Land Suitability Criteria for Maize and Groundnut Based Land Utilization Types in the Bogor Area

KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK TIPE
PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS JAGUNG DAN
KACANG TANAH DI DAERAH BOGOR

DJADJA SUBARDJA SUTAATMADJA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Kriteria Kesesuaian
Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis Jagung dan Kacang Tanah di Daerah Bogor
adalah karya saya sendiri dan belum diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Doktor dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.

Bogor,


Oktober 2005

Djadja Subardja Sutaatmadja
NRP. 995033

ABSTRACT
DJADJA SUBARDJA SUTAATMADJA. Land Suitability Criteria for Maize and
Groundnut Based Land Utilization Types in the Bogor Area. Supervised by SUDARSONO
as Chairman, SARWONO HARDJOWIGENO, SUPIANDI SABIHAM, HIDAYAT
PAWITAN and BUDI MULYANTO as Members.
The existing criteria of land suitability classification for maize and groundnut which
have been used to evaluate of land suitability in Indonesia are too general and not used on
spesified location of upland agriculture. The parameters and their ratings in the criteria
were not tested and verified in the field especially their relationship to the production of
crops, therefore the results of land suitability evaluation were often not suited to the
potential of land and expected yields. The objectives of the research are: (1) to study the
influence of variability of parent materials and soil development to land qualities and crop
productivity of maize and groundnut, (2) to identify the limiting factors of defined landuse
and minimum data set of land qualities for land suitability evaluation in the wet climate of

upland agriculture, and (3) to create the land suitability criteria for maize and groundnut
based land utilization types with low and medium inputs.
Variability of parent materials and soil development strongly influenced the land
qualities of nutrient retention and toxicity which are determined by land characteristics of
pH, base saturation, and exchangeable aluminum. Land quality of nutrient availability,
especially of available P, much more influenced by land management. The production of
maize and groundnut on the low and medium input of the land utilization types were varied
and influenced by variability of those parent materials and their soil developments. The
crop productions on medium input were higher and significantly differed from the low
input. The advanced stage of soil development tended to decrese the land qualities and crop
productions.
Productivity of the wet climate of upland agriculture was strongly influenced by the
land qualities of nutrient availability, nutrient retention and toxicity. The production of
maize on the low input was determined by land characteristics of pH, available P, and
exchangeable aluminum, and the groundnut by available P, base saturation, and
exchangeable aluminum. On the medium input, the crop production of maize is influenced
by the land characteristics of pH and exchaneable aluminum, and the production of
groundnut by the land characteristics of BS and exchangeable aluminum. The land
suitability criteria for the defined land utilization types are created on base of: (1) the
relevant land qualities, and (2) crop productivity of the area. By using the criteria indicate

that the land suitability classes are suitable to the area and expected yields of the defined
land utilization type. In case of the study area, the land qualities and land characteristics
needed in the criteria are fewer than the existing criteria and therefore the processing of the
land suitability evaluation could be done faster, easily and gave an accurately results.
Especially, on the very acid soils developed on the acid sedimentary rock must be applied
by fertilizer, organic matter and liming to improve land qualities of the soils.

ABSTRAK
DJADJA SUBARDJA SUTAATMADJA. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe
Penggunaan Lahan Berbasis Jagung dan Kacang Tanah di Daerah Bogor. Dibimbing oleh
SUDARSONO sebagai Ketua, SARWONO HARDJOWIGENO, SUPIANDI SABIHAM,
HIDAYAT PAWITAN dan BUDI MULYANTO sebagai Anggota.
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman jagung dan kacang tanah yang telah ada
untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan di Indonesia masih sangat umum dan tidak
untuk spesifik lokasi. Parameter yang digunakan dan pengharkatannya belum dikaji di
lapangan dan dihubungkan dengan produksi tanaman, sehingga seringkali terjadi hasil
penilaian kesesuaian lahan tidak sesuai dengan potensi lahan dan produksi yang
diharapkan. Penelitian ini bertujuan: (1) mempelajari pengaruh keragaman bahan induk dan
perkembangan tanah terhadap kualitas lahan dan tingkat produktivitas tanaman jagung dan
kacang tanah, (2) mengidentifikasi faktor-faktor pembatas penggunaan lahan dan

