Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

PERANCANGAN AWAL DAN ANALISIS KELAYAKAN
USAHA PENGOLAHAN BIJI KOPI DI KABUPATEN BENER
MERIAH PROVINSI ACEH

KHOIRUNNISA HERDYANTI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Awal dan
Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah
Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Khoirunnisa Herdyanti
F14090145

ABSTRAK
KHOIRUNNISA HERDYANTI. Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.
Dibimbing oleh SETYO PERTIWI.
Kopi termasuk komoditas perkebunan yang banyak diperdagangkan di dunia
internasional dan dapat berperan sebagai sumber devisa negara. Kabupaten Bener
Meriah merupakan salah satu sentra produksi kopi di Provinsi Aceh. Daerah ini
merupakan daerah yang kaya akan hasil kopinya, namun demikian masyarakatnya
kurang berdaya akan limpahan kopinya karena sistem perdagangan yang ada
masih dikendalikan oleh para tengkulak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
merancang usaha pengolahan kopi gelondong menjadi kopi beras dan
menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan biji kopi. Pada usaha
pengolahan biji kopi ini daerah yang menjadi alternatif pendirian pabrik yaitu di

Desa Pondok Gajah Kecamatan Bandar. Pabrik dirancang untuk beroperasi
dengan kapasitas produksi sebesar 1,000 kg/hari dengan peralatan utama
mencakup mesin pulper, mesin huller, dan perlengkapan penunjang lainnya
Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan diperlukan modal investasi sebesar
Rp. 317,423,000.00 dan biaya produksi setiap tahun adalah sebesar Rp.
2,902,831,710.00. Proyeksi keuntungan yang diperoleh pada usaha pengolahan
biji kopi ini mencapai Rp. 64,341,333.00. Titik impas produksi sebesar 64,825.95
kg. Waktu pengembalian modal selama 9 bulan. Sedangkan rasio laba dengan
investasi yang digunakan untuk memperoleh laba adalah 10.71. Dengan NPV
sebesar Rp.1,523,542,701.66, Net B/C 5.97, Gross B/C 1.10 serta IRR 77.98%
yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku yaitu 12.30%, maka dapat
diputuskan bahwa usaha pengolahan biji kopi ini layak untuk dilaksanakan.
Kata kunci : perancangan usaha, kopi, kelayakan finansial, kelayakan teknis

ABSTRACT
KHOIRUNNISA HERDYANTI. Preliminary Design and Feasibility Analysis of
Processing Coffee Been Plant in the District Bener Meriah, Aceh Province.
Supervised by SETYO PERTIWI.

Coffee is one of the commodities that are traded internationally, and can act

as a source of foreign exchange. The District Bener Meriah is a coffee producing
area in the Aceh Province. This area produces a high volume of coffee. However,
with those coffee production the society is still economically disadvantaged
because the coffee trading system is still controlled by the middlemen. The
purpose of this research is to design a coffee processing plant which process coffe
bean into rice coffee and analyze the financial feasibility of the business. The

village of Pondok Gajah Sub-District of Bandar was selected as the location of the
plant. The plant was designed to operate on production capacity of 1,000 kg/day
with the main equipment includes a pulper machine, huller machine, and other
supporting equipment. Based on the financial analysis carried out the necessary
capital investment is Rp. 317,423,000.00 and the cost of production per year is
Rp.2,902,831,710.00. The projected profits earned in the business of processing
coffee beans is Rp. 64,341,333.00. Breakeven point is 64,825.95 kg. Payback
period is about 9 months, while the ratio of investment income to be used to make
a profit is 10.71. With NPV of Rp 1, 523,542,701.66, Net B/C 5.97, Gross B/C
1.10 and IRR 77.98%, which is greater than the applicable interest rate is (12.30%
pa), it can be concluded that the business of processing coffee beans is financially
feasible.
Key words : business design, coffee, financial feasibility, technical feasibility


PERANCANGAN AWAL DAN ANALISIS KELAYAKAN
USAHA PENGOLAHAN BIJI KOPI DI KABUPATEN BENER
MERIAH PROVINSI ACEH

KHOIRUNNISA HERDYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPERTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji

Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh
Nama
: Khoirunnisa Herdyanti
NIM
: F14090145

Disetujui oleh

Dr Ir Setyo Pertiwi, MAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji
Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

Nama
: Khoirunnisa Herdyanti
:F14090145
NIM

Disetujui oleh

dイャsセァ

Pembimbing

I'

Desrial, MEng
Ketua Departemen
セB

Tanggal Lulus:

0 8 JAN 2014


_ _'Tr'

j

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Judul penelitian yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai bulan
Juni 2013 ini adalah Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Penulis sangat
menyadari kedha’ifannya bahwa masih banyak yang harus diperbaiki karena
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga sangat diharapkan adanya
saran dan kritikan dalam bentuk perbaikan maupun penelitian lebih lanjut agar
perancangan usaha ini bisa lebih baik.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sangat tulus dan
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak, Ibu, Adik-Adik di Aceh, dan keluarga penulis yang selalu menjadi
motivasi dalam hidup penulis dan selalu menyayangi serta mendoakan penulis
dengan tulus ikhlas.

2. Dr Ir Setyo Pertiwi, MAgr selaku pembimbing yang tidak pernah lelah dan
selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta membentuk pola
pikir.
3. Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta Dinas Keuangan Kabupaten Bener
Meriah yang telah membantu penulis untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
4. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng dan Dr Ir Rokhani Hasbullah, MSi
yang telah berkenan menguji penulis.
5. Rekan-rekan seperjuangan ORION TMB 46 FATETA IPB.
6. Dan seluruh kalangan yang telah membantu dan memotivasi yang tidak bisa
disebutkan satu persatu atas segala kebaikannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Khoirunnisa Herdyanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi 


DAFTAR GAMBAR

vi 

DAFTAR LAMPIRAN

vii 

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Tujuan Penelitian




TINJAUAN PUSTAKA



Tanaman Kopi



Teknologi Pengolahan Kopi



Mesin Pengupas Buah Kopi (Pulper)



Mesin Pengupas Kulit Tanduk Kopi (Huller)




Lantai Jemur Kopi



Bak Fermentasi dan Pencuci



Gudang Penyimpanan



Bahan Baku



Proses Pengupasan



Pengupasan Kulit Buah (Pulping)



Pengupasan Kulit Tanduk (Hulling)



Proses Fermentasi



Proses Pengeringan



Pengemasan dan Penyimpanan



Analisis Kelayakan Proyek



Aspek Kelayakan Teknis



Aspek Kelayakan Finansial



Analisis Biaya Pokok



Analisis Titik Impas (BEP)



