Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PROGRAM BANK SAMPAH

ADE WULANDARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepemimpinan dan
Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Ade Wulandari
NIM I34120162

v

ABSTRAK
ADE WULANDARI. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program
Bank Sampah. Di bawah bimbingan LALA M KOLOPAKING
Bank sampah adalah kegiatan masyarakat untuk mengelola sampah melalui
pemilahan, pengumpulan, dan mendaur ulang sampah yang masih bernilai
ekonomi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara sarana
pengendalian yang diterapkan pemimpin dengan partisipasi nasabah di bank

sampah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei
ditemukan bahwa partisipasi masyarakat menentukan efektivitas pengembangan
bank sampah. Berdasarkan 50 orang dari 120 orang total nasabah bank sampah
yang dijadikan responden menunjukkan bahwa partisipasi nasabah memiliki
hubungan dengan kepemimpinan dari ketua bank sampah. Selain itu, penelitian ini
juga menemukan jenis pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah adalah
pengendalian utiliter (penawaran keuntungan) dan jenis partisipasi dari nasabah
yaitu partisipasi kalkulatif (orientasi keuntungan). Dalam mengembangkan
program bank sampah dengan pengendalian utiliter dapat lebih membangun
partisipasi masyarakat dalam bank sampah karena efektif untuk mengajak
khususnya perempuan atau ibu rumah tangga yang cenderung ingin mendapatkan
keuntungan.
Kata kunci : Bank sampah, ketua bank sampah, partisipasi masyarakat, sarana
pengendalian
ABSTRACK
ADE WULANDARI. Leadership and Community Participation in Garbage
Bank Program. Advisory by LALA M KOLOPAKING
Garbage bank is the programs of community to manage the garbage by
sorting, collecting and recycling. The purpose of this research is to analyze the
relationship between the leader’s authority with community participation in

garbage banks. This research used quantitative approach with survey techniques
found that community participation can determine the effectiveness of the
development of the garbage bank. This research took 50 people of the 120 total
garbage bank customers whose used the respondent indicated that the
participation of customers affected by the leadership of the leader of garbage
bank. Those, this study also found the authority that used by leader of garbage
bank is utilitarian (offers advantages) and the kind of participation from bank
customer is the calculative (profit orientation). In order to developing the
program of garbage bank with the utilitarian control can increase community
participation in garbage banks because it is effective to encourage women or
housewives who tend to want benefit.
Key words: Garbage bank, garbage bank’s leader, community participation,
authority

vi

vii

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PROGRAM BANK SAMPAH


ADE WULANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

viii

x

xi


PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program
Bank Sampah" dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat
kelulusan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Topik yang penulis angkat dalam skripsi didasari karena keingintahuan
lebih tentang bank sampah. Oleh karena itu, penulis ingin mengaitkan faktor
kepemimpinan dalam penelitian mengenai bank sampah maka terbentuklah skripsi
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Lala M
Kolopaking MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan
saran selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pengurus dan Nasabah Bank
Sampah Asri Mandiri yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data,
ibu dan ayah tercinta, saudara-saudara kandung penulis, teman-teman
seperjuangan selama kuliah, Kharin, Fina, Syifa, Nabila, Nella, Nurin, dan Sofian
Hadi Prasetyo atas perhatian dan doa yang tidak pernah putus, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016

Ade Wulandari
NIM. I34120162

xii

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kepemimpinan dan Sarana Pengendalian
Partisipasi Masyarakat
Pengelolaan Sampah
Bank Sampah
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden dan Informasi
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN DESA BENTENG SEBAGAI LOKASI BANK SAMPAH
Kondisi Geografis
Pengembangan Bank Sampah Asri Mandiri
Profil Ketua Bank Sampah Asri Mandiri
Karakteristik Responden
SARANA PENGENDALIAN, JENIS PARTISIPASI, DAN BENTUK

PARTISIPASI NASABAH
Sarana Pengendalian yang Diterapkan Ketua Bank Sampah
Jenis Partisipasi Masyarakat
Bentuk Partisipasi Nasabah Di Bank Sampah Asri Mandiri
Ikhtisar
HUBUNGAN SARANA PENGENDALIAN KETUA BANK SAMPAH
DAN JENIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI BANK SAMPAH
Hubungan Sarana Pengendalian Koersif dengan Partisipasi Alienatif
Hubungan Sarana Pengendalian Utiliter dengan Partisipasi Kalkulatif

xv
xv
xv
1
1
2
3
3
5
5

5
6
8
8
9
10
11
11
11
12
12
13
21
21
24
26
27
29
29
32

34
36
37
37
37

xiv

xv

Hubungan Sarana Pengendalian Normatif dengan Partisipasi Moral
Ikhtisar
HUBUNGAN JENIS PARTISIPASI DAN BENTUK PARTISIPASI
NASABAH DI BANK SAMPAH
Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi
Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Frekuensi Mengumpulkan,
Memilah, Menabung, dan Mengolah Sampah
Hubungan Partisipasi Kalkulatif dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan
Pengolahan Sampah
Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan Dalam Sosialisasi

Hubungan Partisipasi Moral dengan Frekuensi Mengumpulkan, Memilah,
Menabung, Dan Mengolah Sampah
Hubungan Partisipasi Moral dengan Keikutsertaan dalam Pelatihan
Pengolahan Sampah
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

39
40
41
41
42
43
45
46
47
48
49
49
49
51
55
67

xvi

xvii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.

Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya
Jenis pemanfaatan lahan di Desa Benteng di tahun 2014
Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa
Benteng pada tahun 2014
4. Jumlah dan Persentase masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Benteng tahun 2014
5. Daftar harga sampah sesuai jenisnya di Bank Sampah Asri Mandiri
6. Jumlah dan persentase tingkat penilaian responden terhadap
pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah menurut jenis
pengendalian
7. Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin berdasarkan
kategori penilaian pengendalian yang diterapkan ketua bank sampah
8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kategori tingkat
partisipasi menurut jenis partisipasi
9. Jumlah dan persentase menurut jenis pekerjaan
10. Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan bentuk
partisipasi dalam bank sampah
11. Jumlah dan persentase korelasi tingkat penawaran keuntungan (utiliter)
yang digunakan ketua dan tingkat keikutsertaan karena menguntungkan
(kalkulatif) di Bank Sampah Asri Mandiri
12. Jumlah dan persentase korelasi tingkat kesamaan pandangan (normatif)
dengan tingkat kesertaan karena kesamaan gagasan (moral) di Bank
Sampah Asri Mandiri
13. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena
menguntungkan (kalkulatif) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank
Sampah Asri Mandiri
14. Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat keikutsertaan karena
kesamaan gagasan (moral) dengan bentuk partisipasi nasabah di Bank
Sampah Asri Mandiri

7
21
22
23
26

29
31
32
33
34

38

39

41

45

DAFTAR GAMBAR
1.
2.

Kerangka Pemikiran
Piramida penduduk Desa Benteng tahun 2014

10
23

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Desa Benteng
2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
3. Jumlah penduduk Desa Benteng berdasarkan agama yang dianut

56
57
58

xviii

xix

4. Hasil uji korelasi rank spearman antara sarana pengendalian koersif
dengan partisipasi alienatif
5. Dummy Table
6. Catatan Lapang
7. Kerangka Sampling Penelitian
8. Dokumentasi

59
60
61
63
66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia bertambah dari tahun ke tahun sehingga
berdampak terhadap tingkat kehidupan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 sampai 2010 mengalami
peningkatan dari 206.264.595 jiwa menjadi 237.641.326 jiwa. Jumlah penduduk
yang bertambah banyak akan mengakibatkan meningkatkan jumlah konsumsi.
Bertambahnya jumlah konsumsi maka akan meningkatkan jumlah sampah yang
dibuang. Pengelolaan sampah diperlukan untuk sampah yang terus bertambah
sehingga tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia.
Apabila peningkatan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pengelolaan
sampah yang benar akan menimbulkan dampak yang negatif. Menurut Riswan et
al. (2011), sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya. Dampak yang akan terjadi akan
sangat merugikan makhluk hidup termasuk manusia itu sendiri. Sehingga
diperlukan pengelolaan sampah yang baik, benar, serta optimal untuk
menghindari dampak tersebut.
Berdasarkan Bab II Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Bogor Tahun 2012
Nomor 3 Seri E menyebutkan bahwa tujuan adanya pengelolaan sampah yaitu
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan, dan menjadikan
sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomis. Pengelolaan
sampah dapat berjalan lancar apabila terjadi perubahan pandangan masyarakat
bahwa sampah bukanlah hal yang tidak bernilai dan akan selalu berakhir di
Tempat Penampungan Sampah (TPS). Penanganan sampah yang dilakukan
melalui pengelolaan dari level individu sangat dibutuhkan, salah satunya memilah
sampah berdasarkan jenisnya. Sampah yang sudah dipilah dapat didaur ulang atau
disetorkan pada tempat penampungan sampah seperti bank sampah. Selain
terciptanya lingkungan yang bersih, masyarakat juga akan mendapatkan
keuntungan. Bank sampah menjadi salah satu alternatif untuk dapat merubah
pandangan masyarakat bahwa sampah adalah hal yang bernilai. Konsep bank
sampah terdiri dari lima kegiatan (5M) diantaranya mengurangi sampah, memilah
sampah, memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah, dan menabung sampah.
Menurut Saputro (2013) Bank Sampah merupakan bentuk inisiatif masyarakat
lokal dalam upaya menangani permasalahan sampah. Salah satu contoh bentuk
inisiatif masyarakat untuk menangani masalah sampah yaitu Bank Sampah Asri
Mandiri yang terletak di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Bank sampah ini memiliki jumlah nasabah 120 orang dan sudah berdiri selama
dua tahun. Bank sampah ini sudah sampai tahap pengelolaan sampah plastik yang
dijadikan kerajinan tangan seperti tas, dompet, dan kerajinan lainnya.
Pengelolaan sampah yang merupakan inti dari bank sampah tidak dapat
dilakukan oleh satu pihak. Menurut Artiningsih (2008) tanpa adanya peran serta
masyarakat semua program pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia.
Hal tersebut tidak akan berjalan sia-sia jika ada partisipasi dari masyarakat itu
sendiri. Menurut Mujibuurahmad dkk (2014), partisipasi aktif masyarakat dalam

