Sifat Teknis Vulkanisat Sol Sepatu Karet Alam Menggunakan Bahan Pengisi Abu Terbang

Prosiding Seminar Nasional Teknologi lnovalif Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian

SIFAT TEKNIS VULKANISAT SOL SEPATU U R E T ALAM
MENGGUNAICIIN BANAN PENGlSl ABU T E M A N G
Adi Cifriadi dan Dadi R. Maspanger
Balai Penelitian Teknologi Karel

Karet alam merupakan komoditas tradisional sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting
peranannya sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor pertanian. Pembuatan barang jadi karet,
sepeai sol sepatu adalah salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah karet alam dan untuk
mengembmgkm industri berbasis karet alam dalam negeri. Pada penelitian ini dikaji sifat-sifat
tcknis vulkanisat sol sepatu karet alam menggunakan bahan pengisi abu terbang dan dibandingkan
dengm spesifikasi teknis sol sepatu berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Abu terbang
mempakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada unit Pembangkit Listrik
Te~enagaUap (PLTU). Penggunaan bahan pengisi abu terbang bertujuan untuk menggantikan bahan
pengisi tidak hitam komersial seperti kaolin dan CaCQ3 sehingga dapat menumnkan biaya
pembuatan vulkanisat sol sepatu. Pembuatan bahan pengisi abu terbang ukuran partikel 300 mesh
dilakukan dalam 5 tahapan proses, yakni : pengecilan ukuran partikel, pencucian, penurunan kadar
besi, pengeringan, dan penyaringan. Vulkanisat sol sepatu karet alam berbahan pengisi abu
terbang dibuat dengan menggunakan tehcnik cetak tekan pada suhu vulkanisasi 1.50'~selama 4,25
menit. Hasil penelitian menunjuaan bahwa vulkanisat sol sepatu karet alam berpengisi abu

terbang dengm ukuran partikel 300 mesh dapat digunakan untuk membuat sol karet sepatu olah
raga dan sol karet cetak tipe C karena vulkanisatnya memiliki sifat teknis yang cukup sesuai
dengan standar SNI 06- 1844-1990 Ed. 1.2 dan SNI 12-0778-1989 Ed. 1.6. Kinerja vulkanisat yang
mengandung bahan pengisi abu terbang ukuran partikel300 mesh hampir setara dengan vulkanisat
karei bergengisi kaolin dan CaCQ, sehingga bahan pengisi ini dapat menggantikan bahan pengisi
tidak hitam komersial, yakni kaolin d m CaC03.

Kada knnei : abu terbang, bahan'pengisi, vulkanisat karet, sifat teknis barang jadi karet.
ABSTRACT

Natural rubber is a traditional and an export commodity which has an important role for national
income from agricultural sub-sector. Manufacmring of rubber goods for example shoe sole is an effort
to increase added value of natural rubber and to develop rubber goods ,industry based on domestic
natural rubber. The research studied about technical properties on shoe sole vulcanizate from natural
rubber which used fly ash as filler and the results were compared to the technical specification of.
Shoe Sole according to lndonesian Standard. Fly ash is waste which is produced from burning process
of coal in Power Plant. Usage of fly ash fillei was aimed to substitute non-black filler such as Kaolin
and CaC0, so that the price of shoe sole product could be decreased. Processing of fly ash filler, 300
mesh particle size, was conducted in five steps, which are: reducing of particle size, washing, reducing
of iron content, drying, and screening. Shoe sole wlcanizate £iom natural rubber which contained fly

ash filler was prepared by press molding technique at 150°C for 4.25 minutes. The result showed that
fly ash filler 300 mesh could be used as filler for mmufacturhg sport shoe sole and rubber-molded
sole of C-type because its technical properties in accordance enough with SNI 06-1844-1990 Ed. 1.2
and SNI 12-0778-1989 Ed. 1.4. The performance of vulcanizate which contained fly ash 300 mesh as
filler was the same as kaolin and CaC03 so that fly ash could substitute non-black filler like kaolin
and CaCQ.

Keywords: fly ash, filler, rubber vulcanizate, technical property of rubber goods.