Analisi Net Present Value (NPV)



Analisis Internal Rate of Return (IRR)



Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)



Analisis Payback Period (PP)



Analisis Return on Invesment (ROI)
Penelitian Terdahulu
METODE





Lokasi dan Waktu Penelitian



Jenis dan Sumber Data



Analisis Kelayakan Teknis

10 

Perencanaan Kapasitas Produksi

10 

Kebutuhan Bahan Baku

10 

Penentuan Lokasi Industri

10 

Pemilihan Mesin dan Peralatan Produksi

11 

Tata Letak Pabrik

11 

Analisis Kelayakan Finansial

11 

Analisis Biaya Pokok

11 

Analisis Titik Impas (BEP)

11 

Analisi Net Present Value (NPV)

12 

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

12 

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Ratio)

12 

Analisis Payback Period (PP)

13 

Return on Invesment (ROI)

13 

HASIL DAN PEMBAHASAN

13 

Analisis Kelayakan Teknis

13 

KebutuhanAlat/Mesin dan Sarana Produksi

13 

Perancangan Kapasitas Produksi

15 

Kebutuhan Bahan Baku

15 

Penentuan Lokasi Industri

18 

Kebutuhan Mesin dan Peralatan Produksi

18 

Tata Letak Pabrik

20 

Analisis Kelayakan Finansial

20 

Analisis Titik Impas (BEP)

22 

Analisis Proyeksi Laba Rugi

23 

Analisis Net Present Value (NPV)

23 

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

23 

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Rasio)

25

Analisis Payback Period (PP)

25

Analisis Return On Invesment (ROI)

25

Analisis Sensitivitas

26 
28 

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

29

Saran

29 

DAFTAR PUSTAKA

29 

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

44 

DAFTAR TABEL
1 Urutan Proses Produksi Kopi Beras dan Kapasitas Mesin Tersedia

14

2 Data Produksi Kopi di Kabupaten Bener Meriah Pada Tahun 2007-2013

16

3 Data Produksi Kopi di Kabupaten Bener Meriah Pada Tahun 2007-2013

16

4 Pemilihan Lokasi Pengolahan Biji Kopi dengan Metode Bayes

18

5 Kebutuhan Ruang dan Luas Tanah pada Proses Pengoahan Biji Kopi

19

6 Biaya Pengolahan Biji Kopi Selama Setahun

22

7 Perhitungan Proyeksi Laba Rugi Pada Kapasitas Produksi 60% - 100%

24

8 Analisis Sensitivitas Usaha Pengolahan Biji Kopi

27

9 Produksi Kopi Gelondong Dan Kopi Beras

31

DAFTAR GAMBAR
1 Alur Produksi Biji Kopi

14

2 Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas

32

3 Tata Letak Pabrik

33

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan Kebubutuhan Bahan Baku per Hari

31

2 Tata Letak Pabrik Usaha Pengolahan Biji Kopi

32

3 Biaya Investasi Mesin, Peralatan, serta Perlengkapan

34

4 Pemeliharaan, Perbaikan, Asuransi, dan Pajak

35

5 Biaya Investasi Pabrik Pengolahan Biji Kopi

36

6 Biaya Produksi Selama Satu Tahun Produksi

37

7 Nilai Sisa Benda Modal dan Modal Kerja serta Penyusutan

38

8 Perhitungan Harga Pokok dan Harga Jual Kopi Beras

39

9Arus Kas Bersih

40

10 Arus Kas Biaya dan Manfaat (NPV)

41

11 IRR Pada Beberapa Tingkat Suku Bunga (i%)

43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu hasil komoditas perkebunan yang memiliki nilai
ekonomi yang cukup tinggi dibanding tanaman perkebunan lainnya dan berperan
penting sebagai sumber devisa negara. Selain itu kopi juga merupakan sumber
penghasilan bagi kurang lebih satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia
(Rahardjo, 2012).
Kopi beras (Coffee beans) merupakan kopi yang sudah siap untuk
diperdagangkan.Kopi beras berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari
daging buah, kulit tanduk, dan kulit ari (Wijiyastuti, 2010).Sebagian besar kopi
yang diproduksi dan diperdagangkan di Indonesia adalah kopi beras dan hanya
sebagian kecil yang diolah untuk menjadi bubuk kopi untuk memenuhi kebutuhan
lokal.
Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang
terkait dalam proses produksi kopi, pengolahan, dan pemasaran komoditas kopi.
Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga kopi
di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012).
Pada tahun 1980-an, petani kopi di dalam negeri sempat khawatir dengan
harga kopi yang sangat rendah (Rp. 1,000.00-Rp. 2,500.00/kg). Namun, pada
tahun 1998-2008 harga kopi sudah mulai stabil.Pada awal tahun 2010, harga kopi
beras jenis arabika grade 1 di pasaran lokal sekitar Rp. 34,000.00/kg hingga
Rp.45,000.00/kg, sedangkan kopi beras arabika dengan grade asalan atau cabutan
Rp. 22,000.00/kg hingga Rp. 30,000.00/kg (Pangabean, 2011).
Bener Meriah merupakan salah satu daerah Daratan Tinggi Gayo yang ada
di Aceh. Gayo merupakan salah satu daerah yang kaya dengan hasil kopinya,
namun daerahnya tetap miskin dan masyarakatnya tidak berdaya akan kemegahan
kopi yang dihasilkan dari lahan-lahan pertanian milik masyarakat karena petani
kopi masih terjajah dilumbung kopi. Hal ini disebabkan oleh sistem perdagangan
yang masih dikendalikan oleh tengkulak atau tauke. Akibatnya, pendapatan petani
tidak maksimal karena produknya dihargai lebih rendah dari harga pasar (Lintas
Gayo, 2013).
Dari 66,000 kepala keluarga (KK) petani kopi yang ada di Gayo, bisa
dikatakan hanya 30% saja yang bisa hidup baik, mapan, atau sejahtera.Selebihnya
mereka laksana buruh di kebun sendiri.Para petani kopi ini bahkan banyak yang
terlilit hutang ketika mulai mempersiapkan lahan kopi mereka sejak mulai
penanaman, perawatan hingga jelang masa panen.Oleh karena itu pada saat
musim panen tiba mereka hanya bisa menutupi hutang dan sedikit menabung.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu, tabungan mereka akan habis dan
terlilit hutang kembali karena harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu
penyebab kondisi ini bisa terjadi, yaitu 90% dari petani kopi yang ada masih
terbelit sistem perdagangan yang dikendalikan oleh tengkulak atau
tauke.Akibatnya pendapatan petani tidak maksimal karena produknya dihargai
lebih rendah dari pasar (Kompas, 2011).
Dalam sebuah diskusi aktual bulanan yang digagas oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Dr Iskandarsyah Madjid, SEMM selaku

