Representasi Sosial Siswa Pesantren

Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan membentuk manusia yang berkarakter, yang pertama berkepribadian Islam dimana merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim. Pelajaran agama tersebut tidak selalu mengenai salat dan membaca Al- quran, tetapi juga belajar syair-syair Arab yang menjelaskan tentang agama.Di pondok pesantren hal itu biasa dilakukan atau dibacakan setelah adzan, bacaan-bacaan tersebut dalam istilah pesantren biasa disebut pujian.Maksudnya adalah syair-syair yang dibacakan merupakan pujian untuk Tuhan. Pondok pesantren memiliki etika yang berbasiskan keagamaan, etika ini harus dilakukan oleh setiap santri. Jika tidak, maka ia akan dikenai hukuman. Posisi pesantren dalam konstelasi adalah sebagai lembaga pendidikan keagamaan.Ia menekankan pada pendalaman pengetahuan agama sebagai orientasi sistem dan pola dasar pendidikannya. Posisi ini memberi identitas tertentu terhadap pesantren, bahwa ia merupakan bidang agama yang menanamkan nilai-nilai etis dan budi luhur ke dalam sikap hidup para santrinya, di samping membekalinya dengan keterampilan untuk terjun ke masyarakat nanti hingga akan mencetak kader-kader ulama yang berkualitas 6 . 6Biasanya, didalam pesantren hukuman paling berat dan menjadi puncaknya hukuman adalah dikeluarkan dari pesantrean. Pelanggaran yang biasa dikenai hukuman tersebut biasanya adalah kabur dari ponodk. Hukuman berat yang kedua adalah dipotong rambutnya hingga botak, hukuman ini adalah pelanggaran bagi santri yang keluar pondok tanpa izin pengurus pondok.Penulis sebagai lulusan dari Pondok Pesantren As-Shiddiqi Putri ASHRI Jember, memberikan contoh, bahwa ada beberapa santri yang melanggar peraturan pesantren yaitu kabur dari pondok, dan

