Anemia Normositik
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah
kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum
tulang.
Anemia Makrositik Normokrom.
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis
asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme
sel.
Anemia Mikrositik Hipokrom.
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem besi, seperti pada
anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia penyakit hemoglobin abnormal kongenital.
Menurut Brunner dan Suddart 2001, klasifikasi anemia menurut etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan defek produksi sel darah merah anemia hipoproliferatifa dan
destruksi sel darah merah anemia hemolitika.
a. Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan dalam jangka waktu yang normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu menghasilkan jumlah sel yang adekuat jadi jumlah retikulositnya menurun.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang akibat obat dan zat kimia atau mungkin karena kekurangan hemopoetin, besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia
hipoproliferatifa ditemukan pada :
1 Anemia aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang, sehingga menyebabkan pengurangan sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Anemia aplastik sifatnya kongenital
dan idiopatik. Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi ruangan dengan aliran
udara yang mendatar atau tempat yang nyaman dan higiene yang baik. Pada pendarahan danatau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah,
granulosit dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia aplastik
kronik dipertahankan pada hemoglobin Hb antara 8 dan 9 g dengan tranfusi darah yang periodik.
2 Anemia pada penyakit ginjal
Secara umum terjadi pada klien dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10 mgdl. Hematokrit menurun sampai 20 sampai 30 . Anemia ini disebabkan oleh menurunnya
ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin.
3 Anemia pada penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal. Apabila disertai dengan
penurunan kadar besi dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom mikrositik. Kelainan ini meliputi arthritis reumatoid, abses paru, osteomielitis, tuberkulosis dan
berbagai keganasan.
4 Anemia defisiensi-besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin. Anemia defisiensi besi adalah
keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal dan merupakan sebab anemia tersering pada setiap negara. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata
mengandung 3 - 5 gram besi, tergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Penyebab tersering dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan pada penyakit tertentu
misalnya : ulkus, gastritis, tumor pada saluran pencernaan, malabsorbsi dan pada wanita premenopause menorhagia. Menurut Pagana 1995, pada anemia defisiensi besi, volume
corpuscular rata-rataMean Corpuscular Volume atau MCV, microcytic Red Blood Cells dan hemoglobin corpuscular rata-rata Mean Corpuscular Haemoglobine atau MCH menurun.
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan
oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan
aspirin dalam dosis besar.
5 Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Terjadi penurunan volume corpIuscular rata-rata dan mikrositik sel darah merah. Anemia megaloblastik karena
defisiensi vitamin B12 disebut anemia pernisiosa. Tidak adanya faktor instrinsik pada sel mukosa lambung yang mencegah ileum dalam penyerapan vitamin B12 sehingga vitamin B12 yang
diberikan melalui oral tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh sedangkan yang kita tahu vitamin B12 sangat penting untuk sintesadeoxyribonucle ic acid DNA.
Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi pada klien yang jarang makan sayur-mayur, buah mentah, masukan makanan yang rendah vitamin, peminum alkohol
atau penderita malnutrisi kronis. Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkohol atau pada remaja dan pada kehamilan dimana terjadi
peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan hipertiroidisme. Pengobatan anemia
megaloblastik bergantung pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin
B12.
b. Anemia Hemolitika