Desain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos.

DESAIN BENTUK PENGELUARAN HASIL CETAKAN PADA ALAT
PENCETAK KOMPOS

SKRIPSI
Oleh :
MAWADDAH APIFUDDIN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Universitas Sumatera Utara

DESAIN BENTUK PENGELUARAN HASIL CETAKAN PADA ALAT
PENCETAK KOMOS

SKRIPSI
Oleh:

MAWADDAH APIFUDDIN

050308006/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

: Desain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos

Nama

: Mawaddah Apifuddin


NIM

: 050308006

Program Studi

: Teknik Pertanian

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay. M.Si

Taufik Rizaldi, STP, MP

Anggota

Ketua


Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Due to the increase of anorganic fertilizer price and its scarcity in the market,
the usage of organic fertilizer such as compost, increase. But the organic fertilizer has
some disadvantages such as low storageability and in the form of powder which is less
attractive. The aim of this research was to make hydraulic compost’s molder in several
variation form with the addition of crank to increase the efficiency of the the output. The
molder could make the compost more attractive and had longer storageability but with
the same quality.

Key words: Compost, compost molder, hydraulic compost molder, long-storageability

compost.

ABSTRAK

Meningkatnya harga pupuk anorganik dan kelangkaan di pasaran membuat
penggunaan pupuk organik berupa kompos menjadi semakin besar. Namun pupuk
organik tersebut memiliki kelemahan yakni daya simpan yang kurang lama dan
bentuknya yang kurang menarik berupa serbuk. Penelitiaan ini bertujuan untuk
merancang suatu alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan dengan
penambahan engkol dimana hasil rancangan ini degunakan untuk meningkatkhan
efesiensi pengeluaran alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Hasil
cetakan kompos tidak mengalami perubahan kualitas namun memiliki masa simpan dan
daya tarik bagi penggunanya.

Kata kunci

: kompos, alat pencetak kompos, pencetak sistem hidrolik, engkol,
kompos tahan lama

ii


Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN PENELITIAN

Mawaddah A “Disain Bentuk Pengeluaran Hasil Cetakan pada Alat Pencetak Kompos”,
dibimbing oleh Bapak Taufik Rizaldi sebagai ketua dan Bapak Saipul Bahri Daulay
sebagai anggota Pembibing.

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data dilakukan
dengan cara studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan
pengamatan tentang alat pencetak kompos sistem dongkrak ini. Kemudian dilakukan
perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencetak
kompos sistem dongkrak. Berdasarkan pada hasil pengamatan tersebut, maka alat ini
dirancang kemudian dilakukan pengujian parameter dan dianalisis.
Pengamatan dan pengambilan data meliputi, kapasitas efektif alat (kg/jam),
persentase kerusakan hasil (%), analisa ekonomi, menghitung break event point dan
analisa kelayakan usaha dengan menghitung nilai net present value biaya pencetakan
kompos (Rp/kg). Dari hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai

berikut.

Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat diperoleh dengan melakukan pencetakan kompos
sebanyak tiga kali ulangan, kemudian dihitung kapasitas cetak rata-rata kompos. Dari
hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas efektif rata-rata alat
pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan adalah 13,02 kg/jam.
iii

Universitas Sumatera Utara

Persentase Kerusakan Hasil
Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan antara bahan
yang masuk dengan berat isian kompos awal yang dinyatakan dalam persen. Dari
penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil adalah
sebesar 19,86 %.

Biaya Pencetakan Kompos
Biaya


pencetakan kompos diperoleh dengan menghitung biaya produksi

(biaya tetap dan biaya tidak tetap). Dari hasil penelitian diperoleh biaya pancetakan
kompos sebesar Rp. 413,19/kg.

Break Event Point
Alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 92,68 Kg. Hal ini berarti
alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak kompos sebanyak
92,68 Kg.
Net Present Value
Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka
net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari
percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai
NPV dari alat ini adalah sebesar Rp. 5.394.556.75. Hal ini berarti usaha ini layak untuk
dijalankan.

iv

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Mawaddah A, dilahirkan di Bebesen, Takengon pada tanggal 28 Januari 1988
dari Ayah Afipuddin S.pd dan Ibu Aminah. Penulis merupakan putri pertama dari empat
bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari MAN 1 takengon dan pada tahun 2005 lulus
seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur panduan minat dan prestasi
(PMP-USU). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota koordinator bidang
akademik Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) dan pernah mengikuti kegiatan
organisasi ATM sebagai anggota. Pada tanggal 16 Juli sampai dengan 15 Agustus 2008,
penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pabrik pengolahan kopi CV. Prima
Harapan yang beralamat di Jalan Kongsi Nomor 278 A, Mariendal, Medan.

v

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun Skripsi yang dilakukan penulis ini berjudul “Disain Bentuk Pengeluaran
Hasil Cetakan Pada Alat Pencetak Kompos“ yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di fakultas pertanian universitas sumatera utara Medan.
Pada

kesempatan

ini penulis mengucapkan

terima

kasih

kepada

Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak
Ir. Saipul Bahri Daulay M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan

terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada temen-temen yang telah banyak membantu baik moril maupun
material.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2009

Penulis

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ..............................................................................................................

ii

RINGKASAN PENELITIAN.......................................................................................


iii

RIWAYAT HIDUP...................................................................................................

v

KATA PENGANTAR................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .....................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
Kegunaan Penelitian...................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Sampah .. ...................................................................................................... 5
Pupuk dan Pemupukan............................................................................. 6
Kompos .. ...................................................................................................... 8
Kelebihan Kompos .......................................................................................... 9
Dongkrak dan prinsip kerjanya...................................................................... 10
Tekanan . ...................................................................................................... 11
Pegas ............................................................................................................ 12
Engkol .......................................................................................................... 13
Analisa Ekonomi dan Analisa Kelayakan Usaha .............................................. 13

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 16
Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................. 16
Metode Penelitian ........................................................................................ 16
Pelaksanaan Penelitian.................................................................................. 17
Prosedur Pembuatan Alat.............................................................................. 18
Prosedur Perakitan Alat................................................................................. 19
Prosedur Penelitian ....................................................................................... 20
Parameter yang Diamati ................................................................................ 21
Kapasitas Efektif Alat ............................................................................. 21
Persentase Kerusakan Hasil ................................................................... 21
Analisis Ekonomi ................................................................................... 22
Biaya tetap................................................................................... 22
Biaya tidak tetap .......................................................................... 23
Break Event Point ......................................................................... 24
Net Present Value ........................................................................ 24
Internal Rate Of Return ................................................................ 25
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... . 26
Kapasitas Efektif Alat ................................................................................. . 27
Persentase Kerusakan Hasil ....................................................................... . 28
Analisa Ekonomi ........................................................................................ . 29
Break Event Point ....................................................................................... . 30
Net Present Value....................................................................................... . 31
Internal Rate Of Return .............................................................................. 31

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... . 32
Kesimpulan ................................................................................................ . 32
Saran.......................................................................................................... . 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ . 34
LAMPIRAN ........................................................................................................... . 36

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal

1.

Data penelitian ....................................................................................... 36

2.

Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi
bentuk cetakan ...................................................................................... 49

3.

Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F ............................................. 51

4.

Tingkat suku bunga dengan hubungan P/A ............................................. 51

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Hal

1.

Tampak atas ........................................................................................... 52

2.

Tampak samping .................................................................................... 52

3.

Tampak belakang ................................................................................... 53

4.

Tampak bawah ....................................................................................... 53

5.

Plat cetakan............................................................................................ 54

6.

Persiapan bahan dan pengadukan bahan ................................................. 54

7.

Proses pengujian alat .............................................................................. 55

8.

Hasil cetakan yang bagus ....................................................................... 56

9.

Hasil cetakan yang rusak ........................................................................ 56

10. Penggunaan pupuk ................................................................................. 56

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1.

Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan ..................

36

2.

Analisa Ekonomi...............................................................................

37

3.

Break Event Point .............................................................................

40

4.

Net Present Value .............................................................................

41

5.

Internal Rate Of Return .....................................................................

44

6.

Flowchart penambahan alat ..............................................................

45

7.

Flowchart pembuatan bahan .............................................................

46

8.

Flowchart perakitan alat....................................................................

47

9.

Tekanan efektif rata-rata pada plat penekan .......................................

48

10. Spesifikasi alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan .......

49

11. Pemeliharaan dan keselamatan kerja .................................................

50

12. Tabel suku bunga ..............................................................................

51

13. Perancangan alat ...............................................................................

52

14. Foto alat ............................................................................................

53

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Due to the increase of anorganic fertilizer price and its scarcity in the market,
the usage of organic fertilizer such as compost, increase. But the organic fertilizer has
some disadvantages such as low storageability and in the form of powder which is less
attractive. The aim of this research was to make hydraulic compost’s molder in several
variation form with the addition of crank to increase the efficiency of the the output. The
molder could make the compost more attractive and had longer storageability but with
the same quality.

Key words: Compost, compost molder, hydraulic compost molder, long-storageability
compost.

ABSTRAK

Meningkatnya harga pupuk anorganik dan kelangkaan di pasaran membuat
penggunaan pupuk organik berupa kompos menjadi semakin besar. Namun pupuk
organik tersebut memiliki kelemahan yakni daya simpan yang kurang lama dan
bentuknya yang kurang menarik berupa serbuk. Penelitiaan ini bertujuan untuk
merancang suatu alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan dengan
penambahan engkol dimana hasil rancangan ini degunakan untuk meningkatkhan
efesiensi pengeluaran alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Hasil
cetakan kompos tidak mengalami perubahan kualitas namun memiliki masa simpan dan
daya tarik bagi penggunanya.

