Laporan Akhir Penelitian Kajian Peran Dokter dan Psikolog dalam Pelayanan di Puskesmas Kabupaten Sleman

MI

rr

LAPORAN AKHIR PENELJTIAN

Kajian Peran Dokter dan Psikolog dalam Pelayanan di
Puskesmas Kabupaten Sleman

;

Siti Isfandari
Tety Rachmawati
Selma Siahaan
Betty Roosihermatie
Idawaty Abbas
Riza Saraswati
Rusdi Maslim

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
JL. PERCETAKAN NEGARA 23 A JAKARTA
2011

...................... .......................

Ringkasan eksekutif
Kajian perand dokter dan psikolog dalam pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
kabupaten Sleman
Siti Isfandari, Tety Rahmawati, Selma Siahaan, Betty Rooshermiaty, Idawaty Abbas,
Rusdi Maslim

Pendahuluan
Sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat, Pemda
Sleman bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui MOU pada
tahun 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan Fakultas Psikologi UGM
merupakan pelaksana. Uji coba dilakukan di 6 puskesmas dengan satu psikolog
mengampu 2 puskesmas. Tugas utama psikolog membimbing calon penganten,
mempersiapkan diri secara matang . Dalam perkembangannya, menu rut informasi

dari puskesmas yang dijadikan uji coba , permintaan layanan psikolog meningkat,
tidak terbatas memberikan layanan ke calon penganten, sehingga dibutuhkan satu
psikolog per puskesmas.
Kementrian Kesehatan bermaksud mengevaluasi adanya layanan psikologi oleh
psikolog di puskesmas untuk mengetahui pembagian peran terutama antara dokter
dan psikolog, apakah terjadi sinergisme atau antagonis. Karena adanya perbedaan
filosofi antara psikolog yang dipandang tidak mendukung pemberian obat.
Kajian bertujuan untuk menggali informasi dari puskesmas dengan layanan psikologi
tentang adanya psikolog di puskesmas. Pertanyaan penelitian :
1. Peran dan pemahaman psikolog dalam pelayanan kesehatan di puskesmas
2. Pembagian peran dan mekanisme kerjasama antara dokter dan psikolog
dalam melaksanakan pelayanan di puskesmas
3. Apakah sudah sesuai layanan kesehatan jiwa yang diberikan dengan SOP.
Hasil kajian diharapkan dapat mengetahui manfaat uji coba program penempatan
psikolog di puskesmas. Apakah adanya psikolog di puskesmas dapat membantu
meningkatanya status kesehatan jiwa di masyarakat, yang, diharapkan dapat pula
berkontribusi pada perilaku hidup sehat.

Metodologi
Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara diskusi kelompok terarah dengan

kepala puskesmas. Dokter, psikolog dan penanggung jawab program kesehatan
masyarakat, serta wawancara mendalam Kepala 8adan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Sleman, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan Sekretaris

Daerah Pemda Sleman.

Hasil
Secara umum pihak puskesmas merasakan terbantu dengan adanya psikolog di
puskesmas, karena mereka sangat kompeten di bidangnya, terutama teknik
perubahan perilaku yang sangat menunjang tujuan utama pelayanan Puskesmas
yaitu masyarakat mandiri hidup sehat. Dengan adaya psikolog yang melakukan
fungsi public he/ath nursing, puskesmas dapat memenuhi fungsinya sebagai institusi
pendukung upaya promotif dan preventif, selain upaya kuratif yang selama ini
menjadi prioritasnya.
Dalam pelayanan kesehatan jiwa, dokter merasa terbantu dengan wawancara yang
lebih mendalam sehingga dapat diketahui bila ada kelainan atau kesehatan yang
terganggu, pelacakan kasus skizophrenia.. Pengobatan penderita skizophrenia
diberikan oleh psikiater atau sesudah dirujuk ke RS, antara lain RS Grasia, RS
Sardjito.Untuk kasus psikosis dikonsultasikan ke psikolog bila penderita sudah agak
tenang atau tidak mengamuk. Pelayanan psikolog untuk kasus psikosis juga

diberikan kepada keluarga pasien, berupa edu'kasi tentang obat-obatan agar tak
disalah gunakan, Pemantauan minum obat dengan menghitung jumlah obat,
mengamati atau pendampingan minum obat agar minum obat teratur.
BUa puskesmas memiliki pasien banyak psikolog dapat membantu melakukan
anamnesa menggali keuhan pasien.. Psikolog antara lain member'ikan pelayanan
untuk kasus-kasus : depresi , skizophrenia, kenakalan remaja, kehamilan remajal
kehamilan yang tidak dikehendaki, narkoba. Pasien penyakt kronis juga dirujuk ke
pelayanan psikolog secara selektif (karena psikolog memberikan pelayanan sekitar 5
pasien sehari), tetapi pasien yang kadang-kadang tidak mau dirujuk. Alasan pasien
tidak mau dirujuk antara lain tidak ada waktu atau karena merasa bukan/tidak sakit
kejiwaan.
Tersedia
protap untuk kasus-kasus tertentu wajib dirujuk ke psikolog ,dan
selanjutnya akan dirujuk balik ke tenaga medis. PeIayanan bersama tenaga medis
dan psikolog dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Selain itu ada alur tentang
rujukan pelayanan medis ke pelayanan psikolog .
Kinerja psikolog di puskesmas baik atau di puskesmas Kalasan over baik karena
jam kerja sering melebihi jam kerja atau mau menerima konsultasi per telepon .

Kesimpulan

Adanya psikolog di puskesmas kabupaten Sleman sangat membantu puskesmas
menjalankan fungsinya sebagai pusat promosi dan prevensi kesehatan. Namun
pelaksanaannya di Indonesia tergantung kesiapan pemerintah daerah dan
ketersediaan tenaga psikolog di masing - masing wilayah .

Abstrak

Kajian peran dokter dan psikolog dalam pe'layanan kesehatan jiwa di puskesmas
kabupaten Sleman
Siti Isfandari, Tety Rahmawati, Selma Siahaan, Betty Rooshermiaty, Idawaty Abbas,
Rusdi Maslim
Telah dilak'ukan kajian terhadap uji coba pelaksanaan MOU 2004 antara pemda
Sleman dan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengenai penempatan tenaga psikologi
di puskesmas kabupaten Sleman.
Tujuan

Menggali informasi dari puskesmas dengan layanan psikologi tentang adanya psikolog
di puskesmas.
Hasil kajian diharapkan dapat mengetahui manfaat uji coba program penempatan
psikolog di puskesmas. Apakah adanya psikolog di puskesmas dapat membantu

meningkatnya status kesehatan jiwa di masyarakat, yang di,harapkan dapat pula
berkontribusi pada perilaku hidup sehat.
Metodologi

Pengumpulan informasi di,lakukan dengan cara diskusi kelompok terarah dengan
kepala puskesmas. Dokter, psikolog dan penanggung jawab program kesehatan
masyarakat, serta wawancara mendalam Kepala Badan Kepegawaian Daera'h
Kabupaten Sleman, Kepa la Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan Sekretaris
Daerah Pemda Sleman.
Hasil

