Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara)

!
"

#

$ %
&'()*+(,

$

%

-%- *(++

.

!

"

#


$ %
. HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH (Kasus Suku Dinas Peternakan Perikanan
dan Kelautan Jakarta Utara) (Di bawah bimbingan
/
/ % %
/
-%).
Kepemimpinan adalah proses seseorang dalam mempengaruhi orang atau
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Peran pemimpin
birokrasi dan gaya kepemimpinannya kepada para pegawai menentukan
bagaimana hasil pencapaian tugas yang diberikan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam organisasi
setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah Jakarta Utara. Selain itu, bertujuan
pula untuk mengetahui kinerja pegawai dalam organisasi setingkat Suku Dinas
dalam cakupan wilayah Jakarta Utara. Dari kedua tujuan tersebut kemudian
diteliti hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai dalam pencapaian
tujuan organisasi.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan

Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara yang dipilih secara sengaja. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 – Desember 2010. Pendekatan
penelitian adalah kuantitatif. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan
kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Responden terdiri pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
(Sudin P2K) Kota Administrasi Jakarta Utara berjumlah 37 orang yang
berinteraksi langsung dengan Kepala Sudin. Selain itu di ambil pula persepsi
masyarakat mengenai kinerja pegawai sebagai penguat pendeskripsian mengenai
kinerja pegawai. Pengujian kolerasi antar variabel menggunakan
Hasil penelitian menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang dominan
diterapkan Kepala Sudin adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Terdapat dua
faktor yang berkaitan, yaitu faktor internal dan eksternal dari pemimpin. Faktor
internal merupakan karakteristik pribadi dari pemimpin tersebut, yaitu usia dan
status perkawinan, pendidikan yang ditempuh, pandangan/nilai7nilai kehidupan
yang dipegang, dan pengalaman karir pekerjaannya di pemerintah. Usia yang
matang, status pernikahan, pendidikan yang ditempuh, pandangan/nilai7nilai
kehidupan yang dipegang dan pengalaman karir pekerjaan Kepala Sudin berkaitan
dengan keputusan pemimpin dalam pengambilan suatu gaya kepemimpinan yang
tepat sesuai dengan kondisi. Faktor eksternal adalah karakteristik pegawai dan
situasi pekerjaan yang meliputi usia, status menikah, tingkat pendidikan dan lama

kerja pegawai. Usia yang matang, status menikah, tingkat pendidikan yang tinggi
dan lamanya waktu pegawai bekerja di Sudin disebut Kepala Sudin menjadi sebab
ia menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif. Faktor situasi pekerjaan memiliki
pengaruh terhadap pemimpin dalam menetukan gaya kepemimpinannya. Jika
situasi pekerjaan yang kondusif maka cenderung pegawai mudah diarahkan. Oleh
karena itulah Kepala Sudin cenderung menerapkan gaya kepemimpinan
partisipatif. Sedangkan dalam kondisi yang kurang kondusif Kepala Sudin
cenderung menerapkan gaya kepemimpinan otoriter/instruktif. Pada tahap
pengambilan keputusan dan perencanaan, gaya kepemimpinan yang dominan

diterapkan Kepala Sudin adalah gaya kepemimpinan konsultatif/ Sedangkan gaya
kepemimpinan partisipatif dominan diterapkan ketika pemimpin berhubungan
dengan pegawai dalam lingkungan kerja dan pada tahap pelaksanaan tugas. Pada
tahap evaluasi dan pembuatan laporan Kepala Sudin dominan menerapkan gaya
kepemimpinan delegatif.
Pegawai Sudin memiliki kinerja yang baik, yaitu sebesar 28 orang pegawai
(75,7 persen). Hal ini dapat diketahui berdasarkan kehadiran kerja yang baik
sebanyak 86,48 persen, memiliki ketepatan waktu yang baik dalam penyelesaian
tugas sebanyak 75,6 persen, dan ketepatan dan kebenaran pembuatan dan
penyampaian laporan pelaksanaan tugas sebanyak 78,4 persen. Selain itu dapat

diindikasikan pula dari 81,8 persen memiliki kemampuan yang baik dalam
menyampaikan data dan informasi dalam tugas, sebanyak 72,9 persen memiliki
kemampuan kerjasama yang baik dan sebanyak 89,18 persen pegawai Sudin
memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik. Kemampuan kepemimpinan
tersebut, meliputi mengkoordinir tim kerja, membangun komunikasi dengan
berbagai pihak, motivasi yang baik, bertanggungjawab terhadap tugas yang
diberikan serta mampu melakukan pembagian tugas yang baik untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Berdasarkan persepsi masyarakat yang mendapat pembinaan dari Suku
Dinas, diketahui kinerja pegawai cenderung baik. Berdasarkan hasil wawancara
masyarakat menilai cukup mudah mendapatkan informasi, cukup komunikatif,
dan cukup tanggap terhadap permasalahan di masyarakat. Masyarakat menilai
pegawai Sudin sangat sopan dalam melayani dan berhubungan dengan
masyarakat, cukup memiliki keahlian dan kemampuan dalam memberikan
pelayanan/pelaksanaan tugasnya, dan sangat mudah saat pembuatan surat izin
yang terkait dengan usaha atau penangkapan ikan. Dengan demikian, masyarakat
cukup nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diberikan pegawai Sudin.
Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan
kinerja pegawai. Hal ini dapat dilihat juga dari koefisien korelasi (rs) sebesar
0,525 memperlihatkan bahwa hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja

pegawai tergolong memiliki korelasi yang sedang. Gaya kepemimpinan
partisipatif memiliki hubungan nyata dengan korelasi sedang (p< 0,05) dengan
kinerja pegawai. Hasil uji korelasi gaya kepemimpinan konsultatif dengan kinerja
pegawai menunjukkan memiliki hubungan nyata dengan korelasi sedang (p<
0,05). Sedangkan gaya kepemimpinan delegatif berkorelasi kuat dengan kinerja
pegawai Sudin.
Kesimpulan penelitian ini bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan
konsultatif meningkatkan kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang dominan baik
ketika kedua gaya kepemimpinan tersebut diterapkan oleh Kepala Sudin.
Sedangkan gaya kepemimpinan delegatif, dapat disimpulkan tidak meningkatkan
maupun menurunkan kinerja pegawai. Hal ini berdasarkan kinerja pegawai
dominan sedang dan masing7masing satu orang memiliki kinerja baik dan buruk.
Namun bukan berarti gaya kepemimpinan delegatif tidak perlu digunakan oleh
Kepala Sudin. Dalam beberapa kondisi gaya kepemimpinan delegatif perlu
diterapkan.

!
"

#


$ %

0
1 2

2

3

"0 ! 4

!"

2 "1

2

5
3


0
$

! !2

$

%

!2!

-%- *(++

%
Judul

: Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai
Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Kota Adiministrasi Jakarta Utara)


Nama Mahasiswa

: Syaiful Bahri

Nomor Mahasiswa

: I34062108

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

/ /%
/ ! !0
2
NIP. 19580827 198303 1 001


Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ketua

/

/ ! 3!

6 1!6!

/ +788()&( +7,+(& + ((&

Tanggal Lulus Ujian:

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL


%


#9 BELUM

-

PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
MERUPAKAN

HASIL

KARYA

SAYA

SENDIRI

DAN

TIDAK


MENGANDUNG BAHAN7BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI
BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2011

Syaiful Bahri
I34062108

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 November 1988 sebagai anak
terakhir dari dua bersaudara, putra pasangan Nurhimam, SH dan Darsih
Suprihatin, SH. Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar
Muhammadiyyah 03 pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri
07 pada tahun 2003 serta Sekolah Menengah Umum Negeri 31 pada tahun 2006
yang ketiganya berada di Kota Jakarta Timur. Pada tahun 2006 penulis diterima
sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi
Masuk IPB). Pada tahun 2007 memasuki Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat setelah melalui seleksi mayor minor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan di
kampus dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia sebagai
staf Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kewirausahaan, Forum Syiar Islam
Fakultas Ekologi Manusia sebagai Ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya
Manusia yang keduanya diikuti pada tahun selama tahun 200872009 dan aktif pula
dalam Dewan Perawakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia sebagai staf
komisi internal. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, yaitu
kepanitiaan Open Houses Mahasiswa Baru IPB tahun 2007 sebagai staf divisi
acara, kepanitiaan Masa Perkenalan Mahasiswa Baru IPB sebagai Penanggung
Jawab Keluarga (PJK) tahun 2007, mengikuti kepanitiaan INDEX (Indonesian
Ecology Expo) sebagai staf konsumsi pada tahun 2008, kepanitiaan Masa
Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia sebagai Penanggung Jawab Keluarga (PJK)
tahun 2008, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen sebagai staf konsumsi
tahun 2008 serta sebagai Ketua Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru IPB
SALAM ISC tahun 2008.
Penulis aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Sosiologi Umum
dan asisten praktikum Pendidikan Agama Islam pada tahun 200972011. Penulis
pun aktif sebagai pembicara dan
organisasi kampus.

dalam beberapa kegiatan

Segala puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayat7Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus
Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara)”/
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara dalam memimpin organisasi. Skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui
kinerja pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara.
Selain itu, skripsi ini pun bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Suku Dinas dengan Kinerja Pegawai.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi
masukan dan bermanfaat bagi pihak7pihak terkait.

Bogor, Mei 2011

Penulis

.
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia7Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara)” ini dapat
diselesaikan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang membantu
dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhir penulisan. Untuk itu
ucapan terima kasih yang sebesar7besarnya penulis sampaikan kepada:
1.

Allah SWT, karena hanya dengan izin dan ridho7Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi.

2.

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS sebagai dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan
masukan sejak awal hingga akhir penulisan.

3.

Ir Said Rusli, MA dan Iman Nawireja M.Si sebagai dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dalam ujian sidang skripsi dan penulisan
skripsi

4.

Ayah dan Ibu tercinta, Nurhimam, SH dan Darsih Suprihatin, SH atas
bantuan doa, keikhlasan dan perhatiaannya serta untuk kakakku Iim Za’imah,
Spsi yang senantiasa mengingatkan dan memberi dukungan semangat.

5.

Bapak Edi sebagai Kepala Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara, Bapak Agus sebagai Kepala Seksi Wasdal, Bapak Ali sebagai Kepala
Seksi tata Usaha, Ibu Yuyun dan Ibu Endang Staf Perekonomian Jakarta
Utara serta Seluruh pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Keluatan
Jakarta Utara yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis
sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

6.

Keluarga Bapak Djun (Ibu Riza, Nisa, Dienel, Uca, Da’in, Ka Wulan dan
Keisha) yang membantu dalam setiap pengerjaan penelitian dan penulisan
skripsi, memberikan motivasi dan arahan.

7.

Ibu Susi, Mba Maria, Mba Icha dan segenap staf Departemen Sains KPM
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

8.

