Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat Dari Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

O L E H

NAMA : NUR SAADAH RANGKUTI NIM : 092600046

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya hingga akhir jaman.

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya jugalah yamg disertai dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis, maka penulis telah dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahasa yang digunakan dalam tugas akhir ini masih belum sempurna dan banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis, maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak / Ibu Dosen pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan maupun dari segala pihak untuk dapat memberikan saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya penulisan tugas akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak khususnya kepada ayahanda Anwar Rangkuti, Ibunda Nasri Wati Lubis, Abang saya Azwardin Ahmad Rangkuti SE, dan Kakak saya Adelina Sari Rangkuti Spd, dan Nur


(3)

Hidayah Rangkuti yang telah memberikan dukungan moril dan materil maupun do’a kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Strudi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Tetty Marlina, S.H, MKn selaku Dosen Pembimbing.

6. Bapak Hery Ramadhani, S.E. selaku Supervisor dan selaku Kepala Subbagian Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta pegawai yang berada di Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada sahabat penulis M.Galuh Hanapi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.


(4)

9. Kepada sahabat yang menemani saya dalam suka dan duka yaitu Vicky Zolanda. 10. Kepada sahabat saya Debby Mayasari, Mega Mahdiani, Iyoo Reanita yang telah

mensupport saya dalam membuat Tugas Akhir ini.

11. Kepada semua teman-teman saya Stambuk 2009 Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

12. Kepada teman-teman seperjuangan aku, Intan Riza Sipahutar, Lince Sitanggang, Harris Kristanta, Marina Nainggolan, dan Melyana Panggabean yang telah memberikan motivasi, memberikan semangat, dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Makasih banyak semuanya.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.

Medan, Juni 2012 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3

1. Tujuan PKLM ... 3

2. Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Definisi Umum …... 5

2. Dasar Hukum Penyitaan ... 7

3. Saat Terutang Pajak ... 8

4. Cara Penyelesaian Utang Pajak ... 8

D. Ruang Lingkup PKLM ... 8

E. Metode PKLM ... 9

1. Tahap Persiapan ... 9

2. Studi Literatur ... 9

3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder ... 9


(6)

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

1. Metode Wawancara (Interview) ………... 10

2. Daftar Dokumentasi ... 10

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM ... 12

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 12

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 18

C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 19

1. Subbagian Umum ... 19

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 19

3. Seksi Pelayanan ... 20

4. Seksi Penagihan ... 21

5. Seksi Pemeriksaan ... 21

6. Seksi Ekstensifikasi ... 21

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi ... 21

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 23

A. Pelaksanaan Penyitaan Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 ... 23


(7)

B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak ... 24

C. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya ... 30

D. Penyitaan Tambahan ... 32

E. Segel Sita ... 33

F. Pencabutan Sita ... 33

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 36

A. Pelaksanaan Prosedur Penyitraan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 36

B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 37

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada dasarnya negara adalah sebuah rumah tangga yang besar dan memerlukan biaya yang besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya. Fungsi kenegaraan tersebut mencakup secara umum, baik pada pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan pembangunan. Ini semua ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk membiayai semua itu diperlukan dana yang cukup besar, dan dana tersebut dapat diperoleh dari penerimaan minyak dan gas migas, bantuan luar negri dan penerimaan pajak.

Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan, sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Republik Indonesia, tidak luput dari keikut sertaan dalam melaksanakam pembangunan tersebut. Untuk itu pemerintah berusaha mencari dana dengan mengganti sumber kekayaan alam dan berbagai potensi lainnya yang dimiliki Indonesia.Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang digunakan untuk membiayai pembangunan.

Sebelumnya, kekayaan alam dari sektor minyak dan gas bumi (migas) merupakan penerimaan terbesar dari negara, akan tetapi pada kenyataannya persediaan migas sekarang sudah menipis dan bukan tidak mungkin akan habis. Oleh


(10)

karena itu, pemerintah sekarang lebih menekankan penerimaan dari sumber yang potensial, yaitu pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan, dimana jumlah dana yang diperlukan bagi pembangunan setiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem dan prosedur perpajakan, agar penerimaan Negara terus dapat ditingkatkan. Dengan demikian peranan masyarakat sangat berpengaruh dalam pemenuhan kewajiban pajaknya kepada Negara. Akan tetapi tidak semua masyarakat menyadari kewajibannya tersebut, bahkan mereka berusaha mengurangi utang pajaknya dan menunda pembayaran pajak selambat mungkin.

