Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

ANALISIS DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN DALAM PENATAAN RUANG
(Studi Kasus: Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah)

EKO MAPILATA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Daerah Rawan Kebakaran
Hutan dan Lahan dalam Penataan Ruang (Studi kasus: Kota Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor

Bogor, Juli 2013
Eko Mapilata
NIM A156100041

RINGKASAN
EKO MAPILATA. Analisis Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
dalam Penataan Ruang (Studi Kasus: Kota Palangka Raya, Provinsi
Kalimantan Tengah). Dibimbing oleh KOMARSA GANDASASMITA dan
GUNAWAN DJAJAKIRANA.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian yang hampir terjadi setiap
tahun pada musim kemarau di Kota Palangka Raya. Kondisi ini mengakibatkan
kerusakan dan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan yang akan menghambat
laju pembangunan dan pengembangan wilayah Kota Palangka Raya sehingga
diperlukan upaya pengendalian terhadap kebakaran hutan dan lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik lokasi
kebakaran hutan dan lahan; (2) mengidentifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan; (3) mengidentifikasi daerah rawan

kebakaran hutan dan lahan; (4) merumuskan arahan pencegahan kebakaran hutan
dan lahan berdasarkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
Pengolahan dan analisis karakteristik lokasi mempengaruhi kebakaran hutan
dan lahan menggunakan pendekatan teknologi penginderaan jauh dan statistik
serta mengintegrasikan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan
Composite Mapping Analysis (CMA) untuk mendapatkan daerah rawan kebakaran
hutan dan lahan. Aktivitas/perilaku masyarakat yang mempengaruhi kebakaran
hutan dan lahan didapatkan dari wawancara terhadap masyarakat berdasarkan
kuisioner, kemudian dianalisis menggunakan metode perbandingan berpasangan.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik terhadap 8 variabel meliputi
aktivitas manusia dan kondisi pendukung yang mempengaruhi kebakaran hutan
dan lahan, yaitu jarak terhadap jalan, jarak terhadap sungai, jarak terhadap
permukiman, tutupan lahan, kepadatan penduduk, curah hujan, jenis tanah dan
kemiringan lereng, terpilih 3 variabel yang dominan mempengaruhi peluang
terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Secara spasial, faktor yang dominan
mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan adalah aktivitas manusia, yaitu jarak
terhadap jalan, tutupan lahan dan kepadatan penduduk.
Berdasarkan hasil wawancara yang dianalisis menggunakan metode
perbandingan berpasangan, kecenderungan aktivitas masyarakat melakukan
pembakaran lahan karena adanya upaya menandai status kepemilikan/penguasaan

lahan namun tidak disertai dengan kemampuan finansial yang memadai sehingga
membakar merupakan cara yang cepat dan murah.
Hasil analisis daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang dibangun
menggunakan metode CMA berdasarkan 3 faktor yang dominan mempengaruhi
kebakaran hutan dan lahan menghasilkan nilai akurasi kappa 80 %. Tingkat
kerawanan dibagi menjadi 3 kelas, kelas kerawanan rendah memiliki luas
103.347 ha (39 %), sedang 130.681 ha (49 %) dan tinggi 33.824 ha (13 %).
Berdasarkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kerawanan
tinggi, terdapat 11 arahan lokasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang
tersebar di 5 kecamatan. Secara umum karakteristik lokasi pada arahan lokasi
pencegahan terletak pada status kawasan Hutan Produksi (HP), Kawasan

Pengembangan Produksi (KPP), Kawasan Permukiman dan Penggunaan Lainnya
(KPPL), berjarak < 1 km terhadap jalan dengan tingkat kepadatan penduduk 11 –
100 jiwa/km2, tutupan lahan belukar rawa dan tanah histosol yang telah
terdegradasi (overdrain) dengan kemiringan lereng < 2 %.
Kebijakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di wilayah administrasi
Kota Palangka Raya adalah pelarangan pembakaran hutan dan lahan. Pada kondisi
tertentu dengan mempertimbangkan kebiasaan masyarakat adat atau tradisonal
dalam membuka ladang dan kebun yang mengakibatkan kebakaran hutan dan

lahan, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan kebijakan khusus dalam
membakar lahan, yaitu pembakaran lahan secara terkendali. Berdasarkan
karakteritik lokasi dan aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kebakaran hutan
dan lahan, strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang dapat dilakukan
adalah pengembangan media informasi, pembuatan sumber air (sumur bor dan
sumur gali), penabatan/penyekatan saluran/parit (canal blocking), penyuluhan dan
pemberdayaan masyarakat serta penegakan hukum.
Kata Kunci: Kota Palangka Raya, Daerah Rawan, Kebakaran Hutan dan Lahan.

SUMMARY

EKO MAPILATA. Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial
Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).
Supervised
by
KOMARSA
GANDASASMITA
and
GUNAWAN
DJAJAKIRANA.

In the city of Palangka Raya, land and forest fires are occurred almost every
year during the dry season. These conditions resulted in damage and loss in terms
of economic, social and environment that will inhibit the rate of development in
Palangka Raya city so that necessary control measures against land and forest
fires.
This study has four main objectives that include the following: (1) to
identify the characteristics of land and forest fires; (2) to identify factors
influencing land and forest fires; (3) to identify land and forest fires hazard zone;
(4) to formulate the direction of land and forest fire prevention.
The Characteristics location of land and forest fires, factors influencing land
and forest fires and land and forest fires hazard zone processed and analyzes
using remote sensing technology approaches and statistical method and
integrating Geographical Information System (GIS) with Composite Mapping
Analysis (CMA). Human activites influencing land and forest fires obtained from
interviews based questionnaire and analyzed using pairwise comparison.
Based on logistic regression analysis of the 8 variables encompass human
activities and supporting conditions, consisting of distance to roads, distance to
rivers, distance ti settlements, land cover, population density, rainfall, soil type
and slope. Human activites are the main factor influencing the land and forest
fires. In terms of spatial consist of distance to roads, land cover and population

density. Based on the results of interviews were analyzed using the method of
pairwise comparison, the tendency of burning land is land acquisition without
adequate financial ability
The results of the analysis of land and forest fire hazard zone using CMA
with three parameter influencing land and forest fires produce model accuracy by
80,00 % with low hazard area covering 103.347 ha (39 %), moderate hazard area
covering 130.681 ha (49 %) and high hazard area covering 33.824 ha. Based on
land and forest fires hazard zone with high hazard, there are 11 referrals location
of land and forest fires prevention spread over 5 districts. The characteristics
location of land and forest fire hazard zone with high hazard located at region of
production forest, region of production development, region of settlement, and
using other, distance to roads < 1 km, population density 11 – 100 jiwa/km2,
swamp – shrubs and histosol that has degraded (overdrain) with slope < 2%.
The prevention policy of land and forest fires in administration area of
Palangka Raya City is prohibition of burning land and forest. The policy of
controlled burning is applied to agriculture activities undertaken by indigenous or
traditional people. According to land and forest fire hazard zone, land and forest
fires prevention strategies that can be done is the development of information
media, preparation of water sources, canal blocking, education, community
empowernment and law enforcement.

Keywords: Palangka Raya City, Hazard Zone, Land and Forest Fires

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ANALISIS DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN DALAM PENATAAN RUANG
(Studi Kasus: Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah)

EKO MAPILATA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc

Judul Tesis

Analisis Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
dalam Penataan Ruang (Studi Kasus: Kota Palangka
Raya, Provinsi Kalimantan Tengah)

Nama
NIM


Eko Mapilata
A156100041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Gunawan Djajaklrana, M.Sc
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Tanggal Ujian: 21 Juni 2013


Tanggal Lulus:

.25 JUL 2013

Judul Tesis

:

Analisis Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
dalam Penataan Ruang (Studi Kasus: Kota Palangka
Raya, Provinsi Kalimantan Tengah)

Nama
NIM

:
:

Eko Mapilata
A156100041


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Gunawan Djajakirana, M.Sc
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 21 Juni 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Analisis Daerah Rawan
Kebakaran Hutan dan Lahan dalam Penataan Ruang (Studi Kasus: Kota Palangka
Raya, Provinsi Kalimantan Tengah)” ini telah berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Komarsa
Gandasasmita, M.Sc dan Dr. Ir. Gunawan Djajakirana, M.Sc sebagai komisi
pembimbing, serta Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Santun R.P
Sitorus yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada istri tercinta Nina Ariani dan ananda tersayang Ezra
Sebastian Mapilata, kedua orang tua, mertua, serta seluruh keluarga atas doa dan
dukungan yang penuh kesabaran dan kasih sayang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Eko Mapilata

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................................1
Rumusan Masalah ..............................................................................................2
Tujuan Penelitian ................................................................................................3
Manfaat Penelitian ..............................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Wilayah .....................................................................................5
Kebakaran Hutan dan Lahan ..............................................................................5
Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan .........................................................7
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan ...........................................................8
Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan .....................................................9
Composite Mapping Analysis ...........................................................................10
Logistic Regression ..........................................................................................11
Pairwise Comparison .......................................................................................12
Intensity Hue Saturation Transformation .........................................................12
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran .........................................................................................15
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................15
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................15
Pengumpulan Data, Sumber dan Alat ..............................................................16
Penyusunan Kuisioner ......................................................................................17
Persiapan Data ..................................................................................................17
Persiapan Citra Satelit Landsat ....................................................................18
Persiapan Peta Tutupan Lahan .....................................................................18
Persiapan Data Sebaran Kebakaran Hutan dan Lahan ................................19
Persiapan Data Curah Hujan ........................................................................19
Persiapan Data Kepadatan Kependudukan ..................................................19
Persiapan Peta Jaringan Jalan, Sungai dan Permukiman .............................20
Perbaikan Peta Tutupan Lahan ....................................................................20
Analisis dan Pengolahan Data ..........................................................................20
Karakteristik Lokasi Kebakaran Hutan dan Lahan ......................................20
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan ..20
Analisis Karakteristik Lokasi yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan
dan Lahan ................................................................................................20
Analisis Aktivitas/Perilaku yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan
dan Lahan ................................................................................................23

