan pola konsumsi pangan yang semakin
beragam, bergizi, berimbang, serta aman yang dicerminkan oleh skor minimal
Pola Pangan Harapan (PPH) rata-rata nasional adalah 88.1 pada Tahun 2011 dan

2
95 pada Tahun 2015 serta menurunnya konsumsi beras di tingkat nasional sebesar
1.5 % per tahun.
Kabupaten Bogor adalah salah satu Kabupaten pelaksana program P2KP.
Program ini melibatkan Badan Ketahan Pangan dan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (BKP4K) sebagai pelaksana program. BKP4K
melakukan penyuluhan dalam upaya percepatan dan penganekaragaman konsumsi
pangan. Kegiatan penyuluhan oleh BKP4K untuk Kabupaten Bogor ditujukan
pada 15 Kelompok Wanita Tani (KWT).
Penyuluh pertanian selaku aparatur pemerintah diharapkan memiliki
kemampuan yang mendasar dalam pelaksanaan tugasnya. Kemampuan tersebut
tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi pertanian, akan tetapi sampai
pada tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu misi
pembangunan pertanian yaitu mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan
produksi dan penganekaragaman konsumsi.
Menurut Leagans dalam Puspadi (2003) penyuluh berperan memfasilitasi
masyarakat dalam kegiatan belajar, yang tidak saja dalam kegiatan pendidikan dan
menjamin adopsi inovasi baru, tetapi juga mengubah pandangan masyarakat dan
mendorong inisiatif mereka untuk memperbaiki kehidupannya. Sejalan dengan hal
itu maka peranan penyuluh dalam program ketahanan pangan di daerah sangat
penting, karena penyuluh sebagai seorang komunikator, fasilitator dan motivator
sangat berhubungan erat dengan upaya untuk memperbaiki pengetahuan,
keterampilan dan sikap masyarakat.
Atas dasar pemikiran yang diuraikan di atas penting untuk mengetahui
sejauh mana peranan penyuluh berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang
diversifikasi pangan dan terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga baik
masyarakat peserta program maupun masyarakat bukan peserta program P2KP.
Dengan demikian diharapkan akan diketahui kesiapan psikologis masyarakat
dalam menghadapi diversifikasi pangan nasional dan kondisi tingkat diversifikasi
pangan rumah tangga serta sejauh mana penyuluh mampu berperan dalam upaya
diversifikasi pangan, sehingga kebijakan dan program yang diberikan dalam
rangka menciptakan ketahanan pangan nasional melalui upaya diversifikasi
pangan efektif dan tepat sasaran, termasuk dalam pendekatan penyuluhan yang
dilakukan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat peserta program dan bukan peserta
program P2KP terhadap diversifikasi pangan?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap
persepsinya dalam hal diversifikasi pangan?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap tingkat
diversifikasi pangan rumah tangga?
4. Bagaimana pengaruh peran penyuluh terhadap persepsi masyarakat dalam
hal diversifikasi pangan?

3
5. Bagaimana pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan
rumah tangga?
6. Bagaimana bentuk strategi penyuluhan yang tepat untuk meningkatkan
diversifikasi pangan rumah tangga?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan persepsi masyarakat peserta
dan bukan peserta program P2KP terhadap diversifikasi pangan.
2. Menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap
persepsinya dalam hal diversifikasi pangan.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap tingkat
diversifikasi pangan rumah tangga.
4. Menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap persepsi masyarakat
dalam hal diversifikasi pangan.
5. Menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat diversifikasi
pangan rumah tangga.
6. Merumuskan strategi penyuluhan untuk meningkatkan diversifikasi
pangan rumah tangga.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dirinci dalam pengembangan ilmu pengetahuan
(akademik) dan pengembangan praktis sebagai berikut:
Manfaat akademik
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan
pembangunan dalam ketahanan pangan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian
ilmu penyuluhan pembangunan melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif.
Manfaat praktis
1. Bagi pemerintah/pemerintah daerah, sebagai sumbangan pemikiran dalam
pengambilan kebijakan yang terkait dengan upaya pelaksanaan ketahanan
pangan melalui diversifikasi pangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluh dan Penyuluhan
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dimaksud dengan
penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka

4
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya. Hal ini sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, dan penyuluh
kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya
disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan
kegiatan penyuluhan.
Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup
pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama (petani) dan
atau warga masyarakat sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik
secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi
dengan programa pada tiap-tiap tingkatan administrasi pemerintah (Departemen
Pertanian 2006).
Penyuluhan pada hakikatnya adalah suatu cara proses penyebaran
informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha
tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan
kesejahteraan masyarakat atau keluarga yang diupayakan melalui kegiatan
pembangunan pertanian. Penyebaran informasi yang dimaksud mencakup
informasi tentang ilmu dan teknologi inovasi yang bermanfaat, analisis ekonomi
dan upaya rekayasa sosial yang berkaitan dengan pengembangan usaha tani serta
peraturan dan kebijakan pendukung.
Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani
dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu
perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Penyuluh pertanian yang efektif
adalah yang dapat menimbulkan perubahan informasi atau perolehan informasi
baru kepada petani, memperbaiki kemampuan atau memberi kemampuan dan
kebiasaan baru petani dalam upaya memperoleh sesuatu yang mereka kehendaki
(Slamet 2003).
Dalam penelitian ini definisi penyuluhan adalah suatu proses pendidikan
non formal yang berorientasi pada perubahan perilaku sesuai dengan yang
diinginkan agar terjadi perbaikan mutu hidup masyarakat. Sedangkan defenisi
penyuluh adalah; pegawai negeri sipil atau honorer yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada
satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan
kegiatan penyuluhan.

Peran Penyuluh
Peran penyuluh menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2006, adalah
memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan
melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi,
pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan
pendampingan serta fasilitasi;

5
Menurut SK Menpan Nomor: 19/KEP/MK WASPAN/5/1999 jabatan
penyuluh pertanian terdiri dari penyuluh pertanian terampil dan penyuluh
pertanian ahli. Penyuluh pertanian terampil adalah jabatan fungsional, yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu,
sedangkan penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metode dan
teknik analisis tertentu. Seiring dengan perubahan paradigma pembangunan
pertanian yang lebih mengutamakan pembangunan manusianya, maka peran
penyuluh pertanian dalam mensukseskan terjadinya perubahan pola perilaku
petani menjadi semakin penting.
Padmowihardjo (2004) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian
adalah menghasilkan manusia pembelajar, manusia penemu ilmu dan teknologi,
manusia pengusaha Agribisnis yang unggul, manusia pemimpin di
masyarakatnya, manusia guru bagi petani lain, yang bersifat mandiri dan
interdependensi, karena itu penyuluhan adalah proses pembelajaran dan proses
pemberdayaan.
Menurut Rogers (1995), penyuluh adalah seseorang yang atas nama
pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk
mengadopsi inovasi. Berdasarkan definisi tersebut, Mardikanto (2009)
mengatakan bahwa peran penyuluh tidak hanya terbatas menyampaikan inovasi
dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh sasaran penyuluhan, akan
tetapi seorang penyuluh harus mampu menjadi jembatan penghubung antara
pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat
sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang
harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk
menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau
lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Lebih lanjut dijelaskan Mardikanto
(2009), terdapat tiga macam peran penyuluh yang terdiri atas kegiatan-kegiatan:
(1) pencairan diri dengan masyarakat sasaran; (2) menggerakkan masyarakat
untuk melakukan perubahan-perubahan; dan (3) pemantapan hubungan dengan
masyarakat sasaran. Agar lebih profesional maka seorang penyuluh harus
berperan sebagai: pembawa informasi, pendengar yang baik, motivator, fasilitator
proses, agen penghubung, pembentuk kemampuan, guru keterampilan, work
helper, pengelola program, pekerja kelompok, penjaga batas, promoter, pemimpin
lokal, konsultan, protektor dan pembentuk lembaga.
Peran Penyuluh sebagai Komunikator
Menurut Berlo (1960), secara umum komunikasi sering diartikan sebagai
suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan
(penerima). Dalam prakteknya, proses komunikasi tidak sederhana itu, antara
pengirim dan penerima pesan terjadi saling berganti peran (interaktif). Oleh
karena itu proses komunikasi didefinisikan sebagai proses penggunaan pesan oleh
dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim
dan penerima pesan, sampai ada saling memahami atas pesan yang disampaikan
oleh semua pihak.

