Automatic Sprinkler System ASSPemercik Api Otomatis

a. Sprinkler berdasarkan arah pancaran : 1 Pancaran arah keatas up right jika kepala sprinkler mengarah ke atas sehingga pancaran air mengarah keatas ke langit-langit 2 Pancaran arah kebawah pendent jika kepala sprinkler mengarah ke bawah sehingga air mengarah kebawah 3 Pancaran arah dinding, sprinkler dipasang didinding. b. Sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap suhu : 1 Warna segel : a warna putih pada temperatur 93 °C b warna biru pada temperatur 141°C c warna kuning pada temperatur 182°C d warna merah pada temperatur 227°C e tidak berwarna pada temperatur 68°C74°C 2 Warna cairan dalam tabung sensor temperatur : a warna jingga pada temperatur 57°C b warna merah pada temperatur 68°C c warna kuning pada temperatur 79°C d warna hijau pada temperatur 93°C e warna biru pada temperatur 141°C f warna ungu pada temperatur 182°C g warna hitam pada temperatur 204°C260°C Jenis instalasi sprinkler yang dikenal menurut Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10KPTS2000 2000 : 134, adalah : a. Sistem pipa basah wet pipe adalah pipa sprinkler yang pipa utama dan pipa distribusi sampai outlet selalu terisi penuh air bertekanan tertentu yang siap sewaktu-waktu menyembur bila nozzle terkena reaksi panas. b. Sistem pipa kering dry pipe adalah pipa-pipa sprinkler horizontal dalam keadaan berisi udara, apabila ada kenaikan suhu pada nozzle, maka switchklep pada pipa utama akan membuka sehingga pipa horizontal penuh air dan menyembur keluar melalui nozzle. c. Sistem preaction adalah pipa sprinkler yang hampir dengan pipa kering tetapi air telah siap sebelum ujung kepala sprinkler terbuka dan juga disertai suara alarm. d. Sistem deluge adalah jika semua sprinkler mengarah kebawah secara serentak. e. Sistem kombinasi antara preaction dan sistem pipa kering dry pipe. f. Special sprinkler system Pada system ini ada dua jenis, yaitu : 1 Special sprinkler system yang menggunakan kabut air fog, bukan cairan. 2 Special sprinkler system dengan bahan dry chemical, yaitu dengan mengisolasi bahanbarang yang belum terbakar dan mengurangi O 2 pada barang yang sedang terbakar sehingga cepat padam. Jumlah lantaitinggi bangunan menentukan perlu tidaknya pemasangan sprinkler. Pemasangan sprinkler pada bangunan dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1. Klasifikasi Bangunan Klasifikasi Bangunan TinggiJumlah Lantai Penggunaan Sprinkler A. Tidak bertingkat Ketinggian sampai dengan 8 m atau satu lantai Tidak diharuskan B. Bertingkat rendah Ketinggian sampai dengan 8 m atau dua lantai Tidak diharuskan C. Bertingkat rendah Ketinggian sampai dengan 14 m atau 4 lantai Tidak diharuskan D. Bertingkat tinggi Ketinggian sampai dengan 40 m atau 8 lantai Diharuskan, mulai dari lantai satu E. Bertingkat tinggi Ketinggian lebih dari 40 m atau diatas 8 lantai Diharuskan, mulai dari lantai satu Sumber : Jimmy S Juwono. 2005 Peralatan dan komponen sprinkler system gedung terdiri dari Panduan Pemasangan Sistem Sprinkler Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung 1987 : 5 : a. Komponen sprinkler system terdiri dari : 1 Kepala sprinkler 2 Tabung berbentuk deflector 3 Tabung berisi cairan atau bentuk segel 4 Pendeteksi kebakaran b. Persediaan air c. Pompa dan perlengkapannya d. Jaringan listrik Dalam pemasangan automatic sprnkler system ASS harus memperhatikan persyaratan, yaitu : a. Jumlah dan perletakan sprinkler system 1 Jumlah maksimum kepala sprinkler menurut jenis bahaya kebakaran ringan, sedang, berat. 