Pembuatan Alat Ukur Tekanan Udara (Atmosfer) Berbasis Mikrokontroller Atmega 8535 di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

(1)

PEMBUATAN ALAT UKUR TEKANAN UDARA (ATMOSFER)

BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 DI STASIUN

METEOROLOGI POLONIA MEDAN

SKRIPSI

FITRIANA LUBIS

110821011

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

PEMBUATAN ALAT UKUR TEKANAN UDARA (ATMOSFER)

BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 DI STASIUN

METEOROLOGI POLONIA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Sains

FITRIANA LUBIS

110821011

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PEMBUATAN ALAT UKUR TEKANAN UDARA

(ATMOSFER) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 DI STASIUN METEOROLOGI POLONIA MEDAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : FITRIANA LUBIS

Nomor Induk Mahasiswa : 110821011

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Agustus 2013

Diketahui :

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Dr. Marhaposan Situmorang Drs. Takdir Tamba, M.Eng,Sc


(4)

PERNYATAAN

PEMBUATAN ALAT UKUR TEKANAN UDARA (ATMOSFER) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 DI STASIUN METEOROLOGI POLONIA

MEDAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus2013

FitrianaLubis 110821011


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang penulis harapkan syafaatnya di hari kelak, Amin.

Terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayah tercinta Drs.H. Suaidi Lubis dan mama tersayang Dra. Roslina Simorangkir, yang telah setia,

sabar dan tulus mendidik penulis. Terima kasih atas do’a, pengetian dan kasih sayang

yang tak terhingga serta dukungan baik moril maupun materil yang tidak mungkin terbalas.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dukungan dan nasehat-nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, selaku Ketua jurusan.

2. Bapak Drs. Takdir Tamba, M.Eng,Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan, motivasi dan masukannya demi sempurnanya skripsi ini.

3. Bapak/ Ibu Staff pengajar dan Pegawai di Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada rekan-rekan kerja saya di BMKG Polonia yang telah mendukung penulisan skripsi saya.


(6)

5. Kepada teman-teman seperjuangan di Fisika Ekstensi FMIPA USU Stambuk 2011 serta teman-teman saya di D-III Akademi Meteorologi dan Geofisika yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Semua yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat motivasi dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembacanya. Amin.

Medan, Agustus 2013


(7)

PEMBUATAN ALAT UKUR TEKANAN UDARA (ATMOSFER)

BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 DI STASIUN

METEOROLOGI POLONIA MEDAN

ABSTRAK

Tekanan udara didefenisikan sebagai berat dari suatu kolom udara. Tekanan udara adalah salah satu faktor yang mempengaruhi cuaca sehingga diperlukan alat yang dapat mengukur tekanan udara. Alat yang dibuat dalam penelitian ini adalah alat ukur tekanan udara yang pengamatannya oleh pengamat cuaca dapat dilakukan dengan bantuan sensor dan mikrokontroller dan kemudian diolah di dalam PC (Personal Computer). Sensor yang digunakana dalah sensor HP03 yang menggunakan interface I2C untuk komunikasi dengan mikrokontroller. Sistem pemrosesan data menggunakan IC Mikrokontroller ATMega 8535 yang diprogram menggunakan bahasa C. Data diinterfacekan ke computer dengan pemograman Visual Basic 6.0 melalui system komunikasi serial untuk ditampilkan di computer dan disimpan. Penelitian ini menghasilkan sistem pengukuran tekanan udara yang berbasis mikrokontroller ATMega 8535. Sistem ini dibandingkan dengan barometer air raksa di Stasiun Meteorologi Polonia Medan dan menghasilkan ketelitian sebesar 0,000166072 %.


(8)

MAKING AIR PRESSURE (ATMOSPHERE)GAUGES BASED ON ATMEGA 8535 MICROCONTROLLER IN METEOROLOGICAL STATION POLONIA

MEDAN

ABSTRACT

Air pressure is defined as the weight of a column of air. Air pressure is one of the factors that affect weather that required a tool that can measure air pressure. Tool created in this study is a measure of air pressure observations by weather observers can be done with the help of sensors and a microcontroller and then processed in a PC (Personal Computer). The sensor used is the HP03 sensor uses I2C interface for communication with the microcontroller. Data processing system using IC ATMega 8535 microcontroller is programmed using C language. The data is interfaced to a computer with Visual Basic 6.0 programming via serial communication system for display on a computer and stored. This research resulted in air pressure measurement system based ATMega 8535microcontroller. The system is compared with a mercury barometer in Meteorological Station PoloniaMedan and produced accuracy of 0.000166072%.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv-v

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

BAB I Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 2

1.3Batasan Masalah 2

1.4Tujuan Penelitian 2

1.5Manfaat Penelitian 3

1.6TempatdanWaktuPenelitian 3

1.7AlatdanBahan 3

1.8SistematikaPenulisan 3

BAB II Landasan Teori 5


(10)

Penerbangan 5

2.2 Barometer Air Raksa 6

2.2.1Jenis-Jenis Barometer Air Raksa 7 2.2.2SyaratPenempatan Barometer Air Raksa 8 2.2.3 CaraPemasangan Barometer Air Raksa 9 2.2.4Cara MembacaTekananUdara (Atmosfer) 9

2.2.5Cara Membawa (Transport) 10

2.2.6 Koreksi-Koreksi 10

2.2.7 KelebihandanKekurangan Barometer Air Raksa 13

2.3Sensor HP03 14

2.4Mikrokontroller 15

BAB III Rancangan Alat 21

3.1 Diagram Blok Rangkaian 21

3.2Diagram AlirSistemPengukurTekananUdara 27

3.3 Diagram Alir Program Visual Basic 6.0 28

3.4 Program 29

3.4.1BahasaPemogramanATMega 8535 29

3.4.2 PemogramanBahasa Visual Basic 6.0PadaKomputer 33

BAB IV Data danAnalisa Data 38

4.1 Pengambilan Data 38

4.1.1Pengambilan Data Test Point

MikrokontrollerATMega 8535 38

4.1.2 Pengambilan Data Test Point IC HIN 232 40 4.1.3PengujianPengiriman Data Serial Pada Interface RS232 41


(11)

BAB V Kesimpulan dan Saran 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 50


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi Pin Pada Sensor HP03 15

Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port B 19

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port C 20

Tabel 2.4 Fungsi Khusus Port D 20

Tabel 4.1 Data Test Point Mikrokontroller ATMega 8535 38-40

Tabel 4.2 Data Test Point IC HIN 232 40-41


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Barometer Air Raksa 7

Gambar 2.2 Skematik Sensor HP03 14

Gambar 2.3 Konfigurasi IC Mikrokontroller ATMega 8535 18

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 21

Gambar 3.2 Rangkaian Sensor HP03 22

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMega 8535 25

Gambar 3.4 Rangkaian Konverter RS232 26

Gambar 3.5 Diagram Alir Sistem Pengukuran Tekanan Udara 27 Gambar 3.6 Diagram Alir Program Visual Basic 6.0 28 Gambar 4.1 Grafik Hasil Keluaran IC Max 232 Level RS232 43 Gambar 4.2 Grafik Hasil Keluaran IC Max 232 Level TTL 44 Gambar 4.3 Tampilan Tekanan Udara Pada Monitor PC (Personal Computer) 44


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A : Gambar Keseluruhan Rangkaian 52


(15)

PEMBUATAN ALAT UKUR TEKANAN UDARA (ATMOSFER)

BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 DI STASIUN

METEOROLOGI POLONIA MEDAN

ABSTRAK

Tekanan udara didefenisikan sebagai berat dari suatu kolom udara. Tekanan udara adalah salah satu faktor yang mempengaruhi cuaca sehingga diperlukan alat yang dapat mengukur tekanan udara. Alat yang dibuat dalam penelitian ini adalah alat ukur tekanan udara yang pengamatannya oleh pengamat cuaca dapat dilakukan dengan bantuan sensor dan mikrokontroller dan kemudian diolah di dalam PC (Personal Computer). Sensor yang digunakana dalah sensor HP03 yang menggunakan interface I2C untuk komunikasi dengan mikrokontroller. Sistem pemrosesan data menggunakan IC Mikrokontroller ATMega 8535 yang diprogram menggunakan bahasa C. Data diinterfacekan ke computer dengan pemograman Visual Basic 6.0 melalui system komunikasi serial untuk ditampilkan di computer dan disimpan. Penelitian ini menghasilkan sistem pengukuran tekanan udara yang berbasis mikrokontroller ATMega 8535. Sistem ini dibandingkan dengan barometer air raksa di Stasiun Meteorologi Polonia Medan dan menghasilkan ketelitian sebesar 0,000166072 %.