2

proses pengelolaan sampah selain dapat mengurangi beban lingkungan mengenai
bahaya sampah yang ada, juga dapat mendatangkan nilai keuntungan ekonomis
bagi masyarakat apabila sampah dapat dirubah menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat seperti kerajinan atau barang seni, pupuk organik dan lain sebagainya.
Sayangnya tidak semua masyarakat mau berpartisipasi dalam mengelola sampah.
Slamet (1985) menyatakan bahwa terdapat tiga unsur pokok yang dapat
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya partisipasi diantaranya: (1) Adanya
kemauan yang diberikan kepada individu untuk berpartisipasi, (2) Adanya
kesempatan individu untuk berpartisipasi, dan (3) Adanya kemampuan kita untuk
berpartisipasi. Untuk dapat menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi
diperlukan
seorang pemimpin. Menurut Mujiburrahman et al. (2014)
kepemimpinan yang tidak mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat tidak
akan membawa proses pembangunan mancapai hasil secara maksimal.
Pemimpin diperlukan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli
dengan lingkungannya khususnya tentang masalah kebersihan. Sosok ini yang
akan menjadi agen penggerak masyarakat lainnya untuk ikut dalam pengelolaan
sampah. Pemimpin ini memerlukan jiwa kepemimpinan karena akan menjadi
panutan bagi masyarakatnya. Menurut Fadli (2010) sosok sebagai figur panutan
biasanya diperoleh seseorang melalui berbagai cara yang secara otomatis
dilekatkan oleh masyarakat setempat, seperti karena pengaruh kewibaannya,
kepandaiannya, kekayaannya, keberaniannya, atau karena kekuasaannya. Jika
seseorang telah mendapatkan predikat sebagai panutan maka biasanya menjadi
sumber segala perhatian masyarakat, yang secara emosional menjadi acuan sikap
dan perilakunya. Seperti dengan adanya pengendalian yang diterapkan oleh
seorang pemimpin. Pengendalian ini bisa menjadi suatu panutan apabila
partisipasi masyarakat meningkat.
Sarana pengendalian diperlukan untuk menarik perhatian masyarakat agar
berpartisipasi di bank sampah. Sarana pengendalian dilakukan seorang pemimpin
dalam organisasi agar anggotanya bekerja dengan giat untuk mencapai hasil yang
maksimal dan dapat terpenuhinya kepentingan organisasi maupun perseorangan.
Peran pemimpin dibutuhkan agar bank sampah dapat mencapai tujuannya, seperti
yang dilakukan oleh ketua bank sampah. Ketua bank sampah ini yang dijadikan
sebagai sosok pemimpin dan
pengatur jalannya bank sampah. Sarana
pengendalian dibutuhkan untuk mengatur anggotanya agar tercapainya visi dan
misi yang sudah disepakati bersama. Berdasarkan uraian tersebut maka menarik
untuk mengetahui lebih dalam terkait jenis sarana pengendalian yang dipakai oleh
pemimpin untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di bank sampah.
Masalah Penelitian
Berjalannya suatu program tergantung partisipasi dari masyarakat.
Timbulnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi salah satunya ditentukan
oleh sosok dari pemimpin program tersebut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Fadli (2010) sosok sebagai figur panutan biasanya diperoleh
seseorang melalui berbagai cara yang secara otomatis dilekatkan oleh masyarakat
setempat, seperti karena pengaruh kewibaannya, kepandaiannya, kekayaannya,
keberaniannya, atau karena kekuasaannya. Pengendalian yang dilakukan oleh
pemimpin didapatkan dengan beragam cara. Sarana pengendalian inilah yang

3

dapat dijadikan kekuatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Oleh sebab
itu pertanyaan mengenai bagaimana hubungan sarana pengendalian yang
digunakan seorang pemimpin terhadap partisipasi masyarakat? Akan dikaji
dalam penelitian ini.
Partisipasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan suatu program, salah
satunya program bank sampah. Partisipasi masyarakat ini dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara. Bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat biasanya
dipengaruhi oleh kemampuan, kemauan, dan kesempatan yang ada. Oleh sebab itu
pertanyaan mengenai bagaimana bentuk partisipasi nasabah dalam
pengelolaan sampah di bank sampah? Akan dikaji dalam penelitian ini.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di bank sampah
dipengaruhi oleh seorang pemimpin. Pemimpin ini mempunyai peran penting
dalam mengarahkan masyarakat di bank sampah. Apabila fungsi pemimpin dapat
berjalan dengan baik, memungkinkan untuk terjadinya peningkatan jumlah
masyarakat yang berpartisipasi. Peningkatan jumlah partisipasi masyarakat
dipengaruhi oleh jenis pengendalian yang digunakan oleh seorang pemimpin.
Menurut Setiawaty et. al (2014) pengendalian diperlukan agar proses
pengorganisasian yang dilakukan pemimpin berjalan dengan semestinya, dalam
hal ini pemimpin di bank sampah. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji
apakah jenis pengendalian yang diterapkan oleh pemimpin di bank sampah
menyebabkan suatu jenis partisipasi tertentu?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Menganalisis hubungan sarana pengendalian seorang pemimpin dengan
partisipasi masyarakat.
2. Mengidentifikasi bentuk partisipasi nasabah dalam pengelolaan sampah di bank
sampah.
3. Mengidentifikasi jenis pengendalian yang dapat menyebabkan suatu jenis
partisipasi di bank sampah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan di bidang ilmu kepemimpinan dan partisipasi. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai literatur tambahan mengenai sarana
pengendalian dan jenis partisipasi yang digunakan untuk menulis penelitian
lanjutan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para
pemimpin untuk memahami hubungan sarana pengendalian yang diterapkan
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan mengakui hak masyarakat
untuk berpartisipasi dalam suatu program.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Kepemimpinan dan Sarana Pengendalian
Kepemimpinan memiliki beragam pengertian yang dirumuskan oleh para
ahli. Menurut Kadarman et al. (1992) dalam Sutanto dan Setiawan (2000)
kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan
mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang
hendak dicapai kelompok. Menurut Sutanto dan Setiawan (2000) kepemimpinan
adalah kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang
lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu. Dari kedua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam kepemimpinan terdapat usaha mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan dan pemimpin memiliki pengertian yang berbeda.
Pemimpin yaitu merujuk pada seseorang sedangkan kepemimpinan yaitu merujuk
pada sifat yang dimiliki seseorang. Pemimpin ini adalah seseorang yang dapat
menguatkan rasa empati masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan
sekitarnya. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dapat membawa umpan
balik yang positif. Setiap pemimpin punya cara yang berbeda dalam
menumbuhkan rasa empati masyarakat seperti dalam gaya kempemimpinan.
Lippitt dan White dalam Soekarso (2015) terdapat tiga gaya dalam kepemimpinan
diantaranya : 1) gaya kepemimpinan otoriter, 2) gaya kepemimpinan demokratis,
dan 3) gaya kepemimpinan Laissez Faire. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki
arti bahwa pemimpin memusatkan segala keputusan , pembagian tugas, tanggung
jawab di tangannya dan bawahan hanya dapat melaksanakan tugas yang sudah
diberikan. Gaya kepemimpinan demokratis yaitu kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara
melakukan kegiatan yang dilakukan bersama. Lalu gaya kepemimpinan laissez
faire yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama dengan cara berbagai kegiatan dilakukan lebih banyak diserahkan pada
bawahan.
Selain gaya kepemimpinan terdapat sarana pengendalian yang digunakan
seorang pemimpin untuk mempengaruhi masyarakatnya. Menurut Etzioni (1982)
terdapat tiga jenis pengendalian seorang pemimpin terhadap organisasi yaitu
coersive, utilitarian, dan normative. Coersive yaitu pengendalian yang
menggunakan hukuman fisik atau paksaan. Utilitarian yaitu pengendalian dengan
menggunakan material seperti imbalan, keuntungan, atau manfaat untuk mencapai
suatu tujuan. Normative yaitu pengendalian yang didasarkan sistem norma yang
berlaku. Ketiga jenis pengendalian dapat dipakai salah satunya oleh seorang
pemimpin untuk mempengaruhi masyarakat. Menurut Lunenberg (2012) beberapa
organisasi menggunakan ketiga jenis pengendalian, tetapi kebanyakan hanya
menekankan hanya satu pengendalian dan tidak bergantung oleh dua
pengendalian lainnya. Adapun beberapa macam power yang dapat diterapkan
oleh pemimpin untuk membuat masyarakat patuh. Menurut Etzioni (1969)
diantaranya coercive power yaitu kekuatan yang bersifat memaksa dengan

