Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang disupplementasi Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental

(1)

PENGGUNAAN HASIL SAMPING KELAPA SAWIT YANG

DISUPLEMENTASI HIDROLISAT BULU AYAM DAN

MINERAL ESENSIAL DALAM PAKAN SAPI PERANAKAN

SIMMENTAL

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD TAKOSHI W.

050306043

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGGUNAAN HASIL SAMPING KELAPA SAWIT YANG

DISUPLEMENTASI HIDROLISAT BULU AYAM DAN

MINERAL ESENSIAL DALAM PAKAN SAPI PERANAKAN

SIMMENTAL

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD TAKOSHI W.

050306043

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental

Nama : Muhammad Takoshi W.

NIM : 050306043

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak

Departemen : Peternakan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Prof. DR. Ir. Zulfikar Siregar, MP DR. Ir. Nurzainah Ginting, Msc Ketua anggota

Mengetahui,

Prof. DR. Ir. Zulfikar Siregar, MP Ketua Departemen Peternakan


(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD TAKOSHI WIRIHADINATA: Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang disupplementasi Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental, dibimbing oleh ZULFIKAR SIREGAR dan NURZAINAH GINTING.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Perbaungan yang di mulai dari tanggal 17 November 2009 sampai dengan tanggal 16 Maret 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan hasil samping kelapa sawit yang disupplementasi dengan hidrolisat bulu ayam dan esensial terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan pada sapi peranakan Simmental selama penelitian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin dengan 4 perlakuan. Perlakuannya adalah P0 = Pakan Basal, P1 = P0 + 1% Hidrolisat Bulu Ayam, P2 =

P1 + 0,16 % Cl + 356 ppm Zn, P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

Dari hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 6,653 kg/ekor/hari dan terendah pada

perlakuan P0 sebesar 6,079 kg/ekor/hari. Rataan pertambahan berat badan

tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,099 kg/ekor/hari dan terendah

terdapat pada perlakuan P0 sebesar 0,849 kg/ekor/hari. Rataan konversi pakan

tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 7,149 dan terendah terdapat pada

perlakuan P3 sebesar 6,024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dalam pakan memberikan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan.

Kata kunci: Hasil samping kelapa sawit, hidrolisat bulu ayam, mineral esensial, Sapi peranakan Simmental.


(5)

ABSTRACT

MUHAMMAD TAKOSHI WIRIHADINATA: Utilization of Oil Palm

Plantation By-Product by Supplementing 1% Hidrolyzed Poultry Feather and Cl as The Essential Macro Mineral, Zn as The Essential Micro Mineral and I, Co, Se, as Essential Rare Mineral Simmental Crossbreed feeding. Supervised by

ZULFIKAR SIREGAR and NURZAINAH GINTING.

This research was conducted in Desa Ujung Rambung Dusun VI of Kecamatan Pantai Cermin of Kabupaten Serdang Bedagai Perbaungan. Started from 17 November 2009 until 16 March 2010. The objective of this experiment to know the effect of supplementation 1% Hidrolyzed Poultry Feather and Cl as the essential macro mineral, Zn as the essential micro mineral and I, Co, Se, as essential rare mineral in feed based on Oil Palm Plantation By-Product on feed intake, feed conversion ratio , and average daily gain (ADG) Simmental crossbreed during this research. This research was conducted by using Latin Squre Design (LSD) with four treatments. The treatments were P0 = Basal Ration

(Control), P1 = P0 + 1% Hidrolyzed Poultry Feather, P2 = P1 + 0,16 % Cl + 356

ppm Zn, P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

The result of this research indicated that the highest average feed intake was found in treatment P3 (6,653 kg/h/d) and the lowest one found in treatment P0

(6,079 kg/h/d). the highest of ADG was found in treatment P3 (1,099 kg/h/d) and

the lowest one found in treatment P0 (0,849 kg/h/d). The highest of FCR was

found in treatment P0 (7,149) and the lowest one was found in treatment P3

(6,024). The conclusion indicated that utilization of oil palm plantation by-product of supplementation 1% hydrolyzed poultry feather and Cl as the essential macro mineral, Zn as the essential micro mineral and I, Co, Se, as essential rare mineral in feed gived the respon that very significant difference (P<0,01) of the feed intake, average daily gain (ADG) and the feed conversion ratio (FCR).

Keyword: Oil Palm Plantation By-Product, Hidrolyzed Poultry Feather, The Essential Mineral, Simmental Crossbreed.


(6)

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD TAKOSHI WIRIHADINATA dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Oktober 1987. Putra kedua dari empat bersaudara dari Ayahanda Panji Dinata dan Ibunda Kartini.

Masuk SMU Setia Budi Perbaungan pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama masuk ke Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.

Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah, mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) di kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun pada bulan juni hingga juli 2008. melaksanakan penelitian di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Perbaungan pada bulan November 2009 hingga Maret 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ketua dan Ibu Sekretaris Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. DR. Ir. Zulfikar Siregar, MP, selaku ketua pembimbing dan Ibu DR. Ir. Nurzainah Ginting, MSc, Selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian… ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Sapi.. ... 4

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi.. ... 5

Sistem Pencernaan Ternak ruminansia... 6

Pakan Sapi. ... 7

Pelepah Daun Kelapa sawit. ... 8

Lumpur Sawit. ... 9

Bungkil Inti Sawit. ... 10

Serat Perasan Buah kelapa Sawit. ... 11

Molasses. ... 11

Bulu Ayam. ... 12

Mineral Esensial ... 13

Urea. ... 14

Garam. ... 15

Konsumsi Pakan. ... 15

Pertambahan Berat Badan. ... 15

Konversi Pakan. ... 16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 17

Tempat dan Waktu Penelitian. ... 17

Bahan Penelitian ... 17

Alat Penelitian ... 17

Metode Penelitian ... 17


(9)

Pelaksanaan Penelitian. ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN . ... 21

Konsumsi pakan . ... 21

Pertambahan berat badan . ... 23

Konversi pakan ... 26

Rekapitulasi hasil penelitian. ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN . ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Kebutuhan nutrien sapi ... 8

2. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit ... 9

3. Kandungan gizi lumpur sawit ...10

4. Kandungan gizi bungkil inti sawit ...10

5. Kandungan gizi serat perasan buah kelapa sawit ...11

6. Kandungan gizi molases...12

7. Kandungan gizi tepung bulu ayam ...12

8 Rataan konsumsi pakan selama penelitian ...21

9 Uji keragaman konsumsi pakan ...21

10. Uji beda nyata terkecil terhadap konsumsi pakan ...22

11. Rataan pertambahan berat badan sapi ...23

12. Uji keragaman pertambahan berat badan sapi ...24

13. Uji beda nyata terkecil terhadap pertambahan berat badan sapi ...25

14. Rataan konversi pakan selama penelitian...26

15. Uji keragaman konversi pakan ...26

16. Uji beda nyata terkecil terhadap konversi pakan ...27


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data konsumsi pakan selama penelitian ...33

2. Data pertambahan berat badan selama penelitian ...37

3. Susunan pakan P0 ...37

4. Susunan pakan P1 ...37

5. Susunan Pakan P2...38

6. Susunan Pakan P3...38

7. Bagan pengolahan dan pembuatan pakan ...39

8 Data rataan konsumsi pakan selama penelitian ...39

9 Uji keragaman konsumsi pakan ...40

10. Uji beda nyata terkecil terhadap konsumsi pakan ...40

11. Data rataan pertambahan berat badan sapi ...40

12. Uji keragaman pertambahan berat badan sapi ...40

13. Uji beda nyata terkecil terhadap pertambahan berat badan sapi ...41

14. Rataan konversi pakan selama penelitian...41

15. Uji keragaman konversi pakan ...41

16. Uji beda nyata terkecil terhadap konversi pakan ...41

17. Rekapitulasi penelitian ...42

18. Kebutuhan mineral sapi ...42

19. Data hasil konsumsi pakan sapi ...42

20. Data hasil pertambahan berat badan ...42

21. Data hasil konversi pakan...43

22. Data konsumsi BK berdasarkan Berat badan awal sapi (%) ...43

23. Suhu kandang selama penelitian ...43

24. Perhitungan pemberian mineral langka ...46


(12)

ABSTRAK

MUHAMMAD TAKOSHI WIRIHADINATA: Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang disupplementasi Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental, dibimbing oleh ZULFIKAR SIREGAR dan NURZAINAH GINTING.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Perbaungan yang di mulai dari tanggal 17 November 2009 sampai dengan tanggal 16 Maret 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan hasil samping kelapa sawit yang disupplementasi dengan hidrolisat bulu ayam dan esensial terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan pada sapi peranakan Simmental selama penelitian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin dengan 4 perlakuan. Perlakuannya adalah P0 = Pakan Basal, P1 = P0 + 1% Hidrolisat Bulu Ayam, P2 =

P1 + 0,16 % Cl + 356 ppm Zn, P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

Dari hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 6,653 kg/ekor/hari dan terendah pada

perlakuan P0 sebesar 6,079 kg/ekor/hari. Rataan pertambahan berat badan

tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,099 kg/ekor/hari dan terendah

terdapat pada perlakuan P0 sebesar 0,849 kg/ekor/hari. Rataan konversi pakan

tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 7,149 dan terendah terdapat pada

perlakuan P3 sebesar 6,024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dalam pakan memberikan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan.

Kata kunci: Hasil samping kelapa sawit, hidrolisat bulu ayam, mineral esensial, Sapi peranakan Simmental.


(13)

ABSTRACT

MUHAMMAD TAKOSHI WIRIHADINATA: Utilization of Oil Palm

Plantation By-Product by Supplementing 1% Hidrolyzed Poultry Feather and Cl as The Essential Macro Mineral, Zn as The Essential Micro Mineral and I, Co, Se, as Essential Rare Mineral Simmental Crossbreed feeding. Supervised by

ZULFIKAR SIREGAR and NURZAINAH GINTING.

