FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMILIHAN PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO SEBAGAI LAYANAN KESEHATAN Faktor – Faktor yang Mendukung Pemilihan Puskesmas Baki Sukoharjo sebagai Layanan Kesehatan bagi Penderita Hipertensi.

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMILIHAN PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO SEBAGAI LAYANAN KESEHATAN

BAGI PENDERITA HIPERTENSI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh : Rizky Ary Saputri

J210.151.026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMILIHAN PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO SEBAGAI LAYANAN

KESEHATAN BAGI PENDERITA HIPERTENSI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh : Rizky Ary Saputri

J210.151.026

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing :


(3)

ii PERN


(4)

(5)

iv

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMILIHAN PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO SEBAGAI LAYANAN KESEHATAN

BAGI PENDERITA HIPERTENSI

Abstrak

Penderita Hipertensi memilih layanan kesehatan Puskesmas untuk pemantauan tekanan darah dan pengobatan. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan tentang Hipertensi, dan persepsi individu terhadap layanan kesehatan dengan pemilihan layanan kesehatan di Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Desember 2016-Januari 2017 di Puskesmas Baki kota Sukoharjo. Sampel diambil dengan teknik Accidental Sampling dengan jumlah sampel sebesar 100 orang. Variabel independen yaitu pemilihan layanan kesehatan, variabel dependen adalah tingkat pendidikan, pengetahuan tentang Hipertensi, dan persepsi individu terhadap layanan kesehatan.

Instrumen penelitian berupa kuesioner. Data dianalisis dengan uji Chi Square (α <

0,05). Pada Penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi (0,841). Ada hubungan antara pengetahuan tentang Hipertensi dan persepsi individu terhadap layanan kesehatan dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi (0,001). Saran : Meningkatkan promosi program yang ada dipuskesmas kepada penderita Hipertensi.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pengetahun tentang Hipertensi, Persepsi terhadap Layanan Kesehatan, Pemilihan Layanan Kesehatan, Puskesmas.

Abstract

Hypertension patient choose healthy service as society healthy center to monitor hypertension and medical treatment. Puskesmas (Public Health Center) is the first level of health service that holds their activities comprehensively, integrally and continuously in a society which reside in a certain area. The purposes of this research is to know the correlation between the educational level, the knowledge of hypertension, and the individual perception on the health service and the preference of health service in Puskesmas Baki for the hypertension patients. Type of this research is descriptive analytical through a cross sectional approach which was conducted in December 2016 up to January 2017 in Puskesmas Baki of Sukoharjo Muncipality. Sampling was through the technique of accidental sampling which the number of sample was as many as 100 people. The independent variable was the preference of health service, meanwhile, the dependent variables were the educational level, knowledge on hypertension and the individual perception on the health service. The instrument of this research was in the form of questionnaire.


(6)

1

obtained the results that: 1) There is no correlation between the educational level and the preference of health service of Puskesmas Baki for the hypertension patients (0.841); 2) There is correlation between the knowledge on hypertension and the individual perception on the health service and the preference of health service of Puskesmas Baki for the hypertension patients (0.001). Suggestions enhance the promotion of existing programs in the Puskesmas (CHC) for patients with hypertension.

Keywords: Educational Level, Knowledge on Hypertension, Perception on Health Service, Preference of Health Service, Puskesmas.

1. PENDAHULUAN

Menurut Muhammadun (2010) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan ISH (International Society of Hypertension) dalam Nawi, Arsunan & Jallo (2006) terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahun, 7 dari setiap 10 penderita yang meninggal tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.

Hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) menyebutkan, angka kematian di Indonesia mencapai 56 juta jiwa terhitung dari tahun 2000 - 2013. Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi adalah hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia (InaSH, 2014). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun di Indonesia mencapai 25,8%.

Di Jawa Tengah kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah Hipertensi Esensial yaitu sebanyak 554.771 kasus/ 67,57% ( Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Sedangkan jumlah kunjungan penderita Hipertensi ke 12 Puskesmas di Sukoharjo tahun 2015 mencapai 34.863 penderita. Dari bulan Januari sampai Juli Puskesmas Baki mengalami peningkatan kunjungan penderita Hipertensi Esensial. Jumlah penderita Hipertensi Esensial yang memanfaatkan layanan kesehatan


(7)

2

Puskesmas Baki tahun 2015 sebanyak 1.198 kasus, sedangkan tahun 2016 dari bulan Januari sampai Juli mengalami peningkatan 23,95% menjadi 1.485 kasus (Dinas Kesehatan Sukoharjo, 2016).

