Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostratus) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat

POTENSI SEDUHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) UNTUK PENGENDALIAN
Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT

AMINUDI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Seduhan
Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) untuk Pengendalian
Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Aminudi
A34070003

ABSTRAK
AMINUDI. Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Untuk Pengendalian Meloidogyne spp. Pada Tanaman Tomat. Dibimbing oleh
ABDUL MUNIF.
Meloidogyne spp. adalah salah satu nematoda parasit penting pada tanaman
tomat yang menyebabkan penyakit puru akar. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram untuk
mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. pada tomat. Limbah baglog jamur
tiram yang digunakan dalam penelitian ini adalah baglog jamur tiram yang telah
melewati fase generatif dan masih mengandung miselium. Sebanyak 8 jenis
seduhan limbah baglog jamur tiram dengan berbagai komposisi digunakan dalam

penelitian ini. Setiap seduhan limbah baglog diaplikasikan dengan konsentrasi
yang berbeda yaitu 50%, 25%, dan 5%. Hasil uji fitotoksik seduhan limbah
baglog jamur tiram tidak menunjukkan efek toksisitas pada tanaman tomat.
Perlakuan seduhan baglog jamur di rumah kaca menunjukkan bahwa seduhan
baglog jamur mampu menekan pembentukan puru akar secara signifikan
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan seduhan baglog jamur limbah basah
yang diaerasi selama 4 hari pada konsentrasi 5% adalah yang paling efektif dalam
menekan pembentukan puru akar. Hasil dari pengujian in vitro terhadap larva
nematoda menunjukkan bahwa sebagian seduhan limbah baglog jamur dapat
meningkatkan larva inaktif Meloidogyne spp. dibandingkan dengan kontrol. Hasil
pengujian in vitro terhadap mortalitas larva nematoda menunjukkan bahwa
perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram basah SBM 50% mampu
meningkatkan mortalitas larva hingga 100% setelah 48 jam perlakuan.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seduhan limbah baglog
jamur tiram memiliki potensi dalam mengendalikan nematoda puru akar
Meloidogyne spp. pada tomat.
Kata kunci: seduhan, limbah jamur, puru, Meloidogyne spp.

ABSTRACT
AMINUDI. The Potency of Infusion of Baglog Oyster Mushroom Waste

(Pleurotus ostreatus) for Controlling Meloidogyne spp. on Tomato. Guided by
ABDUL MUNIF
Meloidogyne spp. is one of the important plant parasitic nematode on
tomato causing root-knot disease. The objective of this study was to determine the
effect of infusion of baglog oyster mushroom waste to control root-knot nematode
Meloidogyne spp. on tomato. The Baglog oyster mushroom waste that used in this
study is baglog of oyster mushroom that has been passed the generative phase and
still contain the mycelium. A total of 8 kinds of infusion of baglog oyster
mushroom waste with various compositions used in this study. Each infusion of
baglog mushroom waste was applied with a different concentration namely 50%,
25%, and 5%. The fitotoxicity test of infusion of baglog oyster mushroom waste
on tomato seedlings showed no toxicity effect on tomato plants. The application
of infusion of baglog waste in the greenhouse showed that the infusion of baglog
are able to suppress the formation of nematode-galls significantly compared to the
control. The application of infusion of baglog of wet mushroom waste with 4 days
aerated at concentration 5% is the most effective in suppressing the gall numbers.
The result of in vitro test against the juveniles of nematodes showed that the
infusion of baglog of mushroom waste may increase larvae inactive of
Meloidogyne spp. compared to control. The results of in vitro test for nematode
mortality showed that the treatment with infusion of baglog of wet oyster

mushroom SBM 50% was able to increase the mortality of larvae up to 100%
after 48 hours application. Based on these result it can be concluded that the
infusion of baglog oyster mushroom waste have potential in controlling root-knot
nematode Meloidogyne spp. on tomato.
Keywords: infusion, mushroom waste, gall, Meloidogyne spp.

POTENSI SEDUHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) UNTUK PENGENDALIAN
Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT

AMINUDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

: Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus
ostratus) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada
Tanaman Tomat
Nama Mahasiswa : Aminudi
NIM
: A34070003
Judul Skripsi

Disetujui oleh,

Dr Ir Abdul Munif, MScAgr
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi

Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul
“Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) untuk
Pengendalian Nematoda Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian tugas akhir dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan
Departemen Proteksi Tanaman IPB pada bulan November 2012 sampai dengan
Januari 2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Abdul Munif, MScAgr
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu, bantuan,
dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada Dr Ir Dhamayanti Adidharma sebagai dosen penguji
tamu yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi.
Terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan di

Laboratorium Nematologi Tumbuhan, yaitu kepada Mifah, kak Yadi, Mey, Tia,
Adnan, Fitrah, Maeni, Ravi, kak Halimah, Ibu Umi, Ibu Umi Papua atas bantuan
dan nasihatnya selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Prof Dr Ir Meity Sinaga, MSc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan selama masa kuliah. Rasa terima kasih
penulis sampaikan pula kepada kepada seluruh sahabat di Proteksi Tanaman 44,
Kastil Ummi, FORCES IPB, FKRD-A, Insan Peduli, dan KURMA DKM
Al-Furqon senantiasa memberi semangat dan menjadi teman diskusi bagi penulis,
serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Ucapan terima kasih secara khusus ingin penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, Ayahanda Effendi dan Ibunda Amini serta adik-adikku tercinta
(Syahputra dan Evi Rahayu) yang senantiasa memberikan dukungan moral,
materil, doa, dan kasih sayang yang tiada hentinya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Juli 2013
Aminudi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan

Metode Penelitian
Penyediaan Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Uji Fitotoksik Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat
Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru
(Nematoda) pada Tomat
Uji In Vitro Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Nematoda
Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Limbah Baglog Jamur
Rancangan Percobaan dan Analisis Data

3
3
3
3
3
4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Uji Fitotoksik Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat
Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru

(Nematoda) pada Tomat
Uji In Vitro Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Nematoda
Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Limbah Baglog
Jamur Tiram
KESIMPULAN DAN SARAN

6
6
7

4
5
5
5

10
14
17
18


DAFTAR PUSTAKA

19

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR LAMPIRAN

22

DAFTAR TABEL
1 Hasil pengukuran pH seduhan limbah baglog jamur tiram
2 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap panjang tajuk,
panjang akar, diameter batang, dan jumlah daun tanaman tomat
3 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk,
berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar tanaman tomat
4 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap bintil akar,
panjang tajuk dan panjang akar pada tomat
5 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk,
berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar pada tomat
6 Uji in vitro seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap nematoda
7 Populasi cendawan dan bakteri dalam seduhan baglog jamur tiram