This research was conducted in Desa Ujung Rambung Dusun VI of Kecamatan Pantai Cermin of Kabupaten Serdang Bedagai Perbaungan. Started from 17 November 2009 until 16 March 2010. The objective of this experiment to know the effect of supplementation 1% Hidrolyzed Poultry Feather and Cl as the essential macro mineral, Zn as the essential micro mineral and I, Co, Se, as essential rare mineral in feed based on Oil Palm Plantation By-Product on feed intake, feed conversion ratio , and average daily gain (ADG) Simmental crossbreed during this research. This research was conducted by using Latin Squre Design (LSD) with four treatments. The treatments were P0 = Basal Ration

(Control), P1 = P0 + 1% Hidrolyzed Poultry Feather, P2 = P1 + 0,16 % Cl + 356

ppm Zn, P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

The result of this research indicated that the highest average feed intake was found in treatment P3 (6,653 kg/h/d) and the lowest one found in treatment P0

(6,079 kg/h/d). the highest of ADG was found in treatment P3 (1,099 kg/h/d) and

the lowest one found in treatment P0 (0,849 kg/h/d). The highest of FCR was

found in treatment P0 (7,149) and the lowest one was found in treatment P3

(6,024). The conclusion indicated that utilization of oil palm plantation by-product of supplementation 1% hydrolyzed poultry feather and Cl as the essential macro mineral, Zn as the essential micro mineral and I, Co, Se, as essential rare mineral in feed gived the respon that very significant difference (P<0,01) of the feed intake, average daily gain (ADG) and the feed conversion ratio (FCR).

Keyword: Oil Palm Plantation By-Product, Hidrolyzed Poultry Feather, The Essential Mineral, Simmental Crossbreed.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Populasi penduduk yang terus bertambah dan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan yang berasal dari ternak terus meningkat. Dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan tersebut juga diperlukan ternak dalam jumlah besar. Untuk memproduksi ternak dalam jumlah besar terdapat berbagai kendala, antara lain kebutuhan pakan yang semakin besar tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang cukup serta harga pakan yang mahal.

Sapi potong merupakan salah satu sumber daya ternak penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu ternak sapi menghasilkan berbagai macam hasil samping lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain-lain.

Dalam usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sukses atau tidaknya usaha tersebut. Salah satu upaya dalam pengadaan pakan bagi ternak adalah memanfaatkan sebaik mungkin lahan serta pemanfaatan hasil samping perkebunan kelapa sawit dan perkebunan tebu.

Pemenuhan kebutuhan konsumsi pakan ternak dapat dengan menggunakan bahan pakan yang berasal dari hasil samping perkebunan seperti pelepah daun sawit, serat perasan buah, bungkil inti sawit, dan solid. Disamping itu, terdapat juga bahan pakan hasil samping industri perkebunan tebu seperti molasses dan limbah pemotongan ayam seperti bulu ayam. Semua bahan ini dapat dijadikan


(15)

sebagai bahan pakan alternatif karena disamping memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik juga memiliki ketersediaan yang cukup banyak.

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang berkembang pesat di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menyatakan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 6.611.000 Ha dengan produksi tandan buah segar 17.109.000 ton. Daerah Sumatera Utara sendiri pada tahun 2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 979.541 Ha dengan produksi tandan buah segar 3.244.922 ton sehingga di Wilayah Sumatera Utara tingkat pertumbuhan produksi perkebunan kelapa sawit sangat signifikan dalam menghasilkan hasil samping kelapa sawit. Hal ini memberikan peluang bagi peternak dalam memanfaatkan hasil samping dari perkebunan kelapa sawit sebagai pakan alternatif.

Atas dasar kondisi yang telah disebutkan di atas penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian penggemukan sapi peranakan Simmental dengan menggunakan hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi dengan hidrolisat bulu ayam, dan mineral esensial terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi dengan hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan pada sapi peranakan Simmental.


(16)

Hipotesis Penelitian

Penggunaan hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dalam pakan meningkatkan pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan menurunkan konversi pakan sapi peranakan Simmental.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi peternak dalam menggunakan hasil samping kelapa sawit dan sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademisi atau instansi yang berhubungan dengan penggemukan Sapi


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi

Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik (Hardjosubroto, 1994).

Bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi yaitu Phylum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, Class: Mamalia, Ordo: Artodactyla, Sub ordo:

Ruminantia. Famili : Bovidae, Genus: Bos, Spesies: Bos Indicus (Williamson

and payne, 1993).

Sapi potong memiliki beberapa kelebihan bila ditinjau dari nilai ekonomi dan pemanfaatannya yaitu pada umumnya masyarakat lebih menyukai daging Sapi dibanding daging ternak lainnya (kambing, domba, kerbau), Sapi banyak digunakan pada budaya masyarakat, misalnya sebagai ternak qurban, sebagai ternak karapan (di madura), sebagai ukuran penentu tingkat kesejahteraan sosial manusia dalam masyarakat, Sapi sebagai salah satu bentuk tabungan masyarakat yang mudah dijual apabila terdesak membutuhkan uang yang cepat. Kotoran sapi bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (biogas). Usaha sapi juga membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat membuka lapangan kerja yang dapat menghidupi banyak keluarga (Sugeng, 1996).


(18)

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung, dan semua jaringan-jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh lainnya. Pada umumnya pertumbuhan pada ternak mamalia dapat dibagi dalam dua periode utama, yaitu pre-natal dan post-natal. Pre-natal yaitu pertumbuhan yang berlangsung antara waktu ovum dibuahi sampai anak lahir, sedangkan post-natal yaitu pertumbuhan setelah lahir (Anggorodi, 1990). Menurut Tillman et al., (1993) pertumbuhan adalah kenaikan bobot badan dengan melakukan pengukuran berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap satuan waktu lainnya.

Dalam pertumbuhan seekor ternak ada dua hal yang terjadi yaitu: Pertumbuhan yaitu bobot badan meningkat sampai mencapai bobot badan dewasa, sedangkan perkembangan yaitu terjadi perubahan konformasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kemampuannya untuk melakukan pertumbuhan yang optimal.

Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S (sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Lawrie, 1995).

Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya. Apabila ternak belum dewasa yang digunakan dalam usaha penggemukan maka sifatnya membesarkan sekaligus memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Pengurangan pakan akan memperlambat


(19)

kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang signifikan akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tillman et al, 1993). Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh tubuh ternak dimana semakin besar atau berat tubuh ternak maka semakin banyak pula pakan yang dikonsumsi oleh ternak itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Murtidjo,1993).

Sapi potong mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra, 1997).

Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor ternak yaitu berat badan, umur, kondisi tubuh, serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan yaitu sifat fisik dan komponen kimia pakan (Parakkasi, 1995). Menurut Church (1986) konsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, kecernaan dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat pakan dan palatabilitas. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas, dimana palatabilitas mempengaruhi konsumsi bahan kering, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia pakan.

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, hidrolisis, dan fermentatif. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut


(20)

dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara fermentatif dilakukan oleh mikroorganisme rumen (Tillman et al, 1993).

Pencernaan adalah rangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan (Meynard and Loosly, 1979). Frandson (1992) menyatakan bahwa bagian-bagian dari saluran pencernaan adalah mulut, pharinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati, dan pankreas.

Pakan Sapi

Pakan adalah semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak (Parakkasi, 1995). Widayati dan Widalestari (1996), menyatakan bahwa pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja, melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup pokok, membentuk sel-sel baru, menggantikan sel yang rusak, dan untuk produksi.

Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan (rumput dan leguminosa) dan konsentrat. Hijauan pakan merupakan pakan kasar yang terdiri dari hijauan pakan yang padat, dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan beberapa jenis leguminosa. Sedangkan konsentrat merupakan bahan pakan penguat yang terdiri dari bahan pakan yang kaya karbohidrat dan protein. Pemberian pakan berupa


(21)

kombinasi kedua bahan tersebut akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biaya relatif rendah (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Jumlah kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan setiap hari sangat tergantung pada jenis, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting, dan menyusui), kondisi ternak (normal dan sakit), bobot badan dan faktor lingkungan (Kartadisastra, 1997). Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi kebutuhan akan menyebabkan produktifitas ternak menjadi rendah yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat serta berat badan yang rendah (Martawidjaya et al., 1999). Kebutuhan nutrisi Sapi tertera pada Tabel 1. Tebel 1. Kebutuhan nutrien sapi

Berat(Kg) Tambahan berat(Kg) Makanan Kasar (Kg) Protein Kasar (%) TDN (%) ME (Mkal/Kg) Ca (%) P (%)

100 0,0 100 8,7 55 2,0 0,18 0,18

0,7 50-60 14,5 70 2,5 0,70 0,48

1,1 15 18,2 86 3,1 1,04 0,70

150 0,0 100 8,7 55 2,0 0,18 0,18

0,7 50-60 12,6 70 2,5 0,46 0,36

1,1 15 15,6 86 3,1 0,76 0,54

200 0,0 100 8,5 55 2,0 0,18 0,18

0,7 70-80 10,8 64 2,3 0,32 0,28

1,1 15 13,6 86 3,1 0,59 0,43

250 0,0 100 8,5 55 2,0 0,18 0,18

0,9 45-50 11,1 72 2,6 0,35 0,31

1,3 15 12,7 86 3,1 0,5 0,38

300 0,0 100 8,6 55 2,0 0,18 0,18

0,9 55-65 10,0 70 2,5 0,27 0,23

1,3 15 11,7 83 3,0 1,41 0,32

350 0,0 100 8,5 55 2,0 0,18 0,18

0,9 45-55 10,0 72 2,6 0,25 0,22

1,3 15 10,8 83 3,0 0,32 0,28

400 0,0 100 8,5 55 2,0 0,18 0,18

1,0 45-55 9,4 72 2,6 0,22 0,21

1,3 15 10,4 86 3,1 0,29 0,26

450 0,0 100 8,5 55 2,0 0,18 0,18

1,0 45-55 9,3 72 2,6 0,19 0,19

1,3 15 10,4 86 3,1 0,26 0,25


(22)

Pelepah Daun Kelapa Sawit

Pelepah daun kelapa sawit dapat dijadikan sebagai pengganti sumber serat kasar. Bila dilihat dari kandungan protein kasar, daun kelapa sawit setara dengan mutu hijauan. Selain itu juga pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah padat perkebunan kelapa sawit dimana keberadaannya cukup melimpah sepanjang tahun khususnya di Sumatera Utara. Akan tetapi menurut Sutardi (1999) bila dilihat kandungan serat kasarnya cukup tinggi sehingga mempengaruhi tingkat kecernaan pakan.

Pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia disarankan tidak melebihi 30%. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pelepah daun kelapa sawit dapat ditambahkan produk sampingan lain dari pengolahan kelapa sawit seperti bungkil inti sawit, lumpur sawit (solid), dan serat perasan buah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003). Adapun kandungan gizi pelepah daun sawit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit

Zat nutrisi Kandungan (%) .

Protein Kasar 6,05b

Bahan Kering 26,07a

Lemak Kasar 4,47a

Serat Kasar 32,50a

BETN 39,82a

TDN 45,00a

Ca 0,96a

P 0,08a

Sumber: a. Warta penelitian dan pengembangan Pertanian (2003).

Energi (Mcal/ME) 56,00c .

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000) c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000)

Lumpur Sawit

Hasil olahan kelapa sawit berupa limbah padat dan cair. Limbah cair yang berwarna cokelat kekuning-kuningan diletakkan di dalam kolam untuk


(23)

diendapkan. Di Sumatera Utara, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit. Produk hasil pemisahan lumpur sawit dari air ini disebut solid.

Pemberian lumpur sawit pada ternak sapi dapat dalam bentuk segar atau dicampur dengan air atau dalam bentuk complete feed block (CFB) baik yang difermentasikan dengan efektive microorganism (EM4) maupun tanpa difermentasi. Pemberian lumpur sawit mampu meningkatkan pertambahan berat badan ternak secara nyata dibandingkan yang tidak diberi lumpur sawit

(Utomo Dan Widjaja, 2004). Adapun kandungan gizi lumpur sawit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan gizi lumpur sawit

Bahan Kering 93,1a

Zat nutrisi Kandungan (%)

.

Protein Kasar 13,3a

Lemak Kasar 18,9a

Serat Kasar 16,3a

ABU 12,0b

TDN 74,0a

Ca 0,03b

Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000)

P 0,19b ..

b. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000)

Penggunaan Lumpur sawit dalam bentuk lumpur (palm oil sludge) untuk pakan yang pemberiannya dikombinasikan dengan bungkil inti sawit dan serat perasan. Pada pakan tersebut digunakan hingga 8% (Kamaruddin, 1997).

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau secara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya baik namun kandungan serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang sesuai untuk ternak unggas sehingga


(24)

lebih sering diberikan kepada ternak ruminansia, seperti sapi (Hutagalung, 1978). Adapun kandungan gizi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan gizi bungkil inti sawit

Bahan Kering 92,6a

Zat nutrisi Kandungan (%) .

Protein Kasar 21,51b

Lemak Kasar 2,4a

Serat Kasar 10,5b

TDN 72,0a

Ca 0,53b

Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000)

P 0,33b .

b. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Serat Perasan Buah Kelapa Sawit

Serat perasan buah kelapa sawit merupakan hasil samping yang diperoleh dari proses pemerasan buah sawit. Sebagai bahan campuran pakan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok diberikan pada ternak ruminansia karena kandungan serat kasarnya cukup tinggi.

Menurut Hasan dan Ishida (1991) serat perasan buah dapat digunakan sebagai pakan ruminansia walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan kurang dari 20% total pakan, karena jika lebih tinggi akan mengganggu kecernaan pada rumen. Adapun kandungan gizi serat perasan buah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi serat perasan buah kelapa sawit

Bahan Kering 93,11

Zat nutrisi Kandungan (%) .

Protein Kasar 6,20

Lemak Kasar 3,22

Serat Kasar 48,10

TDN 30,00

Sumber: Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Abu 5,90 .


(25)

Molasses

Molasses atau tetes merupakan hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan kental agak kekuning-kuningan. Molasses dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis yang bisa memperbaiki aroma dan rasa pakan, keuntungan penggunaan molasses sebagai bahan pakan ternak adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, mineral, vitamin yang cukup sehingga dapat digunakan walau hanya sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985). Adapun kandungan gizi molasses dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan gizi molasses

Bahan Kering 67,5

Zat nutrisi Kandungan (%) .

Protein Kasar 4,00

Lemak Kasar 0,08

Serat Kasar 0,38

TDN 81,00

P 0,02

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000)

Ca 1,5 .

Bulu Ayam

Bulu ayam merupakan hasil samping ternak ayam petelur, pedaging, dan ayam buras dari rumah potong hewan. Populasi ayam di Indonesia tahun 1990 sebesar 726,10 juta ekor (Statistik Peternakan, 1999). Berat bulu ayam 4% dari berat tubuh total. Sebagai bahan pakan ternak, bulu ayam terlebih dahulu dibuat menjadi tepung. Kandungan protein bulu ayam cukup tinggi, lebih tinggi dari kandungan protein tepung ikan. Kelemahan tepung bulu ayam sebagai bahan pakan ternak antara lain adanya keratin yang sulit dicerna dan kelemahan lain adalah rendahnya kandungan beberapa asam amino esensial yaitu metionin dan triptofan, namun kandungan leusin, isoleusin, dan valin cukup tinggi yang secara


(26)

berturut-turut adalah 4,88%, 3,12%, dan 4,44 % ( Siregar, 2008). Adapun kandungan gizi tepung bulu ayam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan gizi tepung bulu ayam

Bahan Kering 91,37a

Zat nutrisi Kandungan (%) .

Protein Kasar 79,88a

Lemak Kasar 3,77a

Serat Kasar 0,32a

TDN 91,00a

Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU Medan (2000)

Abu 4,10b .

b. Hartadi (1998)

Tepung bulu ayam dalam bentuk alami tanpa pengolahan terdapatnya keratin yang sulit dicerna oleh ternak. Oleh sebab itu, bulu ayam sebelum digunakan sebagai pakan ternak terlebih dahulu dilakukan pengolahan. Hidrolisat bulu ayam dengan HCl 12% memberikan hasil tepung bulu ayam yang lebih alami dan asam amino yang rusak dapat dikurangi. Bulu ayam yang dihidrolisat terlebih dahulu dikeringkan sampai kadar air 15%. Selanjutnya, bahan tersebut dicampur dengan larutan HCl 12%. Perbandingan berat bulu ayam dengan volume HCl 12% dalam pencampuran adalah 2:1 (100 Kg bulu ayam dicampur dengan 50 liter HCl 12%). Bulu ayam dan HCl 12% dicampur merata, setelah itu dilakukan pemeraman selama 3 hari. Setelah pemeraman, hidrolisat bulu ayam dikeringkan dengan dijemur dibawah sinar matahari atau di oven 60oC sampai kadar air 13-15%. Selanjutnya, hidrolisat bulu ayam digiling dan diberikan pada ternak dalam bentuk halus (Muhtarudin et al., 2002).

Menurut Siregar (2008) untuk mendukung pasokan nutrient yang cukup bagi pertumbuhan mikroba rumen maka harus dilakukan beberapa suplementasi kedalam pakan yaitu salah satunya dengan suplementasi hidrolisat bulu ayam. Hasil penelitian Sutardi (1976) membuktikan bahwa kerangka karbon bercabang


(27)

sangat diperlukan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Dalam hal ini hidrolisat bulu ayam digunakan sebagai sumber asam amino rantai cabang.

Mineral Esensial

Bagi ternak ruminansia, mineral merupakan nutrisi yang esensial, selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Lebih kurang 4% dari tubuh ternak ruminansia terdiri atas mineral. Pada tubuh ternak ruminansia dijumpai 31 jenis mineral yang dapat diukur, namun hanya 15 jenis mineral yang tergolong esensial untuk ternak ruminansia. Untuk pertumbuhan danperkembangbiakan uang optimal, mikroba rumen membutuhkan 15 jenis mineral esensial yaitu mineral esensial makro 7 jenis (Ca, K, P, Mg, Na, Cl, dan S), mikro 4 jenis (Cu, Fe, Mn, dan Zn), dan mineral esensial langka 4 jenis (I, Mo, Co, dan Se) (Siregar, 2008).

Kebutuhan ternak ruminansia akan mineral esensial dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis dan tingkat produksi, bangsa, proses adaptasi, tingkat konsumsi, umur, interaksi dengan mineral, mineral dengan protein, mineral dengan lemak (Parakkasi, 1995). Menurut Batubara (1988) menyatakan bahwa ternak didaerah tropik membutuhkan mineral yang lebih tinggi dalam pakannya dibandingkan dengan yang dipelihara di daerah subtropik. Ternak yang mendapat pakan dari hijauan yang kekurangan mineral akan menderita gejala-gejala penyakit kekurangan mineral (Nugroho, 1986).

Mineral mikro dan langka dibutuhkan mikroba untuk melakukan berbagai aktifitas termasuk sintesis Vitamin B12 dan kebutuhannya akan mineral ini sangat

sedikit dibanding dengan mineral makro. Kekurangan mineral ini bergantung pada ketersediaan dalam tanah dan kemampuan tanaman untuk menyerap dan


(28)

meretensinya (Siregar, 2008). Penambahan berbagai mineral, baik secara in vitro maupun in vivo memberikan pengaruh yang positif pada aktivitas mikroba rumen. Apabila terjadi status kekurangan mineral maka aktivitas fermentasi mikroba dalam rumen tidak dapat berlangsung secara optimal, hal ini akan menyebabkan efisiensi penggunaan pakan rendah dan akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ternak ruminansia (Martinez, 1972).

Urea

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi didalam system pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea yang diberikan pada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein, karena dapat disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen (Kartadisastra, 1997).

Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi ammonium. Dimana ammonium bersama mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan dalam hati akan dibentuk kembali ammonium yang akhirnya disekresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1995).

Garam

Garam diperlukan oleh sapi sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan dalam kelancaran pekerjaan faali tubuh. Menurut Lassiter and Edward (1982) garam yang dimaksud adalah garam


(29)

dapur (NaCl), dimana selain berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas.

Garam tersebut merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih sering terdapat dalam hewan herbifore daripada hewan lainnya. Ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Menurut Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi faktor penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan tingkat palatabilitas. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ternak, selain menurunnya nafsu makan, ternak yang sakit juga tidak mau berjalan untuk mendekati tempat pakan dan air minum.

Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya tahannya pun menurun (Tillman et al., 1993).

Pertambahan Berat Badan

Laju pertambahan berat badan dipengaruhi oleh umur ternak, lingkungan, dan genetika dimana lingkungan dalam hal ini konsumsi pakan. Bobot tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan bobot dewasa. Pertambahan berat badan


(30)

merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (Sugeng, 1996).

Parakkasi (1995) menyatakan bahwa ternak yang mempunyai sifat dan tingkat konsumsi yang lebih tinggi, maka produksinya juga lebih tinggi dibanding ternak sejenis yang konsumsinya lebih rendah.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot bedan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).


(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dimulai dari tanggal 17 November 2009 sampai 16 Maret 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain : 4 ekor sapi jantan peranakan

Simmental, Bahan pakan, terdiri dari : Pelepah daun kelapa sawit, bungkil inti

sawit, serat perasan buah kelapa sawit, solid, molasses, hidrolisat bulu ayam, mineral, garam dan urea, Obat-obatan seperti obat cacing , Cypperkiller sebagai pengusir lalat, karbol sebagai desinfektan, Vitamin B-Kompleks, Air Minum, Sumber mineral : Zn ZnSO4.7H2O, Co (CH3COO)2CO.4H2O, I  K I

(Kalium Iodida), Se  K2SO4 yang mengandung 0,1 % Se, Cl  NaCl.

Alat yang digunakan antara lain : Kandang individual 4 unit beserta perlengkapannya, Chooper untuk mencincang pelepah daun kelapa sawit, Grinder untuk menghaluskan bahan pakan yang bentuk fisiknya kasar, Timbangan sapi dengan kapasitas 1 ton untuk menimbang berat badan sapi selama penelitian, Timbangan kecil dengan kapasitas 10 Kg untuk menimbang bahan pakan dengan kepekaan 10 Gr, Karung sebagai tempat bahan pakan, dan Perlengkapan lainnya.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL). Perlakuan yang diteliti adalah : P0 = Pakan basal, P1 = P0 + 1 % Hidrolisat bulu ayam, P2 = P1 + 365 ppm Zn + 0.16 % Cl, P3 = P2 + 10 ppm Co +


(32)

50 ppm I + 2 ppm Se, S1 = Sapi Pertama, S2 = Sapi Kedua, S3 = Sapi Ketiga, S4 =

Sapi Keempat.

Denah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : S1P0 S2P1 S3P2 S4P3

S1P1 S2P2 S3P3 S4P0

S1P2 S2P3 S3P0 S4P1

S1P3 S2P0 S3P1 S4P2

Pengacak baris

Angka acak : 726 419 670 138

Urutan pemilihan : 1 2 3 4

Pangkat (rank) : 4 3 2 1

S1P3 S2P0 S3P1 S4P2

S1P1 S2P2 S3P3 S4P0

S1P2 S2P3 S3P0 S4P1

S1P0 S2P1 S3P2 S4P3

Pengacak kolom

Angka acak : 309 260 971 986

Urutan pemilihan : 1 2 3 4

Pangkat (rank) : 2 1 3 4

S2P0 S1P3 S3P1 S4P2

S2P2 S1P1 S3P3 S4P0

S2P3 S1P2 S3P0 S4P1

S2P1 S1P0 S3P2 S4P3


(33)

.

Model matematika yang digunakan adalah : Y ijk = µ + T i + B j + K k + € ijk

Dimana :

Y ijk = Hasil pengamatan dari perlakuan ke-i, baris ke-j, dan kolom ke-k

T I = Pengaruh Perlakuan ke-i

B j = Pengaruh baris ke-j

K k = Pengaruh kolom ke-k

µ = Nilai tengah umum

ijk = Pengaruh galat karena perlakuan ke-I, baris ke-j, dan kolom ke-k

(Sastrosupadi, 2000).

Parameter Penelitian

1. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi hari besoknya.

Konsumsi pakan =(Pakan yang diberikan x Bk %) - Pakan sisa setelah di Oven dan dihitung BK-nya

2.Pertambahan Berat Badan

Pertambahan berat badan dihitung berdasarkan selisih antara hasil penimbangan berat badan akhir dengan bobot badan sebelumnya.

PBB = Berat badan akhir – Berat badan awal

A B C D

S2P0 S1P3 S3P1 S4P2

S2P2 S1P1 S3P3 S4P0

S2P3 S1P2 S3P0 S4P1

S2P1 S1P0 S3P2 S4P3

Kandang

III IV

Periode Pelaksanaan (Bulan)

I II


(34)

3.Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan berat badan. Konversi pakan dapat dihitung dari rumus berikut :

Konversi pakan =

PBB

Konsumsi pakan

Pelaksanaan Penelitian • Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan kandang yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan .

• Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan perlakuan diberikan secara ad-libitum. Sisa pakan yang diberikan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi dengan pakan perlakuan secara terjadwal selama 2 minggu. Pemberian air minum dan tempatnya dicuci dengan air bersih.

• Pemberian Obat-obatan

Ternak sapi pertama masuk kandang diberikan obat cacing dan vitamin B-kompleks selama masa adaptasi, sedangkan obat lain diberikan sesuai kondisi ternak.

• Pengambilan Data

Konsumsi pakan dihitung setiap hari, sedangkan penimbangan berat badan sapi dengan timbangan dilakukan dalam selang waktu sebulan sekali.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Dari hasil penelitian diketahui rataan konsumsi pakan perlakuan ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Konsumsi Pakan Selama Penelitian (kg/ekor/hari)

Perlakuan S1 S2 S3 S4 Total Rataan

P0 6.052 5.309 5.782 7.176 24.319 6.079 P1 5.127 7.595 4.680 7.956 25.358 6.339 P2 5.967 6.042 6.832 6.977 25.818 6.454 P3 4.843 6.912 5.616 9.241 26.612 6.653 Total 21.989 25.858 22.910 31.350 102.107 25.526

Dari Tabel 8 diketahui rataan konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan P3

sebesar 6,653 kg/ekor/hari dan rataan konsumsi pakan terkecil pada perlakuan P0

sebesar 6,079 kg/ekor/hari

Untuk mengetahui pengaruh pemberian hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap konsumsi pakan sapi Peranakan Simmental dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji Keragaman Konsumsi Pakan Sapi (kg/ekor/hari)

SK DB JK KT F HIT F 5% F1% Baris 3 0,087613071 0,029204357 1,912059123tn 4,79 9,78 Kolom 3 13,34575565 4,448585217 291,2564706** 4,79 9,78 Perlakuan 3 0,68743265 0,229144216 15,00246315** 4,79 9,78 Galat 6 0,091642638 0,015273773

Total 15 14,21244401 Ket : KK = 0,484 %

tn = tidak nyata ** = sangat nyata

Berdasarkan uji keragaman diketahui bahwa perlakuan pemberian hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral


(36)

esensial dan kolom (sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan sapi peranakan Simmental. Kolom (sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan sapi peranakan Simmental. Hal ini disebabkan karena berat awal sapi mempengaruhi jumlah (banyaknya) pakan yang dikonsumsi. Hal ini masih bisa ditoleransi karena masih sesuai dengan uji keragaman berat badan yaitu dengan rumus X + 2SD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa semakin berat tubuh ternak maka semakin banyak pula pakan yang dikonsumsi oleh ternak itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baris (waktu) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan sapi peranakan Simmental. Disini berarti bahwa perlakuan dan sapi (berat badan awal) mempengaruhi konsumsi pakan. Untuk melihat perlakuan yang mana yang lebih baik maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 1 % (0,01) yang tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji Beda Nyata Terkecil Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial Terhadap Konsumsi Pakan Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental.

Perlakuan Rataan (kg/ekor/hari) Notasi

P0 6,079 A

P1 6,339 B

P2 6,454 B

P3 6,653 C

BNT0,01= 0,198

Dari uji BNT diketahui bahwa perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata

dan perlakuan P0 dengan P3 berbeda nyata, tetapi perlakuan P0 dengan P3 dan P1

dengan perlakuan P2 sangat berbeda nyata. Hal ini dikarenakan palatabilitas yang

dihasilkan pada pakan P2 dan P3 sangat baik. Dari rataan diperoleh peningkatan


(37)

mikro dan mineral langka) yang diberikan dalam pakan maka konsumsi pakan akan meningkat.

Dari penelitian tampak bahwa pakan yang menggunakan perlakuan P3

lebih tinggi atau berbeda nyata konsumsinya dibandingkan dengan perlakuan P0

dan P1. hal ini disebabkan mineral (Zn, Cl, Co, I, Se) memiliki palatabilitas yang

baik sehingga dapat merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan. Menurut Parakkasi (1995) menyatakan bahwa yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas, dimana palatabilitas mempengaruhi konsumsi bahan kering, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia pakan.