Pemerintah dalam hal ini sebagai aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan dari wajib pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem sekarang ini, masyarakatsebagai wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan gotong royong nasional melalui self assessment system dimana Wajib Pajak menghitung , membayar serta melaporkan jumlah pajaknya yang terutang.

Membayar pajak sekarang ini merupakan syarat mutlak apabila pemerintah ingin memelihara kesinambungan gerak pembangunan nasional,untuk menutupi penurunan sumbangan dari sektor migas. Namun, masih banyak Wajib Pajak yang lalai dalam melaksanakan tugasnya untuk menjadi Wajib Pajak yang taat dan patuh, sehingga aparat pemerintah dalam hal ini harus secara tegas mengingatkan Wajib Pajak yang tidak membanyar utang pajaknya. Apabila Wajib Pajak masih tidak


(11)

menanggapi peringatan dari fiskus melalui Surat teguran,Surat Paksa, maka pihak fiskus akan melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang dimiliki oleh Wajib Pajak.

Penyitaan akan dilakukan oleh juru sita yang sebelumnya telah ditunjuk dan diambil sumpahnya dan didampingi oleh dua orang saksi. Penyitaan ini dilakukan sebagai serangkaian tindak penyindik untuk mengambil alih atau menyimpan dibawah penguasaan Negara. Dalam hal ini, barang yang akan disita terdiri dari barang yang bergerak dan barang tidak bergerak. Selain itu, setiap melakukan penyitaan juru sita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita dan ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak dan saksi.

Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis berminat membuat suatu karya tulis mengenai “Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Kegiatan PKLM yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM yaitu :


(12)

1.1 Untuk mengetahui Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. 1.2 Untuk mengetahui faktor penghambat dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan

Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

1.3 Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh oleh fiskus dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi mahasiswa yaitu :

a. Memahami prosedur pelaksanaan penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak

b. Menambah wawasan tentang prosedur pelaksanaan penyitaan

c. Sebagai sarana latihan berfikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan

2.2 Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip Universitas Utara yaitu :

a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara pihak universitas dengan instansi pemerintah khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi

kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi penyempurnaan revisi kurikulum


(13)

c. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki Universitas Sumatera Utara khususnya Program studi Diploma III Administrasi perpajakan.

2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah :

a. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam menangani administrasi perpajakan

b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari perguruan tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan

c. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I dengan Program studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Umum

Menurut Prof.Dr.H.Rochmat Soemitro SH, Pajak ialah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.


(14)

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang pajaknya.

Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dlam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tidak mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tersebut sangat diperlukan sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.

2. Dasar Hukum Penyitaan

Dasar hukum pelaksanaan penyitaan/penyenderaan terhadap barang wajib pajak sebagai berikut :


(15)

1. Undang No.16 Tahun 2000 Tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP)

2. Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang-Undang No.19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa :

a. Peraturan Pemerintah (PP) No.135 Tahun 2000 Tentang Cara Penagihan dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

b. PP No.135 Tahun 2000 Tentang tempat dan Tata Cara Penyenderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan dengan Surat Paksa.

c. Keputusan Menteri Keuangan No.563/KMK 04/2000 Tentang Pemblokiran dan Penyitaan harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. d. Keputusan Menteri Keuangan No.363/KMK 04/2000 Tentang Surat-surat,

Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Juru Sita Pajak Keputusan Menteri Keuangan No.56/KMK 04/2000 Tentang Tata Cara Penagihan seketika dan sekaligus dengan Surat Paksa.

3. Saat Terutang Pajak

Saat terutang Pajak adalah pada saat :

1. Penyerahan Barang Kena Pajak atas Jasa Kena Pajak. 2. Impor Barang Kena Pajak.


(16)

4. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean.

5. Pembayaran dalam hal diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atas sebelum pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean.

6. Saat ditetapkan lain oleh Direktorat Jenderal Pajak.

4. Cara Penyelesaian Utang Pajak

Dengan melakukan pembayaran dengan cara tunai/cicil. Penyicilan dilakukan dengan Permohonan.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain ; 1. Mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2. Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

3. Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri


(17)

1. Persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukakn PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek, pengajuan proposal dan surat pengantar PKLM

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori yang meliputi; Buku-buku, Undang-Undang, dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.

3. Pengumpulan Data

Pada waktu pelaksanaan PKLM, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam mengumpulkan data,penulis menggunakan data primer dan skunder.

3.1 Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan orang yang untuk memberikan masukan data dan informasi.

