Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Proses Pulping Dan Asetilasi Dengan Kapasitas Produksi 3.500 Ton/Tahun

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN SELULOSA ASETAT DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PROSES PULPING DAN ASETILASI
DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 3.500 TON/TAHUN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia OLEH : M. WAHYU ADNIN NIM : 070405054
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang selalu memberikan kesehatan dan menunjukkan jalan dan pengharapan sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Selulosa Asetat dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Proses Pulping dan Asetilasi dengan Kapasitas Produksi 3.500 ton/tahun.
Pra–rancangan pabrik ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan fasilitas dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda Suyanto dan Ibunda Manilawati yang selalu memotivasi dan tidak henti berdoa agar penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Dr.Halimatuddahliana, ST. MSc, dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan, motivasi dan bimbingan serta pengertian kepada Penulis selama penulisan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Ir. Netti Herlina, MT, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada Penulis selama penulisan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, MSi, Ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Ir. Fatimah MS, Sekretaris Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ir. Renita Manurung, MT, Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
8. Sahabatku Andre Yanda, M. Tarmidzi, Bambang Wahyu, Yuda, Andi Nata, Darwis, Edo Rizqon, Fikri, Shinta, Dahlia, Lia, Wita, Siti yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Erikson S. Siboro dan Suri Indayani, sebagai teman seperjuangan Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10. Adik – Adik di Teknik Kimia USU yang tidak tersebutkan namanya yang telah banyak memberikan bantuan, masukan, doa dan motivasinya kepada Penulis.
11. Abang dan Kakak Alumni yang tidak tersebutkan namanya yang telah banyak memberikan masukan, doa dan motivasinya kepada Penulis.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik isi ataupun kesalahan penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2012
(M. Wahyu Adnin)

INTISARI

Selulosa asetat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tekstil, filter,

plastik dan yang lainnya yang dapat diproduksi dari serat yang mengandung selulosa

dengan kadar tinggi. Kebutuhan akan selulosa asetat yang meningkat yang selama ini

selalu diimpor tentu membuat biaya produksi industri lanjutannya semakin tinggi

padahal bahan baku utama dalam pembuatan selulosa asetat adalah tandan kosong

kelapa sawit hasil produksi dalam negeri yang selama ini selalu identik sebagai

limbah atau buangan pabrik kelapa sawit.


Selulosa asetat yang akan diproduksi 3.500 ton/tahun dengan 330 hari kerja

dengan bahan baku utama pulp dan asetat anhidrat dengan proses utama yaitu

ekstraksi dengan larutan KOH, bleaching dengan larutan NaOCl, asetilasi pada suhu 700C dan hidrolisis pada suhu 1200C.

Lokasi pabrik pembuatan selulosa asetat ini direncanakan didirikan di daerah

Air Genting, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal 21.500 m2.Tenaga kerja yang dibutuhkan 156 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan

Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur utama dengan struktur organisasi

sistem garis.

Hasil analisa ekonomi pabrik selulosa asetat adalah sebagai berikut:

 Total Modal Investasi

: Rp 336.547.191.249,-


 Biaya Produksi

: Rp 844.081.121.199,-

 Hasil Penjualan

: Rp 1.757.041.861.127,-

 Laba Bersih

: Rp 635.478.160.043,-

 Profit Margin

: 51,51 %

 Break Even Point

: 35,79%


 Return on Investment  Pay Out Time

: 47,51 % : 2,56 tahun

 Return on Network

: 81,23 %

 Internal Rate of Return : 44,51 %

Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik Pembuatan

Selulosa Asetat dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Proses Pulping dan

Asetilasi ini layak untuk didirikan.

DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR ............................................................................................i INTISARI ............................................................................................................ iii DAFTAR ISI ........................................................................................................iv DAFTAR TABEL .................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ I-1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. I-1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ I-2 1.3 Tujuan Perancangan Pabrik ............................................................. I-2 1.4 Manfaat Perancangan ...................................................................... I-3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................II-1 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ...........................................II-1 2.2 Pulp ............................................................................................... II-1 2.3 Serat............................................................................................... II-2 2.4 Selulosa Asetat...............................................................................II-3 2.5 Tahapan Pembuatan Selulosa Asetat ..............................................II-4 2.6 Deskripsi Proses.............................................................................II-5
2.6.1 Proses Pembentukan Pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.......................................................... II-5

2.6.2 Proses Pembuatan Pulp Menjadi Selulosa Asetat Dengan Menggunakan Proses Asetilasi............................... II-6
2.6.3 Proses Pemurnian Produk Selulosa Asetat dan Recovery Asam Asetat Sisa ................................................ II-8
2.7 Sifat Bahan Baku dan Produk......................................................... II-9 2.7.1 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku.......................................II-9 2.7.2 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Penunjang............................. II-10 2.7.3 Sifat Fisis dan Kimia Produk............................................. II-12
BAB III NERACA MASSA ............................................................................III-1

