ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA DI SUMATERA BARAT MENUJU POLA PANGAN HARAPAN (PPH).
ANALISIS DTVf,RSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUNIAH TANGGA
Dr SUMATERA BARAT MENUJU POa-A PANG.A.N HARAPAN (PPH)
'f flf!;IS
"ft --:i
M V &^gt E * &.7+3 &-t:;..
{\ry-'A\|.f AS Ar'"{&A } .,\ il ^
FADANG'
PfA.G*,TLA
L1 Y'i
2A09
7
ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PA}IGAII RT]MAHTAIYGGA DI
SUMATERA BARAT MENUJU POLA PAI\IGAI\ HARAPAN (PPH)
Oleh: Devi Analia
(Di bawah bimbingan Dr. Ir. H. Jafrinur, MSP dan Dr k. Faidil Tanjung, M.Si)
RINGKASAIY
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama disarnping
kebutuhan lainnya seperti sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Undang-
Undang Nomor
7
Tahun 1996 tentang Pangan Pasal
I
ayat 17 menyatakan
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumahtangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumtah maupun mutunya,
alnan, rnerata dan terjangkau. Ketahanan pangan terwujud apabila seluruh
penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi
kecukupan gizi sesuai kebutuhannyq agar dapat rnedalani kehidupan yang sehat
dan
produktif dari hari ke hari.
Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan adalah melalui
diversifikasi bahan
pilgil,
yaitu proses pengembangan produk pangan yang tidak
tergantung kepada satu jenis bahan pangan saja tetapi memanfaatkan bermacarn-
macam bahan pangan dalam upaya untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat.
Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnya memperluas pilihan masyarakat
dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan citarasa yang diinginkan dan menghindari
kebosanan dan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat dan
aktif. Diversifikasi konsumsi pangan rumahtangga ini dapat dilihat berapa besar
skor Pola Pangan Harapan (PPH) dirnanaskor PPH yang idelanya adalah 100
persen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversifikasi konsumsi pangan
rumahtangga
di
Sumatera Barat menuju Pola pangan Harapan (PPH) dan untuk
mengetahui variabel-vmiabel apa saja yang berpengaruh dalam diversifikasi
konsumsi pangan rumahtangga di Sumatera Barat menuju PPH.
Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Barat yaitu pada Bulan Februari
sampai
April 2009.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data mentah
(row data) SUSENAS 2005 dengan menggunakan data modul konsumsi yang
dilakukan setiap tiga tahuan sekali yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Surnatera Barat. Data yang diperoleh meliputi data sosio ekonomi yaitu
pendapalan rumahtangga dan sosio demokrafi (karakteristik rumahtangga) yang
meliputi jumlah anggota rumahtangga pendidikan istri dan umur istri.
Dari hasil temuan penelitian diatas bahwa rata-rata skor PPH rumahtangga
di Sumatera Barat baru mencapu 64,7 persen, dimana skor PPH di kota sebesar
67,72 persen dan skor PPH
di
desa sebesar 63,52 persen.
Artinya pangan yang
dikonsumsi oleh rumahtangga di Sumatera Barat baik desa maupun kota belum
seimbang dan beragam. Pangan yang seimbang dan beragam ditunjukkan olett
skor PFH ideal yaitu sebesar i00 persen. Dari sembilan macarn jenis bahan
pangan, padi-padian adalah -ienis makanan yang dominan dikonsumsi oleh
rumahtangga di Sumatera Barat. Sedangkan kelompok pangan lainnya masih jauh
dari konsumsi idealnya.
Dari hasil temuan empiris diversifikasi konsumsi pangan rumahtangga di
Sumatera Barat menuju Pola Pangan Harapan (PPH) menunjukkan bahwa
pendapatan rumahtangga, jumlah
anggota
ga dan pendidikan istri
berpengaruh signifikan terhadap diversifikasi konsumsi pangan rumahtanggaSedangkan umur
istri tidak berpengaruh terhadap diversifikasi konsurrsi pangan.
I.