e. Representasi Sosial Siswa Pesantren

Novel tidak bisa dikatakan menjadi representasi yang sempurna dari realitas.Akan tetapi, novel hidup dalam realitas dan ikut dalam keseluruhan realitas ini. Meski apa yang diangkat dalam realitasnya adalah sebuah realitas khayali atau rekaan, itu pun semua bersandar pada realitas yang tak jauh darinya. Bagaimanapun, pengarang novel tidak langsungbisa melepaskan dunia nyatanya karena dari sanalah sebuah dunia rekaan atau sebuah karya sastra tampil.Imajinasi menjadikan dunia nyata terkonstruksi sedemikan rupa, ditambahi atau pun dikurangi, sehingga lahir dalam sebuah bentuk yang menarik.Validitas fiksi atas wacana realitas sosial sering diperdebatkan, karena dirinya mengandung fakta imajiner atau semu.Fakta setelah diramu secara kreatif menjadi tidak faktual pada wilayah resepsi. Akan tetapi, kehadiran karya sastra dengan begini justru menarik untuk mempengaruhi segi emosi pembaca. Ahmad Fuadi sebagai seorang praktisi konservasi, novelis dan wartawan adalah salah satu pihak yang berkomitmen dalam mengangkat suatu wacana pendidikan, mencoba mensosialisikan sistem pendidikan pondok pesantren kepada publik. Persahabatan memang menjadi bagian dari perjalanan kehidupan seseorang. Biasanya, anak-anak yang berada di dalam pesantren menjalin persahabatan yang kuat, karena seringanya kebersamaan yang mereka lakukan.Persahabatan tersebut terus terjalin hingga sekeluarnya dari pesantren.Hubungan persahabatan yang melekat sangat intim utuk dipisahkan, dikunjungi oleh laki-laki yang bukan mahramnya.Hukuman yang diperoleh oleh santri tersebut adalah diberhentikan dari pondok atau diserahkan kepada orang tuanya kembali. karena persahabatan yang seperti itu berkesan sekali bagi mereka. Bedanya anak-anak pesantren dengan anak-anak di luar pesantren adalah menghabiskan waktu dengan belajar bagi anak pesantren.Kegiatan liburnya pun dihabiskan di dalam pesantren.Seperti motif biogenetis yang merupakan motif yang berasaldari kebutuhan-kebutuhan organisme seseorang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis ini bercorak universal, dan kurang terikat kepada lingkungan kebudayaan tempat manusia berada dan berkembang. Perbedaan yang sangat menonjol dari anak pesantren dan bukan anak pesantren yaitu, anak santri biasanya bangun tengah malam untuk berdoa dan belajar, tetapi untuk sebagian anak yang bukan santri hal itu jarang dilakukan.Hal ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kualitas santri dari segi keagamaan sangat bagus. Populasi pondok pesantren semakin bertambah dari tahun ke tahun, baik pondok pesantren tipe salafiyah maupun khalafiyah yang kini tersebar di penjuru tanah air. Pesatnya pertumbuhan pesantren ini akan sekan mendorong pemerintah untuk melembagakannya secara khusus, maka pendidikan pesantren dewasa ini telah mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah terutama Departemen Agama. Saat ini telah menjadi direktorat tersendiri yaitu direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pondok pesantren secara optimal terhadap masyarakat.Dengan begitu, pesantren tentu saja tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan nasional Indonesia.. Selain itu ada beberapa alternatif yang juga dikembangkan di lingkungan pesantren.Ada yang mengakomodasi sistem pendidikan formal ala sekolah umum atau madrasah dengan tetap mempertahankan sistem pendidikan pesantren, dengan memisahkan area untuk sekolah madrasah atau sekolah umum dengan area khusus untuk pesantren.Murid- murid yang bersekolah di sekolah umum pesantren tersebut mengikuti kurikulum pendidikan nasional, seperti mengikuti uas dan uan. Mereka tidak tinggal di asrama, akan tetapi tinggal di rumah masing-masing. Sementara santri yang mengikuti pendidikan pesantren tinggal di asrama dan mengikuti program pendidikan pesantren yang relatif independen dari kebijakan-kebijakan departemen agama dan pendidikan.Guru-guru yang mengajar di pondok pesantren dengan sistem seperti ini secara umum dikategorikan kepada dua kelompok yakni guru-guru yang berasal dari pesantren dan yang berasal dari luar.Umumnya, guru-guru tersebut mengjar pelajaran umum. Bentuk atau opsi ke dua adalah pesantren yang menggabungkan sistem pendidikan formal ala madrasah atau sekolah umum lainnya dengan sistem pendidikan pesantren tanpa memisahkan kelas-kelas atau area untuk ke dua sistem pendidikan yang berbeda ini.Para santri tetap tinggal di asrama, mengikuti uas dan uan dan juga mengikuti agenda-agenda kepesantrenan yang tidak terdapat di madrasah atau sekolah lainnya. Guru-guru yang mengajar di pesantren ini relatif sama dengan di atas. Bentuk pesantren yang seperti inilah yang sekarang banyak ditemui. Akomodasi pesantren terhadap sistem atau elemen pendidikan luar ini tentu saja membawa pengaruh negatif terhadap pesantren itu sendiri, kehadiran para siswa sekolah atau madrasah di lingkungan pondok pesantren sedikit banyak akan mengganggu aktifitas dan agenda- agenda kepesantrenan 7 . Para santri yang memang ingin mengecap pendidikan pesantren akan merasa tidak betah dengan kondisi yang demikian. kemungkinan terjadinya kesenjangan antara murid, guru dan pengelola pesantren dengan madrasah atau sekolah umum pesantren besar peluang terjadi. Ada juga kemungkinan bahwa pesantren akan terkucilkan. Permasalahan status pesantren di antara pesantren, madrasah dan sekolah umum tampaknya dipicu oleh sistem pendidikan nasional yang terlalu lamban mengakui ijazah pesantren yang tidak mengikuti program pendidikan nasional.Terbengkalainya agenda- agenda kepesantrenan sering bermula dari keinginan untuk menggabungkan sistem pendidikan nasional dengan sistem pendidikan pesantren. Pesantren yang begitu padat aktifitas kepesantrenan mau tidak mau harus memikirkan nasib para santri setelah 7 Dari dua pandangan yang berbeda tersebut, terlahir pula keinginan yang berbeda di kalangan para pengelola pesantren.Kelompok pertama menginginkan agar pesantren tetap mempertahankan posisinya seperti semula dengan sistem yang khas.Contohnya, pondok pesantren salafiyah, yaitu yang menyelenggarakan pengajaran Alquran dan ilmu-ilmu agama Islam, serta kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya, salah contoh peasntren yang menggunakan metode tersebut adalah Pondok Pesantren Sidogiri.Sedangkan kelompok ke dua menginginkan agar pesantren mulai mengadopsi atau mengakodmodasi sistem pendidikan sekolah atau madrasah ke dalam sistem pendidikan pesantren.Contohnya, ondok pesantren khalafiyah, yaitu pondok pesantren yang selain menyelenggarakan kegiatan pendidikan kepesantrenan, juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal sekolah, salah satu contohnya adalah Pondok Madani. sumber: http:www.blog-guru.web.id lulus dari pesantren tersebut, sementara ijazah pesantren pada umumnya kecuali akhir-akhir ini tidak diakui di perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini tentu memaksa pengelola pesantren untuk tetap mengikuti agenda Departemen Pendidikan dan Departemen Agama 8 .

4. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

0 10 15

PANDANGAN DUNIA HUMANISME RELIGIUS DALAM TRILOGI NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

2 17 29

NILAI MOTIVASI DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Nilai Motivasi dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMK Muham

0 1 18

NILAI MOTIVASI DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Nilai Motivasi dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMK Muham

0 2 14

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI:KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Pendidikan Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya dalam Pembelajaran di Madrasah

0 2 16

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI Analisis Gaya Bahasa Hiperbola Dan Personifikasi Pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi.

3 9 14

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI Analisis Gaya Bahasa Hiperbola Dan Personifikasi Pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi.

0 0 17

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA Aspek Sosial dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

Amanat Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi (Tinjauan Struktural).

0 0 6

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI

1 10 18