Selain melakukan pelayanan kesehatan jiwa, secara umum pihak puskesmas
merasakan terbantu dengan adanya psikolog di puskesmas, karena mereka sangat
kompeten di bidangnya, terutama teknik perubahan perilaku yang sangat menunjang
tujuan utama pelayanan Puskesmas yaitu masyarakat mandiri hidup sehat. Adanya
psikolog yang melakukan fungsi public helath nursing, puskesmas dapat memenuhi
fungsinya sebagai institusi pendukung upaya promotif dan preventif, selain upaya kuratif
yang selama ini menjadi prioritasnya.
Kesimpulan


Adanya psikolog di puskesmas kabupaten Sleman sangat membantu puskesmas
menjalankan fungsinya sebagai pusat promosi dan prevensi kesehatan . Namun
pelaksanaannya di Indonesia tergantung kesiapan pemerintah daerah dan ketersediaan
tenaga psikolog di masing - masing wilayah.

Oaftar isi
4

Kata pengantar

5 --------- 7

Bab 1 Pendahuluan

8-------- 10

Bab" Tinjauan Pustaka

11 ------ 14


Bab III Metodologi

15 ------ 21

Bab IV Hasil dan Analisa
Bab V Diskusi

22 ------ 23

Bab VI Kesimpulan dan Saran

24 ------ 25

iii

Kata Pengantar

Kajian Peran Dokter Umum, Psikolog dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa (Studi
Kasus di Puskesmas Kab. Sleman) bertujuan untuk memperoleh informasi sejauh
mana peran psikolog dalam memberikan pelayanan di Puskesmas. Sleman

merupakan salah satu pelopor penempatan psikolog di puskesmas yang
bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan jiwa ke masyarakat. Hasil
penelitian mendapatkan selain bermanfaat meningkatkan pelayanan kesehatan
jiwa di puskesmas, psikolog juga membantu program kemasyarakatan di
puskesmas, diantaranya pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Litbang dan Pusat Humaniora
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah membantu
terlaksananya kegiatan ini.

Jakarta, January 2012
Tim Peneliti

iv

Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang

Sejak tahun


2004,

Fakultas

Psikolo9i

UGM telah

melakukan pilot study

penempatan psikolog di Puskesmas di bawah Dinas Kesehatan (dinkes) Sleman.
Program tersebut sejalan dengan misi Kemenkes untu'k mendekatkan pelayanan
kesehatan jiwa ke masyarakat. Program kesehatan jiwa sebagian besar berada di
rumah sakit, sehingga sulit diakses masyarakat. Penanganan masalah jiwa secara
dini dapat mencegah makin memburukny keadaan, dan memperbesar prognosis
baik.

Adanyalayanan psikologi di kabupaten Sleman memudahkan akses dengan biaya
yang terjangkau. Layanan mulai dirintis pada tahun 2004 oleh Fakultas Psikologi
UGM bekerja sam a dengan Dinas Kesehatan Kab. Sleman, sebagai pelaksanaan

MOU antara pemda Sleman denga n Universitas Gadjah Mada. Hal tersebut
didorong adanya kesadaran bahwa kesehatan manusia seutuhnya tidak hanya
kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental dan sosial yang saling berkaitan .
Selama ini pelayanan kesehatan jiwa hanya dapat diperoleh di rumah sakit.
Adanya

psikolog

di

puskesmas ,

mendekatkan

akses

masyarakat

untuk

memperoleh pelayanan kesehatan j,iwa.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat tersebar di seluruh
kecamatan Kab. Sleman sehingga mudah diakses, begitu pula biaya layanan
konsultasi psikologi yang sangat murah yaitu Rp 11 .250,- (tanpa rujukan do.kter),
atau

Rp

3.400,- (dengan

rujukan

do'kter).

Para

pemegang

ASKES

dan

JAMKESMAS (Gakin, Askin) pun dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan
cuma-cuma (Gratis). Sehingga kesan bahwa jasa layanankonsultasi psikologi
yang tak murah dan juga tak terjangkau rakyat kecil terbantahkan .

5

Psikolog memiliki berbagai peran tergantung pada spesifikasi psikolog dan tingkat
pendidikan. Psikolog klinis melakukan pelayanan konseling dan pSikoterapi,
melakukan penelitian dan tes kepribadian, selain mengajar kursus di perguruan
tinggi dan universitas Psikolog juga bersaksi di pengadilan dan memiliki peran lain
yang tak terhitung di berbagai daerah lain.

b. Perumusan masalah
Pelayanan kesehatan jiwa yang hanya dapat diperoleh di rumah sakit dapat
merupakan

salah

satu

penyebab

rendahnya

akses

masyarakat

terhadap

pelayanan kesehatan jiwa (WHO, 2001). Telah dilakukan suatu uji coba untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan jiwa ke masyarakat dengan menempatkan
psikolog di puskesmas di kabupaten sleman. Program ini berawal sebagai respons
kejadian gempa bumi di Yogyakarta .
Belajar dari pengalaman Tsunami Aceh di mana ternyata bukan hanya masalah
penyakit fisik yang dial ami oleh penduduk, maka pemda Sleman bekerjasama
dengan fakultas Psikologi UGM melakukan uji coba penemplatan psikolog di
puskesmas. Akan dilakukan evaluasi sejauh mana gambaran, kinerja psikolog dan
manfaat program terhadap masyarakat.

c. Fokus bidang penelitian
Sumber daya manusia Kesehatan bidang kesehatan jiwa.

d. Topik penelitian
Kualifikasi psikolog untuk memenuhi ketentuan UU No 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.

e. Pertanyaan penel.itian
Dari kondisi diatas timbul pertanyaan penelitian sbb :
1. Bagaimana peran dan pemahaman psikolog dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas?
2. Bagaimana pembagian peran dan mekanisme kerjasama antara dokter dan
psikolog dalam melaksanakan pelayanan di puskesmas?
6

3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa di
puskesmas?
4. Apakah sudah sesuai layanan kesehatan jiwa yang diberikan dengan SOP

dan harapan masyarakat?
5. Bagaimana status kesehatan masyarakat di daerah yang memiliki psikolog

dan tidak memiliki psikolog

II. MANFAAT PENEUTIAN

Dengan dilakukannya evaluasi, dapat diketahui manfaat dari uji coba program
penempatan psikolog di puskesmas. Apakah adanya psikolog di puskesmas dapat
membantu meningkatanya status kesehatan jiwa di masyarakat, yang diharapkan
dapat pula berkontribusi pada perilaku hidup sehat.
III. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
Tujuan Umum :

Mengkaji peran dokter dan psikolog dalam pelayanan kesehatan jiwa di
puskesmas Kabupaten Sleman.