PEIYDAIIULUAN
1.1 Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah {RP.IM) Sumbar 2A06-201A
rnenyatakan bahwa program perbaikan
gizi masyarakat
dapat dilakukan dengan
meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat yang meliputi peningkatan SDM pengelola program gizi masyarakaf
penanggulangan Kurang Energi Protein {KEP), anemia
gizi besi,
Gangguang
Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya, penanggulangan Srti lebih, peningkatan surveilens gizi,
pernberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi, pengadaan obat
program
gizi masyarakat dan peningkatan peran
serta kelompok potensial dalam
meningkatkan status gizi masyarakat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Pasal
I
ayat 17
menyatakan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumahtangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mlutuny4 aman, merata dan terjangkau. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun
2002 tentang ketahanan pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU Nomor 7
Tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus
berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan
mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan,
mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan
prasanma produksi pangan dan mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif (Ariani, 2008).
Pangan merupakan komoditas penting dan sbategis bagi bangsa Indonesia
mengrngat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh
pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatlan oleh
Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1996 tentang Pangan. Dalam UU tersebut
disebutkan pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaa4 pengendalian
dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan
penyediaarq perdagangan, dishibusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak
mernperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutrl amarq betgirr, beragam,
merata" dan teriangkau oleh daya beli mereka (Arianr,2008).
Dalam rangka mempertinggr taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan giri yang cukup memadai
dan terjangkau oleh seluruh rakyat memegang p€ftman yang sangat penting. Hal
ini
erat kaitannya dengan pemecahan masalah peningkatan produksi pangaq
perbaikan sarana distribusi dan pemasaran pangan, perbaikan pengolahan dan
penyimpanan hasil produksi pangarl kependudukan, tingkat kesadaran dan
keadaan gizi serta peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat (Ariani, 2008).
Ketahanan pangan terwujud apabila seluruh penduduk mempunyai akses
fisik
dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi sesuai
kebutrfiannyq agar dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produklif dari hari
ke hari. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan konsumsi pangan
yang beragam. Setiap jenis makanan mempunyai citarasa, tekstur, bau, campuran
zat gizi dan daya cema tersendiri. Maka dari itu *O"O
i""ir f."-J* ;an;;
J
memhrilen sumbangan gizi yang berbeda-beda.
untuk
status gizi
dalam suatu masyarakat pada dasarnya tergantung pada tiga faktor
yaitu
: (l)
pangan yang tenedia rmtuk semua anggota rumahtangga @)
pendapatan rumahtangga dan
(3) pendidikan gizi dan penerapannya (Ariani,
2008).
Salah satu upaya untuk meningftatkan ketahanan pangan adalah melalui
diversifikasi bahan pangan, yaitu proses pengembangan produk pangan yang tidak
tergantung kepada satu jenis bahan pangan saja tetapi memanfaatkan bermacam-
macam bahan pangan dalam uFya untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat
Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnya memperlrras pilihan masyarakat
dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan citarasa yang diinginkan dan menghindari
kebosanan dan untuk mendapatkan pangan d4n gtzi agar dapat hidup sehat dan
aktif, Secara implisit upaya diversifikasi konsumsi Fngan dapat diidentikkan
dengan upaya perbaikan gizi untuk mendapatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesiayang mampu bersaing dengan negara-negara lain (Ariani, 2008).
Definisi diversifikasi konsumsi pangan yang telah ditetapkan dalam pp
Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan
konsurnsi anekaragam pangan dengan prinsip gizi seimbang- Prinsip dasar dari
diversifikasi konsumsi pangall' bahwa tidak ada satupun komoditas atau jenis
pangan yang inemenuhi unsur gizi secara keseluruhan yang dibutuhkan oleh tubuh
(,A,riani, 2008).
Dalam PP Nomor 68 Pasal 9 dinyatakan dalam ayat
l
yaitu diversifikasi
pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan
dengan
memperhatikan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal. Ayat2 menyatakan
diversifikasi pangan dilakukan dengan meningkaftan keanekaragaman pmgm,
mengemhngkan teknologi pengolahan dan produk pangan serta meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi beranekaragam pangan dengan
prinsip gizi seimbang. Ayat 3 menyatakan diversifftasi konsumsi
pangan
ditetapkan oleh Menteri atau Kepala trmbaga Pemerintahan Non Deprtemen
yang bertanggung jawab di bidang pertanian" pangan, perikanan dan kelautaru
kehutanan, industri dan perdagangan, koper,asi serta ris€t dan teknologi sesuai
dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.
