Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA USAHATANI KOPI ARABIKA GAYO DI
KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ULYA ZAINURA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Perilaku
Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten
Bener Meriah Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Ulya Zainura
NIM H351130581

RINGKASAN
ULYA ZAINURA. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja
Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.
Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan BURHANUDDIN.
Kopi Arabika Gayo merupakan salah satu komoditas perdagangan
subsektor perkebunan yang mempunyai peluang memperbesar pendapatan negara
dan meningkatkan penghasilan petani. Pengelolaan perkebunan kopi rakyat ini
diusahakan secara tradisional dengan teknologi budidaya yang masih rendah,
sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja usahatani kopi
Arabika Gayo. Banyak faktor yang mempengaruhi pola usahatani kopi Arabika
Gayo secara tradisional yang selama ini dilakukan. Faktor kewirausahaan
menentukan berhasil tidaknya petani dalam menyesuaikan perubahan lingkungan
usahatani, dan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas usahatani kopi
Arabika Gayo yaitu dengan meningkatkan sumber daya internal, di antara sumber
daya internal yang paling penting adalah perilaku kewirausahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik individu
petani kopi Arabika Gayo, menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu
(internal factor) dan iklim bisnis (external factor) terhadap perilaku
kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo, dan menganalisis pengaruh perilaku
kewirausahaan terhadap perpsektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, karena
merupakan sentra kopi Arabika Gayo. Data penelitian dikumpulkan melalui
kuesioner pada 105 petani kopi Arabika Gayo, sedangkan teknik pengambilan
responden secara simple random sampling. Selanjutnya data yang diperoleh
diolah dengan alat analisis structural equation modeling (SEM) dengan bantuan
software LISREL 8.3. Variabel laten eksogen yaitu karakteristik individu dan
lingkungan bisnis, sedangkan variabel laten endogen yaitu perilaku kewirausahaan
dan perspektif kinerja usahatani.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa adanya karakteristik petani
sebagai wirausaha pada usahatani kopi Arabika Gayo, dan semakin lama
pengalaman yang dimiliki petani pada usahatani kopinya maka karakteristik
sebagai wirausaha akan semakin kuat. Sementara untuk hasil analisis SEM
menghasilkan bahwa faktor internal karakteristik individu petani (KI) tidak
memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku kewirausahaan petani. Variabel yang
paling besar mencerminkan karakteristik individu pada petani kopi Arabika Gayo

adalah pengalaman. Karakteristik pengalaman yang dimiliki petani didominasi
karena faktor keturunan.
Faktor iklim bisnis (IB) memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku
kewirausahaan, Variabel yang mencerminkan iklim bisnis paling besar adalah
dukungan penyuluhan dan pelatihan serta dukungan regulasi usaha terhadap
usahatani kopi Arabika Gayo. Di samping itu perilaku kewirausahaan petani kopi
Arabika Gayo mempengaruhi perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo
(PKU) yang dijalankan. Variabel perilaku kewirausahaan paling besar
dicerminkan oleh tekun berusaha dan bersikap mandiri. Sementara untuk
perspektif kinerja usahatani dicerminkan paling besar oleh variabel tingkat
perluasan wilayah pemasaran. Tingkat perluasan pangsa pasar sangat tinggi,

karena jumlah petani kopi dan hasil usahatani kopi Arabika Gayo yang dihasilkan
sangat banyak, sehingga dibutuhkan tingkat wilayah pemasaran yang luas.
Perluasan pangsa pasar usahatani kopi Arabika Gayo ditunjukkan dengan cara
mencari pasar atau pembeli yang lebih menguntungkan.
Kata kunci : petani kopi Arabika Gayo, perilaku kewirausahaan, kinerja usahatani,
structural equation models (SEM)

SUMMARY

ULYA ZAINURA. The Influence of Enterpreneurial Behavior to Farming
Performance of Gayo Arabica coffee in Bener Meriah Regency, Aceh Province.
Supervised by NUNUNG KUSNADI and BURHANUDDIN.
Gayo Arabica coffee is one commodity that has a plantation sub-sector
trading opportunities in order to increase the national income and increase farmers
incomes. Managements coffee plantations cultivated by traditional cultivation
technology which is still low, so it can affect the productivity and performance of
Gayo Arabica coffee farming. Many factors influence the pattern of Gayo Arabica
coffee farming has traditionally been done. Enterpreneurial factors determining
the success or failure of farmers for adapting to the changes in farming
environment and one of the efforts to increase farm productivity Gayo Arabica
coffee that is by increasing the internal resources. Among the internal resources,
the most important is entrepreneurial behavior.
This study aimed to identify individual characteristics of Gayo Arabica
coffee farmer, to analyze the influence of individual characteristics factor
(internal factor) and environmental business (external factor) to entrepreneurial
behavior of Gayo Arabica coffee farmer, and also to analyze the influence of
entrepreneurial behavior to performance perspective of Gayo Arabica coffee farm.
This research was located in Bener Meriah regency, Aceh province, which is the
center of Arabica Gayo coffee. The data of this research were collected through

questionnaires on 105 Arabica Gayo coffee farmers, while the technique of
making respondents by simple random sampling. Then the data analysis was
performed using SEM method (structural equation models) with LISREL software
8.30. Exogenous latent variables are individual characteristics and the business
environment. While endogenous latent variables that entrepreneurial behavior and
performance perspective farm.
Descriptive analysis showed that the characteristics of farmers as
entrepreneurs in Gayo Arabica coffee farming, and the longer experience of
farmers in coffee farming, so the characteristics of entrepreneurs will be stronger.
As for the SEM analysis results suggest that the internal factors characteristic of
the individual farmer (KI) does not have a strong influence on the behavior of
entrepreneurial farmers. The variable that most reflects the characteristics of
individual Arabica Gayo coffee farmers was an experience. The characteristics
experience of farmers predominantly due to hereditary factors.
Climatic factors business (IB) had a strong influence on entrepreneurial
behavior, a variable reflecting the greatest of business climate were extension and
training support, also regulatory support efforts towards Gayo Arabica coffee
farming. In addition entrepreneurial behavior of Gayo Arabica coffee farmers
were affected performance perspective of Gayo Arabica coffee farming (PKU)
have done executed. The most variable of entrepreneurial behavior was mirrored

by persevere and be independent. While, the perspective of most farming
performance reflected by the variable levels of marketing territorial expansion.
The level of market share expansion was very high, because the number of coffee
farmers and yield of Gayo Arabica coffee farming which produced very much, so
that the required level of broad marketing area. Expansion of market share Gayo