Dalam penelitian Yun Chai et al (2011) tentang pemanfaatan Puskesmas untuk mengelola pasien hipertensi di Chengdu, Cina menunjukkan hasil 81,4% penderita hipertensi secara teratur menggunakan CHCs (puskesmas) untuk pemantauan hipertensi dan pengobatan di Chengdu. Masyarakat memilih puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan karena pertimbangan ekonomi dan faktor kedekatan lokasi dengan tempat tinggal mereka (Notoatmodjo, 2010).

Penyakit hipertensi memerlukan pengobatan seumur hidup sehingga dapat berkunjung ke pelayanan kesehatan puskesmas maupun lainnya untuk memantau tekanan darah ataupun berobat agar tidak menimbulkan komplikasi. Menurut Pusat Data dan Teknologi Informasi Kesehatan (Pusdatin, 2014) jumlah puskesmas meningkat sejak tahun 2010 sebesar 9.005 unit menjadi 9.731 unit pada tahun 2014. Namun demikian, peningkatan jumlah puskesmas tidak secara langsung menggambarkan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di suatu wilayah. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat digambarkan secara umum oleh indikator rasio puskesmas 30.000 penduduk.

Hasil wawancara kepada 5 pasien di Puskesmas Baki menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang Hipertensi masih ada yang belum tahu, dibuktikan saat dilakukan wawancara mereka sering bertanya terkait penyakit Hipertensi. Persepsi terhadap pelayanan kesehatan puskesmas Baki juga masih ada yang belum baik dibuktikan dengan keluhan pasien yang menunggu untuk diperiksa terlalu lama. Menurut Green kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Dua faktor pokok tersebut dibentuk oleh 3 faktor yaitu Predisposing factors (faktor predisposisi) merupakan faktor yang menjadi dasar/motivasi perilaku. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, keyakinan yang membentuk persepsi sehingga memotivasi individu untuk melakukan tindakan serta faktor demografis. Enabling factors (faktor pendukung) adalah motivasi dapat terlaksana, faktor ini mencakup ketersediaan sarana/fasilitas kesehatan, kemudahan mencapai pelayanan


(8)

3

termasuk biaya, dan lain-lain. Reinforcing factors ( faktor penguat) yang termasuk faktor penguat adalah sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan.

Dari data dan teori yang sudah dipaparkan, perlu diketahui banyaknya penderita Hipertensi yang memilih Puskesmas Baki sebagai layanan kesehatan sehingga dirasakan perlu untuk meneliti faktor-faktor yang mendukung pemilihan Puskesmas Baki Sukoharjo sebagai layanan kesehatan bagi penderita Hipertensi.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan tentang hipertensi, dan persepsi individu tentang pelayanan kesehatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian menggunakan metode pendekatan cross sectional.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi baik laki-laki maupun perempuan yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Baki, Kecamatan Baki, Kota Sukoharjo, Jawa Tengah sampai bulan Agustus 2016 sejumlah 2366 penderita.

Sampel penelitian ini adalah penderita hipertensi atau orang dengan riwayat hipertensi yang berobat ke Puskesmas sesuai kriteria sampel dengan jumlah 100 orang (rumus Lemeshow, 1997) dengan menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner dan analisa data pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Demografi Penderita Hipertensi

No Karakteristik Frekuensi Prosentase (%)

1 Umur


(9)

4 52-58 tahun 59-65 tahun Total 20 43 100 20% 43% 100% 2 Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki Total 64 36 100 64% 36% 100% 3 Pekerjaan

Swasta IRT Buruh Petani Pensiunan PNS Total 29 24 21 13 5 8 100 29% 24% 21% 13% 5% 8% 100% 4 Tingkat Pendidikan

Tinggi Menengah Dasar Total 8 14 78 100 8% 14% 78% 100%

5 Pengetahuan tentang

Hipertensi Tinggi Cukup Kurang Total 42 27 31 100 42% 27% 31% 100%

6 Persepsi Individu

terhadap Layanan Kesehatan Baik 53 47 53% 47%


(10)

5 Tidak Baik

Total

100 100%

7 Pemilihan Layanan

Kesehatan Puskesmas Baki

Memilih Tidak memilih Total

53 47 100

53% 47% 100%

Tabel 1 Menggambarkan bahwa mayoritas usia responden adalah 59-65 tahun sebanyak 43 responden dengan prosentase 43 %. Jenis kelamin responden yang mendominasi adalah perempuan sebanyak 64 responden dengan prosentase 64 % dan pekerjaan responden sebagian besar adalah swasta sebanyak 29 responden dengan prosentase 29 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden umumnya berpendidikan dasar (SD dan SMP) sebanyak 78 responden dengan prosentase 78 %. Pengetahuan tentang hipertensi responden sebagian besar adalah baik sebanyak 42 responden dengan prosentase 42 %. Persepsi individu terhadap layanan kesehatan puskesmas Baki yang mendominasi adalah baik sebanyak 53 respoden dengan prosentase 53 %. Pemilihan layanan kesehatan sebagian besar memilih sebanyak 53 responden dengan prosentase 53 %.

Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan pemanfaatan Layanan Kesehatan

Tingkat Pendidikan

Pemanfaatan Layanan

Kesehatan TOTA

L x2 P

YA TIDAK

N % N % N %

Dasar 41 53 37 47 78 100 0,346a 0,84

1

Menengah 7 50 7 50 14 100


(11)

6

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui hasil Sig 0,841, sehingga Sig lebih dari 0,05 maka Ho diterima yang artinya tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo pada penderita Hipertensi.

Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Layanan Kesehatan Pengetahua

n tentang Hipertensi

Pemanfaatan Layanan Kesehatan TOTAL

x2 P

YA TIDAK

N % N %

Tinggi 31 74 11 26 42 100 39,08

0a

0,00 1

Cukup 20 74 7 26 27 100

Kurang 2 6 29 94 31 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui hasil Sig 0,001 , sehingga Sig kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan pengetahuan tentang Hipertensi dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo.

Tabel 4. Hubungan Persepsi Penderita Hipertensi dengan Pemanfaatan Layanan Kesehatan

Persepsi Individu tentang

Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan Layanan

Kesehatan TOTAL

x2 P

YA TIDAK

N % N %

Baik 48 91 5 9 53 100 63,88

4a

0,00 1

Tidak Baik 5 11 42 89 47 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui hasil Sig 0,001 , sehingga Sig kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan persepsi individu tentang


(12)

7

pelayanan kesehatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo.

3.1Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo

Dalam hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo bagi penderita hipertensi. Penderita hipertensi yang secara rutin memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas Baki sebagian besar adalah yang memiliki pendidikan dasar (78%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Adam (2008) bahwa berdasarkan hasil analisis tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Adam pemanfaatan pelayanan kesehatan berdasarkan dari segi kondisi fisik saja.

Sebagian masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah tetapi menyadari akan pentingnya kesehatan akan berpengaruh terhadap pemanfaatan layanan kesehatan. Masyarakat yang memiliki kesadaran kesehatan akan memahami tentang cara pemeliharaan kesehatannya sehingga memanfaatkan layanan kesehatan. Hasil penelitian Safitri (2011) juga menggambarkan bahwa 47,5% masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas berpendidikan rendah.

Dalam penelitian Rumengan, Umboh, Kandou (2015) didapatkan bahwa 52,8% responden sebenarnya memiliki tingkat pendidikan tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dan layanan BPJS namun masih terdapat 65% responden yang tidak memanfaatkan Puskesmas. Purba (2012) juga menyimpulkan bahwa hasil uji statistik terhadap penelitiannya diperoleh Pvalue = 0,450 dan dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan pemanfaatan kartu Jamkesmas. Seseorang dengan tingkat pendidikan rendah tidak berarti kurang mendapatkan informasi terkait dengan penyakit yang dideritanya.

Dilihat dari meningkatnya kunjungan pasien hipertensi ke puskesmas Baki juga menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan kesehatan sudah semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh Adam dan Awunor (2014) di Southern Nigeria


(13)

8

menjelaskan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Dalam teori Green juga menyebutkan bahwa reinforcing factors juga mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan. Dilihat dari persepsi penderita hipertensi terhadap layanan kesehatan Puskesmas Baki yang sebagian besar baik juga dapat mempengaruhi pemilihan Puskesmas Baki sebagai tempat berobat.

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukan oleh Syahlan (1996) bahwa keluarga yang berpendidikan rendah pada umumnya pasrah bila gangguan kesehatan menimpa keluarganya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatan sudah berat, sehingga pencarian upaya kesehatan sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Teori ini sama dengan hasil penelitian Umar (2009), Hermanto (2009) dan Hariastuti (2002) bahwa responden yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang 4,87 kali untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dibanding dengan responden yang berpendidikan rendah. Dalam penelitian Lailatul (2015) hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.