Analisis Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan ................................ 23
Penentuan Bobot dan Perhitungan Skor ................................................. 23
Uji Akurasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan ...................... 24
Analisis Arahan Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan ....... 25
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Wilayah Administratif ..................................................................................... 27
Kondisi Biofisik Wilayah ................................................................................ 27
Iklim ............................................................................................................ 27
Geologi ........................................................................................................ 28
Tanah ........................................................................................................... 30
Satuan Peta Tanah ....................................................................................... 30
Sebaran Lahan Gambut ............................................................................... 30
Topografi ..................................................................................................... 34
Daerah Aliran Sungai .................................................................................. 35
Kondisi Sosial Ekonomi .................................................................................. 35
Kependudukan ............................................................................................. 35
Perekonomian .............................................................................................. 36
Kebakaran Hutan dan Lahan ............................................................................ 37
Rencana Tata Ruang Wilayah .......................................................................... 38
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lokasi Kebakaran Hutan dan Lahan ........................................... 39
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan .................... 60
Karakteristik Lokasi yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan .... 60
Aktivitas /Perilaku Masyarakat yang Mempengaruhi Kebakaran
Hutan dan Lahan .......................................................................................... 66
Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan .................................................... 70
Akurasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan.................................. 74
Rumusan Arahan Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan .......... 74
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................................... 83
Saran ................................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
LAMPIRAN ........................................................................................................ 91
MPIRAN ............................................................................................................... 34

DAFTAR TABEL

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Data sekunder yang digunakan dalam Penelitian ..........................................17
Parameter karakteristik lokasi kebakaran hutan dan lahan .............................21
Rata – rata curah hujan di Kota Palangka Raya tahun 2006 – 2011 ...............28
Formasi/satuan batuan di Kota Palangka Raya ...............................................28
Klasifikasi tanah Kota Palangka Raya ............................................................30
Klasifikasi land system Kota Palangka Raya ..................................................32
Pengelompokan kedalaman/ketebalan gambut .............................................32
Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah kk dan rasio jenis kelamin,
kepadatan penduduk........................................................................................35
Laju pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya ........................................36
Peranan sektor dalam perekonomian Kota Palangka Raya (persentase) ........36
Luas areal pemadaman kebakaran hutan dan lahan ........................................38
Luas kawasan hutan dan penggunaan lainnya ................................................38
Luas perubahan tutupan lahan Kota Palangka Raya
Periode 2000, 2003, 2006, 2009 dan 2012 .....................................................47
Matrik perubahan tutupan lahan periode tahun 2000 sampai
dengan tahun 2003 .........................................................................................49
Matrik perubahan tutupan lahan periode tahun 2003 sampai
dengan tahun 2006 .........................................................................................49
Matrik perubahan tutupan lahan periode tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009 .........................................................................................50
Matrik perubahan tutupan lahan periode tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012 .........................................................................................50
Persentase luas areal terbakar terhadap luas keseluruhan areal terbakar .......54
Proporsi luas areal terbakar terhadap luas areal kelas parameter ...................56
Pola perubahan tutupan lahan tahun 2006 setelah kebakaran hutan
dan lahan tahun 2003 .....................................................................................59
Pola perubahan tutupan lahan tahun 2009 setelah kebakaran hutan
dan lahan tahun 2006 .....................................................................................59
Pola perubahan tutupan lahan tahun 2012 setelah kebakaran hutan
dan lahan tahun 2009 .....................................................................................59
Variabel peubah bebas yang berpengaruh terhadap terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2003 ..........................................................61
Variabel peubah bebas yang berpengaruh terhadap terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2006 ..........................................................62
Variabel peubah bebas yang berpengaruh terhadap terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2009 ..........................................................64
Variabel peubah bebas yang berpengaruh terhadap terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2012 ..........................................................65
Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan tujuan kegiatan
pembakaran dilakukan ...................................................................................66

28 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan motivasi kegiatan
dengan cara membakar .................................................................................. 67
29 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan keuntungan teknik
membakar ...................................................................................................... 67
30 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan luas lahan yang
dibakar (ha)..................................................................................................... 67
31 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan waktu
pembakaran (WIB) ........................................................................................ 68
32 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan perlakuan bahan
bakar sebelum dilakukan pembakaran .......................................................... 68
33 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan lama pengeringan
bahan bakar (hari) .......................................................................................... 68
34 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan kegiatan dalam
upaya pencegahan meluasnya pembakaran ................................................... 69
35 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan cara/teknik
membakar ...................................................................................................... 69
36 Rataan geometri matrik perbandingan berpasangan kegiatan yang
dilakukan selama proses pembakaran ........................................................... 70
37 Parameter, bobot, sub parameter, nilai dan keterangan daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan ............................................................................. 71
38 Luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan ............................................. 71
39 Luas areal terbakar pada daerah rawan kebakaran hutan dan lahan ............... 74
40 Arahan lokasi pencegahan kebakaran hutan lahan ........................................ 75
41 Strategi kebijakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan .......................... 77