Arabica coffee farming was indicated by seeking market or buyers who are more
profitable.
Keywords : Gayo Arabica coffee farmers, entrepreneurial behavior, farming
performance, structural equation models (SEM)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA USAHATANI KOPI ARABIKA GAYO DI
KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ULYA ZAINURA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis


: Dr Ir Suharno MADev

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini adalah Pengaruh
Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di
Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nunung Kusnadi, MS dan Dr Ir
Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing, Dr Ir Suharno, MADev dan Prof Dr
Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian tesis. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan
kasih sayangnya. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan yang memberikan beasiswa selama
dua tahun sehingga penulis dapat melanjutkan sekolah di Program Studi Magister
Sains Agribisnis. Terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada petani
kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah serta teman-teman yang telah
membantu selama pengumpulan data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih
atas segala doa dan dukungan kepada rekan-rekan Magister Sains Agribisnis
Angkatan 4 Program Studi Agribisnis IPB.


Bogor, Juni 2016
Ulya Zainura

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

vi



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian









TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu
Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha

7
7

9
12



KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Kewirausahaan
Teori Perilaku Kewirausahaan
Teori Kinerja Usaha
Kerangka Pemikiran Konseptual
Kerangka Pemikiran Operasional
HIpotesis

15 
15 
15
16
17
18
20
23



METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Model dan Variabel Penelitian
Definisi Operasional

23 
23 
23 
24
24
25
33



HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Profil Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
Karakteristik Individu (Internal Factor) Responden
Iklim Bisnis Petani Kopi Arabika Gayo
Perilaku Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo
Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Kopi
Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh
Analisis Model Struktural
Pengaruh Karakteristik Individu dan Iklim Bisnis terhadap Perilaku
Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo
Pengaruh Iklim Bisnis terhadap Perilaku Kewirausahaan Petani
Kopi Arabika Gayo

34 
34 
36
39
42
45
47
49
54
55
56

6

Pengaruh Iklim Bisnis dan Perilaku Kewirausahaan terhadap
Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
Kontribusi Indikator terhadap Variabel Karakteristik Individu
Kontribusi Indikator terhadap Variabel Karakteristik Iklim Bisnis
Kontribusi Indikator terhadap Variabel Perilaku Kewirausahaan
Kontribusi Indikator terhadap Variabel Kinerja Usahatani

57
57
58
59
60

SIMPULAN DAN SARAN

61

DAFTAR PUSTAKA

63 

LAMPIRAN

69

DAFTAR TABEL
1

Luas areal dan produksi kopi arabika perkebunan rakyat menurut
kabupaten di Provinsi Aceh tahun 2014
2 Variabel laten dan manifes (indikator) model persamaan struktural
3 Absolut Measures (Ukuran Kecocokan Absolut)
4 Incremental Fit Measures (Ukuran Kecocokan Inkremental)
5 Parsimoni Fit Measures (Ukuran Kecocokan Parsimoni)
6 Konversi model matematika
7 Definisi operasional variabel-variabel manifes
8 Nama dan luas kecamatan pada Kabupaten Bener Meriah tahun 2014
9 Kondisi kebun dan jumlah petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener
Meriah tahun 2014
10 Sebaran responden berdasarkan tingkat karakteristik usahatani
11 Persentase jumlah responden berdasarkan persepsi usahatani kopi
Arabika Gayo dan pekerjaan lain yang dimiliki
12 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan formal

2
25
27
27
28
32
33
35
36
37
38

40
13 Sebaran persentase responden berdasarkan pengalaman berusahatani
40
14 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat motivasi berusahatani
40
15 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat persepsi terhadap
usahatani
40
16 Sebaran persentase responden terhadap iklim bisnis
43
17 Sebaran persentase penilaian responden pada perilaku kewirausahaan
46
18 Sebaran persentase penilaian responden dan tingkat kinerja usahatani
kopi Arabika Gayo
48
19 Goodness of fit pada keseluruhan model output SEM
51
20 Hasil uji kecocokan model respesifikasi
54
21 Hasil uji reliabilitas model pengukuran setelah direspesifikasi
55
22 Hasil nilai koefisien dan t-hitung model struktural
55
23 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel karakteristik
individu
58
24 Tingkat karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten
Bener Meriah
58
25 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel iklim bisnis
59

26 Tingkat iklim bisnis kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
27 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel perilaku
kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
28 Tingkat perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten
Bener Meriah
29 Loading factor dan t-hitung indikator variabel perspektif kinerja
usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
30 Tingkat perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten
Bener Meriah

59
60
60
61
61

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perkembangan luas areal kopi menurut jenis kopi yang diusahakan tahun
2001-2013
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan
Model kewirausahaan terhadap kinerja
Kerangka Pemikiran konseptual pengaruh perilaku kewirausahaan
terhadap usahatani kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah
Kerangka pemikiran operasional
Model pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani kopi
Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
Peta wilayah dan lintas strategis Kabupaten Bener Meriah
Path diagram t-value model pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap
kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
Path diagram standardized solution model pengaruh perilaku
kewirausahaan terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di
Kabupaten Bener Meriah

1
12
14
19
22
31
34
52

53

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3

Kondisi Lahan Kopi Arabika Gayo
69
Path diagram model awal pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap
perpsektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener
Meriah (standardized solution) dan (nilai t-value)
70
Output SEM Model Respesifikasi dengan program Lisrel 8.30
71

