Tinjauan Pustaka T1 672010155 Full text

2

2. Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menjelaskan bahwa wireless sensor network terdiri dari atas sejumlah sensor node yang bebas. Setiap node memiliki kemampuan untuk mengirim, menerima, dan mendeteksi. Selain itu sensor juga dilengkapi peralatan pemrosesan, peralatan komunikasi dan power supply atau baterai. Melalui pendekatan berbasis geographical based, maka dibuat sebuah simulasi yang nantinya diharapkan dapat memberikan jalur routing terpendek namun juga efisiensi energi yang digunakan oleh node sehingga terjadinya penghematan jarak sebesar 10-20 [4]. Penelitian lain yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah penelitian tentang pembuatan simulasi dengan yang menggunakan LEACH protocol. Pada penelitian tersebut dijelaskan tentang bagaimana melakukan analisa dalam melakukan routing dan isu-isu desain jaringan pada WSN dengan menggunakan LEACH protocol [5]. Penelitian lain yang juga dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang menjelaskan tentang bagaimana membentuk suatu routing alternatif dengan menggunakan gradient based sebagai algoritma yang rute pengiriman data. Dengan menggunakan pendekatan secara gradient atau jarak relatif dan tidak menggunakan jarak absolut, nantinya akan dihasilkan sebuah rute terbaik yang bisa dihasilkan agar sistem tetap dapat berjalan meskipun terjadi kerusakan dan kekurangan daya [6]. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai efisiensi energi dan jarak yang menjadi rute dengan menggunakan metode Gradient Based dan Georaphical Based, yang mampu memberikan efisiensi terhadap penggunaan energi, maka dilakukan penelitian yang membahas tentang penggunaan energi node dengan memanfaatkan LEACH Protocol Low Energy Adaptive Clustering Hierarchy, yaitu dengan membuat sebuah simulasi agar dapat mempelajari ketahanan energi terbaik meskipun terdapat node yang akan kehabisan energi. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan 2 protokol cluster pada WSN, yaitu protokol LEACH dan Static-Clustering dengan menggunakan Network-Simulator 2. Sebuah sensor network adalah infrastuktur yang terdiri dari penginderaan sensing, pengukuran computating, dan elemen komunikasi communication yang memberikan administrator kemampuan untuk melakukan pengamatan dan memberikan reaksi terhadap suatu peristiwa maupun fenomena dalam suatu lingkungan [7]. Kumpulan dari beberapa wireless sensor jika masing-masing diletakkan secara spesial dan diatur konfigurasinya, dapat disebut sebagai WSN Wireless Sensor Network. WSN merupakan sensor yang menggunakan jaringan wireless untuk melakukan monitoring fisik atau kondisi lingkungan sekitar, seperti suhu, getaran, suara, gelombang elektromagnetik, tekanan, gerakan, dll . Pada dasarnya jaringan komunikasi wireless sensor ini digunakan pada industri ataupun aplikasi komersial lainnya yang kesulitan dengan sistem perkabelan. Area penggunaan dari wireless sensor ini adalah seperti sistem monitor tingkat polusi atau kontaminasi udara, pengendali reaktor nuklir, sistem deteksi kebakaran atau 3 semburan panas bumi, area habitat monitoring, object tracking, traffic monitoring, ataupun kondisi lainnya [8]. Routing protokol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Sebuah jaringan terdiri dari beberapa node, yang pada umumnya paket data dikirim melewati beberapa node sebelum akhirnya mencapai tujuan. Berikut merupakan berbagai macam routing yang ada pada WSN berdasarkan pada struktur jaringanya, routing dalam WSN dibagi menjadi 3; Flat Routing, Hierarchical Routing, dan Location Based Routing [9]. Flat Routing memungkinkan setiap node biasanya memainkan peranan yang sama, dan sensor node bersama-sama berkolaborasi untuk melakukan tugas penginderaan. Karena besarnya jumlah node maka tidak mungkin untuk memberikan pengenal global ke setiap node, yang menyebabkan flat routing menjadi data-centric routing. Dimana base station mengirim queri ke daerah tertentu dan menunggu data dari sensor yang terletak di daerah yang dipilih. Karena data yang diminta melalui queri tertentu, pemberian atribut dilakukan untuk menentukan sifat data yang akan diterima dan dikirim. Hierarchical Routing