Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA
MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH
WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT

AHADIAN RAKHMADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Motivasi, dan
Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Ahadian Rakhmadi
NIM E14090132

ABSTRAK
AHADIAN RAKHMADI. Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat
terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur
BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat. Dibimbing oleh YULIUS HERO.
Sumberdaya hutan memiliki peranan penting bagi pemerintah, masyarakat
maupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Komponen kebijakan sangatlah
berpengaruh terutama peranannya dalam pembuatan sistem pengelolaan hutan.
Sistem pengelolaan hutan haruslah sesuai dengan tujuan bersama yaitu terciptanya
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan. Penelitian ini mengkaji persepsi,
motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap sistem pengelolaan hutan bersama
masyarakat (PHBM). Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur
(kuisioner) dengan pengambilan responden secara purposive sampling, observasi

dan studi pustaka. Kegiatan PHBM di RPH Dayehluhur terdiri dari kegiatan di
dalam kawasan hutan berupa kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif lahan
dan kegiatan di luar kawasan hutan berupa usaha produktif peternakan ayam yang
dilaksanakan di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lodaya. LMDH
Unggul Lestari, LMDH Rindu Alam dan LMDH Wana Basma hanya melakukan
kegiatan di dalam kawasan hutan saja. Tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi
masyarakat terhadap PHBM termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat persepsi
sebesar 73.33 % secara umum dipengaruhi oleh faktor internal berupa kebutuhan
akan kesejahteraan hidup dengan korelasi sebesar 0.674, hal ini menunjukan
bahwa masyarakat secara internal melihat bahwa PHBM dapat memberikan
kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Tingkat motivasi sebesar 83.33% secara
umum dipengaruhi oleh kegiatan yang sukarela atau voluntary sebesar 0.875,
menunjukan bahwa masyarakat memiliki keinginan maupun dorongan untuk ikut
serta secara sukarela dan sadar akan pentingnya kegiatan PHBM. Tingkat
partisipasi sebesar 43.33% sebagian besar ada pada tingkat pelaksanaan secara
umum dipengaruhi oleh kegiatan rapat pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi
PHBM sebesar 0.762, yang mengindikasikan bahwa masyarakat sangat antusias
mengikuti kegiatan rapat maupun sosialisasi PHBM.
Kata kunci: LMDH, motivasi, partisipasi, persepsi, PHBM


ABSTRACT
AHADIAN RAKHMADI. Perception, Motivation and Community Participation
toward Community Forest Management (CFM) in RPH Dayeuhluhur BKPH
Wanareja KPH Banyumas Barat. Supervised by YULIUS HERO.
Forest resource has an important role for Indonesian Government,
community and other stakeholders. The component of policyas a particular
component play an influential role in the making of forest management system.
Forest management systems shall comply the common goal i.e. the developing of
community welfare and the sustainability of forests. This research examines the
perception, motivation, and community participation toward system ofcommunity
forest management (CFM). The method used in this research is structured
interview (questionnaire) with retrieval of purposive sampling of respondents,
observation and literature study. CFM activities in RPH Dayehluhur comprise of
activities in the forest area of forest concession activities, land and productive
business ventures of non productive land and activities outside the forest area such
as chicken farm in LMDH Lodaya. LMDH Unggul Lestari, LMDH Rindu Alam
dan LMDH Wana Basma only undertake activities within the forest area only.The
level of perception, motivation and participation of society can be counted as high
which CFM i.e. 73.33% level of perception in General is affected by internal
factors include the need for welfare live with correlation of 0.674 this indicate that

the communities internally to see what CFM give for the community, the level of
motivation of 83.33% is generally influenced by the activities of voluntary or
involuntary means that society has 0.875 desire or urge to participate on a
voluntary basis and are aware of the importance of the activities of CFM and the
level of participation of 43.33% largely exists on the level of implementation, are
affected by the activities of the meeting of the implementation activities and
socialization of CFM 0.762, indicating that the community is enthusiastic to
following the meeting and socialization activities CFM
Keywords: LMDH, motivation, participation, perception, CFM

PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA
MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH
WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT

AHADIAN RAKHMADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH
Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat
Nama
: Ahadian Rakhmadi
NIM
: E14090132

Disetujui oleh

Dr. Ir. Yulius Hero, M. Sc

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc.FTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Topik yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini adalah
Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH
Banyumas Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alm. Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir.
Yulius Hero, M.Sc selaku pembimbing, kepada staf Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah, serta ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah (Basuki

Nugroho), Ibu (Reni Erniyati), Zaoma Yundhini, Ria Puspita Sari, dan Sylvia
Dewi Wulandari serta seluruh Keluarga, rekan-rekan Manajemen Hutan 46, dan
Sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga Skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Ahadian Rakhmadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Kerangka Pikir

2

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

3

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)

5

Persepsi

6


Motivasi

7

Partisipasi

8

METODE

10

Waktu dan Tempat

10

Alat dan Bahan

10


Metode Pengumpulan Data

10

Metode Pengolahan dan Analisis Data

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

13

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

17

Karakteristik Responden

20

Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PHBM

24

SIMPULAN DAN SARAN

37

Simpulan

37

Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

39

DAFTAR TABEL

1 Skor pertanyaan pada persepsi, motivasi, dan partisipasi
2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach
3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan
4 Status lahan desa lokasi penelitian
5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia
6 Tingkat pendidikan masyarakat
7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian
8 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi
9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM
10 Hasil korelasi indikator persepsi
11 Nilai validitas dari pertanyaan motivasi
12 Tingkatan motivasi responden terhadap sistem PHBM
13 Hasil korelasi indikator motivasi
14 Nilai validitas dari pertanyaan partisipasi
15 Tingkatan partisipasi responden terhadap sistem PHBM
16 Hasil korelasi indikator partisipasi