BAB IV NERACA ENERGI ......................................................................... IV-1 BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ...........................................................V-1
5.1 Gudang Penyimpanan TKKS (T-101) ..........................................V-1 5.2 Disc Chipper (DC-101)................................................................V-1 5.3 Tangki Penyimpanan Larutan KOH (V-101)................................V-2 5.4 Pompa Bahan Larutan KOH (P-101)............................................V-2 5.5 Tangki Ekstraksi (EX-101) ..........................................................V-2 5.6 Pompa Produk Tangki Ekstraksi (P-102)......................................V-3 5.7 Rotary Washer I (RW-101) ..........................................................V-3 5.8 Pompa Produk Rotary Washer I (P-103) ......................................V-4 5.9 Tangki Penyimpanan Larutan NaOCl (V-102) .............................V-4 5.10 Pompa Bahan Larutan NaOCl (P-104) .........................................V-4 5.11 Tangki Bleaching (BL-101) .........................................................V-5 5.12 Pompa Produk Tangki Bleaching (P-105) ....................................V-6 5.13 Rotary Washer II (RW-102).........................................................V-6 5.14 Pompa Produk Rotary Washer II (P-106) .....................................V-6 5.15 Rotary Dryer (RD-201)................................................................V-6 5.16 Conveyor I (BC-201) ...................................................................V-7 5.17 Blow Box I (B-201)......................................................................V-7 5.18 Conveyor II (BC-202) ..................................................................V-8 5.19 Tangki Penyimpanan Asam Asetat Glasial (V-105)......................V-8 5.20 Pompa Bahan Asam Asetat Glasial (P-107) .................................V-8 5.21 Tangki Pencampur (M-201) .........................................................V-9 5.22 Pompa Produk Tangki Pencampur (P-108)...................................V-9 5.23 Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (V-104)................................V-10 5.24 Pompa Bahan Asam Sulfat (P-109) ............................................V-10 5.25 Tangki Penyimpanan Asetat Anhidrtat (V-103)..........................V-10 5.26 Pompa Bahan Asetat Anhidrat (P-110).......................................V-11 5.27 Heater II (H-202).......................................................................V-11 5.28 Pompa Bahan Asam Asetat Recycle (P-111) ..............................V-12 5.29 Heater I (H-201)........................................................................V-12 5.30 Reaktor Asetilasi (R-201)...........................................................V-12

5.31 Pompa Produk Reaktor Asetilasi (P-112) ...................................V-13 5.32 Tangki Hidrolisa (TH-201) ........................................................V-14 5.33 Pompa Produk Tangki Hidrolisa (P-113)....................................V-15 5.34 Cooler I (C-201) ........................................................................V-15 5.35 Tangki Penyimpanan Magnesium Asetat (V-106) ......................V-15 5.36 Pompa Bahan Magnesium Asetat (P-114) ..................................V-16 5.37 Heater IV (H-204) .....................................................................V-16 5.38 Tangki Netralisasi (TN-201) ......................................................V-17 5.39 Pompa Produk Tangki Netralisasi (P-115)..................................V-17 5.40 Cooler II (C-202).......................................................................V-18 5.41 Centrifuge (CF-301)...................................................................V-18 5.42 Rotary Dryer II (RD-30) ............................................................V-18 5.43 Conveyor III (BC-301)...............................................................V-19 5.44 Blow Box II (B-301)...................................................................V-19 5.45 Conveyor IV (BC-302)...............................................................V-20 5.46 Hammer Mill (HM-301).............................................................V-20 5.47 Conveyor V (BC-303)................................................................V-20 5.48 Gudang Penyimpanan Selulosa Asetat (V-107) ..........................V-21 5.49 Dekanter (D-301).......................................................................V-21 5.50 Tangki Pencampur (M-302) .......................................................V-22 5.51 Tangki Penampungan Asam Asetat Sisa (V-108) .......................V-22 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ................... VI-1 6.1 Instrumentasi................................................................................ VI-1 6.2 Keselamatan Kerja ....................................................................... VI-4 6.3 Pencegahan Bahaya Pada Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat ....... VI-6
6.3.1 Pencegahan terhadap Kebakaran dan Peledakan.................. VI-6 6.3.2 Peralatan Perlindungan Diri ................................................ VI-7 6.3.3 Keselamatan Kerja terhadap Listrik..................................... VI-7 6.3.4 Pencegahan terhadap Gangguan Kesehatan ......................... VI-8 6.3.5 Pencegahan terhadap Bahaya Mekanis ................................ VI-8 6.3.6 Pencegahan dan Pertolongan Pertama
Jika terhadap Bahan Kimia................................................. VI-9

BAB VII UTILITAS....................................................................................... VII-1 7.1 Kebutuhan Steam (Uap) ........................................................... VII-1 7.2 Kebutuhan Air ......................................................................... VII-2 7.2.1 Screening .............................................................................. VII-8 7.2.2 Klarifikasi ............................................................................. VII-8 7.2.3 Filtrasi ................................................................................ VII-10 7.2.4 Demineralisasi .................................................................... VII-10 7.2.5 Deaerator ............................................................................ VII-13 7.3 Kebutuhan Listrik .................................................................. VII-13 7.4 Kebutuhan Bahan Bakar ........................................................ VII-14 7.5 Unit Pengolahan Limbah........................................................ VII-15 7.5.1 Kolam Penampungan (POND) ............................................ VII-16 7.5.2 Bak Penampungan Awal ..................................................... VII-17 7.5.3 Bak Netralisasi.................................................................... VII-18 7.5.4 Pengolahan Limbah dengan Sistem Activated Sludge (Lumpur Aktif) ................................................................... VII-19 7.5.5 Tangki Sedimentasi............................................................. VII-21 7.6 Spesifikasi Peralatan Utilitas.................................................. VII-22 7.6.1 Screening (SC).................................................................... VII-22 7.6.2 Bak Sedimentasi (BS) ......................................................... VII-22 7.6.3 Klarifier (CL)...................................................................... VII-22 7.6.4 Sand Filter (SF)................................................................... VII-23 7.6.5 Tangki Penampungan -01(TU-01)....................................... VII-23 7.6.6 Tangki Penampungan -02 (TU-02)...................................... VII-24 7.6.7 Tangki Penampungan -03 (TU-03)...................................... VII-24 7.6.8 Tangki Kation / Cation Exchanger (CE).............................. VII-24 7.6.9 Tangki Anion / Anion Exchanger (AE) ............................... VII-25 7.6.10 Tangki Pelarutan Alum [Al2(SO4)3] (TP – 01)................... VII-25 7.6.11 Tangki Pelarutan Soda Abu [Na2CO3] (TP – 02) ............... VII-26 7.6.12 Tangki Pelarutan NaCl (TP-04)......................................... VII-26 7.6.13 Tangki Pelarutan NaOH (TP-03)....................................... VII-26 7.6.14 Tangki Pelarut Kaporit (TP-05)......................................... VII-27