kebutuhan minimum data kualitas lahan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan di lahan
kering beriklim basah, dan (3) menyusun kriteria kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan
lahan berbasis jagung dan kacang tanah pada input rendah dan sedang.
Keragaman bahan induk dan perkembangan tanah sangat mempengaruhi kualitas
lahan retensi hara dan bahaya keracunan yang ditunjukkan oleh pH tanah, kejenuhan basa
(KB) dan aluminium dapat tukar (Al-dd). Sedangkan kualitas lahan ketersediaan hara
terutama P-tersedia lebih dipengaruhi oleh pengelolaan lahan. Produksi jagung dan kacang
tanah pada tipe penggunaan lahan dengan input rendah dan sedang cukup bervariasi yang
disebabkan oleh pengaruh keragaman bahan induk dan perkembangan tanahnya. Produksi
tanaman pada input sedang lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding dengan input rendah.
Perkembangan tanah pada tahap lanjut menurunkan kualitas lahan dan produksi tanaman.
Produktivitas lahan kering yang beriklim basah sangat ditentukan oleh kualitas
lahan ketersediaan hara, retensi hara dan bahaya keracunan. Karakteristik lahan yang sangat
berpengaruh terhadap produksi jagung pada input rendah adalah, P tersedia, pH dan Al-dd,
sedangkan terhadap kacang tanah adalah P tersedia, KB dan Al-dd. Pada input sedang,
karakteristik lahan yang berpengaruh terhadap produksi jagung adalah pH dan Al-dd,
sedangkan untuk kacang tanah adalah P-tersedia dan KB. Kriteria kesesuaian lahan untuk
masing-masing tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah dapat disusun
berdasarkan: (1) kualitas lahan, dan (2) tingkat produktivitas lahan. Evaluasi kesesuaian
lahan dengan menggunakan kriteria tersebut menghasilkan kelas kesesuaian lahan yang

lebih sesuai dengan kondisi lahan dan produksi yang diharapkan. Kasus di lokasi penelitian
diperlukan kualitas/karakteristik lahan yang lebih sedikit sehingga proses evaluasi
kesesuaian lahan dapat dilakukan lebih cepat dan mudah dengan hasil yang akurat. Usaha
perbaikan lahan terutama pada tanah-tanah sangat masam dari batuan sedimen masam,
diperlukan peningkatan ketersediaan hara, retensi hara dan mencegah bahaya keracunan
aluminium, antara lain melalui pemberian pupuk, bahan organik dan pengapuran.

© Hak cipta milik Djadja Subardja Sutaatmadja, tahun 2005
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor,
sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan
sebagainya.

KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK TIPE PENGGUNAAN
LAHAN BERBASIS JAGUNG DAN KACANG TANAH
DI DAERAH BOGOR

DJADJA SUBARDJA SUTAATMADJA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Departemen Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

Judul Disertasi: Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan
Berbasis Jagung dan Kacang Tanah di Daerah Bogor
Nama
: Djadja Subardja Sutaatmadja
NRP
: 995033

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc.

Ketua

Prof. Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.
Anggota

Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Tanah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.S.


Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Ujian: 30 September 2005

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini
adalah Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis Jagung dan
Kacang Tanah di Daerah Bogor. Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan Mei 2003
sampai dengan Juni 2004.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sudarsono M.Sc.,
sebagai Ketua Komisi Pembimbing serta Prof. Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno M.Sc., Prof.
Dr. Ir. Supiandi Sabiham M.Agr., Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan M.Sc. dan Dr. Ir. Budi
Mulyanto M.Sc., masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas semua
bimbingan, masukan dan saran-saran yang sangat berharga. Ucapan terima kasih
disampaikan juga kepada penguji Luar Komisi, yaitu Bapak Dr. Ir. M. Ardiansyah, Dr. Ir.
Ernan Rustiadi dan Dr. Istiqlal Amien M.Sc., APU atas saran dan masukannya untuk

perbaik an disertasi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat dan Kepala Balai
Penelitian Tanah atas pemberian izin belajar dengan biaya sendiri. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB dan peneliti di
Kelompok Pedologi, Balai Penelitian Tanah yang telah memberikan dorongan semangat
serta bantuan moril dan material selama penulis menyelesaikan studi. Akhirnya, penulis
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas perhatian, pengertian, kesabaran serta
doa restu dan kasih sayangnya kepada ibu tercinta Hj. Ratu Siti Aminah, bapak dan ibu
mertua, isteri dan anak-anak tersayang serta kakak dan adik-adik semuanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2005