Secara teoritis pendidikan formal akan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga apabila seseorang mempunyai pendidikan formal tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding dengan seseorang yang berpendidikan rendah (Feldstein, 1999). Pada analisis ini hanya membahas pendidikan formal dan seseorang dengan pendidikan lebih tinggi diharapkan lebih cepat dan lebih mudah memahami pentingnya kesehatan dan pemanfaatan kesehatan (L.Green dalam Notoatmojo, 2010) .Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan lebih mudah menerima pesan-pesan dan memberikan motivasi khususnya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Namun menurut Wahyuni 2012, untuk keadaan saat ini tingkat pengetahuan seseorang tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja. Tetapi, seiring dengan kemajuan tehnologi informatika sangat mempengaruhi seseorang untuk dapat memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan dimana saja sehingga pendidikan formal tidak selalu menjadi faktor yang berhubungan dengan keputusan seseorang untuk selalu memanfaatkan kesehatan di puskesmas atau tidak.


(14)

9

3.2Hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terhadap hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan pemilihan layanan kesehatan di Puskesmas Baki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasana, Darmawansyah, Muh. Yusran (2014) bahwa berdasarkan hasil analisis pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Responden yang mempunyai pengetahuan terhadap penyakit yang dideritanya akan mencari cara untuk penyembuhannya sehingga mereka memanfaatkan layanan kesehatan yang sudah ada.

Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu memiliki potensi dalam mempengaruhi pencarian serta pemanfaatan pelayanan kesehatan, sehingga semakin baik seseorang mempunyai pengetahuan terhadap penyakit yang diderita akan membuat seseorang mengetahui cara memelihara kesehatannya. Penelitian Nur Inayah Rauf (2013) di Puskesmas Kondoran, Tana Toraja yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan akan memberikan kemampuan seseorang untuk mengingat pengertian tujuan, serta manfaat pemanfaatan layanan kesehatan untuk penyakit yang dideritanya. Dalam penelitian Rose et al (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan ibu tentang risiko kehamilan berhubungan dengan pemanfaatan layanan kesehatan di Southern Tanzania.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina, Larasati, dan Kurniawan (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Rawat Inap Pajang. Mereka menjelaskan bahwa kunjungan pemerikasaan kehamilan di puskesmas kemungkinan dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti jarak, tingkat pendapatan dan lain sebagainya.


(15)

10

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi dan lingkungan. Informasi yang dapat diperoleh di rumah, sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Pemilihan pelayanan kesehatan Puskesmas Baki menurut penelitian ini sebesar 53% dengan tingkat persepsi baik. Ini menunjukkan bahwa Puskesmas Baki memberikan informasi terhadap penderita hipertensi sehingga masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan.

Secara teori Green, faktor yang menjadi dasar/motivasi perilaku seseorang salah satunya adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Saat seseorang menpunyai pengetahuan yang tinggi individu akan mencari apa yang dibutuhkan sehingga tidak hanya pasrah dengan kondisinya.

3.3Hubungan antara persepsi individu tentang pelayanan kesehatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo.

Persepsi pasien terhadap layanan kesehatan sangat penting karena pasien yang puas akan mematuhi pengobatan dan akan datang kembali (Apriyadi, Kuntjoro, Lazuardi, 2013). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi individu tentang pelayanan kesehatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan Puskesmas Baki. Apabila jasa dalam hal ini pelayanan yang dirasakan baik atau sesuai harapan pengguna jasa, maka kualitas pelayanan baik sehingga pelanggan akan cenderung mengulang dan memanfaatkan layanan kembali. Dalam penelitian Krishna, David, & Karen (2006) dengan judul “Towards patient-centered health services in India—a scale to measure patient perceptions of quality” menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dengan pemanfaatan layanan kesehatan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dikemukakan oleh Rahma, Erlina, Kurniawan (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan. Napirah & Rahman (2016) mengungkapkan bahwa masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan hanya saat mereka dalam keadaan darurat dan harus segara mendapatkan


(16)

11

pertolongan dari petugas kesehatan yang terdekat meskipun pelayanan kesehatan sudah baik.

Menurut Asrori (2009) persepsi adalah proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan dimana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Pengalaman yang baik akan membuat seseorang mengulang kesan tersebut sehingga penderita hipertensi dengan persepsi yang baik akan datang kembali ke pelayanan kesehatan yang sesuai. Dalam penelitian ini, dari penderita hipertensi dengan persepsi baik yang memilih layanan kesehatan Puskesmas Baki sebesar 91% sehingga pengalaman yang baik mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan. Dalam penelitian Agus Hufron dan Supratman (2008) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping Kota Surakarta.