3.2 Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari Studi Literatur pendukung seperti laporan atau dokumen.

4. Analisa data dan Evaluasi

Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu menjelaskan dengan kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara objektif.


(18)

F. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan PKLM, terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data yaitu :

1. Wawancara (Interview)

Dengan cara melakukan wawancara langsung kepada 4 (empat) orang juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Medan Polonia yang kita anggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

2. Daftar Dokumentasi

Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur penyitaan barang-barang Wajib Pajak pada KPP Pratama Medan Petisah, dan data-data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan PKLM yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.


(19)

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Medan Petisah, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, dan keadaan pegawai KPP Pratama Medan Petisah.

BAB III : GAMBARAN DATA PENYITAAN

Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis, dan gambaran mengenai penyitaan terhadap Wajib Pajak.

BAB 1V : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17 A. 2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro No. 30 A.

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu hanya ada dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu Kantor Inspeksi Medan Pajak Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.

Pada tanggal 1 April 1979 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No. 17 A.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro No. 30 A.

Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor


(21)

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. Namun seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di melalui sistem modernisasi, sehingga terbagi menjadi :

1. KPP Madya Medan

2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Petisah 4. KPP Pratama Binjai

5. KPP Pratama Medan Bel a wan 6. KPP Pratama Medan Kota 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Medan Polonia 9. KPP Pratama Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah beralamat di Jalan Asrama Nomor 7-A Medan dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.

Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah meliputi antara lain:


(22)

2. Kelurahan Sei Putih Tengah 3. Kelurahan Sei Putih Timur 4. Keluraha Sei Putih Barat 5. Kelurahan Sekip

6. Kelurahan Cinta Damai 7. Kelurahan Simpang Tanjung 8. Kelurahan Sei Sikambing 9. Kelurahan Tanjung Rejo 10. Kelurahan Tanjung Gusta 11. Kelurahan Helvetia Tengah 12. Kelurahan Helvetia Timur 13. Kelurahan Babura Sunggal 14. Kelurahan Lalang

15. Kelurahan Sunggal 16. Kelurahan Dwikora

Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.


(23)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah juga memiliki misi yaitu menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi.

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.


(24)

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11. Pelaksanaan intensifikai. 12. Pembetulan ketetapan pajak.

13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan

14. Pelaksanaan administrasi Kantor

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sebelas seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut:


(25)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11. Kelompok Jabatan Fungsional

Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada kantor pelayanan Pajak Pratama dapat dilihat pada bagan dibawah ini:


(26)

(27)

C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama No. 7 A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan uruasan kepegawaian c. Melakukan urusan keuangan

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan c. Merekam SSP lembar 3

d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B e. Merekam PPh Pasal 21

f. Merekam PPh Pasal 23/26 g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan


(28)

Hak atas Tanah dan Bangunan

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing

l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,

m. Penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya

d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya

e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak h. Melakukan Kerjasama Perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsi: .

a.Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b.Penundaan dan angsuran tunggakan pajak


(29)

c.Penagihan aktif

d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak e.Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan

5.Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek paja

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak

b. Membimbing /menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan

c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak d. Menganalisis kinerja wajib pajak


(30)

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketenuan peraturan perundang-undangan perpajakan

f. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan

g. Melakukan evaluasi hasil banding

h. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi


(31)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pelaksanaan Penyitaan Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2000

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang pajaknya. Mulai dari Wajib Pajak tidak taat dan patuh, lalu fiskus mencatat Surat Teguran dan Surat Paksa tapi Wajib Pajak tetap tidak melaksanakan ada kewenangannya fiskus untuk melalukan penyitaan.

. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan Penyitaan tidak mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tersebut sangat diperlukan


(32)

sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.

B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak

Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut masih dapat dipergunakan oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak adalah sebagai berikut :

1. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak apabila dalam waktu 2 x 24 jam sejak surat paksa diberitahukan, namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihannya.

2. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat.

3. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang sanksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak serta dapat dipercayai.

4. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus : a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan c. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan


(33)

5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak serta para saksi.

6. Dalam hal Wajib Pajak/Penaggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan sanksi-sanksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari pemerintah Daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.

8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada atau ditempat-tempat umum.