Djadja Subardja Sutaatmadja

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 23 Nopember 1951 sebagai anak ke
empat dari dua belas bersaudara dari pasangan H. Mochammad Sulaeman Sutaatmadja dan
Hj. Ratu Siti Aminah. Pendidikan sarjana pertanian ditempuh di Departemen Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian IPB, lulus pada tahun 1977. Pada tahun 1983, penulis mengikuti
Postgraduate Course in Soil Survey di International Institute for Aerial Survey and Earth

Sciences, Enschede, Belanda. Pada tahun 1986, penulis melanjutkan pendidikan S2 di
tempat yang sama di Belanda dalam bidang evaluasi lahan dan lulus pada tahun 1987.
Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi ilmu tanah pada
Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 1999. Izin belajar atas biaya sendiri
diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Penulis bekerja sebagai peneliti bid ang genesis dan klasifikasi tanah pada
Kelompok Peneliti Pedologi, Balai Penelitian Tanah sejak tahun 1975. Sebelumnya penulis
pernah menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Publikasi, Pusat Penelitian Tanah (19911993), Pemimpin Proyek Penelitian Sumber Daya Lahan/LREP-II (1992-1997), Pemimpin
Bagian Proyek Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan (1998-1999).
Sekarang penulis sebagai Ahli Peneliti Madya pada Balai Penelitian Tanah sejak tahun
2002. Selama mengikuti pendidikan program S3, penulis juga menjabat sebagai Sekretaris
Jenderal Himpunan Ilmu Tanah Indonesia dan Ketua Himpunan Alumni Dewi Sri-SPMA
Negeri Bogor.
Pada tahun 1980, penulis menikah dengan Nunung Sumiati dan dianugerahi empat
orang anak, yaitu Komalawati S.P., Dian Mardiana S.T., Tris Sutrisna (wafat 20 April
1998) dan Raihan Yusuf.

Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada
isteri dan anak-anak yang kusayangi, ibunda tercinta,

saudara-saudaraku serta ayah dan anakku yang telah tiada.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

3

Hipotesis

4

Kegunaan Hasil Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

6

Karakteristik Lahan Kering

6

Pengaruh Bahan Induk dan Perkembangan Tanah terhadap
Kualitas Lahan

7

Perkembangan Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan

9

Prosedur Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pertanian Lahan Kering

11

Kriteria Kesesuaian Lahan

12

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

15

Lokasi Penelitian

15

Keadaan Iklim

15

Geologi dan Bahan Induk

19

Keadaan Tanah

22

Penggunaan Lahan dan Pertanian

24

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

26

Tempat dan Waktu Penelitian

26

Metode Penelitian

26

Karakterisasi Lahan dan Identifikasi Tipe Penggunaan Lahan

26

Percobaan Lapangan

30

Evaluasi Kesesuaian Lahan

31

Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

35

Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Lahan Kering

35

Karakteristik Tanah pada Berbagai Bahan Induk dan
Perkembangan Tanah

38

Pengaruh Lereng dan Konservasi Tanah terhadap Bahaya Erosi

61

Tipe Penggunaan Lahan dan Produktivitas Lahan Kering

63

Pengaruh Bahan Induk dan Perkembangan Tanah terhadap
Kualitas Lahan

68

Pengaruh Bahan Induk dan Perkembangan Tanah terhadap Produksi
Tanaman

78

Pengaruh Kualitas Lahan terhadap Produksi Tanaman

84

Kelas Kesesuaian Lahan vs Kualitas Lahan

88

Kelas Kesesuaian Lahan vs Produksi Tanaman

91

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis
Jagung dan Kacang Tanah

95

Penggunaan Kriteria Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian

105

Kelebihan dari Kriteria Kesesuaian Lahan yang Dibangun

109

KESIMPULAN DAN SARAN

112

Kesimpulan

112

Saran-saran

112

DAFTAR PUSTAKA

113

LAMPIRAN

118

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Kualitas/Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian
Lahan Kering

14

Data Iklim di Daerah Kabupaten dan Kota Bogor (Schmidt &
Ferguson, 1951)

18

3

Keadaan Iklim di Daerah Penelitian

18

4

Jenis -jenis Tanah Utama di Daerah Kabupaten dan Kota Bogor

24

5

Luas dan Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor Tahun 2003
(Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, 2004)