11
12
15
15
16
16
17
25
25
26
28
28
29
31
32
33

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2
2 Hirarki kebutuhan Maslow
8
3 Lokasi penelitian
14
4 Tumpangsari tanaman sengon (a), Usaha ternak ayam (b)
19
5 Petak 28T tutup kontrak (a), Tumpang sari tanaman kopi (b)
20
6 Komposisi umur responden
20
7 Komposisi tingkat pendidikan responden
21
8 Jumlah anggota keluarga
22
9 Luas lahan milik
22
10 Jenis pekerjaan
23
11Pengalaman pekerjaan
23
12 Tingkat pendapatan
Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji validitas dan reliabilitas

39

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya alam Indonesia merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang
Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia. Didalam UUD 1945
pasal 33 ayat 3 diketahui bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga
kelestarian hutan yaitu dengan memperhatikan sistem pengelolaan hutan,
meningkatkan moral dan profesionalisme para penyelenggara, memperhatikan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya (Meitasari 2012). Pengelolaan
yang baik adalah pengelolaan yang melibatkan berbagai pihak yang memiliki
kepentingan terhadap hutan yaitu masyarakat sekitar hutan, pemerintah, serta para
stakeholder. Masyarakat sekitar hutan berinteraksi terhadap hutan secara intensif,
oleh sebab itu diperlukan suatu pengetahuan dari pemerintah mengenai peranan
partisipasi masyarakat di dalam dan sekitar hutan tersebut.
Pemerintah melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perum
Perhutani dalam meningkatkan kelestarian sumberdaya alam dan kesejahteraan
masyarakat (prosperity approach) melalui partisipasi masyarakat yang tinggal di
dalam dan di sekitar hutan melaksanakan beberapa kegiatan seperti Tumpang Sari
pada tahun 1972, Mantri Lurah pada tahun 1974, Pembangunan Masyarakat Desa
Hutan pada tahun 1982, dan Perhutanan Sosial pada tahun 1986. Sejalan dengan
reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya mendorong pula
terjadinya reformasi dalam pembangunan sektor kehutanan, maka tahun 2001
lahir Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan ciri Bersama,
Berdaya dan Berbagi yang berbasis lahan dan non lahan. Tahun 2007 terjadi
perubahan paradigma dari PHBM menjadi PHBM Plus. PHBM Plus
mengupayakan keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal
dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel,
partisipatif dan akomodatif. Tahun 2009 PHBM Plus kembali menjadi PHBM
dengan perubahan beberapa keputusan yang bersifat mendukung melalui
kerjasama antar pihak.
Keberhasilan dari kegiatan PHBM tidak terlepas dari keaktifan masyarakat
dalam berpartisipasi. Masyarakat yang berpartisipasi memiliki tujuan tertentu
dalam kegiatan PHBM. Tujuan masyarakat dalam mengikuti kegiatan PHBM
biasanya didasari oleh motivasi tertentu yang timbul berdasarkan persepsi yang
dimiliki oleh masyarakat. Perbedaan persepsi akan menimbulkan suatu motivasi
yang berbeda sehingga sikap dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan hutan akan berbeda juga. Dengan demikian perlu dilakukan
penggalian informasi terhadap persepsi, motivasi dan partisipasi masyarakat agar
tujuan dari keikutsertaan masyarakat dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) dapat diketahui secara jelas dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk meningkatkan pengelolaan hutan yang lebih baik.

2
Kerangka Pikir
Dalam meningkatkan kelestarian hutan dan mencapai
kesejahteraan masyarakat maka peranan masyarakat terhadap hutan harus
diketahui. Peran kepentingan dari masyarakat ini dapat diketahui dari
tingkat persepsi, motivasi maupun partisipasi. Persepsi dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa karakteristik
yaitu pendidikan, umur dan kebutuhan serta faktor eksternal berupa
permasalahan yang dihadapi dan informasi yang didapat. Tingkat persepsi
ini akan menjadi dasar motivasi sehingga menentukan partisipasi dari
masyarakat. Motivasi akan timbul apabila pemenuhan kebutuhankebutuhan dasar dapat dipenuhi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
lainnya yang lebih tinggi. Peran partisipasi dapat menjadi tingkat ukuran
efektif dan efisiennya suatu kegiatan terutama kegiatan PHBM. Gambar 1
menunjukan keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
persepsi, motivasi dan partisipasi masyarakat.
.
Selectivity
Faktor eksternal :
permasalahan
jumlah keluarga

Persepsi

Pembentukan
perilaku

Faktor
internal/karakteristik :
pendidikan
umur
kebutuhan

Teori Abraham Maslow
(1954):
kebutuhan fisiologis
kebutuhan akan rasa aman
kebutuhan sosial
kebutuhan akan penghargaan
kebutuhan aktualisasi diri

Motivasi
Pembentukan
perilaku & sikap

Partisipasi

Rendah:
upaya PHBM yang kurang
optimal

Tinggi:
upaya PHBM yang baik

Masyarakat sejahtera dan
hutan lestari
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