10.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada : a. Wajib Pajak/Penanggung Pajak


(34)

b. Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdafdar

c. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar

d. Pemerintah Daerah dan Pengadilam Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar

e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal

Dalam melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Wajib pajak/Penanggung pajak, dan saksi-saksi, selanjutnya diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah berpindah dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah berpindah dari Wajib Pajakkepada pejabat. Dalam pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita paling kurang memuat :

a. Hari dan tanggal Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan b. Nomor, hari dan tanggal Pelaksanaan Penyitaan

c. Nama Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak,para saksi d. Nama dan jenis barang yang disita

e. Tempat dilakukan penyitaan

Penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan Sita :

a. Untuk perseroan terbatas oleh pengurus meliputi Direksi, komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan


(35)

dalam menjalankan perseroan. Pengertian Komisaris meliputi Komisaris sebagai orang yang lazim disebut Dewan Komisaris dan Komisaris sebagai orang yang lazim disebut anggota komisaris. Yang dimaksud dengan pemegang saham tertentu adalah pemegang saham pengendali atau pemegang saham mayoritas dari perseroan terbatas terbuka dan seluruh pemegang saham dari perseroan terbatas tertentu.

b. Untuk Bentuk Usaha Tetap oleh kepala, kepala cabang atau penanggung jawab

c. Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, perseroan komaditer, firma oleh direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusahaan dimaksud.

d. Untuk yayasan oleh ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan dimaksud.

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau ditempat-tempat umum. Yang dimaksud dengan tempat-tempat umum seperti kantor kelurahan/desa, papan pengumuman dikantor Pejabat dan instansi terkait. Pada dasarnya terhadap barang yang disita harus ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kecuali jika sesuai dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, misalnya uang tunai atau sebidang tanah.


(36)

Pada dasarnya prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak sama dengan prosedur yang telah dijelaskan diatas, namun ada kategori barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang prosedur Penyitaannya terlebih dahulu dilakukan pemblokiran, seperti kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Setelah melakukan pemblokiran, selanjutnya penyitaan terhadap kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan diatas.

Penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dilaksanakan sampai dengan jumlah nilai barang yang dita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan kepada Wajib Pajak/Penanggung pajak.

Barang yang telah disita dapat dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Juru Sita Pajak barang sitaan tersebut perlu disimpan dikantor pejabat atau di tempat lain. Tempat lain yang dapat digunakan sebagai tempat penitipan barang yang telah disita adalah kantor Pegadaian, bank, Kantor Pos atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Setelah semua prosedur penyitaan diatas dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pengumuman yang dilakukan oleh Pemerintah daerah atas permintaan Juru


(37)

Sita Pajak. Hal ini dilakukan untuk menyatakan atau memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah dilaksanakan penyitaan terhadap barang-barang Wajib Pajak /Penanggung Pajak dan juga menyatakan bahwa sejak pengumuman Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak boleh memindahkan hak, menggadaikan atau menyewakan barang-barang yang telah disita.

Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada diluar wilayah kerja kantor Pelayanan pajak, dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili. Dalam hal ini,pelaksanaan prosedur penyitaan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan meminta bantuan kepada Kepala Kantor Pajak dimana terdapat barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan salinan Surat Paksa dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut.

2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan melakukan tindakan seperti Membuat Surat Perintah melaksanakan Penyitaan dengan mencantumkan tanggal dan nomor Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili.

Prosedur penyitaan atas barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk mrlunasi utang dilaksanakan oleh Juru Sita, dimana Berita Acara pelaksanaan Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang meminta bantuan penyitaan.


(38)

C.. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya

Barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa :

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran,giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain dan atau

2. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu 920 m)

3. Hak lainnya yang dapat disita yang diatur dengan peraturan pemerintah. Ketentuan ini diperlukan untuk menampung kemungkinan perluasan objek sita berupa hak lainnya.

Terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, isteri, dan anak yang masih dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau bisteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Selain itu,Wajib Pajak/Penanggung Pajak badan penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka


(39)

maupun di tempat lain. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap barang yang tidak bergerak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu barang bergerak milik Penanggung Pajak yang berupa :

1. Pakaian dan twempat tidur beserta pelengkapannya yang digunakan oleh Penaggung Pajak dan keluarga menjadi tanggungannya

2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan masak yang berada dirumah

3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara

4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat- alat yang dipergunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan keilmuan 5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah)

6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

Dalam melakukan penyitaan, Juru Sita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal


(40)

Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau tempat lain yang diduga sebagai tempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak dapat menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusdan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu-waktu Juru S.ita Pajak dapat diberhentikan apabila : a. Meninggal dunia

b. Pensiun

c. Pengalihan tugas atau keperluan dinas lainnya d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak

D. Penyitaan Tambahan

Dalam penyitaan tertentu walaupun juru Sita Pajak telah melakukan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi apabila dianggap perlu Juru Sita Pajak masih dapat melakukan penyitaan tambahan terhadap barang lainnya milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila : a. Nilai barang yang disita belum mencukupi untuk pelunasan utang pajak dan

penagihan pajak

b. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak.


