542 Kajian Steganografi Dengan Metode Bit-Plane Complexity Segmentation (BPCS) Pada Dokumen Citra Terkompresi

542 Steganografi adalah ilmu dan seni untuk menyembunyikan informasi dengan menyisipkan pesan kedalam pesan lainnya Cachin, 2005. Kata berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata yang artinya tersembunyi dan yang artinya tulisan. Steganografi biasanya sering disamakan dengan kriptografi karena keduanya sama-sama bertujuan untuk melindungi informasi yang berharga dan rahasia. Perbedaan yang mendasar antara keduanya terletak pada proses merahasiakan data dan hasil akhir dari proses tersebut. Kriptografi melakukan proses pengacakan data asli sehingga dihasilkan data terenkripsi yang benar-benar acak dan berbeda dengan aslinya. Sementara itu, steganografi menyembunyikan data ke dalam data lain dengan cara menumpanginya tanpa mengubah data yang ditumpanginya tersebut sehingga tampilan data tetap terlihat sama.

1. 542

Sejarah steganografi cukup panjang. Awalnya adalah penggunaan oleh bangsa Mesir, yakni menulis menggunakan karakter-karakter dalam wujud gambar. Tulisan Mesir kuno tersebut menjadi ide untuk membuat pesan rahasia saat ini. Oleh karena itulah, tulisan mesir kuno yang menggunakan gambar dianggap sebagai steganografi pertama di dunia Ariyus, 2007. Menurut penelitian para ahli, Yunani termasuk bangsa yang menggunakan steganografi setelah bangsa Mesir. Herodotus mendokumentasikan konflik antara Persia dan Yunani pada abad ke-50 sebelum masehi. Dokumentasi pada masa Raja Xerxes, raja dari Persia, disimpan di Yunani menggunakan steganografi. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan teknik steganografi klasik Bakshi, 2007: 1. Abad ke-15 orang Italia menggunakan tawas dan cuka untuk menulis pesan rahasia diatas kulit telur. Kemudian telur tersebut direbus hingga “tinta” yang ada Universitas Sumatera Utara meresap dan tidak terlihat pada kulit telur. Penerima pesan cukup mengupas kulit telur tersebut untuk membaca pesan. 2. Selama terjadinya Perang Dunia ke-2, tinta yang tidak tampak telah digunakan untuk menulis informasi pada lembaran kertas sehingga saat kertas tersebut jatuh di tangan pihak lain hanya akan tampak seperti lembaran kertas kosong biasa. 3. Pada sejarah Yunani kuno, masyarakatnya biasa menggunakan seorang pembawa pesan sebagai perantara pengiriman pesan. Pengirim pesan tersebut akan dicukur rambutnya, untuk kemudian dituliskan suatu pesan pada kepalanya yang sudah botak. Setelah pesan dituliskan, pembawa pesan harus menunggu hingga rambutnya tumbuh kembali sebelum dapat mengirimkan pesan kepada pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan mencukur rambut pembawa pesan tersebut untuk melihat pesan yang tersembunyi. 4. Metode lain yang digunakan oleh masyarakat Yunani kuno adalah dengan menggunakan lilin sebagai media penyembunyi pesan mereka. Pesan dituliskan pada suatu lembaran, dan lembaran tersebut akan ditutup dengan lilin untuk menyembunyikan pesan yang telah tertulis. Pihak penerima kemudian akan menghilangkan lilin dari lembaran tersebut untuk melihat pesan yang disampaikan oleh pihak pengirim. 5-7 6 ,2552 542 Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan steganografi Munir, 2006, yaitu: 1. + atau : pesan yang disembunyikan. 2. - : pesan yang digunakan untuk menyembunyikan . Pada tugas akhir ini akan digunakan istilah karena yang digunakan sebagai cover-object adalah gambar . 3. - : pesan yang sudah berisi . Pada tugas akhir ini akan digunakan istilah . Di dalam steganografi digital, baik maupun - dapat berupa teks, citra, audio, maupun video. Penyisipan pesan ke dalam media Universitas Sumatera Utara - dinamakan , sedangkan ekstraksi pesan dari - dinamakan . Kedua proses ini mungkin memerlukan kunci rahasia agar hanya pihak yang berhak saja yang dapat melakukan penyisipan pesan dan ekstraksi pesan sehingga menambah tingkat keamanan data. Proses umum penyisipan pesan dan ekstraksi pesan dapat dilihat pada Gambar 2.3 - - - , :2-27 - 6 --2 - Tiga aspek berbeda yang mempengaruhi sifat sistem atau penyisipan pada gambar adalah kapasitas, keamanan, dan ketahanan Ariyus,2007. Kapasitas merujuk pada jumlah informasi yang bisa disembunyikan ke dalam media penampung - . Keamanan adalah ketidakmampuan pengamat untuk mendeteksi pesan yang tersembunyi. Ketahanan adalah jumlah modifikasi - yang bisa bertahan sebelum musuh merusak pesan rahasia yang tersembunyi tersebut. Kriteria yang harus diperhatikan dalam penyembunyian data adalah: Cummins , 2004 1. Mutu citra penampung - tidak jauh berubah. Setelah penambahan data rahasia, citra hasil steganografi masih terlihat dengan baik. Pengamat tidak mengetahui kalau di dalam citra tersebut terdapat data rahasia. 2. Data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi yang dilakukan pada citra penampung. Bila pada citra dilakukan operasi pengolahan citra, maka data yang disembunyikan tidak rusak. 