Penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang(Moneylaundering)...

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) TERHADAP
KEJAHATAN KEHUTANAN (ILLEGAL LOGGING)

TESIS

Oleh
MASDANI
037005076/ HK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2005

Masdiani : Penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)…, 2005

USU Repository © 2007

Penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang (Moneylaundering) terhadap Kejahatan Kehutanan (Illegal Logging)

Tesis
Masdani
Universitas Sumatera Utara
Sekolah Pascasarjana
Magister Sains
2005
Intisari
Prinsip untuk mengejar pelaku aktor intelektual yang mendanai kegiatan illegal logging
terbuka peluang semenjak lahirnya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana yang diubah
dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (money
laundering) walaupun ada perangkat hukum yang berisikan ketentuan peraturan perundang-undang
dibidang kehutan dan lingkungan hidup, yakni Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan hidup namun peranata di
bidang hukum ini belum mampu untuk menjerat pelaku aktor illegal logging yang melakukan
kegiatan perusakan hutan dan hanya menjerat pelaku perusakan sebatas pada pelaksana dilapangan
seperti para penebang secara langsung, sehingga berakibat pada kerusakan ekosistem hutan, bahkan
berdampak negatif pada masyarakat sekeliling kawasan hutan. Untuk melakukan tindakan
pemberantasan kegiatan illegal logging diperlukan pemahaman tentang ketentuan substantif di dalam
Undang-undang tentang tindak pidana pencucian uang (money laundering) dan keberlakukan
undang-undang ini dalam hal melakukan proses penegakan hukum secara terpadu untuk menjerat

aktor intelektual pelaku perusakan hutan.
Penulisan metodologi penelitian tesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan yuridis normatif. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan bahwa hasil penelitian tidak
tergantung dari jumlah data berdasarkan angka-angka melainkan data yang dianalisis dilakukan secara
mendalam dan holistik. Metode yuridis normatif dimaksudkan bahwa data penelitian dianalisis
menurut norma-norma hukum dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan tindak pidana
kehutanan. Sebagai penelitian yang menggunakan metode yuridis normatif, penelitian ini mencakup
penelitian terhadap asas-asas hukum yang akan diungkapkan dengan kerangka berpikir secara
deduktif logis untuk menjawab segala permasalahan hukum yang diajukan dalam tesis ini secara
lengkap. Penelitian tesis ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Artinya penelitian
tesis ini akan menggambarkan suatu keadaan atau gejala baik yang bersifat normatif maupun empiris
dengan tujuan memberikan pemecahan masalah. Bahan atau materi yang

82

Dosen Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
84
Dosen Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
85

Mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara

83

Masdiani : Penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)…, 2005

USU Repository © 2007

dipakai untuk menganalisis diperoleh dari bahan kepustakaan. Oleh karena penelitian ini lebih
menitikberatkan metode kualitatif dan yuridis normatif, maka bahan hukum yang dipergunakan
adalah bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Ketiga bahan hukum ini merupakan data sekunder.
Analisis data dilakukan secara kualitatif, secara kualitatif dimaksudkan setelah seluruh data diolah.
Pengolahan data lapangan dilakukan dengan cara penyuntingan dan pembuatan tabel. Setelah data
dipilah dan diolah serta dianalisis kemudian ditafsirkan secara logis sistematis terhadap ketentuan
yang berlaku, setelah itu, disajikan dalam bentuk uraian-uraian.
Undang-undang money laundering membuka kemungkinan untuk mengidentifikasi transaksi
kehutanan mencurigakan dengan memperhatikan jumlah nominal dan frekuensi transaksi tidak
konsisten dengan transaksi kehutanan yang legal, transaksi yang dilakukan tidak wajar dan tidak
sesuai dengan kegiatan usaha nasabah bank (pengusaha hotel melakukan transaksi kehutanan), pola
transaksi nasabah menyimpang dari pola transaksi umum nasabah kehutanan, nasabah tidak ada

alasan untuk menjalin hubungan dengan pihak luar negeri, nasabah melakukan transaksi dengan
pelaku illegal logging. Undang-undang money laundering memungkinkan untuk menjerat aktor
intelektual, karena yang dikejar adalah hasil kejahatan dengan melibatkan PPATK, PJK dan aparatur
penegak hukum dalam proses penegakan hukum pidana yang terintegrited.
Kata Kunci: - Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)
- Kejahatan Kehutanan (Illegal Logging)

Masdiani : Penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)…, 2005

USU Repository © 2007

The Application of Law Number 25/2003 on Criminal Act
of Money Laundering Relating To Illegal Logging
Tesis
Masdani
North Sumatera University
Postgraduate School
Magister of Law
2005
Abstract

The opportunity to take the intellectual actor financing the illegal logging activities into
custody has been exposed since the passing of Law No.15/2002 which then was amended with Law
No.25/2003 on criminal act of money laundering even though there are Law No.41/1999 on Forestry
and Law No.23/1997 on Environment which are not effective enough to arrest the actors of illegal
logging who have destroyed the forest but the lumberjacks working on the site. To eliminate illegal
logging, an understanding of the substantive regulation in a law on the criminal act of money
laundering and the effectiveness of this law in the process of an integrated law enforcement
implementation to put the intellectual actors who have destroyed the forest is needed.
This study employs the qualitative method with normative juridical approach since the results
are not dependent on the numbers of data but the findings revealed by the data which is deeply and
holistically analyzed based on legal norms and the sentences of court related to the forestry criminal
act. As a descriptive analytical study, this thesis describes a condition or symptom either normative or
empirical used to solve the problem based on the secondary data in the forms of primary, secondary,
and tertiary legal materials.
The Law on money laundering enables us to identify the suspected forestry transaction which
is not consistent with the legal forestry transaction, illogical transaction which is not consistent with
the business, run by the bank client, the pattern of client’s transaction which deviates from the general
transaction of forestry client, the client has no reason to build a relationship with the overseas client,
the client makes a transaction with the actor of illegal logging. The Law on money laundering enables
us to arrest the intellectual actor because the law enforcers involving PPATK and PJK in the

integrated process of enforcing the criminal law are after the crime done.

Key words: Criminal act of money laundering, illegal logging

Masdiani : Penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)…, 2005

USU Repository © 2007

Dokumen yang terkait

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Perpajakan Melalui Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

1 69 151

Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Jo. Undang-Undang Nomor 25...

0 19 3

ANALISIS YURIDIS KEABSAHAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKT

0 6 20

ANALISIS YURIDIS KEABSAHAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKT

0 8 66

ANALISIS YURIDIS KEABSAHAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN UNDANG UNDA

0 7 47

.UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG.

0 2 14

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

0 0 24

URGENSI UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2003

0 0 16

STRUKTURISASI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

0 0 57

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang JURNAL ILMIAH

0 0 35