2
Direktur UKM Centre Universitas Syiah Kuala Banda Aceh menyatakan bahwa
kopi yang menjadi komoditas unggulan daerah Gayo dan Aceh pada umumnya
ternyata tidak mampu menjadi penambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi
daerah penghasil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kopi Gayo hanya
menang nama saja, namun tidak membawa manfaat besar bagi daerah, baik
sebagai sumber PAD maupun kepada petaninya. Sementara di luar Gayo, orang
terus berbicara tentang kopi Gayo yang terkenal sebagai kopi Arabika dengan
kualitas terbaik dunia, bahkan mengalahkan kopi Amerika dan Brasil sekalipun
(Lintas Gayo, 2013).
Program peningkatan efisiensi rantai penjualan dapat ditempuh melalui
pembagian keuntungan secara adil antara pedagang dan petani, memfasilitasi
lahirnya pedagang/eksportir baru yang mempunyai daya saing, dan memfasilitasi
bantuan modal untuk pedagang/eksportir (Karim, 2008).
Prinsip agribisnis haruslah berbagi keuntungan secara adil antara pedagang
dan petani. Oleh karena itu harus lahir para eksportir dari kalangan petani kopi,
agar eksportir memahami proses produksi mulai dari persiapan lahan hingga
menjadi biji kering siap untuk diekspor. Kondisi ini dapat dilahirkan oleh Asosiasi
Kopi Arabika Organik di Dataran Tinggi Gayo (Karim, 2008).
Dalam pendirian suatu unit usaha perlu adanya urutan dan rangkaian
kegiatan panjang yang dimulai sejak dituangkannya gagasan, direncanakan,
kemudian dilaksanakan, sampai dengan memberikan hasil yang sesuai dengan
perencanaannya. Ada beberapa tahapan dan proses yang harus dilaksanakan
dalam merancang pendirian suatu proyek, diantaranya tahapan perencanaan dan
penyusunan jadwal yang meliputi perkiraan biaya dan jadwal pelaksanaan,
tahapan pengendalian proyek yang meliputi definisi pengendalian, proses
pengendalian, dan faktor pendukung proses pengendalian, tahapan penyediaan
sumber daya, serta tahapan kontrol dan evaluasi kerja (Imam, 1999).
Salah satu cara untuk menangani masalah tersebut para petani di salah satu
desa di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh membicarakan masalah
penanganan pasca panen kopi yang diolah langsung oleh petani agar memiliki
nilai tambah atau nilai jual yang lebih baik. Dengan cara tersebut maka para
petani mampu mendapatkan penghasilan yang lebih menguntungkan
dibandingkan jika para petani menjual langsung kepada para tengkulak atau tauke.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Perancangan Awal dan
Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Buah Kopi di Kabupaten Bener Meriah
Provinsi Aceh”.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Merancang usaha pengolahan kopi gelondong menjadi kopi beras.
2. Menganalisis kelayakan finansial pada produksi kopi beras di Kabupaten
Bener Meriah Provinsi Aceh.
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kegiatan proses pengolahan
biji kopi hingga menjadi kopi beras yang akan dipasarkan.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari
spesies kopi robusta.Kopi berasal dari Afrika, yaitu pegunungan di Etopia.Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,
melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Seperti tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan tanaman kopi memiliki sifat yang sangat
khusus karena masing-masing jenis menghendaki lingkungan yang agak berbeda.
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi tanaman kopi antara lain
ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin, dan tanah.Kabupaten Bener
Meriah merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat sekitar 1,200
meter dari permukaan laut (dpl). Dengan ketinggian tempat tersebut, suhunya bisa
mencapai sekitar 14 °C, bahkan sebagian tempat bisa lebih dingin, sehingga
kondisi tersebut cocok digunakan untuk menanam tanaman kopi. Bener Meriah
juga merupakan salah satu daerah utama penghasil kopi arabika di Provinsi Aceh
(Pangabean, 2011).
Banyak kalangan menilai kopi arabika yang dihasilkan dari ketinggian 1,000
meter dpl adalah kopi terbaik dengan cita rasa luar biasa. Dan memang benar,
kopi Gayo yang telah mengantongi sertifikat Indeks Geografis (IG) memiliki nilai
jual tinggi, tercatat sebesar 80% merupakan komoditas ekspor dengan tujuan
negara-negara di Eropa dan Amerika. Beda halnya pasar dalam negeri, belum bisa
dipenuhi oleh produksi dari daerah Dataran Tinggi Gayo (Lintas Gayo, 2013).

Teknologi Pengolahan Kopi
Mesin Pengupas Buah Kopi (Pulper)
Mesin pengupas biji kopi (Pulper) merupakan salah satu solusi bagi petani
di Indonesia karena hampir 80% perkebunan kopi di Indonesia merupakan
perkebunan milik rakyat.Artinya, rakyat yang memiliki, mengolah, dan
mengambil keuntungan dari hasil perkebunannya.Pulper ini memiliki kapasitas
yang kecil namun sesuai dengan kemampuan produksi perkebunan rakyat.Karena
pulper diperuntukkan bagi keluarga petani kopi, yang umumnya terdiri atas ibu,
bapak, dan anak-anaknya, alat ini memperluas cakupan penggunannya sampai ke
ibu dan anak/remaja. Hal ini memberi pengaruh terhadap cara pengoperasian,
penyimpanan, pembersihan, dan lain-lain (Wahyono, 2012).

Mesin Pengupas Kulit Tanduk Kopi (Huller)
Mesin pengupas kulit tanduk kopi (Huller) merupakan mesin pemisah kulit
tanduk dan biji kopi. Mesin ini sangat penting dalam proses kopi beras, karena
pengupasan kopi gabah secara manual sangat lambat dan sering merusak bijinya

4
bila dengan tumbukan mortal keras. Huller merupakan salah satu solusi terbaik
untuk mengupas dan memisahkan kopi gabah dari biji kopi. Kopi gabah yang
diumpankan ke mesin, didorong oleh ulir ke depan sehingga biji-biji kopi
bertabrakan sesama, terjadi gesekan, dan kulit tanduk kopi yang hancur diisap
oleh kipas vakum keluar, kopi beras terkupas bersih kemudian dipaksa keluar oleh
ulir sesuai tekanan yang kita atur. Proses ini berjalan terus menerus, hingga
pengguna menghentikannya (Wahyono, 2012).