Tujuan Khusus :

1. Mengkaji jenis pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
2. Mengkaji peran dokter umum dalam pelayanan kesehatan jiwa di
puskesmas
3. Mengkaji peran Psikolog dalam pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
4. Mengkaji kebutuhan masyarakat terhadap palayanan kesehatan jiwa di
puskesmas

7

Bab2
Tinjauan lPustaka

Kesehatan mental memiliki rentang panjang,mulai tingkat ringan , termasuk distress
emosional sampai berat, misal depresi. Proporsi gangguan emosional ringan yang
membutuhkan bantuan professional 'ebih besar di masyarakat dibandingkan
gangguan jiwa berat. Namun proporsi anggaran kesehatan untuk kesehatan
mental masih lebih tinggi untuk pengobatan kasus berat.
Telah diestimasi beban akibat gangguan jiwa kronik dan ketidakmampuan yang
diakibatkannya dihitung dengan indikator DALY (Disability Adjusted Life Year atau
hilangnya waktu produktif dalam setahun) pada tahun 1995 adalah 8,1% lebih
tinggi daripada dampak yang diakibatkan penyakit TBC (7,2%), kanker 5,8% ,
penyakit jantung (4,4%), maupun malaria (2,6%). Angka tersebut pada tahun 2000
menjadi

12,3%

dan

diproyeksikan

menjadi

15%

pada

tahun

Ketidakmampuan yang terjadi disebabkan oleh depresi , cemas,

2020.

gangguan

Penyalahgunaan Zat atau Napza, skizofrenia, epilepsi, penyakit Alzheimer,
retardasi mental, gangguna jiwa pada masaanak dan remaja.
Walaupun

tidak menyebarkan kematian,masalah kesehatan jiwa cukup serius .

Penderita mengalami sejumlah dampak yang sangat serius. Mu'lai dari perilaku
kekerasan

(terhadap diri sendiri, keluarga

atau masyarakat) , tekanan pada

keluarga (psikis, sosial dan ekonomi), Hilangnya usaha produktif (ekonomi) ,
konsumen sebagian besar adalah usia produktif (17 - 50 tahun) dan pencari
nafkah utama keluarga. Pemicunya bisa beragam. Mulai dari kehilangan anggota
keluarga atau orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, kehilangan harta benda,
kehilangan anggota tubuh, penderita penyakit kronis : darah tinggi, TBC, Kencing
manis, Jantung, Ginjali, rematik dan Ibu hamil dan ibu melahirkan .
Gangguan emosional dapat muncul dalam berbagai simtom yang dikenal dengan
psikosomatis. Penelitian di puskesmas Banyu Anget di Jawa Tengah mendapatkan

8

20% pengunjung puskesmas memiliki distress emosiional (Hartono, 1996). Laporan
WHO menyatakan 1 dari 4 orang di dunia pernah mengalami gangguan emosional
sedikitnya satu saat dalam hidupnya. Penanganan gangguan emosional sejak dini
dapat mencegah beban ekonomi yang dapat ditimbulkan jika tidak ditangani
secara tepat.
Terdapat dua pandangan program kesehatan jiwa di Indonesia, berori'entasi kuratif
dan preventif. Sampai dengan akhir tahun 1990 an, program kesehatan jiwa lebih
terfokus

untuk

kuratif.

Namun

terjadi

perubahan

paradigma

yang

lebih

mendekatkan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat. Direktorat Kesehata n Jiwa
(Oitkeswa) melakukan program pendampingan dan pelatihan ke pus'kesmas agar
petugas kesehatan lebih mengenali kasus terkait gangguan emosional, mulai
tingkat ringan yang sulit dideteksi sampai tingkat berat yang mudah dikenali .
Disadari dibutuhkan perjuangan lama agar petugas kesehatan dan masyarakat
lebih melek terhadap pelayanan kesehatan jiwa, karena stigma melekat dengan
kesehatan jiwa, baik bagi sesama petugas kesehatan maupun masyarakat.
Pelayanan

kesehatan

keterjangkauan
terhadap

primer

untuk

masyarakat serta

penderita

gangguan

kesehatan

jiwa

akan

menghapus stigmatisasi
jiwa

beserta

dan

dan

meningkatkan
diskriminasi
keluarganya .

Agar pelayanan kesehatan jiwa lebih mudah dijangkau masyarakat, pemerintah
memiliki program mengintegrasikan layanan kesehatan jiwa dalam pelayanan
kesehatan primer di Puskesmas. Mela.lui pelayanan yang mudah terjangkau,
masalah kesehatan jiwa dihaarapkan dapat lebih cepat diidentifikasi dan ditangani.
Upaya mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas sangat penting,
karena masalah kesehatan jiwa dan fisik juga saling bertautan.

Sedangkan untuk peningkatan kapasitas sarana pe1
layanan kesehatan dasar,
pemerintah telah memberikan pelatihan pelayanan kesehatan jiwa kepada dokter


dan tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas. Walaupun dinyatakan
9

puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah perkotaan rata-rata sudah memiliki
unit pelayanan kesehatan jiwa dan aktif memberikan pelayanan di dalam maupun
luar gedung, belum semua provinsi memilikinya.

Saat ini kesehatan jiwa tidak lagi masuk sebagai prioritas dan minimnya anggaran
kesehatan jiwa, yaitu hanya 1 persen dari total anggaran kesehatan. Kesehatan
jiwa pernah masuk dalam 17 program utama puskesmas, namun sekarang
puskesmas hanya memiliki enam program utama, di mana kesehatan jiwa tidak
termasuk di dalamnya. Padahal, puskesmas seharusnya bisa dijadikan garda terdepan pelayanan kesehatan jiwa . Namun kenyataannya puskesmas tidak
memiliki SOM kejiwaan .Tenaga dokter umum tidak memiliki kemampuan mumpuni
untuk rnenangani masalah kesehatan jiwa lantaran tidak memiliki kompetensi .
Karena tidak pernah tercatat ada pasien dengan gangguan jiwa di Puskesmas,
sangat sulit bagi Oinas Kesehatan setempat untuk memberikan jatah obat
gangguan jiwa pada puskesmas,

10

Bab 3
Metodologi
a. Kerangka pikir

セ@

'\
Kebijakan kesehatan:
Yankes (focus kesehatan jiwa)

budaya

Status kesehatan

Lingkungan fisik:

masyarakat

I

bencana

"

Factor individu
I

pendidikan

b. Rancangan (design) riset
Potong lintang

c. Jenis penelitian
Penelitian kualitatif/deskriptif

11

,

d. Tempat dan waktu penelitian
Tempat : kabupaten Sleman DIY
Waktu: Maret- Desember2011 (10 bin)
e. Populasi:
Sebagai populasi di dalam penelitian ini adalah pejabat Dinas Kesehatan (Kadis,
KaSubDin SDM Dinkes, Subdin Kesehatan Jiwa), Kepala Puskesmas, dokter
Umum dan Psikolog di

puskesmas di kabupaten Sleman, laporan tahunan

sebelum dan sesudah adanya pelayanan psikolog di puskesmas.

f. Estimasi Besar Sam pel , dan Cara Pemilihan sampel
Sampel dipilih secara purposif yaitu puskesmas yang mempunyai pelayanan
Kesehatan Jiwa dengan tenaga Psikolog di Kabupaten Sleman .

g. Cara pengumpulan data:
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data
kualitatif dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam secara berkelompok
(FGD), wawancara mendalam perorangan. Sedangkan pengumpulan data berupa
laporan tahunan sejak 2 tahun sebelum adanya pelayanan psikolog di puskesmas
kabupaten Sleman.