25

Luas, Jenis Komoditas dan Produktivitas Pertanian Lahan Kering
di Kabupaten Bogor Tahun 2003 (Dinas Pertanian Kabupaten
Bogor, 2004)

25

7

Sifat Morfologi, Kimia dan Mineralogi Tanah di Lokasi Penelitian

44

8

Sekuen Perkembangan Tanah di Lokasi Penelitian

50

9

Pendugaan Bahaya Erosi dan Erosi yang Diperbolehkan di Lokasi
Penelitian

62

10

Produksi Rata-rata Jagung dan Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

66

11

Kualitas Lahan pada Berbagai Bahan Induk dan Perkembangan Tanah
di Lokasi Penelitian
69

12

Produksi Tanaman pada Berbagai Bahan Induk dan Perkembangan
Tanah di Lokasi Penelitian

78

13

Kualitas Lahan dan Kebutuhan Optimum Tanaman

85

14

Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kualitas Lahan
di Lokasi Penelitian

89

15

Hubungan Kelas Kesesuaian Lahan dengan Produksi Tanaman

92

16

Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan Produksi
Tanaman di Lokasi Penelitian

94

2

6

xii

17

Analisis Regresi Kuadratik antara Sifat -sifat Tanah dan Produksi
Tanaman

18

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis
Jagung dengan Input Rendah

102

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis
Jagung dengan Input Sedang

102

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis
Kacang Tanah dengan Input Rendah

103

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis
Kacang Tanah dengan Input Sedang

103

Persamaan untuk Pendugaan Produksi Jagung dan Kacang Tanah
di Lokasi Penelitian

104

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbas is
Jagung dan Kacang Tanah Berdasarkan Tingkat Produktivitas Lahan
di Lokasi Penelitian

105

19
20
21
22
23

97

24

Hubungan Kelas dan Produksi Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan
untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis Jagung di Lokasi Penelitian 106

25

Hubungan Kelas dan Produksi Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan
untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis Kacang Tanah di Lokasi
Penelitian
106

26

Pendugaan Produksi dan Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tipe
Penggunaan Lahan Berbasis Jagung dan Kacang Tanah

108

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Peta Sebaran Lokasi Penelitian

16

2

Peta Geologi Daerah Bogor dan Sekitarnya

21

3

Peta Tanah Daerah Bogor

23

4

Bagan Alir Kegiatan Penelitian

27

5

Neraca Air untuk Tanaman Jagung dan Kacang Tanah di Cimanggu (a)
Gunung Sindur (b), Jasinga (c) dan Jonggol (d)
36

6

Komposisi Mineral Pasir dari Tanah-tanah di Lokasi Penelitian

39

7

Difraktogram Liat dari Tanah Berbahan Induk Volkanik Intermedier
(B1, B2) dan Batuan Sedimen Masam (B3, B4)

41

Difraktogram Liat dari Tanah Berbahan Induk Sedimen Basa
(B5, B6, B7)

42

Distribusi Sifat Kimia Tanah: %-liat, pH, C-organik, P-total, K-total
dan P-tersedia pada Penampang Tanah di Lokasi Penelitian

56

8
9
10

Distribusi S ifat Kimia Tanah: K-dd, Ca-dd, Mg-dd, KTK-tanah, Al-dd
dan Kejenuhan Basa pada Penampang Tanah di Lokasi Penelitian
58

11

Produksi Jagung pada Input Rendah (TPL 1) dan Input Sedang
(TPL 2) di Lokasi Penelitian

67

Produksi Tanaman Jagung dan Kacang Tanah pada Berb agai Jenis
Tanah dan Tingkat Pengelolaan Lahan di Lokasi Penelitian

79

Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan vs Produksi Jagung Tanpa Input

90

12
13

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Kualitas/Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kering (FAO, 1983)

118

2

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Jagung (Djaenudin et al., 2003)

120

3

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kacang Tanah
(Djaenudin et al., 2003)

121

4

Uraian Morfologi Profil Tanah di Lokasi Penelitian

122

5

Komposisi Mineral Pasir dari Tanah-tanah di Lokasi Penelitian

129

6

Sifat Fisika Tanah dari Tanah-tanah di Lokasi Penelitian

130

7

Sifat Kimia Tanah dari Tanah-tanah di Lokasi Penelitian

131

8

Sifat Kimia Tanah Lapisan Atas (0-20 cm) di Lokasi Penelitian

133

9

Sifat Kimia Tanah Lapisan Atas (0-20 cm) pada Pertanaman Jagung
dan Kacang Tanah

134

10

Perhitungan Besarnya Erosi (A) dan Erosi yang Diperbolehkan (T)
di Lokasi Penelitian