Dalam upaya melaksanakan diversifikasi konsumsi pangan ini, FAO
RAPA pada tatrun 1989 mengadakaq pertemuan para atrli pangan dan gizi di
Bangkok dengan merumuskan komposisi pangan yang ideal yang terdiri dart 57-Q
p€rsen dari karbohidrat, 10-13 persen dari protein, 20 30 persen dari lemak.
Rumusan
ini kemudian
diimplementasikan dalam bentuk energi dari 9 bahan
pokok pangan yang dikenal dengan istilah Pola Pangan Harapan (Badan Bimas
Katahanan
Pan gan,
2005)-
Pola Pangan Harapan {PPFD didefinisikan sebagai $sunan beragam
pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas proporsi sumbangan
energinya terhadap total energi yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
pangan dzn glzi penduduk baik dari jumlah, kualitas maupnn keragamannya
dengan mempertimbangkan segi-segi sosial, ekonomi, budaya dan cita rasa
Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor
pangan {dietcry score). Semakin tinggi skor mutu pangan, menur{ukan situasi
pangan yalg semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya
(Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2005).
5
'l'ujuan PPH adalah untuk menghasilkan
suatu komposisi normai (standar)
pangan rmtuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk sekaligus mempertimbangkan
keseimbangan gSzi (Nutricionol Batonce) didukung oleh cita rasa (Portabitity),
daya cema (Digestability), daya terima masyarakat (Acceptability) kualitas dan
kemampuan daya beli (Allbadebility, (Badan tlimas Katahanan pangan,2005).
Kegunaan dari PPH ini adalah :
(l)
sebagai instmment menilai kesediaan
dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan,
(2) sebagai basis untuk perhitungan skor PPH yang digunakan
gizi pangan dan
sebagai indikator
keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan
maupun tingkat- konsumsi dan (3) untuk p€rencafturn konsumsi dan ketersediaan
pangan (Badan tsimas Katahanan llangan,2005)Pola konsumsi pangan di Sumatera Barat dalam periode tahun 2001-2005
ketersediaan energi untuk dikonsumsi rata-rata sebesar 4-261 kkal/kap/hr atau
dengan tingkat kecukupan
gui
194 p€rs€n. Begitu juga dengan protein, rata-rata
ketersediaann.va 83,E4 grlkaplr dan ketersediaan lemak sebesar
Bila dikaitkan
l7l,E5 grlkap/hr.
dengan komposisi ideal rekomenrlasi PPH (lampira* 1), dimana
proporsr ideal penyediaan antara pangan nabati dan pangan hewani yaifu gg
persen dan 12 p€rsen- Temyata
di
Sumatera Barat ketersediaan energi unfuk
dikonsumsi belurn memperlihatkan keberimhngan ideal, karena rata-rata
konsumsi ketersediaan pangan nabati seb€sar 97 persen dan untuk pangan hewani
hanya 3 persen {tsadan P\sat Statrsti[ 2005).
sedangkan untuk realisasi penyediaan pangan untuk dikonsumsi per
kelompok pangan terlihat bahwa pangan hewani dan kacang-kacangan masih
belum mencapai sasamn dengan
p";;
masing-masing 68 persen dan 26
6
nersen- Persenlase pencapaian tertinggi adalah kelomJnk pangan min,vak dan
lemak dan diftuti padi-padian yaitu 1,215 persen dan244 persen. Sblqiutrya bila
dikaitkan dengan target ketersediaan, temyata keiomgnk pangan hewani, buahlbiii
berminyak dan kacang-kacangan juga belum mencapai target yaiu 62 penerL 95
flersen dzn24 flersen (lampiran 2).
