Karakteristik Penderita Malaria Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009-2013

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH TAHUN 2009 - 2013

SKRIPSI

Oleh :

Nim. 121021071 YUNITA KEMALA DEWI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2014


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH TAHUN 2009-2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 121021071 YUNITA KEMALA DEWI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH TAHUN 2009-2013” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2015 Yang membuat pernyataan


(4)

(5)

ABSTRAK

Kabupaten Bener Meriah termasuk daerah endemis malaria dengan kategori LIA (Low Incidence Area). Jumlah penderita malaria klinis dari tahun 2009-2013 adalah 3.259 kasus dan jumlah penderita malaria positip dari tahun 2009-2013 adalah 247 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita malaria positip di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013.

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain case series, menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013. Sampel penelitian ini adalah total sampling sebanyak 247 orang. Data dianalisa secara deskriptif dan diuji secara statistik dengan Chi Square dengan 95% CI.

Hasil penelitian diperoleh proporsi penderita malaria positip tertinggi adalah pada kelompok umur > 14 tahun yaitu 95,1%, jenis kelamin laki-laki 72,5%, tingkat endemisitas (tempat tinggal) daerah endemis 88,3%, waktu (tahun) 2009, Annual Parasite Incidence (API) di wilayah kerja Puskesmas Ronga-ronga yaitu 5,54 ‰, jenis parasit Plasmodium Falciparum 76,5%. Hasil analisa statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan jenis parasit (p<0,001). Trend penyakit malaria positip dari tahun 2009-2013 menurun sebanyak 126 kasus dengan simple ratio penurunan 13,6 kali dan persentase penurunan 92%.

Disarankan pada bagi masyarakat kelompok umur > 14 tahun terutama laki-laki agar mengurangi berada di luar rumah pada malam hari, menggunakan obat anti nyamuk refelent atau menggunakan baju berlengan panjang. Bagi Pemerintah Kabupaten Bener Meriah agar dapat membuat strategi untuk mengurangi kejadian malaria dengan cara melakukan pendekatan faktor resiko khususnya yang berkaitan dengan kebijakan untuk menurunkan angka kejadian malaria. Pihak puskesmas sebaiknya melengkapi pencatatan kartu status pasien sehingga laporan ke Dinas Kesehatan lengkap.


(6)

ABSTRACT

District of Bener Meriah is classifiedinto malaria endemic area with catagory LIA (Low Incidence Area). The number of patient with clinical malaria during in 2009-2013 is 3.259 cases and the number of patient with positive malaria during 2009-2013 is 247 cases. The purpose of this study was to determine the characteristics of malaria patients in District of Bener Meriah in 2009-20013.

The descriptive study with series cases design was conducted using secondary data from the Health Office of Regency of Bener Meriah in 2009-2013. The sampel of study is total sampling are 247 patients. The data was analyzed descriptively and is tested statistically by Chi-Square with 95 % CI.

The result of research indicate the proportion of patient with positive malaria is higher in the age group > 14 years old for 95,1%, male 72,5%, the endemis area is 88,3%, time (year) 2009, an Annual Parasite Incidence (API) in the area of Puskesmas Ronga-ronga for 5,54%. The parasite Type is Plasmodium Falcifarum 76,5%. The result of statistical analysisindicates that there is a significant different beetwen gender and the type of parasite (P<0,001). The trend of malaria patients based on data for 2009-20013 showed a decrease for 126 cases with the decreasing simple ratio is 13,6 times and percentage of decreasing is 92%.

It is suggested to the society in the age of >14 years old specially male to avoid stay out door in the night, using the mosquito repellent or using the long sleeve shirt.The goverment of District of Bener Meriah have to make a strategy for decreasing of malaria with a vicinity of risk factor, specially for interrelating with policy for decreasing of malaria. The puskesmas must have medical record of patient as reporting to the health office.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Yunita Kemala Dewi

Tempat/ Tanggal Lahir : Langsa, 21 Juni 1976

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Anak ke : 1 dari 4 Bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Takengon-Pondok Baru Serule Kayu, Bener Meriah – Provinsi Aceh

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1982-1988 : SD Negeri 5 Langsa 2. Tahun 1988-1991 : SMP Negeri 2 Langsa 3. Tahun 1991-1994 : SMA Negeri 1 Langsa

4. Tahun 1994-1997 : Akademi Kesehatan Lingkungan 5. Tahun 2012-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Riwayat Pekerjaan :

1. Tahun 2006-2007 : Staf Puskesmas Lampahan Kab. Bener Meriah 2. Tahun 2007-Sekarang : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Allah swt atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Malaria Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009-2013”.

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Alamsyah Nasri, BA dan alm. Ibunda tersayang Sri Murni yang dengan penuh cinta memberikan doa, nasihat, dan dukungan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada ibu dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Ibu drh. Hiswani, M. Kes selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. Jemadi, M.kes selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS. Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.


(9)

3. Ibu Eka Mahyuni Lestari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik. 4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah beserta Staf Pegawai yang

telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 6. Ibu Ratna yang telah membantu penulis dalam bidang administrasi.

7. Kepada Adik-adikku tersayang Maya Syafitri, S.Kom, MM, Fitria Rahmadani, S.Pd dan Rizki Apriliani, S.Pdi yang sama-sama berjuang untuk membahagiakan Orang Tua dan meraih cita-cita, serta sanak keluarga yang telah memberikan dorongan semangat dan doa selama mengikuti pendidikan ini.

8. Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Bunda Rosmawati dan Bapak Achmad Yunus yang telah banyak membantu penulis dalam menghadapi masa-masa sulit.

9. Teristimewa sahabat-sahabat seperjuanganku tersayang Faisal Azwinsyah, Reni Indra Aristi, Eliani Sinaga, Dony Alfredo Hutapea, Abdi Fadhillah, Elvitanora, Nopriansyah, Heny Oktaviani, Leni Marlina, Dina Mustika dan Ratu Afrieny terima kasih telah menjadikan penulis sebagai bagian dari keluarga kalian, telah mau mendengarkan keluh kesah penulis, dan selalu memberikan dukungan semangat dan doa, semoga persaudaraan kita tak lekang oleh waktu.

10.Buat teman-teman seperjuangan di Peminatan Departemen Epidemiologi 2012, teman-teman Kenari 6 dan seluruh teman-teman ekstensi 2012 dan


(10)

banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk setiap doa dan motivasi yang diberikan.

11.Serta semua pihak yang telah berjasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,

pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Desember 2014


(11)

DAFTAR ISI

Hala man

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Malaria ... 8

2.2. Gejala Klinis Malaria ... 9

2.2.1. Stadium Dingin (Cold Stage) ... 9

2.2.2. Stadium Demam (Hot Stage) ... 9

2.2.3. Stadium Berkeringat (Sweating Stage) ... 10

2.3. Penyebab Malaria ... 11

2.4. Penularan Malaria ... . 12

2.5. Epidemiologi Penyakit Malaria... 13

2.5.1. Distribusi Penyakit Malaria ... 13

2.5.2. Determinan Penyakit Malaria ... 14

2.6. Parameter Pengukuran Malaria ... 19

2.7. Stratifikasi Malaria ... . 21

2.7.1. Daerah Endemik ... . 22

2.7.2. Daerah Reseptif ... . 22

2.7.3. Daerah Bebas Malaria ... . 23

2.8. Pengobatan Malaria ... 23

2.8.1. Pengobatan Malaria Klinis ... 23

2.8.2. Pengobatan Radikal... 23

2.8.3. Profilaksis ... 24

2.9. Pencegahan Malaria ... 24

2.7.1. Pencegahan Primer ... 24

2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 25


(12)

2.10. Kerangka Konsep Penelitian ... . 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1. Lokasi Penelitian ... . 28

