Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis sebuah
laporan kerja praktek dengan judul “Tinjauan Atas Prosedur Penagihan Piutang Pelanggan pada PT. PLN Persero Distribusi Jawa Barat Area
Bandung Rayon Bandung Utara”.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui prosedur penagihan piutang pelanggan pada PT. PLN Persero Distribusi Jawab Barat Area Bandung Rayon Bandung
Utara. 2.
Untuk mengatahui hambatan apa saja dalam penagihan piutang pelanggan pada PT. PLN Persero Distribusi Jawab Barat Area
Bandung Rayon Bandung Utara. 3.
Untuk mengetahui upaya apa saja yg dibuat PT. PLN untuk meminimalisir tunggakan piutang pelanggan.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Adapun kegunaan dari dilaksankannya kerja praktek ini adalah : 1.
Bagi Penulis Membandingkan antara teori akuntansi keuangan khususnya piutang
yang diperoleh selama masa perkuliahan dengan realita yang sesungguhnya terjadi di PLN, sehingga dapat memberikan gambaran
nyata tentang dunia kerja, disamping itu juga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
2. Bagi PT. PLN Persero Rayon Bandung Utara
Memberi masukan mengenai prosedur penagihan piutang.
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
1.4.1 Lokasi Kerja Praktek
Lokasi untuk melaksanakan kerja praktek ini dilakukan pada PT. PLN Persero Rayon Bandung Utara Jl. Ir. H. Juanda No.183 Bandung.
1.4.2 Waktu Kerja Praktek
Penulis melaksanakan kerja praktek selama 1 bulan, mulai dari tanggal 03 Agustus 2015 sampai dengan 04 September 2015.
Tabel 1.1 Jadwal Kerja Praktek
No Kegiatan
Juli 2015
Agustustus 2015
September 2015
Oktober 2015
November 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pra Survei :
a. Persiapan
judul b.
Persiapan teori
c. Mencari
Perusahaan d.
Kerja Praktek
2
Laporan KP
a. Penulisan
KP b.
Bimbingan KP
c. Revisi KP
3
Pengumpulan data
4
Pengolahan data
7
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat PT. PLN Persero
Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yakni pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan awal mulanya dibangun di
Palembang dalam kaitannya dengan usaha pertambangan minyak, sementara di Ambon dan Makasar untuk kepentingan militer. Sejak awal abad ke-20, listrik
terutama digunakan sebagai ganti lampu-lampu gas. Pada saat itu perusahaan penguasaan pelistrikan Indonesia masih dipegang dan di selenggarakan secara
monopoli oleh perusahaan swasta Belanda. Pada tahun 1905,Pemerintah Hindia Belanda memberikan izin kepada
Bndoengsche Electriciet Maatschappij BEM untuk mendirikan listrik di
Bandung yang bertugas dalam Bidang pembuatan jaringan-jaringan listrik untuk kota Bandung dan sekitarnya.
Pada tahun 1919, perusahaan BEM dihapuskan dan digabungkan dalam
suatu perusahaan Perseroan Terbatas dengan nama Gemmeenshapp lijke Elektriciteit Bsdrijf En Omstreken GEBEO NV dengan cakupan daerah kerja
meliputi Bandung dan sekitarnya. GEBEO NV merupakan perseroan terbatas
pertama yang mengusahakan kelistrikan termasuk pendistribusian tenaga listrik. Pada tahun 1942 sampai tahun 1945, pada masa penjajahan jepang, perusahaan
distribusi tenaga listrik dikelola oleh Djawa Djigyo Sha Bandoeng Chisa.
Sedangkan pembangkitan dan penyaluran gardu-gardu dilaksanakan oleh dua
instansi yaitu oleh Seibu Denki Djigya Sha tahun 1942 sampai 1943 dan oleh Denki Kosha sejak tahun 1943-1945 dengan wilayah kerja di seluruh pulau Jawa.
Pada masa revolusi perjuangan fisik, yaitu dari tahun 1945-1946 pelaksanaan distribusi tenaga listrik untuk Jawa barat khususnya dan Indonesia
umumnya dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Jawatan Listrik.
Pada tahun 1948, Belanda masuk ke Indonesia maka pemerintah RI hijrah ke Yogyakarta, sehingga pengusahaan distribusi tenaga listrik khususnya di Jawa
Barat termasuk Jakarta diusahakan kembali oleh GEBEO NV. Sedangkan usaha
pembangkitan dan penyaluran tetap dikuasai RI yaitu Perusahaan Negara untuk
Pembangkit Listrik, yang disingkat PENUMPETEL, dengan wilayah kerja
meliputi seluruh Jawa Barat dan DKI Jakarta. Tanggal. 27 Desember 1957, dalam rangka perjuangan pembebasan Irian
Barat, GEBEO NV sebagai perusahaan milik asing diambil alih oleh para
karyawan yang berkewarganegaraan Indonesia dan dirubah namanya menjadi Perusahaan Listrik Negara PLN. Hal ini dikuatkan dengan hadirnya Peraturan
Pemerintah No. 52 tahun 1958 yang menetapkan bahwa perusahaan Belanda yang ada di Indonesia dialihkan di bawah naungan Pemerintah RI. Dengan jalan
Nasionalisasi, perusahaan negara tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia dan juga memperkokoh
keamanan dan ketahanan negara Republik Indonesia.
Pada tahun 1961, semua perusahaan listrik di Indonesia disatukan ke dalam satu Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara BPU-PLN.
Sebagai wadah kesatuan pimpinan PLN, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.67 tahun 1961, tugasnya mendistribusikan listrik di Indonesia dan tenaga
pembangkitnya dipegang oleh PLN pusat di Jakarta. Dalam penjelasan dan pengumuman tentang pembentukan kabinet
Pembangunan 29 maret 1978 Perusahaan Umum Listrik Negara yang semula bernaung di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dialihkan ke
bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi. Dalam perkembangannya kemudian, Perusahaan Umum Listrik Negara di
bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi mengalami perubahan status dari Perusahaan Umum Perum Listrik Negara menjadi PT. PLN Persero.
Dengan diterbitkannya PP No. 23 tahun 1994 tentang pengalihan bentuk perusahaan Umum Perum menjadi Perseroan Terbatas Persero. Perubahan
bentuk hukum perusahaan juga mengakibatkan terjadinya perombakan secara struktural pada tingkat DistribusiWilayah. Dalam hal ini, Perum Listrik Negara
Distribusi Jawa Barat berubah menjadi Perusahaan Perseroan Persero dengan sebutan PT.PLN Persero Distribusi Jawa Barat sejak tanggal 30 Juni 1994 sesuai
Akte Pendirian.
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan