BUKU AJAR METODE PENELITIAN KUANTITATIF Oleh Dra. M.Th.Sri Hartati, M.Pd. JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNEVERSITAS NEGERI SEMARANG KATA PENGANTAR - BUKU AJAR MP

BUKU AJAR
METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Oleh
Dra. M.Th.Sri Hartati, M.Pd.

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNEVERSITAS NEGERI SEMARANG

KATA PENGANTAR
Di beberapa peguruan tinggi, baik pada tingkat jurusan maupun fakultas,
utamanya yang mewajibkan mahasiswanya untuk membuat karya ilmiah atau skripsi
berdasarkan penelitian, diajarkan mata kuliah Metodologi Penelitian. Kesulitan yang
sering dihadapi oleh mahasiswa adalah masih langkanya bacaan yang dapat
membantu mahasiswa untuk belajar secara aktif mandiri. Buku ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan buku bacaan seperti itu.
Tujuan instruksional buku ini adalah agar mahasiswa mampu:
1. Merumuskan masalah dan hipotesis penelitian,
2. Menjabarkan variabel penelitian,
3. Memilih prosedur dan tehnik pengumpulan data,

4. Menarik sampel,
5. Mengolah data,
6. Menarik kesimpulan.
Keenam kemampuan itu merupakan dasar untuk menyususn suatu usulan
penelitian dan menyususn skripsi. Sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi,
diharapkan, mata kuliah ini juga nemberikan landasan untuk bersikap ilmiah setelah
mahasiswa lulus. Bersikap ilmiah artinya: Mengetahui ruang lingkup ilmu
pengetahuan, mengetahui cara mengembangkan ilmu dan teknologi sesuai dengan
profesinya, mampu mempergunakan ilmu sesuai dengan tanggung jawab seorang
sarjana, yaitu selalu memakai asas kebenaran, kejujuran, tidak mengutamakan
kepentingan golongan, dan mengakui kekuatan argumentasi.
Oleh karena itu, selain untuk mencapai tujuan instruksional seperti tersebut di
atas, mata kuliah ini juga bertujuan agar mahasiswa memahami: fungsi ilmu
pengetahuan, kriteria kebenaran ilmu pengatahuan, dan daur metode ilmiah. Untuk
mewujudkan tujuan instruksional tersebut di atas, maka diperlukan materi
pembelajaran yang mencakup sejumlah pokok bahasan sebagai berikut: konsep dasar
penelitian ilmiah, pemilihan topik dan perumusan masalah, kepustakaan dan
perumusan hipotesis, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, pengukuran

penyusunan skala dan metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrument,

rancangan eksperimen, dan penelitian tindakan.
Perlu diperhatikan bahwa buku ini bukanlah satu-satunya sumber bacaan atau
bahan studi, oleh karena itu sangat disarankan kepada para mahasiswa untuk lebih
memperkaya dengan rujukan lainnya terutama yang ditunjuk dalam daptar pustaka di
setiap akhir bab buku ini.
Selesainya penyusunan buku ini tidak lepas dari kerja sama baik dengan
berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa kami ucapkan terimakasih. Kami sangat terbuka
bagi kritik dan saran sebagai bahan penyempurnaan terbitan berikutnya.
Harapan kami semoga buku ini bermanfaat bagi para dosen dan mahasisswa
program kependidikan khususnya jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Semarang, September 2007
Penulis

BAB I
KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH
TUJUAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. menjelaskan hakekat metodologi dan metode penelitian

2. menjelaskan hakekat, katagori, aspek, dan fungsi ilmu pengetahuan.
3. menjelaskan; hakekat kebenaran; jenis dan sumber kebenaran;.
4. menjelaskan prosedur cara memperoleh kebenaran ilmiah.
MATERI
A. Metodologi dan Metode Penelitian
Metode berasal dari kata latin”meta” yang berarti sesudah dan “hodos” yang
berarti jalan. Jadi, makna metode kurang lebih adalah “jalan sesudah” atau cara untuk
mencapai atau memahami sesuatu yang belum diketahui. Metodologi berasal dari
kata “meta” dan “hodos” seperti tersebut di atas, ditambah kata “logos” yang beraarti
uraian. Jadi, metodologi adalah pengetahuan (penjelasan) tentang metode atau
pengetahuan tentang berbagai cara untuk memehami sesuatu.
Istilah “penelitian” merupakan padanan kata Inggris” research”. Kata
”research” ini beraral dari akar kata latin”re” (kembali) dan “circum” atau “circa”
(sekitar) yang berkaitan dengan kata ”circare” (memeriksa).
Dengan demikian, metodologi penelitian merupakan pengetahuan tentang
berbagai cara untuk meneliti. Menurut sejarah, dulu ada penelitian yang dilakukan
secara nonilmiah. Cara nonilmiah ini kemudian tidak dipakai lagi dan digantikan
dengan prosedur ilmiah. Penelitian secara ilmiah memerlukan syarat-syarat tertentu,
misalnya tentang logika yang dipergunakan, syarat teori atau dalil keilmuan yang
dipakai, postulat tentang objek yang diteliti, peluang kesalahan kesimpulan, dan

sebagainya.
Metode penelitian lebih sempit telaahnya daripada metodologi penelitian.
Metode penelitian hanya mempelajari cara untuk meneliti, misalnya cara membuat

usulan penelitian, cara merumuskan hipotesis, cara mengamati (mengumpulkan data),
cara mengolah (menghitung data), cara meningkatkan validitas dan reliabilitas, cara
membuat laporan, dan sebagainya. Metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial agak
berbeda dengan metodologi penelitian ilmu-ilmu pasti, karena teori dan dalil (hukum)
berbeda. Sehubungan itu setiap ilmu atau disiplin ilmu mempunyai metode penelitian
sendiri-sendiri. Misalnya, dalam psikologi mempunyai metode penelitian yang
berbeda dengan ilmu-ilmu pertanian.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah semua pengalaman manusia, yang diperoleh baik secara
langsung maupun tidak. Pengalaman langsung diperoleh seseorang melalui alat indra
(sistem syaraf) yang dimilikinya, atau bersifat intelektual (misalnya sikap atau
pendapat). Sedangkan pengalaman tidak langsung diperoleh lewat pengalaman orang
lain, yang secara intelektual diterima oleh orang yang pertama.
Setiap jenis pengetahuan dapat dipandang dari tiga aspek, yang saling
berkaitan, yaitu aspek ontologis, epistomologis, dan aspek aksiologis. Ontologi
menjawab pertanyaan ” apakah yang disebut pengetahuan?”. epistomologi menjawab

pertanyaan ”bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan?”. sedang aksiologi
mejawab pertanyaan ” untuk apa pengetuan itu?”
2. Katagori Pengetahuan
a. Pengetahuan diterima secara a priori, berarti pengetahuan itu langsung dipercaya
(langsung diyakini)
b. Pengetahuan diterima secara posteriori, berarti pngetahuan itu diperoleh secara
kritis (skeptis, harus ada bukti-buktinya) selanjutnya disebut ”ilmu pengetahuan
atau ilmu”
3. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dapat dianggap sebagai suatu proses atau prosedur dan
dapat pula dianggap sebagai produk atau hasil. Sebagai proses, ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui suatu ilmu pengetahuan formal, yaitu
prosedur ilmiah yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan satu-satunya
cara yang sah untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa untuk

memperoleh suatu ilmu pengetahuan secara sahih, harus ditempuh dengan prosedur
ilmiah.
4.Aspek Ilmu Pengetahuan
a. Ontologis : Apa ?
1) Objek penelaahan ilmu pengetahuan adalah pada wilayah yang berada

didalam jangkauan pengelaman manusia.
2) Harus dapat dideduksi secara rasional lalu dibuktikan secara empiris.
b. Epistemologis : Bagaimana cara ? (logico-hypotetico-verificatif )
3) artinya ilmu pengetahuan diperoleh dengan cara logis (ada dasar atau alasan
deduktif rasional) dalam membuat

dugaan (hipotesis) dalam menjelaskan

setiap gejala.
4) dugaan (hipotesis) harus dapat diuji (diverifikasi) secara emperis.
5) Proses pengujian menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan bersifat terbuka
(selalau dilakukan koreksi dan kritik objektif)
c. Aksiologis : Untuk apa ?
6) Terikat pada asas moral

artinya bahwa penerapan ilmu pengetahuan

diarahkan untuk meningkatkan harkat (martabat) kemanuasiaan, tanpa
menentang kodrat dan merusak alam.
7) Bersifat komunal (semua orang berhak mempergunakannya)

8) Bersifat universal ( tidak terikat ras, agama, dan suku)
5. Fungsi Ilmu Pengetahuan
Pada dasarnya ilmu pengetahuan mempunyai fungsi untuk memecahkan
masalah yang dihadapi manusia. Jika diperinci secara lebih lanjut ilmu pengetahuan
dqapat digunakan untuk
a.

Menerangkan suatu gejala (mengamati, memberi nama, memberi keterangan
tentang gejala, dan akhirnya mempunyai deskripsi (pencandraan)tentang berbagai
gejala tersebut),

b. Dapat memahami hakekat gejala (mengetahui alasan, sebab, dan kondisi yang
menimbulkan gejala tersebut),

c. Dapat meramal gejala yang akan datang (menemukan hukum-hukum untuk
menemukan kepastian kejadian yang ditimbulkan oleh gejala atau yang
menimbulkan suatau gejala. Ini berarti manusia dapat meramalkan munculnya
gejala yang akan datang)
d. Dapat mengendalikan gejala (melakukan manipulasi terhadap faktor-faktor yang
menjadi penyebab timbulnya suatau gejala sehingga dapat ”mengatur” kapan

suatau gejala harus terjadi.
6. Metode ilmiah
Agar pengetahuan (termasuk ilmu pengetahuan atau ilmu) dapat dipakai
(berfungasi) bagi manusia, misalnya untuk memecahkan masalah (bersifat praktis),
maka penegetahuan itu harus mengandung ” kebenaran” Pengetahuan yang tidak
mengandung kebenaran, tidak dapat dimanfaatkan. Pembahasan tentang kebenaran
suatu pengetahuan merupakan aspek ontologi.

Sumber Kebenaran

Wahyu
(agama,
dogmatis)

Otoritas ahli, intuisi,
pengalaman pribadi, &
akal sehat

Rasio
(deduksi)



Kriteria Kebenaran
Ilmu Pengetahuan.




Ilmiah
Emperi
(paduan
rasio
(induksi)
dan emperi)

Asas korespondensi ( benar jika objek yg
dibahas adalah objek yg benar-benar ada)
Asas koherensi ( teori dlm ilmu itu harus
konsisten dan tdk bertentangan dengan
teori lain sebelum dan atau sesudahnya)

Asas pragmatis ( teori hrs bermanfaat praktis
dan mendukung teori tertentu.

Prosedur non ilmiah
(sebelum prosedur ilmiah)



Trial and error (coba-coba)



Authority and tradition (otoritas dan tradisi)



Speculation and argumentation (spekulasi dan
argumentasi)




Experimentation (percobaan)

Kegiatan mental yang terdiri atas
 membuat deskripsi (uraian dan penjelasan),
 batasan (definisi),
 klasifikasi (penggolongan),
 pengukuran,
 generalisasi,
 penjelasan,
 pendugaan,
 penilaian (evaluasi)
 kontrol

BERPIKIR

Berpikir kreatif:
 dilakukan tanpa aturan, cara atau prosedur
tertentu,
misal dengan akal sehat, intuisi, perasaan senang,
Berpikir Logis (nalar)
 berpikir dengan logika dilakukan dengan urutan
tertentu.

CARA PROSES
BERPIKIR

LOGIKA
.

adalah cara berpikir dengan aturan dan urutan tertentu
(cara berpikir logis)
 Logika deduksi (dari umum ke khusus)
 Logika induksi (dari yang khusus ke umum)

7. Daur Metode Ilmiah
Kenyataan menunjukan bahwa setelah metode ilmiah dirumuskan oleh John
Dewey, pada tahun 1910, maka metode ini segera dipakai secara meluas. Hal ini
terjadi karena metode ilmiah bersifat efisien, terbuka, dan teruji. Metode ilmiah