Lantai Jemur Kopi
Biasanya pengeringan alami hanya dilakukan pada musim kemarau, namun
demikian tidak menutup kemungkinan pada musim hujan hal ini juga dapat
dilakukan meskipun hasil yang diperoleh mungkin tidak sempurna.Pengeringan
secara alami sebaiknya dilakukan di lantai semen, anyaman bambu, atau tikar.
Kebiasaan menjemur kopi di tanah akan menyebabkan kopi menjadi kotor dan
terserang cendawan (Najiyati dan Danarti, 2004).

Bak Fermentasi dan Pencuci
Bak fermentasi merupakan suatu wadah untuk memfermentasikan kopi dan
mencuci kopi yang telah difermentasikan.Fermentasi bertujuan untuk membantu
melepaskan lendir yang menyelimuti kopi yang keluar daripulper serta dapat
menimbulkan citra rasa yang baik. Fermentasi dilakukan dengan cara
menambahkan air ke dalam bak dan merendam kopi tersebut kurang lebih selama
12-24 jam. Sedangkan pencucian bertujuan untuk menghilangkan seluruh lapisan
lendir dan kotoran lainnya yang masih tertinggal setelah difermentasikan atau
setelah keluar dari mesin pulper (Pangabean, 2012).

Gudang Penyimpanan
Gudang penyimpanan sangat berperan dalam mempertahankan kualitas
kopi.Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan suhu, kelembaban, dan ketinggian
daerah dapat berpengaruh terhadap mutu kopi.Penyimpanan merupakan salah satu
faktor untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan jamur pada biji
kopi.Penyimpanan yang salah dapat menyebabkan mutu kopi berkurang, seperti
berubahnya warna kopi, tercium bau yang berbeda, timbulnya kutu, serta rasa dan
aroma kopi yang menjadi buruk (Pangabean, 2012).

Bahan Baku
Tanaman kopi dapat berbunga beberapa kali, yaitu 3-4 kali selama satu
tahun, bahkan ada yang berbunga sepanjang tahun.Hal ini sangat tergantung pada
jenis kopi yang ditanam.Dengan demikian, maka pemanenan pun tidak dapat
dilakukan sekali saja, melainkan mengikuti gelombang musim bunga, pemanenan
ini bisa berlangsung 3-4 bulan.Dari bunga sampai buah itu masak memerlukan 812 bulan. Maka apabila musim bunga berlangsung dari bulan April sampai bulan
Juni/Juli, musim panen akan berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Agustus

5
tahun berikutnya. Masaknya buah kopi ada yang cepat ada juga yang
lambat.Kenyataan menunjukkan ada kopi yang dapat dipanen terus menerus
sepanjang tahun (Akk, 1988).

Proses Pengupasan
Pengupasan Kulit Buah (Pulping)
Setelah dari bak penampung, pindahkan buah kopi ke pulper melalui corong
(feed hopper).Kinerjapulper berbeda-beda, tergantung dari ukuran, kecepatan,
kapasitas, dan bahanpulper.Pengupasan kulit buah berlangsung diantara
permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang diam (stator)
di dalam pulper (Pangabean, 2011).

Pengupasan Kulit Tanduk (Hulling)
Setelah dikeringkan, biji kopi didiamkan atau didinginkan (tempering)
selama satu hari.Tujuannya untuk menurunkan suhu biji kopi dan mengurangi
resiko kerusakan pada saat pengupasan kulit tanduk.Pengupasan kulit tanduk ini
dilakukan dengan menggunakan huller.Setelah hulling dilakukan sortasi biji
(grading) berdasarkan kualitasnya (Pangabean, 2011).

Proses Fermentasi
Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa lendir yang tersisa dari
kulit tanduk dan pada proses ini mampu menimbulkan aroma rasa yang bisa
dihasilkan kopi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keseragaman biji dalam
jumlah yang besar dan serentak. Fermentasi merupakan proses penguraian
senyawa-senyawa yang terdapat di lapisan lendir dengan bantuan mikroorganisme.
Waktu yang diperlukan untuk fermentasi kopi jenis arabika cenderung lebih
lama dibandingkan dengan fermentasi kopi jenis robusta. Fermentasi harus
dilakukan dengan cara benar dan tepat. Jika perlakuan fermentasi tidak tepat dan
terlalu lama, dapat berisiko mengubah cita rasa menjadi sour dan stinky
(Pangabean, 2011).

Proses Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kopi. Berdasarkan
mekanisme pemanasannya, pengeringan dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu
mekanis dan tradisional. Cara mekanis dilakukan dengan bantuan alat atau mesin
pengering.Sedangkancara tradisional dilakukan dengan memanfaatkan energi
matahari (penjemuran) (Pangabean, 2011).

6
Pengemasan dan Penyimpanan
Pengemasan biji kopi pada umumnya menggunakan karung plastik atau
karung goni, dengan bobot 60-100 kg per kemasan. Ruang penyimpanan harus
memiliki ventilasi udara yang memadai, disusun baik, dan tidak dicampur dengan
komoditas pertanian lain (Pangabean, 2011).

Analisis Kelayakan Proyek
Menurut Gittinger (2008), proyek merupakan suatu kegiatan yang
mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan
secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan,
pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam
perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahaptahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan, dan
evaluasi.Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa
kali selama pelaksanaan proyek.Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang
dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan
dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Aspek Kelayakan Teknis
Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk
memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan
dengan perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis sangat erat
hubungannya dengan aspek-aspek lain, terutama aspek teknis, aspek finansial, dan
aspek pasar. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap perkiraan biaya dan
jadwal, karena memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif.
Menurut Umar (2005), aspek teknis mengungkapkan kebutuhan apa yang
diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan,
terkait kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan
mesin, dan tata letak pabrik yang paling menguntungkan.

Aspek Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial adalah analisis yang digunakan untuk
membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek
akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Analisis finansial berangkat dari tujuan yang umumnya dimiliki oleh
perusahaan swasta yaitu kepentingan untuk meningkatkan kekayaan perusahaan
(maximize firm’s wealth) yang diukur dengan naiknya nilai saham. Sedangkan
aspek ekonomi, mengkaji manfaat dan biaya bagi masyarakat secara menyeluruh.
Dalam menganalisis kelayakan finansial terlebih dahulu harus menyusun
aliran kas (cashflow), dimana cashflow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan
kas) dan cash outflow (arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi
total, penerimaan pinjaman, dana bantuan, nilai sewa, nilai sisa, dan lain-lain.

7
Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, pembayaran pinjaman
dan bunga, pajak, dan lain-lain. Dari pengukuran cash inflow dan cash
outflowdapat diperoleh net benefit (manfaaat bersih).
Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi analisis biaya pokok,
analisis titik impas, analisis Net Present Value (NPV), analisis Internal Rate of
Return (IRR), analisis Benefit Cost Rasio ( B/C Rasio), analisis Payback Period
(PP), dan analisisReturn on Invesment (ROI).

Analisis Biaya Pokok
Menurut Pramudya et al. (1992) biaya pokok adalah biaya yang diperlukan
suatu mesin pertanian untuk setiap unit produk. Misalnya berapa biaya yang
diperlukan untuk pengolahan tanah per ha (Rp/ha), berapa biaya penggilingan
padi setiap kg (Rp/kg).Data yang diperlukan dalam perhitungan biaya pokok
meliputi biaya tetap, biaya tidak tetap, kapasitas produksi/alat serta perkiraan jam
kerja dalam satu tahun.

Analisis Titik Impas (BEP)
Santoso (2010), mengatakan bahwa pertemuan dari garis total cost (TC) dan
total revenue (TR) adalah titik impas (titik pulang pokok atauBreak Event Point).
Pada titik tersebut terjadi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara keuntungan
kotor dan biaya produksi, yang berarti pada titik tersebut tidak terjadi kerugian
dan keuntungan.

Analisi Net Present Value (NPV)
Menurut Keown (2004), NPV diartikan sebagai nilai bersih sekarang, arus
kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung
NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi
berdasarkan NPV,yaitu :
1. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian
sebesar modal sosialOpportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata
lain, proyek tersebut tidak untung maupun tidak rugi.
2. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
3. NVP < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.

Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat laju pengembalian internal
merupakan kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan dan dapat
dinyatakan sebagai tingkat suku bunga pinjaman bank yang menghasilkan NPV
nol. Untuk menentukan layak atau tidak layak proyek dilaksanakan, maka sebagai
patokan dasar pembanding adalah tingkat bunga yang berlaku pada saat ini pada
lembaga keuangan yang ada (Gray et al. 1985).

8
Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara besarnya
manfaat (benefit) dan nilai biaya (cost). Nilai manfaat diperoleh dari hasil
penjualan dan nilai biaya diperoleh dari biaya investasi dan biaya tahunan untuk
perawatan dan pemeliharaan. Perhitungan dengan metode ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu, Net B/C dan Gross B/C. Jika B/C Ratio > 1, maka usaha
layak untuk dijalankan dan jika B/C Ratio < 1, maka usaha tidak layak untuk
dijalankan (Pramudya et al. 1992).

Net B/C
Menurut Gray et al. (1985), Net B/C menunjukkan perbandingan antara
jumlah nilai sekarang penerimaan yang bernilai positif terhadap nilai sekarang
penerimaan yang bernilai negatif selama periode usaha berlangsung. Untuk
menghitung Net B/C sebelumnya perlu menghitung nilai NPVB-C setiap tahun
selama umur proyek.Kemudian nilai Net B/C dapat dihitung dari perbandingan
jumlah semua NPVB-C yang bernilai positif dengan jumlah semua NPVB-C yang
bernilai negatif (Pramudya et al. 1992).

Gross B/C
Gross B/C menunjukkan perbandingan antara jumlah nilai sekarang
keuntungan (benefit) terhadap jumlah nilai sekarang biaya (cost). Nilai Gross B/C
merupakan perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya sepanjang umur
proyek (Pramudya et al. 1992).

Analisis Payback Period (PP)
Payback Periode (PP) atau jangka waktu pengembalian investasi merupakan
suatu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal
kembali, maka akansemakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal
yang kembali dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan
Suwarsono, 1999).

Analisis Return on Invesment (ROI)
Return on Invesment (ROI) merupakan salah satu cara untuk mengetahui
rasio laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut
(Petty et al. 1992). ROI atau pengembalian atas investasi atau aset adalah
perbandingan dari pemasukan per tahun terhadap dana investasi. Dengan
demikian, ROI juga memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi.

Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis pendapatan usaha tani dan nilai tambah saluran
pemasaran kopi arabika organik dan non organik (studi kasus pengolahan bubuk

9
kopi ulee kareng di Banda Aceh) telah dilakukan oleh Maimun pada tahun
2009.Dari hasil penelitian ini dikatakan bahwa meningkatnya permintaan dan
persaingan kopi bubuk pada gilirannya menyebabkan para pengusaha kopi terus
berusaha untuk meningkatkan nilai tambah hasil perkebunan kopi melalui
pengolahan lebih lanjut.Dalam rangka menciptakan produk yang bernilai
ekonomis maka keseimbangan antara industri dan pertanian berkaitan baik dari
segi pendapatan usaha tani, nilai tambah maupun lembaga-lembaga yang terlibat
dalam pemasaran produk dalam rangka mensukseskan otonomi daerah.Penelitian
Maimun juga menganalisa jalur produksi usaha tani kopi mulai dari petani,
lembaga pemasaran yang terlibat sampai ke konsumen industri pengolahan kopi.
Nailul Khairati pada tahun 2011 melakukan penelitian tentang pengaruh
penjualan kopi arabika dalam bentuk buah panen (Cherry Red) terhadap ekonomi
petani kopi arabika Desa Tanjung Beringin di Kabupaten Dairi.Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi petani menjual dalam
bentuk gelondong merah adalah umur tanaman, jumlah permintaan, tenaga kerja,
keadaan cuaca, dan efisiensi waktu.Selain itu pendapatan dalam bentuk kopi biji
lebih besar dari pada bentuk gelondong merah.
Kabul Indrawan pada tahun 2000 telah melakukan penelitian mengenai
perancangan awal dan analisis kelayakan pendirian pabrik pengolahan tepung
talas (Colocasia esculenta (L.)Schott). Dari hasil penelitian ini, kebutuhan bahan
baku dihitung berdasarkan daya serap pasar dan penentuan lokosi pabrik
dilakukan dengan metode Bayes serta penentuan tata letak pabrik dilakukan
dengan analisis keterkaitan antar aktivitas yang terjadi pada industri pengolahan
tepung talas.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian lapang perancangan awal dan analisis kelayakan usaha
pengolahan biji kopi telah dilakukan di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh,
pada bulan April sampai bulan Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer bersumber dari masyarakat dan pelaku bisnis kopi, meliputi
data tenaga kerja, biaya produksi, jenis produksi, dan harga kopi. Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian bersumber dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan, Dinas Keuangan, internet serta berbagai literatur yang berkaitan
dengan pengolahan buah kopi hingga pemasarannya.