7.6.15 Deaerator (DE).................................................................. VII-27 7.6.16 Ketel Uap (KU)................................................................. VII-28 7.6.17 Cooling Tower (CT).......................................................... VII-28 7.6.18 Tangki Bahan Bakar (TU-03)............................................ VII-28 7.6.19 Pompa Sedimentasi (PU-01) ............................................. VII-29 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK......................................VIII-1 8.1 Lokasi Pabrik..........................................................................VIII-1 8.2 Tata Letak Pabrik....................................................................VIII-3 8.3 Perincian Luas Tanah..............................................................VIII-4 BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN .................. IX-1 9.1 Organisasi Perusahaan .............................................................. IX-1
9.1.1 Bentuk Organisasi Garis...................................................... IX-2 9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsionil.............................................. IX-2 9.1.3 Bentuk Organisasi Fungsionil dan Staf................................ IX-3 9.2 Manajemen Perusahaan............................................................. IX-3 9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha .................................................... IX-4 9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab........................ IX-6 9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ............................. IX-6 9.4.2 Dewan Komisaris................................................................ IX-6 9.4.3 Direktur .............................................................................. IX-7 9.4.4 Sekretaris ............................................................................ IX-7 9.4.5 Manager Produksi ............................................................... IX-7 9.4.6 Manager Teknik .................................................................. IX-7 9.4.7 Manager Umum dan Keuangan ........................................... IX-8 9.4.8 Manager Pembelian dan Pemasaran..................................... IX-8 9.5 Sistem Kerja ............................................................................. IX-8 9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan.............................. IX-10 9.7 Sistem Penggajian................................................................... IX-12 9.8 Tata Tertib .............................................................................. IX-13 9.9 JAMSOSTEK dan Fasilitas Tenaga Kerja ................................ IX-14 BAB X ANALISA EKONOMI ......................................................................X-1 10.1 Modal Investasi...........................................................................X-1

10.1.1 Modal Investasi Tetap / Fixed Capital Investment (FCI).....X-1 10.1.2 Modal Kerja / Working Capital (WC)..................................X-2 10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/ Total Cost (TC)..............................X-3 10.2.1 Biaya Tetap (BT) / Fixed Cost (FC) ....................................X-4 10.2.2 Biaya Variabel (BV) / Variable Cost (VC) ..........................X-4 10.3 Total Penjualan (Total Sales) ......................................................X-4 10.4 Bonus Perusahaan .......................................................................X-4 10.5 Perkiraan Rugi/Laba Usaha.........................................................X-5 10.6 Analisa Aspek Ekonomi..............................................................X-5 10.6.1 Profit Margin (PM) .............................................................X-5 10.6.2 Break Even Point (BEP)......................................................X-5 10.6.3 Return on Investment (ROI) ................................................X-6 10.6.4 Pay Out Time (POT) ...........................................................X-6 10.6.5 Return on Network (RON) ..................................................X-6 10.6.6 Internal Rate of Return (IRR) ..............................................X-7 BAB XI KESIMPULAN ................................................................................ XI-1 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................xviii LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN UTILITAS LAMPIRAN E PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 jumlah Import Selulosa Asetat di Indonesia ........................................... I-1 Tabel 2.1 Kandungan Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit..................................II-1 Tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Jenis Pulp.........................................................II-2 Tabel 3.1 Neraca Massa pada Tangki Ekstraksi .................................................. III-2 Tabel 3.2 Neraca Massa pada Rotary Washer I................................................... III-2 Tabel 3.3 Neraca Massa pada Tangki Bleaching................................................. III-3 Tabel 3.4 Neraca Massa pada Rotary Washer II ................................................. III-3 Tabel 3.5 Neraca Massa pada Rotary Dryer ....................................................... III-3 Tabel 3.6 Neraca Massa pada Tangki Pencampur ............................................... III-4 Tabel 3.7 Neraca Massa pada Reaktor Asetilasi.................................................. III-4 Tabel 3.8 Neraca Massa pada Tangki Hidrolisasi ............................................... III-5 Tabel 3.9 Neraca Massa pada Tangki Netralisasi................................................ III-5 Tabel 3.10 Neraca Massa pada Centrifuge............................................................ III-6 Tabel 3.11 Neraca Massa pada Rotary Dryer II .................................................... III-6 Tabel 3.12 Neraca Massa pada Decanter.............................................................. III-7 Tabel 3.13 Neraca Massa pada Tangki Pencampur ............................................... III-7 Tabel 4.1 Neraca Energi Tangki Ekstraksi (EX-101) .......................................... IV-2 Tabel 4.2 Neraca Energi Rotary Washer I (RW-101).......................................... IV-2 Tabel 4.3 Neraca Energi Tangki Bleaching (BL-101) ......................................... IV-2 Tabel 4.4 Neraca Energi Rotary Washer II (RW-102) ........................................ IV-2 Tabel 4.5 Neraca Energi Rotary Dryer (RD-201) ............................................... IV-3 Tabel 4.6 Neraca Energi Blow Box (B-201)........................................................ IV-3 Tabel 4.7 Neraca Energi Tangki Pencampur (M-201)......................................... IV-3 Tabel 4.8 Neraca Energi Heater I (H-201).......................................................... IV-4 Tabel 4.9 Neraca Energi Heater II (H-202) ........................................................ IV-4 Tabel 4.10 Neraca Energi Reaktor Asetilasi (R-201) ............................................ IV-4 Tabel 4.11 Neraca Energi Heater III (H-203) ....................................................... IV-5 Tabel 4.12 Neraca Energi Tangki Hidrolisis (TH-201) ......................................... IV-5 Tabel 4.13 Neraca Energi Cooler I (C-201).......................................................... IV-5 Tabel 4.14 Neraca Energi Heater IV (H-204)....................................................... IV-6
x