7
8
9
11
12
14
17

DAFTAR GAMBAR

1 Limbah baglog jamur tiram (a) dan Aquarium Air Pump tipe Q-6 (b)
2 Contoh seduhan baglog jamur tiram antara lain; (a) SKAM, (b) SKM,
(c) SKA, (d) SK, (e) SBAM, (f) SBM, (g) SBA, (h) SB
3 Pengaruh perlakuan SKAM 50% dibandingkan dengan kontrol
4 Pengaruh perlakuan SKAM 50% (a) dibandingkan kontrol (b) terhadap
akar tanaman tomat
5 Pengaruh perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram basah terhadap
persentase kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam
setelah perlakuan
6 Pengaruh perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram basah terhadap
persentase kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam
setelah perlakuan

3
6
10
13

15

16

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel hasil analisis ragam uji fitotoksik seduhan limbah baglog
jamur terhadap tomat
2. Tabel hasil analisis ragam uji in vivo seduhan limbah baglog
jamur terhadap jumlah puru nematoda pada tomat
3. Tabel hasil analisis ragam uji in vitro seduhan limbah baglog
jamur terhadap larva nematoda
4. Tabel hasil analisis ragam populasi cendawan pada seduhan
limbah baglog jamur
5. Tabel hasil analisis ragam populasi bakteri pada seduhan
limbah baglog jamur

23
24
25
25
26

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu jenis sayuran yang
banyak digemari orang karena rasanya enak, segar dan sedikit asam. Tomat
memiliki kandungan gizi, vitamin dan antioksidan yang tinggi diantaranya
likopen, kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B dan C. Selain
untuk keperluan rumah tangga, tomat dapat digunakan untuk keperluan industri,
seperti bumbu masakan, makanan dan obat-obatan. Hal itu pula yang membuat
tomat menjadi komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
(Naika 2005).
Kendala dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas tomat adalah
penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda parasit Meloidogyne spp.
Gejala yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. berupa puru pada sistem perakaran
yang mengakibatkan sistem pengangkutan air dan unsur hara pada akar terganggu,
akar baru tidak muncul, tanaman mudah layu, kerdil, pertumbuhan terhambat, dan
daun mengalami klorosis. Rentang inang Meloidogyne spp. yang luas (Jepson
1987) membuat nematoda ini sulit untuk dikendalikan dengan rotasi tanaman.
Kerugian yang diakibatkan oleh serangan Meloidogyne spp. berkisar 24-38% dan
dapat lebih besar lagi pada lahan-lahan yang selalu ditanamai tanaman tomat
(Luc et al. 1995).
Pengendalian nematoda yang banyak dilakukan oleh petani untuk
mengurangi serangan Meloidogyne spp. adalah menggunakan nematisida sintetis.
Cara pengendalian nematoda menggunakan nematisida sintetis yang berlebih dan
terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif berupa patogen lebih resisten,
musuh alami yang bermanfaat ikut terbunuh, keseimbangan ekosistem terganggu,
dan keracunan pada manusia dan hewan peliharaan.
Pengendalian hayati merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan
serangan Meloidogyne spp. penyebab puru akar yang ramah lingkungan. Musuh
alami nematoda antara lain berasal dari bakteri dan cendawan. Bakteri parasit
pada nematoda adalah Pasteuria penetrans dan Bacillus thuringensis. Cendawan
yang berpotensi sebagai agen antagonis terbagi menjadi cendawan perangkap
(Arthrobotrys oligospora), cendawan endoparasit (Harposporium anguillulae),
cendawan parasit telur (Paecilomyces lilacinus), dan cendawan yang
menghasilkan senyawa toksin (Paecilomyces lilacinus) (Mulyadi 2009).
Beberapa tahun terakhir para peneliti mulai mengembangkan penggunaan
seduhan berbahan organik yang diperkaya untuk mengendalikan penyakit
tumbuhan. Salah satu seduhan yang telah banyak diteliti adalah seduhan kompos.
Metode dalam memperkaya kompos adalah dengan membuat kompos menjadi
seduhan kompos (compost tea) yang memiliki potensi dalam meningkatkan
kesuburan tanah dan kesehatan tanaman (Ingham 2005). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa seduhan kompos dapat mengurangi keparahan penyakit
seperti embun tepung dan embun bulu pada anggur yang berturut-turut disebabkan
oleh Uncinula necator dan Plasmopara viticola (Yohalem et al. 1994). Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa seduhan kompos efektif dalam menekan penyakit

2

rebah kecambah (damping off) pada ketimun yang disebabkan oleh Pythium
ultimum (Scheurell dan Mahaffee 2004).
Pembudidayaan jamur tiram yang semakin banyak mengakibatkan
melimpahnya limbah baglog jamur yang dihasilkan. Sejauh ini laporan terkait
dengan pemanfaatan limbah baglog jamur tiram terhadap pengendalian nematoda
puru akar belum banyak dilaporkan. Penggunaan limbah baglog jamur sebagai
bahan seduhan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi banyaknya limbah
baglog jamur tiram saat ini. Heydari (2006) melaporkan bahwa filtrat biakan
murni Pleurotus ostreatus dapat menekan nematoda puru akar (Meloidogyne
javanica) pada tomat dengan berbagai tingkat pengenceran secara in vitro.
Penggunaan limbah balog jamur tiram (Pleurotus ostreatus) diharapkan dapat
memberikan pengaruh untuk menekan nematoda puru akar dan tidak mengganggu
pertumbuhan pada tanaman tomat.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi seduhan baglog jamur
tiram (Plerotus ostreatus) untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman tomat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
seduhan baglog jamur tiram (Plerotus ostreatus) dalam mengendalikan penyakit
khususnya nematoda puru akar yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. pada
tanaman tomat dan pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
tomat.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian IPB Cikabayan
mulai November 2012 sampai Januari 2013.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikropipet, saringan,
termometer, pengukur pH. Bahan yang digunakan antara lain limbah baglog
jamur tiram, benih tomat Varietas Ratna, molase (tetes tebu), polybag, ember,
aerator, tanah dan pupuk kandang.
Metode Penelitian
Penyediaan Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Baglog jamur yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
pembudidayaan jamur tiram di daerah Ciomas, Bogor. Baglog jamur yang
digunakan adalah baglog yang telah melewati fase generatif, tidak menghasilkan
badan buah akan tetapi masih memiliki miselium (Gambar 1). Baglog jamur
dibagi menjadi 2 bagian yaitu baglog jamur basah dan baglog jamur kering.
Baglog jamur basah merupakan baglog yang berasal dari tempat pembudidayaan
jamur tanpa pengeringan sedangkan baglog jamur kering adalah baglog jamur
yang telah dijemur selama 7 hari. Baglog jamur basah dan kering tersebut
kemudian dicacah sampai halus, kemudian ditambahkan dengan air di dalam
ember dengan perbandingan 4:1 diaduk sampai merata (Prasetyoningrum 2012).
Limbah baglog jamur kemudian diberi molase dan tidak diberi molase dan
diinkubasi dengan dua cara yaitu diaerasi dan tidak diaerasi.