6
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual
understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan
(dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam proses
difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial
sesuai yang dikehendaki. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara
komunikator penyuluh dan petani tidak hanya berhenti jika komunikator telah
menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi
yang disampaikan komunikator penyuluh, namun seringkali komunikasi baru
berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan seperti yang
dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut.
Arsyad (2008) menyatakan media dalam proses belajar mengajar merupakan
alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Secara lebih rinci Luhan (2008)
membagi media ke dalam tiga katagori, yaitu: (1) presentation media adalah
bentuk komunikasi yang sifatnya face to face seperti : pidato, ceramah, atau
bentuk-bentuk komunikasi dengan lebih dari dua orang tetapi masih face to face;
(2) representation media adalah media yang pesan-pesannya diwujudkan dalam
bentuk simbol yang dicetak, disampaikan melalui jarak jauh dan menggunakan
teknologi untuk memproduksi pesan-pesannya, misalnya: surat kabar, majalah,
dan media lainnya; dan (3) electronic atau mechanical media adalah media yang
penggunaannya hampir sama dengan representation media akan tetapi ada proses
encoding dan decoding pesan pada saat penerimaan dan pengiriman pesan,
misalnya: telepon, radio, televisi, dan media lainnya.
Mengacu pada pendapat Arsyad (2008) maka media tidak hanya terbatas
pada media cetak dan elektronik saja. Kegiatan seperti ceramah, pelatihan, dan
bentuk lainnya yang sifatnya tatap muka dapat digolongkan sebagai media. Media
dapat bersifat tatap muka, media cetak, dan juga media elektronik.
Effendy (2005) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain sebagainya,
yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian,
keragu-raguan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi mengacu
pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan
yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu,
mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik
(DeVito 2002).
Mulyana (2010) melihat komunikasi sebagai proses mengubah perilaku
seseorang. Kegiatan komunikasi tersebut berupa proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu dengan efek tertentu. Hal
ini sejalan dengan pemikiran Slamet (2003) yang melihat kegiatan komunikasi
pembangunan (development communication) sebagai aktivitas penyuluhan
pertanian (agricultural extension education), karena pada dasarnya tiga istilah itu
semua mengacu pada disiplin ilmu yang sama. Slamet (2003) menyatakan bahwa
tujuan penyuluhan pertanian yang sebenarnya adalah perubahan perilaku
kelompok sasaran.
Dalam penelitian ini defenisi peran penyuluh sebagai komunikator adalah,
peran penyuluh dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat agar terjadi