6

menggunakan ancaman, sanksi fisik, atau rasa sakit, remunerative power yaitu
kekuatan yang memberikan keuntungan seperti gaji, upah, atau manfaat, dan
normative power yaitu kekuatan yang memersuasi menggunakan manipulasi
simbol atau perasaan.
Menurut Etzioni (1982) dalam Nasdian (2015) sarana pengendalian
dibedakan atas tiga kategori atau disebut jugabasis otoritas organisasi yaitu:
1. Sistem pengendalian yang menerapkan sarana fisik yang memaksa (seperti
penggunaan senjata, penjara), disebut coercive-authority (wewenang mutlak);
2. Sistem pengendalian yang menerapkan ganjaran material (seperti ganjaran
uang atau barang lain), disebut utilitarian-authority (wewenang utiliter) yang
mengutamakan pertimbangan untung dan rugi;
3. Sistem pengendalian yang menerapkan simbol-simbol atau ganjaran nilai
(seperti prestise, tanda jasa, atau tanda penghargaan), disebut normativeauthority. Sedangkan ganjaran dalam bentuk cinta-kasih atau “penerimaan”
yang menggunakan kekuatan sosial.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi merupakan kunci keberhasilan dari suatu program karena
dengan partisipasi dapat memperlancar berjalannya suatu program. Menurut Paul
(1987) dalam Nasdian (2014) partisipasi yaitu proses aktif dimana penerima
manfaat mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan bukan
hanya menerima bagian dari keuntungan proyek. Partisipasi masyarakat
seharusnya melibatkan masyarakat di semua tahap dalam suatu program.
Partisipasi masyarakat tergantung dengan kondisi-kondisi yang ada dalam
program. Menurut Nasdian (2014) terdapat lima kondisi yang dapat diciptakan
agar masyarakat mau berpartisipasi dalam suatu program diantaranya berikut ini:
1) warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu
atau aktivitas tertentu, 2) warga komunitas akan berpartisipasi apabila mereka
merasa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah
tangga atau individu, kelompok, dan komunitas, 3) perbedaan bentuk-bentuk
partisipasi harus diakui dan dihargai, 4) orang harus dimungkinkan untuk
berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya, dan 5) struktur dan proses
partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. Partisipasi juga dibagi ke dalam
beberapa jenis. Menurut Etzioni (1982) terdapat tiga jenis partisipasi atau macam
kepatuhan diantaranya :
1. Partisipasi dengan ciri kepatuhan alienatif (alienative) seperti halnya hubungan
orang asing yang bermusuhan, dimana di satu pihak ingin memaksakan dan
memanipulasi kepentingannya dari pihak lainnya atau keikutsertaan karena
terpaksa.
2. Partisipasi dengan ciri kepatuhan kalkulatif (calculative), keikutsertaan yang
berorientasi pada hubungan keuntungan, seperti kontak-kontak bisnis.
3. Partisipasi dengan ciri kepatuhan moral, keikutsertaan yang berorientasi pada
kesesuaian komitmen-komitrnen atau gagasan berdasarkan internalisasi normanorma dan identifikasi kewibawaan atau karena dengan dasar mengemban dan
menghargai atau rela membantu organisasi.