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Diagram kerangka pemikiran .........................................................................16
Diagram alir penelitian....................................................................................22
Peta wilayah administrasi Kota Palangka Raya ..............................................27
Peta geologi Kota Palangka Raya ..................................................................29
Satuan peta tanah Kota Palangka Raya ...........................................................31
Peta sebaran lahan gambut Kota Palangka Raya ...........................................33
Peta kemiringan lereng Kota Palangka Raya ..................................................34
Grafik sebaran titik panas (Hotspot) periode tahun 2000-2012 ......................37
Peta curah hujan Kota Palangka Raya ............................................................40
Peta kepadatan penduduk Kota Palangka Raya .............................................41
Peta tutupan lahan Kota Palangka Raya tahun 2000 ......................................42
Peta tutupan lahan Kota Palangka Raya tahun 2003 ......................................43
Peta tutupan lahan Kota Palangka Raya tahun 2006 ......................................44
Peta tutupan lahan Kota Palangka Raya tahun 2009 ......................................45
Peta tutupan lahan Kota Palangka Raya tahun 2012 ......................................46
Grafik perubahan tutupan lahan Kota Palangka Raya periode 2000,
2003, 2006, 2009 dan 2012 ............................................................................47
Peta areal/lokasi kebakaran hutan dan lahan Kota Palangka Raya ................51
Peta jaringan jalan, sungai dan permukiman Kota Palangka Raya ................54
Persentase luas areal terbakar terhadap luas keseluruhan areal terbakar .......55
Proporsi luas areal terbakar terhadap luas areal kelas parameter ...................57
Peta kelas jarak jalan Kota Palangka Raya ....................................................72
Peta daerah rawan kebakaran hutan dan lahan Kota Palangka Raya .............73
Peta arahan lokasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan ............................76
Peta arahan pengembangan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran
hutan dan lahan ..............................................................................................82

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kuesioner penelitian ...................................................................................... 91
Titik referensi cek lapangan dan google earth
klasifikasi tutupan lahan citra satelit tahun 2012 ........................................... 95
Penilaian akurasi klasifikasi tutupan lahan
citra satelit landsat tahun 2012 ....................................................................... 97
Citra satelit landsat yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebaran lokasi/areal kebakaran hutan dan lahan ............................................ 98
Titik referensi cek lapangan klasifikasi areal terbakar citra satelit landsat
tahun 2012 ...................................................................................................... 99
Penilaian akurasi klasifikasi citra satelit landsat tahun 2012 ..................... 100
Perhitungan bobot parameter model daerah rawan kebakaran
hutan dan lahan ............................................................................................ 101
Titik referensi cek lapangan model kerawanan kebakaran
hutan dan lahan ............................................................................................ 102
Penilaian akurasi model kerawanan kebakaran hutan dan lahan ................. 104
Variabel yang mempengaruhi peluang terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2003 ....................................................... 105
Variabel yang mempengaruhi peluang terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2006 ....................................................... 106
Variabel yang mempengaruhi peluang terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2009 ....................................................... 108
Variabel yang mempengaruhi peluang terjadinya
kebakaran hutan dan lahan tahun 2012 ....................................................... 109
Peta rencana tata ruang wilayah Kota Palangka Raya
tahun 1999 – 2009 ........................................................................................ 110
Peta draft penyesuaian pola ruang Kota Palangka Raya
tahun 2005 – 2015 ........................................................................................ 111
Luas areal terbakar, luas areal kelas parameter,
proporsi luas areal terbakar ......................................................................... 112

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah menjadi perhatian dunia
internasional khususnya sejak kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 80-an
(Adiningsih et al. 2005 dan Jaya et al. 2007). Penyebab kebakaran hutan dan
lahan lebih disebabkan oleh ulah manusia dibandingkan proses alam (Siswanto
1994; Chuvieco et al. 1999; Page et al. 2002; Usman 1999 dalam Sudibyakto
2003; Purbowoseso 2004; Adinugroho et al. 2005 dan Somashekar et al. 2009).
Meningkatnya kejadian kebakaran hutan dan lahan terjadi pada musim kemarau
yang panjang dan erat kaitannya dengan anomali atau penyimpangan iklim setiap
tahunnya yaitu fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) seperti di tahun
1972-1973, 1982-83, 1987, 1991-1992, 1994, 1997-98, 2002 dan 2006 (Dennis
1999; Boonyanuphap et al. 2001; Salwati 2008; Harrison et al. 2009).
Di Kota Palangka Raya, kejadian kebakaran hutan dan lahan merupakan
kejadian yang hampir terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Kejadian
kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2006 tercatat sebagai salah satu kejadian
kebakaran yang terparah sepanjang 20 tahun belakangan ini dan telah dilaporkan
sekitar 4.310 ha hutan dan lahan yang telah terbakar (LAPAN 2007). Berdasarkan
data pemantauan kualitas udara di Kota Palangka Raya pada bulan SeptemberOktober 2006 (Pemkot Palangka Raya 2008), kabut asap dari kebakaran hutan dan
lahan menurunkan kualitas udara di Kota Palangka Raya dengan status tidak
sehat/sangat tidak sehat dan atau berbahaya yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Kabut asap juga
mengakibatkan jarak pandang terbatas sehingga transportasi terganggu dan
ditutupnya pelabuhan udara (Dennis 1999 dan Narang 2007). Kondisi ini
mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan yang
akan menghambat laju pembangunan dan pengembangan wilayah Kota Palangka
Raya sehingga diperlukan upaya pengendalian terhadap kebakaran hutan dan
lahan.
Di dalam Peraturan Pemerintah No.04 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan Lahan (Setneg 2001), dijelaskan bahwa pengendalian
kebakaran hutan dan lahan dilakukan dengan cara penanggulangan dan
pencegahan. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.10 Tahun 2010
tentang Mekanisme Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan (Setneg 2010), dijelaskan
bahwa pencegahan kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan
menyediakan data dan informasi meliputi lokasi/areal kebakaran dan daerah
rawan kebakaran hutan dan lahan.
Lokasi/areal bekas kebakaran dapat diidentifikasi menggunakan teknologi
penginderaan jauh (Clark dan Bobbe 2007). Hospot merupakan indikasi
kemungkinan terjadinya kebakaran yang merupakan data rekaman sensor dari
satelit National Oceanic Atmospheric Administration-Advance Very High
Resolution Radiometer (NOAA-AVHRR) dan Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer (MODIS). Titik panas (hotspot) ditetapkan berdasarkan suhu
lokasi dibandingkan dengan nilai ambang tertentu (treshold), adanya perbedaan