Kelompok diskusi terarah (FGD)

Dilakukan FGD dengan 6 - 8 peserta kepala puskesmas yang memiliki pelayanan
psikologi yang bertujuan untuk menggali pandangan dan pendapat terhadap
layanan psikologi di puskesmas, apakah dirasa membantu atau menghambat
dilakukannya pengobatan pasien. Aspek mendukung dan aspek penghambat
adanya layanan psikologi, karena system medis dengan psiko tog berbeda.
Berjalan harmonis? Saling melengkapi? Pasien vs klien mekanisme rujukan yang
dilakukan, Kinerja psikolog, pembagian peran. Apakah dengan adanya psikolog
to

12

mendukung atau mendicourage system kesehatan?

Potensi sinergisme atau

antagonis?
Dilakukan FGD dengan 6 - 8 peserta psikolog yang bekerja di puskesmas,
bertujuan menggali pandangan dan pendapat kerjasama yang dilakukan dengan
tenaga kesehatan I'ain di puskesmas dalam memberikan layanan psikologi di
puskesmas, apakah setuju dengan pengobatan pasien . Aspek mendukung dan
aspek penghambat adanya layanan psiko'iogi, mekanisme rujukan . Berdasarkan
pandangan

= konflik

dokter vs psikolog. Berjalan harmonis? Saling melengkapi?

Potensi sinergisme atau antagonis?

Dilakukan FGD dengan 6 - 8 peserta dokter di puskesmas yang memiliki
pelayanan psikologi yang bertujuan untuk menggali pandangan dan pendapat
terhadap layanan psikologi di puskesmas,

apakah dirasa membantu atau

menghambat dilakukannya pengobatan pasien . Aspek mendukung dan aspek
penghambat adanya layanan psikologi, mekanisme rujukan yang dHakukan. Kinerja
psikolog , pembagian peran Bagaimana mendete.ksi seseorang depresi, anxietas
dll? Apa betul membantu dan diperlukan ? Berdasarkan pandangan

= konflik

dokter vs psikolog. Potensi sinergisme atau antagonis?
Wawancara mendalam

Dilakukan wawancara mendalam kepada kepala dinas kabupaten Sleman untuk
mengetahui apakah program tersebut bermanfaat dan per!u dilanjutkan atau tidak.

Data sekunder

Data sekunder berupa Sop psikolog, dalam praktek, dokumen ISO, Jumlah
kunjungan ke psikolog dibandingkan dengan pasien lain


13

h. Bahan dan Cara

Tahap persiapan
+2 bin

Tahap pengumpulan
& pengukuran + 4 bin

uji coba dan finalisasi
instrumen
ijin

Pengumpulan data

Tahap
Penyelesaian
4 bin

Penyusunan Laporan

i.Analisa Data
Data kuantitatif dianalisis secara diskriptif. Sedangkan untuk hasil in Oepth
Interview dilakukan secara content
diskusi

dan

analysis, dengan menganalisis transkrip hasil

mendeskripsikannya dalam bentuk naratif. Deskriptif dan anal isis

kualitatif dengan metoda triangulasi yang meliputi : triangulasi sumber yaitu
kroscek sumber data dengan penggunaan kategori informan yang berbeda,
triangulasi metoda yaitu menggunakan beberapa metoda dalam pengumpulan data
(menggunakan metode wawancara mendalam kemudian di cross check dengan
obseNasi dan diskusi kelompok terarah) dan tri.angulasi data atau analisis
(melakukan analisis bersama anggota peneliti lainnya kemudian minta umpan balik
terhadap hasil dan analisis yang dibuat) .


14

Bab 1V
Hasil

Dilakukan wawancara mendalam dengan Kepala Dinas Kesehatan Sleman
(Kadis), Kepala Badan Kepegawaian Daerah Sleman (Ka BKD), dan Sekretaris
Daerah Pemda Sleman (Sekda).
Wawancara Kepala Dinas Kesehatan Slemah

Kadis Sleman merupakan salah satu penggagas ditempatkannya psikolog di
Puskesmas. Karena dirasa perlu adanya terobosan untuk meningkatkan pel ayanan
kesehatan reproduksi menuj u target MDG. Remaja merupakan ke'lompok sasaran
yang dirasa penting untuk mendongkrak status kesehatan penurunan IMR dan
MMR. Dirasa perlu untuk mengembangkan program kesehatan ramah remaja
(KRR) .

Sejarah kerjasama dengan psikolog
Pada tahun 2004 disadari perlunya terobosan baru program kesehatan reproduksi
remaja.

Karena

dirasa

cukup

tinggi

proporsi

canten

yang

telah

hami!.

Dipertanyakan kesiapan mereka untuk menjadi calon ibu. Dirasa perlu adanya
program yang mempersiapkan mereka menjadi calon ibu yang memahami
kesehatan reproduksi secara benar, dan diluncurkan program ramah remaja.
Tenaga psikolog dirasa tepat untuk menangani program tersebut, karena mereka
memiliki ilmu dan keahlian,
Sebelumnya manfaat tenaga psikolog dirasakan oleh dinas kesehatan yang
kemudian memberi masukan pad a kepala puskesmas bahwa keahlian mereka
dapat dimanfaatkan. Untuk itu dilakukan MOU antara bupati sleman dengan rector
UGM, dan sebagai pelaksana fak psikologi UGM dengan dinas kesehatan sleman .

15

Awalnya satu psikolog menangampu beberapa puskesmas. Layanan utama yang
diberikan

persiapan calon penganten . Selanjutnya dokter mulai merujuk ke

psikolog jika setelah beberapa kali penanganan medis yang secara teori pasien
sembuh, namun ternyata tidak. Selain bertugas dalam gedung yang dilakukan saat
jam pelayanan puskesmas, bersama sejawat puskesmas lain psikolog juga


melakukan kegiatan luar gedung berupa layanan masyarakat penyuluhan. Juga
konsultasi dengan perjanjian.
Karena kebutuhan layanan psikolog dirasa meningkat, dalam perkembangannya
ditambahkan tenaga psikolog sehingga satu psikolog bertanggung jawab terhadap
1 puskesmas. Psikolog yang ditempatkan di pus'kesmas adala'h psikolog yang
sudah lulus uji kompetensi sebagai psikolog klinis.
Selalu dlakukan evaluasi terhadap kinerja psikolog di puskesmas oleh fakulta s dan
dinas kesehatan.