Balai Besar Penelitian don Pengembangan Pascopanen Pertanian

701

Prosiding Seminor Nasionol Teknologi lnovotif Poscoponen untuk Pengembongan lndustrf Berbasis Pertonlon

PENDAHULUAN
Karet alam (natural rubber) mewpakan komoditas tradisional sekaligus komoditas
ekspor yang sangat penting peranannya sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor
pertanian, dan menjadi tumpuan pencaharian bagi banyak keluarga petani. Luas tanaman
perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 3.668,b ribu Ha, baik perkebunan

karet besar dan rakyat, dengan produksi 1.630 ribu ton (BPS, 2002). Perbandingan data
ekspor karet alam tahun 2002 dengan 2003 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia menunjukkan kenaikan selama bulan Januari-Agustus sebesar 9,2%
untuk volume ekspor dan 52,3% untuk nilai ekspor. Kenaikan volume ekspor pada
lateks pekat sebesar 56,6%, total RSS 2,2 %, total TSR 9,1 %, dan SIR 20 5,4 %
(Gapkindo, 2004). Berdasarkan keadaan tersebut, Indonesia merniliki potensi bahan baku
karet alam yang besar sehingga apabila dapat mengembangkannya meialui pembuatan
barang jadi karet maka akan lebih meningkatkan nilai tambah komoditas karet alam
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan nilai tambah karet
alam melalui diversifikasi produk barang jadi karet sehingga berdampak pada
pengembangan industri berbasis karet alam dalarn negeri.
Pembuatan barang jadi karet, seperti sol sepatu adalah saiah satu upaya untuk
meningkatkan nilai fambah karet alam dan untuk mengembangkan industri berbasis karet
alam daiam negeri. Sol sepatu karet merupakan produk barang jadi karet yang
dikatagorikan sebagai produk karet penggunaan umum. Produk ini memiliki serapan
konsutnsi karet alam yang cukup besar sehingga apabila dapat mengembangkan
industrinya seperti melalui mendisain kompon karet dengan biaya yang lebih murah maka
berdampak pada peningkatan konsumsi karet dam dalam negeri.
Terdapat tiga ha1 yang menjadi pertimbangan dajarn pembuatan barang jadi karet
yaitu : harus memenuhi sifat teknis barang jadi karet, kemudahan proses pembuatan

barang jadinya dan biaya pembuatan kompon karet. Agar dihasilkan produk karet yang
sesuai dengan persyaratan teknis maka terdapat beberapa ha1 yang dapat mempengaruhi
sifat-sifat teknis produk, diantaranya adalah : pemilihan jenis karet mentah, pernilihm
sistem vulkanisasi, dan pemilihan bahan-bahan kimia dalam pembuatan kompon karet.
Bahan pengisi merupakan bahan kimia kompon karet yang dapat mempengaruhi sifat
fisik barang jadi karet serta dapat menurunkan biaya pembuatan kompon karet.
Abu terbang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batu
bara pada unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada unit PLTU Suralaya
Banten, abu terbang telah dihasilkan sebanyak 24 ribu ton per bulan. Limbah ini
~nembentukdeposit menggunung dilokasi-lokasi pembakaran batubara karena belum
dimanfaatkan menjadi suatu ballan yang merniliki nilai guna yang lebih baik. Abu terbang
umumnya bewarna abu-abu putih , densitas sekitar 2 gr/cm3, dengan komposisi kimia
terdiri atas silika (Si02) > 40%, Ai203sekitar 20%, Fe2035%, CaO 3 - 4%, dan MgO 1%
(ACAA, 2001). Abu terbang sesungguhnya berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan
pengisi karet karena merupakan senyawa sillikat yang mengandung silika sekitar 50%.
Senyawa silikat merupakan bahan pengisi yang sudah umum digunakan dajam
pembuatan barang jadi karet seperti kaolin. Penggunaan bahan pengisi abu terbang
bertujuan untuk menggantikan bahan pengisi tidak hitam komersial seperti kaolin dan
CaG03 sehingga dapat menurunkan biaya pembuatan vulkanisat sol sepatu. DaIarn
penelitian ini dikaji sifat-sifat teknis vulkanisat sol sepatu karet alam menggunakan bahan

pengisi abu terbang dan dibandingkan dengan spesifikasi teknis sol sepatu berdasarkan
Standar Nasional Indonesia.

-

702

Boloi Besar Penelition don Pengembangon Pascapanen Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Teknologi lnovotif Pascopanen untuk Pengembangon lndustri Berbosis Pertonion

BAMAN DAN METODE

Abu terbang berasal dari PT Indonesia Power Unit Pembangkit Suralaya-Banten,
karet alam, ZnO, asam strearat, kaolin, CaCO,, Montactere, white oil, CBS (NCyclohexyl-1,2-benzothiazole sulfenamide), pewarna dan belerang. Formilla ~~ntirk
pembuatan sol sepatu karet alam disajikan pada Tabel 1 .
Tabel l . Formula kompon karet dengan variasi bahan pengisi untuk peinbuatan
vulkanisat sol sepatu
Bahan
Karet ALam (RSS 1)


A
100

Kode Kornpon
B
100

C
100

Asam Stearat
Abu terbang 300 mesh
Kaolin
CaC03
Montaclere
CBS
Belerang
Pigmen merah
White oil

Perlakuan-perlakuan Terhadap Abu Terbang
Pernanfaatan abu terbang untuk dijadikan bahan pengisi barang jadi karet
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a)

b)
c)
d)
e)
f)

pengecilan ukuran partikel dengan cara penggilingan di dalam ball-mill dan bolabola stainless-stell.
pencucian partikei untuk rnemisahkan bahan pengotor seperti tanah liat dan pasir
halus.
penurunan kadar besi dengan pengaduk magnit.
pengeringan untuk menurunkan kadar air kristal.
penyaringan dengan kasa 300 mesh.
pencampuran abu terbang hasil perlakuan (a) s/d (e) dengan karet dan bahan-bahan
kimia kompon. Proses pencampuran karet dan bahan kimia karet dilakukan pada
gilingan 2-rol ukuran laboratoriurn. Uji karakteristik pematangan kompon karet

dilakukan pada Oscillation Moving Die Rheometer Toyoseiki pada suhu 150 OC
menurut IS0 34 17. Selanjutnya kompon karet divulkanisasi untuk menghasilkan
vulkanisat sol sepatu karet. Sebagai pembanding dilakukan pula pencampuran
dengan bahan pengisi komersial, yaitu : CaCQ3 dan kaolin.

Pengujian Sifat Fisik Vulkanisat dan Marakteristik Pematangan
Sifat-sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alam yang diuji adalah : kekerasan,
tegangan putus, perpanjangan putus, modulus 300 %, ketahanan sobek, bobot jenis, dan
perpanjangan tetap 100 %. Sedangkan untuk karakteristik pematangan kompon karet

Balai Besor Penelitfan don Pengembongan Pascopanen Pertanion

703

Prosiding Seminar Nosional Teknologi inovotif Pascapanen untuk Pengembongan fndustrl Berbosb Pertonion

yang diuji adalah : modulus torsi maksimum dan minimum, modulus torsi optimum,
waktu scorch (ts*), waktu optimum vulkanisasi (tgO)dan indeks laju pematangan (CRI).

NASIL DAN PEMBAHASAN

Wasil pengujian karakteristik pematangan kompon karet disajikan pada Tabel 2.
Hasil pengujian karakteristik pematangan kompon karet diperoleh dari kurva Rheometer.
Kurva ini memberikan informasi mengenai waktu optimum tejadinya proses vulkanisasi
(t90), waktu pravulkanisasi (ts*), modulus torsi maksimum (MHR), modulus torsi
minimum (ML) dan modulus torsi optimum (M90). Besaran-besaran ini diperlukan untuk
pembuatan barang jadi karet. Dalam pembuatan barang jadi karet, waktu vulkanisasi yang
lambat diperlukan untuk kompon tebal, sedangkan waktu vulkanisasi yang singkat
biasanya untuk kompon tipis. Berdasarkan hasil pengujian karakteristik pematangan
kompon diperoleh informasi bahwa kompon berpengisi abu terbang (kompon A) dan
kompon berpengisi CaCO3 (kompon C) memiliki waktu optimum vulkanisasi (t9())dan
waktu pravuikanisasi yang relatip cepat dibandingkan kornpon berpengisi kaolin (kompon
B). Waktu optimum vulkanisasi kompon A 4,25 menit, kompon C 4,5 menit, sedangkan
kompon B 7 menit. Waktu pravulkanisasi kompon A, B dan C beflurut-turut sebesar 0,63
; 1,63 dan 0,50 menit.
Proses vulkanisasi kompon karet merupakan suatu reaksi kimiawi yang bersifat
tidak dapat balik (irreversible) melalui pembentukan ikatan silang bahan pemvulkanisasi
pada rantai molekul karet. Hasil pengujian karakteristik pematangan kompon juga
memberikan informasi tentang derajathingkat vulkanisasi yang terjadi pada kompon
karet. Derajat vulkanisasi dapat diperkirakan melalui selisih antara modulus torsi
maksimum (MHR) dengan modulus torsi minimum (ML) ataupun dari nilai modulus torsi

