Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

1 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N–TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH
NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024
AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

2 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N–TOTAL PADA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA
SKRIPSI OLEH
NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024
AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH
Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

3


Judul Penelitian : Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Dan Pupuk Urea Terhadap

Ketersediaan N-Total Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung

( Zea mays L.) pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala.

Nama

: Niko Fransisco Silalahi

NIM : 090301024

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Komisi Pembimbing

(Ir. M. Madjid B Damanik, M.Sc.) Ketua

(Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.) Anggota


Mengetahui

(Prof.Dr.Ir. T. Sabrina, M.Sc.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

4
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk kandang kelinci, pupuk urea dan dosis kombinasi yang tepat dalam meningkatkan unsur hara Ntotal dan pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Kesuburan/Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dimulai pada September 2014 sampai dengan selesai. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah inceptisol kwala bekala sebagai bahan media tanam, Pupuk kandang kelinci sebagai bahan perlakuan , pupuk urea (45% N) sebagai bahan perlakuan, Benih jagung varietas Pioneer P23. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor pupuk Urea dengan 4 taraf dan Faktor pupuk kandang Kelinci dengan 4 taraf, dan dengan proses tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi pupuk kandang kelinci tidak berpengaruh nyata pada peningkatan N-Total tanah dan C-Organik, tetapi berpengaruh sangat nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman yautu aplikasi pupuk kadang kelinci pada dosis 4 hingga 6 ton/ha, bobot kering tajuk tanaman pada aplikasi pupuk kandang kelinci pada taraf 4 hingga 6 ton/ha. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata pada peningkatan serapan N-Total tanaman dengan dosis pupuk urea yaitu pada taraf 225 kg/ha.
Kata Kunci : Pupuk Kandang Kelinci, Pupuk Urea, N-Total Tanah, C-Organik, Tanah Inceptisol
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

5

This research aims to get the dose of rabbit manureto, urea and the appropriate dose combination of both in order to increase the nutrient N-total and plant growth Maize (Zea mays L.) on the ground Inceptisol Kwala Bekala. This research was conducted at the screen house and Chemical and Soil Fertility Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, beginning in September 2014 until the finish. The materials used in this research is the soil material Inceptisol Kwala bekala as growing media material, rabbit manure as a treatment material, urea (45% N) as a treatment material, Pioneer corn seed varieties P-23. This study uses a randomized block design (RAK) factorial with 2 factors, namely: Factor with 4 levels of urea fertilizer and manure Rabbit factor with 4 levels, and with the three replications.
The results showed that rabbit manure application had no significant effect on increasing the total soil N and C-organic, but a very significant effect on the growth of plant height yautu fertilizer applications sometimes rabbits at doses of 4 to 6 tonnes / ha, shoot dry weight of the plant on application rabbit manure at the level of 4 to 6 tonnes / ha. The results also showed that the application of urea significant effect on increasing uptake of N-total urea plant with a dose that is at the level of 225 kg / ha.
Keywords : Rabbit manure , Urea fertilizer, N-total, C-Organic, Inceptisol Soil

Universitas Sumatera Utara


6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 10 Desember 1990 dari Ayahanda Jekson Silalahi dan Ibunda Sarianna Br. Butar-Butar, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta YAPIM Tebing Tinggi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Bidang Kemahasiswaan di Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2011-2012, sebagai anggota di Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) dan Koordinator Gerakan Mahasiswa Demokrasi (GEMADEM MEDAN) (2012-2013). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Dusun Hulu,Sumatera Utara pada tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara

7
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala.”yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada kedua orang tua yang membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. M. Madjid B Damanik, M.Sc dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, kepada teman-teman Agroekoteknologi-Ilmu Tanah 2009 dan pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Juni 2015 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

8

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii


RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang...................................................................................................... Tujuan Penelitian.................................................................................................. Hipotesis Penelitian.............................................................................................. Kegunaan Penulisan .............................................................................................

1 3 3 4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Inceptisol .................................................................................................. 5 Pupuk Urea [CO(NH2)2]…………………………………………………….. 6 Unsur Nitrogen ..................................................................................................... 9 Pupuk Kandang Kelinci…………………………………………………….... 10 Tanaman Jagung (Zea mays) ............................................................................... 14 Efek Pupuk Organik Terhadap Sifat Tanah...................................................... 16


Universitas Sumatera Utara

9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................. 19 Bahan dan Alat ..................................................................................................... 19 Metode Penelitian................................................................................................. 19 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................................... 21
Persiapan Pupuk Kotoran Kambing ................................................................ 21 Persiapan Tanah ............................................................................................... 21 Analisis Awal ................................................................................................... 21 Penanaman dan Pemupukan ............................................................................ 22 Pemeliharaan Tanaman.................................................................................... 22 Pemanenan........................................................................................................ 22 Parameter Yang Diamati.................................................................................. 22 Analisis Tanah .................................................................................................. 22 Analisis Tanaman............................................................................................. 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ................................................................................................................. 24
Pembahasan ..................................................................................................... 29 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan …………………………………......…...........……………….. 36 Saran …………………………………………....…...........……………….. 36 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..... 37 LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 40
Universitas Sumatera Utara

10

DAFTAR TABEL

NO

Judul Tabel

Hal.