135

11

Data Tinggi Tanaman dan Produksi Jagung di Lokasi Penelitian

136

12

Data Tinggi Tanaman dan Produksi Kacang Tanah di Lokasi
Penelitian

138

13

Matriks Korelasi antara Sifat Kimia Tanah dan Produksi Jagung

140

14

Matriks Korelasi antara Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kacang
Tanah

141

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional, pengembangan
pertanian di lahan kering mempunyai harapan besar untuk mewujudkan pertanian
yang tangguh di Indonesia, mengingat potensi dan luas lahannya yang jauh lebih
besar daripada lahan sawah dan lahan gambut. Selain itu lahan kering sangat
berpeluang untuk pengembangan berbagai komoditi andalan, namun sampai saat
ini potensinya belum dimanfaatkan secara optimal. Bila dikelola dengan baik,
lahan kering akan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap penyediaan
pangan nasional (Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian, 1998).
Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau
tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Di Indonesia, lahan
kering dapat dibedakan berdasarkan kondisi iklimnya, yaitu lahan kering beriklim
basah dan lahan kering beriklim kering. Lahan kering beriklim basah mempunyai
penyebaran sangat luas, meliputi 74,58 juta hektar dimana sekitar 49 juta hektar
merupakan lahan datar sampai bergelombang yang potensial untuk pengembangan
pertanian tanaman pangan (padi gogo dan palawija). Kendala utama yang sering
dijumpai pada lahan kering beriklim basah adalah reaksi tanah masam, miskin
hara, kandungan bahan organik rendah, kandungan besi dan aluminium tinggi
yang melebihi batas toleransi tanaman serta peka erosi sehingga tingkat
produktivitasnya rendah (Hidayat et al., 2000).
Umumnya di Indonesia, faktor bahan induk tanah merupakan faktor
pembentuk tanah yang paling dominan pengaruhnya terhadap sifat dan ciri tanah
yang terbentuk serta potensinya untuk pertanian, selain faktor iklim dan topografi
(Buol et al., 1980). Keragaman bahan induk tanah memberikan keanekaragaman
sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Proses pelapukan bahan induk pada kondisi
iklim basah dengan suhu udara yang tinggi berjalan sangat intensif. Akibatnya
tanah cepat berkembang membentuk tanah -tanah berlapukan tinggi. Terdapat tiga
ordo tanah utama pada lahan kering beriklim basah yang potensial untuk
pertanian, yaitu Inceptisol, Ultisol dan Oxisol (Subagyo et al., 2000). Soil Survey

Staff (1999) mengindikasikan sekuen perkembangan tanah dari yang lemah
sampai

lanjut,

yaitu:

Entisol-Inceptisol-Alfisol-Ultisol-Oxisol

berdasarkan

diferensiasi horison bawah penciri. Perkembangan tanah yang semakin lanjut
cenderung menurunkan kualitas dan tingkat kesesuaiannya untuk pertanian (Sys,
1978). Secara alami, keragaman bahan induk dan perkembangan tanah yang terus
berlanjut akan berpengaruh terhadap tingkat kesesuaian lahan dan produksi
pertanian. Penurunan produksi pertanian pada lahan kering dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan tanah y ang terus berlanjut dan dipercepat oleh adanya erosi
yang terjadi secara alami atau karena penggunaan lahan yang tidak sesuai
(Arsyad, 1989).
Evaluasi