3. Data yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali . Karena tujuan steganografi adalah , maka sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam - harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara 2 542 Pada dasarnya, terdapat tujuh teknik yang digunakan dalam steganografi Ariyus, 2007, yaitu: 1. - , merupakan suatu teknik menanamkan pesan rahasia secara langsung ke suatu media. Salah satu masalah dari teknik ini adalah ukuran media yang diinjeksi menjadi lebih besar dari ukuran normalnya sehingga mudah dideteksi. 2. Teknik substitusi : , pada teknik ini data asli digantikan dengan data rahasia. Biasanya, hasil teknik ini tidak terlalu mengubah ukuran data asli, tetapi tergantung pada file media dan data yang akan disembunyikan. Teknik substitusi ini bisa menurunkan kualitas media penampung. 3. Teknik Domain Transformasi 1 : , yaitu dengan cara menyimpan informasi rahasia pada transformasi ruang misalnya domain frekuensi dari media penampung . Akan lebih efektif jika teknik ini diterapkan pada file berekstensi ; gambar. 4. Teknik : , merupakan sebuah teknik pentransmisian menggunakan , yang independen terhadap data informasi sebagai modulataor bentuk gelombang untuk menyebarkan energi sinyal dalam sebuah jalur komunikasi yang lebih besar dari pada sinyal jalur komunikasi informasi. Penerima mengumpulkan kembali sinyal dengan menggunakan replica tersinkronisasi. 5. Teknik Statistik : , dengan teknik ini data diencoding melalui pengubahan beberapa informasi statistik dari media penampung . Media penampung di bagi dalam blok-blok dimana setiap blok tersebut menyimpan satu pixel informasi rahasia yang disembunyikan. Perubahan statistik ditunjukkan dengan indikasi 1 dan jika tidak ada perubahan, terlihat indikasi 0. Sistem ini bekerja berdasarkan kemampuan penerima dalam membedakan antara informasi yang dimodifikasi dan yang belum. 6. Teknik Distorsi 1 : , informasi yang hendak disembunyikan disimpan berdasarkan distorsi sinyal. Teknik ini menciptakan perubahan atas benda yang ditumpangi oleh data rahasia. Universitas Sumatera Utara 7. Teknik Pembangkitan Wadah : , Teknik ini menyembunyikan informasi rahasia sejalan dengan pembangkitan 6 3 merupakan teknik steganografi yang diperkenalkan oleh Eiji Kawaguchi dan Richard O. Eason pada tahun 1998. Teknik ini merupakan teknik steganografi yang memiliki kapasitas besar, karena dapat menampung data rahasia dengan kapasitas yang relatif besar jika dibandingkan dengan metode steganografi lain seperti . . Teknik ini adalah teknik steganografi yang tidak berdasarkan teknik pemrograman, tetapi teknik yang menggunakan sifat penglihatan manusia. Sifat penglihatan manusia yang dimanfaatkan yaitu ketidakmampuan manusia menginterpretasi pola biner yang sangat rumit. Eiji Kawaguchi dan R. O. Eason memperkenalkan teknik ini untuk digunakan pada dokumen citra berwarna yang tidak terkompresi dengan format . Dokumen citra tersebut dibagi menjadi beberapa segmen dengan ukuran 8x8 piksel setiap segmennya Kawaguchi dan Eason, 1998. Pada dokumen citra 8-bit, setiap satu segmen akan memiliki 8 buah yang merepresentasikan piksel-piksel dari setiap bit tersebut. Proses pembagian segmen 8x8 piksel menjadi 8 buah disebut proses 6 Representasi kedelapan ini merupakan . . Pada , proses penyisipan dilakukan pada dengan sistem . karena proses pada cenderung lebih baik dibandingkan pada Kawaguchi dan Eason, 1998. Sehingga pada proses penyisipan, dengan representasi diubah menjadi dengan representasi . Proses penyisipan pesan dilakukan pada segmen yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Segmen yang memiliki kompleksitas tinggi ini disebut . Pada segmen-segmen ini penyisipan dilakukan tidak hanya pada , tapi pada seluruh yang termasuk . Oleh sebab itu, pada Universitas Sumatera Utara teknik , kapasitas data yang disisipkan dapat mencapai 50 dari ukuran nya Kawaguchi dan Eason, 1998. 3 Sebuah citra dengan kedalaman n bit dapat diuraikan menjadi n-gambar biner dengan operasi Kawaguchi dan Eason, 1998. Sebagai contoh, misalkan ada citra dengan kedalaman n-bit, dapat ditunjukkan = , = ,…, 2.1 merupakan ke-i, dengan i = 1, 2, …, n. Jika citra terdiri dari 3 warna0 , maka dapat ditunjukkan = , = , …, , , = , …, , , = , …, 2.2 : ke-i untuk : ke-i untuk : ke-i untuk 3 5,7-2- 2 2 Kompleksitas citra biner adalah suatu parameter kerumitan dari suatu citra biner. Tidak ada definisi standar tentang nilai kompleksitas suatu citra biner. Pada tugas akhir ini, ukuran kompleksitas yang digunakan adalah yang diadopsi dari paper Eiji Kawaguchi dan R.O.Eason. Perubahan warna hitam dan putih dalam gambar biner adalah ukuran yang baik untuk menghitung nilai kompleksitas. Jika perubahan warna yang terjadi banyak, maka gambar tersebut memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Jika sebaliknya, maka gambar tersebut merupakan gambar yang simpel Kawaguchi dan Eason, 1998. Universitas Sumatera Utara , 0 , 2 6 22 7+. 9 0 6 , 2 6 22 7+. 9 Perubahan warna hitam-putih adalah jumlah dari perubahan warna yang terjadi pada setiap baris dan kolom dalam citra. Sebagai contoh, sebuah piksel hitam yang dikelilingi piksel putih memiliki nilai perubahan warna 4. Gambar 2.4 menunjukkan nilai perubahan warna pada suatu gambar biner. Rumus penghitungan kompleksitas citra biner yang akan digunakan adalah Kawaguchi dan Eason, 1998: 2.3 Dengan sebagai nilai kompleksitas, adalah jumlah perubahan warna hitam-putih dan adalah kemungkinan maksimal perubahan warna dalam citra. Untuk sebuah citra biner persegi dengan ukuran 2 x 2 , kemungkinan maksimal perubahan warnanya adalah 22 2 -1 dan kemungkinan minimum perubahan warnanya adalah 0, diperoleh untuk gambar semua putih atau semua hitam Srinivasan, 2003. Jadi, nilai α berkisar antara: 2.4 3 51+-2 2 2 Konjugasi dari suatu gambar biner adalah sebuah gambar biner lainnya yang memiliki nilai kompleksitas sebesar satu dikurangi nilai kompleksitas . Misalkan sebuah gambar hitam-putih berukuran 8x8 piksel memiliki warna putih dan warna hitam. 8 adalah pola dengan semua piksel berwarna putih dan Universitas Sumatera Utara adalah pola dengan semua piksel berwarna hitam. 8 dan adalah pola papan catur, dengan piksel pada bagian kiri atas berwarna putih pada 8 dan hitam pada . adalah konjugasi dari gambar yang ditunjukan pada Gambar 2.5. , 3 55. 51+-2 6 5 2 9+;.2 6 -5 == Dari Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa adalah gambar yang memiliki piksel dengan pola 8 dan piksel dengan pola . yang merupakan konjugasi dari memiliki spesifikasi sebagai berikut Kawaguchi dan Eason,1998: 1 Memiliki bentuk area sama dengan . 2 Memiliki pola area sama dengan pola . 3 Memiliki pola area sama dengan pola 8 . Untuk membangun sebuah konjugasi dari sebuah gambar , dapat dilakukan dengan rumus berikut, dimana “⊕” menandakan operasi OR XOR. = ⊕ 8 2.5 = 2.6 2.7 Jika adalah kompleksitas dari , maka: = 1 - 2.8 30 6 berarti gambar yang simpel, sedangkan berarti gambar yang kompleks. Hal ini hanya berlaku pada kasus dimana sebuah gambar biner merupakan bagian dari sebuah gambar yang natural Kawaguchi dan Eason, 1998. Kompleksitas sebuah area adalah parameter yang digunakan dalam menentukan sebuah merupakan atau . Universitas Sumatera Utara + 2: 56 52; : 56 Parameter kompleksitas ini harus memiliki batas yang merupakan pemisah keduanya yang disebut . Sebuah tergolong sebagai apabila memiliki nilai kompleksitas lebih kecil dibandingkan dengan nilai dan apabila memiliki nilai kompleksitas yang lebih besar dibandingkan dengan nilai akan dianggap sebagai . 33 6 adalah sandi yang digunakan untuk menyajikan setiap digit dalam bilangan desimal dengan ekuivalen binernya Widodo, 2007. termasuk sandi dengan perubahan minimum yang berarti setiap bilangannya hanya berbeda satu bit dari bilangan sebelumnya dan sistem sesuai untuk devais masukankeluaran Widodo, 2007. Sebagai contoh, penyajian angka desimal 9 dalam sistem adalah 1001 sedangkan dalam sistem adalah 1101. Gambar 2.6 menunjukkan perbedaan antara dan . , , 2 6 2-, 6 Berikut adalah rumus persamaan antara gambar biner dan dengan ⊕ adalah : 1 = 1 2.9 i ? ⊕ i , 1 2.10 1 = 1 2.11 i = i ⊕ i-1 , 1 2.12 Universitas Sumatera Utara dengan g i : nilai bit ke- pada sistem b i : nilai bit ke- pada sistem 3 52, Langkah-langkah yang dilakukan pada algoritma pada saat menyisipkan data adalah sebagai berikut: Kawaguchi dan Eason, 1998 1. dengan sistem diubah menjadi sistem , kemudian gambar tersebut di menjadi dalam bentuk gambar biner. Setiap mewakili bit dari setiap piksel pada gambar. 2. Segmentasi setiap pada menjadi dan dengan menggunakan nilai batas . Nilai umum dari =0,3. 3. Kelompokkan byte-byte pesan rahasia menjadi rangkaian blok pesan rahasia. 4. Jika blok kurang kompleks dibandingkan dengan nilai batas, maka lakukan konjugasi terhadap untuk mendapatkan yang lebih kompleks. Blok konjugasi pasti lebih kompleks dibandingkan dengan nilai batas. 5. Sisipkan setiap blok pesan rahasia ke yang merupakan atau gantikan semua bit pada . Jika blok dikonjugasi, maka simpan data pada “ - ”. 6. Sisipkan juga - seperti yang dilakukan pada blok pesan rahasia. 7. Ubah dari sistem menjadi sistem . Proses ekstraksi pesan rahasia dapat dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah penyisipan secara terbalik. Sebagai contoh, sebuah dokumen citra akan disisipi sebuah pesan rahasia . Pertama-tama piksel pada citra tersebut dibagi menjadi segmen-segmen gambar biner seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. Kemudian pesan rahasia dibagi menjadi blok yang masing-masing berukuran 64 bit, dan direpresentasikan pada matriks berukuran 8x8. Universitas Sumatera Utara , 5-- +. 2 162 , , Pada tersebut dihitung nilai kompleksitasnya. Jumlah pergantian warna hitam-putih pada adalah sebanyak 47 kali. Jumlah maksimum perubahan warna pada gambar biner dengan ukuran 8x8 adalah 112 kali, sehingga nilai =47 dan = 112. Melalui persamaan 2.3 didapatkan nilai kompleksitas dari tersebut, yaitu = 0,42. Dengan menggunakan nilai = 0,3 maka dikategorikan sebagai karena sehingga penyisipan dilakukan didalamnya. Jika , maka tidak dilakukan penyisipan karena segmen tersebut merupakan . Selanjutnya bit pesan rahasia dibagi menjadi segmen-segmen yang masing-masing berukuran 64 bit. Jika bit pesan rahasia tersebut adalah maka blok pertama pesan rahasia adalah dan blok berikutnya adalah . = 0100111010011100110101011111100101010000010100100010101000011001 0000111010001111100111100011111001111110010111001111100011110000 = 0100111010011100110101011111100101010000010100100010101000011001 M s1 = 0000111010001111100111100011111001111110010111001111100011110000 Universitas Sumatera Utara Representasi blok pesan dalam gambar biner dapat dilihat pada Gambar 2.8. Blok pesan akan disisipkan pada blok gambar yaitu karena tergolong , dan blok akan disisipkan pada berikutnya yang tergolong juga. - ? - ? , 7--2 5 - 6, , 2 Sebelum melakukan penyisipan, gambar biner yang merupakan representasi blok pesan tersebut dihitung nilai kompleksitasnya terlebih dahulu. Pada blok pesan pertama , jumlah perubahan warna adalah 57 kali, sehingga dengan persamaan 2.3 diperoleh = 0,51. Karena blok pesan ini memiliki kompleksitas , maka blok pada citra diganti oleh 64 bit pesan ini. Pada blok kedua pesan rahasia, jumlah perubahan warna adalah 30, sehingga didapatkan nilai = 0,27. Nilai kompleksitas menunjukkan bahwa blok kedua pesan tidak cukup kompleks untuk disisipkan, karena itu blok pesan tersebut harus dikonjugasi terlebih dahulu. Hasil konjugasi, yaitu akan memiliki kompleksitas 0,73 menurut persamaan 2.8. Hasil konjugasi inilah yang kemudian disisipkan pada berikutnya pada citra dijital. Saat proses ekstrasi pesan, yang perlu dilakukan hanyalah mengambil segmen bit yang memiliki kompleksitas diatas . Jika nilai kompleksitas segmen tersebut lebih besar dari , maka segmen tersebut merupakan bagian dari Universitas Sumatera Utara pesan rahasia. Tabel konjugasi yang disisipkan juga dibaca untuk melihat proses konjugasi yang perlu dilakukan pada tiap blok pesan. Universitas Sumatera Utara 2-, Setiap gambar dengan ukuran 8x8 piksel yang menggunakan warna dengan kedalaman 8 bit dapat dibagi menjadi 8 . Operasi pembagian gambar menjadi disebut dengan . dapat dilakukan pada sistem dimana setiap nilai intensitas direpresentasikan sebagai 8 bit angka biner. Pada kenyataannya nilai intensitas piksel pada gambar relatif rata. Perhatikan bila piksel yang berdampingan pada gambar memiliki nilai intensitas yang berdekatan yaitu 127 dan 128, yang dalam format biner adalah 01111111 dan 10000000. Pada kasus ini terlihat bahwa nilai intensitas yang hanya berbeda satu level abu-abu saja memiliki representasi biner yang sangat berbeda bahkan setiap bit yang bersesuain berbeda. Dua angka yang memiliki nilai yang hampir mirip tetapi sangat berbeda dalam representasi binernya, atas dasar bit per bit, disebut dengan + Kawaguchi dan Eason, 1998. Karena pada teknik ini seluruh nilai diganti, maka kemungkinan nilai juga akan berubah. Sehingga setelah proses penyisipan, 01111111 127 dapat menjadi 11111111 255 dan 10000000 128 dapat menjadi 00000000 0. Gambar yang sebelumnya hanya memiliki perbedaan intensitas 1 level abu-abu saja dan perbedaan warnanya tidak terlalu kentara, sekarang memiliki perbedaan intensitas yang sangat jauh yaitu 256 putih dan 0 hitam. Jika hal ini terjadi, maka akan nampak perbedaan pada gambar sebelum dilakukan penyisipan dan sesudah penyisipan. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan sistem . Pada sistem ini, angka desimal yang berturut-turut hanya memiliki perbedan Universitas Sumatera Utara satu bit dalam representasinya. Dua angka pada contoh diatas, 127 dan 128, direpresentasikan sebagai 01000000 dan 11000000. Jika dilakukan penyisipan 01000000 dapat menjadi 11000000 128 dan 11000000 dapat menjadi 01000000 127, perbedaan intensitasnya tetap hanya 1 level abu-abu saja. Sistem ini cocok digunakan untuk proses penyisipan. Oleh sebab itu, pada teknik diubah terlebih dahulu dari sistem menjadi sebelum proses penyisipan dilakukan. 5 - .-2 6 7-2 51+-2 Pesan rahasia dibagi menjadi beberapa bagian dengan ukuran 8 byte yang dibentuk menjadi blok pesan rahasia berukuran 8x8. Setiap byte pada pesan rahasia akan membentuk baris pada blok 8x8. Pesan rahasia dibaca sebagai string pada karakter dan direpresentasikan dengan nilai binernya. Sebagai contoh, sebuah rangkaian dari 8 karakter dari sebuah dokumen ‘Blok ini’ 8 karakter termasuk spasi akan membentuk blok pesan rahasia 8x8 yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 dengan ‘B’ sama dengan 01000010 66 dalam karakter , ‘l’ sama dengan 01101100 108 dalam karakter , spasi sama dengan 00100000 32 dalam karakter dan seterusnya. , 55. 5 - .