1 Pengaruh aplikasi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci 24 terhadap C-Organik tanah


2 Pengaruh aplikasi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci 25 terhadap N-total tanah pada akhir masa vegetatif

3 Pengaruh aplikasi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci 26 terhadap tinggi tanaman pada akhir masa vegetatif

4 Pengaruh aplikasi pupuk urea, pupuk kandang kelinci, interaksi 26 pupuk urea dan pupuk kandang kelinci terhadap berat kering akar

5 Pengaruh aplikasi pupuk urea, pupuk kandang kelinci terhadap 27 bobot kering tajuk pada akhir masa vegetatif

6 Pengaruh aplikasi pupuk urea, pupuk kandang kelinci terhadap 28 serapan N tanaman pada akhir masa vegetatif

Universitas Sumatera Utara

11

DAFTAR LAMPIRAN

NO

Judul Lampiran


Hal.

1 Bagan Percobaan

40

2 Deskripsi Varietas jagung

41

3 Analisis Awal Tanah Inceptisol Kwala Bekala

42

4 Analisis Awal Pupuk Kandang Kelinci

43

5 Kriteria Sifat Tanah


44

6 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Kelinci Terhadap C-Organik Tanah

45

7 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Kadar N Total Tanah

46

8 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi 47 Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Tinggi Tanaman

9 Data dan Tabel Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Pupuk Urea Dan 48 Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Bobot Kering Akar

10 Data dan Tabel Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Pupuk Urea Dan 50 Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Bobot Kering Tajuk

11 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam . Pengaruh Aplikasi Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Serapan N Total Pada Tanaman Jagung

52


12 Foto Tanaman Jagung

53

13 Foto Sampel Tanaman dengan Gejala Defisiensi Nitrogen

55

Universitas Sumatera Utara

4
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk kandang kelinci, pupuk urea dan dosis kombinasi yang tepat dalam meningkatkan unsur hara Ntotal dan pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Kesuburan/Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dimulai pada September 2014 sampai dengan selesai. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah inceptisol kwala bekala sebagai bahan media tanam, Pupuk kandang kelinci sebagai bahan perlakuan , pupuk urea (45% N) sebagai bahan perlakuan, Benih jagung varietas Pioneer P23. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor pupuk Urea dengan 4 taraf dan Faktor pupuk kandang Kelinci dengan 4 taraf, dan dengan proses tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi pupuk kandang kelinci tidak berpengaruh nyata pada peningkatan N-Total tanah dan C-Organik, tetapi berpengaruh sangat nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman yautu aplikasi pupuk kadang kelinci pada dosis 4 hingga 6 ton/ha, bobot kering tajuk tanaman pada aplikasi pupuk kandang kelinci pada taraf 4 hingga 6 ton/ha. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata pada peningkatan serapan N-Total tanaman dengan dosis pupuk urea yaitu pada taraf 225 kg/ha.
Kata Kunci : Pupuk Kandang Kelinci, Pupuk Urea, N-Total Tanah, C-Organik, Tanah Inceptisol
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

5


This research aims to get the dose of rabbit manureto, urea and the appropriate dose combination of both in order to increase the nutrient N-total and plant growth Maize (Zea mays L.) on the ground Inceptisol Kwala Bekala. This research was conducted at the screen house and Chemical and Soil Fertility Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, beginning in September 2014 until the finish. The materials used in this research is the soil material Inceptisol Kwala bekala as growing media material, rabbit manure as a treatment material, urea (45% N) as a treatment material, Pioneer corn seed varieties P-23. This study uses a randomized block design (RAK) factorial with 2 factors, namely: Factor with 4 levels of urea fertilizer and manure Rabbit factor with 4 levels, and with the three replications.
The results showed that rabbit manure application had no significant effect on increasing the total soil N and C-organic, but a very significant effect on the growth of plant height yautu fertilizer applications sometimes rabbits at doses of 4 to 6 tonnes / ha, shoot dry weight of the plant on application rabbit manure at the level of 4 to 6 tonnes / ha. The results also showed that the application of urea significant effect on increasing uptake of N-total urea plant with a dose that is at the level of 225 kg / ha.
Keywords : Rabbit manure , Urea fertilizer, N-total, C-Organic, Inceptisol Soil

Universitas Sumatera Utara

12
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanah Inceptisol di Indonesia adalah tanah yang cukup luas bagi lahan
pertanian, luasnya sekitar 70.52 juta ha (37.5%) sehingga sangat berpotensi untuk budidaya tanaman pangan seperti tanaman jagung dan padi, jika dikelola dengan tepat dan sesuai. Dengan pemupukan dan penambahan bahan organik dapat meningkatkan unsur hara pada tanah tersebut (Puslittanak, 2000).
Meskipun penyebaran cukup luas dan potensial, tetapi bukan berarti Inceptisol dalam pemanfaatannya tidak mengalami permasalahan di lapangan. Menurut Abdurachman dkk (2008), umumnya lahan kering seperti Inceptisol memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah (N, P, K, rendah). Ketersediaan unsur hara seperti N yang rendah, merupakan kendala penting dalam kaitannya terhadap pertumbuhan tanaman. Kendala lain yaitu unsur N mudah tercuci sehingga serapan-N tanaman rendah. Upaya peningkatan unsur hara N pada tanah yaitu dengan cara pemupukan pupuk Nitrogen.
Adapun pupuk nitrogen yang umumnya digunakan para petani yaitu pupuk urea yang merupakan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah sehingga penggunaannya sangat besar oleh petani. Pada penelitian Wirawan dan Wahab (1996) diketahui bahwa pada umumya petani mengaplikasikan pupuk urea sebanyak 200 – 300 Kg urea/ha. Namun, pemakaian pupuk urea yang berlebihan dalam jangka waktu yang panjang dapat meninggalkan efek residu bagi lingkungan dan tanaman. Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya kualitas tanah.
Universitas Sumatera Utara