Dalam formulasi pakan, pada perlakuan P3 dapat memacu sapi agar

mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan mineral sapi. Hal ini dapat dilihat dari rataan konsumsi pakan sapi dimana semakin lengkapnya unsur mineral (Zn, Cl, Co, I, Se) yang diberikan dalam pakan (P3) maka rataan

konsumsi pakan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : faktor hewan yaitu berat badan, umur, kondisi tubuh ternak. serta yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan yaitu sifat fisik dan komposisi kimia (kandungan nutrisi dan mineral) dalam pakan.

Pertambahan Berat Badan

Dari hasil penelitian diketahui rataan pertambahan berat badan Sapi ditunjukkan pada Tabel 11.


(38)

Tabel 11. Rataan Pertambahan Berat Sapi (kg/ekor/hari)

Perlakuan S1 S2 S3 S4 Total Rataan

P0 0.833 0.766 0.8 1 3.399 0.849

P1 0.766 1.133 0.7 1.166 3.765 0.941

P2 0.933 0.933 1.066 1.033 3.965 0.991

P3 0.8 1.166 0.966 1.466 4.398 1.099

Total 3.332 3.998 3.532 4.665 15.527 3.88 Dari Tabel 11 diketahui rataan Pertambahan berat badan tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 1,099 kg/ekor/hari dan rataan Pertambahan berat badan

terkecil pada perlakuan P0 sebesar 0,849 kg/ekor/hari. Konsumsi Pakan yang

rendah akan mempengaruhi dalam pertumbuhan ternak tersebut. Pertumbuhan kompensasi akan kelihatan pada S3 perlakuan P1 pada bulan pertama apabila pada

bulan ke-2 diberikan pakan P3 maka pertumbuhan akan meningkat tajam. Begitu

juga apabila bulan ke-n diberikan pakan P1 dan pada bulan berikutnya diberikan

pakan P3. Pertambahan berat badan pada perlakuan S4P3 sebesar 1,466

kg/ekor/hari adalah pertambahan berat badan yang tertinggi selama penelitian. Pengaruh pemberian hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi

hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap pertambahan berat badan sapi

Peranakan Simmental dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji Keragaman Pertambahan Berat Badan Sapi (kg/ekor/hari)

SK DB JK KT F HIT F 5% F1% Baris 3 0,001999806 0,000666602 0,660397564tn 4,79 9,78 Kolom 3 0,26288619 0,08762873 86,81312073** 4,79 9,78 Perlakuan 3 0,13003069 0,043343563 42,94014038** 4,79 9,78 Galat 6 0,00605637 0,001009395

Total 15 0,400973056 Ket : KK = 0,818 %

tn = tidak nyata ** = sangat nyata


(39)

Berdasarkan uji keragaman diketahui bahwa perlakuan pemberian hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dan kolom (sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan berat badan sapi peranakan Simmental. Hal ini disebabkan bukan hanya berat badan awal sapi saja yang mempengaruhi kenaikan berat badan tetapi juga jenis sapi berpengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi. Sapi yang diambil merupakan hasil perkawinan antara sapi jantan Simmental dengan sapi lokal. Asumsi peneliti bahwa kadar genetik dari Sapi Simmental besar pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan. Disini tidak diketahui berapa persen darah Sapi Simmental yang dikandung sapi-sapi tersebut. Menurut Devendra (1997) menyatakan bahwa ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi pakan yang tinggi. Artinya ternak akan mengalami pertumbuhan yang baik apabila genetik dari ternak tersebut dominan memiliki darah dari induk yang memiliki genetik yang bagus. Baris (waktu) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat badan sapi peranakan Simmental. Karena didapat hasil yang sangat nyata pada perlakuan maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 1 % (0,01) yang tertera pada Tabel 13.


(40)

Tabel 13. Uji Beda Nyata Terkecil Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial Terhadap Pertambahan Berat Badan Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental.

Perlakuan Rataan (kg/ekor/hari) Notasi

P0 0,849 A

P1 0,941 B

P2 0,991 B

P3 1,099 C

BNT0,01= 0,083

Dari uji BNT diketahui bahwa perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata

sedangkan perlakuan P0 dan P3 berbeda nyata, tetapi perlakuan P0 dan P3 dengan

perlakuan P1 dan P2 sangat berbeda nyata. Rataan tertinggi pada P3 sebesar 1,099

kg/ekor/hr. hal ini sebanding dengan konsumsi pakan pada P3 yang juga rataan

konsumsinya paling tinggi. Menurut Sugeng (1996) menyatakan bahwa pertambahan berat badan dipengaruhi oleh lingkungan, genetik, dan umur. Dimana lingkungan dalam hal ini konsumsi pakan.

Pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen yang optimal membutuhkan asam amino dan mineral. Menurut Siregar (2008) untuk mendukung pasokan nutrient yang cukup bagi pertumbuhan mikroba rumen maka harus dilakukan beberapa suplementasi kedalam pakan yaitu salah satunya dengan suplementasi hidrolisat bulu ayam. Hasil penelitian Sutardi (1976) membuktikan bahwa kerangka karbon bercabang sangat diperlukan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Dalam hal ini hidrolisat bulu ayam digunakan sebagai sumber asam amino rantai cabang.

Bahan pakan yang berasal dari hasil samping perkebunan kelapa sawit dan pabriknya defisiensi akan mineral Zn, Cl, Co, I, dan Se. Dalam pakan sapi yang penting diperhatikan adalah kecukupan mineral disamping nutrisi yang lain


(41)

karena sapi tidak dapat mensintesis mineral dalam tubuhnya. Semua kebutuhan mineral, khususnya mineral esensial harus tersedia dalam pakan yang diberikan. Menurut Siregar (2008) menyatakan bahwa mineral mikro dan langka dibutuhkan mikroba untuk melakukan berbagai aktivitas dalam rumen termasuk mensintesis vitamin B12 dan kebutuhannya akan mineral ini sangat sedikit takarannya sesuai

dengan kebutuhan sapi itu sendiri. pada perlakuan P3 bila dilihat dari rataan

pertambahan berat badannya paling baik karena semakin banyak unsur mineral (lengkap mineralnya) yang diberikan kepada ternak maka semakin tinggi pula pertambahan berat badannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martinez (1972) yang menyatakan bahwa penambahan berbagai mineral, baik secara in vitro maupun in vivo memberikan pengaruh yang positif pada aktivitas mikroba rumen. Apabila terjadi status kekurangan mineral maka aktivitas fermentasi mikroba dalam rumen tidak dapat berlangsung secara optimal, hal ini akan menyebabkan efisiensi penggunaan pakan rendah dan akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ternak ruminansia.

Konversi Pakan

Dari hasil penelitian diketahui rataan konversi pakan yang tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan konversi Pakan Sapi

Perlakuan S1 S2 S3 S4 Total Rataan

P0 7.265 6.930 7.227 7.176 28.598 7.149

P1 6.693 6.703 6.685 6.823 26.904 6.726

P2 6.395 6.475 6.409 6.754 26.033 6.508

P3 6.053 5.927 5.813 6.303 24.096 6.024

Total 26.406 26.035 26.134 27.056 105.631 26.407

Dari Tabel 14 diketahui rataan koversi pakan terkecil pada perlakuan P3

sebesar 6,024 dan rataan koversi pakan tertinggi pada perlakuan P0 sebesar 7,149.


(42)

didalamnya adalah pakan (Sugeng, 1996). Konversi pakan ini juga untuk mengetahui seberapa besar pakan yang dikonsumsi bisa mempengaruhi kenaikkan berat badan sehingga pakan tersebut bisa dikatakan baik.

Pengaruh pemberian hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi

hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap konversi pakan sapi Peranakan Simmental dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada

Tabel 15.

Tabel 15. Uji Keragaman Konversi Pakan Sapi (kg/ekor/hari)

SK DB JK KT F HIT F 5% F1% Baris 3 0,03461915 0,011539716 0,662083072tn 4,79 9,78 Kolom 3 1,58528151 0,52842717 30,31813645** 4,79 9,78 Perlakuan 3 2,63202115 0,877340383 50,33678614** 4,79 9,78 Galat 6 0,10457645 0,017429408

Total 15 4.35649826 Ket : KK = 0,499 %

tn = tidak nyata ** = sangat nyata

Berdasarkan uji keragaman diketahui bahwa baris (waktu) tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Perlakuan pemberian hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dan kolom (sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan sapi peranakan

Simmental. Hal ini dikarenakan bukan hanya berat badan awal sapi saja yang

mempengaruhi tetapi juga jenis sapi berpengaruh terhadap konversi pakan. Karena didapat hasil yang nyata pada perlakuan maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 1% (0,01) yang tertera pada Tabel 16.


(43)

Tabel 16. Uji Beda Nyata Terkecil Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial Terhadap Konversi Pakan Dalam Pakan Sapi Peranakan Simmental.

Perlakuan Rataan (kg/ekor/hari) Notasi

P0 7,149 C

P1 6,726 B

P2 6,508 B

P3 6,024 A

BNT0,01= 0,346

Dari uji BNT diketahui bahwa perlakuan P1 dengan P2 tidak berbeda nyata

sedangkan perlakuan P0 dengan P3 berbeda nyata, tetapi perlakuan P0 dan P3

dengan P1 dan P2 sangat berbeda nyata. Hal ini karena konversi pakan merupakan

perbandingan antara konsumsi dan pertambahan berat badan. Konsumsi pakan dan pertambahan berat badan mendapatkan hasil yang sama yaitu pada perlakuan P3 paling tinggi dan perlakuan P0 paling rendah. Menurut Anggorodi (1990)

menyatakan bahwa konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan dimana semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik. Dari hal ini dapat diketahui bahwa perlakuan P3 dengan rataan konversi 6,024 kg/ekor/hari merupakan pakan yang

efisien.