2 Disesuaikan dengan klasifikasi bangunan dan tinggi jumlah lantai ruangan yang dilindungi oleh sprinkler. Jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang pada satu katup kendali adalah : Tabel 2. Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler Jenis Bahaya Kebakaran Jumlah Kepala Sprinkler buah Ringan Sedang Berat 300 1000 1000 Sumber : Jimmy S Juwono. 2005 3 Kebutuhan jumlah kepala sprinkler dapat diperoleh secara empiris ∑ = 25 .bangunan L b. Kapasitas aliran, tekanan, kepadatan pancaran dan daerah kerja maximum. Tabel 3. Kapasitas Aliran Jenis bahaya kebakaran Kapasitas aliran lmnt Tekanan pada kepala sprinkler kgcm 2 Kepadatan pancaran dmmnt Ukuran sprinkler cm Daerah kerja max cm 2 1. Bahaya kebakaran ringan 2. Bahaya kebakaran sedang kel. I 3. Bahaya kebakaran sedang kel. II 4. Bahaya kebakaran sedang III 5. Bahaya kebakaran berat 300 375 725 1100 2300 9650 1,0 1,2 1,4 1,4 2,2 0,04 0,05 0,06 0,07 0,075 0,3 1,25 1,25 1,25 1,25 125 84 72 144 360 260 300 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2000. c. Saluran air bagi sprinkler harus mempunyai tekanan yang cukup untuk mencapai titik terjauh instalasi kepala sprinkler, yaitu antara 0,5 – 2,0 kgcm 2 . Penentuan besar tekanan dilakukan menurut jenis dan tingkat bahaya yang diproteksi. Aliran sumber catu air untuk splinker harus mencukupi untuk dapat mengalirkan air sekurang-kurangnya 40 – 200 litermenit perkepala sprinkler menurut jenis dan tingkat bahaya kebakaran yang diproteksi. Kapasitas aliaran sumber air ditentukan oleh jumlah kepala sprinkler yang pecah secara serentak pada saat kebakaran Menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10KPTS2000 Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000 : 135. d. Kapasitas pancaran perkepala sprinkler 1 Didapat dengan perhitungan Q = K x P Keterangan : Q = kapasitas pancaran lmnt P = teknan air dikepala sprinkler kg cm 2 K = konstanta, ditentukan oleh ukuran nominal lubang kepala sprinkler. 2 Ukuran nominal lubang kepala sprinkler seperti pada tabel Tabel 4. Ukuran Nominal Lubang Kepala Sprinkler Jenis bahaya kebakaran Ukuran nominal lubang kepala sprinkler mm Ringan Sedang kel. I Kel. II Kel. III Berat 10 15 15 15 20 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Cangkan Tabung Cairan Keruc Katup Sekat Dudukan Aliran air Detektor Sprinkler Segel Sprinkler 3 Konstanta Tabel 5. Konstanta Ukuran Nominal Ukuran nominal lubang kepala sprinkler mm Konstanta K 10 15 20 57 + 5 80 + 5 115 + 5 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987. e. Penempatan kepala sprinkler 1 Penempatan kepala sprinkler didasarkan luas daerah kerja maksimum tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara pipa cabang. a Kepala sprinkler seperti pada gambar. Gambar 2. Kepala Sprinkler Sumber : Jimmy S Juwono, 2005. Dinding pemisah 0,5 S D S : Perencanaan penempatan kepala sprinkler pada pipa cabang D : Jarak antara deretan kepala sprinkler S 0,5 D 0,5 S S 0,25 S 0,75 S 0,5 S S 0,5 S S 0,25 S 0,75 S D 0,5 D Dinding b Penempatan kepala sprinkler seperti gambar. Gambar 3. Penempatan Sprinkler Sumber : Jimmy S Juwono, 2005. 2 Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal bahaya kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 m dan dalam hal kebakaran sedang atau berat tidak boleh melebihi 2 m. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-langit, maka jarak kepala sprinkler dan dinding tidak boleh melebihi 1,5 m. Gedung yang mempunyai sisi terbuka jarak kepala sprinkler sampai sisi terbuka tidak boleh lebih dari 1,5 m. 3 Kepala sprinkler harus diletakkan bebas dari kolom. Apabila kolom tersebut tidak dapat dihindari dan jarak kepala sprinkler terhadap kolom kurang dari 0,6 m, maka harus ditempatkan sebuah kepala sprinkler tambahan pada jarak 2 m dari sisi kolom yang berlawanan. Sprinkler Pemasangan kepala sprinkler tambahan Gambar 4. Penempatan Kepala Sprinkler Tambahan Sumber : Jimmy S Juwono, 2005. 4 Untuk ketentuan khusus Menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10KPTS2000 Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000 : 135 : a Ruangan tersembunyi, misalnya ruangan antara langit-langit dan atap dengan jarak melebihi 80 cm diukur dari permukaan atap terbawah kepermukaan langit-langit teratas dan ruangan tersembunyi lainnya harus dilengkapi dengan sistem sprinkler dan 2m 0,6m 2m 0,6m 4,6 m 4,6 m kolom kolom 2m 0,6m 2m 0,6m 4,6 m 4,6 m kolom kolom jenis kepala sprinkler yang digunakan adalah jenis pancaran arah keatas. b Batasan jarak maksimum antar kepala splinker, untuk jenis kepala sprinkler pancaran keatas maupun jenis pancaran kebawah baik pada cabang maupun antar cabang adalah : i Kelas bahaya kebakaran ringan : 4,6 m. ii Kelas bahaya kebakaran sedang : 4 m. iiiKelas bahaya kebakaran berat : 3,7 m. c Jarak dari kepala sprinkler kedinding partisi harus kurang dari ½ jarak antar kepala sprinkler tersebut pada butir b. d Batasan cakupan setiap kepala sprinkler seperti pada tabel berikut Tabel 6. Cakupan Kepala Sprinkler No. Jenis Konstruksi Kelas Bahaya Kebakaran Ringan Sedang Berat 1. Konstruksi tidak terhalang kayu 18,5 m 2 200 ft 2 12 m 2 130 ft 2 9,25 m 2 100 ft 2 2. Konstruksi yang menghalang dari bahan tidak terbakar 18,5 m 2 200 ft 2 12 m 2 130 ft 2 9,25 m 2 100 ft 2 3. Konstruksi yang menghalang dari bahan mudah terbakar 18,5 m 2 168 ft 2 12 m 2 130 ft 2 9,25 m 2 100 ft 2 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2000. e Radius pancaran air yaitu 6 m 2 , 9 m 2 , 12 m 2 dan 16 m 2 radius dalam hitungan luasan persegi. f. Persyaratan bahan Bahan-bahan yang dipakai berkualitas baik, minimum kelas medium, memenuhi spesifikasi bahan bangunan dan standar industri Indonesia. Tabel 7. Bahan dan jenis sprinkler g. Sumber air sprinkler 1 Sumber air sprinkler berasal dari PAM, arthesis atau sumur dalam yang memenuhi kualitas air bersih. 2 Persediaan air untuk sprinkler setiap saat Tabel 8. Persediaan Air Untuk Sprinkler Jenis bahaya kebakaran Tinggi maks.sprinkler diatasterendah Kapasitas minimum penampang air m 3 1. Bahaya kebakaran ringan 15 30 45 9 10 11 2. Bahaya kebakaran sedang kel. I 15 30 45 55 70 80 No. Bahan Jenis 1 Kepala Sprinkler a. Baja b. Baja galvanis c. Besi tuang 2 Fiting Pipa a. Pipa baja b. Pipa baja galvanis c. Pipa besi tuang d. Pipa tembaga 3. Bahaya kebakaran sedang kel. II 15 30 45 105 125 140 4. Bahaya kebakaran sedang III 15 30 45 135 160 185 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2000. h. Pompa Untuk mendapatkan air yang bertekanan, maka harus menggunakan pompa sprinkler dengan persyaratan : 1 Tidak boleh digunakan untuk sistem lain. 2 Siap digunakan setiap saat. 3 Dapat bekerja secara otomatis dan manual. 4 Sumber tenaga untuk motor penggerak harus berdiri sendiri. 5 Kapasitas pompa minimum disesuaikan dengan jenis bahaya kebakaran seperti pada tabel berikut. Tabel 9. Kapasitas Pompa Minimum Jenis bahaya kebakaran Kapasitas pompa minimum m 3 jam Ringan Sedang kel. I Kel. II Kel. III Berat 18 24 44 66 138 – 580 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987. i. Sistem instalasi sprinkler 1 Pipa cabang Ukuran pipa yang digunakan ditentukan dengan metode skedul pipa Bahaya kebakaran ringan dan kebakaran sedang, mempengaruhi jumlah maksimum kepala sprinkler. Tabel 10. Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler Jenis bahaya kebakaran Diameter pipa mm Jumlah maksimum kepala sprinkler 1. Ringan 2. Sedang : - Susunan cabang tunggal dengan 2 kepala sprinkler - Dua pipa cabang terakhir - Susunan cabang tunggal 3 kepala sprinkler - Tiga cabang terakhir - Susunan lain - Cabang terakhir 25 25 32 25 32 25 32 40 50 3 1 2 2 3 2 3 4 9 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2000. Penempatan gantungan pada pipa cabang : a Pada tiap pipa cabang harus terdapat sekurang-kurangnya sebuah gantungan. b Kepala sprinkler arah keatas tidak boleh kurang dari 80 mm. c Tidak boleh lebih 0,9 m dari kepala sprinkler ujung untuk pipa berdiameter 25 mm. d Tidak boleh lebih 1,2 m dari kepala sprinkler ujung untuk pipa berdiameter 32 mm lebih. 2 Pipa pembagi Penempatan gantungan pada pipa pembagi adalah : a Pada pipa pembagi harus terdapat sekurang-kurangnya satu gantungan diantara dua pipa cabang. b Pipa pembagi pada bagian yang mempunyai dua pipa cabang, gantungan tengahnya boleh dihilangkan dengan ketentuan bahwa gantungan harus di pasang pada tiap pipa cabang. c Pipa pembagi yang mempunyai tiga pipa cabang atau lebih yang mendapat pemasukan sisi atau tengah hanya satu gantungan tengah boleh dihilangkan dengan ketentuan bahwa gantungan harus dipasang pada tiap pipa cabang. 3 Pipa penguji sistem a Setiap sistem harus dipasang pipa penguji yang berdiameter minimal 25 mm. b Mengalirkan air ekivalen dengan satu kepala sprinkler. c Ditempatkan pada ujung pipa cabang terjauh kecuali ditentukan lain. 4 Pipa tegak Penahan pipa tegak : a Pipa tegak harus ditahan dengan pengikat langsung pada bidang tegak bangunan. b Penahan pipa tegak harus disediakan disetiap lantai c Pemasangan klem penahan pipa pada bagian gedung harus kuat menahan pipa. 5 Gantungan-gantungan pipa a Bahan penggantung dari besi tuang. b Mampu menahan 5 x berat pipa berisi air. c Setiap penahan cukup kuat untuk menahan sistem sprinkler. d Menggunakan sekerup pada konstruksi bangunan yang dipasang pada pengecoran beton atau dengan baut tembok. e Jarak maksimum antara gantungan i Tidak boleh lebih dari 3,5 m untuk pipa berukuran 25 mm dan 35 mm, seperti pada gambar 5 ii Tidak lebih 4,5 m untuk pipa berukuran 40 mm lebih kecuali jarak antara kepala sprinkler kurang dari 1,8 m. kurang dari 1,8 m penghalang pancaran tidak lebih dari 3,5 m Gambar 5 Jarak Antara Gantungan Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Diameter batang penggantung dan gantungan yang digunakan disesuaikan dengan diameter pipa yaitu : Tabel 11 Diameter Batang Penggantung Ukuran pipa mm Diameter batang penggantung mm Sampai dengan 100 10 125 – 200 250 - 300 13 15 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Tabel 12 Diameter Gantungan U Ukuran diameter pipa mm Diameter batang penggantung mm Sampai dengan 50 65 – 80 90 – 100 125 150 200 8 10 11 13 15 20 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987. 6 Saluran pembuangan air a Seluruh perpipaan sistem sprinkler harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dikeringkan sejauh mungkin seluruh perpipaan harus diatur untuk dapat dikeringkan melalui katup pengering. i Katup pengering dipasang kurang dari 3 m diatas lantai untuk memudahkan pengeringan. ii Diameter pipa dan katup pengering Tabel 13. Diameter Pipa Dan Katup Pengering Diameter pipa yang dikeringkan mm Ukuran diameter pipa dan katup pengering mm Sampai dengan 50 65 – 90 90 keatas 20 32 50 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2000. b Air yang dikeringkan melalui katup pengering diteruskan oleh saluran pembuangan air dengan diameter pipa yang cukup yaitu diameter pipa minimum 50 mm untuk bahaya kebakaran ringan, diameter minimum 62,5 mm untuk bahaya kebakaran sedang dan berat. 