a

b

Gambar 1. Limbah baglog jamur tiram (a) dan Aquarium Air Pump tipe Q-6 (b)

Seduhan limbah baglog jamur tiram yang digunakan dalam penelitian ini
dibuat menjadi 8 macam jenis seduhan baglog jamur sebagai berikut yaitu;
1. Seduhan limbah baglog jamur basah ditambah molase dan diaerasi (SBAM)
2. Seduhan limbah baglog jamur basah ditambah molase tanpa aerasi (SBM)

4

Seduhan limbah baglog jamur basah tanpa molase dan diaerasi (SBA)
Seduhan limbah baglog jamur basah tanpa aerasi dan tanpa molase (SB)
Seduhan limbah baglog jamur kering ditambah molase dan diaerasi (SKAM)
Seduhan limbah baglog jamur kering ditambah molase tanpa aerasi (SKM)
Seduhan limbah baglog jamur kering tanpa molase dan diaerasi (SKA)
Seduhan limbah baglog jamur kering tanpa aerasi dan tanpa molase (SK)
Molase diberikan dalam seduhan limbah baglog jamur tiram sebanyak 1%
dari volume total seduhan dan diaerasi selama 4 hari. Selanjutnya seduhan limbah
baglog jamur disaring dengan menggunakan saringan 50 mesh untuk
mendapatkan hasil seduhan yang bersih. Hasil seduhan limbah baglog jamur tiram
siap digunakan untuk pengujian selanjutnya.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Uji Fitotoksik Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat
Uji fitotoksik dilakukan untuk melihat pengaruh apakah ada pengaruh
fitotoksik seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap tanaman tomat. Bibit
tanaman tomat yang telah berumur 2 minggu ditanam ke polybag berukuran
25x25 cm yang telah diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1. Setiap polybag tanaman tomat diberi perlakuan seduhan limbah baglog jamur
tiram sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 50%, 25%, dan 5%. Jumlah total
perlakuan seluruhnya terdiri atas 26 perlakuan termasuk kontrol dan perlakuan
furadan (2 g/liter tanah) sebagai pembanding. Setiap perlakuan dalam penelitian
ini terdiri atas 4 ulangan. Parameter yang diamati antara lain jumlah tanaman yang
mati, panjang tajuk, panjang akar, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering
tajuk, berat kering akar, diameter batang dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan
3 minggu setelah perlakuan.
Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru
(Nematoda) pada Tomat.
Bibit tanaman tomat yang berumur 2 minggu kemudian ditanam pada
polybag dengan ukuran 35x35 cm yang telah diisi dengan tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1. Seminggu kemudian masing-masing polybag
diaplikasikan 8 macam seduhan limbah baglog jamur tiram sebanyak 100 ml
dengan konsentrasi 50 %, 25%, dan 5 %. Setelah seminggu kemudian diinokulasi
dengan nematoda Meloidogyne spp. sebanyak 1000 ekor pada setiap polybag.
Seminggu kemudian diberikan kembali seduhan baglog jamur tiram sebanyak
200 ml pada setiap polybag. Jumlah perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 26
perlakuan, termasuk kontrol dan perlakuan furadan sebanyak (2 g/liter tanah)
sebagai pembanding dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 4 ulangan.
Setelah 6 minggu perlakuan dilakukan pengamatan jumlah puru akar, panjang
tajuk, panjang akar, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan
berat kering akar.

5
Uji In Vitro Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Nematoda
Tujuan pengujian in vitro adalah untuk mengetahui pengaruh nematisidal seduhan
limbah baglog jamur tiram terhadap nematoda. Nematoda yang digunakan untuk uji
in vitro diperoleh dari akar tomat yang terserang nematoda. Akar tanaman tomat

dibersihkan dari tanah, lalu dipotong-potong sekitar 1-2 cm dan diekstrasi dengan
metode pengabutan selama 3 hari. Suspensi nematoda yang diperoleh disaring
dengan saringan 200 mesh, 400 mesh, dan 500 mesh secara bertingkat untuk
mendapatkan suspensi nematoda yang bersih.
Suspensi nematoda tersebut diaerasi agar nematoda dapat bertahan lebih
lama. Sebanyak 1 ml suspensi yang berisi sekitar 500 nematoda dimasukkan
kedalam cawan serakus yang telah diisi dengan 5 ml seduhan limbah baglog
jamur tiram dengan konsentrasi 50%, 25%, dan 5%. Pengamatan dilakukan
dengan menghitung jumlah nematoda yang inaktif pada 4 jam, 8 jam, 12 jam, dan
24 jam setelah perlakuan. Pengamatan mortalitas nematoda dilakukan dengan
metode yang sama seperti pengamatan larva nematoda inaktif. Setelah
pengamatan dilakukan pembilasan untuk mengetahui jumlah mortalitas nematoda.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung nematoda yang mati pada 48 jam
setelah perlakuan.
Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram

Populasi cendawan dan bakteri dihitung dengan metode pengenceran
bertingkat dengan cara menumbuhkan pada cawan petri. Setiap seduhan limbah
baglog jamur diencerkan dan sebanyak 0,1 ml dari setiap pengenceran lalu
ditumbuhkan pada media Tryptic Soybean Agar (TSA) untuk bakteri dan pada
media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk cendawan. Pada media PDA telah
ditambah antibiotik Cloramfenicol 0,1 ml untuk menghambat pertumbuhan
bakteri . Pengamatan dilakukan dengan penghitungan jumlah koloni bakteri dan
cendawan yang tumbuh pada 24 jam, dan 48 jam.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Pengujian
fitotoksik dan daya dukung pertumbuhan tanaman dan pengujian in vivo seduhan
limbah baglog jamur tiram pada tanaman tomat masing-masing dilakukan dalam
26 perlakuan dengan setiap perlakuan memiliki 4 ulangan. Sedangkan untuk
pengujian in vitro seduhan limbah baglog jamur tiram 24 unit perlakuan dengan
masing-masing unit memiliki 2 ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan
Microsoft Office Excel 2007 dan dengan analisis sidik ragam menggunakan
program SPSS 17 Statistic . Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan
uji Duncan dengan taraf α = 0,05.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Pembuatan seduhan limbah baglog jamur tiram menghasilkan 8 macam
seduhan dengan warna dan pH yang berbeda (Gambar 2). Seduhan yang
ditambahkan molase dan diaerasi memiliki warna yang lebih hitam dan pekat
(SBAM dan SKAM) dibandingkan seduhan yang hanya diberi molase saja (SBM
dan SKM). Sedangkan seduhan tanpa diaerasi dan molase memiliki warna yang
lebih cerah dengan tingkat kepekatannya yang rendah (SB dan SK) dibandingkan
dengan seduhan yang diaerasi tanpa molase (SBA dan SKA). Sampel seduhan
limbah baglog jamur tiram dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Contoh seduhan limbah baglog jamur tiram antara lain; (a) SBAM, (b) SBM, (c) SBA,
(d) SB, (e) SKAM, (f) SKM, (g) SKA, (h) SK

Pengukuran pH seduhan limbah baglog jamur dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus dan alat ukur pH. Seduhan baglog jamur yang tidak
diaerasi memiliki pH yang relatif lebih rendah dibandingkan seduhan baglog
jamur yang diberi aerasi. Hal ini didukung penelitian Kannangara (2006) yang
menyatakan bahwa pH yang terdapat pada seduhan bahan organik yang tidak
dierasi lebih rendah dibandingkan dengan seduhan yang dierasi. Seduhan SKA
adalah seduhan yang menunjukkan nilai pH yang paling tinggi yaitu pH 8,01 dan
seduhan SBM menunjukkan nilai pH yang paling rendah yaitu 4,97 (Tabel 1).
Seduhan limbah baglog jamur yang tidak diaerasi (SBM, SB, SKM, SK)
memiliki bau yang lebih asam dibandingkan seduhan limbah baglog jamur yang
diaerasi (SBAM, SBA, SKAM, SKA). Hal ini sesuai dengan Ingham (2005)
melaporkan bahwa seduhan yang tidak diaerasi cenderung memiliki bau asam
cuka karena disebabkan penguapan oksigen, penurunan pH, hilangnya N, S dan P
sebagai gas serta adanya alkohol dari hasil fermentasi. Seduhan limbah baglog
jamur yang tidak diaerasi akan tercipta kondisi aerob fakultatif, sehingga mikroba
yang tumbuh merupakan mikroba yang mampu bertahan pada kondisi tersebut.
Pemberian aerasi pada seduhan yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan
mikroba yang terdapat di dalam seduhan limbah baglog jamur tiram (Ingham
2005).

7
Tabel 1. Hasil pengukuran pH seduhan baglog jamur tiram
Perlakuan
SBAM(1)
SBA
SBM
SB
SKAM
SKA
SKM
SK

pH
5,51
7,68
4,97
6,52
6,8
8,01
5,33
6,65

Suhu (oC)
28,2
28
27,9
27,6
27
26,8
28
27,9

Warna
cokelat kehitaman
orange
kuning kemerahan
kuning muda
cokelat tua
orange
cokelat tua
kuning muda

(1)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi
dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Uji Fitotoksik Seduhan Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat
Hasil uji fitotoksik menunjukkan bahwa perlakuan seduhan baglog jamur
tidak bersifat toksik pada tanaman tomat. Hal ini dapat dilihat dari persentase
tanaman yang hidup pada semua perlakuan yang mencapai 100% atau tidak ada
tanaman yang mati maupun memperlihatkan gejala keracunan (Tabel 2).
Pengukuran panjang tajuk menunjukkan bahwa perlakuan seduhan baglog jamur
tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan seduhan)
dan perlakuan furadan. Perlakuan SBAM 50% menunjukkan panjang tajuk yang
paling tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan seduhan lainnya. Sedangkan
panjang tajuk tanaman terendah terlihat pada perlakuan SBM 50%. Pengukuran
panjang akar menunjukkan bahwa seluruh perlakuan seduhan baglog jamur tidak
berbeda nyata dibandingkan kontrol dan perlakuan furadan. Pertumbuhan akar
tanaman tomat pada SBAM 50% mencapai 27,77 cm yang paling panjang
dibandingkan perlakuan lainnnya (Tabel 2).
Pengukuran diameter batang memperlihatkan bahwa hampir semua
perlakuan seduhan baglog tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan
perlakuan furadan. Perlakuan SKAM 50% memberikan pengaruh yang lebih baik
dengan 2,17 cm dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Pengukuran berat
basah tajuk dan berat basah akar menunjukkan bahwa seduhan baglog jamur tiram
tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan perlakuan furadan. Perlakuan
SBAM 5% mampu memberikan pengaruh paling baik terhadap berat basah tajuk
bila dibandingkan perlakuan seduhan baglog lainnya. Berat basah akar tertinggi
ditunjukkan oleh perlakuan SBA 50% yaitu 2,85 g (Tabel 3).
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan seduhan baglog jamur tiram
terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan furadan. Berat kering tajuk SBAM
5% menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pengukuran berat kering akar perlakuan SBA 50% adalah perlakuan yang
memberikan pengaruh paling baik dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 3).

8

Tabel 2. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap panjang tajuk, panjang
akar, diameter batang, dan jumlah daun tanaman tomat
Perlakuan

Konsentrasi

SBAM(2)

50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%

SBA

SBM

SB

SKAM

SKA

SKM

SK

Furadan
Kontrol
(1)

(2)

Panjang
Tajuk
62,50
57,60
62,07
53,97
51,15
52,42
49,02
51.50
53,85
57,00
57,12
53,50
51.95
60,42
50,00
53,55
49,57
62,00
53,67
60,82
61,15
55,07
55,12
52,75
58,62
58,90

e(1)
a-e
de
a-e
a-d
a-e
a
a-e
a-e
a-e
a-e
a-e
a-e
b-e
abc
a-e
ab
de
a-e
cde
de
a-e
a-e
a-e
a-e
a-e

Panjang
Akar
27,77
23,40
25,17
26,80
22,50
20,40
22,57
27,40
22,60
25,02
24,30
21,67
23,27
20,80
19,97
25,07
20,75
23,02
22,87
23,72
23,60
23,40
25,25
22,35
22,85
24,05

a(1)
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a

Diameter
Batang
2,15
1,95
2,00
1,92
1,92
1,67
1,75
1,92
1,92
1,75
1,87
1,72
2,17
1,92
1,82
1,92
1,77
2,02
1,55
2,12
2,02
1,77
1,70
1,77
2,10
2,10

ef(1)
b-f
b-f
a-f
a-f
ab
a-e
a-f
a-f
a-e
a-f
a-d
f
a-f
a-f
a-f
a-f
b-f
a
def
b-f
a-f
abc
a-f
c-f
c-f

