Nilai ekonomis satwaliar berdasarkan preferensi masyarakat di sekitar hutan studi kasus di hutan produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah

NILAI EKONOMI SATWALIAR
BERDASARKAN PREFERENSI MASYARAKAT
DI SEKITAR HUTAN :
Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma,
Kalimantan Tengah

DINI RAHMANITA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

NILAI EKONOMI SATWALIAR
BERDASARKAN PREFERENSI MASYARAKAT
DI SEKITAR HUTAN :
Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma,
Kalimantan Tengah

DINI RAHMANITA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Penelitian

: Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasakan Preferensi
Masyarakat di Sekitar Hutan : Studi Kasus di
Hutan Prodiksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan
Tengah


Nama Mahasiswa

: Dini Rahmanita

NIM

: E14101025

Program Studi

: Manajemen Hutan

Fakultas

: Kehutanan

Menyetujui :
Dosen Pembimbing

Ir. Bahruni, MS

NIP.131 781 162

Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus :

RINGKASAN

Dini Rahmanita (E14101025). Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasarkan
Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan : Studi Kasus di Hutan Produksi PT
Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. Di bawah bimbingan Ir. Bahruni,
MS.
Keberadaan hutan mampu memberikan manfaat dan peran yang sangat
besar bagi kehidupan penduduk Indonesia. Namun demikian kekayaan hutan
tropis dan peran penting keberadaan hutan tersebut bagi kesejahteraan masyarakat
secara luas baru dipandang dan dimanfaatkan sebatas penghasil kayu, sedangkan

manfaat selain kayu termasuk satwaliar belum dikembangkan secara optimal.
Satwaliar memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi, namun
pemanfaatannya

sampai saat ini lebih kecil dibandingkan hasil hutan kayu.

Penelitian dan informasi mengenai potensi dan nilai ekonomi satwaliar masih
sangat terbatas, sehingga diperlukan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan
data dan informasi tersebut guna mendasari upaya pelestarian, pemanfaatan dan
pengembangan satwaliar, sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan antara
tujuan produksi dan tujuan perlindungan.
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengidentifikasi


jenis-jenis

dan

pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat di sekitar Hutan Produksi PT. Sari Bumi
Kusuma (PT. SBK), Kalimantan Tengah serta menentukan nilai ekonomi
satwaliar, berupa nilai kegunaan dan nilai pilihan.
Pengambilan data primer dilakukan dengan wawancara semi terbuka
secara langsung kepada masyarakat di tiga desa yaitu desa Tanjung Paku,
Tumbang Kaburai dan Nanga Siai. Data yang dikumpulkan berupa data sosial
ekonomi masyarakat dan data nilai ekonomi satwaliar yang terdiri dari nilai guna
(use value) dan nilai pilihan (option value). Data sekunder tentang data monografi
desa, kondisi umum lokasi penelitian dan data hasil inventarisasi satwaliar di
hutan produksi PT SBK diperoleh dari dokumen perusahaan. Penentuan nilai
ekonomi satwaliar dilakukan dengan menggunakan metode harga pasar dan
metode kontingensi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar hutan produksi
PT SBK unit Seruyan telah memanfaatkan satwaliar yang ada di hutan. Jenis-jenis


satwaliar yang sudah dimanfaatkan masyarakat tersebut terdiri dari babi hutan,
kancil, kijang, rusa dan trenggiling. Pemanfaatan terhadap satwaliar ini didukung
oleh tingkat preferensi seseorang terhadap suatu jenis satwaliar. Secara umum
tingkat preferensi masyarakat terhadap satwaliar paling tinggi adalah tingkat
preferensi terhadap babi hutan dengan total skor preferensi 135. Berdasarkan
pemanfaatan terhadap jenis-jenis tersebut diperoleh nilai guna satwaliar per ekor
untuk babi hutan sebesar Rp 454.813/ekor, kancil sebesar Rp 68.335/ekor, kijang
sebesar Rp 227.073/ekor, rusa sebesar Rp 795.690/ekor dan trenggiling sebesar
Rp 243.750/ekor. Nilai guna satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan PT SBK
Unit Seruyan sebesar Rp 32.298.547 /tahun/KK dengan kontribusi terbesar berasal
dari trenggiling dan babi hutan.
Sebagian besar responden di lokasi penelitian mempunyai perhatian
terhadap pelestarian satwaliar disamping pemanfaatannya. Rata-rata nilai
kesediaan membayar pelestarian jenis yang sudah dimanfaatkan dan yang belum
dimanfaatkan adalah Rp 14.327/jenis/tahun. Nilai ekonomi total satwaliar bagi
masyarakat di hutan produksi PT SBK Unit Seruyan yang berasal dari nilai guna
dan nilai pilihan adalah sebesar Rp 1.994.249.056/tahun/desa.
Berdasarkan potensi dan nilai ekonomi satwaliar bagi masyarakat di
sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan, maka dimasa yang akan penetapan
tujuan selain tujuan produksi kayu sangat penting untuk diperhatikan.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 12 Desember 1982 dari
pasangan Bapak Tatang Priatna A. dan Ibu Pursita. Penulis
merupakan putri kedua dari empat bersaudara. Penulis mengawali
jenjang pendidikan formal di SD Negeri Cikelet pada tahun 1989
sampai tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Garut dari
tahun 1995 sampai tahun 1998 kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 1
Tarogong sampai tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Manajemen Hutan Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
Institut Pertanian Bogor (USMI).
Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis pernah bergabung dengan
organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan periode
2002/2003 dan periode 2003/2004, serta BEM KM IPB periode 2004/2005.
Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam Leuweung
Sancang dan Taman Wisata Alam Kamojang Garut, Praktek Pengelolaan Hutan di
KPH Indramayu dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Sumalindo
Lestari Jaya, Tbk Kalimantan Timur.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
IPB, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Nilai Ekonomi Satwaliar
Berdasarkan Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan : Studi Kasus di Hutan
Produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah” di bawah bimbingan
Ir. Bahruni, MS.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rahmat dan karunia yang telah
diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini dalam upaya menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang diambil dalam penelitian yang dilaksanakan
selama bulan September 2005 ini ialah nilai ekonomi satwaliar, dengan judul
“Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasarkan Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan:
Studi Kasus di Hutan Produksi PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah.
Skripsi ini membahas tentang potensi nilai ekonomi satwaliar yang ada di
kawasan hutan produksi PT Sari Bumi Kusuma, baik yang sudah dimanfaatkan
oleh masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan maupun yang belum
dimanfaatkan. Nilai ekonomi yang dimaksud berupa nilai guna (use value) dan
nilai pilihan (option value).