Tercukupinya pangan oleh tubuh untuk mencapai kebutuhan gizi adalah
sangat penting, dimana standar kebutuhan kaiori berircda untuk tiap orang dan
jenis pekerjaan. Penyediaan pangan yang eukup bagi penduduk untuk dikonsumsi
merupakan salah satu masalah ya;ng dihadapi hangsa lndonesia terutama
masyarakat
di
Surnatera Barai. Diversifikasi jenis pangan dan hubungannya
dengan kecukupan giz.i serta tingkat ekonomi keluarga harus dipahami, masaiah
dan faktor-faktor yang mempcngaruhi kecukupan produksi dan pengadaan pangan
harus dikenal dan cara p€mecahannva harus dicari Jrenanggulangannva (Ariani2008).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk melalrukan penelitian yang berjudul Analisis Diversifikasi Konsumsi
Pangen Rumahtangga
di
Sumatera Brrat illenuju Pola Pangan Harapan
(PPI{).
l.Z
Perumusan Masalah
Semua penduduk harus memakan makanan yang beragam sebanyak
mungkin. Suatu studi tentang kelompok Fngan yang diperlukan untuk Srembinaan
gizi baik dan pola pangan yang representdive untuk Indonesia memperlihatkan
bahrva penduduk
Asia
I'enggara akan mendapat manfaat dari peningkatan
kcnsumsi lemak dan minyak rlan
&ri
makanan .vang banyak kacang-ka.ea*gan,
sa)nran tenrtama yang berdawr hijau tua dan yang bewama kming tua
Berkaitan dengan hal pernenuhan gizi rnaka etiveniifikasi konsumsi pangan
merupakan cara yang paling efektit'.
Dari segi fisiologis, manusia untuk dapat
hidup aktif dan sehat memerlukan lehih 40 jenis zat gizi yang krclapat
berbagai jenis makanan. Diversitikasi jenis pangan
ini
pada
didasarkan pada bahan
pangan yang tercla?al rlalnrn PPH yang memhagi kelomgrrk makanan menjadi
kelompok yaitu
: I)
Q
padi-padiaru 2) umbi-umbian, 3) pangan hewani, 4) minyak
dan lemal 5) huahlbiji berminyak" 6) kacang-kacangan, 7} grla, 8) .sayrr
Dr SUMATERA BARAT MENUJU POa-A PANG.A.N HARAPAN (PPH)
'f flf!;IS
"ft --:i
M V &^gt E * &.7+3 &-t:;..
{\ry-'A\|.f AS Ar'"{&A } .,\ il ^
FADANG'
PfA.G*,TLA
L1 Y'i
2A09
7
ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PA}IGAII RT]MAHTAIYGGA DI
SUMATERA BARAT MENUJU POLA PAI\IGAI\ HARAPAN (PPH)
Oleh: Devi Analia
(Di bawah bimbingan Dr. Ir. H. Jafrinur, MSP dan Dr k. Faidil Tanjung, M.Si)
RINGKASAIY
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama disarnping
kebutuhan lainnya seperti sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Undang-
Undang Nomor
7
Tahun 1996 tentang Pangan Pasal
I
ayat 17 menyatakan
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumahtangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumtah maupun mutunya,
alnan, rnerata dan terjangkau. Ketahanan pangan terwujud apabila seluruh
penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi
kecukupan gizi sesuai kebutuhannyq agar dapat rnedalani kehidupan yang sehat
dan
produktif dari hari ke hari.
Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan adalah melalui
diversifikasi bahan
pilgil,
yaitu proses pengembangan produk pangan yang tidak
tergantung kepada satu jenis bahan pangan saja tetapi memanfaatkan bermacarn-
macam bahan pangan dalam upaya untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat.
Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnya memperluas pilihan masyarakat
dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan citarasa yang diinginkan dan menghindari
kebosanan dan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat dan
aktif. Diversifikasi konsumsi pangan rumahtangga ini dapat dilihat berapa besar
skor Pola Pangan Harapan (PPH) dirnanaskor PPH yang idelanya adalah 100
persen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversifikasi konsumsi pangan
rumahtangga
di
Sumatera Barat menuju Pola pangan Harapan (PPH) dan untuk
mengetahui variabel-vmiabel apa saja yang berpengaruh dalam diversifikasi
konsumsi pangan rumahtangga di Sumatera Barat menuju PPH.
Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Barat yaitu pada Bulan Februari
sampai
April 2009.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data mentah
(row data) SUSENAS 2005 dengan menggunakan data modul konsumsi yang
dilakukan setiap tiga tahuan sekali yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Surnatera Barat. Data yang diperoleh meliputi data sosio ekonomi yaitu
pendapalan rumahtangga dan sosio demokrafi (karakteristik rumahtangga) yang
meliputi jumlah anggota rumahtangga pendidikan istri dan umur istri.
Dari hasil temuan penelitian diatas bahwa rata-rata skor PPH rumahtangga
di Sumatera Barat baru mencapu 64,7 persen, dimana skor PPH di kota sebesar
67,72 persen dan skor PPH
di
desa sebesar 63,52 persen.
Artinya pangan yang
dikonsumsi oleh rumahtangga di Sumatera Barat baik desa maupun kota belum
seimbang dan beragam. Pangan yang seimbang dan beragam ditunjukkan olett
skor PFH ideal yaitu sebesar i00 persen. Dari sembilan macarn jenis bahan
pangan, padi-padian adalah -ienis makanan yang dominan dikonsumsi oleh
rumahtangga di Sumatera Barat. Sedangkan kelompok pangan lainnya masih jauh
dari konsumsi idealnya.
Dari hasil temuan empiris diversifikasi konsumsi pangan rumahtangga di
Sumatera Barat menuju Pola Pangan Harapan (PPH) menunjukkan bahwa
pendapatan rumahtangga, jumlah
anggota
ga dan pendidikan istri
berpengaruh signifikan terhadap diversifikasi konsumsi pangan rumahtanggaSedangkan umur
istri tidak berpengaruh terhadap diversifikasi konsurrsi pangan.
I.
PEIYDAIIULUAN
1.1 Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah {RP.IM) Sumbar 2A06-201A
rnenyatakan bahwa program perbaikan
gizi masyarakat
dapat dilakukan dengan
meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat yang meliputi peningkatan SDM pengelola program gizi masyarakaf
penanggulangan Kurang Energi Protein {KEP), anemia
gizi besi,
Gangguang
Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya, penanggulangan Srti lebih, peningkatan surveilens gizi,
pernberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi, pengadaan obat
program
gizi masyarakat dan peningkatan peran
serta kelompok potensial dalam
meningkatkan status gizi masyarakat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Pasal
I
ayat 17
menyatakan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumahtangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mlutuny4 aman, merata dan terjangkau. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun
2002 tentang ketahanan pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU Nomor 7
Tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus
berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan
mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan,
mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan
prasanma produksi pangan dan mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif (Ariani, 2008).
Pangan merupakan komoditas penting dan sbategis bagi bangsa Indonesia
mengrngat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh
pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatlan oleh
Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1996 tentang Pangan. Dalam UU tersebut
disebutkan pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaa4 pengendalian
dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan
penyediaarq perdagangan, dishibusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak
mernperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutrl amarq betgirr, beragam,
merata" dan teriangkau oleh daya beli mereka (Arianr,2008).
Dalam rangka mempertinggr taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan giri yang cukup memadai
dan terjangkau oleh seluruh rakyat memegang p€ftman yang sangat penting. Hal
ini
erat kaitannya dengan pemecahan masalah peningkatan produksi pangaq
perbaikan sarana distribusi dan pemasaran pangan, perbaikan pengolahan dan
penyimpanan hasil produksi pangarl kependudukan, tingkat kesadaran dan
keadaan gizi serta peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat (Ariani, 2008).
Ketahanan pangan terwujud apabila seluruh penduduk mempunyai akses
fisik
dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi sesuai
kebutrfiannyq agar dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produklif dari hari
ke hari. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan konsumsi pangan
yang beragam. Setiap jenis makanan mempunyai citarasa, tekstur, bau, campuran
zat gizi dan daya cema tersendiri. Maka dari itu *O"O
i""ir f."-J* ;an;;
J
memhrilen sumbangan gizi yang berbeda-beda.
untuk
status gizi
dalam suatu masyarakat pada dasarnya tergantung pada tiga faktor
yaitu
: (l)
pangan yang tenedia rmtuk semua anggota rumahtangga @)
pendapatan rumahtangga dan
(3) pendidikan gizi dan penerapannya (Ariani,
2008).