(16)

MAKING AIR PRESSURE (ATMOSPHERE)GAUGES BASED ON ATMEGA 8535 MICROCONTROLLER IN METEOROLOGICAL STATION POLONIA

MEDAN

ABSTRACT

Air pressure is defined as the weight of a column of air. Air pressure is one of the factors that affect weather that required a tool that can measure air pressure. Tool created in this study is a measure of air pressure observations by weather observers can be done with the help of sensors and a microcontroller and then processed in a PC (Personal Computer). The sensor used is the HP03 sensor uses I2C interface for communication with the microcontroller. Data processing system using IC ATMega 8535 microcontroller is programmed using C language. The data is interfaced to a computer with Visual Basic 6.0 programming via serial communication system for display on a computer and stored. This research resulted in air pressure measurement system based ATMega 8535microcontroller. The system is compared with a mercury barometer in Meteorological Station PoloniaMedan and produced accuracy of 0.000166072%.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tekanan udara didefenisikan sebagai berat dari suatu kolom udara. Tekanan udara sangat mempengaruhi cuaca karena perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin dan perubahan ini akan membawa pada perubahan suhu dan curah hujan yang pada umumnya sangat menentukan sifat-sifat iklim dan cuaca suatu daerah. Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kencang angin yang berhembus sehingga terjadi keseimbangan tekanan. Dalam penerbangan, tekanan udara yaitu QFF (Qantas Frequent Flyer) dan QFE (Qantas Field Elevation) merupakan salah satu informasi meteorologi (cuaca) yang penting karena diperlukan oleh pesawat untuk dijadikan acuan ketinggian pesawat terbang saat takeoff dan landing. QFE adalah tekanan udara di atas landasan bandara dan QFF adalah tekanan udara di atas permukaan laut.


(18)

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Barometer banyak jenisnya antara lain barometer air raksa, barometer aneroid, aneroid barograph, serta bourdon tube barograph. Barometer yang umum digunakan di BMKG adalah barometer air raksa termasuk di Stasiun Meteorologi Polonia Medan. Barometer air raksa digunakan oleh pengamat cuaca (observer) secara manual dimana hasil pembacaan nilai tekanan udara sangat dipengaruhi oleh ketelitian pembacaan dari pengamat (observer) sehingga kesalahan paralaks (pembacaaan) dapat terjadi dan mempengaruhi keakuratan data tekanan udara.

Oleh karena itu, dirancang suatu alat yang dapat mengukur tekanan udara secara digital di Stasiun Meteorologi Polonia Medan yang kemudian dibandingkan hasilnya dengan barometer air raksa. Alat ukur tekanan udara yang akan dibuat menggunakan sensor tekanan udara HP03 dan diolah dengan mikrokontroller ATMega 8535 serta ditampilkan dan disimpan di PC(Personal Computer). Keluaran sensor berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa terlalu banyak perhitungan tambahan.

1.2RUMUSAN MASALAH

Dalam pembuatan alat ukur tekanan udara ini, disusun perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengukur tekanan udara dengan alat pengukur tekanan udara ini.

2. Bagaimana menampilkan tekanan udara ke monitor / display.


(19)

4. Membandingkan tekanan udara yang diukur oleh alat ukur tekanan udara digital ini dengan tekanan udara yang diukur secara manual (barometer air raksa).

1.3BATASAN MASALAH

Pembatasan masalah dalam laporan penelitian ini hanya mencakup masalah-masalah sebagai berikut :

1. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara.

2. Alat ini menampilkan hasil pengukuran berupa data digital pada monitor / display dan disimpan pada storage PC (Personal Computer).

1.4TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan membuat suatu alat pengukur tekanan udara yang pengamatannya dapat dilakukan dengan bantuan sensor dan kemudian data diolah di mikrokontroller ATMega 8535 dan ditampilkan pada monitor PC (Personal Computer).


(20)

1.5MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi landasan bagi stasiun pengamat cuaca untuk mendapatkan data cuaca yang lebih akurat dan mendukung perkembangan teknologi otomatisasi di bidang meteorologi.

1.6TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan dan di Jl. Lebong pada bulan maret hingga bulan juli 2013.

1.7ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ukur tekanan udara ini antara lain sensor tekanan udara HP03, mikrokontroller ATmega8535, RS232, PC ( Personal Computer), dan alat pendukung lainnya.


(21)

1.8SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat pengukur tekanan udara (atmosfer). Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan. Teori pendukung itu antara lain tentang pengaruh tekanan udara (atmosfer) terhadap cuaca dan penerbangan, barometer air raksa, sensor HP03 dan mikrokontroller.

BAB III RANCANGAN ALAT

Dalam bab ini akan dibahas tentang rancangan alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, diagram alir sistem tekanan udara (atmosfer), diagram alir kerja program komputer, dan system kerja dari masing-masing rangkaian.


(22)

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang pengujian alat dan data yang diperoleh serta analisis tugas akhir yang telah dibuat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan

Tekanan udara (atmosfer) pada suatu permukaan adalah gaya yang diberikan kepada suatu permukaan atau area oleh sekolom udara di atas permukaan tersebut. Tekanan udara (atmosfer) merupakan salah satu parameter yang diamati oleh observer (pengamat cuaca) ketika melakukan pengamatan udara permukaan atau synoptic observation dan juga merupakan salah satu unsur cuaca terpenting yang dibutuhkan dalam penerbangan. Tekanan sebenarnya di sebuah tempat dan pada satu waktu akan berbeda tergantung pada ketinggian, suhu dan kerapatan udara (air density) Perubahan tekanan udara (atmosfer) akan mempengaruhi pergerakan dalam atmosfer yaitu pergerakan vertikal dari arus naik dan turun serta pergerakan horizontal dalam bentuk angin. Kedua tipe pergerakan ini sangat penting karena keduanya mempengaruhi perubahan cuaca serta mempengaruhi kinerja dari pesawat saat lepas landas (takeoff), mendaki (climb) dan mendarat (landing).

Dengan mengamati gejala tekanan pada cakupan daerah yang luas, prakirawan cuaca akan bisa lebih akurat memprakirakan pergerakan sistem tekanan dan cuaca yang berhubungan dengannya. Contohnya, jika ada sebuah pola tekanan yang


(24)

meningkat di sebuah stasiun pengamatan cuaca biasanya menunjukkan bahwa cuaca yang baik akan terjadi sesaat kemudian. Sebaliknya, penurunan tekanan atau jatuhnya tekanan secara cepat biasanya menunjukkan bahwa cuaca buruk dan kemungkinan ada hujan atau badai akan terjadi.

Tekanan yang diberikan sebanding dengan massa udara vertikal yang terdapat di atas permukaan tersebut sampai pada batas ketinggian lapisan atmosfer terluar. Hal ini yang membuat tekanan udara (atmosfer) di setiap tempat berbeda menurut ketinggian dari tempat tersebut. Meningkatnya ketinggian menyebabkan berkurangnya jumlah molekul udara. Oleh karena itu, tekanan udara (atmosfer) menurun seiring meningkatnya ketinggian. Ketinggian mempengaruhi setiap aspek penerbangan dari pesawat. Di tempat yang tinggi, dimana tekanan udara (atmosfer) berkurang, jarak untuk lepas landas dan mendarat akan bertambah. Ketika pesawat lepas landas, gaya lift harus dikumpulkan dengan aliran udara di sekitar sayap. Jika udaranya tipis, maka pesawat butuh bergerak lebih cepat lagi untuk mendapatkan lift yang cukup untuk terbang, sehingga pesawat membutuhkan landasan yang lebih panjang. Sebuah pesawat yang membutuhkan landasan sepanjang 1000 kaki di ketinggian yang sama dengan permukaan laut, akan membutuhkan hampir dua kali lipat pada landasan yang mempunyai ketinggian 5000 kaki. Demikian juga pada ketinggian yang lebih tinggi, dikarenakan berkurangnya kerapatan udara, maka efisiensi mesin pesawat dan baling-baling akan berkurang. Ini akan mengakibatkan pengurangan rate of climb


(25)

2.2 Barometer Air Raksa

Barometer air raksa adalah alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara (atmosfer). Tekanan udara biasanya diukur dalam satuan inci air raksa (mercury, in.Hg) oleh sebuah barometer air raksa. Barometer ini mengukur ketinggian dari kolom air raksa yang ada di dalam sebuah tabung kaca. Pada suhu dan tekanan normal tinggi air raksa berkisar pada 76 cm. Salah satu ujung dari tabung air raksa itu dibiarkan terbuka untuk mendapatkan tekanan dari atmosfer, yang mendorong air raksa di dalam tabung. Jika tekanan di luar bertambah, maka akan menekan air raksa yang ada di dalam tabung untuk bergerak ke atas, sebaliknya jika tekanan berkurang maka permukaan air raksa dalam tabung akan turun. Ketinggian air raksa dalam tabung menjadi tolak ukur tekanan udara (atmosfer). Tipe barometer ini biasanya digunakan di lab atau stasiun pengamatan cuaca termasuk di Stasiun Meteorologi Polonia Medan. Karena stasiun pengamatan cuaca berada di seluruh penjuru bola dunia, maka bacaan tekanan barometrik setempat di konversi ke tekanan permukaan laut untuk mendapatkan standar bagi penyimpanan rekaman dan pelaporan. Tekanan standar di permukaan laut didefinisikan sebagai 29,92 in.Hg pada 15° C. Tekanan udara juga dikenal dalam satuan millibars, dengan 1 in.Hg kira-kira sama dengan 34 millibars dan standar tekanan di permukaan laut 1013,2 millibars.


(26)

Gambar 2.1 Barometer Air Raksa

2.2.1 Jenis-Jenis Barometer Air Raksa

Barometer air raksa terdiri dari 2 macam yaitu :

a. Barometer Fortin atau barometer bejana tidak tetap.

Barometer Fortin atau barometer bejana tidak tetap adalah barometer yang mempunyai penunjuk titik NOL pada bejana air raksanya berupa ujung taji. Jadi apabila ingin membacanya, maka permukaan air raksa yang didalam


(27)

bejana bagian bawah harus diatur dulu supaya tepat menyentuh ujung taji dan kemudian baru dilakukan pembacaan. Barometer jenis ini, pada umumnya keluar dari pabrik keadaan badannya sudah lengkap terpasang.

b. Barometer Kew Pattern atau barometer bejana tetap.

Barometer Kew Pattern atau barometer bejana tetap, apabila ingin membaca tidak perlu mengatur permukaan air raksa dalam bejana, barometer jenis ini disebut juga barometer stasiun. Pada saat keluar dari pabrik pembuatnya, keadaan badannya, tabung air raksa dan air raksa untuk mengisi bejana masih dalam keadaan terpisah. Jadi sebelum dioperasikan harus dirakit terlebih dahulu, kemudian dikalibrasi untuk menentukan koreksi indeks. Setelah dikalibrasi dan mendapatkan koreksi indeksnya, lalu dibuatkan koreksi temperatur untuk pembacaan barometer sesuai dengan lokasi stasiunnya. Terlampir disertakan petunjuk cara pemasangan barometer, dan dapat dilihat gambar bagian-bagian dari barometer stasiun. (Rizadi. 2010)

2.2.2 Syarat Penempatan Barometer Air Raksa

Dalam menentukan tempat serta penempatan barometer, harus dipilih dan dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati. Ruangan dimana barometer akan ditempatkan harus memenuhi beberapa pokok, yaitu:

a. Ditempatkan pada ruangan yang mempunyai suhu tetap (Homogen). b. Tidak boleh kena sinar matahari langsung.


(28)

d. Tidak boleh dekat lalu-lintas orang. e. Tidak boleh dekat meja kerja.

f. Penerangan jangan terlalu besar, maximum 25 watts (Anonymousc, 2008)

2.2.3 Cara Pemasangan Barometer Air Raksa

Petunjuk cara pemasangan barometer adalah sebagai berikut :

a. Keluarkan barometer dari kotak transportnya, posisi barometer dalam keadaan terbalik.

b. Ganti sekrup transport, dengan sekrup operasional yang tersedia.

c. Rubahlah posisi barometer yang terbalik tersebut secara perlahan-lahan, dengan cara memegang ujung tabung barometer dan bejana air raksanya. Selanjutnya gantungkan pada tempat gantungan yang telah tersedia. Usahakan setelah digantung tinggi bejana air raksa terhadap lantai kira-kira 3 feet.

d. Setelah barometer tergantung vertikal, kendurkan sekrup kecil yang terdapat pada permukaan bejana air raksa yang merupakan lubang ventilasi agar udara luar dapat masuk. Perhatikan sekrup jangan sampai terlepas.

e. Tunggu beberapa saat, sampai air raksa dalam tabung barometer turun. Apabila air raksa tidak bisa turun, maka ketuk bejana barometer secara perlahan dengan gagang obeng, sehingga air raksanya menjadi turun.

f. Setelah air raksa turun, diamkan terlebih dahulu selama 24 jam, baru barometer air raksa dapat dioperasikan.


(29)

2.2.4 Cara Membaca Tekanan Udara (Atmosfer)

Cara membaca tekanan udara (atmosfer) pada barometer air raksa antara lain : a. Baca suhu yang menempel pada Barometer

b. Naikkan air raksa dalam bejana, sehingga menyinggung jarum taji c. Skala Nonius (Vernier) sehingga menyinggung permukaan air raksa d. Baca skala Barometer dan skala Nonius

e. Gunakan koreksi yang telah disediakan (Anonymousc, 2008)

2.2.5 Cara Membawa (Transport)

Ketika akan membawa barometer air raksa ke suatu tempat, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:

a. Barometer dibalik pelan-pelan sehingga bejana berada di atas. b. Masukkan dalam kotak transport, dengan bejana tetap diatas


(30)

2.2.6 Koreksi-Koreksi

Tinggi rendahnya kolom air raksa diatas induk barometer air raksa tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Faktor suhu b. Faktor gravitasi

c. Faktor tinggi tempat (Elifant, 2011)

Jadi, untuk memperoleh data hasil pengamatan tekanan udara (atmosfer) yang dapat dibandingkan antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya, perlu ditentukan suatu keadaan yang disebut sebagai keadaan standard. Keadaan standard yang dimaksud adalah meliputi:

a. Keadaan suhu standard, ialah keadaan pada suhu 0°C, dimana kerapatan air raksa pada suhu 0°C adalah 13595,1 kg/m3.

b. Keadaan gravitasi standard, ialah gravitasi pada lintang 45°, dimana sesuai dengan konvensi adalah 9,80665 m/s2.

c. Keadaan tinggi standard, ialah tinggi pada rata-rata tinggi air laut atau mean sea level yang biasa disingkat (m.s.l).