7
perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap masyarakat mengenai diversifikasi
pangan
Peran Penyuluh sebagai Konsultan
Konsultan adalah ahli yang tugasnya memberi petunjuk, pertimbangan, atau
nasihat dalam suatu kegiatan (penelitian, dagang, dan sebagainya). Konsultan
sebagai seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat ahli dalam
bidang keahliannya, misalnya akuntansi, lingkungan, biologi, hukum, dan lainlain. Secara umum, konsultan melakukan pekerjaan seperti pitching, riset, analisis,
dan report writing.
1. Pitching, yaitu menjual dan menawarkan jasa. Kegiatan ini bisa berupa
menyiapkan dokumen dan meriset klien yang prospektif, menulis proposal,
atau melakukan presentasi
2. Research, yaitu menjalankan riset sekunder terhadap klien dan pihak terkait
dengan menggunakan sumberdaya internal maupun sumber-sumber luar,
melakukan interview mengenai kebutuhan klien dan mendapatkan pemahaman
mengenai masalah klien, memfasilitasi diskusi tentang isu yang dihadapi
klien, analisis, yaitu membuat permodelan dalam bentuk struktur tertentu
tentang konsep pemecahan masalah, melakukan analisis dari data yang telah
diperoleh dan model yang telah disusun dan membantu menyusun
rekomendasi yang diperlukan.
3. Report writing, yaitu menyiapkan keputusan final, membantu klien dan
menunjukkan temuan serta rekomendasi yang telah dibuat.
Seorang organisator dapat mendorong orang bekerja karena dorongan dari
dalam dirinya. Penyuluh sebaiknya memiliki kecakapan memimpin, artinya dapat
mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivasi petani. Keberhasilan
kegiatan penyuluhan bergantung pada kemampuan penyuluh memimpin dan
mengorganisasikan pembelajaran sehingga dapat mewujudkan tujuan penyuluhan
sesuai yang dikehendaki (Lindner 1998).
Dalam penelitian ini, defenisi peran penyuluh sebagai konsultan adalah,
peran penyuluh memberi bimbangan, pertimbangan, atau nasehat kepada
masyarakat dalam melakukan diversifikasi pangan.
Peran Penyuluh sebagai Motivator
Seorang motivator harus bisa membangkitkan semangat dan mengubur
kelemahan yang dimiliki anak didik walau bagaimanapun latar belakang
keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya dan bagaimanapun berat
tantangannya. Menurut Hamalik (2008), motivasi belajar penting artinya dalam
proses belajar, karena berfungsi mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar. Oleh karena itu, prinsip-prinsip motivasi belajar sangat erat
kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Niazda (2011), menyebutkan
bahwa seorang motivator memiliki sifat-sifat positif, rasa berterima kasih kepada
orang-orang terbaik yang bekerja bersama, menyadari pentingnya harga diri dan
kecerdasan emosi.
Motivasi disampaikan lewat komunikasi lisan antar motivator dengan orang
lain, yang mengharuskan motivator memiliki kecerdasan emosi yang baik karena

8
kecerdasan emosi adalah dasar untuk berkomunikasi baik dengan diri sendiri
maupun orang lain. Kecerdasan emosi mencakup pengelolaan emosi diri sendiri
maupun orang lain. Empati adalah menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti
orang lain. Perlu disadari bahwa sesungguhnya motivasi hanya bekerja di luar, api
motivasi sebenarnya berada di dalam diri masing-masing. Oleh karena itu dengan
berusaha menempatkan diri menjadi orang lain, ide-ide untuk memotivasi orang
akan menjadi lebih tajam karena kita melihat dengan kacamata orang tersebut
bukan dengan kacamata kita sendiri.
Dalam penelitian ini, defenisi peran penyuluh sebagai motivator adalah,
peran penyuluh dalam mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan masyarakat
untuk melakukan diversifikasi pangan.
Peran Penyuluh sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar
proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau
memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah seseorang yang
bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat.
Fasilitator harus menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan
(Indo SDM 2013). Tugas seorang fasilitator adalah menata acara belajar,
menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai dengan bidangnya, menata situasi
proses belajar, mengintensifkan kerjasama dan komunikasi antar anggota
kelompok, mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai
kebutuhan, mengadakan bimbingan pada diskusi kelompok, memberikan umpan
balik/feedback kepada anggota kelompok, selanjutnya apabila dalam diskusi
terdapat pembicaraan yang keluar jalur, fasilitator juga bertugas sebagai mediator
atau penengah untuk mengembalikan topik pembicaraan ke jalur yang benar,
merumuskan kegiatan dan hasil kegiatan peserta, mengadakan evaluasi terhadap
peserta dan proses pelatihan dan memiliki kemampuan seorang fasilitator.
Dalam penelitian ini, defenisi peran penyuluh sebagai fasilitator adalah,
peran penyuluh dalam menata situasi pembelajaran, menghubungkan masyarakat
dengan sumber belajar, mengarahkan proses pembelajaran serta mengadakan
evaluasi terhadap peserta dan proses penyuluhan diversifikasi pangan.