3.2.2. Waktu Penelitian ... . 28

3.3. Populasi Dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... . 28

3.3.2. Sampel ... 28

3.4. Metode Pengumpulan Data ... . 29

3.5. Teknik Analisa Data ... 29

3.6. Defenisi Operasional ... ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bener Meriah ... 32

4.2. Karakteristik Umur... . 34

4.3. Karakteristik Jenis Kelamin ... 35

4.4. Karakteristik Tingkat Endemisitas (tempat tinggal) ... 35

4.5. Karakteristik Tahun ... ... 36

4.6. Annual Parasite Incidence (API) ... 37

4.7. Karakteristik Jenis Parasit... 38

4.8. Analisa Statistik... ... 39

4.8.1. Perbedaan Umur Dan Jenis Kelamin ... ... 39

4.8.2. Perbedaan Umur Dan Tingkat Endemisitas (tempat tinggal) ... 40

4.8.3. Perbedaan Umur Dan Jenis Parasit ... ... 41

4.8.4. Perbedaan Jenis Kelamin Dan Tingkat Endemisistas (tempat tinggal) 42 4.8.5. Perbedaan Jenis Kelamin Dan Jenis Parasit ... ... 43

4.8.6. Perbedaan Tingkat Endemisitas (tempat tinggal) Dan Jenis Parasit ... 44

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Trend Penyakit Malaria ... 45

5.2. Karakteristik Umur... . 46

5.3. Karakteristik Jenis Kelamin ... 47

5.4. Karakteristik Tingkat Endemisistas (tempat tinggal) ... 49

5.5. Karakteristik Waktu (tahun) ... 50

5.6. Annual Parasite Incidence (API) ... 51

5.7. Karakteristik Jenis Parasit... 53

5.8. Perbedaan Umur Dan Jenis Kelamin ... ... 54

5.9. Perbedaan Umur Dan Tingkat Endemisitas (tempat tinggal) ... .. 55

5.10. Perbedaan Umur Dan Jenis Parasit ... ... 57

5.11. Perbedaan Jenis Kelamin Dan Tempat Tinggal ... ... 59

5.12. Perbedaan Jenis Kelamin Dan Jenis Parasit ... ... 61


(13)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan………. 65

6.2. Saran……… 67


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1. Jumlah penduduk, Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga serta Kepadatan Berdasarkan Kecamatan di

Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013 ... 33

Tabel 4.1.2. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bener Meriah

Tahun 2013... 34

Tabel 4.1.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria positip Berdasarkan Umur di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013...

34

Tabel 4.1.4. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 35

Tabel 4.1.5. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 35

Tabel 4.1.6. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu (tahun) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 36


(15)

Tabel 4.1.7. Distribusi Proporsi Annual Parasite Incidence (API) Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tempat Tinggal Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah

Tahun 2009-2013... ... 37

Tabel 4.1.8. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan

Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013... 38

Tabel 4.1.9. Tabulasi Silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Kabupaten

Bener MeriahTahun2009-2013...39

Tabel 4.1.10. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Kabupaten Bener Meriah

Tahun 2009-2013...40

Tabel 4.1.11. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Parasit di Kabupaten

Bener Meriah Tahun2009-2013...41

Tabel 4.1.12. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Kabupaten Bener Meriah

Tahun 2009-2013...42 Tabel 4.1.13. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria


(16)

Kabupaten Bener Meriah

Tahun 2009-2013 ...43

Tabel 4.1.14. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) dan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Grafik Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun di

Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 ... 45

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Di Kabupaten Bener Meriah

Tahun 2009-2013... 46

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten

Bener Meriah Tahun 2009-2013 ... 47

Gambar 5.4 Diagram Bar Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) Di Kabupaten Bener Meriah Tahun

2009-2013 ... 49

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu (tahun) Di Kabupaten

Bener Meriah Tahun 2009-2013 ... 50

Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi proporsi Annual Parasite Incidence (API) Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tempat Tinggal Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun


(18)

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener

Meriah Tahun 2009-2013 ... 53

Gambar 5.8 Diagram Bar Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 ... 54

Gambar 5.9 Diagram Bar perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) Di Kabupaten Bener

Meriah Tahun 2009-2013 ... 55

Gambar 5.10 Diagram Bar Hubungan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur dan Jenis Parasit

Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 ... 57

Gambar 5.11 Diagram Bar Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal Di Kabupaten Bener Meriah Tahun

2009-2013 ... 59

Gambar 5.12 Diagram Bar Hubungan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis

Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013 ... 61

Gambar 5.13 Diagram Bar perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (TempatTinggal) dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener


(19)

(20)

ABSTRAK

Kabupaten Bener Meriah termasuk daerah endemis malaria dengan kategori LIA (Low Incidence Area). Jumlah penderita malaria klinis dari tahun 2009-2013 adalah 3.259 kasus dan jumlah penderita malaria positip dari tahun 2009-2013 adalah 247 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita malaria positip di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013.

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain case series, menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013. Sampel penelitian ini adalah total sampling sebanyak 247 orang. Data dianalisa secara deskriptif dan diuji secara statistik dengan Chi Square dengan 95% CI.

Hasil penelitian diperoleh proporsi penderita malaria positip tertinggi adalah pada kelompok umur > 14 tahun yaitu 95,1%, jenis kelamin laki-laki 72,5%, tingkat endemisitas (tempat tinggal) daerah endemis 88,3%, waktu (tahun) 2009, Annual Parasite Incidence (API) di wilayah kerja Puskesmas Ronga-ronga yaitu 5,54 ‰, jenis parasit Plasmodium Falciparum 76,5%. Hasil analisa statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan jenis parasit (p<0,001). Trend penyakit malaria positip dari tahun 2009-2013 menurun sebanyak 126 kasus dengan simple ratio penurunan 13,6 kali dan persentase penurunan 92%.

Disarankan pada bagi masyarakat kelompok umur > 14 tahun terutama laki-laki agar mengurangi berada di luar rumah pada malam hari, menggunakan obat anti nyamuk refelent atau menggunakan baju berlengan panjang. Bagi Pemerintah Kabupaten Bener Meriah agar dapat membuat strategi untuk mengurangi kejadian malaria dengan cara melakukan pendekatan faktor resiko khususnya yang berkaitan dengan kebijakan untuk menurunkan angka kejadian malaria. Pihak puskesmas sebaiknya melengkapi pencatatan kartu status pasien sehingga laporan ke Dinas Kesehatan lengkap.


(21)

ABSTRACT

District of Bener Meriah is classifiedinto malaria endemic area with catagory LIA (Low Incidence Area). The number of patient with clinical malaria during in 2009-2013 is 3.259 cases and the number of patient with positive malaria during 2009-2013 is 247 cases. The purpose of this study was to determine the characteristics of malaria patients in District of Bener Meriah in 2009-20013.

The descriptive study with series cases design was conducted using secondary data from the Health Office of Regency of Bener Meriah in 2009-2013. The sampel of study is total sampling are 247 patients. The data was analyzed descriptively and is tested statistically by Chi-Square with 95 % CI.

The result of research indicate the proportion of patient with positive malaria is higher in the age group > 14 years old for 95,1%, male 72,5%, the endemis area is 88,3%, time (year) 2009, an Annual Parasite Incidence (API) in the area of Puskesmas Ronga-ronga for 5,54%. The parasite Type is Plasmodium Falcifarum 76,5%. The result of statistical analysisindicates that there is a significant different beetwen gender and the type of parasite (P<0,001). The trend of malaria patients based on data for 2009-20013 showed a decrease for 126 cases with the decreasing simple ratio is 13,6 times and percentage of decreasing is 92%.