Sahabat7sahabat IPB Hadi, Anom, Wirudy, Daniel, Dudung, Dimas, Eri,
Bayu, Kiki, Kindi, Awang, Damora, Vandra, Hanif, Fuad, Ary Santoso,
Hendra, Diki, Suci, Reti, Avi, Puspa, Lina, Anis, Pita, Fatimah, Jatil, Cipi,
Nida, Linda dan sahabat lainnya yang tiada habisnya memberikan semangat
kepada penulis sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

9.

Sahabat7sahabat KPM 43 (Reynaldi, Azis, Cecep, Parthogi, Elhaq, Rai,
Desni, Dya, Arlita Puji Widiameiga, Septiani, Indra, Aero dll) atas dukungan
semangat, perhatian, dan juga kenangan manis yang semoga tidak akan
terlupakan.

10. Sahabat7sahabat kostan Al Fath (Irfan, Mas Nono, Aan, Mas Jali, Gonggo,
Mas Ridwan, Mas Erick dan sahabat7sahabat Al Fath lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu per satu) dan kontrakan balio No.23 (Dipa, Septian,
Adrian, Saiful, Anom, Rachmat dan Luthfi) atas dukungan do’a dan semangat
sehingga penulis terus bersemangat dalam pengerjaan skripsi.
11. Serta sejumlah pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu7persatu yang
telah membantu dalam hal apapun sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

Penulis

viii

$

$
$
$
$

1.1
1.2
1.3
1.4

//////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
%///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

:
;
;
;

%
//////////////////////////////////////////////////////////////////////////
Latar Belakang Permasalahan ..............................................................
Perumusan Masalah ..............................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Kegunaan ..............................................................................................

+
1
4
5
5

%

////////////////////////////////////////////////////////
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................
2.1.1 Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan Birokrasi ....................
2.1.2 Gaya Kepemimpinan ................................................................
2.1.3 Birokrasi Pemerintah ................................................................
2.1.4 Pelayanan Masyarakat ..............................................................
2.1.5 Kinerja Birokrasi Pemerintah ...................................................
2.1.5.1 Kinerja Pegawai ............................................................
2.1.5.2 Permasalahan Kepegawaian .........................................
2.1.6 Hasil Penelitian : Keterkaitan Gaya Kepemimpinan
dengan Kinerja Anggota Organisasi .........................................
2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................................
2.3 Hipotesis ...............................................................................................
2.4 Definisi Operasional .............................................................................

15
16
17
17

%
//////////////////////////////////////////////////////////////
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................
Pendekatan Penelitian ...........................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
Teknik Penentuan Responden dan Informan ........................................
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................

*8
25
25
26
26
26

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5

)
6
6
8
10
11
12
12
14

<
%
/////////////////////////// &(
4.1 Deskripsi Umum Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ........................................... 30
4.2 Visi, Tugas Pokok Fungsi (TUPOKSI) Suku Dinas Peternakan,

ix

Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ..................
4.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ...........................................
4.4 Sumber Daya Manusia/ Pegawai Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara .................
4.5 Sarana dan Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ....................................

30
32
34
35

<
%
%

//////////////////////////////////////////////////////////////////////
5.1 Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara .................................................
5.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Setiap Situasi Pekerjaan
5.2.1 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap
Perencanaan dan Pengambilan Keputusan ...............................
5.2.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada
Hubungan Pemimpin dan Pegawai ...........................................
5.2.3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada
Tahap Evaluasi Pembuatan Laporan ........................................
5.2.4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap
Pelaksanaan Tugas ....................................................................
5.3 Faktor7faktor yang berkaitan dengan Penerapan
Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ................................................
5.3.1 Pribadi Pemimpin .....................................................................
5.3.2 Karakteristik Pegawai ...............................................................
5.3.3 Faktor Situasi/Kondisi Lingkungan Kerja ................................

&,
38
40
41
42
44
45

47
47
48
51

<
%

-

///////////////////////////////////////
6.1 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara ...................................................................
6.2 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara Pada Setiap Indikator Kinerja ..................
6.3 Kinerja Pegawai Menurut Masyarakat Binaan Suku Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara .............................

8&
53
54
57

<
//////////////////////////////////////////////////////////////// 87

x

7.1 Hubungan Penerapan Gaya Kepemimpinan
Kepala Suku Dinas Dengan Kinerja Pegawai ...................................... 59
7.2 Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai ....... 60
<
///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// )'
8. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 64
8. 2 Implikasi Hasil Penelitian ..................................................................... 66
$
%

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// ),
/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// =(

xi

$
Nomor
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8

%
Halaman

Tingkat Hubungan menurut Interval Koefisien untuk Interpretasi
Koefisien Korelasi ..........................................................................
Jumlah Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara Berdasarkan Seksi dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ..
Jenis dan Jumlah Sarana, Prasarana Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara Tahun 2010 .......................
Jumlah dan Persentase Pegawai yang Mempersepsikan Gaya
Kepemimpinan yang diterapkan Kepala Sudin................................
Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara .....................................................................
Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara Berdasarkan Indikator Kerja ......................
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kasudin dengan Kinerja Pegawai
Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ..............
Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Kepala
Sudin dengan Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara ..............................................................