kesesuaian

lahan

sangat

diperlukan

dalam

perencanaan

penggunaan lahan kering agar lahan kering dapat digunakan secara produktif dan
berkelanjutan. Potensi dan kendala penggunaan lahan dapat diidentifikasi sejak
awal sehingga pengelolaan lahan dapat dilakukan lebih baik dan terarah sesuai
dengan komoditas yang akan dikembangkan (FAO, 1976). Metoda evaluasi
kesesuaian lahan telah banyak dikembangkan di Indonesia baik secara manual
maupun komputerisasi. Beberapa sistem evaluasi kesesuaian lahan yang dikenal
di Indonesia antara lain: Klasifikasi kemampuan lahan (Soepraptohardjo, 1970),
Klasifikasi kesesuaian lahan secara parametrik (Driessen, 1971), Klasifikasi
kesesuaian lahan untuk Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi
(Pusat Penelitian Tanah, 1983), Klasifikasi kesesuaian lahan untuk survei tanah
tinjau (CSR/FAO, 1983), Land Evaluation Computer System (Wood dan Dent,
1983) dan Automated Land Evaluation System (Rossiter dan Wambeke, 1994).
Namun metode yang ada masih beragam dan belum baku, sehingga bila
diterapkan pada lahan yang sama seringkali memb erikan hasil yang berbeda. Hal
ini terutama disebabkan oleh perbedaan dalam penetapan parameter dan kriteria
kesesuaian lahan serta pengambilan keputusan dalam klasifikasi kesesuaian lahan
(Hardjowigeno et al., 1999).
Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada untuk berb agai komoditas
pertanian di Indonesia masih bersifat umum, disusun berdasarkan kompilasi data
dan pengalaman empiris terhadap penggunaan lahan yang tidak spesifik lokasi
dengan mengacu banyak kepada publikasi dari luar negeri, antara lain FAO (1976,

2

1983) dan Sys et al. (1993). Penilaian kesesuaian lahan umumnya dilakukan
secara fisik-kualitatif dan belum dilakukan pengkajian secara mendalam di
lapangan terutama yang berkaitan dengan jenis dan jumlah parameter-parameter
yang digunakan dalam kriteria kesesuaian lahan tersebut dan hubungan kelas
kesesuaian lahan dengan produksi tanaman pada tingkat pengelolaan tertentu.
Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada dapat digunakan sebagai acuan umum,
terutama pada lahan-lahan yang belum dibuka untuk pertanian, namun dalam
penggunaannya masih perlu disesuaikan dengan kondisi setempat yang mencakup
pertimbangan ketersediaan data kualitas lahan serta jenis tanaman atau tipe
penggunaan lahan (TPL) yang diusahakan petani.
Tanaman jagung (Zea mays L.) dan kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
merupakan tanaman pangan utama yang sangat strategis dikembangkan di lahan
kering setelah padi. Kebutuhan akan jagung dan kacang tanah untuk memenuhi
permintaan pasar dalam negeri terus meningkat sejak tahun 90-an sebagai bahan
pangan, pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minyak goreng. Tingkat
produksi nasional untuk kedua komoditas ini masih rendah dan belum dapat
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri sehingga sampai saat ini masih terus
diimpor. Pada tahun 2002 Indonesia mengimpor sekitar 2 juta ton jagung pipilan
kering (Suprapto dan Marzuki, 2004) dan 200.000 ton kacang tanah (Sumarno,
2003).
Berdaasarkan hal tersebut, maka penelitian tentang : “Kriteria Kesesuaian
Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Berbasis Jagung dan Kacang Tanah di
Daerah Bogor” sangat diperlukan untuk perbaikan kriteria kesesuaian lahan yang
telah ada dan pengembangan metode evalu asi kesesuaian lahan yang lebih bersifat
kuantitatif dan spesifik lokasi dalam upaya mencari alternatif teknologi
pengelolaan lahan yang lebih sesuai dan dapat meningkatkan produktivitas lahan
kering secara optimal dan berkelanjutan.

3

Tujuan Penelitian
1. Mempelajari pengaruh keragaman bahan induk dan perkembangan tanah
terhadap kualitas lahan dan tingkat produktivitas tanaman jagung dan kacang
tanah.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pembatas penggunaan lahan dan kebutuhan
minimum data kualitas lahan untuk evaluasi kesesuaian lahan pada lahan
kering beriklim basah.
3. Menetapkan kriteria kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan berbasis
jagung dan kacang tanah pada tingkat pengelolaan lahan dengan input rendah
dan sedang berdasarkan kualitas lahan yang tepat dan produksi tanaman.

Hipotesis
1. Keragaman bahan induk dan perkembangan tanah sangat berpengaruh
terhadap kualitas lahan dan tingkat produktivitas tanaman jagung dan kacang
tanah.
2. Faktor pembatas penggunaan lahan dan kebutuhan minimum kualitas lahan
untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan akan berbeda dalam jenis dan
jumlahnya pada setiap lokasi dan tipe penggunaan lahannya.
3. Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada untuk tanaman jagung dan kacang
tanah masih terlalu umum dan tidak spesifik lokasi sehingga sering tidak sesuai
dengan potensi dan atau produkstivitas lahan kering.