efisien dalm mempergunakan sumber daya (tenaga, waktu, biaya) karena, misalnya,
hasil penelitian seseorang dapat juga dijadikan dasar bagi penelitian orang lain.
Hipotesis seseorang, dapat juga diuji oleh orang lain. Kerjasama atau komunikasi di
antara para peneliti seperti ini dapat terjadi karena sifat keterbukaan metode ilmiah,
yatu kemungkinan penggunaan metode ilmiah oleh siapapun. Tidak ada batasan,
misalnya metode ilmiah hanya boleh dilakukan oleh para ahli. Ini menunjukkan,
bahwa metode ilmiah bersifat terbuka. Metode ilmiah teruji, karena prosedurnya
logis, sehingga dianggap sahih untuk memperoleh kebenaran. Selain itu, karena
dalam penelitian ilmiah terdapat ururtan kegiatan, maka terjadi proses perencanaan
yang matang.
Pada prinsipnya, metode ilmiah mempergunakan logika deduksi lalu logika
induksi (daur logico-hypothetico-verifikatif). Daur logico-hypothetico-verifikatif, jika
dijabarkan, terdiri atas tahapan kerja seperti berikut:
1. Ada kebutuhan objektif.
2. Perumusan masalah.
3. Pengumpulan teori.
4. Perumusan hipotesis.
5. Pengumpulan data.
6. Analisis data (pengujian hipotesis).
7. Penarikan kesimpulan.
Penggunaaan istilah daur menunjukkan, bahwa tahapan kerja tersebut tidak
pernah berhenti. Setelah tahap penarikan kesimpulan, akan timbul kebutuhan objektif
atau timbul masalah yang baru lagi. Masalah ini merangsang munculnya teori baru.
Miniatur tahapan berpikir ilmiah terdapat dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah; jadi
suatu penelitian ilmiah harus mengikuti tahap-tahap metode ilmiah.
RANGKUMAN
Makna metode kurang lebih adalah “jalan sesudah” atau cara untuk mencapai
atau memahami sesuatu yang belum diketahui. Metodologi adalah pengetahuan
(penjelasan) tentang metode atau pengetahuan tentang berbagai cara untuk

memahami sesuatu. Sedangkan metodologi penelitian merupakan pengetahuan
tentang berbagai cara untuk meneliti.
Pengetahuan adalah semua pengalaman manusia, yang diperoleh baik secara
langsung maupun tidak. Pengalaman langsung diperoleh seseorang melalui alat indra
(sistem syaraf) yang dimilikinya, atau bersifat intelektual (misalnya sikap atau
pendapat). Sedangkan pengalaman tidak langsung diperoleh lewat pengalaman orang
lain, yang
Ilmu pengetahuan dapat dianggap sebagai suatu proses atau prosedur dan
dapat pula dianggap sebagai produk atau hasil. Sebagai proses, ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui suatu ilmu pengetahuan formal, yaitu
prosedur ilmiah yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan satu-satunya
cara yang sah untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa untuk
memperoleh suatu ilmu pengetahuan secara sahih, harus ditempuh dengan prosedur
ilmiah.
Fungsi Ilmu Pengetahuan a). menerangkan suatu gejala, b). memahami
hakekat gejala c). meramal gejala yang akan datang, d) menemukan kepastian
kejadian yang ditimbulkan oleh gejala atau yang menimbulkan suatau gejala. e)
mengendalikan gejala
Agar pengetahuan (termasuk ilmu pengetahuan atau ilmu) dapat dipakai
(berfungasi) bagi manusia, misalnya untuk memecahkan masalah (bersifat praktis),
maka penegetahuan itu harus mengandung ” kebenaran” Pengetahuan yang tidak
mengandung kebenaran, tidak dapat dimanfaatkan. Pembahasan tentang kebenaran
suatu pengetahuan merupakan aspek ontologi.
Terdapat berbagai sumber

kebenaran, yaitu: Wahyu (agama, dogmatis),

Otoritas ahli, intuisi, pengalaman pribadi, & akal sehat, Rasio(deduksi), Emperi
(induksi), Ilmiah
(paduan rasio dan emperi).
LATIHAN :
1. Mengapa pengetahuan (termasuk ilmu pengetahuan atau ilmu) harus mengandung
kebenaran ?

2. Sebutkan sumber atau cara memperoleh kebenaran.
3. Jelaskan syarat benar bagi ilmu pengetahuan.
4. Sebut dan jelaskan tahapan penemuan metode ilmiah.
5. Sebut dan jelaskan cara berpikir.
6. Apa yang dimaksud dengan logika yang dipakai dalam ilmu pengetahuan.
7. Prosedur berpikir ilmiah:
a. Apa arti “prosedur berpikir ilmiah”?
b. Jelaskan syarat prosedur berpikir ilmiah
c. Sebut dan jelaskan tahapan dalam prosedur berpikir ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, Wayan,1987, Bacaan Pilihan dalam metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta, Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek
pengembangan LPTK.
Margono, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.
Kerlinger, 1998, Asas-asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta, Gajah Mada
University Press.
Sudarmoyo, B., 1993, Metodologi Penelitian Bagi Mahasiswa, Semarang,
Universitas Diponegoro.
Singarimbun, 1989, Metode Penelitan Survai, Jakarta, LP3ES.
Suharsimi hari Kunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, LP3ES

BAB II
MASALAH PENELITIAN,
KAJIAN PUSTAKA dan PERUMUSAN HIPOTESIS
TUJUAN:
Setelah mengikuti perkuliahan pada bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. menjelaskan hakekat masalah, sumber-sumber masalah, dan katagori
permasalahan yang baik dan layak untuk diteliti.