Kata kunci

: kompos, alat pencetak kompos, pencetak sistem hidrolik, engkol,
kompos tahan lama

ii

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah memerlukan bahan organik untuk mempertahankan kesuburan dan
memperbaiki strukturnya. Dengan demikian tanah yang diperlukan untuk lahan
pertanian sangat memerlukan kehadiran bahan organik. Selain itu bahan organik juga
dapat mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga tanah menjadi subur
dan baik digunakan untuk pertanian dan menjaga ketersediaan unsur hara di dalam
tanah maka kita harus melakukan pemupukan.
Pemupukan merupakan usaha untuk memberikan zat hara ke dalam tanah
dengan maksud memberi atau menambah zat (produksi) yang diharapkan. Disamping itu
pupuk dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diberikan
apabila tanah sudah miskin akan zat hara (Rizaldi, 2006).
Pupuk dapat dikatakan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar
dapat menambah zat makanan yang diperlukan di dalam tanah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk menyediakan
makanan bagi tanaman serta mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap
produktivitas tanah, memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah serta dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah.
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik merupakan hasil akhir dari penguraian sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kandang, pupuk
hijau dan kompos. Sedangkan pupuk anorganik merupakan hasil industri atau jenis

Universitas Sumatera Utara

pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga
persentase kandungan haranya tinggi, misalnya urea, TSP dan Gandasil.
Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan
tanaman atau limbah organik.

Pupuk kompos terbuat dari kotoran ternak yang diolah

lebih lanjut dan dengan bantuan prebiotik. Pada dasarnya semua bahan-bahan organik
padat dapat dikomposkan, misalnya limbah organik rumah tangga, sampah-sampah
organik pasar atau kota, kertas, kotoran atau limbah peternakan, limbah-limbah
pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah
pabrik kelapa sawit, dll. Penggunaan pupuk kompos ini mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain :
-

Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan

-

Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai

-

Menambah daya ikat air pada tanah

-

Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah

-

Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara

-

Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit

-

Membantu proses pelapukan bahan mineral

-

Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia

(Murbandono, 2008).
Bentuk pupuk organik pada saat ini sangat beragam

disesuaikan dengan

kebutuhan atau kegunaannya di lapangan. Pada saat ini bentuk pupuk organik padat
yang ditawarkan antara lain ada yang berbentuk serbuk, butiran, pelet, dan tablet.
Keragaman bentuk tersebut dapat menarik konsumen untuk memakai pupuk organik

Universitas Sumatera Utara

dan dapat menentukan jenis yang sesuai dengan tanamannya sehingga memberikan
hasil yang baik dan efisien.
Berdasarkan fakta yang terjadi sekarang ini petani banyak beralih menggunakan
pupuk organik, misalnya pupuk kompos yang lebih ramah lingkungan dan mudah
didapat. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh petani dalam menggunakan
pupuk kompos yaitu kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar dalam proses
penebarannya, biaya transportasi yang tinggi, dan membutuhkan ruangan yang lebih
luas untuk penyimpanan. Oleh karena itu pupuk kompos dapat dibuat dengan bentuk
padat untuk memudahkan konsumen dalam pemakaian.
Pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik dengan
akhir pembentukan padat. Pupuk organik padat yang sering dibuat adalah pupuk organik
dari kompos yang terdekomposisi secara alamiah berbentuk serbuk kasar atau
gumpalan. Pembuatan pupuk organik padat akan dapat mengefisiensikan biaya
pengangkutan, mempermudah penyimpanan dan lebih tahan lama.
Kendala-kendala tersebut di atas dapat dijadikan sebagai suatu peluang yang
cukup besar dan dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendapatan tambahan bagi
para petani khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, petani tidak saja
hanya menjadi pengguna melainkan dapat berperan sebagai produsen kompos dengan
bentuk yang bervariasi. Perlakuan yang diberikan pada kompos agar menjadi kompos
bentuk yang bervariasi tidaklah sulit, hanya dengan mengubah bentuk kompos serbuk
menjadi kompos yang bervariasi bentuk sesuai cetakan yang disediakan.
Berdasarkan hal di atas, telah dirancang dan dibuat alat pencetak kompos
dengan variasi bentuk cetakan oleh Hasibuan (2009), namun masih terdapat beberapa
kelemahan yaitu pengeluaran hasil cetakan yang tidak seragam dan mengurangi waktu

Universitas Sumatera Utara

yang dibutuhkan dalam pengerjaannya. Selanjutnya penulis mencoba meminimalkan
kelemahan-kelemahan tersebut dengan melakukan desain bentuk pengeluaran hasil
cetakan pada alat pencetak kompos.
Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang dilakukan dengan
manual atau dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia untuk mengoperasikan
alat dan menghasilkan bentuk pengeluaran yang seragam serta mengurangi penggunaan
waktu dalam pengerjaan.

Tujuan Penelitian
Mendisain bentuk pengeluaran hasil cetakan pada alat pencetak kompos.

Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.
3. Bagi masyarakat, sebagai alat bantu dan informasi untuk pencetak kompos dengan
variasi bentuk cetakan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah
Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak
terpakai. Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah atau masyarakat
tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas, dan tingkat konsumsi
penduduk tersebut terhadap barang/materi. Semakin besar jumlah penduduk atau
tingkat konsumsi terhadap barang maka semakin besar pula volume sampah yang
dihasilkan (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).
Sampah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan dapat menyebar
secara cepat. Sampah atau limbah dalam berbagai wujud selalu mempunyai konotasi
yang negatif, yang harus dijauhi atau dimusnahkan. Sampah cair yang masuk ke dalam
aliran sungai atau aliran air tanah dapat mencemari air. Di samping itu, limbah yang
mengandung toksin (racun) atau bahan pencemar yang kadarnya melebihi ambang
batas toleransi untuk kelangsungan hidup berbagai ragam hayati dan termasuk manusia
(Basriyanta, 2007).
Permasalahan sampah sangat berdampak pada berbagai sisi kehidupan,
terutama di kota-kota besar. Sumber sampah yang paling banyak yaitu berasal dari
daerah permukiman dan pasar tradisional. Menanggapi permasalahan tersebut ada tiga
cara yang mudah dan aman yaitu dengan cara mengurangi sampah misal mengurangi
pembelian barang yang berpotensi menghasilkan banyak sampah, mendaur ulang
sampah misalnya mengubah kaleng biskuit menjadi vas bunga, dan menggunakan
kembali sampah yang dapat diolah misal menjadikan sampah organik menjadi kompos
(Suryati, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk merupakan bahan yang diberikan pada tanah agar dapat menambah
unsur atau zat makanan baik bersifat organik ataupun anorganik. Pemupukan bertujuan
untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah dan dapat memberikan bahan
makanan kepada tanaman yang tumbuh di dalam tanah. Dalam pemupukan harus
diperhatikan zat atau unsur apa yang perlu ditambahkan pada tanah agar mendapat
hasil yang maksimal (Murbandono, 1997).
Pupuk merupakan unsur yang penting bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan. Akar
tumbuh-tumbuhan hanya akan tumbuh pada suatu batas tertentu sesuai dengan
keadaan aslinya sehingga tidak dapat mencapai suatu tempat untuk mengambil unsur
hara yang telah diberikan tapi unsur hara tersebut dapat tersalurkan dengan adanya air
hujan (Djamil, 1987).
Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang
diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk
kompos dan pupuk kandang. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur
hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan
bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis
pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga
memiliki kandungan persentase yang tinggi, misalnya urea, TSP dan Gandasil (Novizan,
2007).
Mengingat pentingnya fungsi dan peranan bahan organik bagi tanah serta makin
intensifnya penggunaan pupuk kimia oleh petani maka sangatlah penting untuk mulai

Universitas Sumatera Utara

memperhatikan usaha pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Keengganan sering
timbul dalam pemakaian pupuk organik karena proses pematangan cukup lama, biaya
tenaga kerja yang tinggi, transportasi yang mahal, dan organisme pengganggu tanaman
masih mungkin terbawa dalam pupuk organik konvensional (Musnamar, 2008).
Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenam tanah yang paling
baik dibandingkan bahan pembenam lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang
dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
rendah, tetapi pupuk organik yang juga mengandung unsur mikro esensial lainnya.
Penambahan bahan organik dengan nisbah C/N tinggi mengakibatkan tanah mengalami
perubahan imbangan C dan N dengan cepat. Nisbah C dan N tanah harus selalu
diperhatikan setiap waktu karena nisbah kedua unsur tersebut merupakan salah satu
kunci penilaian kesuburan tanah. Tanah yang dikelola dengan baik pada kondisi iklim
yang sama memungkinkan mempunyai perbedaan nisbah C/N sangat kecil. Karena
nisbah C/N setiap jenis tanah relatif konstan (Suanto, 2002).
Sebagaimana di atas telah dikemukakan bahwa pupuk organik atau pupuk alam
merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa
(serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos.
Pupuk organik memiliki fungsi penting yaitu menggemburkan lapisan tanah permukaan
(top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan
air, dan secara keseluruhan dapat menyuburkan tanah (Sutejo, 2002).
Cara penempatan pupuk dan pemberian pupuk dalam tanah yang tepat
merupakan hal yang sangat penting. Agar pupuk dapat dimanfaatkan tanaman secara
baik, pupuk harus berada dalam daerah perakaran. Pupuk tanaman dapat

berbentuk

Universitas Sumatera Utara

padat, cair dan gas. Pupuk tersebut dapat diberikan dengan beberapa cara, yaitu
pemberian dapat dilakukan dengan menggunakan alat penyebar pupuk (Rizaldi, 2006).

Kompos
Kompos merupakan bahan organis yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur,
carang-carang serta kotoran hewan. Proses tersebut bisa dipercepat dengan
perlakuan manusia, sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas baik, dalam
angka waktu tidak terlalu lama. Di lingkungan terbuka kompos bisa terjadi dengan
sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta
sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena kerjasama antar mikro
organisme dengan cuaca (Murbandono, 2008).
Pengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang
terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah
rumah tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya adalah
agar mudah dimanfaatkan oleh tanaman (Santoso, 1998).
Sebenarnya, petani dan peternak secara tidak langsung sudah sering
melakukan pengomposan. Tapi pengomposan dilakukan dalam waktu yang lama.
Tetapi kini proses pengomposan berjalan lebih cepat bahkan pengomposan pada
saat sekarang lebih terpadu, yakni menggunakan material pilihan, alat mekanisasi,
dan metode khusus untuk menyusun tumpukan kompos (Djaja, 2008).
Kelebihan Kompos

Universitas Sumatera Utara

Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik
karena penyusunannya terdiri dari bahan-bahan organik. Kompos mempunyai
beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
1. Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman
2. Menyuburkan tanah
3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah
4. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah
5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap unsur hara
6. Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara
ini tergantung dari bahan pembuatan pupuk organik)
7. Membantu proses pelapukan bagi mikroba
8. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia
9. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan
10. Menjadikan salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena
harganya yang murah, berkualitas, dan ramah lingkungan
(Indriani, 2001).
Proses pengomposan melibatkan sejumlah organisme tanah. Adanya
aktivitas

mikroorganisme dan terbentuknya

asam organik

pada proses

dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K, dan Ca menjadi lebih tinggi
sehingga berada dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos lebih
lengkap karena mengandung unsur hara makro, sekaligus unsur hara mikro. Unsur
hara mikro sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara

pupuk

anorganik

yang

hanya

mengandung

beberapa

unsur

hara

(Simamora dan Salundik, 2008).
Walaupun kompos mempunyai banyak manfaat, tetap saja dalam
prosesnya memiliki banyak kekurangan, yaitu :
1. Bau dan Alergi
2. Cuaca
3. Potensi Kehilangan N
4. Lambat Melepaskan Unsur Hara
(Djaja, 2008)
Dongkrak dan prinsip kerjanya
Prinsip kerja dongkrak hidrolik adalah dengan memanfaatkan hukum
Pascal, "Tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup akan
diteruskan ke segala arah sama rata". Dongkrak hidrolik terdiri dari dua tabung
yang berhubungan yang memiliki diameter yang berbeda ukurannya. Jika kita
memberikan gaya yang kecil pada tabung yang berdiameter kecil maka tekanan
akan disebarkan merata ke segala arah termasuk ke tabung besar (Admin, 2009).
Alat ini bekerja dengan memanfaatkan gaya tekanan yang diakibatkan oleh
gerakan ujung dongkrak hidrolik yang terus memanjang. Semakin kecil luas
permukaan bidang sentuhan antara ujung dongkrak hidrolik dengan luas permukaan
maka tekanan yang dihasilkan semakin besar (Permatasari, dkk, 2004).

P=

F
A

………. ........................................... (1)

Dimana :

Universitas Sumatera Utara

P : Tekanan (N/m3)
F : Gaya tekan (kgm/s2)
A : Luas bidang sentuh (m3)

Tekanan
Tekanan diartikan sebagai gaya per satuan luas, dimana arah gaya tegak lurus
dengan luas permukaan. Karena tekanan adalah gaya per satuan luas maka satuan
tekanan adalah N/m2. Secara matematis, tekanan dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut ini :

P=

F
A

………................................................. (2)

Dimana:
P = tekanan (N/m2)
F = gaya (kgm/s2)
A = Luas (m2)

Cara menghitung gaya tekan yang bekerja pada dongkrak adalah sebagai berikut :
P1 = P2 ...................................................................... (3)
Dimana:
P 1 = Tekanan pada alat
P 2 = Tekanan pada dongkrak hidrolik adalah tekanan pada tabung kecil
Dari persamaan tekanan di atas, sehingga rumus di atas dapat dijabarkan menjadi
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

F1
A1

=

F2
A2

…………………………………………………. ( 4)

Dimana:
F1 = Gaya yang diberikan pada penampang alat
F2 = Gaya yang diberikan pada penampang dongkrak hidrolik
A 1 = Luas penampang alat
A 2 = Luas penampang dongkrak hidrolik
Sehingga dengan mengetahui gaya berat yang diberikan pada alat maka dapat
dihitung gaya minimal yang diberikan pada pompa hidrolik untuk menekan alat
tersebut (Yohanes, 2009).
Pegas
Pegas diterapkan pada berbagai bentuk dan dalam banyak konstruksi. Pegas
digunakan agar suatu konstruksi berfungsi dengan baik, sifat pegas ialah kemampuannya
menerima kerja lewat perubahan bentuk elastik dan ketika mengendur, menyerahkan
kembali kerja tersebut. Pegas yang dibebani gaya tarik atau gaya tekan jarang terjadi
karena perpanjangan atau pemendekan elastik oleh gaya tarik atau gaya tekan pada
bahan pegas yang biasa dipakai terlalu kecil untuk dipergunakan secara praktis. Pegas
dibuat dari berjenis-jenis bahan tapi baja dengan penampang lingkaran adalah yang
paling banyak dipakai. Fungsi pegas adalah :
1. Menerima dan menyerahkan kembali kerja
2. Mengerjakan gaya
3. Memberikan gaya
4. Menampung tumbukan dan meredam getaran
5. Mengukur gaya dan perpindahan

Universitas Sumatera Utara

(Sulaso dan Suga, 2004).

Engkol
Engkol merupakan bahan yang dibuat dari besi dan sering disebut karter.
Berbentuk dasar silinder, engkol memiliki pemutar terdiri dari dua bagian yang dipasang
di kedua ujung poros pemutar. Ruang yang berada di dalam poros terdiri dari batang
torak atau pluyer, poros engkol, dan pemegang batang pluyer. Untuk pergerakannya
poros engkol memerlukan Pelumas (oil) yang derajat kekentalannya sama dengan oli
mobil (SAE 30). Kaki engkol dapat ditautkan pada landasan atau kerangka penyangga
dengan sistem ulir. Cara kerja engkol adalah :
1. Engkol digerakkan oleh tangan
2. Engkol dapat mengerakkan poros dan menaikkan tungku
(Hardjosentoso, 2000).
Kecepatan berputar dari piringan dapat ditingkatkan dengan penggunaan spoker
dan rantai sepeda. Penggunaan kedua komponen tersebut dapat meningkatkan rpm
piringan menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan penggunaan engkol yang
dipasang pada piringan (Wiraatmadja, 1995).

Analisis Ekonomi dan Analisis Kelayakan Usaha
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan
yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, biaya tetap adalah
biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan
(Soeharno, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat
produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri
(self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis
ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada
di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila
di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.
Analisis titik impas juga digunakan untuk :
1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.
2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi.
3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari
dua alternatif usulan investasi.
(Waldiyanto, 2008).

Identifikasi

masalah

kelayakan

finansial

dianalisis

dengan

menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present
value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau
tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit
yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :
CIF – COF ≥ 0………………………………(5)
dimana :
CIF
COF =

= cash inflow
cash outflow

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF)

= pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)
Kriteria NPV yaitu :




NPV > 0,

berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

NPV < 0,

berarti

sampai

dengan

t

tahun

investasi

proyek

tidak

menguntungkan;


NPV = 0,

berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.
Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount
rate mana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif)
atau NPV= Y (positif) dan NVP = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR
dengan menggunakan rumus berikut:

��� = �% +
Dan


� (�% − �%)(������� ��� �������)
�+�

��� = �% +
(Purba, 1997)


�(�% − �%)(������� ��� �������)
�−�

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu Penelitian dan Lokasi
Penelitian ini akan dimulai pada bulan April sampai Juli 2009 di
Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : kompos, tepung tulang, air,
pegas, plat siku profil L 2,8 cm, plat besi tebal 1 cm, plat besi tebal 4 cm, besi
berdiameter 1 cm.
Adapun alat-alat yang digunakan : dongkrak, mesin las, gergaji besi, mesin
bor, ember, wadah plastik, sendok pengaduk, kalkulator, stopwatch, alat tulis,
komputer.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengujian, yaitu mengembangkan
metodologi sebagai landasan menentukan rasionalisasi dari suatu percobaan untuk
mengetahui unjuk kerja alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan dengan
menguji coba alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan dengan penambahan
engkol di laboratorium Teknik Pertanian.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian
A.Persiapan Alat
1. Komponen alat pencetak kompos terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Kerangka Alat
Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang
terbuat dari besi plat. Alat ini mempunyai panjang 30,4 cm, tinggi 63 cm,
dan lebar 23,4 cm.
2. Dongkrak
Dongkrak adalah tenaga yang akan menekan bahan yang akan dicetak
pada alat ini. Pada alat ini digunakan dongkrak mini dengan kapasitas
2 ton.
3. Pegas
Pegas berguna untuk mengembalikan posisi plat penekan bahan yang
menekan bahan ke posisi semula.
4. Wadah plastik
Digunakan sebagai tempat adonan kompos yang akan dipakai untuk
menuangkan kompos ke dalam cetakan.
5. Cetakan
Berguna sebagai media meletakkan kompos yang akan dibentuk dengan
alat ini. Cetakan dibuat beraneka bentuk (bulat, persegi, prisma, segitiga,
dan berbentuk bintang).
6. Plat penekan (dudukan dongkrak)
Plat penekan ini berguna untuk menekan bahan yang terdapat dalam
cetakan sehingga bahan yang dimasukkan ke cetakan alat ini menjadi