Kegunaan Hasil Penelitian
Keluaran hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1) memberikan informasi
tentang potensi dan tingkat produktivitas lahan kering, khususnya untuk tipe
penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah pada tingkat pengelolaan

4

tertentu, (2) mengetahui pengaruh kualitas lahan dari bahan induk dan
perkembangan tanah yang berbeda terhadap produksi tanaman pangan, (3)
memperbaiki dan mengembangkan kriteria kesesuaian lahan kering yang lebih
kuantitatif khususnya untuk tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang
tanah pada tingkat pengelo laan tertentu. Dengan demikian, maka potensi, kendala
dan tindakan pengelolaan lahan yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat
produksi tanaman pangan yang optimal dapat diketahui secara tepat, sehingga
produktivitas lahan kering dapat ditingkatkan dan program ketahanan pangan
khususnya di daerah Bogor dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Lahan Kering
Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau
tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Berdasarkan iklimnya,
lahan kering dibedakan atas lahan kering beriklim basah dan lahan kering beriklim
kering. Lahan kering beriklim basah mempunyai curah hujan relatif tinggi (> 1500
mm/tahun) dengan masa hujan lebih lama dan tanpa kemarau yang jelas (Hidayat
et al., 2000). Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), wilayah yang beriklim basah
dapat diklasifikasikan ke dalam tipe hujan A, B dan C. Pada kondisi iklim
demikian, umumnya curah hujan lebih tinggi dari evapotranspirasi sehingga faktor
curah hujan yang erat kaitannya dengan faktor ketersediaan air untuk tanaman
tidak merupakan faktor pembatas dalam penggunaan lahan untuk pertanian.
Dalam tanah demikian selalu tersedia air dan tanaman tidak akan pernah
mengalami kekeringan dalam waktu lama. Keadaan kelembaban tanah tersebut
dalam Taksonomi Tanah termasuk ke dalam regim kelembaban tanah udic (Soil
Survey Staff, 1999).
Di Indonesia, lahan kering yang beriklim basah mempunyai penyebaran
yang sangat luas, meliputi 74,58 juta hektar, dimana sekitar 49,05 juta hektar
merupakan

lahan

datar

sampai

bergelombang

yang

berpotensi

untuk

pengembangan pertanian tanaman pangan (Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian,
1998). Selain potensi dan luas lahannya yang jauh lebih besar dari lahan sawah
dan lahan gambut, lahan kering juga sangat berpeluang untuk pengembangan
berbagai komoditas andalan yang hingga kini belu m dimanfaatkan secara optimal.
Umumnya di lahan kering, faktor iklim terutama curah hujan dan suhu udara,
topografi, keragaman bahan induk dan tanah sangat berpengaruh terhadap
produktivitas lahan. Kendala utama yang sering dijumpai pada lahan kering
beriklim basah adalah tingkat produktivitasnya rendah, dicirikan oleh tanah yang
berlapukan lanjut, solum tebal, berwarna kemerahan, kadar liatnya tinggi, reaksi
tanah masam, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah, miskin hara
terutama fosfor, kandungan bahan organik rendah, kandungan besi dan aluminium

tinggi yang melebihi batas toleransi tanaman serta peka erosi (Hidayat et al.,
2000). Walaupun tantangan dan kendala dalam pengembangan pertanian di lahan
kering terasa berat, namun tetap dijadikan

harapan besar bagi keberhasilan

pertanian di masa datang mengingat lahan-lahan persawahan
berlanjut

telah

dikonversi

menjadi

lahan

non-pertanian,

subur secara
sementara

produktivitasnya telah mengalami pelandaian dan cenderung menurun akibat
pemberian pupuk yang berlebihan (Adiningsih et al., 2000).