3
Perumusan Masalah
Adanya perbedaan pandangan berupa persepsi dan motivasi dari
masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi terhadap peranan dari
masyarakat dalam LMDH yang berbeda, sehingga berpengaruh pada sistem dari
PHBM yang akan terlaksana. Faktor-faktor yang berkaitan dengan sikap tersebut
perlu diidentifikasi dimana hubungan dengan lembaga yang mewadahi
masyarakat harus diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kegiatan PHBM
tersebut.
Berdasarkan pemikiran diatas maka penelitian ini difokuskan pada sikap
petani berupa persepsi, motivasi dan partisipasi terhadap PHBM melalui LMDH.
Selain itu hubungan antara tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi ini dapat
dianalisi dengan efektif dalam sistem PHBM yang saat ini dilaksanakan di RPH
Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I
Jawa Tengah.
Tujuan Penelitian
Menerangkan hubungan tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
Memberikan informasi mengenai tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi
petani peserta LMDH dalam kegiatan PHBM
Memberikan informasi mengenai peranan LMDH dalam kegiatan PHBM di
RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja, KPH Banyumas Barat
Memberikan informasi kepada pihak Perum Perhutani dalam evaluasi dan
penyempurnaan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari

TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Sejarah PHBM di Perum Perhutani
Sejarah Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dimulai pada
masa kolonial Belanda, dimana pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga
kerja murah untuk kerja hutan yang kemudian diciptakan sistem tumpangsari
dalam kegiatan penanaman hutan dengan memberikan kesempatan kepada tenaga
kerja penanaman hutan (pesanggem) untuk menanam palawija (tanaman pangan)
dalam mencukupi kebutuhan pangannya. Dalam pelaksanaannya banyak
diterapkan persyaratan-persyaratan tertentu dimana masyarakat diikat dengan
kontrak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang berkaitan dengan
pengelolaan hutan dengan imbalan (uang kontrak) yang jumlahnya relatif sangat
kecil. Pertengahan tahun 1970, FAO dan SIDA mempertemukan kelompok ahli
tentang kehutanan dan pembangunan masyarakat lokal. Hasil pertemuan itu telah

4
mendorong untuk menggali kembali pengalaman-pengalaman negara antara lain
social forestry di India, village woodlots di Korea, forest villages di Thailand,
village forestation di Tanzania dan tumpangsari di Jawa. Upaya pengembangan
kehutanan masyarakat mendapatkan dukungan dari para ahli dan praktisi
kehutanan sedunia dengan mengadakan Kongres Kehutanan Sedunia VIII pada
16-28 Oktober 1978 di Jakarta dengan tema pokok „Forest for People’. Gagasan
forest for people dalam perkembangan dituntut bukan hanya diwujudkan melalui
penyediaan hasil hutan bagi masyarakat atau melibatkan masyarakat dalam
pengelolaan hutan, melainkan juga menempatkan masyarakat sebagai aktor utama
pengelolaan hutan, baik sebagai pengelola hutan yang di usahakan pada lahan
sendiri maupun lahan negara (Suharjito et al. 2000).
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di indonesia menggunakan
berbagai istilah seperti hutan kemasyarakatan, hutan kerakyatan, kehutanan
masyarakat, kehutanan sosial dan social forestry. Istilah perhutanan sosial
digunakan pertama kali dalam penyelenggaraan program oleh Perum Perhutani di
Jawa pada tahun 1986 dan proyek percontohan program oleh Kantor Wilayah
Departemen Kehutanan yang salah satunya adalah di Belangian. Menurut
Permenhut Nomor P.01/Menhut-II/2004, Social forestry adalah sistem
pengelolaan sumberdaya hutan pada kawasan hutan negara dan atau hutan hak,
yang memberi kesempatan kepada masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau
mitra utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan
kelestarian hutan.
Perum Perhutani mengembangkan pengelolaan hutan yang melibatkan
masyarakat tersebut dengan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) yang ditetapkan dengan SK No.136/KPTS/DIR/2001. Upaya ini
dilakukan karena ingin memberikan penguatan, hak, peran dan tanggung jawab
serta kesejahteraan yang lebih besar kepada masyarakat lokal. Sistem PHBM ini
berbeda dengan penerapan sistem kegiatan berbasis masyarakat sebelumnya
seperti Mantri Lurah (MALU), Pengelolaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH),
perhutanan sosial dan lain sebagainya. Sistem PHBM ini menempatakan
masyarakat menjadi mitra sejajar Perum Perhutani yang mampu membangun,
melindungi dan memanfaatkan sumberdaya hutan di dalam sistem PHBM. Perum
Perhutani bersama-sama dengan stakeholder lain yang aktif memfasilitasi
masyarakat untuk menumbuh kembangkan budaya dan tradisi pengelolaan
sumberdaya hutan di lahan-lahan desa pada beberapa wilayah yang kurang
berkembang. Oleh karena itu, maka budaya tanggung jawab masyarakat terhadap
pengelolaan hutan dapat terbangun dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat itu sendiri (Suharjito et al. 2000).
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Setelah berjalan selama enam tahun, PHBM tersebut dilaksanakan
ditemukan beberapa kendala dan permasalahan sehingga dilakukan perubahan
paradigma dari Perum Perhutani dengan mengeluarkan surat Keputusan Direksi
Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM Plus) menyebutkan bahwa
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah sistem pengelolaan
sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani
dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya

5
mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel,
partisipatif dan akomodatif. Prinsip yang mendasari adanya perubahan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menjadi Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM Plus) adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan PHBM Plus diawali dengan perubahan pola pikir (mindset) pada
semua jajaran di Perum Perhutani dari yang birokratif, sentralistik, kaku,
ditakuti menjadi fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai.
2. Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan karakteristik wilayah.
3. Dilaksanakan dengan fleksibilitas, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan
tanggung jawab sosial (Social Responsibility).
4. Keterbukaan, kebersamaan, saling memahami dan pembelajaran bersama.
5. Bersinergi dan terintegrasi dengan program-program Pemerintah Daerah.
6. Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan kewajiban yang jelas.
7. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.
8. Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara berkesinambungan
9. Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif menuju masyarakat
mandiri dan hutan lestari
10. Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para pihak
Setelah dua tahun kemudian dalam mempercepat dan fleksibilitas
pelaksanaan PHBM maka dilakukan perubahan terhadap Keputusan Direksi
Perum Perhuntani Nomor 268/KPTS/DIR/2007 yang dirubah menjadi Keputusan
Direksi Perum Perhuntani Nomor 682/KPTS/DIR/2009. Keputusan direksi ini
meyatakan bahwa PHBM dapat dilaksanakan dengan baik apabila memenuhi
syarat-syarat sebgai berikut :
1. Pemahaman yang utuh terhadap konsep PHBM dan kesiapan pola pikir
(mindset) pada semua jajaran Perum Perhutani dan jajaran LMDH untuk
melaksanakannya.
2. Desa dengan Kawasan Hutan Pangkuan Desanya (KHPD).
3. Pengkajian Desa secara Partisipatif (PDP) atau metode lain yang bersifat
partisipatif.
4. Pertemuan dan pendampingan yang intensif.
5. Kelembagaan masyarakat desa hutan.
6. Aturan-aturan yang bersifat mengikat.
7. Usaha produktif dan atau sharing (bagi hasil).
8. Peran dan kerjasama antar pihak.
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)
Lembaga adalah wadah terhadap sekumpulan orang berinisiatif untuk
memenuhi kebutuhan bersama, dan yang berfungsi mengatur akan kebutuhan
bersama tersebut dengan nilai dan aturan bersama. Lembaga Masyarakat Desa
Hutan (LMDH) adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang
berada didalam atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya
melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan
budaya. LMDH merupakan lembaga yang berbadan hukum, mempunyai fungsi
sebagai wadah bagi masyarakat desa hutan untuk menjalin kerjasama dengan

6
Perum Perhutani dalam PHBM dengan prinsip kemitraan. LMDH memiliki hak
kelola di petak hutan pangkuan di wilayah desa dimana LMDH itu berada,
bekerjasama dengan Perum Perhutani dan mendapat bagi hasil dari kerjasama
tersebut. LMDH dalam menjalankan kegiatan pengelolaan hutan, mempunyai
aturan main yang dituangkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART).
Pihak yang terlibat dalam proses pengembangan lembaga masyarakat desa
hutan ini adalah: seluruh anggota dan pengurus dari LMDH, pemerintah daerah
(desa sampai kabupaten), pihak yang terkait sesuai dengan kebutuhan
(dinas/instansi terkait), pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan
lembaga (investor, perguruan tinggi, LSM), dan fasilitator yang dapat dipilih dari
masyarakat sendiri atau pihak luar. Tujuan pengembangan LMDH adalah 1) untuk
meningkatkan kemampuan LMDH dalam pengelolaan lembaganya, 2) pengenalan
pendekatan partisipatif dalam rangka pengembangan lembaga, 3) memberikan
pandangan yang berbeda dan kritis dalam rangka pengembangan lembaga
masyarakat, dan 4) memberikan panduan sederhana namun bermutu dalam rangka
pengembangan lembaga masyarakat. Manfaat pengembangan LMDH, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan akan adanya panduan dalam pengembangan LMDH, untuk
menghasilkan peningkatan kemampuan lembaga dalam pengelolaan lembaga
secara tunggal maupun kolektif, serta mendorong lembaga untuk memiliki
kekuatan dalam menghadapi dan berinteraksi dengan pihak luar, baik dalam daya
dukung maupun dalam daya saing (kemampuan bernegosiasi) (Awang et al. 2008).
Persepsi
Leavitt (1978) menyatakan definisi persepsi (perception) dalam arti sempit
adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam
arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu. Persepsi dapat diartikan juga sebagai pandangan,
interprestasi, penilaian, harapan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang
dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima
rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan
mulut) dan dipahami dengan interprestasi atau penaksiran tentang objek yang
dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon
seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera. Stimulus
dapat berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu.
Pendapat lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan (Rakhmat 2005).
Proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada
diri manusia. Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami oleh
pribadi masing-masing dalam merespon segala sesuatu. Hal yang mempengaruhi
persepsi berupa dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola
pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti
karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan
dan pengetahuan, kebutuhan, usia, dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar yang mempengaruhi (stimulus) pola pikir dan pandangan