Tabel 4.15 Neraca Energi Tangki Netralisasi (TN-201)........................................ IV-6

Tabel 4.16 Neraca Energi Cooler II (C-202)......................................................... IV-6

Tabel 4.17 Neraca Energi Rotary Dryer II (RD-301)............................................ IV-6

Tabel 4.18 Neraca Energi Blow Box II (B-301) .................................................... IV-7

Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi Pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa

Asetat………………………………………………………………….VI

-4

Tabel 6.2 Metode Pencegahan dan Pertolongan Pertama Jika Terkena Bahan

Kimia………………………………………………………………………V


I-9

Tabel 7.1 Kebutuhan Uap.................................................................................. VII-1

Tabel 7.2 Tabel 7.3 Tabel 7.4

Kebutuhan Air Proses ........................................................................ VII-2 Kebutuhan Air Panas 90 0C pada Alat................................................ VII-2 Kebutuhan Air Pendingin 25oC pada Alat .......................................... VII-3

Tabel 7.5 Pemakaian Air untuk Berbagai Kebutuhan......................................... VII-5

Tabel 7.6 Kualitas Air Sungai Silau Asahan ...................................................... VII-7

Tabel 7.7 Kebutuhan Listrik pada Alat Utilitas ................................................ VII-14

Tabel 7.8 Spesifikasi pompa-pompa utilitas..................................................... VII-29

Tabel 8.1 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Pabrik.............................................VIII-1

Tabel 8.2 Perincian Luas Tanah .......................................................................VIII-5


Tabel 9.1 Susunan Jadwal Shift Karyawan ......................................................... IX-9

Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ................................................ IX-10

Tabel 9.3 Perincian Gaji Karyawan ................................................................... IX-12

Tabel LA.1 Kandungan Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit..………………LA-1

Tabel LA.2 Rumus Molekul dan Berat Molekul.........………………….…….LA-2

Tabel LA.3 Neraca Massa pada Tangki Ekstraksi............................................... LA-4

Tabel LA.4 Neraca Massa pada Rotary Washer I ............................................... LA-6

Tabel LA.5 Neraca Massa pada Tangki Bleaching ............................................. LA-8

Tabel LA.6 Neraca Massa pada Rotary Washer II ............................................ LA-10

Tabel LA.7 Neraca Massa pada Rotary Dryer ................................................. LA-11


Tabel LA.8 Neraca Massa pada Tangki Pencampur.......................................... LA-13

Tabel LA.9 Neraca Massa pada Reaktor Asetilasi ............................................ LA-15

Tabel LA.10 Neraca Massa pada Tangki Hidrolisasi .......................................... LA-18 Tabel LA.11 Neraca Massa pada Tangki Netralisasi .......................................... LA-20 Tabel LA.12 Neraca Massa pada Centrifuge ...................................................... LA-22 Tabel LA.13 Neraca Massa pada Rotary Dryer II............................................... LA-23 Tabel LA.14 Neraca Massa pada Decanter ........................................................ LA-25 Tabel LA.15 Neraca Massa pada Tangki Pencampur.......................................... LA-26 Tabel LB-1 Tabel kontribusi nilai kapasitas panas liquid (Cpl) metode Chuch dan
Swanson .......................................................................................... LB-1 Tabel LB-2 Tabel Tabel Kontribusi Unsur Atom dengan Metode Hurst dan
Harrison........................................................................................... LB-2 Tabel LB-3 Tabel kontribusi gugus nilai panas pembentukan (Hfo).................. LB-3 Tabel LB-4 Nilai kapasitas panas masing-masing komponen ............................. LB-5 Tabel LB-5 Nilai panas pembentukan dan panas penguapan .............................. LB-7 Tabel LB-6 Panas Masuk Tiap Komponen pada Tangki Ekstraksi (EX-101)...... LB-9 Tabel LB-7 Panas Keluar Tiap Komponen pada Tangki Ekstraksi (EX-101)...... LB-9 Tabel LB-8 Neraca Energi pada Tangki Ekstraksi (EX-101) ............................ LB-10 Tabel LB-9 Panas Masuk Tiap Komponen pada Rotary Washer I (RW-101) ... LB-11 Tabel LB-10 Panas Keluar Tiap Komponen pada Rotary Washer I (RW-101) ... LB-12 Tabel LB-11 Neraca Energi pada Rotary Washer I (RW-101)............................ LB-12 Tabel LB-12 Panas Masuk Tiap Komponen pada Tangki Bleaching (BL-101)... LB-13 Tabel LB-13 Panas Keluar Tiap Komponen pada Tangki Bleaching (BL-101)... LB-13 Tabel LB-14 Neraca Energi pada Tangki Bleaching (BL-101) ........................... LB-14 Tabel LB-15 Panas Masuk Tiap Komponen pada Rotary Washer II (RW-102) .. LB-15 Tabel LB-16 Panas Keluar Tiap Komponen pada Rotary Washer II (RW-102) .. LB-16 Tabel LB-17 Neraca Energi pada Rotary Washer II (RW-102) .......................... LB-16 Tabel LB-18 Panas Masuk Tiap Komponen pada Rotary Dryer (RD-201) ........ LB-17 Tabel LB-19 Panas Keluar Tiap Komponen pada Rotary Dryer (RD-201) ........ LB-17 Tabel LB-20 Neraca Energi pada Rotary Dryer (RD-201) ................................ LB-18 Tabel LB-21 Panas Masuk Tiap Komponen pada Blow Box (B-201).................. LB-18 Tabel LB-22 Panas Keluar Tiap Komponen pada Blow Box (B-201).................. LB-19 Tabel LB-23 Neraca Energi pada Blow Box (B-201).......................................... LB-19 Tabel LB-24 Panas Masuk Tiap Komponen pada Tangki Pencampur (M-201) .. LB-20