2 Hidran Fire Hydrant Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar nozzle untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10KPTS2000, 2000 : 3. Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Untuk memasang perlatan hidran diperlukan syarat-syarat sebagai berikut Hartono Poerbo, 2005 : 32. : a. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan pemakaian selama 30 – 60 menit dengan daya pancar 200 galonmenit. b. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat. c. Slang kebakaran dengan diameter antara 1,5” – 2” harus terbuat dari bahan yang tahan panas dengan panjang slang 20 m – 30 m. d. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari unit Dinas Pemadam Kebakaran. e. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau dan tidak terhalang oleh benda-benda lain. f. Hidran halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4” untuk 2 kopling, dimeter 6” untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan air 250 galonmenit atau 950 litermenit. Klasifikasi hidran berdasarkan besar ukuran pipa hidran yang dipakai adalah Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10KPTS2000, 2000 : 113 : a. Hidran kelas I Hidran kelas I menyediakan sambungan slang pemasok air ukuran 63,5 mm 2,5 inchi. Digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih. b. Hidran kelas II Hidran kelas II menyediakan kotak slang pemasok air ukuran 38,1 mm 1,5 inchi. Digunakan terutama oleh penghuni bangunan atau pemadam kebakaran selama tindakan awal. c. Hidran kelas III Hidran kelas III menyediakan kotak slang pemasok air ukuran 38,1 mm 1,5 inchi yang digunakan penghuni bangunan dan slang ukuran 63,5 mm 2,5 inchi untuk memasok volume yang lebih besar untuk digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih. Klasifikasi hidran berdasarkan jenis dan penempatannya : a. Hidran Gedung Hidran gedung adalah hidran yang terletak didalam suatu bangunangedung dan sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunangedung Menurut Panduan Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung , 1987 : 3. Instalasi hidran dalam bangunan dimaksudkan untuk menyediakan sarana bagi penghuni untuk melakukan pemadaman kebakaran pada tahap awal dan sebelum membesar sebelum mencapai langit-langit ruanganatap bangunan dan flashover. Tindakan pemadaman oleh penghuni dilakukan hingga datangnya petugas pemadam kebakaran. Dalam pemasangan peralatan dan komponen sistem hidran gedung harus memperhatikan syarat-syarat, yaitu : 1 Sistem hidran gedung terdiri dari peralatan dan komponen : komponen hidran, persediaan air, pompa dan perpipaan. 2 Sistem hidran ada 2 macam yaitu : a Gravity Flow Hydrant, pada sistem ini air dari reservoir dipompa keatas dan ditampung pada water tower baru disalurkan pada hidran. Penyalurannya dapat dibantu dengan buster pump. b Upfeed Distribution System, pada sistem ini pompa akan langsung bereaksi dan memancarkan air kehidran bila katup dibuka. 3 Kotak hidran berisi slang gulung, pipa pemancar nozzle dan kran pembuka dan penutup air, kopling pengeluaran air 4 Persedian air a Persediaan air untuk hidran dapat berasal dari alokasi PDAM b Sumur-sumur darurat, sumur artesis, sumur dalam yang dilengkapi dengan reservoir, berupa ground tank, preasure tank dan gravity tank. c Persediaan untuk hidran setiap saat minimum 30.000 liter dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran. Serta mampu menyediakan tekanan aliran yang diperlukan dalam waktu minimal 30 menit. 