13
Nitrogen adalah salah satu unsur makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ dan NO3-. N merupakan salah satu hara yang banyak mendapat perhatian. Ini dikarenakan jumlah N yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan dalam kebutuhan tanaman dan kehilangan N pada tanah cukup besar. Menurut Damanik dkk (2010) menyatakan bahwa kehilangan N dari tanah dapat dalam bentuk gas yang terjadi karena kegiatan-kegiatan mikroba tanah dan reaksireaksi di dalam tanah, kehilangan akibat pencucian yang diakibatkan oleh lahan gundul/ tanpa tanaman, dan kehilangan bersama panen.
Pemupukan merupakan bagian terpenting. pelaksanaan bertanam Pada dasarnya tiap jenis tanaman memerlukan pupuk yang berbeda untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang tinggi memerlukan penanganan yang baik pula, antara lain suplai unsur hara yang cukup dan seimbang. Pupuk organik yang digunakan untuk tanaman rata-rata mempunyai nilai hara rendah, sehingga menyebabkan dosis penggunaannya tinggi. Unsur nitrogen, fosfor dan kalsium yang merupakan unsur utama diperlukan tanaman dalam jumlah banyak (Suwandi dkk, 1985).
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah unsur hara yang tersedia rendah (Novisan, 2007). Pupuk kelinci terdiri dari fases dan urin yang dipadukan sehingga akan menjadi pupuk organik. Kandungan pupuk kelinci (Anonim, 2009) yaitu 2,2% nitrogen, 8,7% fosfor, 2,3% potasium, 3,6 sulfur, 1,26% kalsium dan 4,0% magnesium..
Kotoran kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik dikarenakan kelinci dengan berat badan 1 kg menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau
Universitas Sumatera Utara


14
setara 1,3 g protein. Kotoran kelinci dikenal sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk tanaman hortikultura. Pemanfaatan limbah ini diduga berpengaruh signifikan dalam suatu integrasi usaha sayuran ternak berbasis kelinci di sentra- sentra produksi hortikultura. Pada saat ini, pupuk kandang kelinci belum pernah dimanfaatkan dan digunakan pada pembibitan tanaman perkebunan bahkan sangat sedikit informasi penggunaan pupuk organik dari kotoran kelinci yang hanya banyak dimanfaatkan pada tanaman hortikultura misalnya jagung, kacang-kacangan, dan ubi (Rahardjo dkk, 2010).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk menggunakan pupuk kandang kelinci dan pupuk urea sebagai interaksi dalam meningkatkan unsur hara N-total terhadap peetumbuhan tanaman Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Tujuan Penelitian
- Untuk mendapatkan dosis pupuk kandang kelinci, pupuk urea dan dosis kombinasi yang tepat dalam meningkatkan unsur hara N-total dan pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Hipotesis Penelitian - Aplikasi pupuk urea pada dosis tertentu berpengaruh meningkatkan N-total tanah dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. - Aplikasi pupuk kandang kelinci pada dosis tertentu berpengaruh meningkatkan N-total tanah dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Universitas Sumatera Utara

15 - Interaksi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci pada dosis tertentu
berpengaruh meningkatkan N-total tanah dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Kegunaan Penelitian - Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan - Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

16
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Inceptisol Inceptisol adalah tanah yang memiliki epipedon okrik dan albik seperti
tanah Entisol dan memiliki beberapa sifat penciri lain seperti horison kambik tetapi belum memenuhi bagi ordo tanah lain (Hardjowigeno, 1993). Menurut Soil Survey Staff (2010), konsep sentral Inceptisol adalah tanah-tanah dari daerah dingin atau sangat panas, lembab, sub lembab dan yang mempunyai horison kambik dan epipedon okrik. Informasi sifat tanah ini membantu dalam sistem klasifikasi tanah baku, sehingga dapat memberikan pengetahuan awal tentang pengelolaan tanah ini, terutama dalam ekosistem lahan kering.
Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri - ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4.5-6.5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum iniumumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat (Sudirja, 2007).
Tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah solum yang terbentuk pada umumnya tebal sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya (Wambeke, 1992).
Sebagian besar Inceptisol menunjukkan kelas besar butir berliat dengan kandungan liat cukup tinggi (35-78%), tetapi sebagian termasuk berlempung
Universitas Sumatera Utara

17
halus dengan kandungan liat lebih rendah (18-35%). Reaksi tanah masam sampai agak masam (4.6-5.5), sebagian khususnya pada Eutrudepts reaksi tanahnya lebih tinggi, agak masam sampai netral (5.6-6.8). Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah, dengan rasio C/N tergolong rendah (5-10) sampai sedang (10-18) (Puslittanak, 2000). Pupuk Urea [CO(NH2)2]
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia CO(NH2)2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen (Damanik dkk, 2010).
Urea dibuat secara komersil dari amoniak dan karbon dioksida melalui senyawa intermedier ammonium karbonat. Reaksi sebagai berikut: 2NH3 +CO2 ↔ NH2COONH4 ↔ NH2CONH2+ H2O Reaksi ini berlangsung pada suhu dan tekanan tinggi, serta menghasilkan banyak panas. Reaksi berikut dari karbonat ke Urea hanya terjadi dalam suasana cairan atau padat dan perubahan keseimbangan menurun karena adanya air. Larutan yang keluar dari reaksi Urea sangat pekat (lebih tinggi dari 99.5% Urea) untuk membuatnya jadi butiran, larutan tersebut disemprot dengan prilling tower seperti halnya pembuatan nitrat secara prilling (Lubis dkk, 1985).
Universitas Sumatera Utara

18

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pakar

pupuk mengenai pupuk urea seperti berikut (Damanik dkk, 2010) :

- Gaylord M Volk dari Universitas Florida mendapatkan bahwa perubahan

amida ke bentuk amonia membutuhkan waktu 1 - 3 hari sesudah pemupukan.