membuat node dengan energi tinggi dapat digunakan untuk memproses dan mengirimkan informasi sementara node dengan energi rendah dapat digunakan untuk melakukan penginderaan. Hal ini menyebabkan penentuan cluster head memberikan kontribusi untuk skalabilitas, lifetime, dan kebutuhan energi. Routing ini merupakan cara yang efisien untuk menurunkan konsumsi energi dalam cluster dan dengan melakukan data aggegation and fusion untuk mengurangi jumlah data yang ditransmisikan ke base station. Location Based Routing bekerja dengan cara sensor node ditangani sesuai dengan lokasi mereka. Jarak antar node diperkirakan atas dasar kekuatan sinyal yang masuk. Koordinat relatif antar node diperoleh dengan pertukaran informasi antar tetangga node, maupun dengan koordinat dari Global Positioning System GPS Protokol yang digunakan dalam penelitian ini adalah Low Energy Adaptive Clustering Hierarchy LEACH. LEACH adalah cluster-based protocol. Jumlah cluster head dan anggota cluster yang dihasilkan oleh LEACH menjadi parameter penting untuk mencapai kinerja yang lebih baik. LEACH merupakan clustering adaptif protokol yang menggunakan pengacakan untuk mendistribusikan beban energi secara merata antara sensor dalam jaringan. Dalam LEACH, node terorganisir didalam cluster lokal, dengan satu node yang bertindak sebagai cluster head. Cluster head dipilih secara prioritas dan tetap didalam seluruh sistem selamanya, seperti dalam algoritma clustering konvensional, mudah untuk melihat bahwa sensor yang dipilih untuk menjadi cluster head akan kehabisan energi dengan cepat, dan akibatnya akan mengakhiri komunikasi dari semua node dalam cluster tersebut. Sensor dipilih untuk menjadi cluster head pada waktu tertentu dengan probabilitas tertentu. Setiap node menentukan cluster dengan memilih cluster head yang membutuhkan energi komunikasi minimum. 4 Gambar 1 Cluster based mechanism of LEACH in WSN [5]. Gambar 1 menjelaskan bagaimana cara kerja LEACH dalam WSN dimana node- node akan membentuk sebuah cluster dan memilih cluster head yang nantinya akan mengirimkan informasi ke base station Operasi dari LEACH terbagi menjadi putaran-putaran dimana setiap putaran dibagi menjadi dua tahapan, tiap tahapan dimulai dengan set-up phase, saat cluster mulai berorganisir diikuti oleh steady-state phase, saat data ditransmisikan ke base station terjadi yang digambarkan pada Gambar 2. Gambar 2 Set-Up Phase dan Steady-state LEACH [9]. Setup phase dibagi lagi menjadi 3 tahapan yaitu Advertisement phase: dimana algoritma pemilihan Cluster Head dieksekusi yang digambarkan pada Gambar 2, Cluster setup: node-node bergabung menjadi sebuah cluster, Broadcast schedule: head melakukan penjadwalan untuk melakukan broadcast ke member clusternya. 1 Gambar 3 Selection Algorithm [10] 1 [ mod1 ] , P if n G P r P T n otherwise         5 Identifikasi Masalah dan Pengumpulan Data Perancangan Sistem Analisis Hasil dan Penyimpulan Hasil Eksperimen dan Pengumpulan Data Gambar 3 menjelaskan tentang tahapan advertisement dimana algoritma akan memilih cluster head dengan sebuah probabilitas, node N akan memilih random number antara 0-1, jika mTn untuk node n, maka node akan menjadi cluster head, dimana P merupakan persentasi dari total jumlah node, r adalah putaran sementara, dan G adalah node yang belum menjadi cluster head selama 1P putaran. Dengan menggunakan batasan ini setiap node akan berkesempatan menjadi cluster head selama 1P putaran. Selama putaran 0 r=0, setiap node berkesempatan P untuk menjadi cluster head. Pada tahap Steady-state phase ini semua node akan mengirim data ke cluster headnya masing-masing, kemudian cluster head melakukan pengumpulan data dan melakukan transmisi untuk mengirimkan data ke Base Station dengan menggunakan transmisi secara langsung. 