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka diperlukan suatu koreksi, yaitu: a. Koreksi Index

Koreksi ini diperlukan karena adanya kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada alat barometer itu sendiri yang meliputi :


(31)

i. Kesalahan pembagian skala

Dalam praktek sangat sulit untuk membagi dan membuat skala-skala secara sempurna. Terhadap kesalahan-kesalahan ini perlu adanya koreksi tertentu yang sudah dilakukan dari pabrik pembuat barometer tersebut.

ii. Kesalahan tekanan kapiler

Kesalahan ini dapat terjadi karena permukaan air raksa dalam tabung gelas kapiler tidak membasahi dinding tabung gelas, sehingga bentuk puncak air raksa yang disebut sebagai minicus berbentuk cembung. Keadaan ini disebabkan karena kohesi antar molekul-molekul air raksa lebih besar daripada adhesi antara molekul air raksa dengan molekul gelas, sehingga permukaan minicus pada dinding gelas akan tertekan ke bawah. Keadaan ini dapat menghasilkan pembacaan barometer yang sedikit lebih rendah dari pada yang seharusnya.

iii. Kesalahan ruang hampa

Kesalahan kecil yang mungkin terjadi dari kemungkinan adanya sisa udara di dalam tabung hampa diatas minicus air raksa.

iv. Kesalahan pembiasan sinar

Kesalahan ini dapat terjadi dari adanya kemungkinan pembiasan cahaya pada saat menembus dinding gelas pipa barometer. Dengan adanya kesalahankesalahan tersebut, maka pembacaan barometer air raksa harus dikoreksi dengan suat koreksi yang disebut dengan koreksi indeks.


(32)

Pada barometer yang baik, kesalahan-kesalahan yang timbul karena hal-hal tersebut diatas harus kurang dari 0,1 mb. Setiap barometer mempunyai koreksi indeks tersendiri, yang dibuat oleh laboratorium pabrik dengan membandingkan tiap-tiap barometer yang diproduksi dengan barometer standard. (Elifant, 2011).

b. Koreksi Lintang c. Koreksi Tinggi

Untuk membandingkan tempat-tempat tertentu diperlukan tekanan udara diatas permukaan laut. Koreksi ini merupakan suatu penjabaran yang dilakukan, apabila dikehendaki untuk mendapatkan hasil pengamatan tekanan udara pada suatu permukaan tertentu, yang elevasinya berbeda dengan elevasi induk barometer. Misalnya untuk mendapatkan tekanan udara untuk mendapatkan tekanan udara permukaan laut dimana elevasi induk barometer tidak terletak setinggi permukaan laut. Agar harga tekanan udara yang didapat dari beberapa tempat stasiun yang terletak pada elevasi yang berbeda dapat diperbandingkan, maka hasil pengamatan tekanan udara tersebut perlu dijabarkan ke suatu ketinggian dengan elevasi yang sama yaitu ketinggian standard yang telah ditentukan yaitu ketinggian rata-rata permukaan laut atau mean sea level. Harga tekanan yang didapat dari penjabaran ini disebut tekanan permukaan laut (QFF).

d. Koreksi Suhu

Jika pembacaan lebih tinggi dari 0°C, maka pembacaan barometer dikurangi dengan koreksi suhu ini, jika lebih rendah dari 0°C koreksi ditambah. Koreksi ini perlu diadakan karena :


(33)

ii. Adanya perbedaan pemuaian antara air raksa dan induk barometer pada barometer tipe kew pattern.

Sehubungan dengan hal tersebut, setiap pengamatan atau pembacaan tekanan udara dengan menggunakan barometer air raksa harus dikoreksi terhadap suhu yang diperoleh jika barometer tidak berada pada keadaan suhu standard yaitu suhu 0°C. Untuk keperluan koreksi suhu ini maka pada setiap barometer air raksa tertempel sebuah termometer yang menunjukkan temperatur air raksa pada saat pengamatan, yang disebut sebagai termometer tempel.

Jika barometer air raksa yang digunakan dipasang pada suatu tempat yang tetap, misalnya barometer air raksa pada suatu stasiun meteorologi di darat yang umumnya dipasang pada suatu tempat yang tetap. Biasanya dari beberapa koreksi tersebut diatas, dijadikan suatu tabel yang terdiri dari dua macam koreksi yaitu : a) Tabel koreksi QFE untuk mencari tekanan udara permukaan stasiun atau lapangan terbang.

b) Tabel QFF untuk mencari tekanan udara permukaan laut.

2.2.7 Kelebihan dan Kekurangan Barometer Air Raksa

Kelebihan barometer air raksa yaitu:

a) Praktis digunakan di tempat yang tetap karena tidak perlu menyetel terlebih dahulu jika ingin melakukan pengamatan.


(34)

b) Data yang dihasilkan dengan barometer ini lebih teliti dibandingkan dengan barometer aneroid atau barograf.

c) Lebih tahan lama dibandingkan alat pengukur tekanan udara yang lain selama ruang diatas air raksa tetap hampa.

Kekurangan barometer air raksa yaitu :

a) Peluang terjadinya kesalahan paralak sangat besar.

b) Tidak dapat mengetahui kapan terjadinya tekanan udara maksimum dan minimum. Berdasarkan kekurangan dari barometer air raksa tersebut, maka penulis membuat penelitian rancangan alat tekanan udara (atmosfer) digital yang akan membantu observer (pengamat cuaca) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan khususnya dalam membaca tekanan udara (atmosfer) dengan lebih mudah dan lebih akurat.

2.3 Sensor HP03

Sensor HP03 adalah sensor yang dapat mendeteksi tekanan udara. Jangkauan tekanan udara yang dapat dibaca oleh sensor adalah 300hPa hingga 1100hPa dengan resolusi 0.1hPa. Spesifikasi sensor antara lain :

- Sumber catu daya menggunakan tegangan 4,5 - 5,5 Volt. - Range sensor tekanan udara 300 - 1100 hpa (hectopascal). - Akurasi sensor tekanan udara ± 1,5 hpa.


(35)

- Range sensor temperatur -20 - 60 °C. - Akurasi sensor temperatur ± 0,8 °C. - Resolusi sensor temperatur 0,1 °C.

- Pin Input/Output kompatibel dengan level tegangan TTL dan CMOS. - Dilengkapi dengan antarmuka UART TTL dan I2C.

- Dilengkapi dengan jumper untuk pengaturan alamat, sehingga bisa dicascade

sampai 8 modul tanpa perangkat keras tambahan (untuk satu master

menggunakan antarmuka I2C).

Berikut ini adalah gambar skematik sensor HP03 :

Gambar 2.2 Skematik Sensor HP03

Konektor I/O PORT (J1) berfungsi sebagai konektor untuk catu daya modul, antarmuka UART TTL, dan antarmuka I2C. Berikut ini adalah tabel fungsi pin pada sensor HP03 :


(36)

Tabel 2.1 Fungsi Pin Pada Sensor HP03

Pin Nama Fungsi

1 GND Titik referensi untuk catu daya input

2 VCC Terhubung ke catu daya

3 RXD Input serial level TTL ke modul

4 TXD Output serial level TTL dari modul

5 MAIN SDA I2C-bus data input/output

6 MAIN SCL I2C bus-clock input

2.4 Mikrokontroller

Mikrokontroller adalah suatu sistem komputer lengkap dalam satu chip. Lengkap dalam artian memiliki unit CPU, port I/O (paralel dan serial), timer, counter, memori RAM untuk penyimpanan data saat eksekusi program, dan ROM tempat dari mana perintah yang akan dieksekusi. Mikrokontroller merupakan teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harganya menjadi lebih murah.


(37)

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Mikrokontroller yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mikrokontroller ATMega8535. Mikrokontroler ATMega8535 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis Mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun 8 bit secara bersamaan. Pada prinsipnya program pada mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan. Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh Mikrokontroler ATMega8535 adalah sebagai berikut :

a. Sebuah Central Processing Unit 8 bit. b. Osilatc : Internal dan rangkaian pewaktu. c. RAM internal 128 byte.