- Allison (1939, dalam Muhali, 1980) mendapatkan bahwa pupuk urea

mengalami pencucian dari tanah selama 4 hari dari pemupukan, berarti bahwa

perubahan seluruh amida ke amonia membutuhkan waktu 4 hari

- Universitas Wisconsin (Amerika) mendapatkan bahwa senyawa N dari Urea

akan berubah menjadi bentuk nitrat dalam waktu lebih kurang 7 hari.

- Teucher dan Adler menyatakan bahwa perubahan dari urea ke bentuk

amonium karbonat lalu ke asam dan akhirnya ke bentuk nitrat membutuhkan

waktu lebih kurang 3 - 4 minggu.

Sifat urea yang lain yang tidak menguntungkan adalah urea bersifat

mobil dalam larutan tanah sehingga mudah mengalami pencucian., karena tidak

dapat terjerap oleh koloid tanah. Untuk dapat diserap tanaman urea harus

mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu. Cepat dan

lambatnya perubahan bentuk amide dari Urea ke bentuk senyawa N yang dapat

diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain populasi,

aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya

pupuk Urea yang diberikan. Proses perubahan tersebut terlihat dalam reaksi

berikut :

CO(NH2)2 + H2O

2NH3 +H2CO3 hidrolisis enzimatik 2NH4+

+CO32-

2NH4+ + 3O2 Oksidasi enzimatik 2NO2- + 4H+ + E

2NO2- + O2 Oksidasi enzimatik 2NO3- + E

Universitas Sumatera Utara

19

Sebelum hidrolisis terjadi, Urea bersifat mobil seperti nitrat dan ada

kemungkinan tercuci kebawah zona perakaran. Kejadian ini dimungkinkan

terutama jika curah hujan tinggi dan struktur tanah yang kurang baik

(Hasibuan, 2008).

Pada tanah masam dan netral: kehilangan urea lebih besar dibanding pupuk NH4+ , reaksi awal NH4+ bersifat asam. Hidrolisis Urea meningkatkan pH

sekitar butiran:

CO(NH2) 2 (urea) + H+ + 2H2O

2NH4+ +HCO3-

ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7

mendorong reaksi : NH4+ + HCO3-

NH3 + H2O + CO2

Pada tanah kapuran (calcareous soils), kehilangan Urea secara potensial tetap

tinggi. Pupuk NH4+ lebih mudah menguap dibanding dalam suasana asam, karena bereaksi dengan karbonat, NH4+ + HCO3- , NH3 + H2O + CO2 ,

kehilangan ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi dibanding garam

ammonium yang terlarut seperti klorida dan nitrat

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Defisiensi nitrogen (N) pada tanaman lebih sering dijumpai daripada

unsur lainnya. Namun demikian, uji hara N sulit dilakukan dan kurang

berkembang dibandingkan uji P dan K. Indikator yang saat ini digunakan adalah

dengan mengukur N-NO3 dan N-NH4 yang tersisa dalam tanah. Sekitar 97-99%

N di dalam tanah berada dalam bentuk senyawa N-organik yang ketersediaannya

relatif lambat, karena tergantung pada tingkat dekomposisi mikroorganisme.

Kendala pengembangan uji N antara lain: (1) tingkat atau laju dekomposisi

bahan organik oleh mikroba sangat tergantung pada suhu, kelembapan, aerasi,

jenis bahan organik, dan pH; (2) bentuk anorganik dalam tanah merupakan hasil

Universitas Sumatera Utara

20
dari proses pencucian, fiksasi, denitrifikasi, dan lainnya. Kondisi tersebut mempersulit pendugaan tentang kapan dan berapa jumlah N yang dapat tersedia (Dahnke and Johnson, 1990). Unsur Nitrogen
Mempertahankan kondisi tanaman dalam keadaan cukup hara N namun tidak berlebihan merupakan salah satu alternatif meningkatkan efisiensi pupuk N. Pupuk diberikan berdasarkan kandungan N dalam daun tanaman yang ditunjukkan oleh penampakan warna daun. Penentuan kondisi tanaman kritis terhadap N dilakukan dengan menggunakan chlorophyll meter (SPAD) yang dapat mendeteksi kandungan hara tanaman (Wahid, 2003).
Upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N dapat dilakukan dengan menanam varietas unggul yang tanggap terhadap pemberian N serta memperbaiki cara budi daya tanaman, yang mencakup pengaturan kepadatan tanaman, pengairan yang tepat, serta pemberian pupuk N secara tepat baik takaran, cara dan waktu pemberian maupun sumber N (Wahid, 2003).
Tingkat serapan N pada tanaman jagung sangat dipengaruhi umur, kondisi saat aplikasi dan proses fotosintesis tanaman. Respon pemberian pupuk N pada tanaman juga tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan bentuk/jenis pupuk ( padat/cair ) yang diberikan. Pemberian N bertingkat sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan bobot biomas tanaman. Semakin besar pemberian N, tinggi dan bobot biomas tanaman semakin besar (Suwardi, 2009).
Terserapnya N oleh tanaman dipengaruhi beberapa faktor internal, seperti kondisi fisiologi tanaman, jenis tanaman dan pertumbuhannya, sehingga
Universitas Sumatera Utara