2. merumuskan contoh permasalahan penelitian.
3. menjelaskan hakekat kajian pustaka dan hipotesis penelitian.
4. menjelakan prosedur penemuan rumusan hipotesis penelitian.
MATERI
A. Masalah Penelitian
1. Hakekat masalah
Salah satu langkah yang paling penting dalam membuat penelitian adalah
pemilihan masalah. Banyak mahasiswa mengatakan bahwa menemukana masalah
merupakan dorongan dan bahkan tantangan dan mungkin sebuah hambatan. Dalam
tahap pencarian masalah yang layak untuk diteliti sering merupakan sebuah hambatan
bagi mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi. Sauatu penelitian akan dilakukan selalu
berangkat dari masalah. Memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang
paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988:25)
Masalah dapat dikatakan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, atau dengan kata lain adanya perbedaan antara
harapan dan kenyataan. Consuelo dkk mengatakan bahwa keadaan seperti di berikut
ini dapat memunculkan suatu masalah, misalnya: a) bila ada informasi yang
mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita. b) bila ada hal-hal
yang bertentangan. c) bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan
melalui penelitian.
Tidak semua masalah perlu dilakukan pemecahan melalui sebuah penelitian
dengan menuntut metodologi penelitian ilmiah, karena sangat dimungkinkan cukup
dipecahkan secara sederhana. Menurut Karlinger (1998: 29) Masalah yang baik harus
bercirikan sebagai berikut: (a) masalah harus mengungkapakan hubungan antara dua
variabel atau lebih, (b) masalah harus dinyatakan dalam bentuk kalimat yang jelas
dan tidak hambigu dan dikemukakan dengan kalimat tanya, (c) masalah
harusndirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan adanya kemungkinan
pengujian hipotesis.

2. Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari berbagia sumber, baik dari pengamatan
langsung terhadap fenomena di lingkunagn sekitar, maupun tidak langsung melalui
media cetak, elektronik, dari hasil-hasil penelitian terdahulu, membaca buku,
mengikuti seminar ilmiah, pertemuan-pertemuan seprofesi, dan mungkin dari
pengamatannya selama perkuliahan.
Sedang menurut Stoner (1982:257) mengemukakan sumber-sumber masalah
adalah sebagai berikut: a. adanya penyimpangan antara teori dan kenyataan. b.
adanya penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan kenyataan. c. adanya
pengaduan. d. adanya kompetisi.
Terdapat beberapa cara yang dapat membantu mahasiswa menemukan dan
mengidentifikasi masalah penelitian, yaitu:
a. Membaca sebanyak-banyak literature yang berhubungan dengan bidang kita dan
bersikap kritis terhadap apa yang dibaca.
b. Menghadiri kuliah atau ceramah profesional.
c. Mengamati dari dekat situasi atau kejadian - kejadian di sekitar.
d. Memikirkan kemungkinan penelitian dengan topic-topik atau pelajaran yang
didapat waktu kuliah.
e. Menghadiri seminar-seminar hasil penelitian.
f. Mengadakan penelitian-penelitian kecil dan catat hasil penemuan yang
diperolehnya.
g. Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
h. Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan bidangnya
3. Karakteristik masalah yang baik:
Pada dasarnya hampir semua permasalahan memerlukan pemecahanan, baik
secara sederhana maupun secara ilmiah. Pemecahan masalah dengan cara sederhana
tidak perlu melalui tahapan - tahapan atau prosedur ilmiah. Permasalahapermasalahan yang memerlukan prosedur dan tahap ilmiah adalah permasalahanpermasalahan yang bercirikan tertentu.

Di bawah ini terdapat ciri-ciri masalah yang memerlukan pemecahan secara
ilmiah:
a.

Masalah harus fisible, artinya bahwa masalah tersebut harus dapat dicari
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak menghabiskan dana, tenaga, dan
waktu

b.