(38)

e. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi internal).

f. Empat buah programmable port I/O yang masing – masing terdiri dari delapan buah jalur I/O.

g. Sebuah port serial dengan control serial full duplex UART.

h. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika.

Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah.

a. Memori program

ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte yang terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian program boot dan bagian program aplikasi.

b. Memori data

ATmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM. ATmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM.


(39)

b. Memori EEPROM

ATmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte yang terpisah dari memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat diakses dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM

Address, register EEPROM Data, dan register EEPROM Control. Untuk mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data eksternal, sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM.

ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATmega8535 dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input. Selain itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel, sehingga dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri. ATmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai sumber interupsi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya.

Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi serial syncrhronous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh ATmega8535. Universal Syncrhronous and Asyncrhronous Serial Receiver and Transmitter (USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki oleh ATmega8535. USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data baik antar mikrokontroler maupun dengan


(40)

modul-modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART. USART memungkinkan transmisi data baik secara syncrhronous maupun asyncrhronous,

sehingga dengan memiliki USART pasti kompatibel dengan UART. Pada ATmega8535, secara umum pengaturan mode syncrhronous maupun asyncrhronous

adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada sumber clock saja. Jika pada mode

asyncrhronous masing-masing peripheral memiliki sumber clock sendiri, maka pada mode syncrhronous hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian, secara hardware untuk mode asyncrhronous hanya membutuhkan 2 pin yaitu TXD dan RXD, sedangkan untuk mode syncrhronous harus 3 pin yaitu TXD, RXD dan XCK. Berikut iniadalah gambar konfigurasi IC Mikrokontroller ATMega8535 :


(41)

Penjelasan Pin :

1. VCC : Tegangan Supplay (5 volt) 2. GND : Ground

3. RESET : Input reset level rendah pada pin ini selama lebih dari panjang pulsa minimum akan menghasilkan reset, walaupun clock sedang berjalan.

4. XTAL1 : Input penguat osilator inverting dan input pada rangkaian operasi

clock internal.

5. XTAL2 : Output dari penguat osilator inverting.

6. AVCC : Pin tegangan suplay untuk port A dan ADC. Pin ini harus dihubungkan ke VCC walaupun ADC tidak digunakan, maka pin ini harus dihubungkan ke VCC melalui low pass filter.

7. AREF : Pin referensi tegangan analaog untuk ADC. 8. Port A (PA0-PA7)

Merupakan pin input/output dua arah dan pin masukan ADC. 9. Port B (PB0-PB7)

Merupakan pin input/output dua arah dan dan pin fungsi khusus pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port B

Pin Fungsi Khusus

PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB6 MISO (SPI Bus Master Input/ Slave Output) PB5 MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input)


(42)

PB3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match

Output)

PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input) PB1 T1 (Timer/ Counter1 External Counter Input) PB0 T0 T1 (Timer/Counter External Counter Input)

XCK (USART External Clock Input/Output)

10.Port C (PC0-PC7)

Merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port C

Pin Fungsi khusus

PC7 TOSC2 ( Timer Oscillator Pin2)

PC6 TOSC1 ( Timer Oscillator Pin1)

PC5 Input/Output

PC4 Input/Output

PC3 Input/Output

PC2 Input/Output

PC1 SDA ( Two-wire Serial Buas Data Input/Output Line)


(43)

11.Port D (PD0-PD7)

Merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Fungsi Khusus Port D

Pin Fungsi khusus

PD7 OC2 (Timer/Counter Output Compare Match Output)

PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin)

PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match Output) PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Output)

PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)

PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input)

PD1 TXD (USART Output Pin)


(44)

BAB III

RANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Rangkaian

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian TEKANAN

UDARA

SENSOR HP03

DRIVER RS232

CPU MONITOR/

DISPLAY

STORAGE ATMEGA

8535


(45)

Gambar di atas merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa komponen. Dalam hal ini tiap-tiap komponen dari rangkaian mempunyai fungsi masing-masing. Adapun komponen-komponen dalam rangkaian tersebut antara lain :

1. Sensor

Sensor tekanan udara yang digunakan adalah sensor HP03 buatan innovative electronics. Sensor ini menggunakan interface I2C untuk komunikasi dengan mikrokontroller. Sensor menghasilkan data serial dengan mengirim perintah agar sensor mulai mengkonversi. Resolusi sensor sebesar 16 bit yang dibagi menjadi 2 byte data. Berikut ini adalah gambar rangkaian sensor :


(46)

Pin 5 merupakan pin untuk input/output data serial dan pin 6 untuk input serial clock. Pin TXD dan RXD pada sensor tidak digunakan karena pin TXD dan pin RXD pada mikrokontroller sudah digunakan ke komputer pada pin PD0 dan PD1. Untuk pembacaan tekanan udara, mikrokontroller akan mengirim kode untuk start pada register sensor dan membaca data 16 bit dalam 2 byte data.

Pada antarmuka I2C ini, modul sensor bertindak sebagai slave dengan alamat sesuai dengan telah ditentukan sebelumnya melalui pengaturan jumper ( pin 5-6). Antarmuka I2C pada modul sensor mendukung bit rate sampai dengan maksimum 100 kHz. Semua perintah yang dikirim melalui antarmuka I2C diawali dengan start condition dan kemudian diikuti dengan pengiriman 1 byte alamat modul sensor. Setelah pengirimanalamat, selanjutnya master harus mengirim 1 byte data yang berisi <nomor perintah> dan (jika diperlukan) 1 byte data parameter perintah. Selanjutnya, setelah seluruh parameter perintah telah dikirim, urutan perintah diakhiri dengan stop condition.

Berikut ini urutan yang harus dilakukan untuk mengirimkan perintah melalui antarmuka I2C :


(47)

Jika perintah yang telah dikirimkan merupakan perintah yang meminta data dari modul sensor, maka data-data tersebut dapat dibaca dengan menggunakan urutan perintah baca. Berikut urutan yang harus dilakukan untuk membaca data dari sensor :

Sebuah data parameter yang memiliki range lebih besar dari 255 desimal (lebih besar dari 1 byte) dikirim/diterima secara dua tahap. Satu byte data MSB dikirim/diterima lebih dahulu kemudian diikuti dengan data LSB. Misalnya parameter <P16bit> yang memiliki range 3000 - 11000. Jika <P16bit> bernilai 1234 maka byte MSB yang dikirim/diterima adalah 4 dan byte LSB yang dikirim/diterima adalah 210 ((4*256) + 210 = 1234).

2. Mikrokontroller

Mikrokontroller yang digunakan pada rancangan ini adalah ATMega8535. Konfigurasi pin pada rangkaian telah diperlihatkan pada Gambar 2.2. Karena rancangan hanya membutuhkan input dari sensor dan output serial untuk mengirim data ke server, sehingga port yang digunakan dalam rancangan ini yaitu port C. Port C yang merupakan masukan (input) digunakan PC0 dan PC1 pada pin 22 dan pin 23, sedangkan port D untuk keluaran serial digunakan PD1 pada pin 15. Kristal pada pin


(48)

12 dan 13 berfungsi membangkitkan clock untuk pulsa mikrokontroller. Sedangkan pin 9 adalah pin untuk mereset mikrokontroller. Untuk masukan catu daya dihubungkan pada pin 10 dan pin11 sebagai ground mikrokontroller. Mikrokontroller diprogram dengan menggunakan bahasa C yaitu editor CV AVR. Berikut ini adalah gambar rangkaian mikrokontroller ATMega 8535 :


(49)