21
dimungkinkan kelebihan N akibat pemberian pupuk urea yang berlebih akan terbuang ke lingkungan (Triadiat, 2012 ).
Warna pucat pada tanaman yang kekurangan nitrogen berasal dari terlambatnya pembentukan klorofil, selanjutnya pertumbuhan akan berjalan dengan lambat karena klorofil dibutuhkan pada pembentukan karbohidrat pada proses fotosintesis. Warna pucat yang disebabkan kahat nitrogen ini terjadi lebih dahulu pada daun-daun tua, sepanjang tulang daun. Hal ini terjadi karena nitrogen bersifat mobil di dalam tanaman (Damanik dkk, 2010).
Serapan nitrogen selama pertumbuhan tanaman tidak selalu sama pada tingkat kesuburan yang sama. Banyaknya nitrogen yang diserap tanaman setiap hari per satuan berat tanaman adalah maksimum pada saat tanaman masih muda dan berangsur menurun dengan bertambahnya umur tanaman (Damanik dkk, 2010).
Hasil penelitian Hartoyo data menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman dipupuk kandang menjadi lebih baik.Hal ini disebabkan karena pada pupuk kandang disamping mengandung unsur hara makro meskipun terbatas juga mengandung unsur hara mikro dan juga unsur pemacu pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman. Tetapi antar macam pupuk kandang tidak beda nyata atau sama. Hal ini disebabkan karena kandungan hara pada masing-masing pupuk kandang selisihnya tidak mencolok sekali atau beda sedikit sehingga kurang menghasilkan perbedaan tinggi tanaman (Hartoyo, 2008).
Berat brangkasan kering dipengaruhi oleh biomassa yang tersusun oleh unsur makro dan mikro dan unsur-unsur tersebut terdapat pada pupuk urea terutama unsur N dan unsur makro serta mikro yang terdapat pada pupuk
Universitas Sumatera Utara

22

kandang meskipun kadarnya relatif kecil. Keduanya mempunyai sinergi untuk

bersamasama membangun biomasa tanaman jagung Sehingga interaksinya

signifikan ( Hartoyo, 2008).

Pupuk Kandang Kelinci

Kelinci pada awalnya adalah ternak liar yang sulit dijinakkan. Tetapi

sejak dua puluh abad yang silam hewan ini sudah mulai dijinakkan. Pada

umumnya tujuan pemeliharaan kelinci adalah untuk ternak hias ,penghasil

daging, kulit dan untuk hewan percobaan. Manfaat lain yang bisa diambil dari

kelinci adalah hasil ikutannya yang dapat dijadikan pupuk, kerajinan dan pakan

ternak (Kartadisastra, 2001).

Potensi kelinci tidak hanya sebagai penghasil daging yang sehat

dansebagai penghasil kulit bulu (fur) dan wool. Selain dari pada itu kotoran

kelinci merupakan sumber pupuk kandang yang baik karena mengandung unsur

hara N, P dan K yang cukup baik dan arena kandungan proteinnya yang tinggi

(18% dari berat kering) sehingga kotoran kelinci masih dapat diolah menjadi

pakan ternak, seperti pada tabel dibawah ini (Suradi, 2005).

Tabel .Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak

Nama Ternak

N (%)

P (%)

K (%)

Unggas

5,0 3,0 1,5

Kerbau

0,6 0,3 0,34

Sapi 0,4 0,2 0,1

Guano

8,5 5,0 1,5

Domba

0,75 0,5

0,45

Ayam

1,00 0,8

0,4

Kelinci

2,62 2,46 1,86

Universitas Sumatera Utara

23
Sumber : Karama dkk. (1991) Sistem pencernaan kelinci berbeda dengan ternak ruminasia, sehingga
kandungan unsur hara pada kotorannya berbeda. Sistem pencernaan pada kelinci dapat mencerna serat kasar lebih rendah karena waktu transit yang cepat dalam saluran pencernaan. Kemudian komposisi kotoran kelinci lunak dan diselaputi mukosa yang mengandung bahan protein yang tinggi (28,5%) sedangkan pada kotoran kerasnya 9,2% (Rahardjo dkk, 2010).
Tingginya protein ini disebabkan populasi mikroba dalam sekum yang sangat aktif dalam memanfaatkan nitrogen dari urea darah yang masuk sekum dan protein mikroba ini turut menyumbang tingginya kadar protein dalam kotoran. Pada nitrogen dan fospor pupuk kandang dari kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan ternak ruminansia, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kotoran unggas dan guano. Lebih rendahnya ini disebabkan faktor makanan, ternak unggas maupun burung penghasil guano dengan makanan utama biji-bijian dan serangga yang memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada serat kasarnya (Rahardjo dkk, 2010).
Hasil riset dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak Bogor), menyimpulkan, pupuk kandang dari kotoran kelinci berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun produksi rumput P.maximum dan leguminosa S.hamata setelah 6 kali panen (umur 258 hari). Sedangkan dengan penambahan probiotik pada pupuk kelinci interaksinya telah memberikan pengaruh nyata pada tanaman pakan dan meningkatkan produksi hijauan sebesar 34,8-38,0% (Sajimin dkk, 2005).
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta
Universitas Sumatera Utara