Rekapitulasi Penelitian

Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Penelitian Performans Sapi Peranakan Simmental Perlakuan Konsumsi Notasi PBB Notasi Konversi Notasi

P0 6,079 A 0,849 A 7,149 C P1 6,339 B 0,941 B 6,726 B P2 6,454 B 0,991 B 6,508 B P3 6,653 C 1,099 C 6,024 A


(44)

Ket : Notasi yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata tn = tidak nyata

Dari Tabel 17. diketahui bahwa penggunaan hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan sangat berbeda nyata


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial berpengaruh sangat berbeda nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan sapi peranakan

Simmental dengan perlakuan yang paling baik yaitu pakan basal dengan

penambahan hidrolisat bulu ayam dan mineral makro (Cl), mineral mikro (Zn) dan mineral langka (Co, I, Se).

Saran

Disarankan kepada peternak agar dapat memanfaatkan hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi dengan hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum II. PT. Gramedia, Jakarta Batubara, L. P., 1988. Peranan Minyak Kelapa dan Minyak Jagung seta

Suplementasi seng Dalam Meningkatkan Manfaat Ransum Domba. (Tesis), Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Program Studi

Ilmu Ternak

Church, D. C., 1986. Livestock Feeds and Feeding. Prentice Hall, New Jersey Devendra C. 1997. Utilization of feeding stuff for Livestock in South East

Asia. Malaysia Agricultural Research and Development Institute,

Serdang Malaysia

Frandson, R. D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University-Press, Yogyakarta

Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Hasan, A. O. and M. Ishida, 1991. Efect of Water, Molasses and Urea

Addition Oil Palm from Silage Quality Fermentation Characteristic and Palatability to Kedah Kelantan Bulls. In Proceeding of The Third

International Symposium on The Nutrition of Herbivores, Penang Malaysia

Hutagalung, R. I., 1978. Non Tradisional Feedingstuffs for Livestock. Proceeding of Symposium on Feedingstuffs for Livestock in SEA. MSAP, Malaysia

Kamaruddin, A., 1997. The Effect of Feeding Palm Oil By-products on The

Growth Performance and Nutrients Utilization by Growing Lambs. Prosiding Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, 15-16 Juli 1997. Kerjasama Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

dengan Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Makanan ternak Indonesia (AINI), Bogor

Kartadisastra, h. R., 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak

Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta

Lassiter, J. W. and Edward, H. P. M., 1982. Animal Nutrition. Reston Publishing Comp. Inc., Virginia


(47)

Martawidjaya, M. B. dan S. Sitorus, 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi

Ransum Terhadap Kinerja Produksi Sapi dan Kambing Kacang Muda.

Balai Penelitian Ternak, Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(3)

Martinez, A., 1972. Effect of Some Major and Trace Element Interactions

Upon In Vitro. Rumen Cellulose Digestion (thesis) Oregon. Oregon

State University

Meynard, L. A. and J. K. Loosly, 1979. Animal Nutrition Sixth Edition. McGraw Hill Publishing in The Agricultural, New York

Muhtarudin, T. Kurtini, dan D. Septinova. 2002. Pengaruh amoniasi,

Hidrolisat Bulu Ayam, Daun Singkong, dan Campuran Lisin-Zn-Minyak Lemuru terhadap penggunaan Pakan pada Ruminansia. Disertasi.

Program Pascasarjana IPB, Bogor

Murtidjo, B. A., 1993. Memelihara Sapi . Kanisius, Yogyakarta

Nugroho, I., 1986. Penyakit Kekurangan Mineral pada Sapi. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang

Parakkasi, A., 1995. Imu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia-Press, Jakarta

Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawardhani, dan A. Roesjat, 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di

Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Depatemen Pertanian, Grati

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaana Praktis Bidang Pertanian

Edisi Revisi. Kanisius, Malang

Siregar, Z., 2008. Mikrobiologi Nutrisi. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Smith and Mangkoewidjojo, 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis.Universitas

Indonesia-Press, Jakarta

Sugeng, M., 1996. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Surabaya

Sutardi, T. 1976. Metabolism of some essential amino acid by rumen microbes

with special reference to a-keto acid. Ph. D. Dissertation. University of

Wisconsin. Madison

Sutardi, T. , E. B. Laconi, I. G. Permana dan D. A. B., 1999. Potensi Limbah


(48)

Pertemuan Tingkat Nasional Agribisnis Peternakan Berbasis Perkebunan. Dinas Peternakan I Sumatera Utara, Medan

Tillman, A. D., Hartadi, S. Reksohadimodjo dan S. Prawirokusumo, 1993.

Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University-Press, Yogyakarta

Utomo, B. N. dan E. Widjaja, 2004. Limbah Padat Hasil Pengolahan Minyak

Sawit Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Palangkaraya, Palangkaraya

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003. Perkebunan Kelapa

Sawit Dapat Menjadi Basis Pengembangan Sapi Potong.

Widya, E. dan Y. Widalestari, 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Kanisius, Yogyakarta

Williamson, G. dan W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


(49)

Lampiran 1. Data konsumsi pakan selama penelitian (kg/ekor/hari)

TGL

PAKAN YANG DIBERIKAN

(kg) SISA (kg) SISA SETELAH DI OVEN (kg) KONSUMSI (kg) KETERANGAN

Nov A B C D A B C D A B C D A(S2) B(S1) C(S3) D(S4) BB; 205 ; 187; 195 ; 245

17 7 6 7 9 2.1 1.55 2.8 2.1 1.55 1.15 2.05 1.55 3.543 3.215 3.043 4.998

18 7 7 7 9 2.05 2.6 2.5 2.05 1.5 1.9 1.85 1.5 3.593 3.193 3.243 5.048

19 8 7 7 9 2.8 2.5 2.45 1.75 2.05 1.85 1.8 1.3 3.771 3.243 3.293 5.248

20 8 7 7 9 2.65 2.65 2.3 1.5 1.95 1.95 1.7 1.1 3.871 3.143 3.393 5.448

21 8 7 7 10 2.45 2.5 2.45 2.4 1.8 1.85 1.8 1.75 4.021 3.243 3.293 5.525

22 8 7 7 10 2.1 2.25 2.4 2.15 1.55 1.65 1.75 1.6 4.271 3.443 3.343 5.675

23 8 7 7 10 2.05 2.1 2.25 1.9 1.5 1.55 1.65 1.4 4.321 3.543 3.443 5.875

24 8 7 7 10 1.85 1.9 2.05 1.7 1.35 1.4 1.5 1.25 4.472 3.693 3.593 6.025

25 8 7 7 10 1.7 1.75 1.75 1.65 1.25 1.3 1.3 1.2 4.572 3.793 3.793 6.075

26 9 8 8 11 2.4 2.6 2.6 2.25 1.75 1.9 1.9 1.65 4.798 3.921 3.919 6.353

27 9 8 8 11 2.1 2.4 2.3 2.05 1.55 1.75 1.7 1.5 4.998 4.071 4.119 6.503

28 9 8 8 11 2.05 2.1 2.45 1.7 1.5 1.55 1.8 1.25 5.048 4.271 4.019 6.753

29 9 8 8 11 1.9 1.85 2.15 1.65 1.4 1.35 1.6 1.2 5.148 4.471 4.221 6.803

30 9 8 8 12 1.7 1.55 2.1 2.4 1.25 1.15 1.55 1.75 5.298 4.671 4.271 6.981

Des A B C D A B C D A B C D

1 10 9 9 12 2.45 2.4 2.8 2.65 1.8 1.75 2.05 1.95 5.475 4.798 4.498 6.781

2 10 9 9 12 2.25 2.1 2.25 2.45 1.65 1.55 1.65 1.8 5.625 4.998 4.898 6.932

3 10 9 9 12 2.15 1.9 2 2.3 1.6 1.4 1.45 1.7 5.625 5.148 5.098 7.031

4 10 9 9 12 2.05 1.55 1.75 2.25 1.5 1.15 1.3 1.65 5.775 5.398 5.248 7.081

5 10 10 9 12 1.95 2.4 1.7 2.15 1.45 1.75 1.25 1.6 5.825 5.575 5.298 7.131

6 10 10 10 12 1.9 1.9 2.45 2.3 1.4 1.4 1.8 1.7 5.875 5.875 5.475 7.032

7 10 10 10 12 1.85 1.7 2.4 2.05 1.35 1.25 1.75 1.5 5.925 6.025 5.525 7.231

8 11 10 10 12 2.5 1.55 2.15 2.15 1.85 1.15 1.6 1.6 6.153 6.125 5.675 7.131

9 11 10 10 12 2.25 1.7 2.05 2.4 1.65 1.25 1.5 1.75 6.353 6.025 5.775 6.982

10 11 10 10 12 2.05 1.55 2 2.25 1.5 1.15 1.45 1.65 6.503 6.125 5.825 7.082

11 11 10 10 12 1.95 1.65 1.85 2.1 1.45 1.2 1.35 1.55 6.553 6.075 5.925 7.179

12 11 11 10 12 2.1 2.5 1.75 2.05 1.55 1.85 1.3 1.5 6.453 6.153 5.975 7.231

13 11 11 11 12 2.3 2.4 2.5 2.1 1.7 1.75 1.85 1.55 6.303 6.253 6.153 7.179


(50)