3. Konverter RS232

Konverter RS232 adalah suatu komponen yang berfungsi mengkonversi level komunikasi serial. Seperti diketahui terdapat 2 jenis level komunikasi pada rangkaian mikrokontroller dengan komputer yaitu level TTL dengan level RS232. Penggunaan konverter ini mutlak dilakukan agar kedua piranti dapat berkomunikasi satu sama lain. Konfigurasi input-output diperlihatkan pada gambar dimana pin 11 dan pin 12 merupakan pin level TTL untuk input dan output sedangkan pin 13 dan 14 untuk level RS232. Rentang tegangan untuk level TTL adalah 0 Volt untuk logika 0 dan 5 Volt untuk logika 1. Sedangkan untuk level RS232 tegangan +12Volt untuk logika 0 dan -12 Volt untuk logika 1. Tipe IC RS232 yang digunakan adalah HIN232. Gambar rangkaian konverter RS232 adalah sebagai berikut :

10uF/25V 10uF/25V 8 12 1 3 4 5 2 6 13 2 5 3 11 14 16 Vcc Gnd + 5V + 5V

DB-9

M

A

X

2

3

2

Dari Mikrokontroller


(50)

4. Komputer Server

Dalam hal ini, komputer server bukan bagian dari rancangan melainkan sebagai piranti pembantu untuk merealisasikan sistem monitoring dimana komputer diprogram untuk membaca data dari rangkaian dan menampilkan berupa besaran tekanan udara secara visual pada layar monitor. Komputer diprogram dengan menggunakan bahasa basic yaitu VB 6.0. Untuk keterangan lebih lengkap mengenai program komputer akan dijelaskan pada bagian berikutnya.


(51)

3.2 Diagram Alir Sistem Pengukur Tekanan Udara

Gambar 3.5 Diagram Alir Sistem Pengukur Tekanan Udara

Keterangan diagram alir :

Diagram di atas merupakan diagram alir dari sistem pengukur tekanan udara. Diagram menggambarkan aliran proses untuk satu siklus kerja mulai dari awal hingga

START

INISIALISASI PORT SERIAL DAN INISIALISASI PORT I2C , ISI NILAI

AWAL PORT

BACA DATA (OUTPUT SENSOR TEKANAN UDARA) PADA PORT D

KIRIM DATA SENSOR KE PC MELALUI PORT SERIAL


(52)

selesai. Pada saat start, program akan menginisialisasi port-port yaitu port serial dan penggunaan port lainnya, termasuk I2C. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan data, sensor yang terhubung pada masukan digital yaitu port D bit 0. Data yang terbaca akan dikirimkan ke komputer (PC) melalui port serial.


(53)

Gambar 3.6 Diagram Alir Program Visual Basic 6.0

YA

TIDAK START

TAMPILKAN MENU “GRAPHICAL USER INTERFACE (GUI)

BACA DATA INPUT (TEKANAN UDARA) MELALUI I2C

KALIBRASI DATA INPUT KE NILAI SEBENARNYA

STOP TAMPILKAN PADA LAYAR MONITOR

BESAR TEKANAN UDARA YANG TERUKUR

BACA TEKANAN


(54)

Keterangan diagram alir di atas :

Diagram alir di atas menjelaskan diagram kerja program komputer yaitu Visual Basic 6.0 dimulai dengan start yaitu tampilan menu graphical user interface (GUI) pada monitor dan dilanjutkan dengan pembacaan data input melalui port serial PC. Data tersebut kemudian diproses yaitu dikalibrasi untuk mendapatkan nilai tekanan udara sebenarnya kemudian ditampilkan pada layar monitor yang berfungsi sebagai output sistem.

3.4 Program

3.4.1 Bahasa Pemograman ATMega 8535

Pemrograman mikrokontroler ATmega 8535 dapat menggunakan low level language (assembly) dan high level language (C, Basic, Pascal, JAVA,dll) tergantung compiler

yang digunakan (Widodo Budiharto, 2006). Bahasa Assembler mikrokontroler AVR memiliki kesamaan instruksi, sehingga jika pemrograman satu jenis mikrokontroler AVR sudah dikuasai, maka akan dengan mudah menguasai pemrograman keseluruhan mikrokontroler jenis mikrokontroler AVR. Namun bahasa assembler relatif lebih sulit dipelajari dari pada bahasa C.

Bahasa C memiliki keunggulan dibanding bahasa assembler yaitu independent

terhadap hardware serta lebih mudah untuk menangani project yang besar. Bahasa C memiliki keuntungan-keuntungan yang dimiliki bahasa assembler (bahasa mesin),


(55)

hampir semua operasi yang dapat dilakukan oleh bahasa mesin, dapat dilakukan dengan bahasa C dengan penyusunan program yang lebih sederhana dan mudah.

Pemograman bahasa C pada mikrokontroller adalah sebagai berikut :

#include <mega8535.h> #include <delay.h>

#include <stdio.h>

// I2C Bus functions #asm

.equ __i2c_port=0x12 ;PORTD .equ __sda_bit=2

.equ __scl_bit=3 #endasm

#include <i2c.h>

unsigned char temp1,temp2;

unsigned int temperatur,pressure;

2

3


(56)

UCSRA=0x00; UCSRB=0x18; UCSRC=0x86; UBRRH=0x00; UBRRL=0x19; i2c_init();

delay_ms(250);

while (1) {

i2c_start(); // Start Condition i2c_write(0xE0); // Tulis ke modul DT-SENSE i2c_write(0x00); // Perintah baca data tekanan i2c_stop(); // Stop Condition

delay_ms(15); // delay 15 ms

6

7 4


(57)

i2c_start(); // Start Condition

i2c_write(0xE1); // Baca ke modul DT-SENSE temp1 = i2c_read(1);

temp2 = i2c_read(0);

i2c_stop(); // Stop Condition delay_ms(15); // delay 15 ms

// printf("%i",temp1); // delay_ms(1000); // printf("%i",temp2);

pressure = temp1*256 + temp2; printf("%i",pressure);

delay_ms(250);

};

Keterangan program :

8


(58)

1. Perintah mengikutsertakan file I2C 2. Perintah menginisialisasi I2C 3. Deklarasi variabel yang digunakan 4. Proses inisialisasi port serial 5. Pemanggilan rutin inisialisasi I2C

6. Perintah untuk mengirim data ke modul sensor untuk membaca tekanan udara yaitu menulis kode E0 disupply 00.

7. Tundaan waktu 15 milidetik untuk menunggu proses konversi tekanan selesai. 8. Perintah untuk membaca data sensor 16 bit yang terbagi menjadi dua yaitu

byte rendah dan byte tinggi yang masing-masing disimpan pada variable temp1 dan temp2 kemudian mengirim perintah stop untuk menghentikan komunikasi I2C.

9. Perintah untuk mengkonversi 16 bit data yang terkode dalam bilangan hexa menjadi desimal dan mengirimkannya ke komputer melalui port serial.

3.4.2 Pemograman Bahasa Visual Basic 6.0 Pada Komputer

Pemograman bahasa visual basic 6.0 digunakan untuk menampilkan data tekanan udara yang terukur dan menyimpan data tekanan udara ke storage PC. Data yang tersimpan di PC dapat ditampilkan kembali dalam format excel. Berikut ini adalah


(59)

Dim Dtime(1 To 100000), DPreasure(1 To 100000) As Single

Dim cal As Single Dim data As String Dim i, j As Integer

Dim oXL As Excel.Application

Private Sub Command1_Click() Timer3.Enabled = False

Set oXL = New Excel.Application Set oxlbook = oXL.Workbooks.Add FileName = "C:\Data\" + Text3

oxlbook.Worksheets(1).Range("A1") = " Waktu " oxlbook.Worksheets(1).Range("C1") = " Tekanan udara " oxlbook.SaveAs FileName

For i = 2 To j

oxlbook.Worksheets(1).Range("A" & i) = Dtime(i) oxlbook.Worksheets(1).Range("C" & i) = DPreasure(i) Next i

1


(60)

On Error GoTo 1

oxlbook.SaveAs FileName oxlbook.Close

1:

End Sub

Private Sub Command2_Click() Timer3.Enabled = True

End Sub

Private Sub Command4_Click() Unload Me

End Sub

3


(61)

Private Sub Form_Load() With MSComm1

If .PortOpen = True Then .PortOpen = False .CommPort = 1

.Settings = "9600,n,8,1" .DTREnable = True

.RTSEnable = True .RThreshold = 1 .SThreshold = 0 .PortOpen = True

End With cal = Text2 End Sub

Private Sub Text2_Change() If Text2 = "" Then

cal = 1 End If cal = Text2 End Sub

5


(62)

Private Sub Timer3_Timer() j = j + 1

Dtime(j) = Text4 DPreasure(j) = Text1 End Sub

Private Sub Timer4_Timer() Text4 = Time

End Sub

Private Sub Timer5_Timer() x = MSComm1.Input

If x <> "" Then If x > 2000 Then

Text1 = (x / 10) * cal End If

End If

7

8


(63)

Keterangan program visual basic 6.0 diatas adalah sebagai berikut : 1. Deklarasi variable yg digunakan.