24
membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Prasetyo dkk, 2006).
Senyawa-senyawa organik yang ada di dalam tubuh tanaman pada umumnya mengandung nitrogen. Beberapa senyawa nitrogen yang ada di dalam tubuh tanaman seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan penghasil energi seperti ADP, ATP, dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut nitrogen berperan sebagai penyusun klorofil yang dapat meningkatkan fotosintesis pada tanaman. Fosfor berperan dalam pembelahan sel dan pembentukan lemak, pembentukan bunga, buah, dan biji, merangsang perkembangan akar, dan meningkatkan kwalitas hasil tanaman. Kalium memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, metabolisme dan sintesis protein, mengaktifkan berbagai jenis enzim, serta mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air. Kalsium berperan penting untuk pembentukan lamella tengah sel, karena berperan dalam hal sintesa kalsium pekat. Kalsium juga berperan mencegah pengguguran serta proses menuanya daun, serta penyusun dinding sel. Magnesium berperan sebagai penyusun klorofil, pembentukan gula, mengatur penyerapan unsur hara lainnya, menstimulasi pembentukan minyak dan lemak, serta berperan dalam translokasi pati di dalam tubuh tanaman (Damanik dkk, 2010)
Universitas Sumatera Utara

25
Unsur nitrogen yang dominan terkandung dalam pupuk kandang berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama untuk memacu pertumbuhan daun. Diasumsikan semakin besar luas daun maka makin tinggi fotosintat yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi pula fotosintat yang ditranslokasikan. Fotosintat tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran panjang atau tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru (Nurshanti, 2009). Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Jagung (Zea mays L.) yang masih satu keluarga dengan gandum dan padi merupakan tanaman asli benua Amerika. Selama ribuan tahun, tanaman ini menjadi makanan pokok penduduk suku Indian di Amerika. Christopher Columbus merupakan orang yang berjasa menyebarkan jagung ke seluruh dunia. Setelah menemukan benua Amerika secara tidak sengaja pada tahun 1492, saat kembali ke negara asalnya, spanyol, Columbus membawa tanaman jagung dan beberapa tanaman asli lainnya dari benua tersebut, seperti cabai dan tomat. Bercocok tanam jagung selain dari biji yang bermanfaat untuk bahan pangan kita juga dapat mengambil manfaat dari bagian lain dari tanaman jagung. Jadi seluruh bagian tumbuhan ada manfaatnya (Siti, 2007).
Jagung dapat tumbuh di daratan rendah sampai dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut, pada semua jenis tanah asalkan gembur, subur, aerasi dan draenase yang baik. Tekstur yang paling baik untuk tanaman jagung adalah lempung berdebu dengan tingkat kemasaman 5 – 7 kekeringan di bawah 8 %. Tanaman jagung sangat efisien dalam penggunan energi matahari, membutuhkan lebih banyak air pada masa pertumbuhan vegetatif (Kuswara, 1982).
Universitas Sumatera Utara

26
Menurut Margaretha dkk (2004), tanaman jagung untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal memerlukan cukup hara utamanya N, P, dan K. Jagung membutuhkan pupuk nitrogen terbanyak setelah padi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa pemberian pupuk nitrogen, tanaman jagung tidak akan mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk mempertahankan kesuburan tanah yang cukup dan berimbang, diperlukan pemberian pupuk.
Kekurangan atau ketidaktepatan pemberian pupuk N sangat merugikan bagi tanaman dan lingkungan. Secara umum pupuk N dapat meningkatkan produksi jagung. Nitrogen diperlukan oleh tanaman jagung sepanjang pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhannya akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N berlangsung sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut (Sutoro dkk, 1988).
Strategi dalam pengelolaan pupuk N yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, dapat mengurangi kehilangan N akibat penguapan sebelum diserap oleh tanaman jagung. Pupuk N mudah menguap terutama bila terkena matahari langsung seperti bila pupuk N dibiarkan atau dalam keadaan terbuka setelah pemupukan. Di wilayah tropis basah seperti di Indonesia lahan untuk budidaya jagung umumnya memiliki kandungan hara N rendah, sehingga tidak cukup untuk menunjang pertumbuhan dan hasil jagung yang optimal karena itu diperlukan tambahan hara N. Pemberian hara N yang tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman baik jumlah maupun waktu pemberiannya akan
Universitas Sumatera Utara

27
menyebabkan kehilangan N dalam tanah, pertumbuhan tanaman yang tidak optimal, dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya efisiensi penggunaan N (Efendi, 2009).
Tingkat serapan N pada tanaman jagung sangat dipengaruhi umur, kondisi saat aplikasi dan proses fotosintesis tanaman. Respon pemberian pupuk N pada tanaman juga tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan bentuk/jenis pupuk (padat atau cair) yang diberikan (Effendi, 2009). Efek Pupuk Organik Terhadap Sifat Tanah
Pupuk organik merupakan penyangga biologi yang mempunyai fungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang. Pupuk organik yang banyak dipergunakan untuk tanaman pangan, sayuran dan tanaman pakan ternak umumnya dari kotoran sapi, domba dan ayam. Dengan meningkatnya permintaan pupuk organik maka ketersediannya semakin sulit diperoleh. Ternak kelinci telah banyak dibudidayakan tapi pemanfaatan kotorannya sebagai pupuk organik belum pernah dilaporkan (Sajimin dkk, 2003).
Pupuk padat dapat memberikan kerapatan isi tanah lebih rendah dan kandungan C organik yang lebih tinggi sehingga struktur tanah menjadi lebih baik dan akar tanaman akan mudah berkembang sehingga perkembangan tanaman menjadi lebih baik dan berlangsungnya proses pertambahan jumlah daun. Unsur hara nitrogen yang berasal dari kotoran ternak padat yang dimanfaatkan sebagai bahan organik, periode pertumbuhan tanaman akan diperpanjang hingga pada akhirnya setiap ketiak daun akan terakumulasi sejumlah zat hasil fotosintesis yang akan merangsang terbentuknya tunas-tunas daun (Duaja, 2012).
Universitas Sumatera Utara