7

Tabel 1. Pengendalian organisasi dan ciri-ciri kepatuhan anggotanya
Sarana
Ciri-ciri Kepatuhan
Alienative
Calculative
Moral
Pengendalian
Coercive
Utilitarian
Normative
Sumber : Sosiologi Umum (2015)
Tabel 1 di atas menggambarkan ciri kepatuhan atau partisipasi anggota
yang ideal dari ketiga sarana pengendalian. Sarana pengendalian koersif
umumnya diikuti oleh ciri kepatuhan alienatif, sarana pengendalian utiliter
umumnya diikuti oleh ciri kepatuhan kalkulatif, dan sarana pengendalian normatif
umumnyadiikuti oleh ciri kepatuhan moral. Menurut Lunenberg (2012) beberapa
organisasi menggabungkan dua atau bahkan tiga jenis pengendalian dan
partisipasi, contohnya guru menggunakan kedua pengendalian utilitarian dan
normatif untuk mendapatkan kepatuhan dari murid.
Menurut Saputro (2013) terdapat bentuk partisipasi masyarakat di dalam
suatu organisasi seperti bank sampah diantaranya:
1. Keikutsertaan dalam sosialisasi bank sampah kepada masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat untuk terlibat dalam diskusi yang diadakan saat
sosialisasi oleh bank sampah.
2. Keikutsertaan dalam mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah adalah
kesediaan masyarakat untuk memberikan sumbangan dengan usaha
mengumpulkan, memilah dan menabung sampah untuk mencapai tujuan
kelompok.
3. Keikutsertaan dalam pelatihan pengelolaan sampah adalah kesediaan
masyarakat untuk mulai belajar mengelola sampah menjadi barang yang
memiliki nilai ekonomi dan nilai guna.
Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan bentuk nyata partisipasi masyarakat di
bank sampah agar mencapai tujuan bersama.
Partisipasi dilakukan dengan beberapa tahapan untuk mencapai tujuan.
Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi
dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai
anggota proyek.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu,
dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin

8

besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai
sasaran.
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan bagian dari kegiatan yang ada di bank
sampah. Menurut Wardi (2008) dalam Mujiburrahmad (2014), pengelolaan
sampah merupakan kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Lalu dalam UU No 18 Tahun 2008
khususnya dalam Pasal 19 bahwa pengelolaan sampah rumah tangga atau sampah
sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan
sampah. Dari kedua pengertian di atas maka inti dari pengelolaan sampah adalah
pengurangan dan penanganan sampah. Namun pada kenyataannya hal tersebut
belum berjalan secara optimal. Menurut Suyanto et al. (2015) selama ini
pengelolaan sampah yang banyak dilakukan hanya terpusat pada Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) saja tanpa memikirkan untuk mengolah pada sumbernya
melalui pola 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Departemen Pekerjaan Umum
(2007) menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk
mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan
upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu
perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah
menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit sampah.
2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti
menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman
untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang
usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang
secara langsung.
3. Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang
sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui
proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh
masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana, seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya,
atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.
Berdasarkan Pasal 22 UU No 18 Tahun 2008 diuraikan lima aktivitas
utama dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah yang meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah. Cara mengatasi hal tersebut dengan melakukan pengelolaan sampah
melalui pembentukan kegiatan yang efisien dan terprogram.
Bank Sampah
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2012, bank sampah adalah tempat untuk memilah dan mengumpulkan sampah
yang masih bisa di daur ulang dan/atau digunakan ulang dan masih memiliki nilai
ekonomi. Program Bank Sampah menurut Kementerian Lingkungan Hidup dalam

9

Buku:Profil Bank Sampah Indonesia (2013) merupakan kegiatan bersifat social
engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta
menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan
mengurangi sampah yang diangkut ke TPA.
Pengolahan sampah merupakan salah satu upaya dalam implementasi 3R
(reuse, reduce, recycle). Implementasi tersebut dilakukan melalui mekanisme
kerja bank sampah seperti pemilahan sampah, kemudian berlanjut pada
penyerahan sampah yang telah dipilah ke bank sampah. Di bank sampah, sampah
tersebut ditimbang dan dicatat hasil penjualan sampah yang dibawa dalam buku
tabungan masing-masing milik anggota. Dilaksanakan sistem bagi hasil penjualan
sampah yang telah ditabung antara nasabah dan pengelola bank sampah.
Kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah perlu dilakukan agar
kegiatan ini dapat berkembang. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, memberikan bukti bahwa pemerintah juga memperhatikan soal
sampah yang terus meningkat. Menurut Purwanti et al. (2015) salah satu usaha
yang ditetapkan pemerintah untuk meningkatkan kepedulian pemerintah daerah
dalam pengelolaan sampah, yaitu dengan mewajibkan Kota/Kabupaten untuk
mengadopsi konsep Bank Sampah sebagai salah satu persyaratan dalam penilaian
penghargaan lingkungan bagi Kota/Kabupaten yaitu Piala Adipura. Konsep bank
sampah terdiri dari lima kegiatan (5M) diantaranya mengurangi sampah, memilah
sampah, memanfaatkan sampah, mendaurulang sampah, dan menabung sampah.
Lalu adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah
sudah memberikan bukti bahwa pemerintah juga memperhatikan masalah sampah.
Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi partisipasi
dari masyarakat. Kepemimpinan dapat dilihat dari pengendalian yang diterapkan
oleh pemimpin untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, dalam hal ini adalah
bank sampah. Pemimpin di bank sampah atau ketua bank sampah dapat
menerapkan satu atau lebih pengendalian agar tujuan dapat tercapai. Jenis
pengendalian yang dapat diterapkan ketua bank sampah diantaranya tingkat
menggunakan paksaan (coersive), tingkat penawaran keuntungan (utilitarian), dan
tingkat kesamaan pandangan (normative). Penerapan salah satu pengendalian akan
diikuti dengan jenis partisipasi. Jenis partisipasi adalah suatu bentuk respon dari
masyarakat akan pengendalian yang diterapkan pemimpin. Jenis partisipasi
tersebut diantaranya tingkat partisipasi karena terpaksa (alienative), tingkat
partisipasi karena menguntungkan (calculative), dan tingkat partisipasi karena
kesamaan gagasan (moral). Partisipasi tersebut yang mendasari masyarakat
melakukan kegiatan yang ada di bank sampah dapat terlihat dari keikutsertaan
dalam sosialisasi , frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan mengelola
sampah, dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan pengolahan sampah.