(41)

Penyitaan tambahan ini dimaksudkan agar Juru Sita Pajak dapat melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang ditemukan atau diketahui kemudian apabila barang yang telah disita terdahulu tidak cukup untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

E. Segel Sita

Setelah melakukan penyitaan, maka barang yang disita tersebut dapat ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan atau pemberian segel sita pada barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang telah disita dimaksudkan sebagai pengumuman bahwa penyitaan telah dilaksanakan, baik dihadiri maupun tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan menperhatikan jenis, sifat, dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya :

a. Kata “DISITA”

b. Nomor dan tanggal Berita Acara pelaksanaan Sita

c. Larangan untuk memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, dan merusak barang yang disita

d. Ditandatangani oleh Juru Sita Pajak

F. Pencabutan Sita

Dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Dalam rangka pencarian tungakan pajak maka terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang belum melunasi


(42)

utang pajaknya dilakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam bentuk tindakan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk dijadikan jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Untuk melaksanakan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai, serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaann milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak.

Apabila setelah dilaksanakan penyitaan namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah melunasi pajaknya serta biaya pelaksanaannya maka penyitaan dapat dicabut dengan mengirimkan surat pencabutan sita oleh Kepala Kantor Pajak kepasa Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertama (asli) untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan lembar kedua untuk arsip seksi penagihan dan veritfikasi yang akan dimasukkan kedalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan. Sedangkan tanggal dan nomor surat pencabutan sita, buku register pengawasan penagihan, buku register tindaihkan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan Banding yang bersangkutan, Surat Pencabutan Sita disampaikan oleh Juru Sita Pajak kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan instansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.


(43)

Pencabutan sita dilaksaksanakan apabila Wajib Pajak /Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya atau berdasarkan putusan pengadilan atau berdasrkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atau Gubernur atau Bupati/Walikota.

Berikut ini Pencabutan sita terhadap barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak : a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau yang

dopersamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang kemudian akan disampaikan kepada bank yang bersangkutan

b. Surat berharga berupa obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas Surat Berharga tersebut

c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung


(44)

Pajak dan disampaikan kepada pihak terkait serta membuat Akte Pembatalan Penagihan Hak.


(45)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak. Keadaan tertentu misalnya Juru Sita Pajak tidak mempunyai barang bergerak yang dapat dijadikan objek sita atau barang bergerak dijumpai tidak mempunyai nilai dan harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya.

Berdasarkan analisa dan evaluasi penulis, bahwa pelaksanaan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sudah baik, yaitu pelaksanaan penyitaan yang dilakukan sudah memenuhi ketentuan Undang-Undng Nomor 19 Tahun 2000 yang tertera dalam buku Undang-Undang dibidang penagihan pajak ( Peraturan Pemerintah, 2008:12). Dimana Juru Sita Pajak tidak boleh langsung menyita barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak sebelum dikeluarkannya Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, kemudian dilengkapi dengan ketetapan pajak yaitu berupa Surat Teguran dan Surat Paksa, dan terakhir Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam pelaksanaan penyitaan tersebut harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi. Dengan


(46)

dilakukan penyitaan tersebut maka diharapkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya tersebut.

Dalam hal penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tersimpan di bank, maka Juru Sita Pajak terlebih dahulu melakukan pemblokiran. Pelaksanaan pemblokiran yang dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Jadi, setiap pelaksanaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah atau Ketetapan lain yang telah diatur oleh Menteri Keuangan.

B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan penyitaan, faktor penghambat/kendala yang sering dihadapi oleh Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut :

a. Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak tersebut.

b. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah


(47)

c. Kurangnya fasilitas kenderaan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai kewajiban Perpajakannya.

