Hukum adat dan pertanahan

Nama : Merry Fetrini
No BP : 1110221002

Tugas
Hukum Adat & Pertanahan

Kelas : C
Alasan lahirnya UUPA No 5 Tahun 1960
Tanah merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat penting karena seluruh
aktifitas kehidupan manusia tergantung pada tanah. Ini dapat dilihat dari kehidupan rakyat
Indonesia termasuk perekonomiannya, masih bercorak agraris. Pada orde lama ini, sudah ada
aturan–aturan pertanahan yang mengatur mengenai hak milik tanah pada masa pendudukan
Belanda maupun Jepang. Namun pengaturan pertanahan ini belum memikirkan petani dan hanya
mementingkan sekelompok orang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara
Indonesia hanya dinikmati oleh sekelompok orang yang mempunyai hak atas tanah, sehingga
terjadi ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin. Ketimpangan pemilikan dan penguasaan
tanah di Indonesia sangat tidak adil dan hukum agraria yang masih berlaku sekarang ini sebagian
tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi dari pemerintahan jajahan hingga bertentangan
dengan kepentingan rakyat.
Pada tanggal 24 September 1960, Soekarno telah mengesahkan Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA) 1960. Lahirnya UUPA ini merupakan peristiwa penting di bidang agraria dan

pertanahan di Indonesia dan merupakan undang-undang yang pertama kalinya memperkenalkan
konsep hak menguasai negara. Dengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA tersebut
kebijakan-kebijakan pertanahan di era pemerintahan kolonial belanda mulai ditinggalkan.
Salah satu prinsip dari UUPA ini adalah bahwa tanah tidak boleh menjadi alat
penghisapan, apalagi penghisapan modal asing terhadap rakyat Indonesia. Selain itu, UUPA 1960
juga menghapus hak istimewa swasta dalam penguasaan dan pemanfaatan tanah. UUPA
mewajibkan negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin penggunaannya, hingga
semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) bertujuan meletakkan dasar-dasar bagi
penyusunan hukum tanah nasional, yang akan merupakan alat untuk membawa kemakmuran dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat yang akan merombak hak atas tanah dan penggunaan tanah,

agar masyarakat adil dan makmur dapat terselenggara, khususnya taraf hidup kaum tani
meninggi, dan taraf hidup seluruh rakyat dapat meningkat. Karena UUPA bersangkutan dengan
ketentuan pemilikan tanah seperti ketentuan mengenai luas maksimum-minimum hak katas tanah
dan pembagian tanah kepada petani yang tidak memiliki tanah.
Relevansi UUPA dengan Pemerintahan Sekarang
UUPA yang dibentuk pada masa Presiden Soekarno, tidak mampu dijalankan dengan baik
oleh rezim selanjutnya. Ketika terjadi perubahan orde lama ke orde baru, sistem agraria nasional

mengarah atau kembali lagi seperti sebelumnya yaitu ke zaman kolonial. Salah satunya seperti
para kepala daerah bekerja untuk melayani kepentingan pemilik modal.
Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara Indonesia hanya dinikmati oleh
sekelompok orang yang mempunyai hak atas tanah, contohnya tuan tanah atau perusahaan
pemegang hak guna usaha sehingga terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
Saat ini banyak terjadi kepemilikan tanah yang tidak merata. Di satu sisi banyak orang kaya yang
memiliki tanah dan menjadikannya sebagai asset atau investasi, tetapi di sisi lain lebih banyak
petani yang hanya mempunyai sebidang tanah yang tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Sehingga hukum agraria yang berlaku sekarang ini sudah terjadi penyimpangan tujuan dari
agraria UUPA yang telah ditetapkan sebelumnya.