Salah satu upaya untuk meningftatkan ketahanan pangan adalah melalui
diversifikasi bahan pangan, yaitu proses pengembangan produk pangan yang tidak
tergantung kepada satu jenis bahan pangan saja tetapi memanfaatkan bermacam-
macam bahan pangan dalam uFya untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat
Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnya memperlrras pilihan masyarakat
dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan citarasa yang diinginkan dan menghindari
kebosanan dan untuk mendapatkan pangan d4n gtzi agar dapat hidup sehat dan
aktif, Secara implisit upaya diversifikasi konsumsi Fngan dapat diidentikkan
dengan upaya perbaikan gizi untuk mendapatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesiayang mampu bersaing dengan negara-negara lain (Ariani, 2008).
Definisi diversifikasi konsumsi pangan yang telah ditetapkan dalam pp
Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan
konsurnsi anekaragam pangan dengan prinsip gizi seimbang- Prinsip dasar dari
diversifikasi konsumsi pangall' bahwa tidak ada satupun komoditas atau jenis
pangan yang inemenuhi unsur gizi secara keseluruhan yang dibutuhkan oleh tubuh
(,A,riani, 2008).
Dalam PP Nomor 68 Pasal 9 dinyatakan dalam ayat
l
yaitu diversifikasi
pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan
dengan
memperhatikan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal. Ayat2 menyatakan
diversifikasi pangan dilakukan dengan meningkaftan keanekaragaman pmgm,
mengemhngkan teknologi pengolahan dan produk pangan serta meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi beranekaragam pangan dengan
prinsip gizi seimbang. Ayat 3 menyatakan diversifftasi konsumsi
pangan
ditetapkan oleh Menteri atau Kepala trmbaga Pemerintahan Non Deprtemen
yang bertanggung jawab di bidang pertanian" pangan, perikanan dan kelautaru
kehutanan, industri dan perdagangan, koper,asi serta ris€t dan teknologi sesuai
dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.
Dalam upaya melaksanakan diversifikasi konsumsi pangan ini, FAO
RAPA pada tatrun 1989 mengadakaq pertemuan para atrli pangan dan gizi di
Bangkok dengan merumuskan komposisi pangan yang ideal yang terdiri dart 57-Q
p€rsen dari karbohidrat, 10-13 persen dari protein, 20 30 persen dari lemak.
Rumusan
ini kemudian
diimplementasikan dalam bentuk energi dari 9 bahan
pokok pangan yang dikenal dengan istilah Pola Pangan Harapan (Badan Bimas
Katahanan
Pan gan,
2005)-
Pola Pangan Harapan {PPFD didefinisikan sebagai $sunan beragam
pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas proporsi sumbangan
energinya terhadap total energi yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
pangan dzn glzi penduduk baik dari jumlah, kualitas maupnn keragamannya
dengan mempertimbangkan segi-segi sosial, ekonomi, budaya dan cita rasa
Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor
pangan {dietcry score). Semakin tinggi skor mutu pangan, menur{ukan situasi
pangan yalg semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya
(Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2005).
5
'l'ujuan PPH adalah untuk menghasilkan
suatu komposisi normai (standar)
pangan rmtuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk sekaligus mempertimbangkan
keseimbangan gSzi (Nutricionol Batonce) didukung oleh cita rasa (Portabitity),
daya cema (Digestability), daya terima masyarakat (Acceptability) kualitas dan
kemampuan daya beli (Allbadebility, (Badan tlimas Katahanan pangan,2005).