2

ambang batas suhu dan jenis satelit yang digunakan mengakibatkan perbedaan
jumlah hotspot. Penetapan luas kebakaran berdasarkan data hotspot hanya dapat
dilakukan jika didukung dengan analisis tambahan menggunakan citra resolusi
tinggi atau pengecekan lapangan (groundtruth) yang memerlukan biaya dan waktu
yang ekstra tinggi (Fathurrakhman 2007). Transformasi Intensity, Hue, Saturation
(IHS) menggunakan data penginderaan jauh dapat memetakan luas dan
lokasi/bekas kebakaran kebakaran hutan dan lahan secara langsung dan singkat
(Koutsias et al. 1999; Koutsias et al. 2000) sehingga dapat mengatasi kelemahan
mengidentifikasi luas dan kejadian/areal bekas kebakaran menggunakan data
hotspot maupun beberapa teknik pemetaan bekas kebakaran lainnya.
Pemetaan daerah rawan kebakaran merupakan salah satu strategi
pencegahan kebakaran hutan dan lahan yaitu memetakan lokasi yang rawan
terhadap kebakaran yang mempertimbangkan lokasi/areal bekas kebakaran
terhadap faktor yang mempengaruhi dan interaksi antar faktor yang berkontribusi
terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Boonyanuphap et al. 2001 dan Jaya et al.
2008). Aktivitas/perilaku manusia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kebakaran hutan dan lahan. Menurut Adinugroho et al. (2005), kebakaran hutan
dan lahan 99,9 % dipengaruhi oleh aktivitas manusia meliputi: pembukaan,
penyiapan dan pembersihan hutan dan lahan. Aktivitas/perilaku manusia dapat
diukur berdasarkan motivasinya dalam melakukan suatu tindakan (Walgito 2003).
Motivasi dari suatu aktivitas/perilaku manusia dapat dianalisis menggunakan
kuisioner maupun wawancara dan dikuantitatifkan menggunakan metode
perbandingan berpasangan sehingga didapatkan motivasi yang paling memenuhi
tujuan/sasaran dari permasalahan yang dihadapi.
Pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan
bantuan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis berdasarkan
lokasi/areal bekas kebakaran, aktivitas/perilaku manusia dan kondisi pendukung.
Composite Mapping Analysis (CMA) merupakan metode berbasis sistem
informasi geografis yang mampu menggambarkan tingkat kerawanan kebakaran
hutan dan lahan berdasarkan faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan dan
lahan (Arianti 2006 dan Jaya et al. 2008) sehingga akan diperoleh daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan yang menjadi salah satu acuan dalam pemanfaatan
ruang secara bijaksana bagi Pemerintah Kota Palangka Raya.
Rumusan Masalah
Kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian yang hampir terjadi setiap
tahun pada musim kemarau sepanjang 20 tahun terakhir di Kota Palangka Raya
yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Besarnya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan menyebabkan
terganggunya pembangunan dan pengembangan wilayah di Provinsi Kalimantan
Tengah, khususnya di Kota Palangka Raya sehingga kebakaran hutan dan lahan
merupakan ancaman bencana yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan
dan pengembangan wilayah.
Pencegahan kebakaran hutan dan lahan merupakan upaya untuk mencegah
atau mengurangi kejadian kebakaran hutan dan lahan. Pemetaan daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu strategi pencegahan kebakaran
hutan dan lahan yaitu memetakan lokasi yang rawan terhadap kebakaran yang

3

mempertimbangkan faktor pemicu dan kondisi pendukung terjadinya kebakaran
hutan dan lahan.
Dalam upaya mengidentifikasi daerah rawan kebakaran hutan dan lahan
untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Kota Palangka Raya dapat
dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik lokasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan?
3. Bagaimana tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan?
4. Bagaimana arahan pencegahan kebakaran hutan dan lahan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik lokasi kebakaran hutan dan lahan.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan dan
lahan.
3. Mengidentifikasi daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
4. Merumuskan arahan kebijakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan
berdasarkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah terhadap perumusan kebijakan pemanfaatan ruang dalam upaya
pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta memperkaya bahan acuan dalam
merumuskan pembangunan dan pengembangan wilayah.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah pada dasarnya bertujuan mengembangkan wilayah
menuju tingkat perkembangan yang diinginkan dengan melakukan optimasi
pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki mencakup aspek fisik, sosial, budaya dan
lingkungan agar tercapainya pembangunan berkelanjutan dan berbasis penataan
ruang (Djakapermana 2010). Pengembangan wilayah selalu dihadapkan dengan
keterbatasan lahan terhadap jumlah penduduk dan kebutuhan lahan yang terus
meningkat sehingga diperlukan suatu perencanaan penggunaan lahan berdasarkan
kesesuaian dan kebutuhan multipihak. Perencanaan penggunaan lahan sangat
penting dilakukan untuk mengetahui kondisi lahan, potensi dan pembatas pada
suatu wilayah. Menurut Sitorus (2004), perencanaan penggunaan lahan
merupakan salah satu kegiatan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumber
daya lahan.
Perencanaan pengembangan wilayah menurut Tarigan (2005) sebaiknya
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan sektoral dan regional.
Pendekatan sektoral biasanya kurang memperhatikan aspek ruang secara
keseluruhan, sedangkan pendekatan regional lebih bersifat spasial dan merupakan
penghubung antara pengembangan wilayah dengan rencana tata ruang. Menurut
Djakapermana (2010), guna mendapatkan hasil yang optimal dalam
pengembangan wilayah diperlukan penataan ruang, yaitu proses perencanaan
ruang dengan mengalokasikan sumberdaya alam dan buatan secara optimal,
pemanfaatan ruang yaitu serangkaian kegiatan pembangunan dan pengendalian
ruang meliputi kegiatan pengaturan zonasi, pemberian/pencabutan ijin, pemberian
insentif dan diinsentif agar sesuai dengan rencana tata ruang.
Adapun tujuan penataan ruang menurut Djakapermana (2010), yaitu
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan kehidupan
bangsa yang cerdas berbudi luhur dan sejahtera, mewujudkan keterpaduan
pemanfaatan sumberdaya, meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam secara
efesien dan efektif bagi manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang, dan
mencegah kerusakan lingkungan. Penataan ruang merupakan wujud hubungan
antara manusia dan ruang kehidupannya dengan mengoptimalkan sumberdaya
alam dan buatan sehingga menciptakan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan serta berbasis mitigasi bencana. Lebih lanjut menurut Rustiadi et al.
(2009), penataan ruang merupakan wujud pengaturan hubungan manusia dan
ruang kehidupan, penataan ruang harus memahami hubungan bagaimana
pengaruh manusia memanfaatkan dan mempengaruhi alam, kondisi alam yang
mempengaruhi kehidupan manusia, dan bagaimana hubungan antar sesama
manusia sebagai bentuk sistem sosial.
Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan serius yang hampir
selalu dihadapi Indonesia setiap musim kemarau dan mulai menjadi perhatian
dunia sejak tahun 80-an akibat dampak negatif yang ditimbulkan baik secara
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan

6

tropis yang sebagian besar kondisi hutannya selalu basah, kebakaran hutan dan
lahan tidak mudah terjadi secara alami namun lebih disebabkan oleh aktivitas
manusia (Siswanto 1994; Chuvieco et al. 1999; Page et al. 2002; Usman 1999
dalam Sudibyakto 2003; Purbowoseso 2004; Salwati 2008 dan Somashekar et al.
2009).
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tidak hanya terjadi pada lahan
kering tetapi juga terjadi di lahan basah seperti lahan/hutan gambut, terutama pada
musim kemarau di mana lahan basah tersebut mengalami kekeringan (Adinugroho
et al. 2005). Menurut Solichin et al. (2007), kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi di lahan gambut dan hutan rawa gambut dikarenakan wilayah tersebut telah
terdegradasi. Pembukaan lahan gambut dengan membuat saluran/parit telah
menyebabkan hilangnya air tanah dalam gambut sehingga gambut mengalami
kekeringan yang berlebihan (overdrain) di musim kemarau dan mudah terbakar.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi hampir setiap tahun pada musim
kemarau sepanjang 20 tahun terakhir mengakibatkan kerusakan atau kerugian
terhadap lingkungan, kesehatan, dan sosial ekonomi yang saling berkaitan.
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Saharjo et al. 1999), merupakan semua
aktivitas untuk melindungi hutan dan lahan dari kebakaran dan penggunaan api
yang telah ditetapkan dalam pengelolaan hutan dan lahan. Pengendalian
kebakaran hutan dan lahan terdiri dari tiga komponen utama yaitu: pencegahan,
penanggulangan, dan penindakan hukum (Narang 2007). Fakta dari beberapa
kejadian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menunjukan bahwa manajemen
kebakaran hutan dan lahan lebih mengutamakan aspek penanggulangan
dibandingkan aspek pencegahan. Menurut Adinugroho et al. (2005), kondisi ini
disebabkan kegiatan penanggulangan lebih menghasilkan dana yang besar
dibandingkan kegiatan pencegahan dan kegiatan pemerintah lebih menekankan
kegiatan jangka pendek.
Pencegahan kebakaran merupakan upaya mengurangi atau meminimalkan
kejadian kebakaran hutan dan lahan (Purbowoseso 2004). Kegiatan pencegahan
merupakan cara yang lebih ekonomis untuk mengurangi kerusakan atau kerugian
akibat kebakaran hutan dan lahan dibandingkan kegiatan penanggulangan yang
memerlukan dana yang besar.
Proses pembakaran terjadi karena adanya sumber panas (api) sebagai
penyulut, bahan bakar yang tersedia, dan adanya oksigen dalam waktu bersamaan
yang dikenal dengan segitiga api. Konsep sederhana dalam mencegah proses
pembakaran adalah meniadakan salah satu komponen segitiga api tersebut. Hal
yang dapat dilakukan yaitu menghilangkan atau mengurangi akumulasi bahan
bakar dan sumber panas (api).
Pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya kebakaran di dalam kawasan hutan dan
lahan. Adapun strategi pencegahan meliputi pendekatan sistem informasi
kebakaran, pendekatan sosial ekonomi, serta pendekatan pengelolaan hutan dan
lahan (Adinugroho et al. 2005). Pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan
lahan merupakan salah satu strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan yaitu
memetakan lokasi yang rawan terhadap kebakaran dengan pendekatan indeks
kekeringan, metereologis dan karakteristik fisik lahan (Sudibyakto 2003).