28
34
35
39
54
56
60

60

xii

$
Nomor
Gambar 1
Gambar 2

Halaman

Kerangka Penelitian .......................................................................
Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara ..................................................................
Gambar 3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Perencanaan
dan Pengambilan Keputusan .........................................................
Gambar 4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Hubungan
Pemimpin dengan Pegawai ...........................................................
Gambar 5 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Evaluasi
Pembuatan Laporan .......................................................................
Gambar 6 Gaya Kepemimpianan yang Diterapkan Pada Tahap Pelaksanaan
Tugas .............................................................................................
Gambar 7 Sebaran Usia Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara ..................................................................
Gambar 8 Sebaran Status Penikahan Pegawai Sudin Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ..........................................
Gambar 9 Sebaran Tingkat Pendidikan Pegawai Sudin Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ..........................................
Gambar 10 Sebaran Pengalaman Kerja Pegawai Sudin Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara .........................................
Gambar 11 Situasi Kerja Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara...................................................................................

16
33
42
43
45
46
48
49
50
51
52

xiii

$
Nomor
Lampiran 1

Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

%
Halaman

Kuisioner Penelitian Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan
Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Kantor Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi
Jakarta Utara) ............................................................................
Panduan Pertanyaan Penelitian (Kepala Sudin Peternakan
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara) ....................................
Panduan Pertanyaan Penelitian (Masyarakat Binaan
Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara) .....
Daftar Responden Penelitian ....................................................
Kartu Inventaris Barang (KIB) Peralatan dan Mesin ...............
Peraturan Gubernur No. 215 Tahun 2009 Pegawai Negeri
Sipil (PNS) DKI Jakarta……………………………………….

71
78
82
85
87
90

%

1.1

Latar Belakang Permasalahan
Pemimpin adalah orang yang berperan sentral dalam menggerakkan

organisasi dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan berjalannya organisasi
yang dipimpinnya. Pemimpin juga memastikan tujuan dari organisasi tersebut
tercapai dengan efektif dan efisien serta memiliki tanggung jawab pula terhadap
orang7orang yang dipimpinnya. Hal ini dilakukan agar kinerja mereka optimal
dalam mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Kepemimpinan adalah suatu
proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut
tugas

dan

gaya

mempengaruhi

kepemimpinan,

kepemimpinan

cara

mempengaruhi

seseorang1.

Sedangkan

kelompok,

yang

pengertian

gaya

kepemimpinan adalah bagaimana pemimpin berhubungan dengan para pengikut
untuk pengambilan keputusan. Menurut Kaloh (2006) pada dasarnya, setiap
pemimpin memiliki ciri, sikap dan karakter yang berbeda7beda. Oleh karena itulah
setiap pemimpin memiliki suatu gaya kepemimpinan yang dominan ia terapkan.
Walaupun seorang pemimpin memiliki suatu gaya yang cenderung diterapkan, ia
juga harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang beragam sesuai dengan
pegawai dan kondisi pekerjaan. Gaya seorang pemimpin yang cocok diterapkan
dalam suatu organisasi, belum tentu akan berhasil sama baiknya pada organisasi
yang lain. Pada organisasi pemerintahan, seperti birokrasi, seorang pemimpin juga
harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan tertentu yang tepat demi pencapaian
tujuan organisasi.
Menurut Pasolong (2008) birokrasi adalah organisasi yang dipimpin oleh
pejabat pemerintah di bawah menteri yang memiliki tugas utama sebagai pemberi
pelayanan. Birokrasi yang dimaksudkan untuk penyelenggaraan bernegara,
penyelenggaraan pemerintahan termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan
umum dan pembangunan. Sedangkan menurut Morgan (1997) organisasi sektor

1

http://shelmi.wordpress.com/2009/06/09/kepemimpinan , diakses 4 desember 2009, pukul
14.40 wib

2

publik atau birokrasi, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang
organisasi sebagai mesin menekankan pada perlunya kecepatan, ketelitian,
kejelasan, keteraturan, keandalan dan efisiensi yang dicapai dengan cara
membangun divisi7divisi, hierarki dan berbagai aturan sebagai bentuk pembagian
kerja yang tegas. Sedangkan sudut pandang organisasi sebagai makhluk hidup
memiliki cara pandang bahwa tidak ada satu jenis organisasi yang dapat
menjawab berbagai masalah dan cocok untuk semua kondisi sehingga organisasi
dapat terus beradaptasi terhadap lingkungannya yang dinamis. Sistem yang kaku
dan dibatasi dengan segala aturan dan prosedural serta tidak mampu pula menjadi
organisasi adaptif yang dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang.
Hal inilah yang menyebabkan pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan optimal.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya setiap orang yang bekerja di
pemerintah harus mengikuti segala prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini karena
akar dari birokrasi adalah adanya pengawasan perilaku pegawai. Pengawasan ini
dilakukan karena setiap rupiah yang dikeluarkan adalah uang rakyat yang harus
dipertanggungjawabkan penggunaannya sehingga perlu diatur dengan prosedur
dan aturan yang ketat. Akibatnya sikap yang muncul adalah kinerja pegawai yang
terbatasi dengan berbagai macam prosedural yang ada. Oleh karena itulah muncul
kekakuan dalam melayani masyarakat karena adanya dilema antara meningkatkan
pelayanan dengan patuh dan takut terhadap prosedur serta pengawasan yang ketat.
Kekakuan prosedur pelayanan berakibat pada pelaku birokrasi yang terkadang
memperlambat proses yang ada padahal menurut Sinambela

Pasolong

(2008) birokrasi adalah organisasi yang ditujukan untuk memaksimumkan efisensi
dalam administrasi yang berarti bertujuan pencapaian tujuan organiasi yang cepat
dan tepat.
Pencapaian tujuan dari birokrasi tidak terlepas dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh para pegawai pemerintah. Hasil kerja yang dilakukan dan dicapai
dengan baik dalam upaya memenuhi tujuan organisasi secara sendiri maupun
kelompok dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan disebut dengan kinerja
birokrasi (Pasolong, 2008). Peran pemimpin birokrasi dan gaya kepemimpinannya
yang tepat kepada para pegawainya akan menentukan bagaimana hasil