Kegunaan dari PPH ini adalah :
(l)
sebagai instmment menilai kesediaan
dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan,
(2) sebagai basis untuk perhitungan skor PPH yang digunakan
gizi pangan dan
sebagai indikator
keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan
maupun tingkat- konsumsi dan (3) untuk p€rencafturn konsumsi dan ketersediaan
pangan (Badan tsimas Katahanan llangan,2005)Pola konsumsi pangan di Sumatera Barat dalam periode tahun 2001-2005
ketersediaan energi untuk dikonsumsi rata-rata sebesar 4-261 kkal/kap/hr atau
dengan tingkat kecukupan
gui
194 p€rs€n. Begitu juga dengan protein, rata-rata
ketersediaann.va 83,E4 grlkaplr dan ketersediaan lemak sebesar
Bila dikaitkan
l7l,E5 grlkap/hr.
dengan komposisi ideal rekomenrlasi PPH (lampira* 1), dimana
proporsr ideal penyediaan antara pangan nabati dan pangan hewani yaifu gg
persen dan 12 p€rsen- Temyata
di
Sumatera Barat ketersediaan energi unfuk
dikonsumsi belurn memperlihatkan keberimhngan ideal, karena rata-rata
konsumsi ketersediaan pangan nabati seb€sar 97 persen dan untuk pangan hewani
hanya 3 persen {tsadan P\sat Statrsti[ 2005).
sedangkan untuk realisasi penyediaan pangan untuk dikonsumsi per
kelompok pangan terlihat bahwa pangan hewani dan kacang-kacangan masih
belum mencapai sasamn dengan
p";;
masing-masing 68 persen dan 26
6
nersen- Persenlase pencapaian tertinggi adalah kelomJnk pangan min,vak dan
lemak dan diftuti padi-padian yaitu 1,215 persen dan244 persen. Sblqiutrya bila
dikaitkan dengan target ketersediaan, temyata keiomgnk pangan hewani, buahlbiii
berminyak dan kacang-kacangan juga belum mencapai target yaiu 62 penerL 95
flersen dzn24 flersen (lampiran 2).
Tercukupinya pangan oleh tubuh untuk mencapai kebutuhan gizi adalah
sangat penting, dimana standar kebutuhan kaiori berircda untuk tiap orang dan
jenis pekerjaan. Penyediaan pangan yang eukup bagi penduduk untuk dikonsumsi
merupakan salah satu masalah ya;ng dihadapi hangsa lndonesia terutama
masyarakat
di
Surnatera Barai. Diversifikasi jenis pangan dan hubungannya
dengan kecukupan giz.i serta tingkat ekonomi keluarga harus dipahami, masaiah
dan faktor-faktor yang mempcngaruhi kecukupan produksi dan pengadaan pangan
harus dikenal dan cara p€mecahannva harus dicari Jrenanggulangannva (Ariani2008).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk melalrukan penelitian yang berjudul Analisis Diversifikasi Konsumsi
Pangen Rumahtangga
di
Sumatera Brrat illenuju Pola Pangan Harapan
(PPI{).
l.Z
Perumusan Masalah
Semua penduduk harus memakan makanan yang beragam sebanyak
mungkin. Suatu studi tentang kelompok Fngan yang diperlukan untuk Srembinaan
gizi baik dan pola pangan yang representdive untuk Indonesia memperlihatkan
bahrva penduduk
Asia
I'enggara akan mendapat manfaat dari peningkatan
kcnsumsi lemak dan minyak rlan
&ri
makanan .vang banyak kacang-ka.ea*gan,
sa)nran tenrtama yang berdawr hijau tua dan yang bewama kming tua
Berkaitan dengan hal pernenuhan gizi rnaka etiveniifikasi konsumsi pangan
merupakan cara yang paling efektit'.
Dari segi fisiologis, manusia untuk dapat
hidup aktif dan sehat memerlukan lehih 40 jenis zat gizi yang krclapat
berbagai jenis makanan. Diversitikasi jenis pangan
ini
pada
didasarkan pada bahan
pangan yang tercla?al rlalnrn PPH yang memhagi kelomgrrk makanan menjadi
kelompok yaitu
: I)
Q
padi-padiaru 2) umbi-umbian, 3) pangan hewani, 4) minyak
dan lemal 5) huahlbiji berminyak" 6) kacang-kacangan, 7} grla, 8) .sayrr