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran
penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini karena kopi telah
memberikan sumbangan yang cukup besar bagi devisa Negara, menjadi ekspor non
migas, selain itu dapat menjadi penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi
petani pekebun kopi maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam
budidaya, pengolahan, maupun dalam mata rantai pemasaran. Terdapat dua spesies
tanaman kopi di Indonesia, yaitu kopi arabika dan robusta. Kopi arabika merupakan
jenis kopi tradisional, dianggap paling enak rasanya, dan kopi robusta yang memiliki
kafein lebih tinggi, dapat dikembangkan dalam lingkungan dimana kopi arabika tidak
dapat tumbuh, dengan rasa yang pahit dan asam.
Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada Gambar 1, terlihat bahwa
mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta. Meskipun
demikian dari Gambar 1, terlihat bahwa luas areal kopi robusta berkecenderungan
menurun sementara luas areal kopi kopi arabika berkecenderungan meningkat. Pada
tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai 1 232 551 hektar dan
menurun di tahun 2013 menjadi hanya 916 053 hektar atau terjadi penurunan sebesar
25.68 persen dibandingkan luas areal pada tahun 2001. Sementara luas areal kopi
arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82 807 hektar, kemudian luasan ini
meningkat sebesar 293 persen pada tahun 2013 menjadi 325 659 hektar.

Gambar 1 Perkembangan luas areal kopi menurut jenis kopi yang diusahakan
tahun 2001-2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2013)

2

Di Indonesia kopi dikenal sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor. Hal
ini disebabkan hingga tahun 2012 sebesar 71.11 persen produksi kopi yang dihasilkan
dipasarkan ke pasar kopi dunia. Berdasarkan data FAO, diantara Negara-negara
kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar
kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar
ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai
penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Tetapi dalam hal ekspor
kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil,
Vietnam dan Kolombia. Sebagai salah satu komoditas ekspor yang penting, kopi
diharapkan mampu memberikan nilai tambah penerimaan devisa baik bagi Negara
pada umumnya maupun untuk daerah sentra produksi khususnya. Menurut Yahmadi
(2007), tanaman kopi di Indonesia tersebar terutama di Sumatera, Jawa, Bali,
Sulawesi dan Nusa Tenggara sekitar 95 persen dari luas areal tersebut merupakan
tanaman kopi rakyat, sedangkan tanaman kopi perkebunan sebagian besar terdapat di
Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Salah satu produsen utama kopi arabika di Indonesia adalah Provinsi Aceh.
Seluruh lahan kopi di Provinsi Aceh merupakan perkebunan rakyat dan sebagian
besar (83%) luas lahan kopi di daerah ini ditanami kopi arabika sebesar 101 ribu
hektar, sisanya sebesar 17 persen (20 ribu hektar) ditanami kopi robusta (Disbun
Provinsi Aceh 2013). Kopi arabika dari Provinsi Aceh dikenal dengan nama kopi
Arabika Gayo. Nama Gayo berasal dari nama suku di daerah penghasil utama kopi
arabika terpenting di Provinsi Aceh yaitu Dataran Tinggi Gayo (DTG). Kondisi tanah
yang subur, dan iklim tropik basah di kawasan ini sesuai untuk pengembangan
agribisnis kopi arabika. Saat ini kopi arabika di DTG ditanam di tiga Kabupaten,
yaitu Aceh Tengah (48 ribu hektar), Bener Meriah (49 ribu hektar), dan Gayo Lues (4
ribu hektar) (BPS Provinsi Aceh 2015). Pengembangan kopi Arabika Gayo sebagai
komoditi unggulan daerah memiliki prospek yang menjanjikan (Disbun Provinsi
Aceh 2013).
Tabel 1 Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut
Kabupaten di Provinsi Aceh, Tahun 2014
Kabupaten
Luas Areal
Produksi
Produktivitas
Jumlah
(Ha)
(Ton)
(Kg/Ha)
Petani (KK)
Aceh Tengah
48.300
27.079
721
35.410
Bener Meriah
49.496
15.000
555
33.934
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2015)

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa jumlah petani yang mengusahakan kopi
arabika terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan potensi pasar kopi global
khusus spesialti terbuka luas. Selain itu Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah
yang mendapat sertifikat tingkat nasional yaitu Kopi Arabika Gayo 1 dan Kopi
Arabika Gayo 2 menjadi varietas unggulan tingkat nasional yang disahkan dengan
surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 3998/Kpts/SR.120/12/2010. Untuk
mendapat sertifikasi unggul nasional tersebut ditempuh melalui proses penelitian
yang panjang. Berawal dari identifikasi varietas, ditemukan 46 varietas kopi di