It is suggested to the society in the age of >14 years old specially male to avoid stay out door in the night, using the mosquito repellent or using the long sleeve shirt.The goverment of District of Bener Meriah have to make a strategy for decreasing of malaria with a vicinity of risk factor, specially for interrelating with policy for decreasing of malaria. The puskesmas must have medical record of patient as reporting to the health office.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari satu juta orang meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa.1

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2006, Incidence Rate (IR) malaria pada daerah yang berisiko 7,4% (247 juta kasus) dan Case Fatality Rate (CFR) 0,36% dimana hampir satu juta kematian terjadi pada anak-anak < 5 tahun. Kasus malaria terbanyak terjadi di Afrika yaitu 212 juta kasus (IR 32,7%).2

Pada tahun 2010, WHO menyatakan penyakit malaria masih terjadi di 99 negara. Ada 3,3 juta orang memiliki risiko terkena malaria dimana 86% kematian terjadi pada anak < 5 tahun dan sebagian besar berada di Sub-Sahara Afrika.3

Menurut Laihad dan Arbani dalam Harijanto (2010), malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Jumlah kabupaten/kota endemik tahun


(23)

2004 sebanyak 424 dari 579 kabupaten/kota dengan perkiraan persentase penduduk yang berisiko penularan sebesar 42,4%.4

Berdasarkan Ditjen PP dan PL Depkes RI pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di Pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten), Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, NAD, Sumatera Barat, dan Lampung dengan jumlah penderita 1.869 orang dan meninggal 11 orang (CFR 0,58%).Berdasarkan Ditjen Bina pelayanan medik Depkes RI tahun 2009, angka kematian (CFR) penderita yang disebabkan malaria untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61 % menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2009 CFR cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.5

Berdasarkan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan tahun 2008 angka kematian (CFR) penderita malaria di Indonesia 0,56%. Angka ini menurun pada tahun 2009 menjadi 0,01%. Pada tahun 2011 CFR malaria kembali meningkat menjadi 2x lipat yaitu 0,03%.6

Menurut Ditjen PP dan PL Kepmenkes RI 2012, Annual Parasit Incidence (API) Nasional tahun 2011 adalah 1,75 ‰. Provinsi dengan API yang tertinggi adalah Papua Barat 32,25 ‰ , Papua 23,34 ‰ dan NTT 14,75 ‰. Masih terdapat 11 provinsi lagi yang angka API diatas angka nasional seperti Maluku 3,97 ‰, Sulawesi Tengah 3,08 ‰, Kalimantan Tengah 3,08 ‰, Bengkulu 3,02 ‰, Sulawesi Utara 2,52 ‰, Maluku Utara 2,37 ‰, Kalimantan Selatan 2,29 ‰, Bangka Belitung 2,28 ‰, Kalimantan Barat 1,91 ‰, Sulawesi Barat 1,91 ‰ dan Gorontalo 1,90 ‰.7


(24)

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, insiden malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding tahun 2007 (2,9%) tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam jumlah penderita malaria. Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0%. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% pada tahun 2007 dan 28,6% pada tahun 2013), Nusa Tenggara Timur (6,8% pada tahun 2007 dan 23,3% pada tahun 2013), Papua Barat (6,7% pada tahun 2007 dan 19,4% pada tahun 2013), Sulawesi Tengah (5,1% pada tahun 2007 dan 12,5% pada tahun 2013), dan Maluku (3,8% pada tahun 2007 dan 10,7% pada tahun 2013). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur. Provinsi di Jawa-Bali merupakan daerah dengan prevalensi malaria lebih rendah dibanding provinsi lain, tetapi sebagian kasus malaria di Jawa-Bali terdeteksi bukan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan.8

Malaria masih merupakan masalah kesehatan utama di Provinsi Aceh. Pada tahun 2008 kasus malaria klinis sebanyak 23.303 kasus dan yang positif 3.528 kasus. Pada tahun 2009 ditemukan 29.655 kasus malaria klinis yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh. Data tahun 2011 menunjukkan bahwa wilayah Aceh Jaya merupakan daerah endemik tertinggi dengan nilai API mencapai 12,9 kasus ‰.9

Kabupaten Bener Meriah termasuk daerah endemis malaria dengan kategori LIA (Low Incidence Area). Kabupaten Bener Meriah adalah salah satu kabupaten hasil pemekaran daerah. Pada tahun 2003 kabupaten ini baru terbentuk


(25)

sedangkan sebelumnya masih tergabung dengan Kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten ini terdiri dari 10 kecamatan dengan kondisi geografi berupa daerah pegunungan dengan lingkungan hutan yang ditumbuhi beraneka ragam pohon antara lain kopi, kelapa, kakao, pinang dan kebun lada serta tumbuhan liar lainnya berupa perdu dan rumput.

Menurut laporan bulanan program malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah, sejak tahun 2009 sampai tahun 2013 kasus malaria klinis di Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai berikut : 654 kasus malaria klinis tahun 2009 dan yang positip 136 kasus, 594 kasus malaria klinis tahun 2010 dan yang positip 65 kasus, 554 kasus malaria klinis tahun 2011 dan yang positip 30 kasus, 638 kasus malaria klinis tahun 2012 dan yang positip 6 kasus dan 819 kasus malaria klinis tahun 2013 dan yang positip 10 kasus. Total penderita malaria klinis dari tahun 2009-2013 adalah 3.259 kasus dan total penderita malaria positip dari tahun 2009-2013 adalah 247 kasus.10

Dari data-data di atas, kasus malaria positip cenderung menurun setiap tahunnya, namun yang menjadi permasalahan, distribusi kasus malaria yang semula hanya terdapat di daerah endemis malaria, yaitu di Kecamatan Pintu Rime Gayo dan Kecamatan Timang Gajah, saat ini telah menyebar hingga di tiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Bener Meriah dan pada tahun 2013, terdapat 1 orang penderita meninggal dunia.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita malaria di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009 - 2013. 1.2. Rumusan Masalah


(26)

Belum diketahuinya karakteristik penderita malaria di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 - 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 - 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui trend penderita malaria di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan umur di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan

tingkat endemisitas (tempat tinggal) di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan waktu (tahun) di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013. f. Untuk mengetahui Annual Parasite Incidence (API) penderita malaria

berdasarkan wilayah kerja Puskesmas.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.


(27)

h. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

i. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan umur dan tingkat endemisitas (tempat tinggal) di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

j. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan umur dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

k. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan jenis kelamin dan tingkat endemisistas (tempat tinggal) di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

l. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan jenis kelamin dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

m. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan tingkat endemisitas (tempat tinggal) dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai informasi dan masukan bagi pengelola program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah.


(28)

b. Sebagai bahan dalam membuat kebijakan penanggulangan penyakit malaria di masa yang akan datang.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam penanggulangan penyakit malaria.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantara gigitan nyamuk Anopheles spp. Penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan sangat bervariasi menurut daerah penyebarannya, dimana lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab tinggi rendahnya angka kejadian malaria.11

Sejarah penemuan malaria bermula dari manusia beranggapan bahwa wabah malaria ada hubungannya dengan udara buruk. Malaria berasal dari istilah bahasa Italia yaitu mala yang artinya buruk dan aria yang artinya udara. Pada saat itu orang beranggapan udara buruk dari rawa-rawa merupakan penyebab malaria. Pada tahun 1880 seorang dokter militer yaitu Charles Louis Alphonse Laveran yang berkebangsaan Perancis bekerja di Aljazair, melakukan penelitian pada setiap penderita malaria. Pekerjaan ini dilakukan dengan tekun memeriksa darah setiap penderita, ternyata hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam sel-sel darah merah setiap penderita dijumpai organisme hidup yang berbentuk cincin. Organisme ini kemudian dikenal sebagai parasit malaria yang dinamakan plasmodium. Hasil penelitian Charles pada tahun 1880 ini menunjukkan bahwa penularan dari penyakit ini diduga melalui gigitan serangga. Perkembangan lebih lanjut yaitu pada tahun 1897, Ronald Ross yang berkebangsaan Inggris mempelajari tentang bagaimana penyakit malaria ini dapat ditularkan. Ternyata


(30)

telah dapat dibuktikan bahwa nyamuk Anopheles merupakan penular penyakit malaria.12,13

2.2. Gejala Klinis 11, 14, 15, 16

Secara klinis, gejala malaria sebagai infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme) yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum demam, penderita biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah. Pada penderita dengan infeksi majemuk atau campuran (lebih dari satu jenis plasmodium atau oleh satu jenis plasmodium, tetapi infeksi berulang dalam waktu berbeda), serangan demam terus menerus (tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang imun gejala klinisnya minimal. Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan, Yaitu :

2.2.1. Stadium Dingin (Cold Stage)

Stadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, penderita mungkin mengalami mual dan muntah dan pada anak balita sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit hingga 1 jam. 2.2.2. Stadium Demam (Hot Stage)

Setelah menggigil dan merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, seringkali terjadi mual dan muntah. Nadi menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat menjadi 410C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 – 12 jam. Demam


(31)

disebabkan oleh pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada plasmodiun vivax dan Plasmodium ovale, skizon tiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga timbul demam setiap hari ketiga terhitung dari serangan demam sebelumnya. Pada Plasmodium malariae demam terjadi setiap 72 jam (setiap hari ke empat) sehingga disebut malaria quartana. Pada Plasmodium facifarum, setiap 24 – 48 jam.