Tabel LB-25 Panas Keluar Tiap Komponen pada Tangki Pencampur (M-201) .. LB-21 Tabel LB-26 Neraca Energi pada Tangki Pencampur (M-201)........................... LB-21 Tabel LB-27 Panas Masuk Tiap Komponen pada Heater I (H-201) ................... LB-22 Tabel LB-28 Panas Keluar Tiap Komponen pada Heater I (H-201) ................... LB-22 Tabel LB-29 Neraca Energi pada Heater I (H-201)............................................ LB-23 Tabel LB-30 Panas Masuk Tiap Komponen pada Heater II (H-202) .................. LB-24 Tabel LB-31 Panas Keluar Tiap Komponen pada Heater II (H-202) .................. LB-24 Tabel LB-32 Neraca Energi pada Heater II (H-202) .......................................... LB-24 Tabel LB-33 Panas Masuk Tiap Komponen pada Reaktor Asetilasi (R-201)...... LB-26 Tabel LB-34 Panas Keluar Tiap Komponen pada Reaktor Asetilasi (R-201)...... LB-26 Tabel LB-35 Neraca Energi pada Reaktor Asetilasi (R-201) .............................. LB-27 Tabel LB-36 Panas Masuk Tiap Komponen pada Heater III (H-203)................. LB-28 Tabel LB-37 Panas Keluar Tiap Komponen pada Heater III (H-203)................. LB-28 Tabel LB-38 Neraca Energi pada Heater III (H-203) ......................................... LB-29 Tabel LB-39 Panas Masuk Tiap Komponen pada Tangki Hidrolisis (TH-201)... LB-30 Tabel LB-40 Panas Keluar Tiap Komponen pada Tangki Hidrolisis (TH-201)... LB-31 Tabel LB-41 Neraca Energi pada Tangki Hidrolisis (TH-201) ........................... LB-32 Tabel LB-42 Panas Masuk Tiap Komponen pada Cooler I (C-201).................... LB-33 Tabel LB-43 Panas Keluar Tiap Komponen pada Cooler I (C-201).................... LB-34 Tabel LB-44 Neraca Energi pada Cooler I (C-201)............................................ LB-34 Tabel LB-45 Panas Masuk Tiap Komponen pada Heater VI (H-204)................. LB-35 Tabel LB-46 Panas Keluar Tiap Komponen pada Heater VI (H-204)................. LB-35 Tabel LB-47 Neraca Energi pada Heater VI (H-204)......................................... LB-36 Tabel LB-48 Panas Masuk Tiap Komponen pada Tangki Netralisasi (TN-201).. LB-37 Tabel LB-49 Panas Keluar Tiap Komponen pada Tangki Netralisasi (TN-201).. LB-38 Tabel LB-50 Neraca Energi pada Tangki Netralisasi (TN-201).......................... LB-39 Tabel LB-51 Panas Keluar Tiap Komponen pada Cooler II (C-202) .................. LB-40 Tabel LB-52 Neraca Energi pada Cooler II (C-202)........................................... LB-40 Tabel LB-53 Panas Masuk Tiap Komponen pada Rotary Dryer II (RD-301)...... LB-41 Tabel LB-54 Panas Keluar Tiap Komponen pada Rotary Dryer II (RD-301)...... LB-42 Tabel LB-55 Neraca Energi pada Rotary Dryer II (RD-301).............................. LB-42 Tabel LB-56 Panas Masuk Tiap Komponen pada Blow Box (B-301).................. LB-43

Tabel LB-57 Panas Keluar Tiap Komponen pada Blow Box (B-301).................. LB-44 Tabel LB-58 Neraca Energi pada Blow Box (B-301).......................................... LB-44 Tabel LC-1 Komposisi bahan masuk ke gudang TKKS (T-101)…...................LC-1 Tabel LC-2 Komposisi bahan masuk ke tangki ekstraksi (EX-101)................... LC-7 Tabel LC-3 Komposisi bahan masuk ke tangki bleaching (BL-101)................ LC-21 Tabel LC-4 Komposisi bahan masuk ke tangki pencampur (M-201)…….….LC-41 Tabel LC-5 Komposisi bahan masuk ke reaktor asetilasi (R-201) ................... LC-68 Tabel LC-6 Komposisi bahan masuk ke Tangki Hidrolisa (TH-201) ............... LC-75 Tabel LC-7 Komposisi bahan masuk ke tangki netralisasi (TN-201) ............... LC-98 Tabel LC-8 Komposisi bahan masuk ke Centrifuge (CF-301)……………..LC-110 Tabel LC-9 Komposisi bahan yang masuk gudang selulosa asetat (V-107) ... LC-118 Tabel LC-10 Komposisi bahan yang masuk ke decanter (D-301) .................... LC-120 Tabel LC-11 Komposisi bahan yang masuk ke tangki pencampur (M-301)..... LC-123 Tabel LD-1 Spesifikasi untuk ponpa-pompa utilitas ........................................ LD-35 Tabel LE-1 Perincian Harga Bangunan dan Sarana Lainnya ..............................LE-1 Tabel LE-2 Harga Indeks Marshall dan Swift ....................................................LE-3 Tabel LE-3 Estimasi Harga Peralatan Proses .....................................................LE-7 Tabel LE-4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas dan Pengolahan Limbah..............LE-9 Tabel LE-5 Biaya Sarana Transportasi.............................................................LE-12 Tabel LE-6 Perincian Gaji Pegawai .................................................................LE-15 Tabel LE-7 Perician Biaya Kas........................................................................LE-17 Tabel LE-8 Perincian Modal Kerja ..................................................................LE-18 Tabel LE-9 Aturan Depresiasi sesuai UU RI No.17 tahun 2000 .......................LE-19 Tabel LE-10 Perkiraan Biaya Depresiasi sesuai UU RI No.17 tahun 2000 .........LE-20 Tabel LE-11 Data perhitungan BEP...................................................................LE-27 Tabel LE-12 Data Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)............................LE-29