7

Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan
Secara umum faktor utama penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan
dapat digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu: pemicu kebakaran dan
kondisi pendukung (Solichin et al. 2007). Pemicu kebakaran merupakan faktor
yang secara langsung mempengaruhi terjadinya penyulutan api, aktivitas manusia
merupakan komponen terbesar yang mempengaruhi penyulutan api dibandingkan
secara alami. Menurut Siswanto (1994), Usman 1999 dalam Sudibyakto (2003),
dan Purbowoseso (2004), kebakaran hutan dan lahan di Indonesia hampir 90%
disebabkan oleh aktivitas manusia sedangkan Adinugroho et al. (2005)
menyatakan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia umumnya (99,9%)
disebabkan oleh aktivitas manusia baik sengaja maupun akibat kelalaian.
Aktivitas/Perilaku Manusia. Aktivitas atau perilaku manusia terhadap kebakaran
hutan dan lahan merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk
bertindak untuk bertindak terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan. Secara
psikologis, aktivitas atau perilaku manusia dominan terbentuk atau diperoleh dari
proses pembelajaran atau sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Walgito
2003). Lebih lanjut, aktivitas atau perilaku merupakan komponen dari sikap
seseorang sehingga sikap sangat mempengaruhi aktivitas atau perilaku seseorang.
Namun demikian tidak semua ahli sependapat bahwa aktivitas atau perilaku
dilatar belakangi oleh sikap yang ada pada diri yang bersangkutan sehingga sikap
tidak bisa diukur secara langsung, maka yang dapat diukur adalah sikap yang
nampak yaitu aktivitas atau perilaku.
Menurut Saharjo (2000) dalam Adiningsih et al. (2005) dan Herawati et al.
(2006), sumber aktivitas manusia yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan
adalah kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, pembukaan dan pembangunan
akses jalan/permukiman serta perambahan hutan. Solichin (2007), menyatakan
kebakaran hutan dan lahan secara langsung disebabkan oleh aktivitas manusia
dalam penggunaaan api untuk kegiatan pembukaan lahan, berburu dan mencari
ikan, pembukaan akses, serta adanya spekulasi/konflik lahan.
Lebih lanjut, faktor kemudahan dalam mencapai suatu lokasi sangat
mempengaruhi frekuensi aktivitas manusia, lokasi yang lebih dekat dengan jalan,
sungai dan permukiman pada umumnya lebih banyak teridentifikasi aktivitas
manusia (Booyanuphap 2001; Jaya et al. 2007; Samsuri 2008; Andria 2009).
Secara spasial kemudahan mencapai suatu lokasi digambarkan dengan jarak
terhadap jalan, sungai dan permukiman (Hadi 2008).
Kondisi Pendukung. Faktor kedua penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah
kondisi pendukung yang dipengaruhi oleh kondisi alam dan aktivitas manusia.
Menurut Sudibyakto (2003), Salwati (2008), dan Harisson et al. (2009),
meningkatnya kebakaran hutan dan lahan ada kaitannya dengan anomali atau
penyimpangan iklim yang terjadi setiap tahunnya, dikenal dengan fenomena
El Niño-Southern Oscillation (ENSO) yang terjadi pada tahun 1972-1973, 198283, 1987, 1991, 1994, 1997-98, 2002 dan 2006 (Harisson et al. 2009).
Meningkatnya kebakaran hutan dan lahan di daerah tropis lebih disebabkan
adanya perubahan vegetasi dan tapak yang sangat drastis serta dipengaruhi oleh
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat (Solichin 2007).
Tacconi (2003), menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan dan pertumbuhan
penduduk (Badarch et al. 2011) merupakan faktor utama penyebab kebakaran
hutan di Indonesia, sedangkan Miettinen (2007), menyatakan bahwa deforestasi