Masalah harus jelas, yaitu menunjukkan semua orang memberikan persepsi
yang sama terhadap masalah tersebut.

c.

Masalah harus signifikan, artinya bahwa jawaban atas masalah tersebut harus
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
kehidupan manusia.

d.

Masalah harus etis, artinya bahwa tidak bertentangan dengan etika dan nilainilai keyakinan dan agama tertentu.

e.

Masalah haruslah merupakan issu baru, artinya issu yang sedang dibicakan dan
didiskusikan oleh sebagaian besar masyarakat.

f.

Masalah dapat dipecahkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

g.

Masalah yang dipilih harus benar-benar menarik bagi calon penelitinya.

4. Bentuk-Bentuk Masalah Penelitian
Bila dilihat dari karakteristik variabel dan hubungan antar variabel dalam
penelitian, maka bentuk- bentuk masalahan penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Permasalahan deskriptif, adalah permasalahan yang berkenaan dengan variable
mandiri, yaitu tanpamembuat perbandingan atau menghubungkan.
Contoh:
1) Seberapa tinggi produktivitas keja karyawan di PT Samudra?
2) Seberapa baik interaksi kerja karyawan di industri A?
3) Bagaimana sikap masyarakat terhadap pelaksanaan PIN Polio?
4) Berapa persen motivasi pegawai negeri, bila didasarkan pada criteria ideal
yang diterapkan?
b. Permasalahan komparatif, adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan variabel pada dua sample atau lebih.

Contoh:
1) Adakah perbedaan produktifitas kerja antar pegawai negeri dan swasata?
2) Adakah kesamaan interaksi kerja antara karyawan perusahaan A dan B?
3) Adakah perbedaan disiplin kerja antara pegawai swata dan BUMN?
4) Mana yang lebih tinggi prestasi kerja antar pegeawai negeri, swasta dan
BUMN?
c. Permasalahan asosiatif adalah : suatu pertanyaan penelitian yang menghubungkan
dua atau lebih variabel. Terdapat dua hubungan asosiatif ini, yaitu hubungan
Simetris dan hubungan Kausal.
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat kebersamaan. Contoh:
1) Adakah hubungan antara kecerdasan dan prestasi
2) Adakah hubngan antara bakat, minat, dan kreativitas siswa?
3) Adakah hubungan antara kodok ngorek dan jumlah paying yang terjual?
Hubungan kausal adalah hubngan yang bersifat sebab akibat, jadi akan ada
variabel independen dan variabel depeden. Contoh:
1) Adakah pengaruh gaji terhadap prestasi kerja karyawan ?
2) Adakah pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru?
3) Seberapa besar pengaruh tata ruang terhadap kedisiplinsn karyawan?
4) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap
efesiensi kerja karyawan.
Hubungan interaktif, adalah hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga tidak
diketahui mana variabel dependent dan mana variabel independent. Contoh:
1) Hubungan antara kemiskinan dan kebodohan, Kemiskinan dapat
menyebabkan kebodohan, dan kebodohan juga dapat menyebabkan
kemiskinan.
2) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Motivasi dapat mempengaruhi
prestasi, dan presatasi dapat mempangaruhi motivasi.
B. Teeori dan kajian Pustaka

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep, definisi, dan proposisi yang
menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis merinci hubungan antara variabelvariabel dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. (Kerlinger,
1998). Sedangkan Singarimbun (1989) mengemukakan bahwa teori adalah
seperangkat asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena secara sistematik dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Dalam pencarian teori, kita mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dari kepustakaan yang berhubungan. Teori dapat dicari dari berbagai buku, jurnal,
majalah, tesis, dan disertasi, serta sumber-sumber lain yang sesuai.
1. Fungsi Teori
a. Sebagai identifikasi awal dari masalah penelitian dengan menampilkan
kesenjangan, bagian-bagian yang lemah, dan ketidak sesuainnya dengan
penelitian-penelitian terdahulu. Sehingga dapat memberikan suatu kerangka
konsepsi penelitian dan memberikan alasan perlunya penyelidikan.
b. Untuk mengumpulkan semua konstruk atau konsep yang berkaitan dengan
topic penelitian. Kemudian melalui teori ini dapat membuat pertanyaanpertanyaan yang terinci sebagai pokok masalah.
c.Untuk menampilkan hubungan antara variable-variabel yang telah diteliti.
Dengan ini kita dapat membandingkan topic penelitian dengan penemuan penemuan sebelumnya.
2. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah proses umum yang dilalui untuk mendapatkan
teori terdahulu. Kajian pustaka ini meliputi pengidentifikasian secara sistematis,
penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang
berkaitan masalah penelitian.
3. Fungsi kajian pustaka:
a. Menyediakan kerangka konsepsi atau kerangka teori utk penelitian yang
direncanakan.