Persentase (%)
Tanaman
Hidup
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang
bergandaDuncan pada taraf nyata 5%
SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering
Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan
Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

9
Tabel 3. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk, berat
basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar tanaman tomat
Perlakuan Konsentrasi
SBAM(2)

SBA

SBM

SB

SKAM

SKA

SKM

SK

Furadan
Kontrol
(1)

(2)

50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%

BB
Tajuk
25,62 cd(1)
18,95 a-d
26,22 d
21,55 a-d
19,00 a-d
21,52 a-d
19,22 a-d
21,35 a-d
20,90 a-d
22,15 a-d
21,82 a-d
16,95 ab
18,82 a-d
24,40 bcd
17,70 abc
19,65 a-d
15,17 a
24,15 bcd
16,50 ab
23,20 a-d
23,57 bcd
19,67 a-d
18,52 a-d
15,20 a
19,07 a-d
22,60 a-d

BB
Akar
2,37 abc(1)
1,85 abc
2,35 abc
2,85 c
2,30 abc
1,77 abc
2,45 bc
2,17 abc
2,35 abc
2,47 bc
2,12 abc
1,47 ab
1,62 ab
1,95 abc
1,47 ab
1,57 ab
1,52 ab
2,10 abc
2,07 abc
1,90 abc
2,62 bc
2,22 abc
1,75 abc
1,30 a
1,80 abc
1,95 abc

BK
Tajuk
1,57 c-g(1)
1,25 a-f
1,84 g
1,34 a-g
1,31 a-g
1,80 fg
0,85 a
1,42 a-g
1,34 a-g
1,52 c-g
1,37 a-g
1,01 abc
1,20 a-e
1,38 a-g
1,29 a-g
1,37 a-g
1,03 a-d
1,61 efg
1,15 a-e
1,70 efg
1,58 d-g
1,24 a-f
1,20 a-e
0,94 ab
1,20 a-e
1,44 b-g

BK
Akar
0,25 b-e(1)
0,14 a
0,26 cde
0,22 a-e
0,22 a-e
0,22 a-e
0,14 a
0,21 a-e
0,23 a-e
0,30 e
0,20 a-e
0,14 ab
0,18 a-d
0,26 b-e
0,21 a-e
0,20 a-e
0,15 abc
0,28 de
0,21 a-e
0,28 de
0,27 de
0,20 a-e
0,20 a-e
0,13 a
0,21 a-e
0,19 a-e

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang
berganda Duncan pada taraf nyata 5%
SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering
Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan
Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Perlakuan seduhan limbah baglog jamur menunjukkan pengaruh yang baik
pada pertumbuhan tanaman tomat. Seduhan limbah baglog jamur tiram diduga
mampu memberikan sumber bahan organik untuk membantu pertumbuhan
tanaman tomat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan rata-rata tanaman yang
mendapatkan perlakuan seduhan limbah baglog jamur menunjukkan pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Selain itu tanaman tomat yang

10

diberikan seduhan limbah baglog jamur memperlihatkan vigor tanaman yang
lebih baik dibandingkan tanaman kontrol (Gambar 3). Hal ini sesuai penelitian
Uyun (2006) bahwa penambahan baglog jamur dapat meningkatkan nilai unsurunsur hara makro N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur hara makro sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Perlakuan seduhan baglog
jamur basah berpengaruh lebih baik terhadap parameter pertumbuhan berat basah
tajuk dan berat basah akar dibandingkan perlakuan seduhan baglog kering.
Pengaruh yang tidak jauh berbeda antara seduhan baglog basah dan seduhan
baglog kering terlihat pada parameter panjang tajuk, panjang akar, diameter
batang, berat kering tajuk dan berat kering akar.

K

SKAM 50%

Gambar 3. Pengaruh perlakuan seduhan jamur SKAM 50% dibandingkan dengan kontrol

Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru
(Nematoda) pada Tomat
Hasil uji in vivo pada pengamatan jumlah puru akar tanaman tomat di rumah
kaca menunjukkan bahwa seluruh perlakuan seduhan baglog jamur tiram berbeda
nyata dibandingkan kontrol. Jumlah puru akar tomat untuk semua perlakuan
seduhan limbah baglog jamur lebih rendah dibandingkan dengan kontrol
(Tabel 4). Hal ini diduga bahwa perlakuan seduhan baglog jamur tiram
memberikan pengaruh yang baik untuk ketahanan tanaman tomat terhadap
serangan Meloidogyne spp. Menurut Waksman (1961) pemberian seduhan baglog
jamur diduga dapat merangsang perkembangan berbagai macam saprofit tanah
terutama organisme antagonis yang berperan dalam menekan perkembangan
patogen. Selain itu diduga bahwa di dalam seduhan terdapat toksin dari P.
Ostreatus yang mampu menghambat perkembangan nematoda (Thom dan
Tsuneda 1993). Seduhan baglog jamur menunjukkan hasil yang positif dalam
menghambat pembentukan puru akar. Menurut Zhang (1998) faktor yang paling
berpengaruh menghambat perkembangan penyakit adalah kandungan mikroba
yang beberapa diantaranya dapat menghasilkan senyawa antimikroba atau
menginduksi sistem ketahanan pada tanaman.
Perlakuan SBA 5% mampu menekan puru akar lebih baik dibandingkan
dengan kontrol dan perlakuan seduhan baglog jamur lainnya dengan persentase
penghambatan sebesar 73,69%, diikuti SBA 25% dan SBA 50% dengan masingmasing persentase penghambatan 67,67%, dan 66,06% (Tabel 4). Perlakuan
furadan mampu menekan jumlah pembentukan puru akar lebih tinggi dengan

11
persentase penekanan 79,01% akan tetapi tidak berbeda nyata dengan beberapa
perlakuan seduhan baglog jamur tiram (Tabel 4). Perlakuan seduhan baglog jamur
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dalam penelitian ini tidak secara langsung
berpengaruh terhadap tingginya persentase penghambatan pembentukan puru akar
tomat (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap puru akar, panjang tajuk
dan panjang akar pada tomat
Perlakuan Konsentrasi

SBAM(2)