Pengaruh Bahan Induk dan Perkembangan Tanah terhadap Kualitas Lahan
Di wilayah tropika basah, termasuk Indonesia, selain faktor iklim dan
topografi, faktor bahan induk tanah merupakan faktor pembentuk tanah yang
paling dominan pengaruhnya terhadap sifat dan ciri tanah yang terbentuk serta
potensinya untuk pertanian (Buol et al., 1980). Keragaman bahan induk tanah
memberikan keanekaragaman sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Menurut peta
sumberdaya tanah Indonesia tingkat eksplorasi (Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, 2000) tercatat bahwa di Indonesia ditemukan 10 ordo tanah dari 12
ordo tanah yang tersebar di dunia. Tiga ordo tanah di antaranya yaitu Inceptisol,
Ultisol dan Oxisol merupakan tanah -tanah pertanian utama di lahan kering yang
berkembang dari batuan volkanik dan batuan sedimen (Subagyo et al., 2000).
Dudal dan Soepraptohardjo (1957) mengklasifikasikan tanah -tanah tersebut
sebagai Podsolik Merah Kuning dan Latosol. Buol et al. (1980) dan Mohr et al.
(1972), menyatakan bahwa sifat bahan induk dari batuan volkanik dan batuan
sedimen dapat dibedakan berdasarkan komposisi dan cadangan mineralnya.
Secara umum, batuan volkanik mengandung banyak felspar dan sedikit kuarsa,
sedangkan batuan sedimen tersusun dari banyak mineral kuarsa keruh dan sangat
sedikit felspar. Cadangan mineral atau jumlah mineral dapat lapuk dari tanahtanah yang berkembang dari batuan sedimen umumnya sangat rendah bila
dibandingkan dengan batuan volkanik dan didominasi oleh mineral resisten
terutama kuarsa keruh. Pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah lebih
terlihat jelas pada tanah -tanah di daerah kering atau tanah -tanah muda, sedangkan

7

pada tanah -tanah di daerah lebih basah atau tanah -tanah tua, hubungan bahan
induk dengan sifat-sifat tanahnya menjadi kurang jelas (Hardjowigeno, 1993).
Proses pelapukan bahan induk tanah pada kondisi iklim basah dengan
curah hujan dan suhu udara tinggi berjalan sangat intensif. Akibatnya tanah cepat
berkembang membentuk tanah-tanah yang berlapukan tinggi, dicirikan oleh solum
tanah dalam, berwarna coklat kemerahan sampai merah, kandungan liat tinggi,
masam, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah, miskin hara, cadangan
mineral rendah, kandungan besi dan aluminium tinggi, mineral liat didominasi
oleh tipe 1:1 (Subagyo et al., 2000). Tingkat perkembangan tanah diekpresikan
oleh diferensiasi horison (Soil Survey Staff, 1993), tingkat pelapukan batuan
induk dan muatan koloid tanah (Mohr et al., 1972; Sys, 1978) serta umur
pembentukan tanah (Hardjowigeno, 1993). Pada tingkat perkembangan tanah
lanjut, pelapukan bahan induk mencapai tingkat akhir, dicirikan oleh diferensiasi
horison yang jelas, solum dalam, kandungan liat tinggi, cadangan mineral sangat
rendah dan hanya mineral resisten yang tertinggal, KTK liat sangat rendah (100 mm) lebih dari 9 bulan, bahkan di sekitar Kota Bogor hampir
tidak ada bulan kering (< 60 mm). Suhu udara rata-rata berkisar dari 25-27 oC.
Kelembaban udara tergolong lembab, lebih dari 70%. Menurut Schmidt dan
Ferguson (1951), berdasarkan hasil pencatatan data iklim selama 20 tahunan
(1930-1950), tipe hujan di daerah penelitian dan sekitarnya tergolong tipe A dan B
(Tabel 2). Tipe hujan A tergolong cukup basah, mempunyai rasio rata-rata jumlah

bulan-bulan kering dan bulan basah sebesar 0-14,3%, sedangkan tipe hujan B
relatif lebih kering, mempunyai rasio jumlah bulan kering dan bulan basah sebesar
14,3-33,3%. Koppen (dalam Schmidt dan Ferguson, 1951) menggolongkannya ke
dalam tipe iklim Afa, yaitu termasuk ke dalam tipe iklim hujan tropika dengan
periode kering tidak nyata, curah hujan bulanan di musim kemarau masih di atas
60 mm dan suhu udara rata-rata bulanan di atas 22oC.
Data iklim terbaru daerah penelitian selama periode 1956-2000 dari Badan
Meteorologi dan Geofisika dan hasil pengukuran Balai Penelitian Agroklimat,
Bogor (Tabel 3) menunjukkan bahwa secara umum di wilayah Kabupaten Bogor
mengalami sedikit perubahan iklim, khususnya terhadap curah hujan tahunan di
Jasinga, Gunung Sindur dan Jonggol yang cenderung menurun.
Data iklim yang lengkap untuk daerah penelitian hanya