Universitas Sumatera Utara

padat dan dapat terbentuk selain itu plat ini juga berfungsi sebagai
dudukan dongkrak.
2. Komponen penambahan alat pengeluaran cetakan terdiri dari beberapa bagian,
yaitu :
1. Kerangka Alat
Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang
terbuat dari besi plat. Engkol memiliki panjang 15cm dan tebal 1cm.
2. Engkol
Engkol ini berfungsi sebagai alat pengatur atau pengontrol naik turunnya
cetakan. Engkol ini terbuat dari besi.
3. Plat Besi
Plat besi ini berguna untuk menghubungkan antara plat pengeluaran yang
satu dengan plat pengeluaran yang lain.
4. Gir
Gir ini berguna untuk mentransmisi daya putar engkol yang bersentuhan
dengan plat gerigi yang dapat menaikkan plat besi.
5. Plat Gerigi
Plat gerigi ini berguna untuk meneruskan daya dari gir ke plat besi
sehingga menghasilkan keluaran yang serentak.
Prosedur Pembuatan Alat
Adapun langkah pembuatan alat pengeluaran hasil cetakan, yaitu :
1. Disiapkan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.
2. Ditentukan komponen alat yaitu engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang
akan digunakan pada alat pengeluaran hasil cetakan.

Universitas Sumatera Utara

3. Dirancang alat seperti engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang akan
digunakan pada alat pengeluaran hasil cetakan.
4. Dipersiapkan engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang akan digunakan
dalam perakitan.
5. Dilakukan pengukuran terhadap engkol, plat besi, gir dan plat gerigi yang
akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
6. Dipotong engkol, plat besi, gir dan plat gerigi sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan.
7. Dilakukan pemasangan atau perangkaian engkol, plat besi, gir dan plat
gerigi sesuai dengan bentuk yang telah dirancang.
8. Dilakukan pengelasan dan pemasangan engkol, plat besi, gir dan plat
gerigi pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.
Prosedur Perakitan Alat
Adapun langkah perakitan alat pengeluaran hasil cetakan pada alat
pencetak kompos, yaitu :
1. Dipersiapkan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.
2. Dipersiapkan engkol, plat besi, gir, plat gerigi yang telah dirancang.
3. Dilakukan pemasangan engkol pada alat pengeluaran hasil cetakan.
B. Persiapan Bahan
1. Disiapkan kompos, tepung tulang dan air.
2. Ditimbang kompos, tepung tulang dan air.
3. Dicampurkan air dan tepung tulang.
4. Dimasukkan ketiga bahan ke dalam suatu ember.

Universitas Sumatera Utara

5. Diaduk sampai ketiga bahan tersebut tercampur merata membentuk suatu
adonan.
6. Ditimbang masing- masing kompos lalu masukan ke dalam wadah plastik.
7. Dituangkan kompos yang ada di dalam wadah plastik ke dalam cetakan.
8. Diratakan semua permukaan kompos.
9. Adonan siap untuk dicetak.
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pengujian alat adalah :
1. Dimasukkan adonan kompos ke dalam suatu wadah plastik yang sudah
ditentukan berat kompos masing-masing bentuk cetakan.
2. Dimasukkan adonan kompos ke dalam cetakan yang telah disediakan.
3. Diratakan permukaan kompos yang dimasukkan dengan plat besi yang
datar yang telah disediakan.
4. Dioperasikan dongkrak dengan menekan tuas dongkrak naik turun
sehingga dongkrak mulai menekan plat penekan ke bawah.
5. Digerakkan engkol kebawah untuk mengeluarkan hasil cetakan.
6. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos dengan alat ini.
7. Dihitung kapasitas cetakan yang dihasilkan alat ini per jam, dilihat
keseragaman hasil cetakan secara visual (kasat mata), dilakukan analisis
ekonomi.
8. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan.

Universitas Sumatera Utara

Parameter yang Diamati
1. Kapasitas Efektif Alat (Kg/jam)
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat kompos organik
yang dicetak terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos.