Notoadmodjo (2010) mengungkapkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus. Dalam teori Anderson (1974) dalam Muzaham (2007) yang menggambarkan model sistem kesehatan, yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung (enambling) dan karakteristik kebutuhan. Persepsi individu dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai faktor pendukung seseorang memilih layanan kesehatan begitu juga dengan teori yang dikemukan oleh L W. Green. Seseorang akan menggunakan pelayanan kesehatan yang menurut pengguna baik.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

a. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi.

b. Ada hubungan antara pengetahuan tentang Hipertensi dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi.


(17)

12

c. Ada hubungan antara persepsi individu terhadap layanan kesehatan dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi. 4.2Saran

a. Meningkatkan promosi program-program yang ada dipuskesmas kepada penderita Hipertensi seperti Prolanis, Senam, dan lain sebagainya.

b. Meningkatkan komunikasi dengan pasien maupun keluarga terutama mengenai rencana dan tujuan keperawatan sehingga pasien maupun keluarga dapat memanfaatkan layanan kesehatan secara rutin.

c. Meningkatkan kedisplinan kepada karyawan sehingga dapat menumbuhkan kehandalan dan ketepatan waktu dan akhirnya pasien tidak menunggu telalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Adam. (2008). Analisis Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Suku Bajo di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara Tahun 2008. Mei 18, 2012. Jurnal

Kesehatan Universitas Muslim Indonesia.

http://BarlinAdam/journal.umi.ac.id/jurnal-kesehatan-masyarakat-universitas-muslim-indonesia

Adam, V. Y., & Awunor, N. S. (2014). Perceptions and factors affecting utilization of health services in a rural community in Southern Nigeria. Journal of Medicine and Biomedical Research, 13(2), 117-124.

Apriyanto, R. H., Kuntjoro, T., & Lazuardi, L. (2013). Implementasi kebijakan subsidi pelayanan kesehatan dasar terhadap kualitas pelayanan puskemas di Kota Singkawang. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2 (4), 180-188. Asrori, M. (2009). Psikologi Pembelajara. Bandung : CV Wacana Prima

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta.

Chai, Y., Xu, H., Wang, W., Liu, B., Yang, D., Fan, H., ...& Lu, Z. (2011). A Survey of factors associated with the utilization of community health centers for managing hypertensive patients in Chengdu, China. Plos one, 6(7), e21718 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Buku Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah tahun 2012.

Dinas Kesehatan Sukoharjo. (2016). Rekapitulasi Kunjungan Diagnosis Per Kecamatan.

Erlina, R., Larasati, T. A., & Kurniawan, B. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas rawat inap Panjang Bandar Lampung.Majority, 2(4).

Feldstein, P. J. (1999). Health Care Economics. 5th Ed. Albany, New York: Delmar Publisher.

Green, L., Kreuter, M. W. (2005). Health Program Planning; An Educational and Ecological Aprroach New York; Mc. Graw-hill Comp. Inc.


(18)

13

Hariastuti. (2002). Karakteristik ibu hamil yang memanfaatkan Pelayanan Antenatal Care (ANC) serta hubungannya dengan kelengkapan kunjungan ANC di Puskesmas Kota Bandung Jawa Barat tahun 2001. Skripsi. Depok. FKMUI.

Hasana, U., & Amir, M. Y. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Antara Kota Makassar.

Hermanto. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat Pemanfaatan kartu Jamkesmas di Poliklinik Umum dan Spesialis Penyakit Dalam RSUD Melawai tahun 2009. Skripsi. Depok. FKMUI

Hufron, A & Supratman. (2008). Analisis hubungan Persepsi pasien tentang Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasanan Pasien di Puskesmas Penumping Kota Surakarta. Berita Imu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 1 No. 3, September 2008: 119-124.

Indonesian Society of Hypertension. (2014). INASH Scientific Meeting Ke-8 dan Tips Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian Pertama di Indonesia.

Lailatul, M. N. U. R. (2015). Analisis Pemekaran Desa Terhadap Percepatan Pembangunan Infrastuktur (Studi Pada Desa Ringinputih Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

Napirah, M. R., Rahman, A., & Tony, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso. Jurnal Pengembangan Kota, 4(1), 29-39.