3

Dataran Tinggi Gayo. Pada September tahun 2007, terpilih 10 varietas hasil seleksi
kemudian diuji cita rasa di Indonesia, Jepang, Australia, Jerman dan USA.
Petani kopi Arabika Gayo merupakan pelaku utama dalam pengusahaan
komoditas kopi Arabika Gayo dan juga penyediaan bahan baku untuk industri
pengolahan kopi. Usahatani kopi Arabika Gayo memiliki keterkaitan yang besar ke
hulu (penyediaan sarana prasarana pertanian) dan juga hilir (industri olahan).
Penyediaan sumber daya manusia yang kompeten penting di dalam usahatani kopi
Arabika Gayo. Menurut Putri (2013), kebanyakan petani kopi Arabika Gayo belum
mengusahakan kopi Arabika Gayo secara professional karena belum
mempertimbangkan pasar, modal dan teknologi. Petani belum sepenuhnya menguasai
teknologi budidaya dan analisis usahatani sehingga motivasi berusahatani kopi
cenderung kepada untung-untungan. Hal ini membuat generasi muda kurang berminat
mengusahakan kopi Arabika Gayo karena terlihat memiliki tingkat kesulitan dan
risiko yang tinggi, sehingga jumlah generasi muda yang mengusahakan kopi Arabika
Gayo semakin berkurang. Petani juga belum memiliki pengetahuan tentang teknis
budidaya yang benar sehingga produksi dan mutu kopi Arabika Gayo yang dihasilkan
tidak sesuai standar yang diinginkan pembeli. Selain itu, persepsi petani terhadap
usahatani kopi yang dijalankannya masih bersifat tradisional dan dalam
pengelolaannya hanya mengandalkan pengalaman sehingga dapat berpengaruh
terhadap kinerja usahatani kopi yang diusahakannya. Pengembangan sumber daya
manusia menjadi salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini karena pada era
globalisasi saat ini dibutuhkan petani yang kreatif dan inovatif agar mampu bertahan
dan bersaing. Faktor kewirausahaan menentukan berhasil tidaknya petani dalam
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Hal ini yang membedakan petani
wirausaha dengan petani biasa.
Petani wirausaha mempertimbangkan aspek pasar, memperhitungkan analisis
usahatani, mampu melihat dan mengelola peluang, serta memiliki kemampuan
manajemen. Petani wirausaha berpikir dan bertindak untuk terus mengembangkan
hal-hal baik dari yang diusahakannya saat ini sehingga diperoleh hasil yang
menguntungkan. Sadjudi (2009) menyatakan bahwa perkembangan lingkungan bisnis
telah menunutu petani memiliki jiwa kewirausahaan sehingga diperoleh nilai tambah
yang lebih besar dari produk pertanian yang dihasilkannya. Pertanian tidak hanya
sekedar usahatani atau budidaya namun juga menyangkut pengolahan, distribusi dan
pemasaran. Di sisi lain, petani kopi Arabika Gayo juga memiliki peluang bisnis dan
potensi keuntungan yang besar sehingga diperlukan petani yang bersedia menerima
tantangan dan risiko kemudian merubahnya menjadi peluang. Oleh karena itu,
perilaku kewirausahaan diperlukan dalam usahatani kopi Arabika Gayo.
Berbagai studi tentang kopi Arabika Gayo memperlihatkan terdapat
permasalahan yang terkait kepada aspek kelembagaan (Adri 1999), keunggulan
bersaing (TM Silitonga 2008), produksi dan efisiensi usaha tani (Fatma 2011), sistem
manajemen kualitas (Hasni 2011), rantai pasok (Saputra 2012), efisiensi pemasaran
(Putri 2013) dan keberlanjutan rantai pasok (Jaya 2014). Demikian pula menurut
Priyanto (2004), bahwa kewirausahaan petani perlu terus ditumbuhkan untuk
menghadapi tekanan lingkungan pasar yang tidak kondusif. Dalam bentuk pernyataan
yang senada menurut Saragih (1998), bahwa kewirausahaan petani merupakan salah

4

satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha yang
berorientasi pasar.
Beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut di atas, baik yang dikemukakan
secara implisit maupun eksplisit dapat dimaknai sebagai bentuk pernyataan yang
menekankan pentingnya kewirausahaan dalam kegiatan pertanian. Namun bukti-bukti
empiris yang menunjukkan pentingnya kewirausahaan petani sebagai pelaku usaha di
sektor on-farm masih begitu langka. Oleh karena itu, penelitian ini pada dasarnya
merupakan bagian dari kajian yang ingin membuktikan peran dari kewirausahaan
petani sebagai alternative pendekatan baru dalam peningkatan kinerja usahatani.
Peningkatan kewirausahaan petani ditunjukan oleh adanya peningkatan semangat
atau keinginan dan persepsi petani untuk semakin berhasil dalam menjalankan
usahataninya. Tanaman kopi Arabika Gayo menjadi salah satu contoh komoditas
yang dapat dikaji masalah kewirausahaannya karena dalam pengusahaannya memiliki
peluang yang besar namun di sisi lain juga menghadapi risiko tinggi. Saat ini
komoditas kopi Arabika Gayo juga ditekan oleh perubahan kondisi lingkungan global
sehingga dibutuhkan petani yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Oleh karena itu, motivasi utama penelitian ini adalah ingin membuktikan apakah
kewirausahaan petani dapat dijadikan alternatif pendekatan lain dalam peningkatan
kinerja usahatani. Tantangan kedepan diantaranya adalah bagaimana respon petani
kopi menghadapi permasalahan tersebut dengan meningkatkan perilaku
kewirausahaan petani kopi yang berkaitan dengan kinerja usaha tani kopi,
kemampuan produksi dan keputusan investasi sehingga rumah tangga petani mampu
mengurangi risiko.

Perumusan Masalah
Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah terbesar penghasil kopi Arabika
di Provinsi Aceh. Tercatat, jumlah petani kopi di Kabupaten Bener Meriah 33 ribu
keluarga petani. Belum termasuk pedagang, tauke, agen kopi, dan warga yang bekerja
di pengolahan kopi. Perkebunan kopi yang ada seluruhnya merupakan perkebunan
rakyat, dengan luas lahan yang dimiliki sekitar 0.5 sampai 1 ha per KK (BPS Bener
Meriah 2014). Menurut ICRRI (2008), sumbangan kopi arabika Gayo terhadap
pendapatan keluarga bervariasi antara 50 sampai 90 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa struktur ekonomi Kabupaten Bener Meriah sebagian besar bertumpu pada
sektor perkebunan.
Masalah mendasar bagi mayoritas petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener
Meriah adalah mengelola perkebunan kopinya masih dibatasi oleh kemampuan yang
mereka miliki, dalam arti dilakukan secara tradisional serta turun temurun dan hanya
sebagian kecil yang mengikuti perkembangan teknologi pertanian (pengembangan
kopi rakyat). Sedangkan tingkat adopsi inovasi petani kopi dalam pengembangan
kopinya masih tergolong sedang. Artinya, petani belum secara penuh mengikuti
pengembangan perkebunan kopi rakyat. Oleh karena itu, pengenalan terhadap suatu
pembaharuan biologis, teknis haruslah disesuaikan bukan hanya dengan kondisi alam
dan ekonomi saja, tetapi juga dengan sikap/perilaku, nilai-nilai, dan kemampuan para