2. Merupakan perintah untuk menyimpan file pada database excel yaitu waktu dan tekanan udara yg terdeteksi, dimana jumlah data yg disimpan adalah sama dengan j sbagai counter jumlah data. Nama file yang disimpan berada pada filename. Setelah penyimpanan file data base excel harus dtitutup.

3. Perintah untuk mengaktifkan timer 3. 4. Perintah untuk menutup program.

5. Perintah untuk membuka port pada saat form diaktifkan dan mengisi konstanta kalibrasi yg ada pada text 2.

6. Jika text 2 berubah yaitu kalibrasi maka konstanta kalibrasi disesuaikan dengan perubahan pada text 2.

7. Merupakan timer untuk mengakuisisi data tiap satu menit yaitu data waktu atau jam dan tekanan yg terukur dan disimpan pada variable array Dtime dan Dpressure.

8. Timer untuk menampilkan jam tiap detik pada text 4.

9. Timer 5 adalah timer untuk sesi pembacaan data melalui port serial dengan penyaringan dan kalibrasi artinya jika x lebih kecil dari 2000 memberi arti data yg terbaca tidak valid karena diluar jangkauan sensor dengan demikian data tersebut tidak akan ditampilkan. Text1 = x/10 *cal adalah perintah untuk mengkalibrasi data yg dikirim oleh sensor dan menampilkannya pada monitor yaitu text 1


(64)

BAB IV

DATA DAN ANALISA DATA

4.1Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa data penting antara lain :

4.1.1 Pengambilan Data Test Point RangkaianMikrokontroller ATMega8535

Tabel 4.1 Data Test Point MikrokontrollerATMega 8535

KAKI TEGANGAN (VOLT)

1 5,00

2 5,00


(65)

4 5,00

5 5,00

6 5,00

7 5,00

8 5,00

9 5,02

10 5,02

11 0,00

12 0,78

13 0,82

14 5,05

15 3,39

16 0,50

17 0,52

18 0,53

19 0,50


(66)

21 0,71

22 0,00

23 0,55

24 0,70

25 0,71

26 0,57

27 0,55

28 0,56

29 0,57

30 5,04

31 0,00

32 5,04

33 0,56

34 0,55

35 0,54

36 0,55


(67)

38 0,55

39 0,55

40 0,07

4.1.2 Pengambilan Data Test Point IC HIN 232

Tabel 4.2 Data Test Point IC HIN 232

KAKI TEGANGAN (VOLT)

1 6,96

2 9,08

3 2,40

4 4,55

5 4,56

6 8,67

7 8,66


(68)

9 5,04

10 3,92

11 3,42

12 5,04

13 0,00

14 3,11

15 0,00

16 5,04

4.1.3 PengujianPengiriman Data Serial Pada Interface RS232

Pengujian pengiriman data serial pada interface RS232 (level RS232 dan level TTL) menggunakan osiloskop. Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinark atode. Peranti pemancar electron memproyeksikan sorotan electron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontiniu sehingga dapat


(69)

Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang tepat dari sinyal listrik. Selain sinyal amplitudo, osiloskop dapat menunjukkan distorsi, waktu antara dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan waktu relatif dari dua sinyal terkait. Semua alat ukur elektronik bekerja berdasarkan sampel data dimana semakin tinggi sampel data, semakin akurat peralatan elektronik tersebut.

Osiloskop yang digunakan adalah tipe UTD2052CL dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Frekuensimaksimum 50Mhz 2. Teganganukurmaksimum 500 Volt 3. Waktunaik ≤ 7ns

4. Real-time Sampling Rate 500MS/s 5. Sensitifitasvertikal1mV ~ 20V/div 6. Panjangrekammaksimum 2 x 600k 7. Scan Time Base 5ns ~ 50s/div

8. Berfungsimengukurfrekuensi,amplitudo, dan menampilkan bentuk gelombang listrik

9. Dapatmengukurduagrafiksekaligus

Osiloskop pada umumnya juga mempunyai sampel data yang sangat tinggi, oleh karena itu osiloskop merupakan alat ukur elektronik yang mahal. Jika sebuah osiloskop mempunyai sampel rate 10 Ks/s (10 kilo sample/second = 10.000 data per detik), maka alat ini akan melakukan pembacaan sebanyak 10.000 kali dalam sedetik. Jika yang diukur adalah sebuah gelombang dengan frekuensi 2500Hz, maka setiap sampel akan memuat data ¼ dari


(70)

sebuah gelombang penuh yang kemudian akan ditampilkan dalam layar dengan grafik skala XY.

Berikut ini adalah gambar grafik hasil pengukuran keluaran IC Max 232 pada level RS232 menggunakan osiloskop UTD2052CL :

Gambar 4.1 Grafik Hasil Keluaran IC Max 232 level RS232

Gambar 4.1 di atas menunjukkan grafik hasil pengukuran keluaran IC Max232 yaitu level RS232 yang merupakan data serial yang dikirim oleh mikrokontroller ke komputer. Tegangan yang dihasilkan pada pengujian ini adalah 5 Volt. Dari gambar grafik dan tegangan yang dihasilkan diperoleh nilai amplitudo sebesar 15.


(71)

Untuk grafik hasil pengukuran terhadap keluaran data serial mikrokontroller pada level TTL dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.2 Grafik Hasil Keluaran IC Max 232 level TTL

Gambar 4.2 memnunjukkan nilai tegangan yang dihasilkan sebesar 2 Volt. Dari gambar grafik dan tegangan yang dihasilkan diperoleh nilai amplitude sebesar 5.


(72)

Gambar 4.3 Tampilan Tekanan Udara Pada Monitor PC (Personal Computer)

4.1.4 Pengujian Data TekananUdara

Sebagai pengujian ketelitian alat ukur ini, dilakukan pengukuran terhadap tekanan udara. Pada pengukuran ini menggunakan alat yaitu barometer air raksa tipe Kew Pattern di Stasiun Meteorologi Polonia yang kemudian datanya dibandingkan dengan alat ukur tekanan udara yang telah dibuat.