10
Analisis Kelayakan Teknis
Perencanaan Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi merupakan besaran maksimum output yang dapat
diproduksi dalam satuan waktu tertentu, yang ditentukan oleh kapasitas sumber
daya yang dimiliki, seperti kapasitas mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas
bahan baku, dan kapasitas modal (Yamit, 2003).
Dalam perencanaan suatu industri pengolahan, penetapan besarnya kapasitas
produksi sangat diperlukan pada saat awal pendirian industri tersebut. Beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas produksi ini adalah :
1. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang mampu disediakan
dalam jumlah tertentu.
2. Jam kerja mesin, yaitu jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk
melaksanakan kegiatan produksi.
3. Jam kerja tenaga kerja, yaitu jumlah jam tenaga kerja normal yang mampu
disediakan yang dipengaruhi oleh tenaga kerja dan jam kerja yang berlaku.
4. Modal kerja, yaitu kemampuan penyediaan dana untuk melaksanakan proses
produksi.

Kebutuhan Bahan Baku
Untuk kelancaran produksi, maka ketersedian bahan baku maupun bahan
pelengkap dalam jangka waktu tertentu sangat diperlukan karena ketersedian
bahan baku ini dapat menentukan industri dapat berjalan atau tidak. Ketersedian
bahan baku dan bahan pelengkap dengan harga yang wajar merupakan syarat agar
industri dapat berproduksi dengan baik dan komersial. Menurut Ahyari (2003),
beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan bahan baku adalah :
1. Perkiraan pemakaian bahan baku sebelum perusahaan melakukan pembelian
bahan baku.
2. Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi.
3. Biaya persedian yang meliputi biaya biaya penyimpanan, biaya kemasan, dan
biaya tetap persedian.
4. Kebijakan pelaksanaan pembelanjaan bahan baku yang dilakukan perusahaan.
5. Pemakaian bahan baku.
6. Waktu tenggang antara pemasaran dan kedatangan bahan baku selanjutnya.
7. Model pembelian bahan baku.
8. Persedian pengaman jika terjadi kekurangan atau keterlambatan bahan baku.
9. Pembelian bahan baku kembali.

Penentuan Lokasi Industri
Keberadaan lokasi industri pada suatu tempat memiliki dampak yang
dikelompokkan menjadi dampak ekonomi dan lingkungan (Djojodipura, 1992).
Beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik
adalah lokasi pasar, sumber bahan baku, transportasi, sumber energi/tenaga listrik,
iklim, buruh dan tingkat upah, undang-undang dan sistem perpajakan, sikap
masyarakat, dan air serta limbah industri. Untuk menentukan lokasi pabrik ini
dapat dilakukan dengan metode Bayes.

11
Pemilihan Mesin dan Peralatan Produksi
Fasilitas yang dominan dalam pabrik adalah mesin dan peralatan.Untuk
melakukan pembelian mesin dan peralatan, harus dipertimbangkan secara
ekonomis dan disesuaikan dengan jumlah produksi barang atau jasa yang
dihasilkan.Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan mesin atau peralatan
adalah kapasitas mesin, kecocokan, ketersediaan peralatan pelengkap yang
diperlukan, keandalan, kemudahan persiapan dan instalasi, penggunaan dan
pemeliharaan, keamanan, serta pengaruh terhadap organisasi yang ada (Wahyono,
2012).

Tata Letak Pabrik
Terdapat beberapa teknik yang umum digunakan dalam perancangan tata
letak pabrik.Diantaranya teknik konvensional.Pada teknik ini dibutuhkan data
yang lengkap mengenai tahapan proses produksi. Selain itu juga diperlukan
catatan grafis dari langkah-langkah proses, yang dibuat di atas tata letak suatu
tempat yang sedang diteliti (Apple, 1990).

Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Biaya Pokok
Analisis dilakukan dengan persamaan berikut :

BP
BT
BTT
k
x

=
=
=
=
=

…………………………………………..

 

Biaya pokok (Rp/kg)
Biaya tetap (Rp/tahun)
Biaya tidak tetap (Rp/tahun)
Bulan kerja (bulan/tahun)
Kapasitas kerja (unit/bulan)

Analisis Titik Impas (BEP)
Analisis titik impas dapat dilakukan dengan persamaan berikut :

BEP
BT
BTT
P

=
=
=
=

…………………………………………..

Titik impas (kg)
Biaya tetap (Rp)
Biaya tidak tetap (Rp/kg)
Harga jual (Rp/kg)

12
Analisi Net Present Value (NPV)
Analisis Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan persamaan :
………………………………………

 
NPV
Bt
Ct
i
n
t

=
=
=
=
=
=

Net present value (Rp)
Manfaat pada tahun ke-t (Rp/tahun)
Biaya pada tahun ke-t (Rp/tahun)
Tingkat suku bunga (%/tahun)
Periode
Tahun ke-t

Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut :
……………………………………….
Sehingga:

IRR
i1
i2

=
=
=

…………………

Internal rate of return (%)
Tingkat bunga bank sekarang (%)
Tingkat bunga bank pada saat NPV yang negatif (%)

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C Ratio)
Net B/C
Analisis Net B/C ratio dengan menggunakan persamaan :


 

 

 

……………………….

Gross B/C
Analisis Gross B/C ratio dengan menggunakan persamaan :
 





……………………….

13
Bt
Ct
i
n

=
=
=
=

Manfaat pada tahun ke-t (Rp/tahun)
Biaya pada tahun ke-t (Rp/tahun)
Tingkat suku bunga (%)
Periode

Dari hasil perhitungan B/C Ratio, dapat diambil keputusan sebagai berikut:
Jika B/C ≥ 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
Jika B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Analisis Payback Period (PP)
Analisis Payback Period (PP) dengan menggunakan persamaan :
 

PP
T
P
D
I

=
=
=
=
=

%…………………

…………………

Payback Period (Tahun)
Tingkat pengembalian modal (%)
Keuntungan bersih/tahun (Rp/tahun)
Penyusutan/tahun (Rp/tahun)
Investasi (Rp)

Return on Invesment (ROI)
Analisis Return on Invesment (ROI) dengan menggunakan persamaan :
 

%…………………

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kelayakan Teknis
KebutuhanAlat/Mesin dan Sarana Produksi
Salah satu hal yang perlu ditinjau untuk mendapatkan hasil produksi yang
diinginkan adalah dilihat dari ketersediaan dan kemampuan mesin dan alat yang
digunakan agar usaha pengolahan biji kopi dapat berjalan dengan baik dan efisien.
Gambar 1 menunjukkan alur proses produksi biji kopi, sedang Tabel 1
menunjukkan urutan proses produksi pengolahan biji kopi sekaligus alat/mesin
yang diperlukan dan kapasitas mesin yang tersedia.

