6
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Sinonim kata
2.1.1. Definisi Sinonim Menurut Chaer 2009,
“Relasi makna adalah hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan akta atau satuan bahasa
lainnya lagi”. Hubungan relasi kemaknaan ini menyangkut hal misalnya sinonim. Secara etimologi, kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Untuk
mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat dikemukakan. Batasan atau definisi itu ialah: i kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata
mati dan mampus; ii kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan; dan iii kata-kata yang dapat disubtitusikan
dalam konteks yang sama misalnya “ kami berusaha agar pembangunan berjalan terus. “, “ kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berupaya bersinonim
dengan kata berusaha Pateda, 2010.
2.1.2. Kemunculan Sinonim Menurut Aminuddin 2008, ada lima cara yang dapat digunakan dalam
menentukan kemungkinan adanya sinonim. Kelima cara yang dimaksud adalah: 1.
Seperangkat sinonim itu mungkin saja merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena dan rika dalam
bahasa Jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan kedalam bahasa Indonesia yang persis sama dengan koen atau kowe dalam bahasa Jawa
dialek Malang. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-masing
Universitas Sumatera Utara
7
2. kata tersebut memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata tersebut tidak
dapat ditentukan sebagai sinonim. 3.
Suatu kata yang semula dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai pemakaian ada kemungkinan
membuahkan makna yang berbeda-beda. Kata bisa dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal merupakan sinonim, dalam konteks pemakaian
“Saya nanti bisa datang” dan “Saya nanti dapat datang” tetap pula dapat dianggap sinonim. Sewaktu berada dalam konteks pemakaian
“Bisa ular itu berbahaya
”, kedua kata tersebut tidak dapat lagi disebut sinonim. 4.
Suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya
karakteristik tersendiri meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman dengan kata lainnya. Bentuk demikian
misalnya dapat ditemukan dalam pasangan kata ilmu dan pengetahuan, mengamati dan meneliti serta antara mengusap dengan membelai. Apabila
hal itu terjadi, maka kata-kata yang semula dianggap sinonim itu harus dianggap sebagai kata yang berdiri sendiri-sendiri.
5. Suatu kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara
kopi dengan minuman maupun pohon dengan batang, seringkali dipakai secara tumpang tindih karena masing-masing dianggap memiliki
kesinoniman. Hal itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata tersebut jelas masih memiliki makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian
yang tumpang tindih dapat mengakibatkan adanya salah pengertian. 6.
Kekurangtahuan terhadap nilai makna suatu kata maupun kelompok kata, seringkali bentuk kebahasaan yang berbeda-beda begitu saja dianggap
sinonim, misalnya antara bentuk kembali ke pangkuan ilahi dengan meninggalkan
dunia kehidupan,
antara merencanakan
dengan menginginkan, serta antara gambaran dengan bayangan.
2.1.3. Jenis - jenis Sinonim Menurut pendapat Muniah et al. 2000 dalam bahasa Indonesia terdapat lima bentuk
sinonim berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
1. Kata dasar bersinonim dengan kata dasar.
cantik : anggun, ayu, elok hidup : jiwa, nyawa, tumbuh
2. Kata dasar tunggal bersinonim dengan kata majemuk
Gelandangan : tunawisma Pembantu : pramuwisma
3. Kata tunggal bersinonim dengan frasa
asmara : cinta berahi, cinta kasih muhibah : cinta kasih, rasa sahabat
4. Kata majemuk bersinonim dengan kata tunggal
awan hitam : mendung sakit hati : kecewa
5. Frase bersinonim dengan frase
tinggi hati : besar kepala merah jambu : merah muda
2.2. Stemming 2.2.1. Definisi Stemming