-2 Blok-blok pesan rahasia dibentuk menjadi gambar biner yang merupakan pola papan catur berukuran 8x8, di mana warna hitam menunjukkan nilai bit ‘0’ dan warna putih menunjukkan nilai bit ‘1’. Gambar biner tersebut yang akan mengganti 5 2 2 Universitas Sumatera Utara yang kompleks pada gambar pada saat penyisipan. Namun sebelumnya harus dipastikan bahwa gambar biner dari blok-blok pesan rahasia tersebut sudah kompleks. Apabila gambar biner tersebut kurang kompleks dibandingkan dengan nilai , maka akan terjadi masalah pada proses ekstraksi, blok pesan rahasia tersebut tidak akan diambil kembali karena hanya blok yang memiliki kompleksitas diatas nilai saja yang diambil. Untuk mengatasi masalah ini, maka diperkenalkan operasi konjugasi. Gambar 3.2 menunjukkan blok 8x8 yang paling kompleks dengan nilai kompleksitas 1. Blok ini dilambangkan dengan 8 , dengan nilai kiri atas adalah 1. Sebuah pola papan catur dengan nilai kompleksitas 1 juga dapat dibentuk dengan membuat pola yang sama dengan 8 tetapi nilai kiri atasnya adalah 0 yang dilambangkan dengan . Untuk penjelasan seterusnya yang digunakan sebagai blok yang paling kompleks adalah 8 . Blok 8 jika di- XOR-kan dengan blok yang tidak kompleks kompleksitasnya akan menghasilkan blok yang kompleks kompleksitasnya . Blok di-XOR-kan lagi dengan 8 untuk mendapatkan blok kembali. Operasi mengganti kompleksitas dari sebuah blok dengan meng- XOR-kan dengan Wc disebut - dan dilambangkan dengan ‘’. , 5,7-2- ,-2,+, 5 Dua properti penting pada operasi konjugasi dapat dituliskan sebagai berikut: 1. αP = 1- αP 2. P = P. Universitas Sumatera Utara Properti pertama digunakan pada proses penyisipan untuk membuat gambar biner yang tidak kompleks menjadi kompleks, sedangkan properti kedua digunakan pada proses ekstraksi untuk mengambil kembali gambar biner yang asli. Tidak semua blok pesan rahasia harus dikonjugasi karena kebanyakan blok pesan rahasia sudah kompleks. Oleh karena itu, penting dibuat catatan untuk blok pesan rahasia yang telah dikonjugasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peta konjugasi. Untuk setiap blok pesan rahasia berukuran 8 byte, 1 bit ditambahkan ke peta konjugasi untuk menunjukkan apakah blok tersebut telah dikonjugasi atau tidak. Jika nilai bit ‘1’ yang ditambahkan ke peta konjugasi tersebut, maka hal itu menunjukkan bahwa blok tersebut telah dikonjugasi sedangkan nilai ‘0’ menunjukkan blok tersebut tidak dikonjugasi. Peta konjugasi akan disisipkan ke dalam gambar setalah semua blok pesan rahasia disisipkan. Peta konjugasi juga akan dibentuk menjadi blok berukuran 8x8. Peta konjugasi mungkin tidak akan membentuk blok yang kompleks sehingga perlu dibuat peta konjugasi untuk peta konjugasi. Peta konjugasi untuk peta konjugasi dapat dibuat dengan cara membentuk peta konjugasi ke dalam blok berukuran 63 bit. Jika panjang blok tersebut tidak sampai 63 bit, maka lakukan yaitu dengan menambahkan ‘0’ pada bit-bit terakhir. Tambahkan nilai ’0’ pada bit pertama bit kiri atas peta konjugasi sehingga ukuran peta konjugasi menjadi 64 bit dan dapat dibentuk menjadi gambar biner 8x8. Jika gambar biner tersebut kompleks, maka lakukan penyisipan seperti biasa. Jika tidak kompleks, maka konjugasi blok peta konjugasi tersebut. Proses konjugasi akan membuat bit pertama menjadi ‘1’. Jadi, pada saat proses ekstraksi dapat diketahui jika bit pertama pada peta konjugasi bernilai ‘0’ maka peta konjugasi tersebut tidak dikonjugasi tetapi jika bit pertama bernilai ‘1’ maka peta konjugasi tersebut telah dikonjugasi. 7 76 5+, 2 Teknik kompresi yang digunakan yaitu teknik kompresi dengan menggunakan algoritma 355 dan + merupakan teknik kompresi yang Universitas Sumatera Utara Miano, 1999. Hal ini berarti pada saat proses kompresi dan dekompresi tidak ada nilai bit yang berubah, data yang telah dimampatkan akan direkonstruksi kembali secara utuh sehingga menghasilkan nilai bit yang tidak berubah setelah proses dekompresi. Sifat kompresi yang digunakan ini sangat cocok untuk metode steganografi . Ketika sebuah pesan rahasia akan disisipkan pada dengan teknik , maka data gambar akan didekompresi terlebih dahulu. Proses dekompresi dilakukan untuk mendapatkan representasi piksel yang sebenarnya dari gambar sehingga gambar dapat disegmentasi dengan baik menjadi blok-blok gambar biner. Setelah pesan rahasia disisipkan ke dalam blok-blok gambar biner tersebut, gambar dikompresi kembali untuk menghasilkan data gambar yang telah dimampatkan. Karena pada proses kompresi dan dekompresi tidak terjadi perubahan nilai bit, maka kemungkinan rusak atau hilangnya pesan rahasia yang disisipkan tidak akan terjadi sehingga pada proses ekstraksi tidak akan terjadi masalah. Format mendukung jenis pewarnaan yang sangat beragam karena dapat menampung piksel dengan warna 24 dan 48 bit, 8 dan 16 bit serta dengan kedalaman 1 hingga 8 bit Boutell, 1997. Teknik dalam menyisipkan pesan bekerja dengan memanfaatkan perubahan intensitas warna. Setiap perubahan nilai bit yang terjadi pada saat penyisipan pesan berarti intensitas warna pada piksel yang bersangkutan akan berubah dan perubahan tersebut bisa sedikit ataupun