SBA

SBM

SB

SKAM

SKA

SKM

SK

Furadan
Kontrol
(1)

(2)

50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%

Jumlah
Puru
69,00
53,00
53,00
42,25
40,25
32,75
61,50
77,00
80,00
53,50
76,00
58,25
80,50
75,25
76,50
43,50
48,00
65,25
56,50
69,00
75,25
58,50
64,25
74,50
25,75
124,5

bcd(1)
a-d
a-d
a-d
abc
ab
a-d
cd
cd
a-d
cd
a-d
d
cd
cd
a-d
a-d
bcd
a-d
bcd
cd
a-d
a-d
cd
a
e

Panjang
Tajuk
125,50
114,00
106,52
125,87
122,52
128,85
120,92
121,00
133,50
112,32
118,12
107,12
132,50
113,00
110,87
120,57
122,15
127,97
119,50
121,37
122,12
96,45
95,05
123,72
102,75
85,37

bc(1)
abc
abc
bc
bc
bc
bc
bc
c
abc
abc
abc
c
abc
abc
bc
bc
bc
bc
bc
bc
ab
ab
bc
abc
a

Panjang
Akar
21,37
29,72
27,15
23,57
20,35
25,05
32,00
31,90
40,25
28,50
28,65
26,35
35,40
25,65
29,52
25,45
27,85
26,45
28,75
32,20
30,12
24,87
24,67
25,60
27,35
29,07

ab(1)
bcd
a-d
abc
a
abc
cde
cde
e
a-d
a-d
a-d
de
abc
a-d
abc
a-d
a-d
a-d
cde
bcd
abc
abc
abc
a-d
a-d

Persentase (%)
Penghambatan
Puru Akar
44,58
57,43
57,43
66,06
67,67
73,69
50,60
38,15
35,74
57,03
38,96
53,21
35,34
39,56
38,55
65,06
61,45
47,59
54,62
44,58
39,56
53,01
48,39
40,16
79,31
0

Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang
bergandaDuncan pada taraf nyata 5%
SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering
Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan
Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

12
Tabel 5. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk, berat basah
akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar pada tomat

Perlakuan Konsentrasi
SBAM(2)

SBA

SBM

SB

SKAM

SKA

SKM

SK

Furadan
Kontrol
(1)

(2)

50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%

BB
Tajuk

91,42
83,15
84,80
81,82
85,05
77,37
75,25
74,47
74,15
81,17
81,17
72,67
86,80
69,07
68,47
80,85
87,17
92,97
80,67
79,55
90,15
54,87
52,00
75,27
62,87
49,05

de(1)
cde
de
cde
de
b-e
a-e
a-e
a-e
cde
cde
a-e
de
a-e
a-e
cde
de
e
cde
b-e
de
abc
ab
a-e
a-d
a

BB
Akar

BK
Tajuk

3,85 ab(1)
3,47 ab
4,10 ab
2,75 a
2,62 a
2,15 a
8,20 bc
6,90 abc
8,17 bc
4,37 ab
4,20 ab
3,72 ab
7,07 abc
5,35 ab
5,62 ab
3,32 ab
3,92 ab
4,00 ab
5,52 ab
5,62 ab
6,97 abc
5,80 ab
3,17 ab
3,30 ab
2,30 a
11,30 c

9,80 bc(1)
7,60 abc
10,00 bc
9,07 abc
9,85 bc
8,17 abc
7,72 abc
8,50 abc
8,50 abc
8,10 abc
7,57 abc
8,00 abc
9,30 abc
7,30 abc
9,32 abc
9,00 abc
9,37 abc
10,62 c
8,52 abc
6,95 ab
8,47 abc
6,80 ab
5,80 a
8,00 abc
6,55 ab
6,02 a

BK
Akar

0,80
0,52
0,75
0,37
0,32
0,34
0,75
0,67
1,00
0,54
0,59
0,53
0,85
0,70
0,69
0,63
0,49
0,71
0,79
0,73
0,86
0,66
0,35
0,37
0,49
1,42

ab(1)
ab
ab
ab
a
a
ab
ab
bc
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
c

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda
Duncan pada taraf nyata 5%
SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering
Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan
Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Tabel 4 menunjukkan pengaruh perlakuan seduhan baglog jamur basah
lebih baik dibandingkan seduhan baglog jamur kering dalam menekan puru akar.
Rata-rata jumlah puru pada tanaman yang diberi perlakuan seduhan baglog jamur
basah lebih rendah dibandingkan seduhan baglog jamur kering. Hal ini diduga
proses pengeringan baglog jamur berpengaruh terhadap mikroba yang terdapat di
dalam baglog jamur tiram. Selain itu, seduhan baglog basah masih memiliki
miselium P. Ostreatus yang mampu untuk bertahan hidup dan menghasilkan

13
toksin yang mampu menghambat nematoda dalam tanah. Berdasarkan hasil yang
diperoleh antara seduhan baglog jamur yang diaerasi dengan seduhan baglog
jamur yang tidak diaerasi bahwa seduhan baglog jamur yang diaerasi mampu
menekan puru akar lebih baik dibandingkan dengan seduhan baglog jamur tanpa
aerasi.
Pengamatan panjang tajuk menunjukkan hampir seluruh perlakuan seduhan
baglog jamur berbeda nyata bila dibandingkan kontrol tetapi tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan dengan furadan. Panjang tajuk rata-rata pada perlakuan SBM
5% dan SKAM 50% adalah panjang tajuk paling tinggi yaitu 80,00 cm dan 80,50
cm (Tabel 4). Hal ini berarti kedua perlakuan tersebut mampu menstimulus
pertumbuhan tajuk tanaman lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Pengukuran panjang akar diperoleh bahwa hampir seluruh perlakuan seduhan
baglog jamur tidak berbeda nyata terhadap kontrol dan perlakuan furadan.
Perlakuan SBM 5% menunjukkan panjang akar paling tinggi yaitu 40,25 cm
dibandingkan dengan seluruh perlakuan lainnya (Tabel 4).
Hasil pengamatan berat basah dan berat kering tajuk tanaman tomat
memperlihatkan bahwa sebagian besar perlakuan seduhan baglog jamur berbeda
nyata dibandingkan dengan kontrol dan furadan. Perlakuan SKA 5% memiliki
berat basah 92,97 gram dan berat kering tajuk 10,62 gram yang merupakan berat
tertinggi secara nyata dibandingkan dengan tanaman kontrol, perlakuan furadan
dan perlakuan seduhan baglog jamur lainnya (Tabel 5). Perlakuan kontrol (tanpa
seduhan) menunjukkan hasil terendah terhadap berat basah tajuk yaitu 49,05
gram. Perlakuan seduhan baglog jamur tiram basah memberikan pengaruh yang
lebih baik untuk berat basah dan berat kering tajuk dibandingkan dengan
perlakuan seduhan baglog jamur tiram kering.
Pada parameter berat basah akar dan berat kering akar perlakuan seduhan
baglog jamur tiram berbeda nyata dibandingkan kontrol. Tanaman kontrol
memiliki berat basah akar 11,30 gram dan berat kering akar 1,42 gram yang
merupakan berat tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan
puru akar pada akar tanaman kontrol mempengaruhi berat basah dan berat kering
akar tanaman tomat (Tabel 5). Perlakuan seduhan baglog jamur tidak berbeda
nyata dibandingkan perlakuan furadan.