2.2.3. Stadium Berkeringat (Sweating Stage)

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sampai membasahi tempat tidur. Namun suhu badan pada stadium ini turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah normal. Gejala tersebut tidak selalu sama pada setiap penderita, bergantung pada spesies parasit, berat infeksi dan umur penderita. Gejala klinis berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh tertentu, seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah organ-organ tubuh tersebut. Gejala mungkin berupa koma, kejang sampai gangguan fungsi ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh malaria jenis ini. Pada Black water fever yang merupakan suatu komplikasi berat, ditemukan hemoglobin dalam urin sehingga urin berwarna merah tua atau hitam. Gejala lain Black water fever adalah ikhterus dan muntah berwarna seperti empedu. Black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi Plasmodium falcifarum berulang dengan infeksi yang cukup berat.


(32)

Di daerah endemisitas tinggi, pada orang dewasa seringkali tidak dijumpai gejala klinis meskipun dalam darahnya ditemukan parasit malaria. Hal tersebut disebabkan oleh imunitas yang telah timbul pada mereka karena infeksi berulang. Limpa biasanya membesar pada serangan pertama yang berat atau setelah beberapa serangan dalam periode yang cukup lama. Dengan pengobatan yang baik, limpa secara berangsur-angsur akan mengecil kembali.

2.3. Penyebab Malaria 14

Dikenal lima jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia secara alami, yaitu :

1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/vivax (demam tiap hari ketiga).

2. Plasmodium falcifarum, menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falcifarum (demam tiap 24 – 48 jam).

3. Plasmodium malariae, jarang dan dapat menimbulkan sindrome nefrotik dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari ke empat). 4. Plasmodium Ovale, dijumpai di daerah Afrika dan Fasifik Barat. Di

Indonesia dijumpai di Irian dan Nusa Tenggara, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

5. Plasmodium knowlesi, dilaporkan pertama kali pada tahun 2004, di daerah Serawak, Malaysia. Juga ditemukan di Singapura, Thailand, Myanmar


(33)

serta Filipina. Bentuk plasmodium menyerupai plasmodium malariae sehingga sering dilaporkan sebagai malaria malariae.

Masa inkubasi setiap jenis malaria berbeda-beda. Pada malaria vivax dan malaria ovale inkubasi berlangsung antara 10 sampai 17 hari, pada malaria falcifarum antara 8 sampai 12 hari dan pada malaria malariae, masa inkubasi berlangsung antara 21 sampai 40 hari.

2.4. Penularan Malaria 15

Malaria dapat ditularkan melalui dua cara, yaitu cara alamiah dan cara bukan alamiah.

a. Penularan secara alamiah (natural Infection), melalui gigitan nyamuk anopheles.

b. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu : - Malaria bawaan (congenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar

plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta, penularan terjadi melalui tali pusat.

- Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.


(34)

- Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.

2.5. Epidemiologi Malaria 2.5.1. Distribusi

a. Orang

Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil. Biasanya malaria tidak membedakan penderita berdasarkan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan untuk menginfeksi, akan tetapi yang paling beresiko adalah ibu hamil. Ibu hamil yang menderita malaria dapat mengalami anemia, malaria serebral, edema paru, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin menyebabkan abortus, persalinan prematur, berat badan bayi rendah dan kematian janin.17

b. Tempat

Batas penyebaran wilayah malaria adalah 640 lintang utara (Rusia) dan 320 lintang selatan (Argentina). Ketinggian yang memungkinkan parasit hidup adalah 400 meter di bawah permukaan laut (laut mati) dan 2600 di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropis sampai ke daerah tropis, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodiun falcifarum terutama menyebabkan malaria di Afrika, Asia dan daerah-daerah tropis lainnya.15


(35)

c. Waktu

Malaria merupakan penyakit tropis dan endemik yang kejadiannya diperkirakan menurut jam, hari, minggu, bulan dan tahun.18

2.5.2. Determinan

Penyebaran penyakit malaria sangat ditentukan oleh Host, Agent dan Environment. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut saling mendukung.

A. Host

i. Host Intermediate (Manusia)18

Secara umum setiap orang bisa terinfeksi oleh agent (parasit/plasmodium) atau penyebab penyakit lainnya dan merupakan tempat berkembang biaknya agent. Faktor-faktor intrinsik yang mempengaruhi kerentanan host terhadap agent, antara lain :

a. Usia

Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria karena daya tahan tubuhnya lebih lemah daripada orang dewasa. b. Jenis Kelamin

Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, akan tetapi apabila menginfeksi ibu hamil akan menyebabkan malaria yang berat.

c. Ras

Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya penderita sickle cell anemia dan avalositosis.


(36)

d. Riwayat Malaria

Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria berikutnya. e. Cara Hidup

Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan malaria. Misalnya ; tidur tidak memakai kelambu dan senang berada di luar rumah pada malam hari.

f. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan) pada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria.

g. Status Gizi

Masyarakat dengan gizi yang kurang baik serta tinggal di daerah endemis akan lebih rentan terhadap infeksi malaria.

h. Imunitas

Masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah terhadap infeksi malaria.

ii. Host Defenitive (Nyamuk Anopheles)

Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria, disamping itu faktor lain yang penting seperti : umur nyamuk, kerentanan nyamuk terhadap


(37)

infeksi gametosit, frekuensi menggigit manusia dan siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.18

B. Agent (Parasit/Plasmodium)14,16,19

Agent penyebab penyakit malaria sebabkan oleh protozoa obligat intraselular dari genus plasmodium. Terdapat lima jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, yaitu :

- Plasmodium malariae - Plasmodium vivax - Plasmodium falcifarum - Plasmodium ovale - Plasmodium knowlesi

Diantara kelima jenis plasmodium, plasmodium falcifarum merupakan penyebab utama terjadinya malaria berat. Parasit/Plasmodium hidup di dalam tubuh serta di dalam darah manusia. Parasit/plasmodium hidup dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual (pembiakan melalui kawin) dan hidup dalam tubuh manusia dalam tahap aseksual (pembiakan tidak kawin atau melalui pembelahan diri).

C. Environtment 13,18,20

Environment adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk akan berkembang biak bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan utuk proses kelangsunganhidupnya. Faktor-faktor lingkungan tersebut terbagi atas :


(38)

1. Lingkungan fisik a. Suhu Udara

Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan-perubahan di luar tubuhnya. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 250 – 270 C. Nyamuk dapat bertahan hidup dalam suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai di bawah suhu kritis dan pada suhu tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologisnya. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 100C atau lebih dari 400C.

b. Kelembaban Udara

Kelembaban udara yang rendah memperpendek umur nyamuk. Kelembaban juga mempengaruhi populasi, kebiasaan menggigit, kecepatan berkembang biak serta pola istirahat nyamuk.

c. Hujan

Hujan akan mempengaruhi naiknya kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembang biakan nyamuk (breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk anopheles.

d. Angin

Angin sangat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan angin 11 – 14 meter per detik atau 25 – 31 mil per jam akan menghambat terbang nyamuk. Secara langsung angin akan


(39)

mempengaruhi penguapan (evaporasi) air dan suhu udara (konveksi).

e. Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.

f. Arus Air

An. barbirostris menyukai tempat perindukan dengan air yang statis atau mengalir sedikit, An. minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras sedangkan An. Sundaicus menyukai tempat perindukan dengan air yang tergenang.