Salah

satu

masukan

adalah

agar psikolog

yang akan

ditempatkan di puskesmas diberi pemahaman tentang penyakit menular, Karena
pernah psikolog tidak mau melayani pasien TB 'karena takut tertular
Saat ini sedang dilakukan SOP penanganan kapan psikolog merujuk 'ke psikiater.
Belajar dari kasus bunuh diri seorang pelajar. Pelajar tersebut sudah ditangani
I

psikolog, dan psikolog berniat untuk merujuk ke psikiater, namun terlambat.

"2004: psikolog dibutuhkan, berawal dari program kespro yang memerlukan terobosa n baru.
Remaja merupakan generasi penerus, indicator aki akb, sehingga penting dimulai saat remaja
issue canten yang KIR

=

=check up. Prosentase yang hamil duluan =tinggi, apa mereka sanggup jadi

calon ibu, sehingga diperlukan konsul kejiwaan."

Profesionalisme pSi'kolog yang bersedia mendengarkan pasien, melaku'kan analisis
membantu pasien merasa nyaman
'Dokter terbatas, kurang banyak mendengar. Sedangkan psikolog dididik untuk mendegar,
menganalisis kasus puskesmas yang 50% tidak fisik, tapi lebih stressor. Provider medis tidak oda
waktu untuk mengopeni."

Psikolog membantu penanganan kasus psikologis karena petugas puskesmas
kurang memahami bidang ini, walaupun telah mendapat pelatihan dari Depkes.
16

"Dilain pihak, provider medis kurang pelatihan keswa, sehingga obat2 jiwa tidak dimanfaatkan
optimal, oleh sebab itu ditkeswa mengadakan program magang di rsud, namun tidak optimal,
kurang transfer of knowledge. Perawat jiwa memantau minum obat. Tidak ada konflik antara
psikolog dengan dokter. Psikolog mendegarkan keluhan, teman curhat pasien."

Namun masih ada hambatan teknis, yaitu psikolog belum mengetahui pelayanan
dasar puskesmas, sehingga perlu pembekalan, perlu tau

。ャュセケ@

puskesmas.

Psikolog kurang siap menerima rujukan pasien dengan penyakit menular (tbc, hiv).
Fungsi psikolog terutama sebagai motivator. Kerjasama

antara dinkes dan

psikolog sangat produktif untuk memperbaiki pelayanan di puskesmas.
Peran psikolog dirasa manfaatnya. KuaHtas sumber daya manusia psikolog kilnis
siap di milieu pelayanan dasar puskesmas. Disarankan agar materi pelayanan
dasar Puskesmas dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Respon masyarakat
dirasakan bag us, terutama dengan sekolah . PsikoJog Sangat koJaboratif. Saat ini
sedang disusun standard operasionaJ rujukan, kapan psikoJog harus merujuk kasus
ke psikiater.

Wawancara dengan Kepala BadanKepegawaian Daerah Sleman

Salah satu unit kerja pemerintah daerah yang berperan penting dalam pengadaan

,

psikolog klinik di puskesmas adalah Badan Kepegawaian Daerah (BKD) . Untuk itu
perlu diketahui 'konsep pengadaan tenaga psikolog di Puskesmas mulai dari
rekrutmen, pengembangan, karir. reward, services, dan instrumen hukum yang
digunakan.
Bahwa kerjasama dengan UGM sebagai upaya pendayagunaan tenaga tanpa
pengangkatan honorer mengingat Peraturan Pemerintah RI nomor 48 tahun 2005
tentang pengangkatan tenaga honorer menjadi PNS dimana PP ini melarang
pengangkatan honorer setelah tahun 2005.
Pada dasarnya psikolog klinis dapat diangkat menjadi PNS dengan mengikuti
peraturan penerimaan PNS setiap tahunnya jika tersedia formasi yang cukup,
namun masalahnya adalah jumlah formasi PNS yang sangat sedikit maka formasi
S1 psikolog sangat terbatas, tidak dapat memenuhi kebutuhan. Disamping itu



formasi yang tersedia harus diperebutkan secara terbuka, transparant bagi seluruh
17

masyarakat sehingga bagi tenaga yang tergabung dalam MOU harus tetap
bersaing untuk mendapatkan kursi PNS tersebut.
Untuk tenaga psikolog ini belum dapat ditetapkan menjadi tenaga fungsional
karena belum ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI yang mengatur tentang
Besaran Tunjangan Jabatan Fungsionalnya walaupun SK Me.npan yang' mengatur
tentang jabatan fungsional dan angka kreditnya telah terbit.
Pada prinsipnya Pemerintah Daerah khususnya BKD merasakan pentingnya
tenaga psikolog dalam menunjang program pemerintah daerah dalam mencapai
visi dan misinya namun keterbatasa n anggaran sehingga penyediaan formasi
sangat terbatas, malah untuk tahun ini pemerintah kabupaten sleman tidak
mendapat formasi dari pusat karena terkena ketentuan bahwa biaya APBD
60%nya digunakan untuk belanja pegawai . Oleh karenanya program kerjasama ini
diharapkan

dapat

terus

berlanjut

sampai

ada

kebijakan

lainnya

yang

mengu ntungkan .

Wawancara dengan Sekrctaris Daerah

Sekretaris Daerah adalah unsur dominan dalam penetapan penempatan tenaga
psikolog klinik di puskesmas disamping secara individu konsep dasar penempatan
tenaga psikolog di puskesmas adalah ide brilliant Bapak Sekda yang secara
ゥョ、カ

セ 、オ@

berfikir pelayanan kesehatan holistik yang harus dilakukan di Puskesmas,

yang mana kedudukannya pada saat itu sebagai kepala dinas kesehatan
kabupaten Sleman.
Aspek psikologi yang mempunyai andil besar dalam pelayanan kesehatan holisti'k
belum terjamah oleh tenaga profesional yang kompeten ya1itu tenaga psikolog
klinik. Mengingat ketersediaan tenaga yang ada dan di produksi oleh institusi
pendidikan, maka dilakukan upaya kerjasama dengan MOU yang disepakati oleh
Pemerintah Daerah dan UGM. Dengan demikian terlaksanalah pendayagunaan
tenaga psikolog di Puskesmas yang baru dapat di implementasikan di kabupaten
sleman .

18

Sebagai koordinator program dan anggaran, Sekretaris daerah tentu berfikir secara
komprehensif didalam upaya pendayagunaan psikolog di Puskesmas dalam upaya
akselerasi pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, dengan demikian
koordinasi unsur terkait lebih memungkinkan dapat dikembangkan dan secara
efektif dan efisien dapat dilihat dari sudut penganggaran.

Rangkuman Diskusi Kelompok Terarah dengan Kepala Puskesmas dan
dokter
Dokter berperan sebagaimana fungsi yankes di puskesmas. Sedangkan peran
psikolog di puskesmas studi (Kab Sleman) terutama untuk upaya promotif,
preventif serta kuratif. Awalnya berperan melakukan kegiatan promotif untuk
kesehatan reproduksi, ke lapangan bersama pusling. Melakukan pelayanan
kepada anak sekolah , deteksi dini tumbuh kembang, anak sekolah mulai SO,
HIV/AIDS Kasus bencana Gunung Merapi public health nursing kasus2 yang
memerlukan kunjungan psikolog
Melakukan terap·i suportif untuk penyakit degenerative (sebagai support terapi)
yang merupakan SOP untuk puskesmas ISO. Pada pasien skizoph renia bila


keadaan

sudah

tenang,

juga

edukasi

kepada

skizophrenia, juga dalam pengawasan minum

keluarganya . Pada
obat -

pasien

melihat sisa obat I

keteraturan minum obat. Adapun calon pengantin dan calon haji, Diharuskan
berkonsultasi dg psikolog. Selalin itu ada permintaan konsel ing dari kunjungan
orangtua untuk masalah kenakalan remaja, seks bebas.
Bila pasien banyak, dapat membantu anamnesa dan menggali adanya gangguan
kejiawaan pada pasien. Karena pasien poli di puskesmas dapat sampai 100 atau
lebih sedangkan poli psikologi klinik dialokasikan sekitar 10 pasien per hari karena
penangannya memerlukan waktu agak lama. Pemeriksaan Test IQ atau test
perilaku lainnya.
Alur penanganan dari poli di puskesmas sebagai rujukan internal (dg form rujukan)
dan pencatatan langsung di status penderita. Sedangkan kondisi

19

ーウゥォッ

セ ッァゥ@

dan

penanganan psikologi dicatat di buku pelayanan psikolog. (tarif lebih murah ,Rp.
3500,-)

: langsung ke poli psikolog, Bila pasien menghendaki seperti kunjungan

orangtua untuk masalah anak atau kasus psikosomatik. (tarif lebih mahal ,Rp.
10.000,-) : rujukan ke psikiater (RSUP dr. Sardjito, RS Jiwa). Pasien psikosis di
rujuk ke psikiater dan setelah ditegakkan diagnosis maka terapi dapat dilanjutkan di
puskesmas. Karena masyarakat semakin sadar aOkan pentingnya pelayanan kes
jiwa. Merupakan dasar assessmen semakin diperlukannya kesehatan jiwa.
Monitoring I Evaluasi dilakukan setiap bulan oleh Psikolog dari Oinkes Kab Sleman
(Bldang Yankes) dan dari Fakultas Psikolog UGM . Sedangkan audit dilakukan
incidental, seperti tahun 2010 untuk kasus bunuh diri pada remaja Oepresi .
Pelaporan terrmasuk dalam LB1 (laporan kesakitan) di puskesmas Laporan
psikolog ke Fakultas Psikologi UGM, yang melakukan MoU diengan Pemda .
Pembinaan kesehatan jiwa masyarakat, Pembinaan kader untuk deteksi dini
gangguan jiwa di masyarakat. yang saat ini dilakukan di daerah bencana Gunung
Merapi.
Buku pedoman psikolog saat ini dalam draft pelayanan psikolog klinik yang
dikembangkan Oinkes Kab Sleman dengan Fakultas Psikologi UGM. Buku
pedoman pelayanan kesehatan jiwa (Oepkes) hanya diketahui oleh salah satu
puskemas. Ruang pelayanan disarankan tertutup karena ada yang terbuka atasnya
sehingga bila melakukan konseling terdengar ke ruang pelayanan sebela hnya.
Hambatan yang dikemukakan diantaranya pasien tak mau dirujuk ke pelayanan
psikolog karena : tidak ada waktu, merasa tidak mengalami kelainan jiwa, tidak
l

mendapat obat. Selain itu karena kunjungan Irujukan ke poli psikolog juga
dikenakan tarif. Adapun pasien jamkesmas untuk kasus penyakit denegeratif,
biasanya mau karena selai n pasien umumnya tua juga tarif tercover oleh
jamkesmas. Sedangkan pasien askes, harus membayar karena konseling tidak
terrnasuk dalam jaminan pelayanan askes.
Bagi Intern puskesmas,keberadaan psikolog sebagai motivator kepada tenaga
kesehatan lainnya. Mitra pengelola program kes jiwa. Psikolog klinis sangat
20

membantu dalam melaksanakan tugas karena S2, pintar dan cukup terampil
dibandingkan dengan tenaga puskesmas yang lain. Pelayanan selalu ada , karena
sebagai tenaga MOU maka bila tidak masuk termasuk saki,t harus mencari
pengganti.
Disarankan pelayanan kesehatan jiwa di p.uskesmas seharusnya merupakan
pelayanan wajib karena dalam pelayanan kesehatan termasuk kesehatan fisik dan
jiwa/psikis.
Diskusi Kelompok Terarah dengan Pengelola program kesmas di puskesmas

Pelaksana program kesehatan masyarakat yang merupakan upaya pelayanan
kesehatan masyarakat diluar gedung sangat mendukung pendayagunaan tenaga
psikolog di Puskesmas. Pelayanan kesehatan diluar gedung banyak berupa upaya
promotif dan preventif. Untuk program-program upaya perubahan perilaku profesi
psikolog sangat menguasai teknik dan metodologinya sementara secara substantif
tenaga kesehatan pemegang programlah yang menguasai oleh karenanya
program yang dilaksanakan dapat dilakukan secara terintegrasi kom prehensif.
Dengan demikian pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat promotif dan
preventif di luar gedung menjadi upaya pelayanan kesehatan yang holistik.
8eberapa pendapat menyatakan keberadaan tenaga psikolog sangat-sangat
membantu dan jenis pelayanan kesehatan

ィッセゥウエォ@

、ゥ。

セ 。ュ@

gedungpun dapat

dilakukan dengan baik hanya sayang belum dipikirkan tentang status kepegawaian
dan pengembangan karirnya.
Pendapat masyarakat juga cukup baik karena kunjungan konsultasi ke psikolog
semakin meningkat khususnya dalam konsultasi rumah tangga, hal ini mungkin
juga disebabkan masyarakat ditingkat rumah tangga baru ini mengetahui bahwa
ada pelayanan konsultasi psikologi di puskesmas, mengingat ada program
pemerintah daerah yang mewajibkan konsultasi psikologi sebelum pernikahan
(salah satu sarat pengurusan surat nikah di KUA harus ada surat sehat dari
puskesmas yang salah satu pelayanannya adalah konsultasi psikologi) . Secara
umum keberadaan psikolog klinik di Puskesmas sangat mendukung.
21