optimum (M90). Derajat vulkanisasi ini menunjukkan derajat ikatan silang yang terbentuk
pada molekul karet, semakin tinggi nilai derajat vulkanisasi maka semakin tinggi pula
derajat ikatan silang yang terbentuk. Nilai derajat vulkanisasi ini juga dapat
mempengaruhi sifat fisik vulkanisat, seperti : tegangan putus, kekerasm, modulus dl!.
Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 2) bahwa kornpon karet berpengisi abu terbang
(kompon A) memiliki nilai modulus torsi optimum hampir sama dengan kompon karet
berpengsisi kaolin (kompon B). Nilai modulus torsi optimum kompon A dan B berturut
turut 56,57 dan 58,84 kg-cm. Namun kompon C memiliki nilai modulus torsi optimum
yang cukup tinggi dibandingkan kompon A dan B yakni sebesar 66,8 kg-cm. Perbedaan
nilai modulus torsi optimum kompon C dengan kompon A dan B sekitar 10 kg-cm dan
diperkirakan perbedaan ini tidak terlalu nyata berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik
vulkanisatnya.
Tabel 2. Hasil uji karakteristik pematangan kompon karet
Rheometer(0DR)
150 OC IS0 3417
MHR kg-cm
ML kg-cm
MgOkg-cm
tgOmin
tsz min

CRI, pointlmin

704

Kode Kompon
A

B

e

60,8
18,5
56,57
4,25
0,63
27,62

64,O
12,4
58,84

72,O
20,0

Boloi Besor Penelition don Pengembangan Pascoponen Perfonian

7
1,63
18,62

66,8
4,5O
0,50
25,OO

Prosiding Seminar Nosionol Teknologi inovotif Poscaponen untuk Pengembongan lndusiri Berbosis Pertonion

Bahan pengisi ditambahkan kedalam kompon karet dalam jumlah tertentu untuk
meningkatkan sifat fisik vulkanisat dan menurunkan biaya produk. Penambahan bahan
pengisi pada kornpon karet umumnya meningkatkan sifat kekerasan bahan. Sedangkan
sifat-sifat fisik Iainnya bergantung pada keaktifan bahan pengisi pada molekul karet.
Berdasarkan keaktifannya, bahan pengisi digolongkan atas dua bagian, yaitu bahan
pengisi bersifat penguat dan tidak bersifat penguat. Bahan pengisi dikatakan bersifat
penguat apabila pada vulkanisatnya terjadi peningkatan sifat-sifat ketahan rusak vailure
p ~ e v t i e s )seperti kekuatan tarik, ketahanan sobek, ketahanan kikis, dan peningkatan
modulus. Kaolin dan CaCO, termasuk golongan bahan pengisi tidak bersifat penguat.
Hasil pengujian sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alam dengan perbedaan bahan
pengisi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Wasil uji sifat-sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alarn
Sifat-sifat Fisik
Kekerasan, Shore A
Tegangan putus, ~ l m m ~
Modulus 300 %, ~ / r n r n ~
Perpanjangan putus, %
Ketahanan sobek, ~ / m m ~
Bobot jenis, g/crn3
Perpanjangan tetap SO %, %
Ketahanan retak-lentur 150 kcs
Ketahanan retak-lentur 250 kcs