Dalam hal ini, meskipun Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Juru Sita Pajak tetao dapat memasuki rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut tetapi tidak dengan kekerasan, umpamanya merusak pintu atau dengan cara lain tanpa izin penghuninya, karena akam diancam hukuman pidana, yaitu dengan ancaman penjara paling lama 1 tahun 4 bulan. Barang-barang yang telah disita tersebut,dapat dikembalikan apabila Wajib melunasi seluruh utangnya kepada Negara.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan pihak kepolisian agar dapat memasuki rumah tersebut. Dalam hal Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dan berusaha melakukan tindakan yang dapat memungkinkan agar barang-barang tersebut tidak disita, misalnya dengan menyembunyikan dan sebagainya, maka Juru Sita Pajak harus berusaha memberikan penjelasan dan pengertian kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai maksud penyitaan ini. Dan apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut melunasi utang pajaknya, maka barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut tidak akan dilelang dan akan dikembalikan kepada Penanggung Pajak.


(48)

Kendala lain yang juga sering dihadapi Juru Sita Pajak adalah Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam hal ini Juru Sita Pajak harus mencantumkan alasan penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan untuk menjaga barang-barang sitaan tersebut agar tidak hilang atau dipindahtangankan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan polisi atau membawa barang sitaan tersebut sebagian atau seluruhnya.

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut, maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut hal :

a. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak kepolisian.

b. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebuh maksimal.

c. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.


(49)

d. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa.

e. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.


(50)

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai pelaksanaan prosedur penyitaan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, namun dalam pelaksanaan penyitaan tersebut Juru Sita Pajak menghadapi kendala/faktor penghambat. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas (jumlah pelaksanaannya) maupun segi (nilai nomor).

2. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak tersebut. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Kurangnya fasilitas kenderaan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai kewajiban Perpajakannya.


(51)

3. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak kepolisian. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebuh maksimal. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Perlu ditingkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya

memenuhi kewajiban perpajakan, sehingga dapat mengurangi terjadinya penyitaan yang merupakan tindak lanjut dari penagihan pajak.


(52)

2. Antara pihak Penanggung Pajak dan Juru Sita Pajak sebaiknya dapat saling mengerti, sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Diharapkan kepada Juru Sita Pajak agar menjalankan tugasnya secara professional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4. Setelah penulis melakukan penelitian di Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, maka penulis menganggap bahwa cara kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah dilakukan dengan baik. Namun masih perlu ditingkatkan sistem kerja yang lebih baik lagi sehingga dapat menguntungkan bagi Negara maupun bagi kita sendiri.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Bastari, Drs, MM, BKP,2009, Hand out Kuliah Penagihan Pajak dan Lelang, Medan.

Hadi, Moeljo, SH, 2001, Dasar-Dasar Penagihan Pajak dan Surat Paksa oleh

Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Siahaan, Maribot P, 2004, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, dan Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

PT.Raja Wali Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Undang-Undang Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-Undang Pemerintah 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.


(1)

Kendala lain yang juga sering dihadapi Juru Sita Pajak adalah Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam hal ini Juru Sita Pajak harus mencantumkan alasan penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan untuk menjaga barang-barang sitaan tersebut agar tidak hilang atau dipindahtangankan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan polisi atau membawa barang sitaan tersebut sebagian atau seluruhnya.

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut, maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut hal :

a. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak kepolisian.

b. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebuh maksimal.

c. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.


(2)

d. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa.

e. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai pelaksanaan prosedur penyitaan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, namun dalam pelaksanaan penyitaan tersebut Juru Sita Pajak menghadapi kendala/faktor penghambat. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas (jumlah pelaksanaannya) maupun segi (nilai nomor).

2. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak tersebut. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Kurangnya fasilitas kenderaan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai kewajiban Perpajakannya.


(4)

3. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak kepolisian. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebuh maksimal. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Perlu ditingkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya

memenuhi kewajiban perpajakan, sehingga dapat mengurangi terjadinya penyitaan yang merupakan tindak lanjut dari penagihan pajak.


(5)

2. Antara pihak Penanggung Pajak dan Juru Sita Pajak sebaiknya dapat saling mengerti, sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Diharapkan kepada Juru Sita Pajak agar menjalankan tugasnya secara professional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4. Setelah penulis melakukan penelitian di Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, maka penulis menganggap bahwa cara kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah dilakukan dengan baik. Namun masih perlu ditingkatkan sistem kerja yang lebih baik lagi sehingga dapat menguntungkan bagi Negara maupun bagi kita sendiri.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bastari, Drs, MM, BKP,2009, Hand out Kuliah Penagihan Pajak dan Lelang, Medan.

Hadi, Moeljo, SH, 2001, Dasar-Dasar Penagihan Pajak dan Surat Paksa oleh Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Siahaan, Maribot P, 2004, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT.Raja Wali Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Undang-Undang Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-Undang Pemerintah 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.