5

petani secara keseluruhan. Selain itu, produksi di tempat dan di tingkat petani masih
ditemukan kopi Arabika di tanam pada lahan yang mempunyai daya dukung lahan
rendah dan tidak dikelola secara maksimal seperti kesuburan tanah tidak terlestarikan,
teknik budidaya belum memadai dan adaptasi teknologi belum dilakukan menyeluruh,
dan karakteristik petani yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Pada dasarnya setiap rumahtangga tani bertujuan untuk meningkatkan
produksi usahatani kopinya agar pendapatannya meningkat. Oleh karena itu petani
sebagai pengelola usahatani harus memahami dan mengerti cara mengalokasikan input dan
faktor produksinya sehingga tujuan peningkatan pendapatan dapat tercapai. Dalam suatu

produktivitas dibutuhkan tidak sekedar tenaga kerja, material, modal dan manajemen
yang baik tetapi juga dibutuhkan perilaku kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan
mutlak dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan, lokakarya dan kesempatankesempatan memperoleh wawasan yang lebih luas. Jika seorang petani telah memiliki
perilaku kewirausahaan maka petani tersebut telah meyakini perencanaan,
penggerakan dan pengawasan terhadap usaha yang dijalankannya yang ditunjang
dengan kreativitas, keinovasian dan berani mengambil risiko. Dimana untuk
meningkatkan produktivitas usahatani salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu
dengan meningkatkan sumber daya internal dan diantara sumber daya internal yang
paling penting adalah perilaku kewirausahaan.
Hal ini di dukung dengan hasil peelitian (Novita 2012) menyatakan masalah
yang dihadapi petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah khususnya adalah
adanya sistem tanaman kopi pola perkebunan rakyat yang belum menggunakan
teknologi. Selain hal tersebut rendahnya modal usaha petani kopi mengakibatkan
sistem pengelolaan kebun menjadi tidak baik juga menjadi penyebab menurunnya
produksi kopi petani, kemudian juga luas lahan yang di usahakan petani relatif masih
sempit dan dikelola secara tradisional, dimana bibit yang digunakan berasal dari
tanaman yang tersedia secara lokal tanpa seleksi. Rendahnya skala pengusahaan lahan
serta cara budidaya yang masih sangat tradisional menyebabkan mutu kopi yang
dihasilkan petani kopi di Kabupaten Bener Meriah masih tergolong rendah. Selain itu
komoditas kopi hanya dijual dan dipasarkan dalam bentuk mentah. Oleh karena itu
perlu adanya penganekaragaman atau diversifikasi produk olahan kopi. Diversifikasi
produk olahan kopi dinilai dapat menambah pendapatan masyarakat, khususnya
pendapatan keluarga petani kopi. Berangkat dari permasalahan rendahnya mutu kopi
yang dihasilkan petani kopi dan masih kurangnya penganekaragaman produk olahan
kopi, maka perlu di ukur tingkat keberhasilan usaha petani kopi tersebut dalam
pencapaian hasil yang maksimal.
Petani memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan untuk
usahatani yang dikelolanya. Petani sebagai pemilik usahatani yang mengambil
keputusan akan perubahan atau inovasi yang disarankan untuk usahataninya. Lebih
lanjut, Mosher (1987) mengungkapkan bahwa petani membuat suatu keputusan atas
dasar demi kepentingan keluarganya dan dalam pengaruh anggota keluarganya
terhadap dirinya, karena ketergantungan keluarga pada hasil usahatani, maka anggota
keluarga mungkin mendesak petani untuk mengambil keputusan tertentu atau
melakukan teknik tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pengambilan
keputusan petani tidak dilakukan oleh pemikiran sendiri, melainkan terdapat faktor

6

yang mempengaruhi keputusan terhadap usahataninya tersebut. Faktor pengambilan
keputusan terhadap kinerja usahataninya didukung oleh faktor internal dan eksternal.
Sehingga diperlukan perilaku kewirausahaan agar petani termotivasi untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan dari usahataninya. Hal
ini akan dapat tergambar dari persepsi dan perilaku petani kopi Arabika Gayo dalam
pengelolaan usahatani kopinya dalam hubungannya dengan budidaya, pengolahan
hingga rantai pemasaran. Selanjutnya, perilaku petani kopi Arabika Gayo tersebut
diperkirakan akan berhubungan erat terhadap karakteristik sosial ekonomi mereka.
Hal ini juga tergambar dari persepsi lembaga-lembaga terkait dalam usahatani kopi
Arabika Gayo serta sejauhmana koordinasi antar instansi tersebut dapat berjalan
dengan baik dalam rangka pengelolaan kopi Arabika Gayo tersebut.
Perspektif petani terhadap usahatani kopi Arabika hanya terpaku pada usaha
cukup lama dan dikelola secara turun-temurun, akan tetapi aplikasi teknologi mulai
dari teknis budidaya hingga pengolahan dan pemasaran yang efisien hasil kopi petani
masih perlu ditingkatkan melalui perilaku kewirausahaan. Sejumlah rangkaian
perilaku petani tersebut, menurut Popkin (1986), merupakan suatu tindakan yang
rasional. Dikatakan rasional karena hanya petani itu sendiri yang secara pasti
mengetahui perilaku yang tepat sesuai dengan harapan dan kebutuhannya.
Kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan potensi yang dimiliki
merupakan suatu kapasitas petani yang tidak boleh di abaikan apabila ingin
keberhasilan usahatani kopi Arabika yang di usahakannya dapat berkelanjutan.
Selama ini petani yang menghasilkan produk olahan kopi hanya menggunakan modal
sosial berupa jaringan kekerabatan baik dalam proses pengolahan, maupun pemasaran,
sehingga jangkauan pasar juga kurang optimal. Perspektif petani terhadap unsurunsur modal sosial yang sudah kuat dan dapat dijadikan modal dasar dalam
penanganan kopi Arabika Gayo ini, serta pandangan petani terhadap modal sosial
mana yang masih lemah sehingga perlu penguatan juga menjadi pokok kajian ini.
Salah satunya yaitu dengan mengkaji karakteristik dan perilaku kewirausahaan petani
dalam menjalankan usahatani kopi Arabika Gayo sehingga dapat meningkatkan
kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Bener Meriah. Hal ini akan dapat tergambar
dari perilaku kewirausahaan petani dalam pengelolaan usahatani kopi Arabika Gayo
dalam hubungannya dengan kinerja serta keberlanjutan usahatani kopi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas muncul beberapa masalah yang akan menjadi kajian pada
penelitian ini yaitu
1. Bagaimana karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo?,
2. Apakah faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan petani kopi
Arabika Gayo?, serta
3. Bagaimanakah pengaruh perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo
terhadap perspektif petani pada kinerja usahatani yang dijalankan.