Persepsi
Thoha (1999) mengatakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Sudrajat (2003) mengatakan bahwa persepsi merupakan produk atau
hasil proses psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimuli, yang
mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respons melakukan atau tidak
melakukan sesuatu kegiatan.
Persepsi dapat juga merupakan pandangan seseorang terhadap suatu obyek
sehingga individu tersebut memberikan reaksi tertentu yang dihasilkan dari
kemampuan mengorganisasikan pengamatan dan berhubungan dengan

9
penerimaan atau penolakan (Kayam 1985). Selain itu persepsi dapat berupa kesan,
penafsiran atau penilaian berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan suatu
proses pengambilan keputusan tentang pemahaman seseorang kaitannya dengan
suatu obyek, stimuli atau individu yang lain. Kesan tentang stimuli tersebut dapat
dipandang sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat
2007).
Pengertian persepsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman.

Diversifikasi Pangan
Undang – Undang pangan Nomor 18 tahun 2012 mendefenisikan
diversifikasi pangan sebagai upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya
lokal. Diversifikasi pangan ini tercakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran,
dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan spektrum
komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan sumber daya,
pengusahaan komoditas maupun pengembangan produksi komoditas pangan, oleh
karena itu dilihat dari aspek produksi, diversifikasi mencakup pengertian
diversifikasi horisontal maupun vertikal. Dari sisi konsumsi, diversifiksi pangan
mencakup aspek perilaku yang didasari baik oleh pertimbangan ekonomis seperti
pendapatan dan harga komoditas, maupun non ekonomis seperti kebiasaan, selera
dan pengetahuan. Pertemuan antara sektor produksi dan konsumsi tidak terlepas
dari peranan pemasaran dan distribusi komoditas pangan tersebut. Kasryno et al.
(2005) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di
bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Suhardjo (1998) menyebutkan
bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang
saling berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi
ketersediaan pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.
Soetrisno (1998) mendefinisikan diversifikasi pangan lebih sempit (dalam
konteks konsumsi pangan) yaitu sebagai upaya menganekaragamkan jenis pangan
yang dikonsumsi, mencakup pangan sumber energi dan zat gizi, sehingga
memenuhi kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan kecukupan baik ditinjau
dari kuantitas maupun kualitasnya. Secara lebih tegas, Pakpahan dan Suhartini
(1989) menyatakan dalam konteks Indonesia diversifikasi/keanekaragaman
konsumsi pangan sering diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang
dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Menurut
Suhardjo dan Martianto (1992) semakin beragam konsumsi pangan maka kualitas
pangan yang dikonsumsi semakin baik. Oleh karena itu dimensi diversifikasi
pangan tidak hanya terbatas pada diversifikasi konsumsi makanan pokok saja,
tetapi juga makanan pendamping.

10
Dalam penelitian ini definisi diversifikasi pangan yang dipakai yaitu upaya
peningkatan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada
potensi sumber daya lokal.