7
seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau
pengalaman orang lain yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan
hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah
keluarga (Rakhmat 2005).
Persepsi terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan
hidup, adat istiadat, dan kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan
kehutanan. Masyarakat mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi
terhadap hutan baik ketergantungan terhadap hasil hutan berupa kayu sebagai
bahan bangunan, kayu bakar, daun jati, lahan usaha dan lain-lain. Dengan
demikian persepsi mereka terhadap hutan pada umumnya baik dalam artian bahwa
hutan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun persepsi yang baik
terhadap hutan tidak selalu diikuti dengan persepsi yang baik terhadap kehutanan,
dalam hal ini terhadap Perum Perhutani. Bagi masyarakat yang dalam
kehidupannya banyak tergantung pada kegiatan Perum Perhutani pada umumnya
mempunyai persepsi yang baik pula (Suharjito & Darusman 1998).
Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan 1998). Motivasi sebagai proses psikologis timbul
diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik
atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri
seseorang atau faktor intrinsik yaitu motivasi dari dalam diri seseorang ;
seseorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Motivasi ekstrisik
berasal dari diri orang itu. Seseorang melakukan sesuatu untuk memenangkan
suatu hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut (Leavitt 1978).
Maier (1955) dalam Zainun (1989) membedakan adanya dua macam
keadaan motivasi. Keadaan motivasi yang pertama dinamakannya situasi motivasi
yang subjective dan yang lain disebutnya situasi motivasi yang objective. Keadaan
motivasi yang subjektif itu merupakan keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang disebut need atau kebutuhan, drive atau dorongan, atau desire atau
keinginan. Sedangkan yang objektif adalah satu barang atau keadaan yang berada
di luar seseorang yang biasa disebut dengan istilah incentive atau rangsangan atau
goal atau sasaran atau tujuan.
Menurut Abraham Maslow (1943) dalam Atkinson et al. (1983), perilaku
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dapat dibagi menjadi lima jenjang yaitu
kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological needs). Manifestasi kebutuhan
tampak pada tiga hal yaitu: sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan
primer untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia. Kemudian yang kedua
adalah kebutuhan rasa aman (Safety needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain
kebutuhan akan keamanan jiwa, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil
dan pensiun serta jaminan hari tua. Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan
sosial (Social needs). Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan
perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan

8
tidak gagal (sense of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation).
Kebutuhan yang keempat adalah kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs).
Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya. Kemudian
yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation). Manifestasi
kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan
kapasitas kerja. Teori Maslow mengenai motivasi didasarkan kepada adanya
tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya dorong
dalam istilah Maslow “prepotency” berarti bahwa apabila semua tingkat
kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang
bersifat pangan, papan dan sandang (kebutuhan fisiologis) merupakan kebutuhan
paling dominan. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2 Hirarki kebutuhan Maslow
Partisipasi
Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu
yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003) dalam
Budiarti (2011), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif diambil oleh
masyarakat itu sendiri , dibimbing oleh cara berpikir sendiri dengan menggunakan
sarana dan proses dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini
memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola
potensi yang dimiliki secara mandiri.
Cohen dan Uphoff (1980) dalam Budiarti (2011) menyatakan partisipasi
yang dibagi dari dimensi partisipasi sebgai berikut:
1. Jenis partisipasi yang diharapkan meliputi:
a. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan)
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
c. Partisipasi dalam menerima manfaat
d. Partisipasi dalam evaluasi
2. Siapa yang berpartisipasi terdiri dari:
a. Penduduk setempat

9
b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin organisasi
formal, dan pemerintah setempat
c. Orang luar desa
3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal:
a. Apakah inisiatif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah?
b. Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau paksaan?
c. Bagaimana struktur partisipasi masyarakat?
d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif,
apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah partisipasi itu
langsung atau tidak langsung?
e. Jangka waktu partisipasi
f. Lingkup partisipasi
g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang
diharapkan sebagi hasil partisipasinya.
Seiring dengan perkembangannya, partisipasi terbagi dalam dua pola yaitu
pola partisipasi secara individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seseorang
yang inovatif dan aktif dalam setiap kegiatan pembangunan akan sangat
membantu dirinya dan keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup secara
ekonomis dan spiritual. Sebagai mahluk sosial, maka pola individu harus
dikembangkan kepada anggota yang lain, sehingga tercipta pola partisipasi secara
berkelompok atau secara menyeluruh. Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa
dorongan dan rangsangan untuk berpartisipasi
mencakup faktor –faktor
kesempatan, kemauan, kemampuan dan bimbingan. Kesempatan untuk
berpartisipasi hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja
tetapi juga mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan,
penilaian dan kemudian distribusi hasilnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut
Pangestu (1995) dalam Budiarti (2011) adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban
keluarga, jumlah pendapatan dan pengalaman berkelompok.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal meliputi hubungan yang terjalin antara pihak mengelola
proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan
dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola
positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan
pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran.
Slamet (1980) dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa syaratsyarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah sebagai
berikut :
1. Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan
2. Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut
3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.