3. Metode dan Perancangan Sistem Tahapan penelitian pada perancangan simulasi ini melalui beberapa tahapan yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 4 Tahapan Penelitian [11] Tahapan penelitian pada Gambar 4 dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama adalah identifikasi masalah dan pengumpulan data, dilakukan pengumpulan data berupa informasi-informasi mengenai berbagai masalah yang terdapat pada wireless sensor network dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah masalah penggunaan energi yang digunakan. Tahapan kedua adalah tahapan perancangan sistem, yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah perancangan simulasi dari wireless sensor network. Tahapan ketiga adalah eksperimen, dimana dilakukan pengimplementasian LEACH protokol pada lingkungan simulasi untuk mendapatkan data sebagai bahan analisis. Tahap keempat adalah pengujian serta analisis hasil dari implementasi LEACH protokol pada simulasi. 6 Adapun perangkat keras dan lunak yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kebutuhan Sistem Komponen Fungsi Spesifikasi 1 Buah mesin virtual Sebagai Host dari simulasi - Base Memory 768 MB - Storage 8 GB Ubuntu 10.10 32 bit Sistem Operasi mesin virtual dari simulasi yang dibangun Network Simulator 2 Sebagai Simulator yang menjalankan LEACH protokol ns-allinone-2.34 Pada tahap perancangan sistem yang dilakukan adalah langkah-langkah perancangan Network Simulator 2, yang akan dipergunakan untuk mendapatkan hasil data penggunaan energi setelah menggunakan LEACH protokol. Perancangan sistem didasarkan pada perencanaan area simulasi, jumlah node sensor, lama waktu simulasi berjalan, dan sistem komunikasi node. Area simulasi ditetapkan sebagai luasan yang didefinisikan sebagai sumbu x dan sumbu y. Jumlah node yang telah ditentukan kemudian diposisikan dengan aturan yang sudah ditentukan, dimana dalam perancangan ini node sensor diposisikan dengan aturan random. Keseluruhan perencanaan parameter-parameter ini diinisialisasikan yang kemudian menjadi kebutuhan untuk simulasi. Proses algoritma pada protokol LEACH terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase setup-state dan steady-state yang dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5 Proses setup-phase pada LEACH [5] 7 Gambar 5 merupakan flowchart proses setup-phase dimana pada tahapan ini node akan dipilih untuk menjadi cluster head dengan selection algorithm. Kemudian setiap node akan dicek kembali apakah node i merupakan cluster head, node yang menjadi cluster head akan mengirimkan brodcast ADV kepada node- node disekitarnya, sementara node yang bukan cluster head akan menerima setiap broadcast ADV dari cluster head, dan memilih akan bergabung dengan cluster terdekat. Node yang bukan cluster head akan mengirim kembali joint-Req kepada node yang dia pilih, dan node yang menjadi cluster head akan menerima joint-Req dari node yang bukan cluster head dan membentuk cluster. Node non Cluster head menunggu jadwal TDMA yang dibuat oleh cluster head, setelah cluster head membuat jadwal TDMA, kemudian jadwal dikirimkan ke anggota clusternya, dan node non cluster head menerima dan proses steady-state selesai yang akan dilanjutkan dengan setup-phase yang digambarkan pada Gambar 6. Gambar 6 Proses steady-state pada LEACH [12] Pada fase ini node akan diperiksa apakah merupakan sebuah cluster head, apabila merupakan cluster head maka, cluster head akan menerima data dari semua anggota cluster. Node yang bukan cluster head hanya akan mengirim data sesuai dengan jadwal TDMA yang sudah diterima. Node cluster head akan mengumpulkan dan melakukan kompresi terhadap data dan semua data yang sudah dikompresi akan dikirimkan ke Base Station, proses steady-state pun selesai. Parameter yang menjadi acuan untuk melihat kinerja dari LEACH dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter Simulasi Parameter Nilai Area Simulasi 100 Yard x 100 Yard Waktu Simulasi 3600 Putaran Posis Base Station 50, 175 Energy Awal Node 2 Joule 8 Tabel 2 menjelaskan tentang parameter-parameter yang akan digunakan dalam melakukan eksperimen dari penggunaan LEACH protokol. Penempatan Base Station pada koordinat x = 50 dan y = 175 yang dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan keadaan aslinya dimana Base Station selalu berada paling jauh dari node dan tetapi dekat dengan administrator. Penggunaan energi 2 Joulenode merupakan inisiatif dari penulis dikarenakan pada penelitian sebelumya telah digunakan energi 0.5 – 1 Joulenode [10], sehingga hasil yang akan didapatkan akan berbeda dari penelitian - penelitian sebelumnya.

4. Hasil dan Pembahasan