DAFTAR GAMBAR
Gambar 7.1 Lokasi Pabrik............................................................................. VII-6 Gambar 8.1 Tata Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Selulosa Asetat ...................VIII-7 Gambar 9.1 Struktur Organiasi Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat............... IX-16 Gambar LE-1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan dan Tangki
Pelarutan.(Peters, 2004) .............................................................LE-5 Gambar LE-2 Kurva Break Even Point Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat.. ....LE-26

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ..................................... LA-1 LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS...................................... LB-1 LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN..................... LC-1 LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN UTILITAS... LD-1 LAMPIRAN E PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI.....................................LE-1
\


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama
dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa. Selulosa asetat pertama kali dikenalkan oleh Schutzanberger pada tahun 1865. Pada tahun 1879, Franchimont melaporkan penggunaan asam sulfat sebagai katalis untuk asetilasi, dimana katalis ini masih sangat biasa digunakan untuk produksi selulosa asetat secara komersial. Proses pembuatan selulosa asetat selanjutnya disempurnakan oleh Miles (1903) dan Von Bayer (1906), selanjutnya dibawah pengawasan Camille dan Henri Dreyfus untuk pertama kalinya direalisasikan proses produksi selulosa asetat dengan skala besar di Inggris.
Selulosa asetat banyak digunakan untuk berbagai macam hal, yaitu sebagai bahan untuk pembuatan benang tenunan dalam industri tekstil, sebagai filter pada rokok, bahan untuk lembaran-lembaran plastik, film dan juga cat. Oleh karena itu selulosa asetat merupakan bahan industri yang cukup penting peranannya.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (tahun 2011), diperoleh data bahwa kebutuhan selulosa asetat di Indonesia masih dipenuhi dengan mengimpor dari luar negeri misalnya negara Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa. Indonesia merupakan salah satu penghasil tekstil terbesar di dunia, ketergantungan akan selulosa asetat menjadikan APBN Indonesia untuk impor bahan baku ini cukup tinggi, sehingga membebani ongkos produksi tekstil dalam negeri. Selain itu juga, ketergantungan ini sangatlah tidak menguntungkan, karena jika timbul gejolak harga di negara lain maka harga barang-barang yang menggunakan selulosa asetat sebagai bahan baku akan ikut terpengaruh.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangatlah tepat jika pemerintah mangambil kebijakan di sektor industri yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, menghemat devisa dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yaitu dengan membangun industri-industri baru yang produknya dapat menggantikan peranan bahan-bahan import. Dengan demikian,
I-1

pendirian pabrik selulosa asetat di Indonesia dapat dilaksanakan karena didukung

oleh:

1. Kebutuhan akan selulosa asetat yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

2. Banyaknya tenaga kerja yang memerlukan penyaluran sehingga dengan

pendirian pabrik ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sehingga akan

mengurangi angka pengangguran.


Dalam perkembangannya, kebutuhan selulosa asetat di Indonesia cenderung

meningkat. Tabel 1.1 memperlihatkan kebutuhan import selulosa asetat di Indonesia.

Tabel 1.1. Jumlah Import Selulosa Asetat di Indonesia

Tahun

Ton

2005

2.699,461

2006

2.840,353

2007

2.941,931

2008

3.037,247

2009

3.180,449

2010

3.210,631

(Sumber : Data BPS Medan, 2011)

1.2 Perumusan Masalah Sehubungan dengan semakin diperlukannya tekstil yang aman dan ramah
terhadap lingkungan, serta terdapatnya potensi produksi tekstil yang cukup besar di Indonesia, maka suatu prospek yang bagus untuk membuat suatu perancangan pabrik pembuatan selulosa asetat sebagai bahan baku pembuatan tekstil dengan menggunakan bahan baku utama tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan asetat anhidrid dengan bantuan katalis asam sulfat sangat memungkinkan.

1.3 Tujuan Perancangan Tujuan perancangan pabrik pembuatan selulosa asetat ini adalah untuk
menerapkan disiplin ilmu Teknik Kimia, khususnya dibidang rancang, proses dan operasi teknik kimia, sehingga memberikan gambar kelayakan Pra Perancangan ini.