10

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus
2013 di Desa pangkuan hutan yaitu Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan
Cijeruk areal RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat, Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis,
kuisioner, kamera, kalkulator, laptop, software SPSS (Statistical Program for
Social Science), Microsoft Excel dan Mocrosoft Word.
Metode Pengumpulan Data
Jenis Data
Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari responden, meliputi karakteristik responden,
data persepsi, motivasi dan partisipasi serta gambaran umum kondisi hutan yang
dikelola bersama masyarakat yang merupakan pengetahuan mereka. Data
sekunder yaitu data yang berkaitan dengan penelitian namun diperoleh secara
tidak langsung dari responden namun informasi yang diperoleh dari dokumen,
arsip dan laporan. Data tersebut meliputi kondisi umum lokasi penelitian, data
pelaksanaan PHBM, struktur organisasi masyarakat (LMDH), rencana staregis
LMDH dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini

Teknik Pengamatan (observation)
Data dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung terhadap berbagai
kegiatan di lapangan, keadaan daerah penelitian dan pengamatan kondisi sosial
masyarakat.
Teknik Wawancara (interview)
Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap
responden yang terlibat dalam kerjasama serta berbagai pihak yang terkait untuk
melengkapi data dan informasi. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur/semiterstruktur (kuisioner) maupun wawancara tidak terstruktur
(bebas).
Studi Pustaka
Data dikumpulkan melalui proses mencari, mencatat dan mempelajari studi
literatur serta pengumpulan data-data dari instansi terkait.

11

Pemilihan Responden
Pengambilan sampel responden menggunakan metode Purpossive
Sampling. Responden yang dipilih berjumlah 30 orang yang ikut dalam
kepengurusan LMDH di RPH Dayeuhluhur yang dipilih berdasarkan kepemilikan
luas lahan yang beraneka ragam, tempat tinggal yang dekat dengan hutan dan
keaktifan dalam LMDH. Jumlah 30 sampel yang diambil dari empat LMDH
menggunakan metode teknik sampling proporsional sesuai dengan proporsi total
setiap pengurus dan anggota LMDH.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Data
Analisis data disajikan secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan
untuk menganalisa karakteristik dan praktek pengelolaan hutan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi lapang. Peubah-peubah yang dianalisis adalah system
pengelolaan yang diterapkan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi hasil wawancara dan observasi lapang
2. Pemilihan informasi sesuai dengan kategori-kategorinya
3. Penyajian dalam bentuk uraian penjelasan dan tabel
4. Penarikan kesimpulan
Analisis Pengukuran Tingkat Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner menggunakan opsi jawaban skala
likert. Menurut Riduwan et al. (2009), skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian
atau gejala sosial. Persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
PHBM diukur berdasarkan jumlah skor dengan 12 pertanyaan persepsi, 10
pertanyaan motivasi dan 25 pertanyaan partisipasi menggunakan skala likert.
Masing-masing jawaban diberi skor seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Skor pertanyaan pada persepsi, motivasi, dan partisipasi
No.
1
2
3

Jawaban
Ya
Ragu-ragu
Tidak

Skor
3
2
1

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang
digunakan dalam penelitian ini. Uji ini menunjukkan skor, nilai dan ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin
diukur. Instrumen valid apabila nilai korelasi adalah positif dan nilai probabilitas
korelasi P Value < taraf signifikan (α) sebesar 0.05 (selang kepercayaan 95%). Uji
validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variable dengan skor
total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment
(Sarwono 2006).

12

Rxy =





Keterangan:
rxy = korelasi antar X dan Y
n = jumlah responden
X = skor masing-masing pertanyaan
Y = skor total







Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam
mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner
tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan
menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien
Alpha Cronbach pada software SPSS (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya
mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0.6) maka pengukuran yang
digunakan reliabel (Tabel 2).
Tabel 2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach
Alpha
0.00–0.20
0.21–0.40
0.41–0.60
0.61–0.80
0.81–1.00

Tingkat reliabilitas
Kurang reliable
Agak reliable
Cukup reliable
Reliable
Sangat reliable

Sumber : Budiarti (2011)

Analisis Korelasi Rank Spearman
Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan
menggunakan uji statistik. Data yang diperoleh diolah melalui tahap editing,
scoring, coding, dan entri data ke komputer. Uji statistik digunakan untuk
menguji hubungan tingkat persepsi, motivasi dan partisipasi terhadap PHBM.
Untuk melakukan uji statistik tersebut dilakukan dengan analisis Rank
Correlation Spearman (rs), yang dapat menguji keeratan hubungan antar variabel
yang diukur dengan menggunakan software SPSS. Seperti yang dikemukakan
oleh Sarwono (2006) bahwa korelasi Rank Spearman digunakan untuk
mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel tergantung yang berskala ordinal (non-parametrik). Variabel
independen (bebas) penelitian ini adalah indikator persepsi, motivasi dan
partisipasi. Sedangkan variabel dependen (tergantung) dalam penelitian ini
menggunakan variabel tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat
dalam LMDH. Adapun persamaan Rank Correlation Spearman (rs) yang
digunakan adalah sebagai berikut Nurgiyantoro et al. (2009):

13
rs (rho) = 1-



Keterangan :
rs (rho) = korelasi Rank Spearman
N
= banyaknya sampel pengamatan
D
= perbedaan skor antar dua kelompok pasangan
Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai Rank Correlation Spearman (rs)
dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Tanda positif (+)
menyatakan hubungan peringkat antara kedua variabel bersifat searah. Searah
mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya juga
besar. Sebaliknya apabila tandanya negatif (-) menyatakan hubungan peringkat
antar kedua variabelnya berlawanan atau bertolak belakang (bersifat tidak searah).
Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel
tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1.
Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya kedua variabel.
Patokan angkanya adalah sebagai berikut :
0.00–0.25 :
korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
0.26–0.50 :
korelasi cukup
0.51–0.75 :
korelasi kuat
0.76–1.00 :
korelasi sangat kuat
Uji Signifikansi Hasil Korelasi
Menurut Sarwono (2006), signifikansi hubungan antara dua variabel dapat
dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Hipotesis: H0 : Hubungan antara dua variabel tidak signifikan
H1 :
Hubungan antara dua variabel signifikan
2. Patokan pengambilan keputusan selang kepercayaan 95%
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Biofisik dan Letak Desa Penelitian
Desa Datar Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas
1747.1 ha berada pada ketinggian 600 mdpl. Adapun Batas-batas wilayah Desa
Datar sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumpinghayu, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Dayeuhluhur, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Bolang, serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wanareja.
Desa Sumpinghayu Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki
luas 1415.5 ha berada pada ketinggian 650 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

