Fungsi - Fungsi Hubungan Diplomatik

Wina 1961. Demikian pula Pasal 5 ayat 2 Konvensi Havana 1928 yang menyatakan bahwa beberapa negara dapat diwakili oleh seorang diplomat di suatu negara.

3. Diplomasi ad hoc

Diplomasi Ad hoc juga sering disebut “Misi Khusus” diatur dalam Pasal 2 Konvensi Misi-misi Khusus 1969 New York Convention on Special Missions 1969 yang menyatakan bahwa suatu negara dapat mengirim satu misi khusus ke negara lain, atas persetujuan sebelumnya dari negara lain itu, dimana persetujuan itu diberikan melalui saluran diplomatik maupun cara-cara lain yang disepakati bersama. Sedangkan definisi mengenai diplomasi khusus ini, Pasal 1 a Konvensi Misi Khusus 1969 menyatakan , “Suatu misi sementara yang mempunyai sifat representatif negara, yang dikirim oleh suatu negara ke negara lain, dengan persetujuan negara yang disebut terakhir ini, untuk membicarakan soal-soal tertentu atau untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tersebut. Diplomasi ad hoc dapat dilakukan baik jika dua negara telah mempunyai hubungan diplomatik tetap maupun jika keduanya belum memiliki hubungan diplomatik tetap. Hal ini diserahkan sepenuhnya kepada negara-negara yang bersangkutan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 7 dari Konvensi Misi-misi Khusus 1969. Dengan memperhatikan kedua ketentuan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi diplomatik ad hoc ini berakhir bilamana soal tertentu atau tugas khusus itu sudah dilaksanakan.

C. Fungsi - Fungsi Hubungan Diplomatik

Suatu perwakilan diplomatik atau seorang pejabat diplomatik, menurut Pasal 3 Konvensi Wina 1961, memiliki fungsi-fungsi : 1. Mewakili negara pengirim di negara penerima. 2. Melindungi di wilayah negara penerima kepentingan negara dan warga negara yang diwakilinya. 20 3. Mempelajari, dengan segala cara yang sah setiap kondisi dan perkembangan keadaan yang ada di negara tempatnya bertugas dan melaporkannya kepada negara yang diwakilinya. 4. Meningkatkan hubungan persahabatan dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan antara negara pengirim dan negara penerima. Sedangkan berakhirnya fungsi-fungsi diplomatik tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal atau keadaan, yakni : 1. Pejabat diplomatik yang bersangkutan dipanggil pulang oleh negaranya, baik disebabkan karena masa tugasnya telah selesai maupun karena memburuknya hubungan antara kedua negara. Dalam keadaan yang disebut terakhir ini, maka perwakilan akan dipimpin oleh Charge d’Affaires Kuasa Usaha. 2. Pejabat diplomatik yang bersangkutan dinyatakan “persona non grata”. 3. Dibekukannya atau putusannya hubungan diplomatik. SATUAN ACARA PERKULIAHAN SAP 1. Nama Mata Kuliah : Hukum Diplomatik 2. Kode Mata Kuliah : MKK 0792 SKS 3. Pertemuan Minggu ke : III 4. Waktu Pertemuan : 2 X 50 menit 5. Pokok Bahasan : Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik 6. TIU : Setelah mendengar penjelasan dan diskusi mengenai kekebalan dan keistimewaan diplomatik, mahasiswa dapat menjelaskan mengenai landasan teori, jenis-jenis, mulai dan berakhirnya, serta penanggalan kekebalan dan keistimewaan diplomatik dengan baik dan benar. C2 7. Sub Pokok Bahasan : Sub Pokok Bahasan TIK Lama Waktu 21 Landasan Teori Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik Menjelaskan C2 50 menit Jenis-jenis Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik Menjelaskan C2 50 menit 8. Kegiatan Belajar Mengajar : Kegiatan dosen Kegiaatan mahasiswa Media Diskusi PR pertemuan sebelumnya Diskusi Menjelaskan materi dan orientasi Mendengar mencatat OHP Memimpin diskusi Diskusi aktif 9. Tugas terstruktur PR: Mencari negara-negara manakah yang masih menganut teori exterritoriality dan teori representative tentang pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatik. 10. Evaluasi : Kemampuan menganalisismenjelaskan rinci; Bentuk Soal Evaluasi: uraian 11. Daftar pustaka : a. Boer Mauna, Hukum Internasional, 2000. b. B. Sen, Diplomat’s Handbook of International Law and Practice, 1979. c. Edy Suryono Munir Arisoendha, Hukum Diplomatik, Keistimewaan dan Kekebalannya, 1989. d. Elleen Denza, Diplomatik Law, Commentary on the Vienna Convention on Diplomatik Relations, 1976. e. Gore - Booth, D. Pakenham, Satow’s Guide to Diplomatik Practice, 1979. f. G.V.G. Krishnamurty, Modern Diplomacy, Dialectic and Dimensions, 1980. g. Ian Brownlie, Principles of Public International Law, 1979. h. M.M. Whiteman, Digest of International Law, 1963-1973. i. N.A. Maryan Green, International Law, Law of Peace, 1973. j. Satow, A Guide to Diplomatik Practice, 1979. 22

BAB III KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN DIPLOMATIK

A. Landasan Teori Pemberian Kekebalan Dan Keistimewaan Diplomatik

Ada satu pertanyaan mendasar sehubungan dengan pemberian kekebalan dan keitimewaan diplomatik sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, yakni : apakah dasarnya kekebalan dan keistimewaan itu diberikan ? Terhadap pernyataan ini, sampai berlangsungnya Konvensi Wina tahun 1961, telah berkembang beberapa teori.

1. Teori Eksteritoriallitet Exterritoriality Theory

Menurut teori ini, gedung perwakilan diplomatik itu dianggap berada di luar wilayah negara penerima, atau dianggap sebagai bagian dari wilayah negara pengirim. Sehingga, menurut teori ini, seorang pejabat diplomatik menerima kekebalan dan keistimewaan itu adalah karena ia dianggap tidak berada di wilayah negara penerima. Oleh karena itu maka dengan sendirinya ia tidak tunduk kepada 23