BabV
Diskusi
Terkait dengan pendayagunaan meliputi tugas dan fungsi psikolog di pukesmas
Tugas pokok psikolog di puskesmas sudah jelas melengkapi program yang
dijalankan oleh puskesmas antara lain bila ada kasus dari klinik umum yang
membutuhkan konsultasi psikologis maka dokter akan merujuk ke psikolog dalam
hal ini kerjasama psikolog dengan dokter, bidan dan perawat sangat bermanfaat
karena sang at menyadari peran dan fungsinya masing-masing
Semakin hari masyarakat memahami fungsi psikolog di puskesmas sehingga
kunjungan konsultasi psikologi secara langsung semakin meningkat
Program Pokok Pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas antara lain
promosi hidup bersih dan sehat yang indikatornya adalah perbaikan perilaku sehat.
Untuk perubahan perilaku model dan teknologinya sangat dikuasai oleh psikolog
sementara substansi diisi oleh tenaga kesehatan sesuai tupoksinya masingmasing. Program terintegrasi ini sangat bermanfaat dan memberi nilai tambah
yang dapat menjadi akselerator pencapaian hasillkinerja puskesmas.
Semua program perioritas yang dilakukan puskesmas dapat dilakukan terintegrasi
dengan program psikolog klinik.
Dalam pemberdayaan dan pengembangan tenaga kesehatan di puskesmas peran
dan fungsi psikolog sangat membantu manajemen khususnya dalam kegiatan
lokakarya mini, pelatihan, dll
Secara umum pendayagunaan atau pemanfaatan psikolog di puskesmas sangat
positif. Diperlukan perangkat hokum terkait dengan pemberdayaan seperti status
kepegawaian (rekrutmen, gaji, fasilitas/rewarding, pengembangan, dan karir) .
Sistem ketenagaan di puskesmas telah tertata mengingat tenaga puskesmas
adalah PNS. Sehingga rekrutmen tenaga mengikuti peraturan dan perundangan
yang berlaku yang diacu dan diatur oleh BKN. Namun dalam kerjasama UGM dan
Pemerintah Daerah cq Dinas kesehatan sistem rekrutmennya tidak jelas.
22

Sistem fasilitas/rewarding, pengembangan, dan karir bagi PNS juga telah diatur
berdasar peraturan yang ditetapkan dan diatur Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Badan Kepegawaian Negara. Pada sistem kerjasama ini belum
tercantum fasilitas lainnya hanya dalam bentuk honorarium saja yang besarnya
diatas UMP (Upah Minimum Propinsi) (Rp 1.300.000,-). Namun daiam kegiatan
Puskesmas yang melibatkan psikolog dan ada anggarannya maka psikolog tetap
dianggarkan/diberikan honor
Yang menjadi hambatan/kekurangan program kerjasama ini adalah sistem karir
yang tidak jelas, oleh karenanya diharapkan adanya formasi PNS bagi psikolog
klinik ini.
Mengingat instrumen hukumnya telah mendukung pengadaan psikolog klinik di
puskesmas maka penyediaan formasi sangat bergantung pada anal isis BKD dan
APBD sementara kepala Puskesmas sangat mendukung penyediaan formasi PNS
bagi Psikolog karena memang tenaga tersebut sangat membantu pelaksanaan
program

upaya

kesehatan

perorangan

(UKP)

maupun

upaya

kesehatan

masyarakat (UKM)
Terkait pelaporan dan evaluasi
Sistem pelaporan dan evaluasi puskesmas telah terbangun dengan baik di masingmasing puskesmas. Untuk laporan kegiatan psikolog secara individu disam paikan
ke UGM sementara kegiatan yang tergabung dalam program puskesmas tetap
masuk dalam laporan kegiatan puskesmas demikian juga untuk laporan kunjungan
konsultasi psikologi

23

Bab VI
Kesimpulan dan Saran

Bahwa program penempatan psikolog klinis di puskesmas mempunyai tujuan yang
mendasar untuk mencapai masyarakat hidup "sehat" sebagaimana sehat secara
holistik yang didefenisikan oleh WHO.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan secara holistik tidak dapat
dipungkiri bahwa pelayanan harus ditunjang oleh tenaga profesional dibidangnya,
karenanya tenaga psikologi klin ik sangat berperan penting didalam menunjang
pelayanan kesehatan masyarakat diwilayah kerja daerahnya masing-masing.
Untuk pengadaan tenaga dibutuhkan komitmen pemerintah dalam mewujudkan
pemenuhan kebutuhan pelayanan dimaksud antara lain melalui kebijakan hukum ,
keuangan dan program .
Dalam kebijakan hukum dan keuangan tentu saja diperlukan instrumen hukum
yang mendukung pemberdayaan psikolog klinis di puskesmas seperti PP 32 tahun
1995 tentang tenaga kesehatan, apakah

ーウゥォッ

セ ッァ@

dikategorikan tenaga kesehatan?

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara seperti SK Menpan No
Per/11/M.Pan/5/2008 tentang Jabatan Fungsional Psikologi Klinis dan Angka
Kreditnya . Apakah ini sudah dapat diimplementasikan? dan peraturan pemerintah
yang mengatur tentang besaran gaji dan tunjangan fungsionalnya serta
penyediaan fonnasi tenaga tersebut? Untuk ini perlu dikaji lebih jauh tentang
instrumen hukum yang dibutuhkan dalam operasionalnya tenaga psikolog di
Puskesmas.
Dalam kebijakan program pendayagunaan psikolog ternyata semua program
pelayanan kesehatan yang diimplementasikan d'i puskesmas dapat dilengkapi
dengan pelayanan psikologi klinis berdasar jenjang/tingkatan kompetensinya, oleh
karenanya upaya pelayanan kesehatan holistik dapat dipenuhi sebagaimana

24

harapan semua ummat di dunia sebagaimana didefenisikan oleh WHO . Untuk ini
perlu dikembangkan tupoksi dan standar kompetensinya.

Tindak Lanjut :

1.

Pengkajian mendalam tentang instrumen hukum pemberdayaan psikolog klinis
di puskesmas

2.

Penyusunan standar kompetensi psikolog sesuai j,enjang jabatan
fungsionalnya

3.

Pengembangan program integrasi (program yang selama ini dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang ada di puskesmas diintegrasikan dengan program
psikologi klinis)

Ucapan terima kasih
Besar rasa terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Dlnas Kesehatan
Kabupaten Sleman dan jajarannya, Kepala Badan Kepegawaian Kabupaten
Sleman, Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Dr dra Tina Afiatin , serta para
responden atas dapat terla'ksananya penelitian . Semoga hasil dapat memberikan
manfaat bagi perbaikan peningkatan pe'layanan kesehatan jiwa dan kesehatan
pada umumnya,
Daftar pustaka

1. Andrade LH, Benserior 1M , Viana MC, Andreoni; S, Wang YP. Clustering of
psychiatric and somatic illnesses in the general population : multimorbidity
and socioeconomic correlates. Braz J Med Bioi Res. 2010 May;43(5):48391.  Epub 2010 Apr 2. Availabe at 
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20379689 Access in ju ly 18th 2011 
2.   Antaramian  SP,  Scott Huebner E, Hills KJ,  Valois  RF.  A dual­factor model  of 
mental  health:  toward  a more comprehensive understanding of youth 
functioning. Am  J Orthopsychiatry. 2010 Oct;80(4):462­72.  doi: 
10.1111/j.1939­002S.2010 .01049.x. Availabe at 
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/209S0287Access in july 18th  2011 
25