5 Debit air minimum hidran 400 litermenit. Tekanan air minimum ditentukan pada titik tertinggi sebesar 4,5 kgcm 2 . 6 Diameter minimum slang hidran adalah 3,75 cm 1,5 inch, dengan panjang minimum 30 m dan diameter nozzle 1,5 inch. 7 Ketentuan lain : a Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil penghuni terlatih untuk mangatasi bahaya kebakaran didalam bangunan. b Apabila hidran digunakan, alat ini hanya melayani dilantai lokasi hidran tersebut ditempatkan. 8 Kotak Hidran a Kotak hidran dipasang dengan ketinggian 75 cm dari permukaan lantai, mudah terlihat, mudah tercapai, tidak terhalang dan dicat warna merah. b Ditengah-tengah kotak hidran diberi tulisan “HIDRAN” dengan warna putih, dengan tinggi minimum tulisan 10 cm. c Ukuran minimum kotak hidran adalah :  Panjang = 52 cm  Lebar = 15 cm  Tinggi = 66 cm Gambar 6. Kotak Hidran Sumber : Jimmy S Juwono, 2005. 9 Kopling pengeluaran aliran air Hidran gedung dengan pipa tegak yang berdiameter minimum 10 cm 4 inchi harus mempunyai kopling pengeluaran air berdiameter minimum 6,25 cm 2,5 inchi yang sejenis dengan unit mobil pemadam kebakaran. Sistem hidran harus mempunyai minimal 1 buah kopling kembar siam yang sejenis dengan kopling peralatan unit mobil pemadam kebakaran serta penempatannya mudah dicapai. 10 Persyaratan bahan. Bahan-bahan yang dipakai harus baru, berkualitas baik, minimum kelas medium, memenuhi sepesifikasi bahan bangunan dalam Standar Konstruksi Bangunan Indonesia SKBI dan Standar Industri Indonesia SII. Tabel 14. Jenis dan bahan hidran No. Bahan Jenis Bahan 1. Pipa dan fitting a. Baja b. Baja galvanis c. Besi tuang d. Tembaga 2. Komponen Hidran A. Kotak hydrant B. Slang gulung C. Pipa pemancar D. Pipa hidrant a. Baja b. Besi c. Tembaga a. Kanvas b. Polyster c. Karet a. Baja galvanis b. Besi galvanis c. Kuningan d. Perunggu a. Baja b. Besi 11 Semua peralatan instalasi hidran harus siap dioperasikan setiap saat. Jumlah dan perletakan hidran gedung disesuaikan dengan klasifikasi bangunan dan luas lantai ruangan yang dilindungi oleh hidran sesuai tabel berikut. Tabel 15. Perletakan Hidran Berdasrkan Luas Lantai, Klasifikasi Bangunan Dan Jumlah Lantai Bangunan Klasifikasi Bangunan Ruang Tertutup jumlahluas lantai Ruang Tertutup dan Terpisah jumlahluas Lantai A B C D E 1 buah per 1000 m 2 1 buah per 1000 m 2 1 buah per 1000 m 2 1 buah per 800 m 2 1 buah per 800 m 2 2 buah per 1000 m 2 2 buah per 1000 m 2 2 buah per 1000 m 2 2 buah per 800 m 2 2 buah per 800 m 2 Sumber : Jimmy S Juwana. 2005 Sistem hidran dalam bangunan harus dipasang pada semua bangunan dengan luas bangunan sesuai pada table berikut ini, kecuali pada bangunan kelas 1 dan kelas. Tabel 16. Bangunan Yang Harus Dilengkapi Dengan Hidran 10 Kelas Bangunan Kompartemen Tanpa Partisi Kompartemen Dengan Partisi Kelas 1 dan Kelas 10 Tidak dipersyaratkan Tidak dipersyaratkan Kelas 2, 3, 4 dan 9a 1 buah per 1000 m 2 2 buah per 1000 m 2 Kelas 5, 6, 7, 8 dan 9b 1 buah per 800 m 2 2 buah per 800 m 2 penempatan hidran harus pada posisi yang berjauhan Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2000 12 Pompa a Dapat bekerja secara otomatis dan manual. b Dapat menghasilkan kebutuhan air yang tertera pada persyaratan teknis hidran. c Dapat berfungsi dengan sumber daya dari PLN maupun darurat. 