banyak. Penerapan pada citra berformat yang menggunakan warna atau tidak memiliki masalah karena dan membaca bit sebagai representasi piksel dalam bentuk intensitas warna. Namun masalah akan muncul jika menggunakan pewarnaan karena nilai bit pada bukan merupakan nilai intensitas warna, tetapi sebagai penunjuk menuju tabel warna. Dengan penggunaan tabel warna ini maka perubahan warna piksel tidak dapat diterka dengan perubahan nilai bit yang terjadi. Perubahan 1 bit saja pada penggunaan tabel warna kemungkinan bisa menyebabkan perubahan warna yang cukup jauh. Pada tabel warna, biasanya beberapa warna yang mirip diletakkan berdekatan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dua warna yang bersebelahan merupakan dua warna yang sangat berbeda, biru dan merah misalnya. Jika hal itu terjadi, maka perubahan 1 bit saja akan menyebabkan perubahan Universitas Sumatera Utara warna yang sangat signifikan. Sementara jika menggunakan intensitas warna, perubahan 1 bit tidak akan menyebabkan perubahan warna yang signifikan, warna tersebut akan terlihat sama. Perubahan bit saja pada tabel warna ini bisa menyebabkan perubahan warna yang sangat signifikan, apalagi bila terjadi perubahan pada yang akan membuat nilai indeks berubah sangat jauh sehingga warna piksel akan berubah drastis. Padahal pada teknik , perubahan bit tidak hanya pada , tetapi bisa saja terjadi pada . Perubahan warna yang sangat signifikan dapat menyebabkan gambar yang dihasilkan menjadi rusak. Oleh sebab itu, jika teknik diterapkan pada dokumen yang menggunakan jenis pewarnaan , kemungkinan besar menghasilkan kualitas yang kurang baik atau rusak. Untuk mengatasi masalah kerusakan pada ini, dokumen yang mengunakan jenis pewarnaan dikonversi ke format sebelum dilakukan penyisipan pesan. :2-27 - Data yang ada pada dokumen citra berformat merupakan data yang terkompresi. Oleh sebab itu, dokumen citra berformat tersebut harus didekompresi terlebih dahulu untuk mendapatkan bit-bit gambar yang membentuk nilai intensitas setiap piksel yang sesungguhnya. Kemudian nilai intensitas tersebut dikonversi dari sistem menjadi . Proses konversi dilakukan seperti yang telah dijelaskan pada bagian 2.5.5. Setelah itu, dokumen citra tersebut dibagi menjadi beberapa segmen dengan ukuran 8x8 piksel setiap segmennya, segmentasi gambar ditunjukkan oleh Gambar 3.3. Supaya proses segmentasi dapat dilakukan dengan benar, dokumen dari citra harus dibaca terlebih dahulu untuk mengetahui jenis pewarnaan dan kedalaman bit yang digunakan oleh dokumen citra . Hal itu diperlukan karena merupakan format citra yang mendukung penggunaan warna lebih dari satu yaitu , dan serta menggunakan kedalaman bit yang cukup bervariasi untuk setiap elemen warna. Apabila dokumen citra menggunakan jenis pewarnaan , maka dokumen citra tersebut dikonversi menjadi format 6 Kemudian setiap segmen dari gambar di- atau diuraikan menjadi dengan ukuran 8x8. Setiap mewakili bit dari setiap piksel. Universitas Sumatera Utara , 5-- ,-2 2 2 162 5 Representasi biner dari nilai intesitas setiap piksel pada segmen gambar berukuran 8x8 ditunjukkan sebagai berikut: b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 1 b 2 b 3 b Di mana, b i merupakan nilai bit ke- dari nilai intensitas setiap piksel pada citra. Nilai b i adalah 0 atau 1. Citra dengan kedalaman 8 bit atau sering disebut citra 8-bit akan memiliki 8 buah pada setiap segmennya. Hasil dari citra 8-bit adalah sebagai berikut: I 1 I 2 I 3 I 4 I 5 I 6 I 7 I 8 I 9 I 10 I 11 I 12 I 13 I 14 I 15 I 6 I 17 I 18 I 19 I 20 I 21 I 22 I 23 I 24 I 25 I 26 I 27 I 28 I 29 I 30 I 31 I 32 I 33 I 34 I 35 I 36 I 37 I 38 I 39 I 40 I 41 I 42 I 43 I 44 I 45 I 46 I 47 I 48 I 49 I 50 I 51 I 52 I 53 I 54 I 55 I 56 I 57 I 58 I 59 I 60 I 61 I 62 I 63 I 64 Ket: I i : nilai intensitas piksel ke-i Universitas Sumatera Utara 1. 1 2. 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 b 2 3. 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 3 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 Universitas Sumatera Utara 4. 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 1 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 b 4 5. 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 b 5 6. 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 b 6 Universitas Sumatera Utara 7. 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 b 7 8. 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 1 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 b 8 Setiap ke-i berisi bit-bit ke-i dari representasi nilai intensitas setiap piksel. Jika gambar dengan kedalaman 24 bit , maka akan ada 24 untuk setiap segmen gambar dimana setiap merepresentasikan 1 bit dari tiap elemen warna. Akan ada 8 seperti diatas untuk masing-masing warna, yaitu 8 untuk , 8 untuk , dan 8 untuk sehingga terbentuk 24 . Jika dilihat dari delapan di atas, maka yang disusun oleh bit 8 8 merupakan dan yang disusun oleh bit 1 1 merupakan . Bentuk gambar biner dari dengan membuat pola papan catur, dimana hitam menyatakan niai bit ‘0’ dan warna putih menyatakan nilai bit ‘1’ pada . Kemudian hitung nilai kompleksitas α dari masing-masing gambar biner dengan cara yang dijelaskan pada bagian 2.5.2 dan tetapkan nilai . Setelah itu, tentukan gambar biner yang Universitas Sumatera Utara merupakan daerah yang atau dengan menggunakan nilai yang telah ditetapkan. Jika kompleksitas gambar biner α lebih kecil dari nilai , maka gambar biner tersebut merupakan daerah yang dan jika kompleksitas dari gambar biner α lebih besar dari nilai , maka gambar biner tersebut merupakan daerah yang . Setiap gambar biner yang merupakan daerah yang yang akan digantikan oleh gambar biner dari pesan rahasia pada saat penyisipan. Pesan rahasia yang akan disisipkan juga harus diproses terlebih dahulu, seperti yang telah dijelaskan pada bagian 3.2. Setiap karakter pada pesan rahasia dibentuk menjadi urutan nilai dan direpresentasikan dengan nilai binernya, kemudian dibagi menjadi beberapa blok dengan ukuran 8 byte. Jika ukuran pesan tidak kelipatan 8, maka lakukan pada blok terakhir. Bentuk setiap blok pesan rahasia menjadi gambar biner 8x8. Setelah itu, hitung nilai kompleksitas α dari setiap gambar biner dengan cara yang telah dijelaskan pada bagian 2.5.2. Jika gambar biner dari blok pesan rahasia memiliki nilai kompleksitas α lebih besar dari nilai , maka gambar biner tersebut sudah siap untuk disisipkan atau menggantikan yang pada gambar. Sebaliknya, jika gambar biner dari blok pesan rahasia kurang kompleks atau memiliki nilai kompleksitas α lebih kecil dari nilai , maka gambar biner tersebut harus dikonjugasi, yaitu dengan meng-XOR-kan gambar biner tersebut dengan 8 , seperti yang telah dijelaskan pada bagian 2.5.3. Karena tidak semua gambar biner dari blok pesan rahasia tidak kompleks, maka peta konjugasi perlu dibuat. Untuk setiap gambar biner 8x8, 1 bit ditambahkan ke peta konjugasi, jika yang ditambahkan nilai bit ‘1’, maka gambar biner tersebut telah dikonjugasi sedangkan nilai bit ‘0’ berarti gambar biner tersebut tidak dikonjugasi. Peta konjugasi juga mungkin tidak kompleks, oleh sebab itu perlu dibuat peta konjugasi untuk peta konjugasi dengan cara memberi nilai ‘0’ pada bit pertama peta konjugasi, 63 bit selanjutnya menyatakan informasi apakah gambar biner dari blok pesan rahasia yang bersesuaian dikonjugasi atau tidak. Peta konjugasi juga dibentuk menjadi gambar biner 8x8, kemudian hitung nilai kompleksitasnya. Jika gambar biner tersebut tidak kompleks, maka gambar biner tersebut dikonjugasi sehingga akan menyebabkan nilai bit pertama bit kiri atas pada peta konjugasi menjadi ‘1’. Jadi dapat diketahui apakah peta konjugasi telah dikonjugasi atau tidak dengan melihat Universitas Sumatera Utara nilai bit pertama peta konjugasi. Jika bernilai ‘0’, maka peta konjugasi tersebut tidak dikonjugasi sedangkan jika bernilai 1, maka peta konjugasi tersebut telah dikonjugasi. Selain pesan yang akan disisipkan, juga dibentuk yang berisi informasi berupa ukuran dan nama pesan. + pesan ini berukuran 16 byte, 8 byte untuk ukuran pesan dan 8 byte lagi untuk nama pesan. Seperti yang dilakukan pada blok pesan rahasia, pesan juga dibentuk menjadi gambar biner 8x8 sehingga akan ada dua gambar biner untuk dan kemudian hitung nilai kompleksitas dari masing- masing gambar biner tersebut. Jika gambar biner dari memiliki kompleksitas α lebih besar dari nilai , maka gambar biner tersebut sudah siap untuk disisipkan atau menggantikan yang pada gambar. Sebaliknya, jika gambar biner dari tidak kompleks, maka gambar biner tersebut dikonjugasi dan peta konjugasinya juga harus dibuat. Proses konjugasi dan pembuatan peta konjugasi untuk sama seperti yang dilakukan pada blok pesan rahasia. Setelah citra dibagi menjadi beberapa dan yang merupakan daerah yang dan telah ditentukan, serta pesan rahasia dan pesan telah dibentuk menjadi blok-blok pesan rahasia yang kompleks, maka proses penyisipan dengan teknik dapat dilakukan. Proses penyisipan dilakukan dengan mengganti setiap nilai bit pada yang pada gambar dengan nilai bit pada blok pesan rahasia, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 , : 5 - .-2 , 0 2 22 2 76 6 5 - .-2 b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 b 6 b 7 b 8 b 9 b 10 b 11 b 12 b 13 b 14 b 15 b 16 b 17 b 18 b 19 b 20 b 21 b 22 b 23 b 24 b 25 b 26 b 27 b 28 b 29 b 30 b 31 b 32 b 33 b 34 b 35 b 36 b 37 b 38 b 39 b 40 b 41 b 42 b 43 b 44 b 45 b 46 b 47 b 48 b 49 b 50 b 51 b 52 b 53 b 54 b 55 b 56 b 57 b 58 b 59 b 60 b 61 b 62 b 63 b 64 Universitas Sumatera Utara Setiap nilai bit pada gambar pada baris ke- dan kolom ke-- diganti dengan nilai bit pada blok pesan rahasia pada baris dan kolom yang bersesuaian. Secara matematis proses tersebut dapat dituliskan sebagai fungsi berikut: . 0- . 0- di mana . 0- merupakan nilai fungsi pada baris ke- dan kolom ke-- yang menyatakan nilai bit pada blok pesan rahasia pada baris ke- dan kolom ke-- dan . 