7

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengidentifikasi karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo,
2. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu (internal factor) dan iklim
bisnis (external factor) terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika
Gayo,
3. Menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo
terhadap perspektif petani pada kinerja usahatani kopi Arabika Gayo.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai batasan dalam materi yang akan
dibahas yaitu:
1. Penelitian ini hanya akan membahas karakteristik individu petani kopi
Arabika Gayo,
2. Pengaruh faktor karakteristik individu (internal factor) dan lingkungan bisnis
(external factor) terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo,
3. Pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perspektif petani pada kinerja
usahatani kopi Arabika Gayo yang ada di Kabupaten Bener Meriah.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu
Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk
memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik individu adalah ciri khas yang
menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk teta
tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah atau bagaimana
menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi
kinerja individu. Seseorang akan dipengaruhi oleh karakteristik individunya baik
ketika sebagai manejer ataupun sebagai bawahan yang kontribusinya dalam
pengambilan keputusan dan bertindak yang sangat erat kaitannya dengan kinerja.
adapun yang mempengaruhi individu tersebut antara lain: kapasitas belajar,
kemampuan dan ketrampilan latar belakang keluarga, umur, jenis kelamin,
pengalaman (Dalimunthe 2002).
Hasil penelitian Abdullah dan Amri Jahi (2006) yang menjelaskan bahwa
setiap petani memiliki karakter yang berbeda, yang meleka pada dirinya. Interaksi
setiap karakter itu dengan unsur-unsur lingkungan hidupnya akan membentuk
kepribadian petani. kemudian kepribadian itu akan mempengaruhi orientasi perilaku

8

petani. Jadi, petani-petani dengan karakteristik yang berbeda akan mengekspresikan
kebutuhan pengetahuan mereka akan pengelolaan usahatani yang juga berbeda.
Secara umum petani dapat diberi pengertian adalah seseorang yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha pertanian baik yang berupa
usaha pertanian di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan
perikanan. Batasan petani menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia (2002)
adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari
komoditas tanaman pangan, hortikultur, peternakan, perikanan dan atau komoditas
perkebunan. Mosher (1987) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang
bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna
menghasilkan pendapatan. Lebih lanjut Wolf (1985) memberikan batasan petani
adalah orang desa yang bercocok tanam artinya mereka bercocoktanam dan beternak
di daerah perdesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengahtengah kota atau dalam kotak-kotak yang diletakkan di atas ambang jendela. Dari
aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah perdesaan, dan juga di
daerah-daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup mereka adalah dibidang pertanian. Oleh karena
itu umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan lahan
(tanah).
Petani sebagai sosok individu memiliki karakteristik tersendiri secara individu
yang dapat dilihat dari pelaku yang nampak dalam menjalankan kegiatan usaha tani.
Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri seseorang.
Sebagaimana hasil penelitian Rogers dan Shoemaker (1987) menyatakan karakteristik
tersebut mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi yang
lainnya. Lebih lanjut Lionberger (1960) mengemukakan bahwa karakteristik individu
dan personal faktor yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan
lingkungan adalah umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Karakteristik
psikologis ialah rasionalitas, fleksibilitas mental, orientasi pada usaha tani sebagai
bisnis dan kemudahan menerima inovasi. Hasil penelitian Agussabti (2002)
menyimpulkan bahwa terdapat tujuh karakteristik petani yang dianggap mempunyai
pengaruh dalam upaya pemberdayaan petani untuk menumbuhkan kemandirian
dalam pengambilan keputusan, yaitu (1) umur, (2) pengalaman berusaha tani, (3)
motivasi berprestasi, (4) aspirasi, (5) persepsi, (6) keberanian mengambil risiko, dan
(7) kreativitas. Dengan demikian secara konseptual karakteristik individu adalah
keseluruhan ciri-ciri yang melekat pada individu petani yang dapat membedakannya
dengan petani lainnya. Masing-masing individu petani memiliki karakteristik pribadi
petani dibatasi pada lingkup (1) pendidikan yang dialami petani, (2) umur/usia, (3)
pengalaman berusahatani, (4) tingkat kosmopolitansi petani dan (5) keberanian
mengambil risiko dalam menjalankan kegiatan usaha pertanian.
Petani wirausaha merupakan seorang petani dan sekaligus pengusaha dibidang
pertanian yang memanfaatkan peluang bisnis melalui aktivitas usahatani yang
dilakukannya. Keterbatasan akses bagi petani di daerah perdesaan merupakan kendala
bagi pembentukan aktor petani wirausaha, sehingga petani membutuhkan solusi
untuk mencapai kapasitas menjadi seorang petani wirausaha. Salah satu faktor yang
menjadi kunci bagi pengembangan petani wirausaha adalah entrepreneur capacity,