14
Datar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cilumping, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Jambu.
Desa Cilumping Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki
luas 2072.8 ha berada pada ketinggian 780 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kuningan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Datar sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijeruk sebelah timur berbatasan
dengan Desa Sumpinghayu.
Desa Cijeruk Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas
1637.5 ha dengan ketinggian 750 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Datar, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bolang, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Cilumping.

Gambar 3 Lokasi penelitian
Jenis tanah yang terdapat ditempat penelitian merupakan tanah latosol
cokelat. Wilayah KPH Banyumas Barat berdasarkan klasifikasi Schmidt dan
Ferguson termasuk tipe iklim B, dengan temperatur rata-rata 20-27°C. KPH
Banyumas Barat memiliki curah hujan rata-rata per tahun mencapai 2000 mm/th
dengan banyaknya jumlah hari hujan 19 hari/bulan.

15
Status Lahan Desa Hutan
Lahan memiliki tata, fungsi dan status kepemilikan. Fungsi utama
penggunaan lahan di desa penelitian baik Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa
Cilumping dan Desa Cijeruk yaitu sebagai areal pemukiman, areal perkebunan,
pertanian dan sarana umum masyarakat seperti sarana peribadatan, sarana
olahraga, sarana jalan umum dan sarana bangunan umum. Setiap desa penelitian
mendapatkan hak mengelola lahan hutan Perum Perhutani sesuai dengan
perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan Perum Perhutani KPH Banyumas
Barat. Luas lahan yang dikerjasamakan dan telah disepakati yaitu Desa Datar
seluas 613.7 ha Desa Sumpinghayu luas pangkuan hutan 1234.5 ha Desa
Cilumping luas pangkuan hutan sebesar 1267.5 ha dan Desa Cijeruk luas
pangkuan hutan 1298.5 ha
Tabel 3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan
Desa
Datar
Sumpinghayu
Cilumping
Cijeruk
Total

Luas Lahan Desa
1747.10
1415.50
2072.86
1637.56
5235.46

Luas Hutan
613.70
1234.50
1267.50
1298.52
4414.22

Persen (%)
35.13
87.21
61.15
79.29
84.31

Tabel 4 Status lahan desa lokasi penelitian
Kategori penggunaan
lahan
Tanah pemukiman
Tanah persawahan
Tanah hutan/kebun
Tanah prasarana
Lain-lain
Total

Desa
Datar
481.00
550.10
692.00
24.00
1747.10

Luas lahan (ha)
Desa
Desa
Sumpinghayu
Cilumping
54.50
164.50
97.00
490.00
1234.50
1267.50
2.30
4.06
27.20
146.80
1415.50
2072.86

Desa
Cijeruk
183.45
132.00
1298.52
2.89
20.70
1637.56

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kependudukan
Jumlah penduduk di Desa Datar pada tahun 2012 adalah 3655 jiwa yang
terdiri dari 1879 orang laki-laki (48.76%) dan 1776 orang perempuan (51.23%)
dengan jumlah 1055 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Sumpinghayu
pada tahun 2012 adalah 1052 jiwa yang terdiri dari 513 orang laki-laki (48.76%)
dan 539 orang perempuan (51.23%) dengan jumlah 336 kepala keluarga. Jumlah
penduduk di Desa Cilumping pada tahun 2012 adalah 863 jiwa yang terdiri dari
431 orang laki-laki (49.94%) dan 432 orang perempuan (50.05%) dengan jumlah
263 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Cijeruk pada tahun 2012 adalah
1.384 jiwa yang terdiri dari 699 orang laki-laki (50.50%) dan 685 orang

16
perempuan (49.49%) dengan jumlah 469 kepala keluarga. Bila diklasifikasikan
menurut usia, penduduk Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan
Desa Cijeruk disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia
Usia
(tahun)
0-15
15-55
≥56
Total

Desa Datar
Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
862
23.58
2079
56.88
214
19.53
3655 100.00

Desa
Sumpinghayu
Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
249
23.66
624
59.31
179
17.01
1052 100.00

Desa Cilumping
Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
202
23.40
479
55.50
182
21.08
863 100.00

Desa Cijeruk
Jumlah
(jiwa)
320
778
286
1384

Persen
(%)
23.12
56.21
20.66
100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Pendidikan
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh masyarakat Desa Datar, Desa
Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk memiliki tingkat pendidikan
masyarakat yang ditempuh selama hidup dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT).
Tabel 6 Tingkat pendidikan masyarakat
Desa Datar
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total

Jumlah
(jiwa)
2774
365
130
31
3300

Persen
(%)
84.06
11.06
3.94
0.94
100.00

Desa
Sumpinghayu
Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
651
69.70
208
22.27
44
4.71
31
3.32
934 100.00

Desa Cilumping

Desa Cijeruk

Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
106
48.62
86
39.45
19
8.72
7
3.21
218 100.00

Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
47
34.56
45
33.09
37
27.21
7
5.15
136 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Mata Pencaharian
Mata pencaharian dari penduduk desa lokasi penelitian sangat beraneka
ragam. Mata pencaharian tersebut antara lain sebagai petani, buruh tani, PNS,
pedagang, peternak, suasta dan pengrajin. Data klasifikasi dari jumlah mata
pencaharian penduduk yang didapat dari data monografi dapat dilihat pada Tabel
7.

