Pengertian Penetapan Pengadilan Anak .1 Pengertian Anak

17 sampai dengan si anak dewasa ia mempunyai hak mendapatkan perlindungan dari orang tuanya. Peran orang tua sangatlah berpengaruh terhadap keberadaan seorang anak, dimana hal tersebut sebagai unsur yang sangat menetukan dalam kehidupan umat dan bangsa di masa yang akan datang. Menurut Ahmad Kamil : Sebagai amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, anak harus senantiasa dijaga dan dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan Negara walaupun status dan kedudukan anak tersebut dilahirkan dengan cara yang berbeda. Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar- dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya yang mempunyai peran dalam melangsungkan kehidupan bangsa dan Negara. 17 Keberadan anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Masalah kedudukan anak diatur dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pokok-pokok perkawinan, yaitu pada Bab IX Pasal 42 sampai pasal 47. Pasal 42 menyatakan anak yang sah adalah anak yang dilahirkan di dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Masalah kedudukan anak diatur dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pokok-pokok perkawinan, yaitu pada Bab IX ketentuan Pasal 42 sampai dengan ketentuan Pasal 47. Pasal 42 menyatakan : “anak yang sah adalah anak yang dilahirkan di dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah itu, adalah perkawinan yang memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal 2 Undang- undang Perkawinan”. Pasal 261 KUH Perdata menyatakan bahwa : Keturunan anak-anak yang sah dapat dibuktikan dengan akta-akta kelahiran mereka sekedar telah dibukukan dalam register catatan sipil. 2.3 Penetapan Pengadilan

2.3.1 Pengertian Penetapan Pengadilan

Penetapan adalah keputusan pengadilan atas perkara permohonan volunter, misalnya penetapan dalam perkara dispensasi nikah, izin nikah, wali 17 Ahmad Kamil, Kedudukan Anak Didalam Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.7 18 adhal, poligami, perwalian, itsbat nikah, dan sebagainya. Penetapan merupakan jurisdiction valuntaria bukan peradilan yang sesungguhnya. Pada penetapan hanya ada permohon tidak ada lawan hukum, dalam hal ini hakim tidak menggunakan kata “mengadili”, namun cukup dengan menggunakan kata”menetapkan. 18 Berbeda dengan penetapan, putusan Pengadilan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan sengketa atau mengakhiri perkara perdata. 19 Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Bukan hanya yang diucapkan saja yang disebut Putusan, melainkan juga pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh Hakim di persidangan. 20 Putusan yaitu keputusan pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan adanya suatu sengketa atau perselisihan, dalam arti putusan merupakan produk pengadilan dalam perkara-perkara contentiosa, yaitu produk pengadilan yang sesungguhnya. Disebut jurisdiction contentiosa, karena adanya 2 dua pihak yang berlawanan dalam perkara penggugat dan tergugat. Adapun yang dimaksud dengan penetapan adalah keputusan pengadilan atas perkara permohonan. Penetapan merupakan jurisdiction valuntaria bukan peradilan yang sesungguhnya, karena pada penetapan hanya ada permohon tidak ada lawan hukum. Dalam penetapan. Hakim tidak menggunakan kata “mengadili”, n amun cukup dengan menggunakan kata”menetapkan”.

2.3.2 Kekuatan Hukum Penetapan Pengadilan