0- adalah nilai fungsi pada baris ke- dan kolom ke-- yang menyatakan nilai bit pada gambar pada baris ke- dan kolom ke--. Dua pertama yang merupakan daerah yang atau memiliki kompleksitas di atas pada gambar diganti dengan dua blok yang berisi informasi ukuran pesan dan nama pesan. ketiga yang kompleks pada gambar diganti dengan peta konjugasi . keempat dan seterusnya yang pada gambar akan diganti dengan blok-blok pesan rahasia. Setelah semua blok-blok pesan rahasia disisipkan, peta konjugasi pesan rahasia disisipkan ke dalam gambar. Setelah pesan, peta konjugasi , blok-blok pesan rahasia, dan peta konjugasi pesan rahasia disisipkan ke gambar, semua digabungkan kembali untuk membangun nilai intensitas setiap piksel pada gambar. Kemudian nilai intensitas tersebut dikonversi kembali dari sistem menjadi . Selanjutnya data piksel tersebut kembali dikompresi dengan algoritma yang sama dengan algoritma yang digunakan saat dekompresi untuk menjadi dokumen kembali. Adapun langkah-langkah penyisipan pesan ditunjukkan oleh Gambar 3.5. Universitas Sumatera Utara , 3 5-- 7:2-27 7- Universitas Sumatera Utara α α α α , 3 5-- :2-27 - ,+ Universitas Sumatera Utara , 3 5-- :2-27 - ,+ Universitas Sumatera Utara --2 - Proses ekstraksi pesan merupakan kebalikan dari proses penyisipan. Langkah awal dalam proses ekstraksi ini yaitu membaca dokumen untuk mengetahui jenis warna dan kedalaman bit yang digunakan oleh dokumen agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pembentukan . Selanjutnya dilakukan dekompresi terhadap dokumen citra untuk mendapatkan nilai bit yang merepresentasikan nilai intensitas yang sebenarnya pada setiap piksel. Nilai intensitas ini akan dikonversi terlebih dahulu dari sistem menjadi sistem 6 Kemudian gambar dibagi menjadi beberapa segmen yang berukuran 8x8 piksel setiap segmennya. Setiap segmen akan di- atau diuraikan menjadi beberapa seperti yang dilakukan pada proses penyisipan pesan. Setiap tersebut dibentuk menjadi gambar biner 8x8 dan kemudian dihitung nilai kompleksitas dari masing-masing gambar biner tersebut. Gambar biner yang memiliki kompleksitas tinggi α α kemungkinan memiliki pesan yang akan diekstraksi. Hal ini dimungkinkan adanya gambar biner yang kompleks tidak berisi pesan di dalamnya yang disebabkan blok pesan yang disisipkan lebih sedikit dari blok gambar biner yang kompleks pada . Ambil tiga gambar biner pertama yang kompleks pada gambar. Gambar biner pertama dan kedua berisi pesan dan gambar biner ketiga berisi peta konjugasinya. Jika bit pertama pada gambar biner yang berisi peta konjugasi bernilai ‘1’, maka gambar biner tersebut telah dikonjugasi yang berarti harus dikonjugasi kembali untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya. Ubah gambar biner 8x8 ini ke dalam rangkaian 63 bit tidak termasuk bit pertama dan gunakan 2 bit pertama dalam rangkaian ini untuk melihat apakah 2 gambar biner pertama telah dikonjugasi atau tidak. Jika nilai bit bernilai ‘1’ maka gambar biner yang bersesuain telah dikonjugasi dan perlu dikonjugasi kembali untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya. Sebaliknya jika nilai bit bernilai ‘0’ maka gambar biner yang bersesuain tidak perlu dikonjugasi karena sudah berisi informasi yang sebenarnya. Setelah informasi yang sebenarnya dari kedua gambar biner pertama diperoleh, maka ukuran dan nama pesan dapat diketahui. Misalkan jumlah gambar biner 8x8 yang telah disisipi pesan sebanyak dimana nilai merupakan hasil dari ukuran file 9 Universitas Sumatera Utara dibagi 8 byte. Jumlah peta konjugasi pesan adalah 63. Apabila hasil bagi bukan merupakan bilangan bulat maka dilakukan pembulatan ke atas. Jadi, gambar biner keempat sampai gambar biner ke- + 3 yang kompleks pada gambar berisi blok pesan rahasia tersebut dan gambar biner ke- + 4 yang kompleks pada gambar berisi peta konjugasi pesan. Sebelum pembentukan kembali pesan rahasia dari gambar biner terlebih dahulu dilakukan pengecekan pada nilai bit pertama dari masing-masing peta konjugasi. Apabila nilai bit pertama tersebut bernilai ‘1’ berarti peta konjugasi tersebut telah dikonjugasi dan perlu dikonjugasi kembali untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya. Sebaliknya, apabila nilai bit tersebut bernilai ‘0’ berarti peta konjugasi telah berisi informasi sebenarnya. Bentuk kembali gambar biner tersebut menjadi pesan rahasia dengan memperhatikan nilai bit pada peta konjugasi yang bersesuaian untuk masing-masing gambar biner. Jika nilai bit pada peta konjugasi bernilai ‘1’ berarti gambar biner yang bersesuaian telah dikonjugasi. Oleh karena itu, gambar biner tersebut perlu dikonjugasi kembali untuk mendapatkan pesan rahasia yang asli. Sebaliknya apabila nilai bit pada peta konjugasi bernilai ‘0’ berarti gambar biner tersebut berisi pesan rahasia yang asli. Langkah-langkah ekstraksi pesan ditunjukkan pada Gambar 3.6. Universitas Sumatera Utara , 5-- --2 - Universitas Sumatera Utara

55. 5-- :2-27 -