2. Lingkungan kimiawi

Lingkungan yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. Contoh : An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau.

3. Lingkungan biologi.

Lingkungan biologis merupakan salah satu determinan yang memberikan wahana bagi nyamuk untuk berkembang, berbagai tumbuhan baik yang berada di darat misal tumbuhan yang besar dan membentuk suatu kawasan perkebunan atau hutan akan berfungsi menghalangi masuknya sinar matahari ke permukaan tanah, dengan demikian maka pencahayaan akan rendah, suhu rendah, dan kelembaban akan tinggi. Kondisi seperti inilah yang sangat disenangi


(40)

oleh nyamuk untuk beristirahat setelah menghisap darah hospes sambil menunggu proses pematangan telur. Larva juga menyukai breeding site yang ada tumbuhan air misalnya lumut, bakau, ganggang akan lebih disukai karena selain digunakan sebagai tempat berlindung dari predator dan kemungkinan flushing atau hanyut terbawa oleh aliran air.

4. Lingkungan sosial budaya

Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik (lebih suka hinggap/ istirahat di luar rumah) dan eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu, kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria dan pembukaan lahan dapat menimbulkan tempat perindukan buatan manusia sendiri (man made breeding places).

2.6. Parameter Pengukuran Epidemiologi Malaria 13,18

Untuk mengetahui kejadian dan pola suatu penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat, kita harus mempunyai alat atau metode pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan distribusi penyakit tersebut. Dalam studi epidemiologi yang paling utama diperlukan adalah alat pengukuran frekuensi penyakit. Pengukuran frekuensi penyakit tersebut dititikberatkan pada angka kesakitan dan angka kematian yang terjadi dalam masyarakat.


(41)

Frekuensi penyakit dalam epidemiologi biasanya dalam perbandingan antara populasi. Unsur dalam perbandingan tersebut adalah pembilang (Numerator), penyebut (Denominator) dan waktu atau jarak (periode). Alat ukur yang biasa dipakai adalah rate dan ratio. Adapun ukuran-ukuran yang dipakai khususnya dalam penyakit malaria adalah sebagai berikut:

2.6.1. Annual Parasit Incidence (API)

Adalah angka kesakitan per 1.000 penduduk dalam satu tahun, jumlah sediaan darah positif dibandingkan dengan jumlah penduduk, dinyatakan dalam permil (‰).

API =Jumlah penderita SD positif dalam satu tahun

Jumlah penduduk tahun tersebut x 1.000

2.6.2. Annual Malaria Incidence (AMI)

Adalah angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk dalam satu tahun dinyatakan dalam permil (‰).

AMI =Jumlah penderita malaria klinis dalam satu tahun

Jumlah penduduk tahun tersebut x 1.000

2.6.3. Case Fatality Rate (CFR)

Digunakan untuk mengukur angka kematian (kematian disebabkan oleh malaria falciparum) dibandingkan dengan jumlah penderita falciparum pada periode waktu yang sama.

CFR =

Jumlah penderita meninggal karena malaria falciparum pada periode waktu tertentu

Jumlah penderita malaria falciparum pada periode waktu yang sama


(42)

2.6.4. Annual Blood Examination Rate (ABER)

Jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap semua penduduk dalam satu tahun dan dinyatakan dalam persen (%).

ABER = Jumlah SD yang diperiksa dalam satu tahun

Jumlah penduduk tahun tersebut x 100%

2.6.5. Slide Positif Rate (SPR)

Adalah persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh sediaan darah yang diperiksa, dinyatakan dalam persen (%).

SPR = Jumlah sedian darah positif

Jumlah seluruh sedian darah yang diperiksax 100%

2.6.6. Parasit Rate (PR)

Adalah semua SPR tetapi PR ini digunakan pada kegiatan survey malariometrik terhadap anak berumur 0-9 tahun.

PR = Jumlah sedian darah positif

Jumlah seluruh sedian darah yang diperiksax 100%

2.6.7. Spleen Rate (SR)

Adalah adanya pembesaran limpa pada golongan umur tertentu terhadap jumlah penduduk yang diperiksa limpanya pada golongan umur yang sama dan tahun yang sama, dinyatakan dalam persen (%).

SR =Jumlah anak (2−9 tahun)yang membesar limpanya

Jumlah anak (2−9 tahun)yang diperiksa limpanya x 100%

2.7. Stratifikasi Daerah Malaria 4,13

Dalam kegiatan pemberantasan malaria, maka dapat dibuat stratifikasi daerah malaria yaitu :


(43)

2.7.1. Daerah Endemik

Adalah daerah yang setiap tahun ada kasus malaria dengan diagnosis laboratorium positif plasmodium.

2.7.2. Daerah Reseptif

Adalah daerah yang kasus positip malaria tidak ditemukan tetapi ditemukan vector Anopheles Spp.

a. Stratifikasi menurut insiden malaria

Kriteria didasarkan kepada AMI yaitu jumlah penderita malaria klinis di suatu wilayah (desa) pada saat setiap 1.000 penduduk di wilayah tersebut dalam satu tahun, dinyatakan dalam permil. Maka dapat dibagi daerah malaria sebagai berikut:

a.1 Low Insidence Area (LIA) : AMI < 50‰ a.2 Medium Insidence Area (MIA) : AMI 51-200‰ a.3 High Insidence Area (HIA) : AMI >200‰

b. Stratifikasi menurut endemisitas malaria yang didapatkan dari pemeriksaan pembesaran limpa (SR=Spleen Rate) dari hasil kegiatan survei malariometrik pada umur 2-9 tahun, maka daerah malaria dapat dibagi sebagai berikut :

b.1 Hipo-endemik : SR < 10% b.2 Meso-endemik : SR 10-50% b.3 Hiper-endemik : SR 50%


(44)

c. Stratifikasi menurut prevalensi malaria

Didapatkan dari hasil pemeriksaan sediaan darah (SD) positif dari kegiatan survei malariometrik, maka daerah malaria dapat dibagi sebagai berikut :

c.1 Low Prevalence Area (LPA) : PR < 2% c.2 Medium Prevalence Area (MPA) : PR 2 - 4% c.3 High Prevalence Area (HPA) : PR > 4% 2.7.3. Daerah Bebas Malaria

Adalah daerah yang tidak ditemukan vektor dan tidak ada kasus malaria positip selama tiga tahun terakhir secara berturut-turut.

2.8. Pengobatan Malaria 21

Pengobatan malaria bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi kerugian akibat sakit. Selain itu, upaya pengobatan mempunyai peranan penting lainnya yaitu mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari orang yang sakit kepada orang yang sehat. Ada beberapa cara pengobatan malaria :

2.8.1. Pengobatan Malaria Klinis

Pengobatan penderita berdasarkan diagnosa klinis tanpa dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan ini ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan tersebut.

2.8.2. Pengobatan Radikal

Pengobatan malaria berdasarkan diagnosis klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium sediaan darah positif. Pengobatan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kambuh/relapse.


(45)

2.8.3. Pengobatan Massal (Mass Drug Administration = MDA)

Pengobatan massal pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria, mencakup >80% jumlah penduduk daerah KLB. Sebagai bagian dari upaya penanggulangan malaria.

2.8.4. Profilaksis

Pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi dan ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria.

2.9. Pencegahan Malaria 2.9.1. Pencegahan Primer

a. Tindakan pencegahan terhadap manusia22

Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.

b. Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium)

Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif mengurangi paparan dengan nyamuk namun tidak dapat menghilangkan sepenuhnya risiko terkena infeksi. Diperlukan upaya tambahan, yaitu kemoprofilaksis untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk infeksius. Dulu malaria diobati dengan klorokuin, setelah ada laporan resistensi, saat ini telah dikembangkan pengobatan baru dengan


(46)

tidak menggunakan obat tunggal saja tetapi dengan kombinasi yaitu dengan (ACT) Artemisinin Based Combination Therapy. 5

d. Tindakan pengendalian vektor.12,13

Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi menggunakan insektisida), biological control (menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan dan lain-lain. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/indoor residual spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable, affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholder dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.