14
Penggilingan Kopi Gelondong

Fermentasi

Pencucian

Penjemuran Kopi Gabah

Penggilingan Kopi Gabah

Penjemuran Kopi Beras

Sortasi

Penimbangan

Pengemasan

Penyimpanan
Gambar 1 Alur Produksi Biji Kopi
Tabel 1 Urutan Proses Produksi Kopi Beras dan Kapasitas Mesin Tersedia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Proses Produksi
Penggilingan Kopi Gelondong
Fermentasi
Pencucian
Penjemuran Kopi Gabah
Penggilingan Kopi Gabah
Penjemuran Kopi Beras
Sortasi
Penimbangan
Pengemasan
Penyimpanan

Mesin dan Alat
Pulper
Bak
Bak
Lantai Jemur
Huller
Lantai Jemur
Meja Sortasi
Timbangan

Gudang

Kapasitas/ Unit
100 kg/jam
‐ 
‐ 
‐ 
300 kg/jam
‐ 
300 kg / timbangan
‐ 
-

15
Perlengkapan utama yang dibutuhkan untuk produksi kopi beras adalah
mesin pulper dan mesinhuller. Di daerah penelitian tersedia/dipasarkan mesin
pulper dengan kapasitas 100 kg/jam. Sementara itu kapasitas mesin hulleryang
dipasarkan di daerah penelitian adalah 300 kg/jam.Mesin pulper dan mesin huller
mudah dioperasikan. Selain itu diperlukan peralatan penunjang untuk proses
pengolahan biji kopi, meliputi pompa air, genset, bak sampah, serta kebutuhan
ruangan.
Sebagai tempat usaha pengolahan biji kopi diperlukan lahan usaha dengan
bangunan dan kelengkapannya yang mudah diakses oleh sarana transportasi.
Tinjauan terhadap daerah penelitian menunjukkan bahwa seluruh
kebutuhan di atas dapat dipenuhi, sehingga secara teknis pendirian usaha
pengolahan biji kopi mungkin dilakukan.

Perancangan Kapasitas Produksi
Dalam merancang suatu industri pengolahan, penetapan besarnya kapasitas
produksi sangat diperlukan pada awal pendirian industri tersebut.Perhitungan
kapasitas produksi ini bisa ditentukan berdasarkan pendekatan terhadap jam kerja
mesin, yaitu jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk melaksanakan
kegiatan produksi.
Pada usaha produksi biji kopi ini digunakan mesin pulper dan mesin huller.
Dengan kapasitas kerja mesin pulper sebesar 100 kg/jam dan kapasitas kerja
mesin huller sebesar300 kg/jam, maka jumlah mesin pulper dan mesin huller
yang proporsional adalah 2 mesin pulper dan 1 mesin huller. Jika masing-masing
mesin beroperasi selama 5 jam/hari maka mesin pulpermampu menghasilkan kopi
gabah kering sebesar 540 kg/hari, sedangkan mesin huller mampu menghasilkan
kopi gabah kering sebesar 600 kg/hari. Berdasarkan perhitungan tersebut yang
menjadi acuan dalam menentukan kapasitas produksi adalah jumlah produksi
yang mampu dihasilkan oleh mesin pulper karena memiliki kapasitas produksi
yang lebih kecil.

Kebutuhan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku dan bahan pelengkap lainnya dengan harga yang
wajar merupakan syarat industri dapat berproduksi dengan baik dan komersial.
Dengan demikian dapat diprediksi kelancaran dan keberlangsungan pendiriannya.
Bahan baku industri pengolahan biji kopi ini adalah kopi gelondong. Salah
satu sentra produksi kopi di Aceh adalah Kabupaten Bener Meriah.Sebagian besar
budi daya tanaman kopi terdapat di Kecamatan Bandar dan Kecamatan Permata.
Oleh karena itu dalam penelitian ini Kecamatan Bandar merupakan kecamatan
yang akan dijadikan lokasi penelitian.
Perkembangan produksi kopi di Kabupaten Bener Meriah selalu mengalami
fluktuasi setiap tahunnya.Data produksi kopi di Kabupaten Bener Meriah
disajikan pada Tabel 2.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bandar karena kecamatan ini
merupakan salah satu sentra produksi kopi yang ada di Kabupaten Bener Meriah

16
dan merupakan tempat yang lebih strategi dibandingakn dengan Kecamatan
Permata yang ditinjau berdasarkan lokasi kecamatan tersebut. Data produksi kopi
di Kecamatan Bandar disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Data Produksi Kopi di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2007-2013
Tahun Produksi (ton)
2007
25,305.03
2008
13,189.57
2009
15,973.82
18,660.30
2010
2011
21,404.05
23,972.54
2012
2013
26,849.16
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah
Keterangan : Produksi tahun 2013 merupakan perkiraan peningkatan sebesar 12% dari
tahun 2012 berdasarkan pasokan yang terjadi hingga bulan Maret 2013

Tabel 3 Data Produksi Kopi di Kecamatan Bandar pada tahun 2007-2013
Tahun Produksi (ton)
2007
4,253.07
2008
1,799.80
2009
1,709.23
2,052.65
2010
2011
2,198.80
2,462.66
2012
2013
2,758.17
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah
Keterangan : Produksi tahun 2013 merupakan perkiraan peningkatan sebesar 12% dari
tahun 2012 berdasarkan pasokan yang terjadi hingga bulan Maret 2013

Selama berproduksi, industri pengolahan biji kopi memerlukan kopi
gelondong, air, kemasan, dan bahan bakar serta pelumas sebagai bahan bakunya.
1. Kopi Gelondong
Mesin pulper yang digunakan pada usaha pengolahan biji kopi ini
berjumlah 2 unit dengan kapasitas 100 kg/jam dan jam kerja selama 5 jam/hari,
maka dapat diketahui total bahan baku yang mampu diolah menggunakan
mesin pulper adalah sebesar 1,000 kg/hari atau 317,000 kg/tahun (Lampiran
1).
Berdasarkan pasokan bahan baku yang ada di Kecamatan Bandar, maka
usaha pengolahan biji kopi ini bisa laksanakan karena jumlah kopi gelondong
yang harus diolah menjadi kopi besar dapat terpenuhi. Daya serap pada usaha
pengolahan biji kopi ini mencapai 11.49% dari total produksi kopi di
Kecamatan Bandar.