b

a

Gambar 4. Pengaruh perlakuan SKAM 50% (a) dibandingkan kontrol (b) terhadap akar tanaman
tomat

14

Uji In Vitro Seduhan Baglog Jamur terhadap Nematoda
Hasil pengujian in vitro pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian seduhan
baglog jamur tiram mampu meningkatkan jumlah nematoda inaktif dan mortalitas
nematoda. Inaktif merupakan respon spontan untuk kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan atau tak terduga, nematoda akan beraktivitas normal dan bergerak
kembali bila kondisi telah menguntungkan (Perry 2010).
Tabel 6. Uji in vitro seduhan baglog jamur terhadap nematoda

Perlakuan Konsentrasi
SBAM

(2)

SBA

SBM

SB

SKAM

SKA

SKM

SK

Kontrol
(1)

(2)

50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%
50%
25%
5%

4 jam
36,50 ef(1)
18,00 a-e
22,00 b-f
31,50 c-f
21,50 b-f
13,00 abc
453,00 j
399,00 i
189,50 g
26,50 b-f
23,00 b-f
11,50 ab
228,50 h
34,00 def
28,00 b-f
34,50 def
24,00 b-f
12,00 abc
453,00 j
40,50 f
14,00 abc
27,50 b-f
18,5 a-e
15,50 a-d
0,00 a

Jumlah Nematoda Inaktif
8 jam
12 jam
(1)
57,50 c
134,50 c(1)
28,00 abc 28,00 abc
27,00 abc 29,50 ab
36,50 bc
46,50 ab
28,50 abc 32,50 ab
20,00 ab
24,50 a
453,00 g
453,00 f
453,00 g
453,00 f
126,00 e
97,00 bc
35,00 bc
37,00 ab
28,50 abc 32,00 ab
11,50 ab
17,00 a
320,00 f
195,50 d
42,00 bc
50,00 ab
56,50 c
67,50 ab
40,00 bc
42,50 ab
29,50 abc 33,50 ab
17,50 ab
19,50 a
453,00 g
453,00 f
88,50 d
265,00 e
19,00 ab
30,50 ab
35,00 bc
42,50 ab
28,00 abc 28,00 ab
15,50 ab
20,00 a
0,00 a
5,00
a

24 jam
151,00 h(1)
29,00 ab
35,50 a-d
56,50 b-d
36,00 a-d
41,00 a-d
453,00 i
453,00 i
67,00 d-f
40,50 a-d
31,50 a-c
35,00 a-d
88,50 ef
60,00 c-e
94,50 f
50,50 b-d
38,50 a-d
24,50 ab
231,00 h
164,00 g
36,50 a-d
47,50 b-d
32,50 a-c
24,00 ab
9,50
a

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda
Duncan pada taraf nyata 5%
SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering
Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan
Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

15
Jumlah larva nematoda inaktif pada pengamatan 4 jam setelah perlakuan
menunjukkan hampir seluruh perlakuan seduhan berbeda nyata dibandingkan
kontrol. Jumlah nematoda inaktif pada perlakuan SBM 50% dan SKM 50%
mencapai 100% dan paling tinggi dibandingkan perlakuan seduhan baglog lainnya
(Tabel 6). Pengamatan 8 jam dan 12 jam setelah perlakuan terhadap jumlah larva
inaktif menunjukkan bahwa hampir semua perlakuan seduhan baglog jamur
berbeda nyata dibandingkan kontrol. Perlakuan dengan persentase nematoda
inaktif paling tinggi adalah SBM 50%, SKM 50%, dan SBM 25% dengan jumlah
nematoda inkatif mencapai 100% (Tabel 6). Pengamatan 24 jam setelah perlakuan
diperoleh bahwa sebagian besar perlakuan seduhan baglog jamur berbeda nyata
dengan kontrol. Perlakuan SBM 50% dan SBM 25% merupakan perlakuan yang
paling tinggi jumlah nematoda inaktif mencapai 100%.
Berdasarkan hasil uji in vitro terhadap jumlah nematoda inaktif pada setiap
waktu pengamatan yang telah ditentukan, perlakuan SBM 50% dan SBM 25%
merupakan perlakuan yang paling stabil penyebab inaktifasi larva nematoda
Meloidogyne spp. Pada perlakuan seduhan limbah baglog jamur pada konsentrasi
50% mulai 4 jam sampai dengan 24 jam setelah perlakuan menunjukkan hasil
yang konsinten terhadap inaktifasi larva nematoda. Berdasarkan jumlah larva
nematoda inaktif, pengaruh seduhan baglog basah lebih baik dibandingkan
seduhan baglog jamur kering. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nematoda inaktif
pada seduhan baglog basah lebih tinggi dibandingkan seduhan baglog kering.
Gambar 5. Pengaruh perlakuan seduhan baglog jamur tiram basah terhadap persentase
kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam setelah perlakuan.
100,0%

Persentase Mortalitas Nematoda

100%
90%
80%
70%
60%

49,1%
50%
40%
30%
20%
10%

25,8%
16,3%

20,8%
11,1%

10,2% 8,4%

0%

Perlakuan

10,3% 13,1% 11,5% 10,7%
3,4%

16
Gambar 6. Pengaruh perlakuan seduhan baglog jamur tiram kering terhadap persentase
kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam setelah perlakuan.