Nawi, R., Arsunan, A & Jallo, K. (2006). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Dewasa Muda di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia : 2 : 45.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehata n. Jakarta : Rineka Cipta

___________. (2007). Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. ___________ . (2003). Prisnip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta

: Rineka Cipta

Mpembeni, R. N., Killewo, J. Z., Leshabari, M. T., Massawe, S. N., Jahn, A., Mushi, D., & Mwakipa, H. (2007). Use pattern of maternal health services and determinants of skilled care during delivery in Southern Tanzania: implications for achievement of MDG-5 targets. BMC pregnancy and childbirth, 7(1), 29. Muhammadun. (2010). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian

Epidemologi. (http://www.cermin dunia Kedokteran. com/index.php?option=com content & task=view&id=38&itemid=12)

Muzaham, F. (2007). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Pusat Data dan Teknologi Informasi Kesehatan. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Diunduh profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf tanggal 22 September 2016


(19)

14

Rumengan, D. S., Umboh, J. M. L., & Kandou, G. D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada peserta BPJS kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. JIKMU, 5(2).

Rao, K. D., Peters, D. H., & Bandeen-Roche, K. (2006). Towards patient-centered health services in India—a scale to measure patient perceptions of quality. International Journal for Quality in Health Care, 18(6), 414-421.

Rauf, N. I. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar Tahun 2013. Safitri, D. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan Puskesmas Sukmajaya oleh peserta Jamkesmas di Kota Depok Propinsi Jawa Barat tahun 2011. Tesis. FKM UI.

Syahlan. (1996). Kebidanan Komunitas. Jakarta : Yayasan Sumber Bina Kesehatan.

Trimurthy, I. (2008). Analisis Hubungan Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Pandanaran Kota Semarang (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Umar, L. (2009). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pelayanan Kesehatan Dengan Pemanfaatannya dalam Bersalin di Desa Terbanggi Ilir Kecamatan Bandar Mataram Lampung Tengah Tahun 2007. Jurnal Kesehatan “Metro Sai

Wawai” vol II No. 1 Edisi Juni 2009. ISSN : 19779-469X.

Wahyuni, N. S. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sumberejo Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (FKM UI 2012)


(1)

9

3.2Hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terhadap hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan pemilihan layanan kesehatan di Puskesmas Baki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasana, Darmawansyah, Muh. Yusran (2014) bahwa berdasarkan hasil analisis pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Responden yang mempunyai pengetahuan terhadap penyakit yang dideritanya akan mencari cara untuk penyembuhannya sehingga mereka memanfaatkan layanan kesehatan yang sudah ada.

Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu memiliki potensi dalam mempengaruhi pencarian serta pemanfaatan pelayanan kesehatan, sehingga semakin baik seseorang mempunyai pengetahuan terhadap penyakit yang diderita akan membuat seseorang mengetahui cara memelihara kesehatannya. Penelitian Nur Inayah Rauf (2013) di Puskesmas Kondoran, Tana Toraja yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan akan memberikan kemampuan seseorang untuk mengingat pengertian tujuan, serta manfaat pemanfaatan layanan kesehatan untuk penyakit yang dideritanya. Dalam penelitian Rose et al (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan ibu tentang risiko kehamilan berhubungan dengan pemanfaatan layanan kesehatan di Southern Tanzania.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina, Larasati, dan Kurniawan (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Rawat Inap Pajang. Mereka menjelaskan bahwa kunjungan pemerikasaan kehamilan di puskesmas kemungkinan dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti jarak, tingkat pendapatan dan lain sebagainya.


(2)

10

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi dan lingkungan. Informasi yang dapat diperoleh di rumah, sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Pemilihan pelayanan kesehatan Puskesmas Baki menurut penelitian ini sebesar 53% dengan tingkat persepsi baik. Ini menunjukkan bahwa Puskesmas Baki memberikan informasi terhadap penderita hipertensi sehingga masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan.

Secara teori Green, faktor yang menjadi dasar/motivasi perilaku seseorang salah satunya adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Saat seseorang menpunyai pengetahuan yang tinggi individu akan mencari apa yang dibutuhkan sehingga tidak hanya pasrah dengan kondisinya.

3.3Hubungan antara persepsi individu tentang pelayanan kesehatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo.