13 Instalasi hidran gedung a Diameter minimum pipa induk hidran gedung 15 cm 6 inch dan diameter pipa cabang 10 cm 4 inch. Sedangkan diameter pipa tegak harus disesuaikan dengan klasifikasi bangunan : b Instalasi pipa hidran tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya, kecuali dengan instalasi sprinkler. c Sistem hidran harus mempunyai minimal satu buah kopling kembar siam yang sejenis dengan kopling peralatan unit pemadam kebakaran serta penempatannya mudah dicapai. d Tabung hidran, kopling kembar siam, kotak hidran harus dicat warna merah. e Instalasi peralatan hidran harus siap dioperasikan setiap saat. b. Hidran Halaman Pole Hydrant Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan, sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan tersebut Panduan Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung , 1987 : 3. Dalam pemasangan peralatan dan komponen sistem hidran halaman harus memperhatikan syarat-syarat, yaitu : 1 Sistem hidran gedung terdiri dari peralatan dan komponen : komponen hidran, persediaan air, pompa dan perpipaan. 2 Perletakan hidran halaman harus sesuai dengan ketentuan sebagi berikut : a Kelompok bangunan yang berjarak lebih dari 10 m terhadap jalan lingkungan, harus dilengkapi hidran halaman. b Bangunan dengan klasifikasi A, B, C, harus memiliki hidran halaman dengan jarak antara hidran 90 m. c Bangunan dengan klasifikasi D, E harus memilki hidran halaman dengan jarak antara hidaran 60 m. 3 Pilar hidran halaman harus dipasang pada jarak : a Jarak antara masing-masing pilar hidran maksimum 150 m b Hidran dipasang dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah. c Pilar hidran harus dipasang 1 m dari pagar halaman bangunan, mudah terlihat, mudah dicapai, tidak terhalang dan dicat berwarna merah. Gambar 7. Pilar hidran dan siemese hidran Sumber : Jimmy S Juwana, 2005. 4 Debit air minimum hidran halaman adalah 1000 litermenit. Tekanan air minimum hidran halaman 4,5 kgcm 2 . 5 Panjang slang minimum hidran halaman 30 m dengan diameter minimum slang hidran halaman 6,25 cm 2,5 inchi dan diameter nozzle 2,5 inchi. 6 Persyaratan bahan Bahan-bahan yang dipakai harus baru, berkualitas baik, minimum kelas medium, memenuhi sepesifikasi bahan bangunan dalam Standar Konstruksi Bangunan Indonesia SKBI dan Standar Industri Indonesia SII. a Bahan pipa dan fitting i Baja ii Baja galvanis iiiBesi tuang ivTembaga b Bahan komponen hidran i Pipa pemancar - Baja galvanis - Besi galvanis - Kuningan - Perunggu ii Pilar hidran - Baja - Besi 7 Sumber air a Sumber air untuk kebutuhan hidran dapat berasal dari PDAM, BPAM, sumur artesis, sumur gali. b Persediaan minimum air setiap saat 30.000 liter dan mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran. 8 Pompa a Untuk mendapatkan air yang bertekanan maka harus digunakan pompa kebakaran yang mempunyai spesifikasi sesuai persyaratan hidran. b Banyaknya pompa hidran minimal 1 buah yang bekerja secara otomatis dan manual, dimana start otomatis dan stop secara manual. c Sumber tenaga untuk motor penggerak pompa harus dari generator darurat yang dapat bekerja secara otomatis dalam waktu kurang dari 10 detik bila sumber listrik dari PLN padam. 9 Instalasi hidran halaman a Diameter minimum pipa induk hidran gedung 15 cm 6 inch dan diameter pipa cabang minimum 10 cm 4inch. b Instalasi pipa hidran tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya. c Semua peralatan dari sistem hidran harus siap dioperasikan setiap saat. d Sistem hidran harus mempunyai minimal satu buah kopling kembar siam yang sejenis dengan kopling peralatan unit pemadam kebakaran serta penempatannya mudah dicapai. e Tabung hidran, kopling kembar siam, kotak hidran harus dicat warna merah.