b. Menyediakan informasi tetang penelitian yang lampau yang berhubungan
dengan penelitian yg akan dilakukan.
c. Memberi informasi tentag metode penelitian, populasi & sample, intrumen
pengumpulan data, dan perhitungan statistic yang digunakan pada penelitian
sebelumnya.
d. Mencari jawaban sementara (hipotesis) dari masalah yg dirumuskan.
e. Menyediakan

temuan-temuan

dan

kesimpulan-kesimpulan

penelitian

terdahulu yang dapat dihubungkan dengan kesimpulan kita.
f. Membantu menemukan topic yang lebih sesuai.
Kepustakaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kepustakaan penelitian dan
kepustakaan konseptual. Kepustakaan teori meliputi laporan penelitian yang sudah
diterbitkan, misalnya jurnal dll. Sedangkang kepustakaan konseptual meliputi artikel artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli. Sumber-sumber kepustakaan dapat
dicari di dalam buku teks, jurnal, ensiklopedi, indeks, hasil-hasil penelitian (tesis dan
disertasi), dan abstrak.
C. HIPOTESIS
Setelah peneliti melakukan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai
sumber untuk memeproleh jawaban sementara atas pertanyaan sementara yang telah
dirumuskan sebelumnya. Dikatakan jawaban semenatara karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, dan belum dibuktikan secara emperis
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis merupakan suatu pernyataan
yang penting kedudukannya dalam penelitian, oleh karena itu peneliti dituntut
kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Borg and Gall
(1976:61) mengemukakan adanya persyaratan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
(1) Hipotesis harus dengan kalimat yang singkat dan jelas. (2) Hipotesis harus
dengan nyata menunjukkan adanya hubungan dua atau lebih variable. (3). Hipotesis
harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil peneliti
yang relevan.

1. Bentuk-Bentuk Rumusan Hipotesis Penelitian
Bentuk hipotesis penelitian sangat tergantung pada bentuk permasalahan
penelitian. Apabila masalah penelitiannya deskriptif maka bentuk hipotesisnya juga
akan mengikutinya, yaitu berbentuk deskriptif.

Dengan demikian

terdapat tiga

bentuk hipotesis, yaitu: hipotesis dIskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis
asosiatif.
a. Contoh rumusan hipotesis diskriptif :
1) (Ho) : Daya Tahan Lampu Pijar mereke A = 600 jam
(Ha) : Daya Tahan lampu Pijar A ≠ 600 jam Ini dapat berarti ≤ atau ≥ dari
600
(Ho) : µ = 600
(Ha) : µ ≠ 600 atau > atau < 600
µ adalah nilai populasi yang dihipotesiskan / ditaksir.
2). (Ho) : Semangat kerja karawan PT A = 75 % dari criteria yang ditetapkan.
(Ha) : Semangat kerja PT A ≠ 75% atau > atau < 75%
(Ho) : p = 75 %
(Ha) : p ≠ 75% atau > atau < 75%
b. Contoh rumusan hipotesis komparatif
Rumusan Masalah
1) Bagaimana produktivitas kerja karyawan FIP bila dibandingkan dengan
karyawan FMIPA ?
2) Adakah perbedaan daya kepemimpinan di FIP dan FMIPA ?
Rumusan Hipotesisnya:
1) (Ho) : Tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara karywan di FIP dan
FMIPA atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan
FIP dan FMIPA
(Ha) : Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan FIP dan
FMIPA.
(Ho) : µ1 = µ2

(Ha) : µ1 ≠ µ2
2). (Ho) : Produktivitas kerja karyawan FIP lebih kecil atau sama dengan (≤)
karyawan FMIPA
(Ha) : Produktivitas karywan FIP lebih besar dari karyawan FMIPA.
(Ho) : µ1 ≤ µ2
(Ha) : µ1 > µ2
3). (Ho) : Produktivitas karyawan FIP lebih besar atau sama dengan (≥)
karyawan FMIPA.
(Ha) : Produktivitas kerja karyawan FIP lebih kecil (