Test
Method
([SO)
76 19-96
3 7-96
37-96
37-96
8 1 6-96
278 1-96
2285-88
132-83

132-83

Vulkanisat
A

B

C

50
17,4
22
670
2,9
1:194
2,6
Tidak
retak
Tidak
retak

55
16,9
4,2
620
3,0
1,240
2,6
Tidak
retak
Tidak
retak

50
18,4
2,3
680
3,7
1,241
2,6
Tidak
. retak
Tidak
retak

Tabel 4. Spesifikasi sol karet cetak (SNI 12-0778-1989 Ed. 1.6).
Persyaratan
No
Jenis Uji
Satuan
Kelas A
Kelas B
1.
FISIU
Tebal tanpa kernbangan rnm
Min. 2,0
Min. 2,0
~ g / c r n ~ Min. 150
Min. 100
Tegangan putus
~ / r n r n ~ Min. 14,7
Min: 9;s.
Perpanjangan putus (%)
250
150
Kekerasan
Shore A
55 - 80
55 - 80
~ g l c r n ~ Min. 60
Min. 40
Ketahanan sobek
Nlmm2
Min. 3.9
Min. 5.9
Perpanjangan tetap
Maks. 4
Maks. 7
(50%)
B o h i jenis
g/crn3
Maks. 1,2
Maks.

Kelas C
Min. 2,0
Min. 50
Min. 4,9
100
55 -80
Min. 25
Min. 2.44
Maks. 10
Maks. 1,6

1.4

Ketahanan kikis
mm3/kgm Maks. 1,0
Maks. 2,5
Grasselli
Ketahanan retak-lentur
Tidak retak
Tidak
Tidak retak
150 kcs
retak
ORGANOEEPTIS
Keadaan
dan atau
Tidak cacat dan atau rusak yang berupa
penarnpakan sol
sobek, lubang, lepuh, retak, goresan, dan
warna
1 9 5

2.

Boloi Besor Penelltian dan Pengembangon Pascoponen Pertonion

705

Prosiding Seminar Nosionol Teknologi lnovatlf Pascaponen untuk Pengembongon lndustri Berbasls Pertonian

Tabel 5. Spesifikasi sol karet sepatu oiah raga ( s N ~06-1844-1990 Ed. 1.2)
No

Jenis Uji

1.

FISIMA
Tebal tanpa kembangan
Tegangan putus
Perpanjangan putus (%)
Kekerasan
Ketahanan sobek
Perpanjangan
tetap
(50%)
Bobot jenis
~etahanankikis
Grassell i
Ketahanan retak-lentur
(tidak retak)
ORGANOLEBTPS
Keadaan
dan
atati
penampakan sol

2.

Satuan

Persyaratan

mm
N/mm2

Minimal 2,0
Minimal 10
Minimal 250
50 - 70
Minimal 5,8

-

Shore A
b!/rnrn2

-

Maksimal 4,0

dcm3

Maksirnal 1,3
Maksimal 1,0
Minimal 250

kcs

Tidak cacat dan atau rusak yang
berupa sobek, lubang, lepuh, retak,
goresan, dan warna