1.4 Manfaat Perancangan Manfaat Pra Rancangan pabrik Pembuatan Selulosa Asetat dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit adalah memberi gambaran kelayakan (feasibility) dari segi rancangan dan ekonomi pabrik ini untuk dikembangkan di Indonesia. Di mana nantinya gambaran tersebut menjadi patokan untuk pengambilan keputusan terhadap pendirian pabrik tersebut. Proses pembuatan selulosa asetat dimanfaatkan untuk menekan biaya impor dan menjaga ketersediaan selulosa asetat yang selama ini merupakan salah satu komoditas yang harus didatangkan dari luar Indonesia dan mengurangi penggunaan bahan baku tekstil yang berasal dari bahan sintesis yang seringkali menimbulkan berbagai masalah lingkungan sehingga kebutuhan dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri dapat terpenuhi di masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah utama

berligniselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan

kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar akan dihasilkan minyak sawit kasar

sebanyak 0,21 ton (21%), minyak inti sawit sebanyak 0,05 ton (0,5%) dan sisanya

merupakan limbah dalam bentuk tandan kosong, serat dan cangkang biji yang

masing – masing sebanyak 0,23 ton (23%), 0,135 ton (13,5%) dan 0,055 ton (5,5%)

(Darnoko, 1992). Padahal tandan kosong kelapa sawit berpotensi untuk

dikembangkan menjadi barang yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan

baku dimetil eter. Hal ini karena tandan kosong kelapa sawit banyak mengandung

selulosa yang dapat dihirolisis menjadi glukosa kemudian difermentasi menjadi

dimetil eter. Kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 45% menjadikan

kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

dimetil eter (Aryafatta, 2008). Komposisi kimia untuk tandan kosong kelapa sawit

dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Dalam Tandan Kosong Kelapa Sawit

No. Komponen

Kandungan (%)

1. Selulosa

72,79

2. Lignin

16,49

3. Air

10,72

Sumber : Darnoko, 1990

Selama ini pengolahan/pemanfaatan TKKS oleh PKS masih sangat terbatas

yaitu dibakar dalam incinerator, ditimbun (open dumping), dijadikan mulsa di

perkebunan kelapa sawit, atau diolah menjadi kompos. Namun karena adanya

beberapa kendala seperti waktu pengomposan yang cukup lama sampai 6 – 12

bulan, fasilitas yang harus disediakan, dan biaya pengolahan TKKS tersebut. Maka

cara – cara tersebut kurang diminati oleh PKS. Selain jumlah yang melimpah juga

karena kandungan selulosa tandan kelapa sawit yang cukup tinggi yaitu sebesar 45 %

(Aryafatta, 2008). TKKS cocok dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat. 2.2 Pulp
Pulp merupakan material berserat yang dihasilkan dari beberapa tahapan proses melalui perlakuan kimia dan mekanis, tergantung jenis bahan baku. Sekarang, sekitar 90 % produksi pulp dunia berbahan baku dari kayu. Adapun beberapa kandungan yang terdapat dalam kayu adalah α-selulosa (R-10) dan xylen. Kandungan dari bahan baku pulp yang mempengaruhi pembuatan selulosa asetat adalah α-selulosa (R-10, dengan batas kandungan minimal selulosa (R-10) dalam pulp 96 % (Lewin, 2006). Berikut kadar α-selulosa (R-10) dalam pulp pada beberapa proses dan bahan baku. Tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Jenis Pulp
(Sumber : Sixta, 2006)

2.3 Serat Serat atau fiber adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam:
 Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan kadang-kadang mengandung pula lignin. Contoh dari serat jenis ini yaitu katun dan kain ramie. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.
 Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.  Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat
hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat laba-laba (sutra) dan bulu domba (wol).  Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satusatunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang. Adapun serat buatan/sintetis yang dikenal pada saat ini di kelompokkan menjadi dua, yaitu : 1.Serat mineral : serat yang terbuat dari bahan baku berupa mineral Contoh :  Kaca serat/Fiberglass, dibuat dari kuarsa  Serat logam dapat dibuat dari logam yang duktil seperti emas, atau perak.  Serat karbon 2. Serat polimer : bagian dari serat sintetis, serat jenis ini dibuat melalui proses kimia Contoh :  polyamida nilon  PET atau PBT poliester, digunakan untuk membuat botol plastik

 fenol-formaldehid (PF)  serat polivinyl alkohol (PVOH)  serat polivinyl khlorida (PVC)  poliolefin (PP dan PE)  polyethylene (PE)  Elastomer, digunakan untuk membuat spandex  poliuretan.
2.4 Selulosa Asetat Selulosa asetat merupakan serat yang sangat mudah dihasilkan dengan biaya
yang rendah dan kualitas produk yang baik. Selulosa asetat digunakan dalam berbagai industri seperti pembuatan tekstil, plastik, fiber, dan filter rokok. Adapun sifat selulosa asetat yang membedakan dengan serat sintetis lainnya adalah :
 Termoplastik  Selektif absorpsi dan dapat membuang beberapa bahan organik dengan kadar
rendah  Mudah digabungkan dengan plasticizers, panas, dan tekanan  Selulosa asetat larut pada kebanyakan pelarut (terutama aseton dan pelarut
organik) dan dapat dimodifikasi agar dapat dilarutkan dengan pelarut alternatif, termasuk air  Hidrofilik, membuat selulosa asetat gampang basah, dengan pengantar cairan yang baik dan absorpsi yang bagus  Area permukaan luas  Terbuat dari sumber yang dapat diperbaharui : tandan kosong kelapa sawit  resistan untuk mold dan mildew  Mudah hancur dengan larutan alkali kuat dan agen oksidasi kuat  Dapat dibersihkan atau dikeringkan dengan mudah
2.5 Tahapan Pembuatan Selulosa asetat Selulosa asetat merupakan hasil reaksi dari selulosa dan asetat anhidrid, yang
merupakan produk senyawa dari gugus hidroksil dan asam. Ada 3 proses utama yang biasa digunakan untuk memproduksi selulosa asetat, yaitu :