Karakteristik Personal
Karakteristik individu adalah sifat-sifat yang ditampilkan seseorang yang
berhubungan dengan semua aspek kehidupannya didunia atau lingkungannya
sendiri (Reksowardoyo 1983). Karakteristik individu merupakan salah satu faktor
penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecendrungan perilaku
seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Kemampuan atau potensi yang
dimiliki masyarakat dapat dipelajari melalui karakteristik yang melekat pada diri
masyarakat itu sendiri. Slamet (2003) menjelaskan bahwa umur, pendidikan,
status sosial ekonomi, pola hubungan, sikap dan dogma merupakan faktor
individu yang mempengaruhi proses adopsi inovasi.
Rakhmat (2007) menyatakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor
fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai
faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang (seperti umur, pendidikan, status sosial – ekonomi dan
pengalaman masa lalu) yang memberikan respon pada stimuli itu, berhubungan
nyata dengan persepsi orang. Sedangkan faktor-faktor struktural berasal dari
stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.
Berkaitan dengan penelitian ini maka faktor personal atau internal yang
yang akan diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah
tanggungan keluarga, keterdedahan terhadap media massa dan kekosmopolitan.
a. Umur
Yuwono (2006) mengatakan bahwa umur merupakan karakteristik individu
yang menggambarkan pengalaman dalam diri individu tersebut, semakin tua
seseorang semakin sulit menerima suatu perubahan atau dengan kata lain sudah
puas dengan kondisi yang dicapai. Hasil penelitian Yuwono (2006) menunjukkan
bahwa umur petani hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap tingkat persepsi.
Umur yang semakin tua maka tingkat persepsinya semakin rendah, sedangkan
persepsi tinggi dijumpai pada petani yang masih muda.
b. Pendidikan
Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar sesorang
adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir
dan jasa nalarnya. Pendidikan sebagai suatu proses yang akan berpengaruh pada
pembentukan sikap (termasuk persepsi), karena pendidikan meletakkan dasar
pengetahuan dan konsep moral dalam diri individu.
Pendidikan baik formal maupun nonformal adalah sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.Semakin tinggi pendidikan formal
seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan untuk menerima, menyaring dan
menerapkan inovasi yang dikenalkan kepadanya (Puspasari 2010).

11
c. Kekosmopolitan
Kekosmopolitan adalah sifat keterbukaan seseorang kepada dunia luas, serta
dapat menerima bentuk ide – ide baru yang belum dikenal dalam rangka
pembaharuan (Dececco 1968). Sikap kekosmopolitan menurut Rogers dan
Shoemaker (1995) akan mempertinggi kemampuan empati dan daya empati ini
akan mempertinggi sifat inovatif komunikan dan aspirasi positif.
Weaver (1978) bahwa tingkat pengetahuan individu akan mempengaruhi
persepsi dan partisipasi individu terhadap jenis informasi aktivitas tertentu.
Seseorang akan meningkat pengetahuan dan wawasannya apabila orang tersebut
memiliki sifat keterbukaan kepada dunia luas. Susiatik (1998) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa tingkat keterbukaan petani terhadap informasi
baik dari sistem sosialnya dan diluar sistem sosialnya akan mempengaruhi
persepsi mereka terhadap program.
Dalam penelitian ini, defenisi kekosmopolitan yang dipakai adalah sifat
keterbukaan seseorang kepada dunia luas, serta dapat menerima bentuk ide – ide
baru yang belum dikenal dalam rangka pembaharuan.
d. Pendapatan
Menurut Roger dan Shoemaker (1995), kira-kira dua pertiga dari penelitian
menegaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara orang yang lebih
inovatif dengan status sosialnya (termasuk pendapatan). Sugiyanto (1996)
meyatakan dalam penelitiannya bahwa persepsi seseorang terhadap suatu obyek
akan positif apabila sesuai dengan kebutuhannya, sebaliknya akan negatif apabila
bertentangan dengan kebutuhan orang tersebut. Pada penelitian yang dilakukan
Susiatik (1998) menunjukkan bahwa pendapatan petani tidak berhubungan nyata
dengan tingkat persepsi.Yuwono (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
tingkat ekonomi petani tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat persepsi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan adalah penghasilan
responden yang diperoleh dari berbagai sumber baik pekerjaan tetap maupun
sampingan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah dengan kategorisasi
berdasarkan pada UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten setempat.