Berdasarkan hasii uji sifat fisika vulkanisat diperoleh infomasi bahwa vulkanisat
yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh (vulkanisat A) memiliki
kekerasan 50 shore A, tegangan putus 17,4 N/mm2, modulus 300 % 2,2 ~ l m r n ' ,
perpanjangan putus 670, ketahanan sobek 2,9 N/mrn2, bobot jenis 1,194 g/crn3,
perpanjangari tetap 50 % sebesar 2,6 % dan tidak retak dalam pengujian ketahanan retak. lentur 150 dan 250 kcs. Hasil uji sifat fisik vulkanisat A tersebut tidak terlalu berbeda
dengan vulkanisat berpengisi kaolin (vulkanisat B) dan vulkanisat berpengisi CaCO,
(vulkanisat C) sebagai pembanding. Secara keseluruhan sifat-sifat frsik (kekerasan,
.tegangan putus, modulus 300 %, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis,
ketahanai~retak-lentur 150 dan 250 kcs, perpanjangan tetap 50 %) vulkanisat sol sepatu
karet alam yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh (vulkmisat A) hampir
setara dengan vulkanisat B ataupun vulkanisat C, bahkan unruk parameter mutu bobot
jenis vulkanisat A lebih kecil dibandingkan vulkanisat B dan C. Nilai bobot jenis
vulkanisat yang lebih kecil ini memberikan keunggulan karena sol sepatu lebih ringm
sehingga.memberikan nilai positif bagi pengguna.
Apabila hasil uji sifat-sifat fisika vulkanisat berpengisi abu terbang, kaolin, dan
CaCO:, dibandingkar~dengan persyaratan teknis dari sol karet cetak (SNI 12-0778-1989
Ed.1.6) dan qol karet sepatu olah raga (SNI 06-1 844-1990 Ed. 1.2) yang ditunjukkan
dalam tabel 4 dan 5 rnaka kinerjanya cenderung masuk dalarn persyaratan spesifikasi sol
karet cetak kelas C dan spesifikasi sol karet sepatu olah raga. Hasil tersebut
rnengindikasikan bahwa abu terbang memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan
pengisi sol sepatu olah raga dan sol karet cetak tipe C.
Visual sol sepatu yang dibuad pada percobaan ini dengan perbedaan kandungan
bahan pengisi dalam pembuatan kompon karet ditampilkan pada Gambar 1. Dari Ganbar
tersebut terlihat bahwa sol sepatu yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh
menghasilkan warna yang lebih buram dibandingkan wama sol sepatu yang mengandung
bahan pengisi kaolin dan CaG03. Hal ini dikarenakan pengamh dari warna abu-abu yang
berasal dari warna abu terbang. Perbedaan warna ini tidak terlalu benpenganrh terhadap
kualitas barang jadi karet yang dihasilkan.

706

Boloi Besar Penelition don Pengembangan Pacapanen PertanIan

Prosiding Seminar Nosionol Teknologl liwvotif Pascoponen untuk Pengembongon Industri Berbasis Pertanion

Hasil penelitian menunjukkan bahwa vulkanisat yang mengandung bahan pengisi
abu terbang 300 mesh memiliki sifat-sifat fisik hampir setara dengan sifat fisik
vufkanisat berpengisi kaolin dan CaCQ sehingga abu terbang memiliki pefuang untuk
menggantikan bahan pengisi karet tidak hitam komersial, yakni kaolin dan CaCO,.
Berdasarkm sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alarn, abu terbang 300 mesh
dapat digunakan sebagai bahan pengisi untuk membuat sol karet sepatu olah raga dan sol
karet cetak tipe C karena vulkanisatnya memiliki sifat teknis yang cukup sesuai dengan
standar SNI 06-1844-1990 Ed. 1.2 dan SNI 12-0778-1989 Ed. 1.6.

American Coal Ash Association (ACAA). Coal fly ash-Material Description. Internet NewsAlexmdriq Virginia., 200 1, p.6
Badan Pusat Statistik (BPS)., Statistik Indonesia 2002., hal 206-207.
BBPPIW

. Penerapan

Tehologi Bersih Pada Industri Karet. Workshop Karet Alam
Sebagai Produk Unggulm Ekspor Yang Bersahabat Dengm Lingkungan,
Bandar h p u n g , 8-10 Oktober 1996. Depperindag-Gapkindo

Blow., C.M., Rubber Technology ang Manufacture., 2nd Ed., Butteworth Scientific.,
London., 1982., p.259 - 303.
Eirich, F.R. Science and Technology of Rubber. Rubber Div. ACS, Academic Press,
London, 1978, p.670
Gapkindo., Buletin Karet., 2004.

Bolal Besar Penelition don Pengembongan Pacopanen Pertanion

707

Prosiding Sernlnar Nosional Teknologl lnovotif Pascaponen untuk Pengembongon lndustrf Berbasls Pertonion

Herininiwati., dkk., Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Filler Barang Karet.,
Prosiding Seminar Nasional II Industri- Kulit, Karet, dan Plastik.,
Yogyakarta., 2002., 598 - 6 10.
Suhardi., Prospek Abu Layang Limbah Pembakaran Batubara Sebagai Filler Karpet
Karet., Prosiding Seminar Nasional 11 lndustri Kulit, Karet, dan Plastik.,
Yogyakarta., 2002., 504 - 51 5.
Wagner,M.P. Precipitated silicas - a compounding alternative. Elastomerics, 1981, 40-44

708

Baloi Besar Penelition don Pengembongon Pacoponen Pertonion