17

Tabel 7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian
Mata
Pencaharian
Petani
Buruh Tani
PNS
Pedagang
Peternak
Swasta
Pengrajin
Total

Desa Datar
Jumlah
(jiwa)
2028
140
24
170
6
35
32
2435

Persen
(%)
83.29
5.75
0.99
6.98
0.25
1.44
1.31
100.00

Desa
Sumpinghayu
Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
266
27.37
7
0.72
4
0.41
178
18.31
433
44.55
80
8.23
4
0.41
972 100.00

Desa Cilumping

Desa Cijeruk

Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
201
81.38
15
6.07
5
2.02
10
4.05
1
0.40
1
0.40
15 100.00
248
81.38

Jumlah Persen
(jiwa)
(%)
450
32.49
250
18.05
10
0.72
25
1.81
619
44.69
14
1.01
16
1.16
1384 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) merupakan kegiatan yang
meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan
sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan dan
konservasi alam. Pelaksanaan PHBM dilakukan dengan jiwa bersama, berdaya
dan berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan dan atau ruang, pemanfaatan waktu,
pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling
menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung serta kesadaran akan
tanggung jawab sosial (Social Responcibility). Setiap pengelolaan hutan disusun
program yang dapat dikerjasamakan dengan LMDH, antara lain : Bidang
Perencanaan, Pembinaan SDH, Produksi, Pemasaran dan Industri, Keamanan
Hutan, Keuangan dan SDM (SK Direksi Perum Perhutani Nomor
682/KPTS/DIR/2009).
Menurut SK Direksi Perum Perhutani Nomor 2141/KPTS/I/2002 tentang
PHBM di Unit I Jateng mengenai objek dan jenis kegiatan meliputi kegiatan
PHBM di dalam kawasan hutan maupun kegiatan diluar kawasan hutan. Kegiatan
di dalam kawasan hutan terdiri dari kegiatan pengusahaan hutan yang meliputi
bidang perencanaan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan, dan pemanenan
hasil hutan. Usaha produktif yang berbasis lahan antara lain Agrisilvikultur,
Silvofishery, Silvopastural, Agrosilvopastural. Usaha produktif yang berbasis
bukan lahan antara lain: pengelolaan wisata, pengelolaan tambang galian,
pengelolaan sumber mata air, pengembangan dan pengusahaan flora dan fauna,
pemborongan barang dan jasa. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi kegiatan
usaha produktif seperti pengembangan Hutan Rakyat, pengembangan peternakan,
aneka usaha kehutanan seperti perlebahan dan persuteraan alam, industri
pengelolaan hasil hutan dan industri kecil/industri rumah tangga.

18
Kegiatan PHBM di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas
Barat Perum Perhutani Unit I ini berjalan dengan adanya suatu lembaga yang
mewadahi kegiatan ini. Salah satu lembaga yang berperan adalah Lembaga
Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dibentuk oleh Perum Perhutani. LMDH
adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam
atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui
interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya
(Awang et al. 2008). RPH Dayeuhluhur sudah terbentuk 8 LMDH. LMDH yang
terpilih adalah LMDH lama yang sudah jalan kegiatannya minimal selama 5 tahun.
Tiga LMDH baru dibentuk pada bulan juni 2013 sedangkan 1 LMDH merupakan
LMDH pangkuan dari RPH Wanareja. Terdapat empat LMDH berdasarkan empat
desa pangkuan hutan yang dipilih yaitu LMDH Lodaya di Desa Datar, LMDH
Unggul Lestari di Desa Sumpinghayu, LMDH Wana Basma di Desa Cilumping
dan LMDH Rindu Alam di Desa Cijeruk.
LMDH Lodaya
LMDH Lodaya merupakan LMDH yang paling baik dari LMDH yang
diteliti dengan beberapa kegiatannya berorientasi pada peningkatan ekonomi
masyarakat sekitar hutan yang berbasiskan pemberdayaan dan pelestarian hutan.
Kegiatan kerjasama PHBM dengan Perum Perh

Dokumen yang terkait

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

Partisipasi Masyarakat Dalam Proyek Pengelolaan Hutan Bersama Masyaraka T (Phbm) Studi Kasus Di Rph Cileuya, Bkph Cibiogbin, Kph Kuningan Perhutani Unit Ill Jawa Barat

0 12 81

Partisipasi Masyarakat dalam Progratn Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat: Kasus di Wana Wisata Curug Cilember RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 8 78

Tinjauan Penyelenggaran Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : Studi Kasus di RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

0 2 113

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Community Based Forest Management (CBFM) Contribution to Farmer’s Household Income. A Case Study In Sukasari Village, Pulosari Sub District, Pandeglang Regency, Banten Province (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten)

0 9 173

Kontribusi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Hutan Lindung Terhadap Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Criwik BKPH Gunung Lasem KPH Kebonharjo

1 6 55

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KPH Pasuruan BKPH Lawang Barat

1 1 4