Hambatan Implementasi UUPA PEMBAHASAN A. Urgensi Tanah di Tengah Masyarakat

lainnya. 32 Konsep Islam yang menghargai pelaku ekonomi yang semangat penuh dedikasi, sabar, disiplin dan menghargai waktu serta selalu berupaya untuk menghidupkan sesuatu yang mati atau terlantar, 33 sehingga tidak terjadi pemborosan tanah, lahan yang seharusnya berproduksi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak, orang yang berprilaku demikian dihargai dalam Islam. 34

C. Hambatan Implementasi UUPA

Penegakan hukum pertanahan melalui kemasan turunan UUPA sejak diundangkannya pada tahun 1960 dari masa ke masa mengalami hambatan implementasi dan semakin jauh dari inti tujuan semula untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terwujudnya kebebasan dan kepastian hukum pemilikan tanah, penguasaan, pengelolaan yang saling menguntungkan berbagai pihak, namun yang terjadi adalah semakin menekan orang lemah dan berpihak kepada pemilik modal dan penguasa yang mencari keuntungan di atas penderitaan rakyat. Realitas implementasi di era orde lama ditandai dengan program pendaftaran tanah berdasarkan peraturan No. 10 Tahun 1961. 35 Kemudian diperjuangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960. 36 Implementasi dari Perundang-undangan maupun peraturan Pemerintah tersebut di atas pada saat mengalami hambatan berat karena terbentur dari kurangnya dukungan baik dari rakyat maupun organisasi petani, partai politik, tokoh-tokoh dan panitia landreform. Terjadi aksi sepihak, baik dari kelompok tani yang lapar tanah 32 HR. Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail dalam, Ash-Shabih , Hadits no. 2335, Dâr Al-Kutub Al- Ilmiyah Beirut, Cet 1, 1420 H, Abu Bakar Ahmad bin Husen bin Ali AlBaihaqi, As-Sunan Al-Kubra, thaqiq Muhammad Abdul Qâdir Atha, Dâr Al- Kutub Al-Ilmiyah Beirut, cet. 1, 1414 H 1994 M. 6:235, dan berkata setelah menyebutkan hadits tersebut, Umar memutuskan dengannya pada masa khilafah.” 33 Lihat , Muhammad Az-Zuhaili, Ilya ‘ Al-Ardhi Al-Mamât, hlm. 96, Dr.Rif’at Al-Audhi, Min At-Turâts Al- Iqtishâdî Ali Al-Muslimin 1: 206-2007 S 34 Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari: لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر نأ ﺎﮭﻨﻋ ﷲ ﻰﺿر ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ : ﺎﮭﺑ ﻖﺣأ ﻮﮭﻓ ﺪﺣﻷ ﺲﯿﻟ ﺎﺿرأ ﺮﻤﻋ ﻦﻣ ىرﺎﺨﺒﻟا هاور : Artinya :Dari Aisyah ra. sesungguhnya Nabi saw. bersabda “ Siapa yang menggarap lahan yang tidak dimiliki, maka ia berhak atas lahan tersebut “ hadits riwayat Bukhari arabnya lihat Rasidin hlm. 7. Lihat Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Beirut: Dâr Al-Fikr, 1994, Jilid III, hlm. 98, Lihat juga Al-Shan’ânî , Muhammad Ismail al- Kahlani, Subul- al-Salam, Beirut: dâr al-Fikr,t.t, hlm. 158. 35 Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 tentang …bagaimana mengetahui dan memberi kepastian hukum tentang pemilikan dan penguasaan tanah... 36 Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil. maupun dari pihak tuan tanah. 37 Program redistribusi tanah juga terhambat dari kelemahan administrasi yang tidak sempurna. Pro kontra terhadap implementasi undang-undang dan Peraturan yang revolusioner itu banyak menimbulkan aksi-aksi, sehingga dikeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1964 tentang Pengadilan Landreform. Memperhatikan kejadian-kejadian tersebut di atas maka implementasi UUPA serta turunan peraturan yang ada pada saat itu dianggap gagal untuk dimplementasikan. 38 Kegagalan dikarenakan kelambatan praktek-praktek pemerintah dalam pelaksanaan hak menguasai negara, tuntutan organisasi dan massa petani yang meretribusikan tanah secara segera sehingga kemudian timbul aksi sepihak. 