8

dan perubahan tutupan lahan merupakan faktor utama penyebab kebakaran hutan
dan lahan di hutan basah tropis. Lebih lanjut menurut Chuvieco et al. (1999),
Barlow dan Peres (2003), Herawati et al. (2006) dan Harisson et al. (2009),
meningkatnya kejadian kebakaran hutan dan lahan disebabkan kombinasi dari
aktivitas manusia (perubahan penggunaan lahan) dan efek dari penyimpangan
iklim.
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Secara tradisional, masyarakat dayak menggunakan api dalam penyiapan
lahan untuk pertanian, dalam hal ini penggunaan api merupakan cara yang murah
dan mudah, digunakan untuk membasmi hama (tikus) serta meningkatkan
kesuburan tanah (Kinseng 2008 dalam Someshwar et al. 2011), terjadinya
pembakaran lahan juga akan menurunkan tingkat keasaman tanah (Purbowoseso
2004). Namun secara nyata kebakaran hutan dan lahan menyebabkan
terdegradasinya kondisi lingkungan, gangguan terhadap kesehatan manusia dan
terganggunya sosial ekonomi masyarakat (Adiningsih et al. 2005).
Terdegradasinya Kondisi Lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan
menyebabkan perubahan kualitas fisik kimia tanah, terganggunya siklus hidrologi,
dan menurunkan kualitas udara. Perubahan kualitas fisik tanah. Penurunan
kualitas fisik kimia tanah ditentukan oleh lama dan frekuensi terjadinya
kebakaran, derajat kerusakan/dekomposisi yang ditimbulkan, juga akibat dari
pemanasan yang terjadi di permukaan yang dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
bakar maupun banyaknya abu hasil pembakaran yang kaya mineral (Adiningsih et
al. 2005). Perubahan sifat fisik tanah ditandai dengan kerusakan struktur tanah,
penurunan porositas total, penurunan kadar air tersedia, penurunan permeabilitas,
dan meningkatnya kerapatan lindak, sedangkan perubahan sifat kimia tanah
ditandai dengan peningkatan pH, kandungan N-total, kandungan fosfor, dan
kandungan Basa total (Kalsium, Magnesium, Kalium, Natrium) tetapi terjadi
penurunan kandungan C-organik. Lebih lanjut, perubahan tersebut hanya bersifat
sementara karena beberapa bulan setelah kebakaran akan terjadi perubahan
kembali terhadap sifat kimia tanah dipengaruhi oleh banyaknya abu yang
dihasilkan dari pembakaran, aliran air, adanya gambut yang rusak, berubahnya
penutupan lahan serta aktivitas mikroorganisme yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetasi di atasnya. Terganggunya siklus hidrologi. Berubahnya
tutupan lahan atau vegetasi penutup tanah akan mempengaruhi besarnya aliran
permukaan pada saat terjadi hujan yang berpengaruh terhadap erosi dan
sedimentasi serta perubahan kualitas air di sungai yang mengakibatkan turunnya
populasi dan keanekaragaman ikan di perairan. Kerusakan hidrologi di lahan
gambut juga akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan intrusi air laut pada
musim kemarau yang semakin jauh ke darat (Purbowoseso 2004). Penurunan
kualitas udara. Berdasarkan data pemantauan kualitas udara di Kota Palangka
Raya pada bulan Agustus-Oktober periode tahun 2003-2006 (Pemkot Palangka
Raya 2008), kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan menurunkan kualitas
udara di Kota Palangka Raya dengan status tidak sehat/sangat tidak sehat dan atau
berbahaya. Pencemaran udara yang dominan adalah partikel-partikel debu.

9

Gangguan terhadap kesehatan. Menurunnya kualitas udara di Kota Palangka
Raya yang berasal dari asap kebakaran hutan dan lahan mengakibatkan
meningkatnya gangguan kesehatan pada manusia seperti peningkatan penderita
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) khususnya pada anak-anak serta
penderita asma. Dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
sebanyak 61.350 orang menderita ISPA akibat kebakaran hutan dan lahan pada
tahun 2006 (Narang 2007).
Terganggunya sosial ekonomi masyarakat. Salah satu dampak langsung dari
asap sebagai hasil dari terjadinya kebakaran hutan dan lahan akan menyebabkan
terbatasnya jarak pandang sehingga mengganggu berbagai aktivitas masyarakat.
Kabut asap mengakibatkan terganggunya aktivitas transportasi, baik udara, darat
maupun perairan sehingga kegiatan transportasi menurun sangat tajam dan
meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas serta terganggunya pasokan logistik ke
daerah pedalaman (Narang 2007). Lebih lanjut, kabut asap juga mengakibat
aktivitas di luar rumah berkurang yang menyebabkan berkurangnya transaksi
perdagangan dan terjadinya pengurangan jam belajar sekolah untuk meng