10

Sarana
Pengendalian
Jenis Partisipasi
Tingkat
penawaran
keuntungan
(utilitarian)

Tingkat
partisipasi
karena
menguntungkan
(calculative)

Tingkat
menggunakan
paksaan
(coersive)

Tingkat
partisipasi
karena terpaksa
(alienative)

Tingkat
kesamaan
pandangan
(normative)

Tingkat
partisipasi
karena kesamaan
gagasan (moral)

Partisipasi
Nasabah dalam
Bank Sampah
- Tingkat
kehadiran dalam
sosialisasi
- Frekuensi
mengumpulkan,
memilah,
menabung, dan
mengelola
sampah
- Tingkat
kehadiran dalam
kegiatan
pelatihan
pengolahan
sampah

Gambar 1. Kerangka pemikiran
Keterangan :

Hubungan

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan antara tingkat penawaran keuntungan
(utilitarian) dan tingkat partisipasi karena menguntungkan (calculative).
2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat menggunakan paksaan (coersive)
dan tingkat partisipasi karena terpaksa (alienative).
3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesamaan pandangan
(normative) dan tingkat partisipasi karena kesamaan gagasan (moral).
4. Diduga terdapat hubungan antara partisipasi (calculative, alienative,
moral) dengan bentuk partisipasi dalam bank sampah (tingkat kehadiran
dalam sosialisasi, frekuensi mengumpulkan, memilah, menabung, dan
mengelola sampah, dan tingkat kehadiran dalam kegiatan pelatihan
pengolahan sampah).

11

PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bank Sampah Asri Mandiri yang berada di RW06
Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bank Sampah Asri
Mandiri merupakan salah satu program yang diciptakan untuk mengatasi masalah
sampah yang berserakan sehingga terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan
nyaman. Bank Sampah Asri Mandiri adalah kegiatan yang dikembangkan atas
usulan salah satu pengurus RW ketika dilangsungkan pertemuan rutin RW. Lokasi
penelitian ini dipilih dengan dasar adalah salah satu bank sampah yang
pengelolaannya tergolong baik dan sudah sampai pada pengelolaan sampah
plastik menjadi kerajinan (Pemerintah Kabupaten Ciampea 2015). Selain itu,
masyarakat yang menjadi nasabah bank sampah bertempat tinggal di Desa
Benteng yang homogen dari segi bahasa, kepercayaan, dan adat-istiadatnya.
Masyarakat di Desa Benteng ini yang tinggal di RW 06 dan menjadi nasabah bank
sampah cenderung pada tingkat ekonomi yang baik.
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yang dimulai dari minggu
keempat bulan Maret sampai minggu pertama bulan Mei. Kegiatan penelitian
meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan,
penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian pada
Lampiran 1.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan
data primer. Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung
melalui data-data ataupun literatur yang berkaitan dengan topik penelitian seperti
profil desa, gambaran wilayah dan penduduk, serta data-data pendukung lainnya.
Lalu data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi dan pengambilan data
langsung di lapangan dengan wawancara dan kuesioner dengan responden
maupun informan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang hasilnya
didukung oleh analisis data kualitatif. Metode dalam penelitian kuantitatif ini
dilakukan dengan menetapkan konsep terlebih dahulu yang kemudian dijadikan
variabel. Variabel tersebut ditetapkan indikator-indikator pengukurnya dan dibuat
dalam bentuk kuesioner dengan pilihan jawaban dan skor yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Sedangkan metode yang dilakukan untuk mengasilkan data kualitatif
adalah dengan cara indepth interview (wawancara mendalam) pada beberapa
informan seperti pengurus bank sampah, aparat desa dan masyarakat. Kuesioner
diujikan terlebih dahulu kepada 10 orang nasabah Bank Sampah Asri Mandiri di
luar dari responden yang akan diteliti. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk
menguji validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan sebagai instrumen
pengumpulan data kuantitatif. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur sementara reliabilitas
menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran
diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi 2006).

12

Teknik Penentuan Responden dan Informasi
Responden dalam penelitian ini adalah anggota nasabah Bank Sampah
Asri Mandiri. Jumlah nasabah Bank Sampah Melati yaitu 121 orang. Unit analisis
yang digunakan adalah rumah tangga yang dilihat dari partisipasi per KK dalam
pemilahan, penyetoran sampah ke bank sampah, dan pengelolaan sampah menjadi
kerajinan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 orang. Penentuan
responden dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling)
menggunakan Microsoft Excel. Teknik ini dilakukan karena karakteristik
responden yang cenderung homogen yaitu dominan ibu rumah tangga.
Penggunaan teknik ini dilakukan agar seluruh masyarakat memiliki kesempatan
yang sama untuk dijadikan sebagai responden. Selain responden, sumber
pengumpulan data dalam penelitian ini juga mencakup informan yang dapat
memberikan tambahan data mengenai Bank Sampah Melati. Informan yang
dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat (nasabah), ketua bank sampah,
pengurus, dan Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW).
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis,
yaitu data kuantitatif dengan unit analisis rumah tangga dan data kualitatif.
Pengolahan data kuantitatif diolah dengan memanfaatkan Microsoft Excel 2007
dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam
microsoft excel 2007 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean. Kemudian
data akhir yang dihasilkan dimasukkan ke dalam SPSS for Windows versi 20
untuk dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik rank spearman
(untuk data berbentuk ordinal). Lalu data kuantitatif akan diolah dengan uji
korelasi rank Spearman untuk melihat hubungan antar dua variabel yaitu sarana
pengendalian yang digunakan pemimpin dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan pengelolaan sampah di bank sampah. Perhitungan data dilakukan
menggunakan Microsoft Excel. Setelah data dihitung dalam tabel, masukkan ke
dalam rumus uji korelasi Spearman :
rs = 1- 6∑d2
n(n2-1)
Keterangan:
Ρ atau rs : koefisien korelasi Spearman rank
d
: determinan
n
: jumlah data atau sampel
Setelah mendapatkan hasil perhitungan tersebut, nilai korelasi Spearman hitung
(rs) diperbandingkan dengan Spearman tabel (rs tabel). Keputusan dapat diambil
dari perbandingan tersebut. jika rs > rs tabel, H0 ditolak dan H1 diterima
begitupun sebaliknya. Artinya, terdapat hubungan antara variabel x dengan y.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara

13

mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk
mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak
perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah
penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh
menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan.
Penyajian data berupa narasi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan
penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi
dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan,
dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam
laporan skripsi.
Definisi Operasional
Sarana Pengendalian
Sarana pengedalian merupakan usaha pemberian imbalan kepada anggota
dari suatu kelompok yang menaati dan pemberian hukuman kepada mereka yang
tidak menaati peraturan sehingga dapat efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
Sarana pengendalian dibedakan menjadi utilitarian, coercive, dan normative.
Dalam mengukur sarana pengendalian Ketua bank sampah, digunakan
beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan
variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:
 Sangat setuju
(skor 4)
 Setuju
(skor 3)
 Tidak setuju
(skor 2)
 Sangat tidak setuju
(skor 1)
Tingkat Penawaran Keuntungan (Utilitarian)
Pengendalian utiliter yaitu pemimpin menggunakan sarana material untuk
tujuan mengendalikan pengikutnya yang mencerminkan kekuatan utiliter
(utilitarian). Sarana pengendalian ini ditandai dengan memberikan imbalan yang
berbentuk barang atau jasa. Misalnya dengan pemberian uang yang kepada
seseorang dapat memperoleh suatu barang atau jasa. Sarana pengendalian utiliter
ditandai dengan :
1. Pemimpin memberi imbalan kepada warga yang berpartisipasi
Pemimpin mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam bank sampah
dengan cara memberi imbalan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin memberi imbalan
agar warga berpartisipasi di bank sampah adalah :
 Ketua bank sampah menjelaskan keuntungan yang akan didapat
apabila warga berpartisipasi
 Ketua bank sampah menjanjikan barang atau jasa kepada warga yang
berpartisipasi
 Ketua bank sampah menjanjikan imbalan kepada nasabah yang
mengikuti sosialisasi

14



Ketua bank sampah menjanjikan imbalan kepada nasabah yang
mengikuti pelatihan pengolahan sampah

2. Pemimpin memberikan balasan kepada anggota
Pemimpin mengakui kerja anggotanya agar anggota merasa dihargai dan
tidak sia-sia pekerjaannya.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pemimpin menghargai kerja
anggotanya adalah :
 Ketua bank sampah mengadakan acara untuk para nasabah
 Ketua bank sampah memberi pujian kepada nasabah yang rajin
mengumpulkan sampah
 Ketua bank sampah selalu menanggapi keluhan atau masukan dari
nasabah
3. Pemimpin menggunakan reward untuk memotivasi anggota
Pemimpin memberikan penghargaan kepada kepada anggota yang
memenuhi kriteria tertentu agar anggota lain merasa lebih termotivasi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur memotivasi anggota dengan
menggunakan reward adalah :
 Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang
mengumpulkan sampah terbanyak
 Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang
mengumpulkan sampah terbanyak
 Ketua bank sampah memberikan reward kepada nasabah yang
menyetorkan sampah yang sudah dirapikan
Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian
utiliter yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi:
 Rendah : jumlah < 33 (skor 1)
 Sedang : 38 < jumlah > 33 (skor 2)
 Tinggi : jumlah > 38 (skor 3)
Tingkat Menggunakan Paksaan (Coersive)
Pengendalian koersif yaitu pemimpin menggunakan penerapan sarana fisik
yang disebut kekuatan memaksa (coercive). Sarana pengendalian ini dicirikan
dengan penggunaan senjata, cambuk, ancaman-ancaman atau pemaksaan yang
bisa berupa sanksi fisik. Sarana pengendalian koersif ditandai dengan :
1. Pemimpin memaksa untuk berpartisipasi
Pemimpin mengajak dengan cara memaksa agar berpartisipasi. Indikator
yang digunakan untuk mengukur pemimpin mengajak warga untuk
berpartisipasi dengan cara memaksa adalah :
 Ketua bank sampah membujuk warga untuk berpartisipasi dengan
memaksa

15




Ketua bank sampah mengharuskan nasabah menaati semua peraturan
yang ada di bank sampah
Ketua bank sampah membuat nasabah melakukan kegiatan yang ada
di bank sampah dengan terpaksa

2. Pemimpin menggunakan ancaman
Pemimpin menggunakan ancaman untuk mengajak warga berpartisipasi
dalam bank sampah dan anggota agar patuh pada pemimpinnya. Indikator yang
digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan ancaman untuk
menertibkan anggotanya adalah :
 Ketua bank sampah mengancam agar warga mau berpartisipasi dalam
bank sampah
 Ketua bank sampah memberi ancaman agar keluar dari nasabah
menjadi patuh
 Ketua bank sampah ditakuti oleh para nasabah
3. Pemimpin memberi hukuman
Pemimpin menggunakan hukuman untuk anggotanya agar anggota
menuruti semua perintah dari pemimpin. Indikator yang digunakan untuk
mengukur pemimpin memberikan hukuman kepada anggotanya adalah :