3

ketercapaian dari tugas dan pekerjaan yang diberikan dapat terlaksana dengan
baik. Walaupun tidak dapat dipastikan bahwa pemimpin adalah satu7satunya
faktor yang mempengaruhi kinerja pegawainya.
Oleh karena itulah dengan adanya permasalahan yang diuraikan pada
paragraf sebelumnya peran pemimpin dalam birokrasi pemerintah sangat penting.
Pemimpin berperan memastikan berjalannya fungsi dan tugas pegawai, seperti
pelayanan terhadap masyarakat. Pemimpin berperan pula untuk memastikan
lingkungan tempat kerja yang harmonis sehingga memotivasi karyawan dalam
menjalankan tugasnya. Namun hal yang harus dihindari dalam implementasi
peran kepemimpinan birokrasi adalah terbentuknya seorang pimpinan yang secara
struktural memegang posisi sebagai kepala/pemimpin tetapi secara fungsional
sangat jauh dari kriteria seorang pemimpin. Pimpinan tersebut tidak mampu
mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu pula mengkondisikan lingkungan
kerja yang positif dan tidak mampu membangun komunikasi dengan pegawai
(gaya kepemimpinan) dengan baik sehingga mengakibatkan kinerja pegawai yang
tidak optimal dan tidak sesuai dengan tugas, fungsi dan targetan yang telah
ditetapkan. akhirnya menyebabkan fungsi pemerintah sebagai pelayan publik
menjadi tidak optimal.
Selayaknya sebuah organisasi pemerintah yang berbentuk birokrasi, Suku
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Sudin P2K) Jakarta Utara memiliki
berbagai kondisi yang dinamis dalam menjalankan aktivitas organisasinya. Seperti
yang dikatakan Pasolong (2008) peran Kepala Sudin sebagai pemimpin birokrasi
adalah mempengaruhi para pegawai untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan
mengarahkan organisasi agar lebih kompak dan kondusif dengan menerapkan
konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilan melalui wewenang
yang dimilikinya. Karakter pegawai yang beragam, tingkat pendidikan dan
pengetahuan serta pengalaman kerja menjadikan pegawai memiliki beragam
kondisi. Selain itu ditambah dengan beragamnya situasi dan pekerjaan yang
dihadapi. Oleh karena itulah Kepala Sudin memiliki berbagai macam cara dalam
menghadapi pegawainya dalam berbagai macam situasi yang terjadi. Hubungan
yang terbangun antara Kepala Sudin dan pegawai menjadi lebih dinamis dalam
mencapai tujuan organisasi. Cara Kepala Sudin berkomunikasi, memimpin dan

4

mengarahkan pegawainya adalah gaya kepemimpinan yang digunakannya dalam
memimpin Sudin. Oleh karena itulah mengetahui bagaimana cara Kepala Sudin
dalam memimpin dan mengarahkan pegawai menjadi menarik dikaji. Apakah
gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam
bekerja menjadi sebuah pertanyaan utama dalam penelitian ini. Walaupun masih
terdapat faktor lain diluar gaya kepemimpinan yang dapat menentukan kinerja
pegawai.

1.2

Perumusan Masalah
Pemimpin adalah orang yang memberikan pencerahan bagi masa depan

organisasi yang dipimpinnya dengan menciptakan situasi dan kondisi kondusif
serta memungkinkan berlangsungnya proses7proses manajemen secara optimal
(Kaloh, 2006). Oleh karena itulah diperlukan cara yang dipergunakan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan
mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara
efisien dan efektif. Pencapaian tujuan orgaisasi bergantung pada kepemimpinan
dan kinerja pada birokrasi tersebut. Sedangkan kinerja pemerintah sangat
dipengaruhi oleh kualitas dari anggota organisasi birokrasi pemerintah, yaitu
pegawai. Pemimpin Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam mengarahkan
pegawainya. Hal ini disebabkan karena gaya kepemimpinan yang diterapkan
Pemimpin berhubungan dengan kinerja pegawainya. Seperti yang dikatakan oleh
Nordholty (1987), yaitu gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai
dibutuhkan. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.

Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam
organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah kota ?

2.

Bagaimana kinerja pegawai dalam Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan wilayah kota ?

3.

Apakah terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai Suku
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah Kota ?

5

1.3

Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan:
1.

Mengkaji gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam
organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah kota

2.

Mengkaji kinerja pegawai dalam Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan wilayah Kota

3.

Mengkaji hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai Suku Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah Kota

1.4

Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi:

1.

Bagi akademisi penelitian ini

bermanfaat menjadi tambahan literatur

penelitian mengenai penerapan gaya kepemimpinan dalam birokrasi
pemerintah, faktor7faktor yang mempengaruhinya, gambaran kinerja pegawai
pemerintah dan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai.
2.

Penelitian ini pun diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait, yaitu
Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan sebagai masukan dalam
menjalankan organisasi terutama mengenai penerapan gaya kepemimpinan,
kinerja pegawai dan hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja
pegawainya.