2.9.2. Pencegahan Sekunder 22,23

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan yang ditujukan kepada mereka yang sudah tertular oleh parasit penyebab malaria atau


(47)

menderita malaria positip. Pencegahan sekunder pada penderita malaria dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

a. Pencarian secara aktif penderita malaria melalui skrining dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.

b. Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat serta adekuat untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah komplikasi.

c. memperbaiki status gizi guna membantu proses penyembuhan. 2.9.3. Pencegahan Tertier

a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria

Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat karena infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria berat:

- Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin

- Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas - Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda

vital untuk mencegah memburuknya fungsi organ vital. b. Rehabilitasi mental/psikologis

Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria,


(48)

melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.

2.10. Kerangka Konsep

KARARTERISTIK PENDERITA MALARIA

1. Trend Tahun 2. Orang

- Umur

- Jenis Kelamin 3. Tempat

- Kabupaten 4. Waktu

- Tahun 2009-2013

5. Annual Parasite Incidence (API) 6. Jenis Parasit


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain Case Series, menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bener Meriah dengan pertimbangan Kabupaten Bener Meriah adalah daerah endemis malaria serta tersedianya data penderita malaria tahun 2009 – 2013 dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita malaria.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Desember 2014. 3.3. Populasi dan Sampel24,25,26

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data penderita malaria positip selama tahun 2009-2013 yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah yaitu 247 orang.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini di gunakan total sampling. Sampel dalam penelitan ini adalah penderita yang positip malaria dengan jumlah 247 orang.


(50)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013.

3.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer melalui program SPSS, data dianalisa secara deskriptif dan diuji secara statistik dengan Chi Square kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi proporsi, grafik, bar dan pie.

3.6. Defenisi Operasional

3.6.1. Penderita malaria adalah manusia atau pejamu yang didiagnosa menderita penyakit malaria positip yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah.

3.6.2. Umur adalah usia penderita malaria yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah, dikategorikan atas :

1. < 4 tahun 2. 5-14 tahun 3. > 15 tahun

Untuk uji statistik dikategorikan atas : 1. < 14 tahun

2. > 14 tahun

3.6.3. Jenis Kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki individu yang membedakan dengan individu lain, yaitu :

1. Laki-laki 2. Perempuan


(51)

3.6.4. Jenis Parasit Malaria adalah parasit Plasmodium yang menyebabkan terjadinya Malaria, dikategorikan atas :

1. Plasmodium falcifarum 2. Plasmodium Vivax 3. Plasmodium Mixed

3.6.5. API adalah angka kesakitan per 1.000 penduduk dalam 1 tahun, jumlah sediaan darah positip dibandingkan dengan jumlah penduduk, dinyatakan dalam per mil (‰) :

API = Jumlah Penderita SD Positip dalam 1 tahun Jumlah Penduduk tahun tersebut

x 1.000

3.6.6. Tempat Tinggal adalah daerah asal dimana penderita bertempat tinggal yaitu : wilayah kerja Puskesmas yang di kategorikan atas :

1. Pante Raya 2. Simpang Teritit 3. Simpang Tiga 4. Bandar

5. Buntul Kemumu 6. Samar Kilang 7. Lampahan 8. Ronga-ronga 9. Singah Mulo 10.Blang Rakal

Untuk uji statistik dikategorikan atas tingkat endemisitas (tempat tinggal):

1. Daerah Endemis (Pante Raya, Simpang Tiga, Bandar, Buntul Kemumu, Ronga-ronga, Singah Mulo dan Blang Rakal)


(52)

3.6.7. Waktu adalah satuan waktu terjadi penyakit malaria pada wilayah tertentu di Kabupaten Bener Meriah diikategorikan atas :

1. 2009 2. 2010 3. 2011 4. 2012 5. 2013


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bener Meriah27

Kabupaten Bener Meriah secara administrasi merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibukota Simpang Tiga Redelong yang terletak antara 40 33’50” – 40 54’50” Lintang Utara dan 960 40’75” – 970 17’50” Bujur Timur di median Provinsi Aceh. Luas wilayah Kabupaten Bener Meriah adalah 1.919,70 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bireuen

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah

Secara tofografi wilayah Kabupaten Bener Meriah berada di dataran Bukit Barisan dengan tanah yang berbukit-bukit dan sedikit berlembah dengan kemiringan tanah berkisar antara 00 – 30 sekitar 2%, 30 – 80 sekitar 8,5%, 50 – 400 sekitar 54,4% dan di atas 400 sekitar 35,36%. Tinggi rata-rata di atas permukaan laut 1000-2500 meter. Kondisi ini menjadikan Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah yang amat subur sebagai wilayah pertanian.

Kabupaten Bener Meriah termasuk kawasan beriklim tropis dengan curah hujan setiap tahunnya berkisar antara 143 – 178 hari. Temperatur maksimum berkisar 80C – 230C. Kelembaban maksimum relatif 75,8% dan minimum 20%. Musim hujan biasanya pada bulan September – Februari sedangkan musim kemarau pada bulan Maret – Agustus.


(54)

Jumlah penduduk di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2013 berjumlah 131.999 terdiri dari 66.803 jiwa laki-laki dan 65.196 jiwa perempuan. Penyebaran kepadatan penduduk di 10 Kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1.1 di bawah ini : Tabel 4.1.1 Jumlah penduduk, Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga serta

Kepadatan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013.

Kecamatan Luas

(Km2)

Pendudu k

Jumlah rumah tangga

Kepadatan/K m2

Pintu Rime Gayo 223,56 11.426 3.014 51,11

Gajah Putih 72,57 8.117 2.192 111,85

Timang Gajah 98,28 18.237 4.817 185,56

Weh Pesam 66,28 22.162 5.639 334,37

Bukit 110,95 23.997 5.913 216,29

Bandar 88,1 22.760 5.925 258,34

Bener Kelipah 20,75 4.162 1.006 200,58

Permata 159,66 16.340 4.069 102,34

Syiah Utama 793 1.405 371 1,77

Mesidah 286,83 3.393 989 11,83

Jumlah 1.919,7 131.999 33.935 68,76

Penyebaran penduduk antar kecamatan sangat bervariasi dimana jumlah penduduk di kecamatan yang dekat dengan Ibukota Kabupaten lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan yang jauh dengan pusat kota kabupaten. Jumlah penduduk yang relatif banyak terdapat di Kabupaten Bandar, Timang Gajah, Bukit dan Wih Pesam dan yang paling sedikit di Kecamatan Syiah Utama.

Bila kepadatan penduduk dilihat berdasarkan kecamatan yang ada, maka Kecamatan Wih Pesam yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 334,37 per Km2. Hal ini dimungkinkan karena Kecamatan Wih Pesam merupakan


(55)

kecamatan yang paling dekat dan merupakan jalur lintasan ke Ibukota Kabupaten Bener Meriah serta memiliki luas wilayah paling kecil.

Kabupaten Bener Meriah memiliki 10 unit puskesmas, dimana 5 diantaranya adalah puskesmas rawat inap dan 5 puskesmas rawat jalan.

Tenaga kesehatan yang bertugas di Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat pada tabel 4.1.2 berikut ini :

Tabel 4.1.2. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013.

Jenis Tenaga Orang

Dokter Spesialis 7

Dokter Umum 33

Dokter Gigi 8

Bidan 346

Perawat 190

Perawat Gigi 16

Farmasi 25

Kesehatan Masyarakat 38

Sanitasi 21

Gizi 14

Jumlah 698

4.2. Karakteristik penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria positip Berdasarkan Umur di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Umur (tahun) f %

< 14 tahun 12 4,9

> 14 tahun 235 95,1


(56)

Dari Tabel 4.1.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, lebih banyak ditemukan pada kelompok umur > 14 tahun yaitu 235 orang (95,1%) sedangkan pada kelompok umur < 14 tahun sebanyak 12 orang (4,9%).