15 11 11 11 12 2.05 2.35 2.6 2.05 1.5 1.75 1.9 1.5 6.503 6.253 6.103 7.231

16 12 11 11 13 2.95 2.2 2.5 3.05 2.15 1.6 1.85 2.25 6.581 6.403 6.152 7.208

Total A B C D A B C D 159.27 145.29 140.4 196.98 BB; 228 ; 211; 216 ; 276

17 8 7 7 9 1.85 1.85 1.85 2.05 1.35 1.35 1.35 1.5 4.471 3.743 3.743 5.048

18 8 7 7 9 1.75 1.7 1.65 1.75 1.3 1.25 1.2 1.3 4.521 3.843 3.893 5.248

19 8 7 8 10 2.05 1.75 2.45 2.45 1.5 1.3 1.8 1.8 4.321 3.793 4.019 5.475

20 8 7 8 10 1.9 1.65 2.1 2 1.4 1.2 1.55 1.45 4.421 3.893 4.271 5.825

21 8 8 8 10 1.75 2.45 2.05 1.7 1.3 1.8 1.5 1.25 4.521 4.021 4.321 6.025

22 9 8 8 11 2.65 2.4 1.85 2.4 1.95 1.75 1.35 1.75 4.598 4.071 4.471 6.253

23 9 8 8 11 2.6 2.25 1.7 2.05 1.9 1.65 1.25 1.5 4.648 4.171 4.569 6.503

24 9 8 9 11 2.45 2.1 2.5 1.7 1.8 1.55 1.85 1.25 4.748 4.271 4.698 6.753

25 9 8 9 12 2.2 2 2.1 2.3 1.6 1.45 1.55 1.7 4.948 4.371 4.998 7.031

26 9 8 9 12 2.05 1.85 1.85 2.05 1.5 1.35 1.35 1.5 5.048 4.471 5.198 7.231

27 10 8 9 12 2.5 1.7 1.65 1.7 1.85 1.25 1.2 1.25 5.425 4.571 5.348 7.481

28 10 9 10 12 2.1 2.4 2.4 1.55 1.55 1.75 1.75 1.15 5.725 4.798 5.525 7.581

29 10 9 10 13 1.7 2.25 2.15 2.45 1.25 1.65 1.6 1.8 6.025 4.898 5.675 7.658

30 11 9 10 13 2.26 2.2 2 2.4 1.65 1.6 1.45 1.75 6.353 4.948 5.825 7.708

31 11 9 10 13 1.7 2.05 1.75 2.5 1.25 1.5 1.3 1.85 6.753 5.048 5.975 7.608

Jan A B C D A B C D A B C D

1 11 9 11 13 1.55 1.9 2.5 2.45 1.15 1.4 1.85 1.8 6.853 5.148 6.153 7.658

2 12 9 11 13 2.6 1.65 2.4 2.4 1.9 1.2 1.75 1.75 6.831 5.348 6.253 7.708

3 12 10 11 13 2.4 2.4 2.45 2.45 1.75 1.75 1.8 1.8 6.979 5.525 6.203 7.658

4 12 10 11 13 2.3 2 2.4 2.4 1.7 1.45 1.75 1.75 7.031 5.825 6.253 7.758

5 12 10 11 13 2.15 1.75 2.45 2.45 1.6 1.3 1.8 1.8 7.131 5.975 6.203 7.658

6 12 10 11 13 2.3 1.9 2.4 2.4 1.7 1.4 1.75 1.75 7.031 5.875 6.253 7.758

7 12 10 11 13 2.45 1.7 2.2 2.3 1.8 1.25 1.6 1.7 6.929 6.025 6.403 7.758

8 12 10 11 13 2.3 1.75 2.1 2.15 1.7 1.3 1.55 1.6 7.031 5.975 6.453 7.858

9 12 10 11 13 2.4 1.7 2.25 2.4 1.75 1.25 1.65 1.75 6.979 6.025 6.353 7.708

10 12 11 11 13 2.15 2.45 2.05 2.1 1.6 1.8 1.5 1.55 7.131 6.203 6.502 7.908

11 12 11 11 13 2.4 2.4 1.85 2.25 1.75 1.75 1.35 1.65 6.979 6.253 6.652 7.808

12 12 11 11 13 2.25 2.45 2 2.3 1.65 1.8 1.45 1.7 7.081 6.203 6.553 7.758

13 12 11 11 13 2.1 2.4 2.05 2.15 1.55 1.75 1.5 1.6 7.179 6.253 6.503 7.858


(51)

15 13 11 12 14 3.15 2.45 2.8 3.15 2.3 1.8 2.05 2.3 7.108 6.203 6.681 7.885

Total A B C D A B C D 181.26 153.81 168.48 215.28 BB; 256 ; 234 ; 245 ;306

16 9 8 8 10 2.45 2.45 2.25 2.4 1.8 1.8 1.65 1.75 4.748 4.022 4.171 5.525

17 9 8 8 10 2.1 2.1 2.1 2.2 1.55 1.55 1.55 1.6 4.998 4.27 4.271 5.675

18 9 8 8 10 1.7 1.85 2.05 1.9 1.25 1.35 1.5 1.4 5.298 4.47 4.321 5.875

19 10 9 8 10 2.4 2.5 1.85 1.65 1.75 1.85 1.35 1.2 5.525 4.698 4.471 6.075

20 10 9 8 11 2.2 2.3 1.7 2.3 1.6 1.7 1.25 1.7 5.675 4.848 4.571 6.303

21 10 9 9 11 1.9 1.85 2.5 1.9 1.4 1.35 1.85 1.4 5.875 5.198 4.698 6.603

22 10 9 9 11 1.65 1.65 2.3 1.55 1.2 1.2 1.7 1.15 6.075 5.348 4.848 6.853

23 11 10 9 12 2.3 2.4 2.1 2.1 1.7 1.75 1.55 1.55 6.303 5.525 4.998 7.181

24 11 10 9 12 2.25 2.15 1.85 1.7 1.65 1.6 1.35 1.25 6.353 5.675 5.198 7.481

25 11 10 9 13 2.2 2 1.65 2.4 1.6 1.45 1.2 1.75 6.403 5.825 5.348 7.708

26 11 10 10 13 1.9 1.75 2.4 2.3 1.4 1.3 1.75 1.7 6.603 5.975 5.525 7.758

27 11 11 10 13 1.55 2.5 2.15 2.25 1.15 1.85 1.6 1.65 6.853 6.153 5.675 7.808

28 12 11 10 13 2.1 2.4 2 2.2 1.55 1.75 1.45 1.6 7.18 6.253 5.825 7.858

29 12 11 10 13 2 2.1 1.75 2.1 1.45 1.55 1.3 1.55 7.28 6.452 5.975 7.908

30 12 11 11 13 1.75 1.9 2.5 2.2 1.3 1.4 1.85 1.6 7.43 6.603 6.153 7.858

31 12 11 11 13 1.55 1.85 2.4 2.1 1.15 1.35 1.75 1.55 7.58 6.653 6.253 7.908

Feb A B C D A B C D A B C D

1 13 11 11 13 2.6 1.9 2.4 2.05 1.9 1.4 1.75 1.5 7.558 6.603 6.253 7.958

2 13 11 11 13 2.65 1.85 2.45 2 1.95 1.35 1.8 1.45 7.507 6.653 6.203 8.008

3 13 11 11 13 2.6 1.75 2.25 1.9 1.9 1.3 1.65 1.4 7.558 6.702 6.352 8.058

4 13 11 11 13 2.45 1.7 2.1 1.85 1.8 1.25 1.55 1.35 7.658 6.753 6.452 8.108

5 13 11 11 13 2.5 1.75 1.9 1.9 1.85 1.3 1.4 1.4 7.608 6.702 6.603 8.058

6 13 11 11 13 2.45 1.65 1.85 2 1.8 1.2 1.35 1.45 7.658 6.803 6.653 8.008

7 13 12 12 13 2.4 2.5 2.9 1.85 1.75 1.85 2.15 1.35 7.708 6.881 6.581 8.108

8 13 12 12 13 2.3 2.45 2.85 1.75 1.7 1.8 2.1 1.3 7.758 6.931 6.628 8.158

9 13 12 12 14 2.4 2.6 2.8 2.65 1.75 1.9 2.05 1.95 7.708 6.831 6.681 8.235

10 13 12 12 14 2.3 2.5 2.7 2.75 1.7 1.85 2 2 7.708 6.881 6.731 8.185

11 13 12 12 14 2.25 2.4 2.65 2.65 1.65 1.75 1.95 1.95 7.808 6.981 6.781 8.235

12 13 12 12 14 2.4 2.45 2.8 2.6 1.75 1.8 2.05 1.9 7.708 6.931 6.681 8.285

13 13 12 12 14 2.3 2.6 2.75 2.5 1.7 1.9 2 1.85 7.758 6.831 6.732 8.335


(1)

Lampiran 17. Rekapitulasi hasil penelitian performan sapi peranakan simmental

Perlakuan

Konsumsi Notasi PBB Notasi Konversi Notasi

P0

6,079

A

0,849 A 7,149

C

P1

6,339

B

0,941 B 6,726 B

P2

6,454

B

0,991 B 6,508 B

P3

6,653

C

1,099 C 6,024 A

Ket : Notasi yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata

tn = tidak nyata

Lampiran 18. Kebutuhan mineral sapi

(Adapted from Nutrient Requirements of Beef Cattle, NRC, 2000.)