3. Desjarlais. R, Eisenberg l, Good B, KleinmanA,World Mental Health:
problems & priorities in low income countries, 1995, Oxford University Press
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. 2007. Pedoman Penilaian Puskesmas
Ramah Remaja Kabupaten Sleman
5. Dinas Kesehatana Kabupaten Sleman 2006. Pengembangan Puskesmas
Ramah Remaja; Konsep dan Implementasi di Kabupaten Sleman
6. Dyrbye LN, Thomas MR, Power DV, Durning S, Moutier C, Massie FS Jr,
Harper W, Eacker A, Szydlo DW, Sloan JA, Shanafelt TD. Burnout and
serious thoughts of dropping out of medical school: a mUlti-institutional
study.Acad Med. 2010 Jan;85(1 ):94-1 02 .
hUp:llwww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20042833
7. Foss L, Gravseth HM, Kristensen P, Claussen B, Mehlum IS, Skyberg K.
Risk factors for long-term absence due to psychiatric sickness: a registerbased  5­year follow­up from  the Oslo health  study. J  Occup Environ  Med. 
201,0 Jul;52(7):698­705. 
http://www.ncbi.nlm .nih.gov/pubmed/20595908Access in july 18th 201,1 
8.   Kementrian  Kesehatan  Indonesia.  2010. Indeks Pembangunan 
KesehatanMasyarakat 
9.   Kementrian  Kesehatan  RI,  2010, 
RencanaStrategisKementrianKesehatanTahun 2010 ­ 2014 
10. Puskesmas Integrasikan LayananKesehatanJiwa,  Cakrawala  Rabu,  14 Oct 
2009  16:27:30, 
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=5222&tbl=cakrawala 
11. SinarHarapan,  Senin , 11  Oktober 2010  13:38 Hari  Kesehatan Jiwa 
:AksesPelayananKesehatanJiwaMasih  Minim Availabe at 
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/akses­pelayanankesehatan­jiwa­masih­minim accessed july 18th 2011 
12. Sofia  Retnowati.  Psikolog  Puskesmas : Kebutuhan dan tantangan  bagi 
profesi  psikolog  klinis  Indonesia.  Pidato pengukuhan jabatan guru  besar 
pada  Fakultas Psikologi  Universitas Gadjah  Mada,  2011 
13. Wilson  RS et al.  "Chronic distress and  incidence of mild cognitive 
impairment."Neurology 2007;68 :2085­92. 
14. World  Socialist Website,  Report documents widening US health disparities
and inequality By Shane  Feratu and  Kristina  Betinis 21  January 2011, 
Published  by the International Committee of the  Fourth  International  (ICFI), 
Availabe at http://www.wsws.org/articles/2011/jan2011/cdcr­j21.shtml, 
http://www.cdc.gov/minorityhea·lth/CHD IReport.htmIAccess in july 18th 2011 



26

Lampiran
VII. PERTIMBANGAN IZIN PENELITIAN
Dimintakan izin pe.nelitian dari Institusi : Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota ..

VIII. PERTIMBANGAN ETIK
Dimintakan etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian Badan Litbangkes Depkes RI

IX. SUSUNAN TIM PENELITI
NO

NAMA

BIDANG
KEPAKARAN

KEDUDUKAN
DALAM TIM

URAIAN TUGAS

1

Ora. Siti Isfandari

Epidemiologi

Ketua

Bertanggung

dan biostatistik

Pelaksana

seluruh aspek penelitian

Manajemen dan

Peneliti

Membantu menyusun proposal,

1--::--

2

Selma

Ora

Slahaan MHA

3

Ora.

jawab

terhadap

kuesioner,

Kebijakan

protokol,

Farmasi

pengumpul'an dan analisis data

Riza

Sarasvita

Konsultan

Membantu menyusun protokol,

pakar,

kuesioner, pengumpulan data,

di rektorat

analisis data dan penyusunan

kesehatan jiwa

laporan

Kemenkes
4

Dr.

Ora.

Tina

Afiatain

Konsultan

Membantu menyusun protokol,

pakar,

kuesioner, pengumpulan data,

fakultas

psikologi UGM

analisis data dan penyusunan
laporan

5

Dr

Tety

Ookter,

Peneliti

Rahmawati

Membantu

menyusun

kuesioner,

pengumpulan data

dan analisis data

6

Elfrida

Pembantu adm

Membantu persiapan, perijinan,
surat

menyurat

penyusunan laporan

27

dan

X. JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN PENELITIAN
No

1

2

3

4

URAIAN KEGIATAN
Persiapan
Rapat /pertemuan persiapan
Surat menyurat, periiinan
Uji coba dan perbaikan kuesioner
Pelaksanaan
Pengumpulan data
Sosialisasi Hasil
Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan laporan dan artikel
siap terbit
- Laporan triwulan I
- Laporan triwulan II
- Laporan triwulan III
- Laporan akhir
- Artikel siap terbit

BULAN
Mei Jun

X

Jul

aセエ@

Sep

Okt

Nov

X

X

X

Des

X
X
X

X
X
X

X
X

X
X
X
X
X

Lampiran
Instrumen penelitian
Point dalam diskusi kelompok dan wawancara mendalam
Psikolog


Sejak kapan bertugas di puskesmas?



Jenis pelayanan yang diberikan?



Bagaimana penerimaan masyarakat / pasien terhadap pelayanan yang
diberikan, kasus apa yang terbanyak



Bagaimana pengalaman bekerja sebagai psikolog di puskesmas?



Bagaimana

mekanisme

kerjasama,

rujukan

dengan

puskesmas?


Bagaimana evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan?



Apa saran untuk memperbaiki pelayanan di masa depan?

28

pelayanan

lain

di

Kepala puskesmas



Bagaimana pelayanan kesehatan di puskesmas? Adakah pelayanan kesehatan
..

?

Jlwa .


Bagaimana pengaruh gempa bumi dan kasus merapi terhadap kesehatan dan
kesehatan jiwa masyarakat?



Apakah peristiwa tersebut mempengaruhi kebutuhan pelayanan kesehata n jiwa
bagi masyarakat?



Bagaimana dampak adanya pelayanan keswa oleh psikolog?



Apakah ada perbedaan dengan sebelum adanya psikolog?



Bagaimana masyarakat menerima pelayanan oleh psikolog?



Bagaimana pembagian peran antara psikolog dengan petugas kesehatan
lainnya?



Bagaimana peran psikologi di puskesmas untuk masa depan? Program ini perlu
dilanjutkan?



Pasien
23 pertanyaan SRQ



29

lembarpngsh
Judul Penelitian
Lokasi Penelitian
Lama Penelitian

セ n MセZ

: Kajian Peran Dokter dan Psikolog dalam Pclayanan di
Puskesmas Kabllpaten Slema
Kab Sleman. Jawa Tengah
: 10 Bulan

Ketua Pelaksana,