Persentase Mortalitas Nematoda

100%
90%
80%
70%
60%
50%

39,8%

40%
30%
20%

24,5%
16,6%
14,7%
12,8%

9,7% 11,6%

17,9%15,5%
12,7%

10%

9,4% 7,8%

3,4%

0%

Perlakuan

Gambar 5 dan 6 menunjukkan pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap
mortalitas larva nematoda Meloidogyne spp. Seduhan baglog jamur tiram mampu
meningkatkan mortalitas Meloidogyne spp. lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol. Persentase mortalitas nematoda paling tinggi ditunjukkan perlakuan SBM
50%, SBM 25%, dan SKM 50%. Seduhan baglog jamur basah mampu menekan
persentase mortalitas lebih tinggi dibandingkan seduhan baglog jamur kering.
Selain itu seduhan yang tidak diaerasi dan diberi molase menunjukkan persentase
mortalitas tertinggi dibandingkan dengan perlakuan seduhan baglog jamur yang
lain. Seduhan baglog tanpa aerasi diduga dapat meningkatkan produksi antibiotik
dalam seduhan kompos yang diduga dapat merespon ketahanan alami tanaman
yang dapat membantu dalam menekan penyakit (Scheuerell 2003).
Berdasarkan mortalitas nematoda menunjukkan bahwa seduhan baglog
jamur tiram yang sangat potensial adalah SBM 50% yang mampu menekan
mortalitas nematoda mencapai 100% (Gambar 5). Seduhan baglog jamur yang
cukup potensial antara lain SBM 25% dan SKM 50% dengan mortalitas nematoda
mencapai 49,1% dan 39,8% (Gambar 6). Seduhan baglog jamur tiram yang tidak
diaerasi dan diberi tambahan molase mampu meningkatkan mortalitas nematoda
dengan baik.
Mekanisme seduhan limbah baglog jamur dalam meningkatkan larva
nematoda inaktif dan mortalitas nematoda masih belum diketahui masih
diperlukan penelitian yang lebih lanjut. Peningkatan inaktifasi larva nematoda
oleh seduhan baglog jamur diduga berkaitan dengan toksik yang dikeluarkan oleh
hifa dari jamur tiram Pleurotus ostreatus. Hal ini didukung oleh penelitian Thom
dan Tsuneda (1993) yang melaporkan bahwa Pleurotus ostreatus menghasilkan
perangkap kecil pada hifa vegetatif dan bersifat toksik. Toksin yang dihasilkan
oleh Pleurotus ostreatus telah diidentifikasi sebagai tran-2-decenedionic acid
(Kwock et al. 1992). Selain itu penghambatan diduga melalui mekanisme
tingginya kepadatan mikroba dalam seduhan kompos yang diduga memiliki peran
baik sebagai agen antagonis maupun kompetitor (Al-Mughrabi et al. 2008).

17
Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Baglog Jamur Tiram
Tabel 7 menunjukkan populasi cendawan pada pengamatan 24 jam dan 48

jam setelah perlakuan bahwa SKAM (Seduhan limbah baglog jamur kering
ditambah molase dan diaerasi) memiliki kepadatan cendawan yang paling tinggi
yaitu 13,00 x 102 cfu/ml dan 16,00 x 102 cfu/ml. SKAM memiliki kepadatan
cendawan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seduhan baglog jamur yang
lain. Pada perlakuan SBA dan SK tidak terdapat koloni cendawan yang tumbuh
kecuali perlakuan SK pada 48 jam setelah perlakuan. Pengamatan koloni bakteri
pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa SBM dan SKM memiliki kepadatan
bakteri yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan seduhan limbah
baglog lainnya. Koloni bakteri pada perlakuan SBM menunjukkan angka paling
tinggi yaitu 188,00 x 107 cfu/ml dan 207,50 x 107 cfu/ml pada setiap jam
pengamatan (Tabel 7).
Pemberian molase pada setiap seduhan berpengaruh kepadatan mikroba
yang lebih banyak dibandingkan dengan seduhan yang tidak diberi molase. Hal ini
disebabkan molase yang ditambahkan pada seduhan baglog jamur memberikan
tambahan energi atau sumber makanan yang lebih banyak sehingga cendawan dan
bakteri yang ada didalamnya dapat tumbuh lebih baik. Penambahan molase
memberikan nutrisi tambahan bagi mikroba berupa polisakarida yang terkandung
di dalamnya. Polisakarida yang terkandung di dalam molase terdiri dari : glukosa
21,7% dan sukrosa 34,19%, 26,46 % air dan 17,26 % abu (Tarigan 2009). Hal
yang serupa dilaporkan Miller dan Churchill (1986) bahwa molase mengandung
50% gula yang mampu mendukung pertumbuhan mikroorganisme di dalam
seduhan baglog jamur.
Tabel 7. Populasi cendawan dan bakteri dalam seduhan baglog jamur tiram
Perlakuan
SBAM(3)
SBA
SBM
SB
SKAM
SKA
SKM
SK
(1)
(2)
(3)

Cendawan cfu/ml (x102) (2)
Bakteri cfu/ml (x107) (2)
24 jam
48 jam
24 jam
48 jam
4,00 c (1)
4,50 c(1)
64,50 a-g(1)
98,50 d-j(1)
0,00 a
0,00 a
85,50 e-i
97,00 c-j
3,00 c
3,00 c
188,00 k-n
207,50 no
3,50 c
3,50 c
62,50 a-g
67,50 a-h
13,00 d
16,00 d
89,00 f-i
101,50 e-j
2,00 a-c
2,50 bc
87,50 e-i
114,00 g-k
4,00 c
4,50 c
177,00 kl
190,50 mn
0,00 a
4,00 c
74,00 c-h
86,00 b-i

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda
Duncan pada taraf nyata 5%.
Cfu/ml=colony forming unit/ml
SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah
Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB
(Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering
Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan
Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perlakuan seduhan baglog jamur tiram tidak bersifat toksik bagi tanaman
tomat. Perlakuan seduhan baglog jamur tiram meningkatkan efek nematisidal
yang menyebabkan larva nematoda Meloidogyne spp. inaktif secara in vitro.
Perlakuan SBM 50% meningkatkan larva inaktif yang paling tinggi mencapai
100% sampai 24 jam setelah perlakuan. Selain itu SBM 50% menyebabkan
mortalitas nematoda mencapai 100% setelah 48 jam setelah perlakuan. Perlakuan
seduhan baglog jamur tiram berpengaruh nyata dalam menekan jumlah puru yang
disebabkan oleh Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Dapat disimpulkan bahwa
seduhan baglog jamur tiram berpotensi dalam mengendalikan Meloidogyne spp.
penyebab puru akar pada tanaman tomat.

Saran
Perlu dilakukan penelitian dan pengujian lebih lanjut tentang aktifitas
enzimatik dan mikroba yang terkandung di dalam seduhan limbah baglog jamur
tiram dalam menekan jumlah puru akar . Selain itu diperlukan perbaikan metode
dalam menggunakan seduhan limbah baglog jamur yang tepat, serta penentuan