Mineral trace

Mineral Growing and Finishing Cows Maximum Tolerable Level

Cobalt (Co) ppm 0,10 0,10 10,0

Iodine ( I ) ppm 0,50 0,50 50,0

Selenium (Se) ppm 0,10 0,10 2,0

Mineral makro dan mineral mikro

Mineral Growing and Finishing Cows Maximum Tolerable Level

Clor (Cl) % 0,16 0,16 0,16

Zinkum (Zn) ppm 30,0 30,0 500,0

Lampiran 19. Data hasil konsumsi pakan sapi (kg/ekor/hari)

Periode

S1

S2

S3

S4

Total

Rataan

B1

4.843

(P3)

5.309

(P0)

4.680

(P1)

6.977

(P2)

24.319

6.079

B2

5.127

(P1)

6.042

(P2)

5.616

(P3)

7.176

(P0)

25.358

6.339

B3

5.967

(P2)

6.912

(P3)

5.782

(P0)

7.956

(P1)

25.818

6.454

B4

6.052

(P0)

7.595

(P1)

6.832

(P2)

9.241

(P3)

26.612

6.653

Total

21.989

25.858

22.910

31.350

102.107

25.526

Lampiran 20. Data hasil pertambahan berat badan (kg/ekor/hari)

Periode

S1

S2

S3

S4

Total

Rataan

B1

0.8

(P3)

0.766

(P0)

0.7

(P1)

1.033

(P2)

3.299

0.824

B2

0.766

(P1)

0.933

(P2)

0.966

(P3)

1

(P0)

3.665

0.916

B3

0.933

(P2)

1.166

(P3)

0.8

(P0)

1.166

(P1)

4.065

1.016

B4

0.833

(P0)

1.133

(P1)

1.066

(P2)

1.466

(P3)

4.498

1.124


(2)

Lampiran 21. Data hasil konversi (kg/ekor/hari)

Periode

S1

S2

S3

S4

Total

Rataan

B1

6.053

(P3)

6.930

(P0)

6.685

(P1)

6.754

(P2)

26.422

6.605

B2

6.693

(P1)

6.475

(P2)

5.813

(P3)

7.176

(P0)

26.157

6.539

B3

6.395

(P2)

5.927

(P3)

7.227

(P0)

6.823

(P1)

26.372

6.593

B4

7.265

(P0)

6.703

(P1)

6.409

(P2)

6.303

(P3)

26.680

6.670

Total

26.406

26.035

26.134

27.056

105.631

26.407

Lampiran 22. Data konsumsi bahan kering (BK) berdasarkan berat badan awal

sapi (%)

Periode P0 P1 P2 P3

1 2.59 (S2) 2.4 (S3) 2.68 (S4) 2.59 (S1)

2 2.6 (S4) 2.43 (S1) 2.65 (S2) 2.6 (S3)

3 2.36 (S3) 2.6 (S4) 2.55 (S1) 2.7 (S2)

4 2.31 (S1) 2.61 (S2) 2.54 (S3) 2.71 (S4)

Rata2 2.465 2.52 2.605 2.65

Lampiran 23. Suhu kandang selama penelitian

TANGGAL PUKUL ( 0C )

Suhu rata-rata

( OC) November 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00

17 28 31 32 33 30 29 28 27 29.75

18 27 29 30 32 31 29 28 27 29.125

19 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

20 27 29 31 32 31 29 28 27 29.25

21 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

22 28 30 31 33 31 29 28 27 29.625

23 28 30 32 33 31 29 28 27 29.75

24 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

25 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

26 28 30 32 33 30 29 28 27 29.625

27 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

28 28 30 33 31 30 29 28 27 29.5

29 28 31 32 33 30 29 28 27 29.75

30 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

Desember

1 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

2 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

3 28 29 31 33 32 29 28 27 29.625

4 28 29 31 33 32 29 28 27 29.625

5 27 28 30 32 31 29 28 27 29

6 28 29 30 33 31 29 28 27 29.375

7 28 29 30 31 31 29 28 27 29.125

8 28 29 30 31 30 29 28 27 29


(3)

10 27 28 30 31 30 29 28 27 28.75

11 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

12 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

13 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

14 28 29 31 33 31 29 28 27 29.5

15 28 29 31 32 31 29 28 27 29.375

16 28 29 31 33 31 29 28 27 29.5

17 28 30 31 33 30 28 27 27 29.25

18 27 28 31 32 30 29 27 27 28.875

19 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

20 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

21 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

22 28 30 31 33 32 29 28 27 29.75

23 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

24 27 28 31 30 29 28 27 27 28.375

25 28 29 31 31 30 29 28 27 29.125

26 28 30 31 31 31 29 28 27 29.375

27 28 31 32 31 33 29 28 27 29.875

28 28 31 33 32 30 29 28 27 29.75

29 28 30 33 32 31 29 28 27 29.75

30 28 29 31 33 32 29 28 27 29.625

31 28 31 33 32 30 29 28 27 29.75

Januari 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00

1 28 29 30 33 31 29 28 27 29.375

2 28 29 31 32 31 29 28 27 29.375

3 28 29 30 31 30 29 28 27 29

4 28 29 32 31 30 29 28 27 29.25

5 27 28 30 31 30 29 28 27 28.75

6 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

7 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

8 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

9 28 29 30 33 31 29 28 27 29.375

10 28 29 31 32 31 29 28 27 29.375

11 28 29 31 33 31 29 28 27 29.5

12 28 30 31 33 30 28 27 27 29.25

13 27 28 31 30 29 28 27 27 28.375

14 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

15 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

16 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

17 28 30 31 33 32 29 28 27 29.75

18 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

19 27 28 31 30 29 28 27 27 28.375

20 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

21 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

22 28 31 33 32 30 29 28 27 29.75

23 27 29 30 32 31 29 28 27 29.125

24 28 30 32 31 30 29 28 27 29.375

25 27 29 31 32 31 29 28 27 29.25

26 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375


(4)

28 28 30 33 31 30 29 28 27 29.5

29 27 29 31 32 31 29 28 27 29.25

30 27 29 31 32 31 29 28 27 29.25

31 28 30 32 31 30 29 28 27 29.375

Februari 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00

1 27 29 31 32 31 29 28 27 29.25

2 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

3 27 29 31 32 31 29 28 27 29.25

4 28 30 32 32 31 29 28 27 29.625

5 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

6 28 29 31 33 31 29 28 27 29.5

7 28 29 31 32 31 29 28 27 29.375

8 28 29 31 33 31 29 28 27 29.5

9 28 29 30 32 31 29 28 27 29.25

10 28 30 32 33 31 29 28 27 29.75

11 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

12 28 29 31 33 31 29 28 27 29.5

13 28 29 32 33 31 29 28 27 29.625

14 28 30 32 33 31 29 28 27 29.75

15 27 30 32 33 31 29 28 27 29.625

16 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

17 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

18 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

19 27 30 32 33 31 29 28 27 29.625

20 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

21 28 30 31 32 31 30 28 27 29.625

22 28 30 31 32 30 29 28 27 29.375

23 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

24 28 30 31 33 31 29 28 27 29.625

25 28 30 32 33 31 29 28 27 29.75

26 28 31 33 32 31 29 28 27 29.875

27 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

28 28 30 32 33 32 29 28 27 29.875

Maret 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00

1 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

2 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

3 28 30 32 33 32 29 28 27 29.875

4 28 29 31 32 31 29 28 27 29.375

5 28 29 31 32 30 29 28 27 29.25

6 28 30 32 33 32 29 28 27 29.875

7 28 29 31 32 31 29 28 27 29.375

8 28 29 32 33 31 29 28 27 29.625

9 28 30 32 33 31 29 28 27 29.75

10 27 30 32 33 31 29 28 27 29.625

11 28 30 31 32 31 29 28 27 29.5

12 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

13 28 31 32 33 31 29 28 27 29.875

14 28 29 30 32 31 29 28 27 29.25

15 28 30 32 33 31 29 28 27 29.75


(5)

Lampiran 24. Perhitungan pemberian unsur Co, I dan Se dalam senyawa

(CH

3

COO)

2

.Co+4H

2

O, K I, dan K

2

SO

4

yang mengandung 0,1 % Se

Dik:

BK : 72,75 %

C= 12

O= 16

Co= 58,847

S= 32

H= 1

Se= 78,96

I= 126,904

K=39,102

1.

Sumber Co dalam senyawa (CH

3

COO)

2

Co + 4H

2

O dengan kemurnian 99

%, artinya dalam 100 gr senyawa ini mengandung (CH

3

COO)

2

Co.4H

2

O

99 %

BM = 189,93

Kebutuhan akan Co 10 ppm yaitu:

189,93 x 10 ppm (mg) x 100 58,847 99%

= 32,55 mg/Kg BK

Untuk 1 Kg pakan dibutuhkan : 72,75

100

x 32,55 = 23,68 mg (CH3COO)2Co+4H2O

2.

I dalam senyawa K I dengan kemurnian 99,5 %, artinya dalam 100 gr

senyawa ini mengandung K I 99,5 %

BM = 165,99

Kebutuhan akan I 50 ppm yaitu:

165,99 x 50 ppm (mg) x 100 126,9 99,5%

= 65,72/Kg BK

Untuk 1 Kg pakan dibutuhkan : 72,75 100

x 65,72 = 47,81 mg K I

3.

Se dalam senyawa K

2

SO

4

yang mengandung 0,1 % Se

Kebutuhan akan K2SO4 0,1% Se 2 ppm yaitu:

99,9

0,1

x 2 ppm (mg) = 1998 mg/Kg BK

Untuk 1 Kg pakan dibutuhkan : 72,75 100

x 1998 = 1,453 gr K2SO4


(6)

Lampiran 25. Perhitungan pemberian unsur Zn, dan Cl dalam senyawa

Zn.SO

4.

7H

2

O dan NaCl

Dik :

S

: 32

Na

: 23

O

: 16

Cl

: 35,45

Zn

: 65,37

1.

Zn dalam senyawa Zn.SO

4.

7H

2

O dengan kemurnian 99,5 %, artinya

dalam 100 gr senyawa ini mengandung Zn 99,5 %

BM = 287,43

Kebutuhan akan Zn 356 ppm yaitu:

287,43 x 356 ppm (mg) x 100 65,37 99,5

= 1573,19 mg /Kg BK

Untuk 1 Kg pakan dibutuhkan : 72,75 100

x 1573,19 = 1144,49 mg ZnSO4.7H2O

2.

Cl dalam senyawa NaCl

BM = 58,45

Kebutuhan akan Cl

dalam pakan dibutuhkan 0,16 % Cl = 1,6 gr Cl , maka

untuk mendapatkan 1,6 gr Cl diberikan NaCl

sebanyak :

yaitu:

58,45 x 1,6 x 100

35,45 94%

= 2,796 gr/Kg BK

Untuk 1 Kg pakan dibutuhkan : 72,75 100

x 2,796 = 2,03 gr NaCl