39 Demikian pula semakin maraknya kelompok anti landreform tidak kalah gengsinya dari kelompok lain untuk mengadakan mobilisasi kekuatan tanding dengan cara mengelak serta berusaha untuk menggagalkan cita-cita reformasi pertanahan di Indonesia setelah baru saja lepas dari hukum sistem kolonial. Pergolakan antara pro dan kontra terhadap landreform total tersebut semakin memuncak dan mengundang ketegangan dan konflik yang semakin panas, sehingga mencapai pada konflik antar elite politik nasional yang berujung pada peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan menyebabkan runtuhnya rezim orde lama. 40 Implementasi UUPA di era orde baru dengan fokus pembangunan pada pertumbuhan ekonomi dan investasi lokal maupun asing. Anggapan yang menjadikan landasan kebijakan di era orde baru adalah bangsa Indonesia telah melewati era orde lama, ternyata mewariskan utang-utang luar negeri yang membuat bangsa tidak mampu membangun dirinya. Upaya pemerintah pada saat itu adalah menerbitkan kebijakan untuk menunjang pembangunan nasional yakni mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman 37 Noer Fauzi, Op.Cit., hlm. 143-144. 38 Noer Fauzi, Op.Cit., hlm. 124. 39 Terjadinya aksi sepihak, baik itu dalam arti aksi sepihak yang dilakukan oleh petani dibawah naungan Barisan Tani Indonesia BTI Maupun oleh tuan tanah karena keduanya sama-sama tidak memperhatikan prosedur normal landreform. 40 Dikenal dalam sejarah nasional dengan sebutan Gerakan 30 September 30 s yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia PKI . Modal Asing untuk membuka peluang investor dalam negeri maupun dari mancanegara untuk mengelola sumber daya alam yang dianggap terbengkalai pada saat itu. Terjadi denasionalisasi privatisasi perusahaan asing pada tahun 1967 yang sebelumnya telah dinasionalisasi oleh pemerintahan Soekarno pada tahun 1958. Pertimbangan pemerintah orde baru yang mendasari hal tersebut dikarenakan alasan kondisi perekonomian yang kritis dan defisit sebagai peninggalan orde lama. Bahkan sebelumnya dilakukan negosiasi penjadwalan ulang atas utang-utang luar negeri sekaligus mengajukan pinjaman-pinjaman baru. 41 Hambatan implementasi UUPA akibat adanya pergantian rezim yang berusaha menempatkan organisasi-organisasi yang memotivasi gerakan-gerakan revolusioner dalam perebutan tanah terutama mengembalikan tanah-tanah yang semula ditentukan sebagai tanah kelebihan dan karenanya menjadi objek retribusi tanah yang dilakukan oleh sejumlah tuan tanah. Pada era ini menghapus cita-cita yang diperjuangkan oleh kelompok pro petani kecil. Agar implementasi tersebut tidak terealisasi maka rezim orde baru mengeluarkan undang-undang yang menghapus tentang Pengadilan Landreform dan Undang-Undang Perjanjian Bagi hasil. 42 Konsepsi hukum agraria orde lama yang pro rakyat itu digantikan dengan konsepsi yang berorientasi kepada pembangunan ekonomi. Sementara konsep hukum tanah yang berorientasi kepada pemerataan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat diabaikan. 43 Produktivitas tanah tidak dapat diandalkan karena banyaknya tanah terlantar akibat dari sengketa tanah yang tidak berujung. 41 Ricardo Simarmata, Pengakuan Hukum terhadap Masyarakat Adat di Indonesia, UNDP Regional Centre, Bangkok, 2006, hlm. 64-65. 42 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1960 sebenarnya untuk mengawasi adat tentang praktek bagi hasil. Sistem bagi hasil membantu peningkatan penyerapan tenaga kerja. Namun semakin banyaknya tuan tanah dan timpangnya penguasaan dan pemilikan tanah menimbulkan perbandingan hasil yang mengkhawatirkan. Lihat Justus M. van der Kroef, Penguasaan Tanah dan Struktur Spesial di Pedesaan Jawa, diterjemahkan dari, Land Tenure and Social Structure in Rurel Java,Approaches to Community Development, Volume 25, Bab IX , 1960, dalam Sudiono MP Tjondronegoro Gunawan Wiradi, Dua Abad Penguasaan tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa, Yayasan Obor Indonesia dan PT Gramedia, Jakarta, 1984. 43 Sebenarnya penyimpangan tersebut melanggar Pasal 33 UUD 1945, yang mana naskah aslinya tidak pernah mengalami perubahan hingga Amandemen IV yang isinya “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” .

D. Mengembalikan Khittah UUPA Dalam Perspektif Hukum Islam