Ketua bank sampah memberi hukuman kepada nasabah yang tidak
menaati aturan yang ada di bank sampah
Ketua merasa perlu untuk memberi hukuman kepada nasabah yang
tidak menaati aturan
Ketua bank sampah membuat nasabah menjadi takut mengeluarkan
pendapat
Ketua bank sampah membuat nasabah tidak betah bergabung di bank
sampah

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian
utiliter yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi:
 Rendah : jumlah < 13 (skor 1)
 Sedang : 15 < jumlah > 13 (skor 2)
 Tinggi : jumlah > 15 (skor 3)
Tingkat Kesamaan Pandangan (Normative)
Pengendalian normatif yaitu pemimpin menggunakan simbol-simbol atau
kesamaan pandangan untuk tujuan pengendalian yang disebut kekuatan normatif
(normative). Sarana pengendalian normatif ditandai dengan :
1. Pemimpin menggunakan sarana pengajian untuk melakukan sosialisasi
Pemimpin menggunakan kegiatan rutin keagaman seperti pengajian untuk
mensosialisasikan tentang bank sampah kepada warga. Indikator yang
digunakan untuk mengukur pemimpin menggunakan saran pengajian adalah :

16




Ketua bank sampah mensosialisasikan rutin setiap ada kegiatan
pengajian
Ketua bank sampah menggunakan ajaran agama dalam memimpin

2. Pemimpin menggunakan pendekatan tokoh-tokoh agama
Pemimpin menggunakan pendekatan melalui tokoh-tokoh agama untuk
mensosialisasikan bank sampah kepada warga. Indikator yang digunakan untuk
mengukur pemimpin menggunakan pendekatan dengan tokoh-tokoh agama
adalah :
 Ketua bank sampah meminta tolong kepada tokoh agama untuk
berceramah yang berkaitan dengan sampah
 Ketua bank sampah meminta bantuan kepada tokoh agama sekitar
untuk mengajak warga berpartisipasi di bank sampah
 Ketua bank sampah mempengaruhi tokoh-tokoh agama sekitar untuk
berpartisipasi di bank sampah
3. Pemimpin memberikan contoh
Pemimpin memberikan contoh kepada warga dengan mengikuti kagiatan
yang ada di bank sampah. Indikator yang digunakan untuk mengukur
pemimpin memberikan contoh adalah :
 Ketua bank sampah menjadi anggota bank sampah
 Ketua bank sampah rutin menyetorkan sampah ke bank sampah
 Ketua bank sampah selalu hadir dalam sosialisasi tentang bank
sampah
 Ketua bank sampah terlibat dalam pelatihan pengelolaan sampah
 Ketua bank sampah memilki rumah yang bersih
Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel sarana pengendalian
normatif yang diterapkan Ketua Bank Sampah dapat dikategorikan menjadi:
 Rendah : jumlah < 20 (skor 1)
 Sedang : 22 < jumlah > 20 (skor 2)
 Tinggi
: jumlah > 22 (skor 3)

Jenis Partisipasi Masyarakat
Jenis partisipasi masyarakat yaitu macam-macam keterlibatan masyarakat
dalam menentukan arah, strategi dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam
pelaksanaan kegiatan, dan memetik hasil dan manfaat kegiatan secara merata.
Dalam mengukur jenis partisipasi masyarakat, digunakan beberapa tanda yang
memiliki indikator. Indikator – indikator tersebut merupakan variabel yang akan
diukur yaitu:
 Ya
(skor 2)
 Tidak
(skor 1)

17

1. Tingkat Partisipasi karena Menguntungkan (Kalkulatif)
Tingkat partisipasi karena menguntungkan adalah Seberapa besar
dorongan untuk berpartisipasi yang berorientasi pada hubungan keuntungan,
seperti kontak-kontak bisnis. Partisipasi ini didasari oleh keinginan untuk
memperoleh keuntungan dengan ikut berpartisipasi. Jenis partisipasi kalkulatif
ditandai dengan :
 Warga berpartisipasi karena ingin mendapatkan keuntungan
 Warga berpartisipasi karena diberi imbalan
 Warga ingin berpartisipasi jika ada imbalan yang didapat
 Warga berpartisipasi karena ingin mendapatkan prestise
 Warga berpartisipasi di bank sampah karena ada tabungan uang yang
dapat membantu perekonomiannya
Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi kalkulatif
dapat dikategorikan menjadi:
 Rendah : jumlah < 6
 Sedang : 7 ≤. jumlah > 6 (skor 2)
 Tinggi
: jumlah > 7 (skor 3)
2. Tingkat Partisipasi karena Terpaksa (Alienatif)
Tingkat partisipasi karena terpaksa adalah seberapa besar dorongan untuk
berpartisipasi karena keterpaksaan, yang dimana satu pihak ingin memaksakan
dan memanipulasi kepentingannya dari pihak lainnya. Partisipasi ini didasari
oleh keterpaksaan dari pihak yang diajak untuk berpartisipasi. Jenis partisipasi
alienatif ditandai dengan :
 Warga merasa terpaksa untuk berpartisipasi
 Warga dipaksa oleh pemimpin untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan
 Warga berpartisipasi bukan murni keinginan dirinya sendiri
 Warga berpartisipasi karena ancaman dari pemimpinnya
 Warga takut mendapat hukuman apabila tidak berpartisipasi dalam
suatu kegiatan
Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel partisipasi alienatif
dapat dikategorikan menjadi:
 Rendah : jumlah < 5 (skor 1)
 Sedang : 5 (skor 2)
 Tinggi
: jumlah > 5 (skor 3)
3. Tingkat Partisipasi karena Kesesuaian Gagasan (Moral)
Tingkat kesertaan karena kesesuaian gagasan adalah Seberapa besar
dorongan untuk berpa