4.3. Karakteristik penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.4. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 179 72,5

Perempuan 68 27,5

Jumlah 247 100,0

Dari Tabel 4.1.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 179 orang (72,5%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan yaitu 68 orang (27,53%).

4.4. Karakteristik penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.5 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Wilayah Kerja

Puskesmas

f (%)

Daerah Endemis 218 88,3

Daerah Non Endemis 29 11,7


(57)

Dari tabel 4.1.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan tingkat endemisitas (tempat tinggal) di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, lebih banyak ditemukan pada daerah endemis malaria yaitu 218 orang (88,3%) sedangkan pada daerah non endemis malaria yaitu 29 orang (11,7%).

4.5. Karakteristik penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu (tahun) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.6. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu (tahun) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Waktu (tahun) f %

2009 2010 2011 2012

136 65 30 6

55,1 26,3 12,1 2,4

2013 10 4

Jumlah 247 100,0

Dari tabel 4.1.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan waktu (tahun) di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, lebih banyak ditemukan pada tahun 2009 sebanyak 136 orang (55,1%) sedangkan yang terkecil pada tahun 2012 sebanyak 6 orang (2,4%).


(58)

4.6. Distribusi proporsi Annual Parasite Incidence (API) penderita Malaria Positip Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2015.

Tabel 4.1.7 Distribusi Proporsi Annual Parasite Incidence (API) Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tempat Tinggal (Wilayah Kerja Puskesmas) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Kecamatan Wilayah Kerja

Puskesmas f

Jumlah Penduduk

API (‰) Weh Pesam Pante Raya

Simpang Teritit 12 22.162 0,54

Bukit Simpang Tiga 5 23.997 0,20

Bandar Bandar 37 26.922 1,37

Permata Buntul Kemumu 64 16.340 3,91

Syiah Utama Samar Kilang 9 4.798 1,87

Timang Gajah Lampahan 18 18.237 0,98

Gajah Putih Ronga-ronga 45 8.117 5,54

Pintu Rime Gayo Singah Mulo

Blang Rakal 57 11.462 4,98

Jumlah 247 131.999 1,87

Dari Tabel 4.1.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan Annual Parasite Incidence (API) di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, API tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ronga-ronga yaitu 5,54 ‰ dan yang terendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yaitu 0,20 ‰.


(59)

4.7. Distribusi Proporsi penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.8 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Jenis Parasit f %

Plasmodium Falciparum 189 76,5

Plasmodium Vivax 56 22,7

Plasmodium Mixed 2 0,8

Jumlah 247 100,0

Dari Tabel 4.1.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, lebih banyak ditemukan penderita malaria positip dengan jenis parasit Plasmodium Falciparum yaitu 189 orang (76,5%) sedangkan jenis parasit Plasmodium Vivax yaitu 56 orang (22,7%) dan dengan jenis parasit Plasmodium Mixed yaitu 2 orang (0,8 %).


(60)

4.8. Analisa Statistik

4.8.1. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.9 Tabulasi Silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan % f %

< 14 tahun 6 50 6 50 12 100

> 14 tahun 173 73,6 62 26,4 235 100

X2 = 3,192 df = 1 p = 0,096

Dari tabel 4.1.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, penderita malaria positip berjenis kelamin laki-laki pada kelompok umur > 14 tahun yaitu 173 orang (73,6%) dan pada kelompok umur < 14 tahun sebanyak 6 orang (50%), sedangkan pada penderita malaria positip berjenis kelamin perempuan, pada kelompok umur > 14 tahun yaitu 62 orang (26,4%) dan pada kelompok umur < 14 tahun yaitu 6 orang (50%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,096 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan jenis kelamin.


(61)

4.8.2. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.10. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Umur

Tempat Tinggal Jumlah

Endemis % Non

Endemis

% f %

< 14 tahun 11 91,7 1 8,3 12 100

> 14 tahun 207 88,1 28 11,9 235 100

X2 = 0,141 df = 1 p = 1,000

Dari tabel 4.1.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan tingkat endemisitas (tempat tinggal) di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, penderita malaria positip pada kelompok umur > 14 tahun yaitu sebanyak 207 orang (88,3%) dan pada kelompok umur < 14 tahun yaitu sebanyak 11 orang (91,7%), bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan pada kelompok umur > 14 tahun, yaitu sebanyak 28 orang (11,9 %) dan pada kelompok umur < 14 tahun yaitu sebanyak 1 orang (8,3%) bertempat tinggal di daerah non endemis malaria.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 1,000 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan tempat tinggal.


(62)

4.8.3. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.11. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Jenis Parasit Umur Jumlah

< 14 tahun % >14 tahun % f %

P.Falcifarum 12 6,3 177 93,7 189 100

P.Vivax 0 0 56 100 56 100

P.Mixed 0 0 2 100 2 100

X2 = 3,871 df = 2 p = 0,162

Dari tabel 4.1.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, penderita malaria positip pada kelompok umur > 14 tahun yaitu sebanyak 177 orang (93,7%) dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum, sebanyak 56 orang (100%) dengan jenis parasit Plasmodium Vivax dan sebanyak 2 orang (100%) dengan jenis parasit Plasmodium Mixed. Pada kelompok umur < 14 tahun, penderita malaria positip yaitu sebanyak 12 orang (6,3%) dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel (50%) yang mempunyai expected count < 5.


(63)

4.8.4. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.12. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Jenis Kelamin Tempat Tinggal Jumlah

Endemis % Non Endemis % f %

Laki-laki 159 88,8 20 11,2 179 100

Perempuan 59 86,8 9 13,2 68 100

X2 = 0,202 df = 1 p = 0,653

Dari tabel 4.1.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan tingkat endemisitas (tempat tinggal) di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, penderita malaria positip dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 159 orang (88,8%) dan jenis kelamin perempuan yaitu 59 orang (86,8%) bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan penderita malaria positip dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 20 orang (11,2%) dan jenis kelamin perempuan yaitu 9 orang (13,2%) bertempat tinggal di daerah non endemis malaria.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,653 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal.


(64)

4.8.5. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.13. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Jenis Parasit Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan % f %

P.Falcifarum 153 81 36 19 189 100

P.Vivax 24 42,9 32 57,1 56 100

P.Mixed 2 100 0 0 2 100

X2 = 32,190 df = 2 p = 0,001

Dari tabel 4.1.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, penderita malaria positip dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 153 orang (81%) dengan jenis parasit Plasmodium falcifarum, sebanyak 24 orang (42,9%) dengan jenis parasit Plasmodium Vivax dan sebanyak 2 orang (100%) dengan jenis parasit Plasmodium Mixed, sedangkan penderita malaria positip dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 36 orang (19%) dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum dan sebanyak 32 orang (57,1%) dengan jenis parasit Plasmodium Vivax.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,001 artinya ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan jenis parasit.


(65)

4.8.6. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) Dan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Tabel 4.1.14. Tabulasi silang Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) dan Jenis Parasit di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Jenis Parasit

Tempat Tinggal Jumlah

Daerah Endemis

% Daerah Non Endemis

% f %

P.Falcifarum 165 87,3 24 12,7 189 100

P.Vivax 52 92,9 4 7,1 56 100

P.Mixed 1 50 1 50 2 100

X2 = 4,135 df = 2 p = 0,129

Dari tabel 4.1.14 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip berdasarkan tingkat endemisitas (tempat tinggal) dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, penderita malaria positip dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum yaitu 165 orang (87,3%), sebanyak 52 orang (92,9%) dengan jenis parasit Plasmodium Vivax dan sebanyak 1 orang (50%) dengan jenis parasit Plasmodium Mixed, bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan penderita malaria positip dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum yaitu 24 orang (12,7%), sebanyak 4 orang (7,1%) dengan jenis parasit Plasmodium Vivax dan sebanyak 1 orang (50%) dengan jenis parasit Plasmodium Mixed, bertempat tinggal di daerah non endemis malaria.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,129 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan tempat tinggal dan jenis parasit.