E. Sistem Evakuasi Bahaya Kebakaran

1. Konstruksi Tahan Api Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kopartement. Sistem yang mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Hal ini dianggap tidak cukup, dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Definisi ini menyatakan beberapa ketentuan yang terkait pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa mengalami perubahan bentuk deformasi yang berarti, dan mencegah menjalarnya api keseluruh bangunan. Dikaitkan dengan ketahanannya terhadap api, terdapat 3 tiga tipe konstruksi SNI 03 – 1736 – 2000, yaitu : Tipe A : Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat komponen pemisah pembentuk kopartemen untuk mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding bangunan yang bersebelahan. Tipe B : Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kopartemen penahan api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang - ruang bersebelahan di dalam bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari luar bangunan. Tipe C : Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai, kolom, dan balok,harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Setiap bangunan gedung harus dilengkap dengan sarana penyelamatan dari bencana ataukeadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana penyelamatan bangunan sesuai SNI yang dipersyaratkan. Untuk mengethui lebih rinci mengenai konstruksi bangunan tahan api ini diuraikan dalam SNI 03 – 1736 – 2000 tentang Tata Cara Proteksi Pasif Bahaya Kebakaran.

F. Sarana Penyelamatan dan Kelengkapannya

Tujuan utama sarana penyelamat jiwa adalah menghindarkan orang dari bahaya kebakaran atau produk pembakaran, seperti panas, asap dan gas. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memisahkan individu yang terancam dari produk yang membahayakan tersebut. Selain itu sarana penyelamat jiwa juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi Kepmen PU. No. 10 KPTS2000 . Upaya penyelamatan jiwa merupakan upaya untuk membimbing orang menuju jalan keluar, mengarahkan agar jauh dari daerah berbahaya dan mencegah terjadinya panik. Perlu adanya penyelamatan berupa kegiatan penyelamatan sampai tempat yang aman pada saat terjadi kebakaran. Adapun pemasangan penempatan sarana penyelamat jiwa menurut kelas bangunan yang harus tersedia adalah : Jenis Alat Bantu Evakuasi Klasifikasi Bangunan A B C D E Sumber daya listrik darurat x x √ √ √ Lampu darurat x x √ √ √ Pintu darurat o o √ √ √ Tangga kebakaran o o √ √ √ Pintu dan tangga darurat x x x o o Sistem pengendali asap x x √ √ √ Lift kebakaran o o o √ √ Komunikasi kebakaran x x √ √ √ Tabel 17. Penempatan jenis alat bantu berdasarkan bangunan menurut Kepmen PU. No. 378KPTS1987 Keterangan : √ = harus O = tidak harus X = hanya untuk bangunan yang berfungsi sebagai supermarket, bioskop a. Pintu Kebakaran Fire Doors Pintu darurat adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pintu darurat adalah : Gambar 8. Pintu Darurat Sumber : Jimmy S Juwana, 2005. 1 Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam, 2 Pintu harus dilengkapi minimal 3 engsel. 3 Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup otomatis door closer. Bila pintu dioperasikan dengan tenaga listrik maka harus dapat dibuka secara manual bila terjadi kerusakan, dapat membuka langsung kearah jalan umum dan harus dapat membuka otomatis bila terjadi kegagalan pada daya listrik atu saat aktivasi alarm kebakaran. 4 Pintu dilengkapi dengan tuas atau tungkai pembuka pintu yang berada diluar ruang tangga kecuali tangga yang berada dilantai dasar, berada