Persepsi pasien terhadap layanan kesehatan sangat penting karena pasien yang puas akan mematuhi pengobatan dan akan datang kembali (Apriyadi, Kuntjoro, Lazuardi, 2013). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi individu tentang pelayanan kesehatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan Puskesmas Baki. Apabila jasa dalam hal ini pelayanan yang dirasakan baik atau sesuai harapan pengguna jasa, maka kualitas pelayanan baik sehingga pelanggan akan cenderung mengulang dan memanfaatkan layanan kembali. Dalam penelitian Krishna, David, & Karen (2006) dengan judul “Towards patient-centered health services in India—a scale to measure patient perceptions of quality” menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dengan pemanfaatan layanan kesehatan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dikemukakan oleh Rahma, Erlina, Kurniawan (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan. Napirah & Rahman (2016) mengungkapkan bahwa masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan hanya saat mereka dalam keadaan darurat dan harus segara mendapatkan


(3)

11

pertolongan dari petugas kesehatan yang terdekat meskipun pelayanan kesehatan sudah baik.

Menurut Asrori (2009) persepsi adalah proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan dimana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Pengalaman yang baik akan membuat seseorang mengulang kesan tersebut sehingga penderita hipertensi dengan persepsi yang baik akan datang kembali ke pelayanan kesehatan yang sesuai. Dalam penelitian ini, dari penderita hipertensi dengan persepsi baik yang memilih layanan kesehatan Puskesmas Baki sebesar 91% sehingga pengalaman yang baik mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan. Dalam penelitian Agus Hufron dan Supratman (2008) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping Kota Surakarta.

Notoadmodjo (2010) mengungkapkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus. Dalam teori Anderson (1974) dalam Muzaham (2007) yang menggambarkan model sistem kesehatan, yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung (enambling) dan karakteristik kebutuhan. Persepsi individu dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai faktor pendukung seseorang memilih layanan kesehatan begitu juga dengan teori yang dikemukan oleh L W. Green. Seseorang akan menggunakan pelayanan kesehatan yang menurut pengguna baik.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

a. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi.

b. Ada hubungan antara pengetahuan tentang Hipertensi dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi.


(4)

12

c. Ada hubungan antara persepsi individu terhadap layanan kesehatan dengan pemilihan layanan kesehatan Puskesmas Baki bagi penderita Hipertensi. 4.2Saran

a. Meningkatkan promosi program-program yang ada dipuskesmas kepada penderita Hipertensi seperti Prolanis, Senam, dan lain sebagainya.

b. Meningkatkan komunikasi dengan pasien maupun keluarga terutama mengenai rencana dan tujuan keperawatan sehingga pasien maupun keluarga dapat memanfaatkan layanan kesehatan secara rutin.

c. Meningkatkan kedisplinan kepada karyawan sehingga dapat menumbuhkan kehandalan dan ketepatan waktu dan akhirnya pasien tidak menunggu telalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Adam. (2008). Analisis Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Suku Bajo di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara Tahun 2008. Mei 18, 2012. Jurnal

Kesehatan Universitas Muslim Indonesia.

http://BarlinAdam/journal.umi.ac.id/jurnal-kesehatan-masyarakat-universitas-muslim-indonesia

Adam, V. Y., & Awunor, N. S. (2014). Perceptions and factors affecting utilization of health services in a rural community in Southern Nigeria. Journal of Medicine and Biomedical Research, 13(2), 117-124.

Apriyanto, R. H., Kuntjoro, T., & Lazuardi, L. (2013). Implementasi kebijakan subsidi pelayanan kesehatan dasar terhadap kualitas pelayanan puskemas di Kota Singkawang. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2 (4), 180-188. Asrori, M. (2009). Psikologi Pembelajara. Bandung : CV Wacana Prima

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta.

Chai, Y., Xu, H., Wang, W., Liu, B., Yang, D., Fan, H., ...& Lu, Z. (2011). A Survey of factors associated with the utilization of community health centers for managing hypertensive patients in Chengdu, China. Plos one, 6(7), e21718 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Buku Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah tahun 2012.

Dinas Kesehatan Sukoharjo. (2016). Rekapitulasi Kunjungan Diagnosis Per Kecamatan.

Erlina, R., Larasati, T. A., & Kurniawan, B. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas rawat inap Panjang Bandar Lampung. Majority, 2(4).

Feldstein, P. J. (1999). Health Care Economics. 5th Ed. Albany, New York: Delmar Publisher.

Green, L., Kreuter, M. W. (2005). Health Program Planning; An Educational and Ecological Aprroach New York; Mc. Graw-hill Comp. Inc.


(5)

13

Hariastuti. (2002). Karakteristik ibu hamil yang memanfaatkan Pelayanan Antenatal Care (ANC) serta hubungannya dengan kelengkapan kunjungan ANC di Puskesmas Kota Bandung Jawa Barat tahun 2001. Skripsi. Depok. FKMUI.