KA =

BK
........................................................................(7)
T

Keterangan:
KA : kapasitas alat (Kg/jam)
BK : berat kompos (Kg)
T

: waktu (menit)

2. Persentase Kerusakan Hasil

Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi berat
kompos yang rusak (tercetak dengan baik, pecah, patah) dengan berat isian
kompos awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %. Secara matematis dapat
dituliskan dengan rumus:
% Kerusakan hasil = BR
BA

x 100 % ………...... (8)

Dimana :
BR : bahan yang rusak (Kg)
BA : berat isian kompos awal (Kg)

Universitas Sumatera Utara

3. Analisis Ekonomi
Biaya pencetakan kompos (Rp/Kg)
Pengukuran Biaya pencetakan kompos dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

 BT

+ BTT  C....................................(9)
Biaya pokok = 
 x

dimana :
BT

= total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)
x

= total jam kerja per tahun (jam/tahun)

C

= kapasitas alat (jam/satuan produksi)

a. Biaya tetap
Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :
− Biaya penyusutan (metode garis lurus)

D =

(P − S ) ........................................................................(10)
n

dimana :
D = biaya penyusutan (Rp/tahun)
P

= nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S

= nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n

= umur ekonomi (tahun)

Universitas Sumatera Utara

− Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan,
besarnya :

I=

i (P )(n + 1)
..............................................................(11)
2n

dimana :
I = total persentase bunga modal dan asuransi (16% per tahun)
− Biaya pajak
Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus
untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa
literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian
diperkirakan sebesar 2% per tahun dari nilai awalnya.
− Biaya gudang/gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%,
rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

b. Biaya tidak tetap
Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :
− Biaya perbaikan untuk dongkrak sebagai sumber tenaga penekan.
Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi =

1,2 % ( P − S )
...............................(12)
1000 jam

− Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji
bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

Universitas Sumatera Utara

c. Break Event Point ( Perhitungan Titik Impas)
Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan
agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini
income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional
tanpa adanya keuntungan.
Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat
digunakan rumus sebagai berikut :

N=

F
............................................................(13)
R −V

Dimana :
N :

jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F

:

biaya tetap per tahun (Rp)

R

:

penerimaan dari tiap unit produksi (Rp)

V :

biaya tidak tetap per unit produksi(Rp/unit)

d. Net Present Value (NPV)
Identifikasi

masalah

kelayakan

finansial

dianalisis

dengan

menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present
value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau
tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit
yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :
CIF – COF ≥ 0……………………………………(14)
dimana :

CIF

= cash inflow

Universitas Sumatera Utara

COF

=

cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam %)
bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan :
Penerimaan (CIF)
Pengeluaran (COF)

= pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai akhir x (P/F, i,n)
= Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

dengan kriteria :
− NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan
dan dikembangkan;
− NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;
− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.

e. Internal Rate Of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada
discount rate mana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari
NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NVP = X (positif) atau NPV = Y (negatif),
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

Dan

��� = �% +


� (�% − �%)(������� ��� �������)
�+�

��� = �% +


� (�% − �%)(������� ��� �������)
�−�

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemakaian mesin produksi menjadi sangat penting ketika kebutuhan akan
produk semakin banyak dan kompleks. Untuk memperoleh kebutuhan produk, maka
perlu penyesuaian antara mesin produksi dan komponen-komponen penyusunnya. Ini
diharapkan untuk memberi efektifitas dan efisiensi mesin tersebut.
Pemilihan bahan dan spesifikasinya akan mempengaruhi kinerja dari alat yang
dirancang. Bahan-bahan teknik yang dipilih harus memenuhi persyaratan yang
diinginkan yaitu kokoh dan mampu mendukung kinerja mesin, dan juga mudah
diperoleh sebagai upaya berkesinambungannya bahan baku apabila ada usaha untuk
memproduksi mesin dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas
juga sangat mempengaruhi biaya produksi mesin.
Pertimbangan ini diambil sebagai upaya untuk memberi unjuk kerja yang baik
terhadap mesin produksi. Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang
menghasilkan pupuk organik yang berbentuk padat dapat memudahkan dalam
penggunaan serta penyimpanan dan memiliki daya tarik tersendiri bagi penggunanya.
Rancang bangun alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan memiliki
kesulitan dalam masalah pengeluaran hasil cetakan yang dilakukan tidak seragam.
Sehingga pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan perlu penambahan
engkol yang berfungsi untuk mempermudah pengeluaran hasil cetakan.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendisain pengeluaran hasil
cetakan pada alat pencetak, maka dari penelitian ini di dapat bahwa hasil cetakan yang
dikeluarkan seragam serta hasil cetakan yang didapat lebih banyak dibandingkan dengan
alat pencetak kompos yang telah diteliti Hasibuan (2009). Dengan ditambahnya engkol

Universitas Sumatera Utara

pada alat pencetak kompos yang berfungsi untuk mengatur naik turunya cetakan maka
pengeluaran hasil cetakan sesuai dengan yang diharapkan, selain itu kapasitas alat
menjadi lebih besar.
Penggunaan engkol ini dapat mempermudah pengeluaran hasil cetakan serta
sangat mudah dalam penggunaannya.