9

dan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial skill). Hasil penelitian di Eropa
dalam program ESoF (Enterprenerurial Skills of Farmer) EU (European Unity)
developing enterprenerial skills of farmers menyatakan bahwa entrepreneurial skills
bagi petani yang diterapkan melalui ESoF dapat memberikan pengaruh positif bagi
politik dan ekonomi Eropa EC (2006).
Perubahan di bidang pertanian juga berdampak pada kewirausahaan di negara
maju. Sebagaimana yang digambarkan oleh Lauwere et al. (2002) dalam
penelitiannya mengenai kewirausahaan petani di Belanda yang difokuskan pada
karakteristik pribadi pengusaha, pada berbagai strategi yang mereka gunakan untuk
menghadapi perubahan radikal dalam pertanian, pengetahuan penggunaan
infrastruktur dan akibatnya, serta penggunaan jaringan sosial dan inovasi. Dimana
hasil awalnya menggambarkan bagaimana fitur pertanian, seperti cara pertanian,
faktor lingkungan seperti daerah, dan fitur pribadi seperti usia, dapat mempengaruhi
kewirausahaan. Petani dari bagian Barat Belanda tampak lebih berorientasi sosial dan
proaktif daripada petani di daerah lainnya, sementara petani dari Utara kurang begitu
berorientasi sosial dan proaktif dibandingkan petani lain di Belanda. Hal ini
dikarenakan petani di Barat hidup dalam persaingan dengan urbanisasi, sementara
petani di utara tinggal di daerah semi pertanian.
Menurut Li (2009) menyatakan bahwa penelitian mengenai kewirausahaan
selalu dimulai dengan pendekatan karakteristik individu. Li juga membedakannya ke
dalam tiga kategori dan menyebutnya dengan istilah enterprenerial characteristics,
yaitu; (1) karakteristik demografis, seperti jenis kelamin, umur, etnis dan latar
belakang orangtua yang umumnya dikaitkan dengan berhasil atau tidaknya suatu
perusah6aan; (2) karakteristik psikologis dan perilaku wirausaha, seperti motivasi
berprestasi, kontrol diri, kreativitas, berani mengambil risiko dan inovasi yang
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk memulai usaha (start up),
keberlanjutan dan keberhasilan usaha; (3) faktor human capital, seperti tingkat
pendidikan, pengalaman bekerja, pelatihan ketrampilan dan teknis, pengalaman
membuka usaha, serta jaringan wirausaha dan atau hubungan sosial, yang
mempengaruhi kemampuan wirausaha dalam mengakses informasi dan modal usaha
untuk keberhasilan usahanya.

Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Menurut Bird (1996), perilaku kewirausahaan adalah tindakan mencari
peluang, meningkatkan nilai di dalam bisnis, dan kesediaan menerima risiko. Niat
berwirausaha dibentuk oleh individu itu sendiri dan lingkungannya (Bird 1988 di acu
dalam Mazzarol 1999). Kewirausahaan terjadi karena proses interaktif antara individu
dengan lingkungannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusannya dalam
melakukan usaha melalui tindakan yang mengarah pada konsep-konsep
kewirausahaan yaitu tindakan yang menunjukkan kreativitas, inovasi dan berani
beresiko (Delmar 1996 dan Kasmir 2006). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perilaku kreatif dan inovatif merupakan karakteristik utama dari perilaku
kewirausahaan. Seseorang yang mempunyai perilaku kewirasahaan memiliki peluang

10

untuk mengembangkan dan menambah pemahaman, pengetahuan serta kemampuan
untuk meningkatkan potensi sumberdaya manusia terutama dalam mencapai kapasitas
sebagai seorang wirausaha (Ucbasaran et al. 2005).
Lebih lanjut Ratnada dan Yusuf (2003), merumuskan suatu model perilaku
yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P), dan
lingkungan (E), yang dinotasikan menjadi B = f (P,E). Karakteristik individu meliputi
berbagai faktor seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor
lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan
besar dalam menentukan perilaku bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik
individu.
Adapun dimensi perilaku kewirausahaan terdiri dari pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Dimana parameter pengetahuan adalah pengetahuan strategi berdagang,
pengetahuan tentang konsumen dan pengetahuan manajemen keuangan. Sedangkan
parameter sikap adalah sikap dalam berusaha tani, pandangan dalam menjalankan
usaha dan semangat dalam berusaha. Serta parameter ketrampilan adalah ketrampilan
dalam merencanakan usaha tani, ketrampilan dalam menggunakan modal, dan
ketrampilan dalam melayani konsumen (Sapar 2006). Senada dengan hasil penelitian
Bandura (1977) yang menjelaskan bahwa petani dapat belajar akibat dari tindakan
mereka dan akan memperkaya serta mempertajam pengetahuannya. Pengamatan dan
tanggapan seksama terhadap hasil uji coba atau observasi, bahkan kerugian akibat
serangan hama dan penyakit serta kerusakan akibat alam (musim, iklim), akan lebih
memperkaya sistem pengetahuannya. Pengetahuan petani juga dapat bertambah dari
sumber eksternal seperti radio, televisi, tetangga dan penyuluh. Demikian halnya
dengan sikap petani terhadap usaha tani. Hasil penelitian Bandolan et al. (2008)
menyimpulkan bahwa tingginya ketrampilan petani disebabkan oleh adanya
pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga ketrampilan mencakup pemilihan
bibit unggul, penanaman, pemeliharaan dan panen dapat dilakukan. Ketrampilan
petani dapat berhasil jika ditunjang oleh pengetahuan berusahatani yang dapat
berimplikasi pada peningkatan produksi.
Bird (1996) menyebutkan ada empat elemen yang membentuk perilaku
wirausaha yaitu: (1) faktor individu meliputi kondisi orang-orang yang ada dalam
organisasi, (2) faktor organisasi menyangkut kondisi internal, keberadaan serta daya
tahan lembaga tersebut, (3) faktor lingkungan meliputi faktor yang berada di luar
organisasi dan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi, dan (4) faktor proses,
sebagai aktivitas kerja yang terjadi dalam organisasi termasuk terjadinya interaksi
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Bird (1996) merinci faktor individu
tersebut ke dalam tiga komponen, yaitu: (1) karakteristik biologis (umur, jenis
kelamin, pendidikan); (2) latar belakang wirausaha (pengalaman usaha, alasan
berusaha, pekerjaan keluarga); dan (3) motivasi (ketekunan, kegigihan, dan kemauan
keras untuk berhasil). Alma (2010) juga menyebutkan lima unsur karakteristik
individu yang melatarbelakangi perilaku seseorang menjadi wirausaha, yaitu: (1)
lingkungan keluarga (silsilah dalam keluarga dan pekerjaan orang tua), (2)
pendidikan, (3) nilai-nilai personal, (4) usia, (5) riwayat pekerjaan. Riyanti (2003)
juga mengemukakan beberapa karakteristik individu (faktor demografi) wirausaha