Untuk inisialisasi awal, nilai tekanan udara pada alat dibandingkan dengan barometer air raksa di Stasiun Meterorologi Polonia pada satu waktu yang sama. Pada saat pengukuran, barometer air raksa menunjukkan nilai tekanan udara 1007,4HPa sedangkan alat yang dibuat menunjukkan nilai tekanan udara 1005,0HPa. Dari kedua nilai tekanan udara tersebut, diperoleh nilai konstanta kalibrasi :


(73)

Setelah nilai tekanan pada alat dikalikan dengan nilai konstanta kalibrasi, maka dilakukan pengukuran tekanan udara sebanyak 20 kali pengukuran dan dicari nilai persen kesalahan dan deviasinya dengan rumus sebagai berikut :

% Kesalahan =

|

|

x 100% dan

Deviasi = Pa -Pb

Dimana :

Pb = Tekanan udara dari barometer air raksa Pa = Tekanan udara dari alat yang dibuat

Tabel 4.3 Pengukuran Tekanan Udara

No Pb (HPa)

(Barometer Air Raksa)

Pa (HPa) (Alat Yang Dibuat )

Deviasi % Kesalahan

1 1007,7 1007,7007 0.0007 0.00007

2 1007,6 1007,6004 0.0004 0.00004

3 1007,8 1007,8009 0.0009 0.00009


(74)

5 1007,0 1006,9989 -0.0011 0.00011

6 1006,9 1006,8987 -0.0013 0.00013

7 1008,0 1008,0013 0.0013 0.00013

8 1008,2 1008,2018 0.0018 0.00018

9 1007,5 1007,5002 0.0002 0.00002

10 1007,4 1007,3999 -0.0001 0.00001

11 1007,3 1007,2997 -0.0003 0.00003

12 1007,1 1007,0992 -0.0008 0.00008

13 1008,4 1008,4023 0.0023 0.00023

14 1005,6 1005,5999 -0.0001 0.00001

15 1005,7 1005,7000 0 0

16 1004,6 1004,5933 -0.0067 0.00067

17 1004,3 1004,2925 -0.0075 0.00075

18 1004,4 1004,3928 -0.0072 0.00072

19 1005,8 1005,7999 -0.0001 0.00001

20


(75)

Kesalahan rata – rata = n = 20

Jadi, Kesalahan rata-rata =

= 0,000166072 %

Jadi kesalahan rata-rata = 0,000166072 %

Keterangan : Nilai persen kesalahan alat sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa alat yang dibuat cukup akurat dan dapat mengimbangi akurasi pengukuran barometer air raksa.


(76)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan data dan analisis yang didapat dari pembuatan alat ukur tekanan udara menggunakan sensor HP03 dan mikrokontroller ATMega 8535, maka alat sistem monitoring tekanan udara dapat berfungsi dengan baik.

2. Alat ini telah diuji coba dan dibandingkan hasilnya dengan Barometer Air Raksa dan diperoleh kesalahan rata-rata tekanan udara sebesar 0,000166072%. 3. Berdasarkan nilai kesalahan rata-rata yang diperoleh, maka alat ukur tekanan

udara yang dibuat cukup akurat.


(77)

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Diharapkan laporan ini dan alatnya dapat bermanfaat serta dapat dikembangkan lagi.

2. Penggunaan mikrokontroller ATMega8535 dan sensor HP03 diharapkan nantinya dapat lebih efisien dan multifungsi (canggih) sesuai perkembangan zaman.


(78)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto Eko Putra. 2002. Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Azis, Muhammad. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kapasitansi Kapasitor Leyden Jar dengan Bahan Dielektrik Larutan Garam Berbasis Mikrokontroller dan Tampilan LCD. Bogor: IPB.

Bejo, Agus. 2008. C &AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroller ATMega8535. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Manalu, R, Darwis dan Sihombing, Poltak. 2011. Pemograman Visual Basic 6.0.

Medan. USU Press.

Oyj, Vaisala. 2004. Visala Hydromet™ System MAWS301 User’s Guide : Finland. Rojali. 1997. Alat-Alat Meteorologi. Jilid A. Jakarta : Balai Pendidikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika.

Yadi, Abdul. 2002. Aplikasi Visual Basic dalam Industri Manufaktur. Elex Media Komputindo : Jakarta.

http://bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Sarana_Teknis/Instrumentasi/. Diakses tanggal 10 Februari, 2013.


(79)

http://luckyhermanto.dosen.narotama.ac.id/files/2011/10/konsep-komunikasi-serial.pdf. Diakses tanggal 03 April, 2013.

http://rachmadenviro09.wordpress.com/2010/12/24/pengaruh-cuaca-pada-penerbangan/. Diakses tanggal 20 April, 2013.

http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING2012/file-TI-TeX_10.pdf. Diakses tanggal 26 April, 2013.

http://www.scribd.com/doc/148144712/91787138-Barometer-Air-Raksa. Diakses

tanggal 3 Mei, 2013.

http://id.scribd.com/doc/91787138/Barometer-Air-Raksa#download. Diakses tanggal 3 Mei, 2013.

http://dc476.4shared.com/doc/ZoHpET1_/preview.html. Diakses tanggal 5 Mei, 2013.

http://komponenelektronika.com/current-sensor-analog-sound-sensor-digital- buzzermodule/146-dt-sense-barometric-pressure-sensor-barometric-temperature-sensor-sensor-tekanan-sensor-suhu-udara-sensor-berbasis-hp03.html. Diakses tanggal 5 Mei, 2013.

http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING2012/file-TI-TeX_10.pdf. Diakses tanggal 10 Mei, 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/ATMega8535. Diakses tanggal 10 Mei, 2013. http://www.atmel.com/Images/2502s.pdf. Diakses tanggal 10 Mei, 2013.


(80)

LAMPIRAN


(81)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan data dan analisis yang didapat dari pembuatan alat ukur tekanan udara menggunakan sensor HP03 dan mikrokontroller ATMega 8535, maka alat sistem monitoring tekanan udara dapat berfungsi dengan baik.

2. Alat ini telah diuji coba dan dibandingkan hasilnya dengan Barometer Air Raksa dan diperoleh kesalahan rata-rata tekanan udara sebesar 0,000166072%. 3. Berdasarkan nilai kesalahan rata-rata yang diperoleh, maka alat ukur tekanan


(2)

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Diharapkan laporan ini dan alatnya dapat bermanfaat serta dapat dikembangkan lagi.

2. Penggunaan mikrokontroller ATMega8535 dan sensor HP03 diharapkan nantinya dapat lebih efisien dan multifungsi (canggih) sesuai perkembangan zaman.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto Eko Putra. 2002. Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Azis, Muhammad. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kapasitansi Kapasitor Leyden Jar dengan Bahan Dielektrik Larutan Garam Berbasis Mikrokontroller dan Tampilan LCD. Bogor: IPB.

Bejo, Agus. 2008. C &AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroller ATMega8535. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Manalu, R, Darwis dan Sihombing, Poltak. 2011. Pemograman Visual Basic 6.0. Medan. USU Press.

Oyj, Vaisala. 2004. Visala Hydromet™ System MAWS301 User’s Guide : Finland. Rojali. 1997. Alat-Alat Meteorologi. Jilid A. Jakarta : Balai Pendidikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika.

Yadi, Abdul. 2002. Aplikasi Visual Basic dalam Industri Manufaktur. Elex Media Komputindo : Jakarta.


(4)

http://luckyhermanto.dosen.narotama.ac.id/files/2011/10/konsep-komunikasi-serial.pdf. Diakses tanggal 03 April, 2013.

http://rachmadenviro09.wordpress.com/2010/12/24/pengaruh-cuaca-pada-penerbangan/. Diakses tanggal 20 April, 2013.

http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING2012/file-TI-TeX_10.pdf. Diakses tanggal 26 April, 2013.

http://www.scribd.com/doc/148144712/91787138-Barometer-Air-Raksa. Diakses

tanggal 3 Mei, 2013.

http://id.scribd.com/doc/91787138/Barometer-Air-Raksa#download. Diakses tanggal 3 Mei, 2013.

http://dc476.4shared.com/doc/ZoHpET1_/preview.html. Diakses tanggal 5 Mei, 2013.

http://komponenelektronika.com/current-sensor-analog-sound-sensor-digital- buzzermodule/146-dt-sense-barometric-pressure-sensor-barometric-temperature-sensor-sensor-tekanan-sensor-suhu-udara-sensor-berbasis-hp03.html. Diakses tanggal 5 Mei, 2013.

http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING2012/file-TI-TeX_10.pdf. Diakses tanggal 10 Mei, 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/ATMega8535. Diakses tanggal 10 Mei, 2013. http://www.atmel.com/Images/2502s.pdf. Diakses tanggal 10 Mei, 2013.


(5)

LAMPIRAN


(6)