1. Solvent process (proses dengan pelarut) Merupakan proses yang paling umum dan biasa digunakan. Pada proses asetilasi digunakan asetat anhidrid sebagai reaktan utama dan berlangsung dengan kehadiran asam asetat glasial sebagai pelarut serta asam sulfat sebagai katalis.
2. Solution process (proses larutan) Methylene chloride menggantikan semua atau sebagian asam asetat dan aksinya sebagai solvent bagi selulosa asetat yang terbentuk.
3. Heterogenous process (proses heterogen) Cairan organik inert, seperti benzene ligroin digunakan sebagai non-solvent untuk menjaga selulosa terasetilasi yang telah terbentuk dalam larutan. Proses yang digunakan pada perancangan proses ini yaitu proses dengan pelarut
asam asetat dengan reaktan utama asetat anhidrid dan katalis asam sulfat karena memiliki keuntungan pada proses asetilasi yang menghasilkan derajat asetilasi yang tinggi yaitu 2,50 – 2,95 (Mc Ketta, 1997).
Secara umum, proses produksi selulosa asetat dengan proses di atas meliputi 4 tahapan proses, yaitu :
1. Proses Pembentukan Pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. 2. Proses Pengubahan Pulp Menjadi Selulosa Asetat dengan Menggunakan
Proses Asetilasi. 3. Proses Pemurnian Produk Selulosa Asetat dan Recovery Asam Asetat Sisa.
Proses pembuatan selulosa asetat adalah sebagai berikut :
2.6 Deskripsi Proses 2.6.1 Proses Pembentukan Pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Proses pembentukan pulp yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan menggunakan proses pulping diikuti dengan bleaching. Tandan Kosong Kelapa Sawit didalam gudang penyimpanannya (T-101) diperkecil ukurannya pada unit disk chipper (DC-101) hingga berdiameter 50 mm. Tandan Kosong Kelapa Sawit yang telah dicacah dibawa ke tahap ekstraksi dengan menggunakan bucket elevator (E-101).
Larutan KOH 15% dipompakan dari V-101 menuju tangki ekstraksi EX-101. Proses ekstraksi menggunakan pelarut KOH 15% bertujuan untuk melarutkan lignin

di dalam tandan kosong kelapa sawit. Tangki ekstraksi dilengkapi dengan pengaduk. Perbandingan antara tandan kosong dengan KOH 15% adalah 1:10 (b/v). Proses ekstraksi berlangsung selama 2 jam dengan temperatur 85oC dan konsistensi air sebanyak 10% di dalam pulp. Media yang digunakan untuk memanaskan reaktor menjadi 85oC adalah steam yang dialirkan melalui jaket reaktor. Pada unit ini, sebanyak 61,53% lignin tereduksi (PPKS, 2010).
Pulp hasil ekstraksi dialirkan ke dalam Rotary Washer I (RW-101) dengan menggunakan pompa sentrifugal. Media yang digunakan untuk mencuci pada unit RW-101 adalah air proses dengan suhu 30oC. Perbandingan air proses dengan bahan yang dicuci adalah 2,5 : 1 (Kirk & Othmer, 1978). Efesiensi pencucian pada alat ini adalah 98% (European Commission, 2001). Selanjutnya, pulp akan dibawa ke unit bleaching.
Keluaran dari RW-101 dialirkan dengan pompa ke dalam tangki bleaching (BL-101). Tangki bleaching digunakan untuk menghilangkan lignin yang tersisa dari proses ekstraksi. Di dalam tangki bleaching dimasukkan pulp serta larutan NaOCl 1% dengan perbandingan 1:20 (b/v). Tangki dilengkapi dengan pengaduk untuk mengaduk campuran. Proses bleaching berlangsung selama 24 jam pada suhu 60oC dan konsistensi air di dalam pulp 10%. Pada unit ini, sebanyak 87,638% lignin tereduksi (PPKS, 2010).
Setelah melewati tahap bleaching, bleached pulp dimasukkan ke dalam unit pencucian Rotary Washer II (RW-102) yang bertujuan agar pulp yang dihasilkan bersih dari sisa bahan kimia pemutih (NaOCl). Media pencucian yang digunakan adalah air proses yang masuk ke unit RW-102 pada 30oC. Perbandingan air proses dengan bahan yang dicuci adalah 2,5 : 1 (Kirk & Othmer, 1978). Efesiensi pencucian pada alat ini adalah 98% (European Commission, 2001).
Kemudian pulp dipompakan menuju menuju unit pengeringan pulp. Pulp dikeringkan dengan menggunakan rotary dryer (RD-201). Media pemanas yang digunakan pada unit ini adalah steam. Kandungan air yang diharapkan pada keluaran Rotary dryer adalah sebesar 10% yang merupakan sarat kandungan air pada pulp untuk memasuki unit asetilasi. Pulp didinginkan pada blow box (B-201) dengan menggunakan media udara pendingin untuk menurunkan panas dari

Dokumen yang terkait

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Fenil Asetat Dari Benzil Sianida Dan Asam Sulfat Dengan Kapasitas Produksi 1.000 Ton/Tahun

40 179 467

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Proses Pulping Dan Asetilasi Dengan Kapasitas Produksi 3.500 Ton/Tahun

37 136 397

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Dimetil Eter Dari Syngas Hasil Gasifikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Produksi 50.000 Ton/Tahun

56 164 239

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Diasetat Dari Pulp Dan Asetat Anhidrat Dengan Kapasitas Produksi 3.000 Ton/Tahun

15 68 277

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat Dari Alang - Alang Dengan Kapasitas 75.000 Ton/Tahun

8 38 259

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat Dengan Kapasitas Produksi 12.000 Ton/Tahun

33 122 482

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Fenil Asetat Dari Benzil Sianida Dan Asam Sulfat Dengan Kapasitas Produksi 1.000 Ton/Tahun

1 3 312

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Proses Pulping Dan Asetilasi Dengan Kapasitas Produksi 3.500 Ton/Tahun

3 6 258

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Proses Pulping Dan Asetilasi Dengan Kapasitas Produksi 3.500 Ton/Tahun

1 2 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Dimetil Eter Dari Syngas Hasil Gasifikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Produksi 50.000 Ton/Tahun

1 2 13