28
Pupuk padat kotoran ternak memberikan kerapatan isi yang rendah, C-organik, jumlah daun dan yang lebih bagus sehingga dengan jumlah bahan organik banyak dapat memperbaiki struktur tanah dan persen pori tanah akan lebih tinggi menyebabkan perkembangan akar menjadi lebih panjang. Faktor lain yang mempengaruhi adalah aerasi tanah, apabila tanah memiliki konsentrasi oksigen yang tinggi (aerasi yang baik) akan membantu perkembangan akar dan juga pasokan air dan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan pupuk cair memiliki kerapatan isi, C-organik, jumlah daun dan bobot segar yang lebih rendah dibandingkan pupuk padat. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan unsur N dan perkembangan akar tanaman yang cenderung kurang meningkat dibandingkan dengan pupuk padat. Unsur N yang tidak tersedia dalam jumlah yang banyak akan mempengaruhi serapan hara yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman (Duaja, 2012).
Unsur hara yang diperlukan tanaman sudah mulai tersedia, di mana pupuk hayati mengandung mikroba yang mampu menghasilkan senyawa aktif yang berperan dalam menyediakan/menguraikan unsur hara. Aktivitas mikroorganisme juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, sehingga unsur hara lebih mudah diserap oleh tanaman (Asroh, 2010).
Penambahan kompos, pupuk kandang, dan custom-bio tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan N-total tanah dibandingkan dengan perlakuan kontrol.Meskipun demikian terjadi peningkatan kandungan N-total tanah setelah diberi bahan organik. Hasil ini terbukti dari aplikasi kompos mampu meningkatkan kandungan N-total tanah dibandingkan dengan pada saat analisis awal sebelum aplikasi kompos . Perlakuan pupuk kandang menghasilkan rerata kadar nitrogen tanah yang tertinggi (Zulkarnain, 2013).
Universitas Sumatera Utara

29 Aplikasi bahan organik mampu meningkatkan nilai kemantapan agregat. Bahan organik yang ditambahkan ke tanah mengalami proses dekomposisi dan menghasilkan substansi organik yang berperan sebagai “perekat” dalam dalam proses agregasi tanah. Humus mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif dan dapat berikatan dengan partikel tanah yang bermuatan positif, membentuk agregat tanah dan menjadikan agregat tanah menjadi semakin mantap (Zulkarnain, 2013). Aplikasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap porositas total, terjadi peningkatan total ruang pori setelah aplikasi pupuk organik. Hal tersebut karena kompos dan pupuk kandang mengalami proses dekomposisi dan berangsur-angsur menghasilkan humus. Interaksi humus dengan partikel tanah akan menciptakan struktur tanah yang lebih mantap dan memperbesar ruang pori (Zulkarnain, 2013).
Universitas Sumatera Utara

30
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium
Kesuburan/Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dimulai pada September 2014 sampai dengan selesai. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah inceptisol kwala bekala sebagai bahan media tanam, Pupuk kandang kelinci sebagai bahan perlakuan , pupuk urea (45% N) sebagai bahan perlakuan, Benih jagung varietas Pioneer P-23 sebagai tanaman indikator, air untuk kebutuhan tanaman, Label sebagai bahan untuk menandakan setiap perlakuan serta bahan – bahan kimia untuk keperluan analisis.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengambil contoh tanah dari lapangan, timbangan untuk menimbang tanah, polibag dengan kapasitas 5 kg untuk wadah tanaman jagung, karung plastik, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, ayakan untuk mengayak tanah, serta alat – alat yang digunakan dilaboratorium untuk analisis. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor pupuk Urea dengan 4 taraf dan Faktor pupuk kandang Kelinci dengan 4 taraf. Faktor 1. Pemberian Pupuk Urea (U) dengan 4 taraf yaitu : U0 = 0 kg Urea /ha setara dengan 0 g Urea / 5 kg BTKO
Universitas Sumatera Utara

31

U1 = 75 kg Urea/ha setara dengan 0,1875 g Urea / 5 kg BTKO

U2 = 150 kg Urea/ha setara dengan 0,375 g Urea / 5 kg BTKO

U3 = 225 kg Urea/ha setara dengan 0,5625 g Urea / 5 kg BTKO

Faktor 2. PemberianPupuk kandang Kelinci dengan 4 taraf yaitu :

K0 = 0 ton N/ha setara dengan 0 g Pupuk Kandang Kelinci / 5 kg BTKO

K1 = 2 ton N/ha setara dengan 5 g Pupuk Kandang Kelinci / 5 kg BTKO

K2 = 4 ton N/ha setara dengan 10 g Pupuk Kandang Kelinci / 5 kg BTKO

K3 = 6 ton N/ha setara dengan 15 g Pupuk Kandang Kelinci / 5kg BTKO

Masing-masing perlakuan dilakukan dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 48

satuan percobaan.

Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu

U0K0 U1K0 U2K0 U3K0

U0K1 U1K1 U2K1 U3K1 U0K2 U1K2 U2K2 U3K2

U0K3 U1K3 U2K3 U3K3

Dengan model linier aditif sebagai berikut :

Yij =

µ + σi + αj + βk + (αβ)jk + Σijk

Yij : Hasil pengamatan yang diperoleh pada pemberian pupuk urea pada

taraf ke-j dan kapur kalsit pada taraf ke-k pada ulangan ke-i

µ : Nilai tengah

σi : Pengaruh ulangan ke-i (i : 1,2,3) αj : Pengaruh pemberian pupuk urea pada taraf ke-j (j : 1,2,3,4) βk : Pengaruh pemberian kompos kotoran kelinci pada taraf ke-k (k :1,2,3) (αβ)jk : Pengaruh interaksi dari pemberian pupuk urea pada taraf ke-j dan

kotoran kelinci kalsit taraf ke-k pada ulangan ke-i

Universitas Sumatera Utara

32
Σijk : Faktor galat dari perlakuan Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis
Varian pada setiap peubah amatan yang diukur dan diuji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan uji beda Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Pupuk Kandang Kelinci
Pupuk kandang kelinci di ambil dari Peternakan kelinci yang berada di daerah Brastagi dan di ambil sebanyak 10 kilogram secara manual dengan menggunakan cangkul, setelah itu di ayak dengan ayakan 10 mesh. Analisi Pupuk Kandang Kelinci
Pupuk kandang kelinci yang sudah di ambil di analisis pH H2O (1:2,5), N, P, K- Total (Metode Kjeldhal), C/N, % C-Organik (Metode Walkley and Black). Persiapan Tanah
Tanah inceptisol diambil dari daerah Kwala bekala secara zig – zag dan secara komposit pada lapisan atas (kedalaman 0-20cm). Kemudian tanah dikering udarakan dan dihaluskan lalu diayak.Kemudian dimasukkan ke dalam polybag setara 5 Kg berat kering oven. Analisis Awal Tanah
Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu dianalisis % KL dan % kadar air nya untuk mengetahui kebutuhan air untuk penyiraman dan menentukan berat tanah yang dimasukkan ke tiap polibag setara 5 kg BTKO. Selain itu analisa yang dilakukan adalah pH H2O (1:2,5), N Total (Metode Kjeldhal), % C-Organik Tanah (Metode Walkley and Black).
Universitas Sumatera Utara

33
Aplikasi Pupuk Kandang Kelinci Setelah Tanah dimasukan kedalam polybag kemudian diberi pupuk
kandang kelinci dan diinkubasi selama 1 (satu) minggu. Penanaman dan Pemupukan
Setelah masa inkubasi tanaman ditanam dan diberi pupuk sesuai dengan perlakuan masing - masing. Yang diaplikasikan pada waktu tanam. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman setiap hari. Kemudian satu minggu setelah tanam dilakukan penyulaman apabila ada tanaman yang tidak tumbuh. Juga dilakukan penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 minggu setelah tanam. Pemanenan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut seluruh tanaman dan memotong bagian tajuk dengan akar tanaman. Parameter yang Diamati Analisi Awal
- pH H2O dengan metode elektrometri - Penetapan N-total tanah dengan metode Kjehldal - C-organik tanah dengan menggunakan metode Wakley and Black Analisis Tanah - Penetapan N-total tanah dengan metode Kjehldal - C-organik tanah dengan menggunakan metode Wakley and Black
Universitas Sumatera Utara

34 Analisis Tanaman
a) Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur pada akhir Pertumbuhan vegetatif menggunakan meteran mulai dari permukaan tanah sampai daun yang paling tinggi.
b) Bobot kering tajuk Bobot kering tajuk tanaman setelah diovenkan 70oC selama + 24 jam kemudian ditimbang berat keringnya.
c) Bobot kering akar Bobot kering akar tanaman setelah diovenkan 70oC selama + 24 jam kemudian ditimbang berat keringnya.
d) Kadar N tanaman dengan metode destruksi basa. e) Serapan N tanaman yaitu hasil perkalian kadar N tanaman dengan
berat kering tajuk.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

35

Hasil

Analisis kimia tanah yaitu C-Organik, N- Total tanah serta analisis

pertumbuhan tanaman pada akhir masa vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

tanaman, berat kering akar, tajuk tanaman dan serapan N tanaman dilakukan

setelah inkubasi pada akhir masa vegetatif tanaman.

C-Organik Tanah

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 4 memperlihatkan bahwa

aplikasi pupuk urea, pupuk kandang kelinci tidak berpengaruh dan interaksi

pupuk urea dengan pupuk kandang kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap C-

organik tanah.

Pengaruh aplikasi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci terhadap

C-organik tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh aplikasi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci terhadap C-Organik tanah

pupuk Urea (kg/ha)

Pupuk Kandang Kelinci (ton/ha)

K0 ( 0 )

K1 ( 2 )

K2 ( 4 )

------------%------

Dokumen yang terkait

Aplikasi Pupuk Urea dan Pupuk Kandang Kambing untuk Meningkatkan N-Total pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L.)

3 112 57

Aplikasi Pupuk SP-36 Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L)Pada Ultisol Kwala Bekala

2 68 46

Dampak Pemberian Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap C organik, Total Dan Serapan N, Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inceptisol Asal Kwala Bekala

0 0 11

Dampak Pemberian Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap C organik, Total Dan Serapan N, Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inceptisol Asal Kwala Bekala

0 1 3

Dampak Pemberian Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap C organik, Total Dan Serapan N, Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inceptisol Asal Kwala Bekala

0 0 8

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl DAN KOTORAN SAPI TERHADAPSERAPAN K DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA

0 0 12

Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 1 14

Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 11

Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 1 10

Aplikasi Pupuk Urea dan Pupuk Kandang Kambing untuk Meningkatkan N-Total pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L.)

0 0 18