6

-

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan Birokrasi
Menurut Pasolong (2008) pemimpin adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Kaloh (2006) pemimpin adalah orang yang
memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi yang dipimpinnya dengan
menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta memungkinkan berlangsungnya
proses7proses manajemen secara optimal. Seorang pemimpin pun harus
menyadari bahwa ia adalah mesin penggerak utama denyut jantung organisasi
untuk memfasilitasi seluruh anggota organisasi agar mereka bisa melaksanakan
tanggung jawab untuk mengembangkan organisasi sesuai dengan aturan main
organisasi.
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi para pelaku
organisasi agar mengerti dan bersepakat mengenai apa7apa yang harus dikerjakan
dan bagaimana melaksanakannya secara efektif (Yuki

Legino, 2009).

Sedangkan menurut Pasolong (2008) kepemimpinan adalah gaya yang digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan
kerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan birokrasi
adalah suatu proses mempengaruhi para pegawai untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dan mengarahkan organisasi agar lebih kompak dan kondusif dengan
menerapkan konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilan melalui
wewenang yang dimilikinya. Sebuah organisasi birokrasi seperti pemerintahan
membutuhkan kepemimpinan birokrasi yang profesional dalam hal ini cakap dan
cerdas dalam mengorganisir dan mengintegrasikan segenap potensi sumberdaya
yang dimiliki. Menurut Pasolong (2008) agar mencapai pelayanan publik yang
memuaskan, maka pemimpin birokrasi harus memiliki kapasitas mental7
intelektual yang hebat. Seorang pemimpin harus punya fokus tujuan dan etos kerja
tinggi pada diri sehingga terpancar aura yang bisa mempengaruhi bawahannya.

7

Oleh karena itulah Pasolong (2008) membagi tiga hal yang penting dipelajari
untuk menjadi pemimpin birokrasi, yaitu:
1. Memahami dan menghayati filosofi dari birokrasi sehingga visi dan misi
birokrasi akan menjadi karakter diri seorang pemimpin;
2. Mampu membaca situasi dan bertindak sesuai dengan kebutuhan; dan
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam
bekerja, kemampuan menggerakkan pegawai secara efektif dan efisien,
memiliki pemahaman tentang orang7orang yang dipimpinnya secara
psikologis, dan pengetahuan teknologi.
Menurut Pasolong (2008) Dalam menjalankan organisasi birokrasi
pemerintah, seorang pemimpin memiliki peran khusus, yaitu:
1. Peran pengambilan keputusan
Pemimpin memiliki peran sebagai pengambil keputusan. Pengambilan
keputusan meliputi apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya,
siapa yang mengerjakannya, dan kapan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
memastikan pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan7
kegiatan, penggunaan sumberdaya secara efisien, dan adaptasi kemampuan
yang berubah7ubah.
2. Peran mempengaruhi
Pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahannya sehingga bersedia
bekerjasama dalam merealisasikan suatu program kerja dengan menggunakan
wewenang

sebagai

seorang

pemimpin.

Pemimpin

birokrasi

dapat

memodifikasi kewenangan dan keunggulan sifat yang dimiliki oleh seorang
pemimpin. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar peran mempengaruhi
bawahan dapat efektif, yaitu jujur dan adil terhadap semua anggota tanpa
pilih kasih; memberikan contoh dalam bekerja dan bertindak; arif dan
bijaksana terhadap anggota yang melanggar; melibatkan anggota dalam
berbagai kegiatan; menumbuhkan rasa percaya diri pada anggota bahwa
mereka memiliki kemampuan dan etos kerja yang tinggi; dan menghargai
anggota dengan menjadikan mereka sebagai rekan kerja.
3. Peran memotivasi

8

Pemimpin memberikan dorongan kepada anggota untuk bekerja lebih giat
dengan mempertimbangkan karakter anggota yang berbeda7beda dalam
kemampuan, pengetahuan dan perilaku.
4. Peran antar pribadi
Pemimpin sebagai tokoh yang cukup dihargai, menampilkan perilaku yang
baik, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin dan sikap positif serta mampu
menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya dan pemotivasi bagi
bawahannya.
5. Peran Informasional
Pemimpin

berperan

dalam

menjelaskan

rencana7rencana,

kebijakan7

kebijakan, harapan7peran, instruksi tentang cara pekerjaan yang harus
dilakukan sebagai tanggung jawab bagi para anggota dan tujuan7tujuan
kinerja dan otorisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ndhara (1997)

Pasolong (2008), ada dua faktor yang

mempengaruhi perilaku kepemimpinan, yaitu kondisi yang datang dari luar
lingkungan dan kepentingan yang disadari dari dalam diri yang bersangkutan
(karakter individu pemimpin). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Randhita
(2009) dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin dalam
menentukan gaya kepemimpinannya adalah karakteristik pemimpin, karakteristik
pegawai dan faktor situasi.
2.1.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Pasolong (2008) pengertian gaya kepemimpinan adalah suatu
cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi,
mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Gaya kepemimpinan
adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha, 2004). Jenis7jenis
gaya kepemimpinan tersebut menurut Hersey dan Blanchard (1996)
Pasolong (2008), yaitu:
1. Gaya kepemimpinan Instruktif
Peran pemimpin menginstruksikan bawahan tentang apa, bagaimana dan
dimana harus melakukan suatu tugas tertentu. Gaya kepemimpinan tersebut