11

terkait dengan keberhasilan usaha skala kecil, yaitu: (1) usia, (2) keterlibatan dalam
pengelolaan usaha sejenis (pengalaman usaha), (3) pendidikan, dan (4) perilaku
inovatif.
Selain faktor individu, perilaku kewirausahaan juga dipengaruhi oleh
lingkungan. Kewirausahaan terjadi karena proses interaktif antara individu dengan
lingkungannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusannya dalam
melakukan usaha. Perilaku merupakan fungsi dari individu dan situasinya, dan sifat
hanya dapat mempengaruhi perilaku jika situasi memungkinkan mereka
mengekspresikan tindakannya (Lewin 1951; Mischel 1968, diacu dalam Rauch dan
Frese 2007). Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan terdiri
dari lingkungan fisik (Priyanto 2009), lingkungan ekonomi, lingkungan sosial dan
lingkungan politik (Mazzarol et al.1999; Kumar et al. 2003). Beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi kewirausahaan berdasarkan (Mazzarol 1999; Kumar
2003; Fereidouni et al. 2010) , antara lain:1) Lingkungan ekonomi, berpengaruh
secara langsung dan tidak langsung pada kewirausahaan dan pertumbuhan usaha.
Beberapa variabel ekonomi yang berpengaruh pada kewirausahaan antara lain harga
input output, akses modal, dan struktur pasar. 2) Lingkungan sosial, merupakan salah
satu faktor yang mendorong kewirausahaan. Lingkungan sosial terdiri dari latar
belakang keluarga, pendidikan, sikap masyarakat, dan nilai budaya. 3) Lingkungan
politik. Pengusaha sukses berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Kebijakan
yang berkaitan dengan berbagai aspek-ekonomi seperti harga, ketersediaan dari
pendapatan modal, tenaga kerja dan input lainnya, struktur permintaan, perpajakan,
dan distribusi mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan. 4) Lingkungan fisik dapat
berupa ketersediaan sumber daya yang akan mendorong tumbuhnya kewirausahaan.
Cuaca yang mendukung, tanah yang subur, dan adanya sarana prasarana akan
menunjang usaha yang dilakukan petani dan juga meningkatkan motivasi dalam
berusahatani. Faktor-faktor lingkungan fisik yang mendukung juga meningkatkan
kreatifitas dan keberanian petani dalam mengambil risiko (Priyanto 2009). Petani
membutuhkan informasi (informasi inovasi teknologi dan pelaksanaan bisnis baru),
mereka harus memahami kemana arah dari satu alur dan keputusan seperti apa yang
harus diambil untuk mencapai tujuan (Licht 2005). Dapat disimpulkan bahwa
perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu yang berasal dari diri
invidu dan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh lingkungan (Gambar 2) yang
diadopsi dari Ariesa 2013; Burhanuddin 2014; Delmar 1996; Fereidouni et al. 2010;
Kasmir 2006; Koratko 2009; Kumar 2003; Mazzarol 1999; Rauch dan Frese 2007;
Priyanto 2009; Puspitasari 2013; Sumantri 2013 dan Ucbasaran et al. 2005.

12

Faktor internal (faktor yang ada pada
individu)
Karakteristik Individu
 Pendidikan
 Pengalaman
 Motivasi berusahatani
 Persepsi terhadap usahatani

 Inovatif
 Pengambilan risiko
 Ketekunan

Faktor eksternal (lingkungan)
 Lingkungan ekonomi: harga input
output, akses modal, struktur pasar dan
peranan asosiasi.
 Lingkungan sosial: latar belakang
keluarga, sikap masyarakat dan nilai
budaya
 Lingkungan politik: harga, ketersediaan
modal, pajak, struktur permintaan serta
tenaga kerja dan input lainnya
fisik:
ketersediaan
 Lingkungan
sumberdaya (cuaca, tanah, sarana dan
prasarana)

Perilaku kewirausahaan
 Tanggap terhadap peluang
 Kemandirian

Gambar 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha
Perilaku kewirausahaan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja usaha,
senada dengan Wirasasmita (2011) yang menyimpulkan bahwa perusahaan yang
berperilaku kewirausahaan yang menerapkan sifat inovatif dalam produksi dapat
meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output, hal
ini dikarenakan adanya kombinasi input baru yang menghasilkan output yang lebih
besar dibandingkan sebelumnya. Selain itu dengan adanya inovasi dapat
menghasilkan penghematan penggunaan input, sehingga biaya produksi keseluruhan
menjadi rendah atau mencegah kenaikan biaya, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan laba perusahaan dan pertumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian Dirlanudin (2010) menunjukkan bahwa perilaku
wirausaha berpengaruh langsung dan bernilai positif terhadap keberhasilan usaha
kecil industri agro. Indikator keberhasilan pengusaha kecil yang digunakan adalah
peningkatan jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa
pasar, kemampuan bersaing, dan peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga pengusaha kecil industri agro. Sedangkan pada
penelitian Padi (2005), indikator dari kinerja petani ikan diantaranya ada