17
2. Kemasan
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan, pengepakan, dan
merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena
pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemas adalah
wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau dibungkus.
Kemasan yang digunakan untuk pengemasan kopi ini adalah karung goni
dengan kapasitas per kemasan adalah 100 kg/lembar.
Sebelum mendapatkan kopi gabah ada beberapa proses yang harus
dilalui, diantaranya penggilingan kopi gelondong dengan perkiraan kulit kopi
gelondong 10%, penjemuran hingga kadar air 40%, penggilingan kopi gabah
dengan perkiraan kulit tanduk 5%, dan penjemuran kopi beras hingga kadar
air 13%, maka kopi beras yang dapat diproduksi adalah 447 kg/hari (Lampiran
1). Dengan demikian, persediaan karung goni selama satu tahun yang
dibutuhkan untuk pengemasan kopi beras adalah 447 kg/hari x 1 lembar/100
kg x 317 hari/tahun sama dengan 1,417 lembar/tahun.
3. Kebutuhan Air
Dalam pengolahan kopi, air digunakan untuk fermentasi, pencucian, dan
kebutuhan lainnya.Kopi gelondong yang telah digiling menggunakan pulper
dengan perkiraan kulit kopi gelondong adalah 10%, maka kopi gabah yang
akan difermentasikan sebesar 900 kg/hari (Lampiran 1). Air yang dibutuhkan
untuk fermentasi adalah 2 liter/kg dan untuk pencucian adalah 5 liter/kg.
Dengan demikian, air yang dibutuhkan untuk fermentasi adalah 900 kg/hari x
2 liter/kg x 317 hari/tahun sama dengan 570,600 liter/tahun dan untuk
pencucian adalah 900 kg/hari x 5 liter/kg x 317 hari/tahun sama dengan
1,426,500 liter/tahun, sedangkan untuk kebutuhan lain diperkirakan 2,50%
yaitu 49,928 liter/tahun, jadi total air yang dibutuhkan adalah 2,047,028
liter/tahun. Persediaan air ini diperoleh dari sumur bor milik sendiri.
4. Kebutuhan Bahan Bakar
Sumber energi yang dibutuhkan dalam proses pengolahan kopi adalah
solar yang digunakan untuk menggerakkan genset dan bensin yang digunakan
untuk kendaraan. Genset digunakan sebagai sumber energi pengganti listrik
dari PLN untuk menggerakkan mesin huller dan pulper, dan penerangan.Daya
yang dikeluarkan genset sebesar 6 KVA, dengan konsumsi bahan bakar 2
liter/jam.
Solar yang dibutuhkan untuk penggerak genset selama satu tahun
sebesar 2 liter/jam x 8 jam/hari x 317 hari/tahun sama dengan 5,071 liter/tahun.
Sedangkan bensin yang dibutuhkan untuk kendaraan jika per hari
menghabiskan 10 liter maka bensin yang dibutuhkan sebesar 10 liter/hari x
317 hari/tahun sama dengan 3,170 liter/tahun.
5. Kebutuhan Pelumas
Pelumas digunakan untuk melindungi dan melumasi bagian-bagian yang
selalu bergerak dan pendingin agar tidak mudah aus. Banyaknya pelumas yang
dibutuhkan dalam setahun untuk genset adalah 36 liter/tahun dan untuk
kendaraan 60 liter/tahun, sedangkan untuk melumasi bagian alat lainnya
adalah 25%, jadi total pelumas yang dibutuhkan dalam setahun adalah 120
liter/tahun.

18
Penentuan Lokasi Industri
Penentuan lokasi pengolahan kopi ini dilakukan dengan menggunakan
metode Bayes. Lokasi-lokasi yang dipilih dapat ditinjau dari berbagai faktor
penunjang pendirian industri pengolahan tersebut, yaitu ketersediaan bahan baku,
tenaga kerja, pasar, jarak, harga lahan, dan ketersediaan air. Daerah yang menjadi
pilihan alternatif adalah Desa Makmur Sentosa, Desa Pondok Gajah, dan Desa
Sidodadi.Pembobotan dari setiap faktor penunjang dilihat dari tingkat
kepentingannya.Penentuan lokasi dengan metode Bayes ini bisa dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4 Pemilihan Lokasi Pengolahan Biji Kopi dengan Metode Bayes
Kriteria

Bobot

Makmur
Sentosa
S

3.00
0.90
2.00
0.20
2.00
0.20
3.00
0.60
3.00
0.30
4.00
0.80
2.20

Pondok Gajah
S

4.00
1.20
3.00
0.30
4.00
0.40
5.00
1.00
4.00
0.40
4.00
0.80
3.30

Bahan Baku
0.30
Tenaga Kerja
0.10
Pasar
0.10
Jarak
0.20
Harga Lahan
0.10
Ketersediaan Air
0.20
Jumlah
1.00
Keterangan : S = Skor
∑= Hasil perkalian bobot dengan skor

Sidodadi
S

4.00
1.20
4.00
0.40
3.00
0.30
2.00
0.40
4.00
0.40
3.00
0.60
2.70

Berdasarkan penentuan lokasi menggunakan metode Bayes pada Tabel 4,
maka dapat ditentuakan daerah yang berpotensi menjadi lokasi pembangunan
pabrik adalah Desa Pondok Gajah.

Kebutuhan Mesin dan Peralatan Produksi
Perlengkapan utama untuk produksi kopi beras adalah mesin pulper dan
mesin huller.
1. Mesin Pulper
Mesin pulper yang digunakan pada usaha pengolahan biji kopi adalah 2
unit.Kapasitas mesin pulper adalah 100 kg/jam dengan waktu operasi selama
5 jam/hari.Mesin pulper ini digunakan untuk menggiling kopi gelondong
sebesar 1,000 kg/hari.
2. Mesin Huller
Mesin huller yang digunakan pada usaha pengolahan biji kopi adalah 1
unit.Kopi gabah yang akan digiling memiliki kadar air 40% yaitu sebesar 540
kg/hari (Lampiran 1). Kapasitas mesin huller adalah 300 kg/jam dengan waktu
operasi selama 2 jam/hari.

19
Peralatan penunjang yang diperlukan dalam proses pengolahan buah kopi
ini adalah :
1. Pompa Air
Kapasitas pompa air yang digunakan adalah 1,000 liter/jam. Pompa air ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam pabrik, baik untuk
keperluan produksi maupun keperluan lainnya.
2. Genset
Genset yang digunakan memi