Hasana, U., & Amir, M. Y. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Antara Kota Makassar.

Hermanto. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat Pemanfaatan kartu Jamkesmas di Poliklinik Umum dan Spesialis Penyakit Dalam RSUD Melawai tahun 2009. Skripsi. Depok. FKMUI

Hufron, A & Supratman. (2008). Analisis hubungan Persepsi pasien tentang Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasanan Pasien di Puskesmas

Penumping Kota Surakarta. Berita Imu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 1

No. 3, September 2008: 119-124.

Indonesian Society of Hypertension. (2014). INASH Scientific Meeting Ke-8 dan Tips Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian Pertama di Indonesia.

Lailatul, M. N. U. R. (2015). Analisis Pemekaran Desa Terhadap Percepatan Pembangunan Infrastuktur (Studi Pada Desa Ringinputih Kecamatan

Sampung Kabupaten Ponorogo) (Doctoral dissertation, Universitas

Muhammadiyah Ponorogo).

Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

Napirah, M. R., Rahman, A., & Tony, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso. Jurnal Pengembangan Kota, 4(1), 29-39.

Nawi, R., Arsunan, A & Jallo, K. (2006). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Dewasa Muda di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia : 2 : 45.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehata n. Jakarta : Rineka Cipta

___________. (2007). Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. ___________ . (2003). Prisnip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta

: Rineka Cipta

Mpembeni, R. N., Killewo, J. Z., Leshabari, M. T., Massawe, S. N., Jahn, A., Mushi, D., & Mwakipa, H. (2007). Use pattern of maternal health services and determinants of skilled care during delivery in Southern Tanzania: implications for achievement of MDG-5 targets. BMC pregnancy and childbirth, 7(1), 29. Muhammadun. (2010). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian

Epidemologi. (http://www.cermin dunia Kedokteran. com/index.php?option=com content & task=view&id=38&itemid=12)

Muzaham, F. (2007). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Pusat Data dan Teknologi Informasi Kesehatan. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Diunduh profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf tanggal 22 September 2016


(6)

14

Rumengan, D. S., Umboh, J. M. L., & Kandou, G. D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada peserta BPJS kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. JIKMU, 5(2).

Rao, K. D., Peters, D. H., & Bandeen-Roche, K. (2006). Towards patient-centered health services in India—a scale to measure patient perceptions of quality. International Journal for Quality in Health Care, 18(6), 414-421.

Rauf, N. I. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar Tahun 2013. Safitri, D. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan Puskesmas Sukmajaya oleh peserta Jamkesmas di Kota Depok Propinsi Jawa Barat tahun 2011. Tesis. FKM UI.

Syahlan. (1996). Kebidanan Komunitas. Jakarta : Yayasan Sumber Bina Kesehatan.

Trimurthy, I. (2008). Analisis Hubungan Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Pandanaran Kota Semarang (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Umar, L. (2009). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pelayanan Kesehatan Dengan Pemanfaatannya dalam Bersalin di Desa Terbanggi Ilir Kecamatan

Bandar Mataram Lampung Tengah Tahun 2007. Jurnal Kesehatan “Metro Sai

Wawai” vol II No. 1 Edisi Juni 2009. ISSN : 19779-469X.

Wahyuni, N. S. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sumberejo Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (FKM UI 2012)


Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMILIHAN PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO SEBAGAI LAYANAN Faktor – Faktor yang Mendukung Pemilihan Puskesmas Baki Sukoharjo sebagai Layanan Kesehatan bagi Penderita Hipertensi.

0 2 14

PENDAHULUAN Faktor – Faktor yang Mendukung Pemilihan Puskesmas Baki Sukoharjo sebagai Layanan Kesehatan bagi Penderita Hipertensi.

0 2 9

DAFTAR PUSTAKA Faktor – Faktor yang Mendukung Pemilihan Puskesmas Baki Sukoharjo sebagai Layanan Kesehatan bagi Penderita Hipertensi.

0 4 6

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARTASURA Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARTASURA Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

PENDAHULUAN Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 7

FAKTOR YANG MEMBEDAKAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI Faktor yang membedakan pemilihan alat kontrasepsi intra uterine devices ( iud) dan pil pada wanita usia subur di wilayah kerja kecamatan baki kabupaten sukoharjo.

0 3 17

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 12

p 2011 10090 b68bed8b92e148d18710b61217358c91

0 0 32

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN EKONOMI SYARIAH DI INGGRIS

0 0 14