9

diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan yang rendah,
tidak mau dan tidak mampu dalam memikul tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas. Anggota organisasi tidak memiliki atau kurang
pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.
2. Gaya kepemimpinan konsultatif
Pemimpin melakukan pengarahan hampir seluruh keputusan dan tetap
menjalankan komunikasi dua arah berupa mencari saran dan jawaban atas
permasalahan yang ada. Komunikasi dua arah ini dilakukan untuk menjaga
motivasi anggota yang tinggi pada saat yang sama tanggung jawab dan
kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan. Diterapkan pada
anggota yang mempunyai tingkat kematangan rendah ke sedang, yaitu
memiliki keyakinan dan keinginan dalam memiliki tanggung jawab tetapi
tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam menyelesaikannya.
3. Gaya kepemimpinan partisipatif
Pemimpin dan pengikut saling menukar ide dalam melaksanakan tugas.
Peran utama pemimpin pada gaya kepemimpinan ini adalah memberikan
fasilitas dan berkomunikasi. Gaya kepemimpinan ini diterapkan kepada
anggota yang yang memiliki tingkat kematangan dari sedang ke tinggi, yaitu
anggota memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan untuk
melakukan tugas yang diberikan dikarenakan keyakinan dan motivasi yang
kurang dari anggota. Oleh karena itu pemimpin perlu membuka komunikasi
dua arah dengan anggota dan secara aktif

mendengar serta mendukung

usaha7usaha bawahan untuk menggunakan kemampuan yang mereka miliki.
4. Gaya kepemimpinan delegatif
Pemimpin melakukan penunjukkan tugas dan kewajiban, pemberian
wewenang dan penciptaan tanggung jawab pada anggota. Diterapkan pada
bawahan yang memiliki kematangan yang tinggi baik dalam motivasi dan
keyakinan maupun kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab.
Dalam penerapan gaya kepemimpinan menurut Robbins (2006)
Pasolong (2008) para pemimpin harus menyesuaikan gaya mereka dengan budaya
nasional yang beragam. Gaya kepemimpinan yang umum berlaku dalam suatu

10

negara belum tentu berlaku di negara lain dan budaya nasional mempengaruhi
gaya kepemimpinan. Seorang pemimpin tidak dapat memilih gaya kepemimpinan
mereka sesuai keinginan pribadi, mereka dibatasi oleh kondisi budaya yang
diharapkan pengikut.
2.1.3 Birokrasi Pemerintah
Dalam Etzioni (1985) organisasi yang disebut Weber sebagai birokrasi
menentukan norma7normanya sendiri yang harus dilaksanakan. Organisasi akan
berjalan dengan efektif apabila semua peraturan ditaati oleh anggota. Organisasi
dapat menggunakan kekuasaannya yang dimiliki dengan memberikan ganjaran
bagi yang taat atau hukuman bagi yang membangkang agar para anggota menaati
peraturan yang ada. Sedangkan menurut Pasolong (2008) birokrasi adalah
organisasi yang dipimpin oleh pejabat pemerintah di bawah menteri yang
memiliki tugas utama sebagai pemberi pelayanan. Birokrasi yang dimaksudkan
untuk penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan pemerintahan termasuk di
dalamnya penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan, seringkali oleh
masyarakat diartikan dalam konotasi yang berbeda. Tugas pokok birokrasi adalah
secara profesional menindaklanjuti keputusan politik yang diambil pemerintah
dan mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien. Menurut Morgan (1997)
organisasi sektor publik atau birokrasi, dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Sudut pandang organisasi sebagai mesin menekankan pada perlunya kecepatan,
ketelitian, kejelasan, keteraturan, keandalan dan efisiensi yang dicapai dengan
cara membangun divisi7divisi, hierarki dan berbagai aturan sebagai bentuk
pembagian kerja yang tegas. Sedangkan sudut pandang organisasi sebagai
makhluk hidup memiliki cara pandang bahwa tidak ada satu jenis organisasi yang
dapat menjawab berbagai masalah dan cocok untuk semua kondisi sehingga
organisasi dapat terus beradaptasi terhadap lingkungannya yang dinamis.
Menurut Jeddawi (2009) birokrasi disusun sebagai hierarki otoritas yang
terelaborasi, yang mengutamakan pembagian kerja secara terperinci, yang
dilakukan sistem administrasi, khususnya oleh aparatur pemerintah. Ciri utama
dari struktur birokrasi adalah adanya prinsip pembagian kerja, struktur hierarkis,
aturan dan prosedur, prinsip netral dan tidak memihak, penempatan berdasarkan
karier dan birokrasi murni. Dengan adanya paradigma baru, birokrasi memiliki

11

ciri7ciri tambahan, yaitu mengarahkan, memberdayakan, dan menciptakan
persaingan dalam pelayanan publik. Menurut Tamin (2004), terdapat empat fungsi
yang diemban sebuah birokrasi negara, yaitu:
1. Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan kebijakan perundang7undangan dan
kebijaksanaan publik dalam kegiatan7kegiatan rutin untuk memproduksi jasa,
pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi tertentu.
2. Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran, informasi, fisik, dan
profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan.
3. Fungsi katalis

, yaitu mengartikulasikan aspirasi dan

kepentingan publik dan mengintegrasikan ke dalam kebijaksanaan dan
keputusan pemerintah.
4. Fungsi

, yaitu memberikan inspirasi bagi kegiatan7kegiatan

inovatif, mengaktifkan sumber7sumber potensial yang ideal dan menciptakan
$

% yang optimal untuk mencapai tujuan.

2.1.4 Pelayanan Masyarakat
Menurut Randhita (2009) pelayanan masyarakat adalah segala bentuk
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di
daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang
atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan dan perundang7undangan. Pengertian lain
pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai usaha melayani
kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
Pasuraman dkk (1985) mengatakan bahwa konsumen dalam melakukan
penilaian terhadap kualitas jasa ada lima dimensi, yaitu:
1.

atau ketampakan fisik, yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan
pegawai dan sarana komunikasi.