(66)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Trend Penyakit Malaria Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Gambar 5.1. Grafik Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Dari Gambar 5.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan tahun di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013 jumlah penderita malaria positip tertinggi ada pada tahun 2009 yaitu 136 penderita dan yang terendah pada tahun 2012 yaitu 6 penderita. Frekuensi kasus malaria positip dari tahun 2009-2013 menurun sebanyak 126 kasus dengan simple ratio penurunan 13,6 kali dan persentase penurunan 92%.

Terjadinya penurunan kasus malaria kemungkinan disebabkan oleh intervensi yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Bener Meriah dan instansi terkait serta bekerja sama dengan pihak Non Goverment Organization (NGO), diantaranya adalah penemuan kasus aktif penderita malaria melalui skrining dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus

136 65 30 6 10 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160

2009 2010 2011 2012 2013


(67)

malaria, melakukan kegiatan survei darah atau Mass Blood Survey (MBS) yang dilakukan di daerah endemis malaria, melakukan penyemprotan di daerah endemis, melakukan pemeriksaan malaria dan pengobatan gratis serta membagikan kelambu berinsektisida.

5.2. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Gambar 5.2. Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Dari gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbesar yaitu pada kelompok umur > 14 tahun sebesar 95% dan proporsi terkecil pada kelompok umur < 14 tahun sebesar 5%.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria karena daya tahan tubuhnya lebih lemah daripada orang dewasa.

95% 5%

Umur

> 14 tahun


(68)

Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti kekebalan, keadaan gizi, kebiasaan, lingkungan tempat tinggal dan hal lainnya yang mendukung.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syamsuri (2007) di Kabupaten Lingga yang mendapatkan hasil bahwa proporsi terbesar penderita malaria pada kelompok umur > 15 tahun sebesar 65,9%.28

5.3. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Gambar 5.3. Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Dari gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbesar yaitu jenis kelamin laki-laki sebesar 72% dan proporsi terkecil pada jenis kelamin perempuan sebesar 28%.

Hal ini diasumsikan oleh karena perilaku penderita laki-laki yang sering beraktivitas di luar rumah pada malam hari baik karena faktor pekerjaan maupun

72% 28%

Jenis Kelamin

Laki-laki


(69)

kebudayaan, namun secara teori risiko terkena malaria tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Kebiasaan penderita laki-laki-laki-laki untuk berada di luar rumah sampai larut malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik (lebih suka hinggap/ istirahat di luar rumah) dan eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu, kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria serta pembukaan lahan untuk perkebunan yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dapat menimbulkan tempat perindukkan nyamuk buatan manusia sendiri (man made breeding places).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yulius di Puskesmas Rawat Inap Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau (2007) yang mendapatkan hasil bahwa proporsi terbesar penderita malaria pada jenis kelamin laki-laki sebesar 63,3%.29 Menurut penelitian Panggabean di Kota Dumai tahun 2005-2009 menyatakan bahwa berdasarkan jenis kelamin proporsi penderita malaria laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan sex ratio 1,72.30


(70)

5.4. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) Wilayah Kerja Puskesmas Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Gambar 5.4. Diagram Bar Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas (Tempat Tinggal) di Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Dari gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbanyak yaitu 88% bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan proporsi penderita malaria positip terkecil yaitu sebanyak 12% bertempat tinggal di daerah non endemis malaria.

Daerah endemik adalah daerah yang setiap tahun ada kasus malaria dengan diagnosis laboratorium positip plasmodium.13 Sementara menurut Timreck (2005), endemi adalah berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakityang terus menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu.33 Tingginya penderita malaria positip di daerah endemis malaria disebabkan karena keadaan menetap dari kasus malaria, dimana kondisi geografi

88% 12%

Daerah Endemis


(71)

tempat tinggal penderita malaria yang memungkinkan berupa daerah dataran tinggi dengan lingkungan perkebunan kopi dan hutan sehingga hal tersebut mempengaruhi kepadatan nyamuk yang berarti ; ada orang dan ternak sebagai sumber makanan nyamuk, rumah dengan halaman perkebunan kopi yang cocok untuk tempat hinggap dan istirahat nyamuk serta ada sumber air beserta genangan air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.20

5.5. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu (tahun) Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Gambar 5.5. Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu (tahun) Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Dari gambar 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbanyak terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 55%, sedangkan penderita malaria positip terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6%.

55% 26%

12% 3%

4%

Tahun

2009

2010

2011

2012


(72)

Tingginya penderita malaria pada tahun 2009 kemungkinan disebabkan oleh karena belum intensifnya intervensi dari Pemerintah Kabupaten Bener Meriah berupa pencarian kasus aktif, melakukan kegiatan survei darah, penyemprotan daerah endemis malaria, pembagian kelambu berinsektisida dan pemeriksaan malaria serta pengobatan gratis pada masyarakat yang berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan kejadian malaria.

5.6. Distribusi proporsi Annual Parasite Incidence (API) Penderita Malaria Positip Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Gambar 5.6. Diagram Bar Distribusi proporsi Annual Parasite Incidence

(API) Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tempat Tinggal Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Dari gambar 5.6. di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan wilayah kerja puskesmas dengan API tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Ronga-0,54

0,2

1,37

3,91

1,87

0,98

5,54

4,98

Annual Parasite Incidence (API)


(1)

161 3 1 1 2 1

162 3 1 1 2 1

163 3 1 1 2 1

164 3 1 1 2 1

165 3 1 1 2 1

166 3 1 1 2 1

167 3 1 1 2 1

168 3 1 1 2 1

169 3 1 1 2 1

170 3 1 1 2 1

171 3 1 1 2 1

172 3 1 1 2 1

173 3 1 1 2 1

174 3 1 2 2 1

175 3 1 2 2 1

176 3 1 2 2 1

177 3 1 2 2 1

178 3 1 2 2 1

179 3 1 2 2 3

180 3 1 1 2 1

181 3 1 1 2 1

182 3 1 1 2 1

183 3 1 1 2 1

184 3 1 1 2 1

185 3 1 1 2 1


(2)

187 3 1 1 2 2

188 3 1 1 2 1

189 3 1 1 2 1

190 3 1 1 2 1

191 3 1 1 2 1

192 3 1 1 2 1

193 3 2 1 2 2

194 3 2 1 2 1

195 3 2 1 2 2

196 3 2 1 2 2

197 3 2 1 2 2

198 3 2 1 2 2

199 3 2 1 2 2

200 3 2 1 2 2

201 3 2 1 2 2

202 2 1 1 3 1

203 3 1 1 3 1

204 3 1 1 3 1

205 3 1 1 3 1

206 3 1 1 3 1

207 3 1 1 3 1

208 3 1 1 3 1

209 3 1 1 3 1

210 3 1 1 3 1

211 3 1 1 3 2

212 3 1 1 3 2


(3)

215 3 1 1 3 1

216 3 1 1 3 1

217 3 1 1 3 1

218 3 1 1 3 2

219 3 1 1 3 1

220 3 2 1 3 1

221 3 2 1 3 1

222 3 2 1 3 1

223 3 2 1 3 1

224 3 2 1 3 1

225 3 2 1 3 1

226 3 2 1 3 1

227 3 2 1 3 1

228 3 2 1 3 1

229 3 2 1 3 1

230 3 2 1 3 1

231 3 2 1 3 1

232 3 1 1 4 1

233 3 1 1 4 1

234 3 1 1 4 2

235 3 1 2 4 2

236 3 1 1 4 1

237 3 1 1 4 1

238 3 1 1 5 1

239 3 1 2 5 1


(4)

241 3 1 1 5 1

242 3 1 1 5 3

243 3 1 2 5 1

244 3 1 2 5 1

245 3 1 2 5 2

246 3 1 1 5 1


(5)

(6)