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP)
merupakan amanah dari Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang
kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya
lokal dan dijabarkan secara lebih rinci dalam Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) Nomor 43 tahun 2009 tentang gerakan percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) dalam
pelaksanaannya dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap masyarakat khususnya kelompok wanita dan siswa SD/MI
tentang pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (melalui
penyuluhan), penurunan konsumsi beras per kapita di rumah tangga, dan
perbaikan ekonomi masyarakat (pengembangan agribisnis). Kedua pendekatan ini

12
harus dilaksanakan secara simultan sehingga tujuan dari P2KP dapat terwujud
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan umum dari program P2KP adalah memfasilitasi dan mendorong
terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman yang
diindikasikan oleh Skor PPH pada tahun 2015 sebesar 95. Tingkat diversifikasi
pangan rumah tangga diukur dengan rumus Pola Pangan Harapan (PPH) yang
mengacu pada Suyatno (2008) dan Metode Vvaluasi Mandiri P2KP (2012).
Metode tersebut meliputi tahapan berikut: pertama, data konsumsi pangan
keluarga responden dikumpulkan menggunakan kuisioner dengan menerapkan
metode recall 24 jam terhadap 9 kelompok pangan, kemudian dihitung jumlah
kalori masing – masing kelompok pangan tersebut dengan daftar komposisi bahan
makanan (DKBM), setelah itu dihitung persentase kalori masing – masing
kelompok pangan terhadap total kalori perhari, lalu skor pola pangan harapan
masing – masing kelompok pangan dihitung dengan mengalikan persen kalori
kelompok pangan dengan bobot skoring yang sudah ditetapkan oleh PPH.
Sedangkan yang menjadi tujuan khususnya adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap aparat
pemerintah, penyuluh pertanian dan tokoh/pimpinan kelembagaan masyarakat
dalam
upaya
pengembangan
dan
pendampingan
percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan.
2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap masyarakat
khususnya kelompok wanita.
3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap siswa SD/MI
sejak usia dini melalui sosialisasi konsumsi pangan beragam, bergizi,
berimbang dan aman serta pengembangan kebun sekolah.
4. Meningkatkan pemanfaatan pangan lokal dan produk olahannya melalui
pengembangan usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan.
5. Meningkatkan motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam
penganekaragaman konsumsi pangan melalui penguatan kelembagaan,
pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan budaya makan yang beragam,
bergizi, berimbang dan aman.
6. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap tentang
penganekaragaman konsumsi pangan kepada berbagai pemangku kepentingan
yang meliputi aparat pemerintah, penyuluh pertanian, guru, kelompok wanita,
siswa SD/MI, pengusaha pangan lokal dan kelompok masyarakat lainnya.

Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian
Kerangka Berpikir
Penyuluhan mempunyai peranan yang sangat strategis, hal ini disebabkan
karena penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikannya dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya
lainnya. Keberadaan penyuluh pertanian tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan hasil produksi pertanian, namun juga bertujuan mengubah perilaku

13
dan pemahaman masyarakat akan terpenuhinya kebutuhan pangan tidak hanya
secara kuantitas namun yang lebih penting adalah kualitas, serta keberagaman
pangan yang dikonsumsi dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.
Menurut Kurt Lewin (Mardikanto 2009), terdapat tiga macam peran
penyuluh yang terdiri atas: (1) pencairan diri dengan masyarakat sasaran; (2)
menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan; dan (3)
pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran. Agar lebih profesional maka
seorang penyuluh harus berperan sebagai: pembawa informasi, pendengar yang
baik, motivator, fasilitator proses, agen penghubung, pembentuk kemampuan,
guru keterampilan, work helper, pengelola program, pekerja kelompok, penjaga
batas, promoter, pemimpin lokal, konsultan, protektor dan pembentuk lembaga
(Lionberger & Gwin, 198