2. &

atau

responsivitas

adalah

kerelaan

untuk

menolong

/pelanggan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. Hal ini
meliputi keinginan para staf untuk membantu para pelanggan/masyarakat dan
memberikan pelayanan dengan tanggap.

12

3. &

atau

reliabilitas

adalah

kemampuan

organisasi

untuk

menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Hal tersebut meliputi memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat, handal dan memuaskan.
4.

atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja
serta

kemampuan

mereka

dalam

memberikan

kepercayaan

kepada

pelanggan/masyarakat. Hal tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh staf.
5. '

adalah perlakuan dan perhatian pribadi yang diberikan kepada

pelanggan/masyarakat,

yaitu

meliputi

kemudahan

dalam

melakukan

hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan pelanggan.
2.1.5 Kinerja Birokrasi Pemerintah
2.1.5.1 Kinerja Pegawai
Kinerja birokrasi adalah hasil kerja yang dilakukan dan dicapai dengan
baik dalam upaya memenuhi tujuan organisasi secara sendiri maupun kelompok
dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan (Pasolong, 2008). Kinerja
birokrasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari anggota organisasi
birokrasi pemerintah, yaitu pegawai. Menurut Sedarmayanti (2001) kinerja
diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil
kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Pengertian tersebut menunjukkan
bagaimana seorang pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Mitchell
Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa terdapat lima aspek kinerja, yaitu:
1. (
2. )
3.
4. *
5. *

(kualitas pekerjaan)
(kecepatan dan ketepatan hasil kerja)
(kemampuan mengambil inisiatif)
(kesanggupan atau kemampuan untuk melaksanakan pekerjaaan)
(kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan)
Handoko (2001) mengemukakan penilaian kinerja atau prestasi kerja

(

) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau

menilai prestasi kerja pegawai. Kegiatan dapat mempengaruhi keputusan7
keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang

13

pelaksanaan kerja mereka. Adapun kegunaan penilaian kerja adalah sebagai
berikut:
1. Mendorong orang atau pegawai agar berperilaku positif atau memperbaiki
tindakan mereka yang dibawah standar.
2. Sebagai bahan penilaian bagi manajemen terkait kualitas kerja pegawai.
3. Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan peningkatan
organisasi .
Ranupandojo dan Husnan (2000) menjelaskan dengan rinci beberapa
aspek mengenai ukuran7ukuran kinerja pegawai, yaitu:
1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang
diterapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian,
keterampilan dan keberhasilan kerja.
2. Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang
ada. Hal yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat
pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output. Perlu
diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa
cepat dia menyelesaikan pekerjaan ekstra.
3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam beberapa hal, yaitu mengikuti
instruksi, inisiatif, rajin dan sikap hati7hati.
4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta
kerjasama.
Terdapat standar kinerja yang telah ditetapkan pada Peraturan Gubernur
No.215 tahun 2009 Pegawai Negeri Sipil (PNS) DKI Jakarta. Standar kinerja PNS
bernama Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), yaitu tunjangan yang diberikan
kepada PNS dan Calon PNS dikaitkan dengan penilaian kehadiran dan kinerja.
Penilaian tersebut meliputi Bidang Hasil Utama (BHU) dan Bidang Perilaku
Utama (BPU). Penilaian kinerja TKD menurut pergub 215 pasal 1 ayat 18 adalah
proses penilaian terhadap tingkat atau tampilan kerja PNS dan CPNS yang
didasarkan pada kehadiran kerja, Bidang Hasil Utama (BHU) dan Bidang Perilaku
Utama (BPU). Bidang hasil utama adalah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh pegawai, meliputi:
1. ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

14

2. kebenaran hasil pekerjaan
3. ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan laporan pelaksanaan tugas
4. ketepatan dan kebenaran dalam penyampaian laporan pelaksanaan tugas
Bidang perilaku utama adalah pola tingkah laku pegawai dalam menjalankan,
menyelesaikan dan memecahkan tugas/masalah yang diberikan, meliputi:
1. kebenaran menyampaikan data dan informasi dalam tugas
2. kemampuan bekerja sama dalam tim kerja
3. kepemimpinan
2.1.5.2 Permasalahan Kepegawaian
Terdapat

permasalahan

pada

kepegawaian

di

Indonesia

yang

mempengaruhi buruknya kinerja birokrasi pemerintah sehingga melahirkan
birokrat yang moralnya rusak dan minimnya kemampuan dalam melakukan tugas
dan tanggunggjawab. Saat ini pun pemerintah belum memprioritaskan perbaikan
kualitas kepegawaian negara dari agenda reformasi birokrasi. Hal inilah yang
mengakibatkan kualitas dan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat belum optimal yang mengakibatkan prosedur pelayanan
berbelit7belit. Kenyataan yang terlihat sekarang adalah obsesi para birokrat dan
politisi untuk menjadikan birokrasi sebagai lahan pemenuhan hasrat dan
kekuasaan, sehingga kekecewaan masyarakat terhadap birokrasi terus terjadi
(Pasolong, 2008). Menurut Jeddawi (2009) akar permasalahan dari kepegawaian
di Indonesia, yaitu persoalan internal sistem kepegawaian negara dan persoalan
eksternal yang mempengaruhi kinerja pegawai. Terdapat beberapa permasalahan
yang terjadi dalam kepegawaian. Berikut adalah permasalahan tersebut di