b. Penonjolan pribadi personal salience, yakni relevansi kepentingan
dengan ciri pribadi. c.
Kesenangan favorability, yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.
3. Agenda Kebijaksanaan, dimensi-dimensi:
a. Dukungan Support, yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu
berita tertentu. b.
Kemungkinan kegiatan likelihood of action, yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c. Kebebasan bertindak freedom of action, yakni nilai kegiatan yang
mungkin dilakukan oleh pemerintah. Kriyantono, 2006 : 221-222.
2.6 Pengertian Berita
Pada konteks media cetak, berita dapat diartikan sebagai rekonstruksi dari fakta yang penting dan, atau menarik bagi pembaca yang disebarluaskan melalui
media massa dalam bentuk tulisan dengan berbagai kelengkapannya. Ada beberapa kata kunci dalam definisi di atas, yakni: rekonstruksi, fakta, penting dan menarik,
bahasa tulis, dan media massa. 1. Rekontruksi
Dalam konteks berita, rekonstruksi diartikan sebagai reka ulang, perekaan kembali sesuatu dalam bentuk yang seutuhnya, tanpa pengurangan atau
penambahan, atau perubahan struktur yang mengakibatkan terjadinya perbedaan antara konstruksi sesungguhnya dan konstruksi aksen yang dihasilkan dari upaya
rekonstruksi. Semakin pandai pewarta membuat deskripsi dari fakta yang dia sajikan.
2. Fakta Sesuatu yang benar-benar terjadi atau sesuatu yang dikatakan benar-benar
terjadi oleh seseorang yang dianggap berkompeten. Opini pewarta tidak termasuk dalam katagori fakta yang dimaksud. Namun, opini seseorang adalah fakta bagi si
pewarta. 3. Penting dan menarik.
Tidak semua fakta yang direkonstruksi dapat digolongkan sebagai sebuah berita yang bernilai tinggi. Secara garis besar, nilai berita ini sangat ditentukan oleh
seberapa penting dan menariknya rangkaian fakta yang disajikan. Semakin penting dan menarik fakta yang disajikan, akan semakin tinggi nilai fakta tersebut.
Kemampuan pewarta untuk memadukan syarat penting dan menarik pada fakta yang ia sajikan, akan membuat fakta tersebut semakin mempunyai nilai jual.
2.7 Tinjauan Nilai Berita
Nilai berita adalah seperangkat kriteria untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput. Ada sejumlah faktor yang membuat sebuah
kejadian memiliki nilai berita di antaranya adalah: 1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu.
Seorang pakar jurnalistik mengatakan, tulisan jurnalistik adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman atau informasi yang tidak ia
ketahui sebelumnya. 2. Nyata faktual, benar-benar terjadi, yakni informasi tentang sebuah
fakta fact, bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata real event, pendapat opinion dan
pernyataan statement sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian, sebuah berita harus merupakan informasi tentang sesuatu
sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya.
3. Penting, artinya: a. menyangkut orang penting news maker, man makes news seperti
ulama, cendekiawan muslim, pejabat, dan b. menyangkut kepentingan orang banyak, misal peristiwa yang akan
berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara langsung, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang
banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dsb. 4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita
tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, di samping yang
aktual, faktual, dan penting, juga bersifat: a.
menghibur mengandung unsur rekreasi, humor, lucu b.
mengandung keganjilan atau keanehan c.
memiliki unsur kedekatan proximity, baik secara geografis, emosional, maupun relasional
d. mengandung human interest menyentuh emosi, menggugah
perasaan e.
mengandung unsur seks, difokuskan untuk mencegah zina f.
konflik atau pertentangan dan ketegangan
44
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1. Sejarah Singkat RRI Radio Republik Indonesia
RRI merupakan Lembaga Penyiaran Publik Milik Bangsa. Dengan disahkannya Undang Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, RRI
saat ini berstatus Lembaga penyiaran Publik. Pasal 14 Undang Undang Nomor 322002 menegaskan bahwa RRI adalah Lembaga Penyiaran Publik ynag
bersifat independent, netral, tidak komersial dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, RRI terdiri dari Dewan
Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan Pengawas yang merupakan wujud dari unsur publik pemerintah dan RRI. Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang
bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraaan penyiaran. Status sebagai Lembaga Penyiaran Publik juga
ditegaskan melalui Peratutan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor 322002.
Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak tahun 2002, RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan Perjan yaitu
badan usaha milik negara BUMN yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang
independent. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dai Lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa