Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)(

PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus
nobilis)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM
DANUMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON
(Citrus jambhiri Lush)

Oleh
ANANDA DIAN PUSPITA SARI
A24080118

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Citrus Nobilis Budding Seed Development on Various Growing Medium and
Age of Rough Lemon Rootstock
Abstract
The objective of this research was to study Citrus nobilis budding seed development on
various growing medium and age of Citrus jambhiri Lush rootstock. The research was conducted
in BPTP experimental garden, Cipaku, Bogor from November 2011 to May 2012. The research
was consisted of two experiment, i.e. experiment before budding and experiment after budding.

The design of experiment was complete randomized groups with two factors and three
replications. The first factor was the growing medium that consists of soil, charcoal husk,
sheep’s manure, compost, and vermi-compost. The second factor was the age of Rough Lemon
citrus rootstock i.e. 8 , 11, and 14 months. The results showed that the highest wet and dry
weight of root were found in the plant which planted in the growing media of (soil: charcoal
husk: compost or vermicompost) mixture. The best weight of wet and dry root were found in the
age of citrus rootstock 8 months. The best height and diameter of Rough Lemon rootstock were
found in the age of citrus rootstock 11 months. The growing media of (soil: charcoal husk:
vermicompost) mixture was the best media to Citrus nobilis scion budding development. The best
Citrus nobilis scion budding development were found in the age of citrus rootstocks 11 months
which adapted during 3 months in the growing media. The best percentage of sprout bud,
percentage of dormant bud, increase of length bud, length of bud, length of leaves, and width of
leaves were found in the age of citrus rootstock 11 months which adapted during 3 months in the
growing media of (soil: charcoal husk: vermicompost) mixture.

RINGKASAN
ANANDA DIAN PUSPITA SARI. Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus
nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Batang
Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)(Dibimbing oleh TATIEK
KARTIKA SUHARSI).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terbaik yang dihasilkan
dari komposisi media tanam, umur batang bawah Rough Lemon, serta interaksi
antara keduanya terhadap pertumbuhan bibit jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil
perbanyakan okulasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BPTP
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Cipaku, Bogor pada bulan November
2011 hingga Mei 2012.
Penelitian terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama adalah
mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk
Rough Lemon terhadap pertumbuhan batang bawah jeruk. Percobaan kedua adalah
mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk
Rough Lemonterhadap pertumbuhan tunas okulasi jeruk keprok Garut (Citrus
nobilis). Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dua
faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam yang
terdiri dari tiga komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang
domba 1: 1: 1 V/V),(tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V), dan (tanah: arang
sekam: kascing 1: 1: 1 V/V). Faktor kedua adalah umur batang bawah Rough
Lemon yang terdiri dari 5, 8, dan 11 bulan yang masing-masing diadaptasi pada
media perlakuan selama 3 bulan sebelum diokulasi. Batang bawah Rough Lemon
yang digunakan pada percobaan ini berasal dari Cikajang, Garut dan mata tempel
jeruk Keprok Garut yang digunakan pada perbanyakan okulasi dalam penelitian

ini berasal dari BPMT (Badan Penggandaan Mata Tempel) Cisurupan, Garut.
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa komposisi media tanam
(tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V)memberikan pengaruh baik untuk
tinggi, diameter, bobot basah dan bobot kering akar bibit batang bawahRough
Lemon. Umur batang bawah terbaik pada percobaan pertama ialah umur 11 bulan
untuk tinggi dan diameter bibit batang bawah Rough Lemon, sedangkan bibit

ii

batang bawah umur 8 bulan baik untuk bobot basah dan bobot kering akar bibit
batang bawahRough Lemon.
Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa komposisi media tanam
(tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) memberikan pengaruh baik terhadap
pertumbuhan tunas okulasi jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis). Komposisi media
tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) cenderung
menghasilkan nilai paling rendah pada sebagian besar parameter yang diamati
dibandingkan dua media lainnya. Umur bibit batang bawah Rough Lemon terbaik
pada percobaan kedua ialah umur (5 + 3) bulan dalam menghasilkan jumlah tunas
dan waktu tumbuh tunas tercepat, namun pertumbuhan tunas hasil perbanyakan
okulasi terbaik dihasilkan dari batang bawah umur (11 + 3) bulan.

Bibit batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi
media tanam tanah: arang sekam: kascing (1: 1: 1) menghasilkan pertambahan
tinggi batang bawah RL terbaik, persentase okulasi hidup tertinggi, dan waktu
tumbuh tunas terbaik. Bibit batang bawah umur (11 + 3) bulan yang ditanam pada
komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan
persentase okulasi bertunas, persentase okulasi dorman, pertambahan panjang
tunas, panjang tunas, panjang daun, dan lebar daun terbaik

PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus
nobilis)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM
DANUMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON
(Citrus jambhiri Lush)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANANDA DIAN PUSPITA SARI
A24080118


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul

: PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus nobilis)
HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM
DAN UMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON (Citrus
jambhiri Lush)

Nama : ANANDA DIAN PUSPITA SARI
NIM

: A24080118

Menyetujui,
Pembimbing


Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS.
NIP. 19550324 198203 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 September 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Boedi Tjahyo Soegiono dan Ibu
Esti Ningtyas Rahayu.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Lawanggintung I Kota Bogor,
kemudian

pada


tahun

2005

penulis

menyelesaikan

pendidikannya

di

SMP Negeri 7 Kota Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kota
Bogor pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai
mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama kuliah penulis mengikuti satu Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu
Lingkung Seni Sunda (LISES) Gentra Kaheman, sebagai sekretaris divisi Kajian
Budaya pada tahun 2010-2011.


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul ‘Pertumbuhan Bibit Jeruk
Keprok (Citrus nobilis)Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam danUmur
Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)’ dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepadaDr. Tatiek Kartika Suharsi, MS
selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr.
Ir. Ketty Suketi, MSi dan Juang Gema Kartika, SP. MSi selaku dosen penguji,
yang telah memberikan saran terhadap skripsi saya. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada staff kebun percobaan BPTP Cipaku, Bogor yang telah
memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orang tua
yang telah memberikan doa serta dukungan baik secara moril maupun materil,
penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga hasil
penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2012


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

vii

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang .................................................................................
Tujuan ..............................................................................................

Hipotesis ..........................................................................................

1
1
3
4

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Tanaman Jeruk Keprok (Citrus nobilis) ..........................................
Perbanyakan Jeruk secara Vegetatif ................................................
Media Tanam ...................................................................................
Tanah................................................................................................
Arang Sekam ....................................................................................
Kompos ............................................................................................
Pupuk Kandang ................................................................................
Kascing ............................................................................................
Batang Bawah ..................................................................................

5
5

6
7
8
8
9
10
10
11

BAHAN DAN METODE .......................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Bahan dan Alat .................................................................................
Metode Penelitian ............................................................................
Pelaksanaan Penelitian .....................................................................
Pengamatan ......................................................................................

13
13
13
13
15
17

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Hasil
Kondisi Umum .................................................................................
Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit
BatangBawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang
Bawah ................................................................................................
Pertambahan Tinggi Bibit Batang Bawah .........................................
Pertambahan Diameter Bibit Batang Bawah ....................................
Bobot Basah dan Kering Akar ...........................................................
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit
Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk
Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi .....................................
Keberhasilan Okulasi .........................................................................
Pertambahan Panjang Tunas ..............................................................
Pertumbuhan Tunas Okulasi ..............................................................

20
20

24
25
27
29

30
31
33
35

vi

Pembahasan
Percobaan 1. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit
Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang
Bawah ................................................................................................
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit
Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk
Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi .....................................

37

39

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................

44
44
45

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

46

LAMPIRAN ............................................................................................

49

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Kandungan unsur hara makro dan pH media tanam .......................

21

2.

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan
umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang bawah
Rough Lemon ...................................................................................

24

Pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan tinggi (cm) batang bawah Rough Lemon.....

26

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan diameter (mm) batang bawah Rough
Lemon ..............................................................................................

28

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough
Lemon ..............................................................................................

29

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan
umur bibit batang bawahRoughLemon terhadap pertumbuhan
tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi ..................

30

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
RoughLemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk
Keprok Garut (Citrusnobilis) hasil okulasi......................................

32

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
Rough Lemonterhadap pertambahan panjang tunas (cm) batang
atas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis)hasil okulasi .....................

34

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
Rough Lemon terhadap pertumbuhan batang atas jeruk Keprok
Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi..................................................

36

3.
4.

5.

6.

7.

8.

9.

DAFTAR GAMBAR
Nomor

1.

2.
3.
4.

Halaman

Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I
dan II, (M1) tanah: arang sekam: pupuk kandang domba (1: 1: 1);
(M2) tanah: arang sekam: kompos (1: 1: 1); (M3) tanah:arang
sekam: kascing (1: 1: 1) .....................................................................

15

Kondisi lingkungan tumbuh bibit jeruk Keprok hasil perbanyakan
okulasi di lapangan terbuka. ..............................................................

22

Batang bawah jeruk Rough Lemonyang terserang penyakit busuk
akar ....................................................................................................

23

Daun muda yang terserang hama pengorok daun .............................

23

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Data iklim stasiun klimatologi Darmaga, Bogor 2011 – 2012 ..........

50

2.

Layout percobaan ...............................................................................

50

3.

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 0 MST ...............................

50

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 2 MST ...............................

51

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 4 MST ...............................

51

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 6 MST ...............................

51

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 8 MST ...............................

51

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 10 MST .............................

52

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 12 MST .............................

52

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 0 MST ..........................

52

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 2 MST ..........................

52

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 4 MST ..........................

53

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 6 MST ..........................

53

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 8 MST ..........................

53

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadapdiameter bibit batang bawah pada 10 MST .........................

53

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadapdiameter bibit batang bawah pada 12 MST .........................

54

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadapbobot basah akar batang bawah Rough Lemon ....................

54

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadapbobot kering akar batang bawah Rough Lemon ...................

55

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

viii

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappersentase bibit okulasi hidup ..............................................

55

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappersentase bibit okulasi bertunas .........................................

55

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappersentase okulasi dorman ...................................................

56

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadapwaktu tumbuh tunas .............................................................

56

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 5 MSO ................

57

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 6 MSO ................

57

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 7 MSO ................

58

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 8 MSO ................

58

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 9 MSO ................

59

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 10 MSO .............

59

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 11 MSO .............

59

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 12 MSO .............

60

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap panjang tunas okulasi pada 12 MSO ...................................

60

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter tunas okulasi pada 12 MSO .................................

60

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap jumlah tunas okulasi pada 12 MSO ....................................

61

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap jumlah daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ....................

61

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap panjang daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ....................

61

Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap lebar daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ........................

62

Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil
perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur
batang bawah perlakuan ...................................................................

62

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan jeruk sebagai tanaman hortikultura makin hari makin terasa penting
bagi petani karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Buah jeruk merupakan salah
satu jenis buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Buah jeruk selalu tersedia
sepanjang tahun karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang
khusus. Di samping itu tanaman jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi.
Prospek pemasaran buah jeruk di dalam negeri sangat cerah. Jumlah
penduduk yang terus bertambah diikuti dengan pendapatan yang semakin baik
akan meningkatkan permintaan pasar dalam negeri. Pertumbuhan impor jeruk
sebesar 11% tiap tahun dalam sepuluh tahun ini membuat Indonesia menjadi
pangsa pasar yang menjanjikan bagi negara lain dalam memasarkan produknya
(Hanif dan Zamzami, 2011). Tingginya

nilai

impor

menunjukkan

bahwa

permintaan pasar dalam negeri belum mampu dipenuhi oleh produsen dalam
negeri.
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,028,904 ton.
Produksi jeruk mengalami penurunan pada tahun 2011 sehingga menjadi
1,807,808ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi jeruk di Indonesia
cenderung menurun sedangkan konsumsi jeruk di Indonesia cenderung selalu
meningkat sehingga produksi jeruk di Indonesia masih belum mampu
mengimbangi kebutuhan untuk konsumsi, sehingga impor jeruk semakin
meningkat dengan cepat. Salah satu penyebabnya adalah belum terdapatnya
teknologi pembibitan yang cepat dan menjamin keseragaman dan kestabilan hasil
untuk memenuhi kebutuhan bibit unggul jeruk di Indonesia.
Pembudidayaan tanaman jerukmemerlukan bibityang berkualitas, artinya
bibit berasal dari pohon induk yang mempunyai sifat unggul, oleh karena itu,
sebelum menanam, pemilihan bibit dari pohon yang baik mutlak diperlukan.
Perbanyakanjeruk dapat dengan biji, cangkok, budding atau okulasi, grafting,
kultur jaringan atau micro grafting dan rekayasa genetik/transgenik. Permasalahan
perbanyakan jeruk dengan biji hasilnya kurang memuaskan, waktu berbuah relatif

2
lama 6 – 7 tahun, dan sifat – sifat yang tidak bagus dari induknya dapat
diwariskan pada generasi berikutnya. Bibit cangkokan, waktu berbuah umurnya
lebih pendek, masalahnya diperlukan cabang yang banyak, sehingga merusak
pohon induk serta tidak dapat memenuhi permintaan bibit dalam jumlah yang
banyak. Kelemahan dari bibit hasil micrografting ialah tenaga ahli bioteknologi
masih terbatas di balai penelitian atau perguruan tinggi, biaya mahal, penangkar
bibit di Kabupaten dan Kotabelum optimal serta masyarakat masih rendah minat
dan daya belinya karena dianggap relatif mahal (Prasetyo, 2009).
Perbanyakan dengan okulasi dan grafting dapat dilakukan pada tanaman
yang perbanyakannya tidak dapat melalui stek, cangkok, organ pembiakan
khusus, atau metode perbanyakan vegetatif lainnya. Alasan penggunaan okulasi
atau grafting diantaranya memperoleh keuntungan dari batang bawah yang
digunakan, mengubah kultivar tanaman, mempercepat terjadinya periode
reproduktif pada tanaman, memperoleh kondisi pertumbuhan yang sesuai
keinginan, memperbaiki tanaman yang rusak, dan mempelajari penyakit atau virus
tanaman (Hartmann et. al., 1990). Selain itu, perbanyakan okulasi dan grafting
relatif lebih murah dan membutuhkan bahan tanaman induk yang tidak terlalu
banyak serta dapat menghasilkan bibit yang yang banyak.
Batang bawah sangat menentukan pertumbuhan batang atas tanaman jeruk,
karena bagian bawah mempunyai kemampuan dalam mengeksploitasi kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, yaitu kekeringan, kelebihan air, dan
ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu (Devy dan Jati, 2008).
Pemilihan media tanam yang tepat juga perlu diperhatikan untuk menunjang
pertumbuhan batang bawah tanaman jeruk. Menurut Hartmannet al. (1990), media
tanam yang baik merupakan media yang cukup kuat untuk menahan pertumbuhan
dan kelembaban, sistem dan drainase yang baik, bebas dari penyakit, serta
memiliki kadar salinitas yang rendah. Tanaman jeruk tumbuh baik pada kisaran
pH tanah antara 5-6, pada pH tanah yang lebih tinggi sering terjadi defisiensi hara
terutama unsur mikro Zn, Cu, Mn, dan Fe (Ashari, 2006).
Komposisi media tanam yang tepat akan menentukan tingkat keberhasilan
okulasi pada tanaman jeruk. Media tanam yang sering dipakai oleh petani
biasanya sudah berupa campuran beberapa media tanam karena setiap media

3
tanam memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Komposisi media yang
paling sering digunakan berupa campuran dari tanah subur, bahan organik (pupuk
kandang atau kompos), dan pasir.
Tingkat ketuaan batang atas dan batang bawah mempengaruhi proses
pertautan antara keduanya. Menurut Sumarsono et al. (2002), tanaman jeruk lebih
baik bila menggunakan batang atas yang agak tua dan mata tempel berkayu. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009), pertumbuhan tunas hasil
okulasi yang paling cepat diperoleh dari batang bawah jeruk JC (Japanese
citroen) yang berumur 12 bulan dibandingkan umur yang lebih muda dan lebih
tua.
Penelitian ini difokuskan untuk mencari media tanam dan umur batang
bawah jeruk Rough Lemon yang paling sesuai untuk menunjang keberhasilan
perbanyakan bibit jeruk yang dilakukan dengan teknik okulasi.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit
batang bawah Rough lemon.
2. Mengetahui umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit
batang bawah Rough lemon.
3. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan umur batang
bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.
4. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit
batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.
5. Mengetahui umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit
batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.
6. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan umur batang
bawah yang sesuaiuntuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok
(Citrus nobilis) hasil okulasi.

4
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Terdapat satu komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan
bibit batang bawah Rough lemon.
2. Terdapat satu umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit
batang bawah Rough lemon.
3. Terdapat satu kombinasi komposisi media tanam dan umur batang bawah
yangterbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.
4. Terdapat satu komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan
bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.
5. Terdapat satu umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit
batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.
6. Terdapat satu kombinasi komposisi media tanam dan umur batang bawah
yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang atasjeruk Keprok (Citrus
nobilis) hasil okulasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk Keprok (Citrus nobilis)
Lingkungan hidup alami dari tanaman jeruk membentang dari India dan
Cina selatan hingga Australia utara dan Kaledonia baru. Pembudidayaan jeruk
dimulai di Cina dari tahun 2200 SM (Verheij andStone, 1992). Penghasil jeruk
Keprok atau mandarin di dunia ialah Jepang, Spanyol, Brazilia, Italia, dan
Amerika Serikat, (Ashari, 1992).
Iklim, tanah, dan air merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Di daerah

ekuator, jeruk dapat ditanam

dari permukaan laut sampai ke ketinggian 2000 m. Kebutuhan air untuk jeruk
1900 – 2400 mm per tahun. Di daerah – daerah produsen jeruk terkenal, beriklim
kering namun diberi irigasi (Harjadi, 1989).
Terdapat enam spesies utama dari jeruk, yaitu lime, pummelo, citron,
grapefruit, mandarin, dan sweet orange. Tanaman jeruk Keprok termasuk pada
kelompok mandarin atau spesies Citrus reticulata Blanco (Verheij andStone,
1992).
Tanaman jeruk Keprok berbentuk pohon kecil berduri dengan ranting yang
ramping. Jeruk Keprok atau jeruk mandarin memiliki ciri kulit buahnya mudah
dikupas dan memiliki rasa asam pada beberapa kultivar dan sangat manis pada
kultivar lainnya. Daging buahnya berwarna oranye hingga merah-oranye jika
sudah masak penuh, tiap ruang (septa buah) mudah dipisahkan, dan berbiji kecil
(Ashari, 1992).
Salah satu dari lima kultivar penting yang ada di Indonesia diantaranya
‘Keprok Siem’ yang paling banyak ditanam dan paling disukai; kultivar ini
memiliki kulit yang lebih menempel pada buah. Kultivar yang kulit buahnya
mudah dikupas diantaranya ‘Keprok Garut’ (persilangan ‘Ponkan’), ‘Keprok
Batu’, ‘Keprok Madura’, dan ‘Keprok Tejakula’. Semua kultivar tersebut diberi
nama daerah tempat kultivar tersebut banyak dibudidayakan dan terkenal (Ashari,
1992).
Manner et al. (2006) menyatakan tanaman jerukdapat tumbuh baik di
daerah tropis maupun subtropis. Di daerah tropis tanaman jeruk dapat tumbuh

6
dengan baik pada ketinggian kurang dari 1,600 m dpl. Suhu optimal harian yang
cocok untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah 25-30°C dan masih dapat tumbuh
pada suhu 43°C. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5- 8, namun
akan tumbuh optimal pada tanah dengan pH 6-7. Tanaman jeruk dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi pencahayaan penuh maupun pencahayaan kurang atau
ternaungi, namun tanaman jeruk lebih menyenangi kondisi pencahayaan penuh
untuk pertumbuhannya. Tanaman jeruk akan tumbuh dan berbuah baik sekali di
daerah yang tipe iklimnya agak kering asalkan tersedia cukup air.
Di Indonesia kelembaban udara berkisar antara 50-80%. Di daerah yang
kurang hujan, udara tidak lembab, penguapan air dari daun dan buah sangat besar.
Di daerah seperti ini hasil buah akan bermutu tinggi kalau air tanahnya dangkal
(Nia, 1993).
Perbanyakan Jeruk secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman jeruk dapat dilakukan secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan jeruk secara generatif lebih mudah dilakukan dengan benih
tetapi benih jeruk tidak seragam secara genetik karena hasil fertilisasi.
Perbanyakan vegetatif dapat menghasilkan benih atau bibit yang seragam sesuai
genetik tetapi cara membuat bibit secara vegetatif lebih sulit. Perbanyakan jeruk
secara generatif biasanya dilakukan untuk menghasilkan rootstock atau batang
bawah yang memiliki perakaran yang lebih kuat dibandingkan dengan tanaman
hasil perbanyakan vegetatif. Rootstock yang dihasilkan kemudian digunakan
untuk teknik perbanyakan grafting dan budding (perbanyakan vegetatif) (Harjadi,
1989).
Istilah grafting atau graftage dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan
kata sambungan atau tempelan (enten atau okulasi dalam bahasa Belanda).
Sambungan melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan
regenerasi yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh jadi satu tanaman
tunggal (Harjadi, 1989).
Bagian yang memberi akar disebut batang bawah (rootstock); bagian yang
ditambahkan disebut batang atas (scion atau entrijs). Batang bawah dapat berupa

7
sepotong akar atau tanaman utuh. Bila batang atas hanya terdiri dari satu mata
tunggal disebut tempelan atau budding (okulasi) (Harjadi, 1989).
Tautan sambungan merupakan dasar sambungan yang terbentuk dari
bersatunya dan jalin menjalinnya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang
atas dan batang bawah sebagai tanggap atas pelukaan. Kambium adalah jaringan
meristematik yang berada diantara xilem dan floem. Jaringan kalus terdiri dari selsel parenkhimatik. Dengan adanya kambium, berdiferensiasilah jaringan kalus
menjadi jaringan kambium baru. Kambium baru ini berdiferensiasi menjadi xilem
dan floem yang menjadi penghubung hidup yang tumbuh antara batang atas dan
batang bawah (Harjadi, 1989).
Syarat

batang

bawah

yang

baik

diantaranya

tinggi

derajat

poliembrioninya, serasi dengan batang atas, mampu tumbuh di segala jenis tanah,
toleran penyakit virus, toleran penyakit cendawan, toleran nematoda, tumbuh baik
di pembibitan, dan tahan kekeringan serta angin. Entres atau batang atas
sebaiknya diambil dari pohon induk yang sehat, bebas virus, cabang harus bulat
dan coklat, bukan bersudut dan hijau (Harjadi, 1989).
Media Tanam
Media perakaran yang baik adalah media yang cukup kuat dan padat,
mengandung bahan yang dapat menahan kelembaban, mempunyai sistem aerasi
dan drainase yang baik, salinitasnya rendah, bebas dari penyakit dan dapat
disterilkan tanpa mempengaruhi unsur-unsur yang terkandung di dalam media
tanam (Hartmann et al., 1990).
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal. Kondisi media tanam yang ideal bisa didapatkan dari kombinasi antara
bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik dapat berupa cacahan pakis,
kompos, humus, serbuk gergaji, arang sekam, dan cocopeat. Bahan anorganik
dapat berupa tanah, pasir, pasir malang, batu kerikil, dan hydrogel. Media tanam
terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah
alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah
(Harjadi, 1989).

8
Tanah
Tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai
dengan peruntukannya. Tanah dapat diartikan sebagai bagian atas kulit bumi yang
telah mengalami pelapukan yang didalamnya terdapat aktivitas biologi. Lapisan
tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi
dibandingkan lapisan tanah di bawahnya. Lapisan tanah atas biasanya berwarna
gelap karena terakumulasinya bahan organik dan merupakan lapisan tanah yang
subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
Tanah harus cukup kuat sebagai penunjang tegaknya tanaman agar
tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh. Pada sisi lain, tanah
harus cukup lunak sehingga akar tanaman dapat berkembang dan menjalankan
fungsinya tanpa mengalami hambatan yang berarti. Tanah juga harus memiliki
kedalam efektif yang cukup sehingga akar tanaman tidak hanya terpusat pada
lapisan atas yang dapat menyebabkan tanaman akan peka terhadap kondisi
kekurangan air dan unsur hara, dan mudah tumbang oleh terpaan angin (Islami
dan Utomo, 1995).
Buckman dan Braddy (1989) menyatakan bahwa terdapat 13 unsur hara
esensial yang diperoleh dari tanah, diantaranya N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, B,
Mo, Cu, Zn, dan Cl. Dari 13 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari
tanah, secara relatif 6 diperlukan dalam jumlah banyak. Keenam unsur tersebut
ialah N, P, K, Ca, Mg, dan S, yang merupakan unsur hara makro dan 7 unsur hara
lainnya merupakan unsur hara mikro. Pertumbuhan tanaman akan terhambat bila
unsur hara esensial kurang tersedia dalam tanah, terlalu lambat tersedia, atau tidak
diimbangi oleh unsur-unsur lainnya. Terkadang ketiga faktor tersebut bekerja
pada saat bersamaan dan sering terjadi pada unsur N.
Arang Sekam
Arang sekam adalah sekam atau kulit padi yang dibakar dengan teknik
sedemikian rupa sehingga menghasilkan sekam yang menjadi arang. Sekam
adalah lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah yang terdiri atas dua

9
belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Departemen
Pertanian, 2008).
Arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan
(bobot jenis = 0.2 kg/l), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi,
berwarna cokelat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan
efektif, serta dapat mengurangi penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih dan
Darliah, 1994). Media arang sekam dapat meningkatkan C-organik, N total, pH
dan P tersedia sehingga dapat menjadikan media tanam ini gembur tapi cenderung
mudah lapuk (Husniati, 2010).Arang sekam memiliki porositas yang baik bagi
perkembangan akar dan memiliki daya pegang air yang tinggi. Media arang
sekam memiliki kandungan C-Organik 15.23% dan Nitrogen 1.08 %. Arang
sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al.,
2009).
Kompos
Pengomposan adalah suatu teknik untuk memperlakukan bahan organik,
proses menghasilkan produk tanah, metode daur ulang bahan organik dan nutrisi,
yang berarti mematikan kuman-kuman yang telah terinfestasi pada media.dan
strategi penyelesaian terhadap benda yang menyusahkan seperti bangkai hewan.
Pengomposan dapat dilakukan dalam skala yang besar. Banyak alasan untuk
memperoduksi kompos dan banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuatnya
(Rink and Richard, 2001).
Pengomposan diartikan sebagai proses biologi oleh mikroorganisme
secara terpisah atau bersama-sama dalam menguraikan bahan organik menjadi
bahan semacam humus. Bahan yang terbentuk mempunyai berat volume yang
lebih rendah daripada bahan dasarnya, bersifat stabil, kecepatan proses
dekomposisi lambat dan berfungsi sebagai sumber pupuk organik. Dengan
demikian pengomposan ialah menyiapkan makanan unutk tanaman di luar petak
pertanaman dan sekaligus menghilangkan senyawa yang mudah teroksidasi dan
keberadaannya tidak dikehendaki. Apabila residu ini diberikan langsung ke tanah
tanpa proses pengomposan maka akan merugikan tanaman karena memanfaatkan
hara nitrogen yang ada di dalam tanah (Sutanto, 2002).

10
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran
hewan ternak, baik berupa kotoran cair maupun padat (faeces). Tanah yang diberi
pupuk kandang akan menjadi gembur dan memudahkan air untuk masuk ke
dalam tanah. Pertukaran udara (aerasi) juga menjadi lebih baik jika tanah
menjadi lebih gembur.
Limbah-limbah organik seperti pupuk kandang dan kompos telah lama
digunakan sebagai pupuk untuk memperkaya tanah terutama yang kaya nitrogen.
Pupuk kandang harus digunakan pada saat yang tepat karena nitrogen hilang
sebagai amonia selama proses dekomposisi berlangsung, tetapi pembusukan
selama beberapa minggu diperlukan agar saat diberikan ke tanah tidak merusak
tanaman. Unsur hara dalam pupuk kandang tidak semuanya segera tersedia karena
harus mengalami dekomposisi dalam tanah untuk membebaskan unsur haranya.
Diperkirakan bahwa pemberian 10 ton pupuk kandang sama dengan
menambahkan sekitar 2 ton bahan organik ke tanah (Sastrahidayat dan Soemarno,
1991).
Kascing
Vermicomposting

adalah

suatu

proses

bioteknologi

sederhanadari

pengomposan, yang menggunakan spesies cacing tanah khusus untuk proses
konversi kotoran menjadi lebih bernilai dan menghasilkan produk akhir yang
lebih baik. Hasil dari vermicomposting adalah vermikompos atau kascing.
Kascing berbeda dengan kompos dalam beberapa proses pembuatannya.Kascing
melewati proses mesophilic, pemanfaatan mikroorganisme dan cacing tanah yang
aktifpada suhu 10-32°C (bukan suhu lingkungan melainkan suhu antara tumpukan
bahan organik basah. Proses pembuatan kascing lebih cepat dibandingkan
pengomposan pada umumnya karena bahan organik melewati pencernaan cacing
tanah. Hasil dari kotoran cacing tanah atau kascing kaya akan aktifitas mikroba
dan zat pengatur tumbuh, serta memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan
hama (Nagavallemmaet al., 2006).

11
Cacing tanah dalam pertanian organik sebagai agensia yang mampu
menghancurkan bahan organik, kecuali bahan-bahan yang tidak mudah
terdekomposisi. Vermikompos atau kascing sangat baik sebagai media campuran
untuk pembibitan tanaman dan dapat dikembangkan untuk kegiatan agribisnis,
terutama di tempat-tempat pembuangan sampah (Sutanto, 2002).
Cacing tanah mengonsumsi berbagai sampah organik dan mengurangi
volume hingga 40-60%. Bobot seekor cacing tanah berkisar antara 0.5-0.6 g,
memakan sampah sesuai dengan bobot tubuh masing-masing dan menghasilkan
kascing kurang lebih 50% dari sampah organik yang dimakan per hari. Kascing
telah dianalisis sifat biologi dan kimianya. Kelembaban dari kascing berkisar
antara 32 hingga 66% dengan pH kurang lebih 7. Kascing mengandung nutrisi
makro dan mikro yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos hijau
(Nagavallemmaet al., 2006).
Menurut Nagavallemma et al. (2006), berdasarkan wawasan terdahulu
menunjukkan bahwa kascing menyediakan seluruh nutrisi pada kondisi tersedia
untuk tanaman dan juga meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman.
Sreenivas et al.dalam Nagavallemmaet al. (2006) mempelajari jika penggunaan
pupuk yang dicampur dengan vermikompos atau kascing meningkatkan
ketersediaan unsur nitrogen (N) dan penyerapannya pada penanaman Labu (Luffa
acutangula) di Rajendranagar, Andhra Pradesh, India. Serupa dengan penyerapan
N, unsur fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg) pada tanaman padi (Oryza
sativa) lebih banyak yang dapat diserap ketika pupuk yang digunakan dicampur
dengan kascing.
Batang Bawah
Batang bawah merupakan batang yang berupa pohon pangkal yang akan
ditempelkan mata tunas dari pohon yang menjadi batang atas sumber entres.
Pohon pangkal dapat diperoleh dengan cara menyemai biji atau benih dari buahbuahan yang mempunyai perakaran kuat dan tahan terhadap serangan penyakit
akar.

12
Bibit okulasi dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat jika tanaman
batang bawah dirawat dengan baik. Perawatan batang bawah seperti pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang
bawah tumbuh subur dan sehat. Petumbuhan yang subur dan sehat memudahkan
pengelupasan kulit dan kayunya karena sel-sel kambium berada dalam keadaan
aktif membelah diri. Proses pembentukan kalus atau penyembuhan luka
berlangsung dengan baik, sehingga keberhasilan okulasinya juga tinggi (Prastowo
et al., 2006).
Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush) berasal dari bagian Timur Laut
India, yang mungkin hasil dari persilangan yang terjadi secara alami karena
memiliki derajat poliembrioni yang tinggi dibandingkan dengan spesies lemon
lainnya. Jeruk Rough Lemon memiliki kulit buah yang kasar dan tidak cocok
untuk dijadikan kultivar batang atas. Kultivar ini sering digunakan sebagai batang
bawah pada banyak negara lainnya termasuk Indonesia (Davies and Albrigo,
1994).
Kultivar Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, danLemon yang dijadikan
batang atas dari batang bawah Rough Lemon memiliki vigor yang sangat baik dan
sangat produktif dibandingkan dengan batang bawah lainnya yang pernah dicoba,
terutama jika ditanam pada tanah berpasir yang dalam. Secara konsisten, pohon
dewasa yang berbatang bawah Rough Lemon juga sangat toleran dengan
kekeringan. Batang bawah Rough Lemon cukup toleran pada kadar garam tinggi.
Batang bawah Rough Lemon mampu beradaptasi pada kisaran pH tanah yang
cukup luas. Namun batang bawah Rough Lemon sangat rentan pada penyakit
busuk akar (Phytopthora), faktor ini yang menjadi pembatas penggunaan batang
bawah Rough Lemon pada beberapa wilayah (Davies and Albrigo, 1994).
Vigor yang terlalu tinggi yang dihasilkan pada batang atas dengan batang
bawah Rough Lemon pada umumnya menghasilkan buah berkualitas rendah.
Padatan terlarut total (PTT) dan Total asam tertitrasi (TAT) cenderung rendah
pada buah yang dihasilkan dari pohon berbatang bawah Rough Lemon. Selain itu,
kulit buah menjadi lebih tebal dan membengkak (Davies and Albrigo, 1994).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini bertempat di Kebun Percobaan BPTP Cipaku, Bogor, Jawa
Barat. Pengamatan pada penelitian dilaksanakan pada dua tahap, yaitu pembibitan
sebelum okulasi (Percobaan I) dan pembibitan setelah okulasi (Percobaan II).
Tahap pembibitan sebelum okulasi dilaksanakan pada bulan November 2011
sampai Februari 2012 dan tahap pembibitan setelah okulasi dilaksanakan pada
bulan Februari sampai Mei 2012. Analisis media tanam dilakukan di
Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah batang bawah jeruk Rough
Lemonyang berumur 5, 8, dan 11 bulan saat awal percobaan . Sejumlah mata
tunas yang diambil dari pohoninduk jeruk Keprok Garut.Bahan media tanam
terdiri dari kombinasi campuran tanah,arang sekam,pupuk kandang (pukan)
domba, kompos, dan pupuk kascing. Penelitian ini menggunakan polybag ukuran
20 cm X 25 cm dan plastik untuk menempelkan batang atas dan batang bawah
saat awal penelitian. Insektisida dan Fungisida digunakan untuk penanggulangan
hama dan penyakit.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, jangka sorong,
label, oven, timbangan digital, silet dan alat pertanian lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua jenis percobaan, percobaan I adalah
mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk
Rough Lemon terhadap pertumbuhan bibit batang bawah. Percobaan II adalah
mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk
Rough Lemon terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis)
hasil okulasi.

14
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial dengan 2 faktor.Pada percobaan I dan II,faktor pertama yaitu
berupa komposisi media tanam dan faktor kedua adalah umur bibit batang bawah
Rough Lemon.
Komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga
jenis komposisi,yaitu (M1) (tanah:arang sekam: pupuk kandang domba 1:1:1
V/V); (M2) (tanah: arang sekam: kompos 1:1:1 V/V); (M3) (tanah:arang
sekam:pupuk kascing 1:1:1 V/V). Umur batang bawah yang digunakan pada
percobaan I terdiri dari tigavariasi umur,yaitu (U1) 5 bulan, (U2) 8 bulan, dan
(U3) 11 bulan. Umur batang bawah yang digunakan pada percobaan II adalah
bibit yang berumur 5, 8, dan 11 bulan yang kemudian diadaptasikan selama 3
bulan pada media perlakuan. Sehingga bibit batang bawah yang digunakan pada
percobaan II adalah (U1) 8 (5 + 3) bulan; (U2) 11 (8 + 3) bulan; dan (U3) 14 (11
+ 3) bulan.Jumlah total kombinasi perlakuan pada penelitian ini sebanyak 9
kombinasi dengan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdiri dari
27 satuan percobaan.
Tanaman yang diamati pada percobaan I terdiri dari 3 tanaman contoh
pada masing-masing satuan percobaan sehingga total tanaman yang dibutuhkan
sebanyak 81 tanaman. Tanaman yang digunakan pada percobaan IIterdiri dari 17
tanaman yang diokulasi dengan 10 tanaman contoh yang diamati pada masingmasing satuan percobaan sehingga total tanaman yang dibutuhkan sebesar 459
tanaman.
Model aditif linier :
Yijk = μ + αi + βj + ρk + (αβ)ij + εijk
Yijk

= respon pada pengaruh media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j dan
kelompok ke-k

μ

= rataan umum

αi

= pengaruh media tanam ke-i

βj

= pengaruh umur batang bawah ke-j

ρk

= pengaruh kelompok ke-k

(αβ)ij

= interaksi dari media tanam dan umur batang bawah

15
Εijk

= galat percobaan media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j, dan
kelompok ke-k
Uji statistik yang digunakan adalah analisis ragam (uji-F)sedangkan uji

lanjut yang digunakan adalah uji wilayah berganda Duncan (DMRT) pada taraf
kesalahan 5% atau selang kepercayaan 95% apabila dalam uji-F menunjukan hasil
yang berpengaruh nyata.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan antara lain tanah, arang sekam, pupuk
kandang domba,kompos, danpupuk kascing. Komposisi media tanam yang terdiri
dari arang sekam, tanah, dan bahan organik masing-masing memiliki
perbandingan 1 : 1 : 1 (V/V) pada setiap perlakuan. Setiap bahan media tanam
dicampur sesuai dengan perlakuan dan ditempatkan pada polybag yang telah
disiapkan sebelumnya. Media tanam yang telah dicampur sesuai perlakuan dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II,
(M1) (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V); (M2)
(tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V); (M3) (tanah: arang sekam:
pupuk kascing 1: 1: 1 V/V)
Persiapan Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit batang bawah Rough
Lemonyang diperoleh dari petani jeruk di daerah Garut dan mata tunas dari
tanaman induk jeruk Keprok Garut yang diperoleh dari BPMT (Blok
Penggandaan Mata Tempel) Cisurupan, Garut.Batang bawahyang digunakan
berumur8, 11, dan 14bulan saat diokulasi sesuai dengan perlakuan, sedangkan

16
mata tunas atau entres yang digunakan berasal dari pohon jeruk Keprok yang
sudah menghasilkan dan sehat. Sebelum diokulasi, batang bawah yang akan
digunakan ditanam didalam kombinasi media tanam yang sesuai dengan
perlakuan selama 3 bulan. Sehingga batang bawah yang dipersiapkan umurnya 5,
8, dan 11 bulan agar saat diokulasi umurnya sesuai dengan perlakuan yang telah
direncanakan.
Mata tunas yang akan ditempel pada batang bawah harus segar dan segera
ditempel agar tidak mati. Pemotongan kulit batang pohon untuk mengambil mata
tunas dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam supaya hasil potongannya
baik.
Penempelan atau Okulasi
Teknik okulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah chip-budding.
Batang bawah yang sudah disiapkan diiris kulit batangnya menyerupai bentuk
irisan. Irisan dibuat pada batang bawah kurang lebih 15 cm di atas permukaan
tanah. Pengirisan batang harus dilakukan secara hati-hati agar tanaman batang
bawah tidak mengalami luka yang terlalu dalam yang dapat mengakibatkan
kegagalan okulasi.
Mata tunas yang akan ditempelkan diambil dari pohon induk batang atas.
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan membuat irisan dari atas ke
bawah. Irisan tersebut kemudian dipotong secara horizontal pada bagian bawah
irisan untuk melepaskan mata tunas dari batang induknya. Pengambilan mata
tunas dari pohon induk disertai dengan sedikit kayu yang ikut ditempelkan pada
batang bawah.
Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada batang bawah yang
telah disiapkan sebelumnya. Setelah penempelan, mata tunas tersebut diikat rapat
namun bagian mata tunas tidak terlapisi oleh pengikat. Hal ini dilakukan untuk
membantu proses penyatuan mata tunas dengan batang bawah.
Pemeliharaan

17
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama pembibitan meliputi
penyiraman, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyiraman dilakukan 2 hari sekali untuk menjaga kelembaban media namun
tidak terlalu basah agar bahan tanam tidak mengalami pembusukan pada akar.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual jika media tanam ditumbuhi gulma
karena dapa