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
terutama kepada keluarga tercinta atas ketulusan dan keikhlasan doa, kasih sayang
dan motivasi, Bapak Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan, nasehat, masukan dan pengarahan selama
penelitian dan penyusunan skripsi, seluruh pimpinan dan karyawan PT. Sari Bumi
Kusuma yang telah membantu kelancaran pengambilan data, serta semua pihak
yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2006

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak dan Mama tercinta...Bapak dan Mama tersayang...Bapak dan Mama
terkasih atas ketulusan cinta dan kasih sayangnya serta keikhlasan doa,
pengorbanan dan dukungan yang tiada batas. A Yudi, Teteh Vini, Kiki dan De

Visi atas kasih sayang, doa, dan keceriaan yang telah diberikan.
2. Wa Agus dan Wa Wiwi atas doanya dan dukungannya.
3. Bapak Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing atas kesabaran, ketulusan
dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, bantuan, dan motivasi
kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Bintang CH Simangunsong, MS. Ph D sebagai dosen penguji wakil
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
5. Bapak Ir. Tutut Sunarminto, Msi sebagai dosen penguji wakil Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
6. Bapak Supriyanto, Bapak Joko, Mas Heri, Pak Bulian, Mas Bayu, Mas Ridho,
Mas Agus, Mas Donal, Pak Edo, serta seluruh pimpinan dan seluruh karyawan
PMDH dan BINHUT PT. SBK Kalimantan Tengah yang telah banyak
membantu selama penulis melakukan pengambilan data.
7. Seluruh staff pengajar di Fakultas Kehutanan IPB pada umumnya dan
Departemen Manajemen Hutan pada khususnya atas semua ilmu yang telah
diberikan kepada penulis.
8. Rekan-rekan Fahutan A’38 spesial untuk keluarga besar MNH’38 atas
kebersamaan, persahabatan dan keceriaan yang telah terjalin, sungguh suatu
kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri telah menjadi bagian dari kalian.
Semoga kebersamaan kita akan menjadi sebuah kisah klasik yang akan

dikenang di masa depan.
9. Teman–temanku di Rinjani serta teman dan adik-adiku di Mahameru atas
semangat dan kebersamaannya.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan

................................................................................................. 2

Hipotesis

................................................................................................. 2

Manfaat

................................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Nilai dan Penilaian........................................................................ 3
Hasil Penelitian Penilaian Hasil Hutan Bukan Kayu ................................. 5
Satwaliar

............................................................................................. 6

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 8
Bahan dan Alat

...................................................................................... 8

Batasan Penelitian

................................................................................ 8

Pengumpulan Data

................................................................................ 8

Jenis Data

.......................................................................................... 8

Metode Pengumpulan Data .................................................................. 9
Metode Pengambilan Contoh................................................................ 10
Metode Penilaian Ekonomi Satwaliar................................................... 10
Pengolahan dan Analisa Data..................................................................... 10
Karakteristik Pemanfaat Satwaliar....................................................... 10
Penentuan Jenis Satwaliar dan Kontribusinya ..................................... 10
Metode Skoring Tingkat Preferensi ..................................................... 11
Pendugaan Nilai Guna Satwaliar ......................................................... 11
Pendugaan Nilai Pilihan Satwaliar....................................................... 12

KONDISI UMUM LOKASI
Letak dan Luas Hutan ................................................................................ 13
Topografi.................................................................................................... 13
Geologi dan Tanah ..................................................................................... 14
Iklim ........................................................................................................... 14
Hidrologi ................................................................................................... 14
Tipe Hutan.................................................................................................. 15
Penggunaan Lahan ..................................................................................... 15
Biologi........................................................................................................ 16
Flora .................................................................................................... 16
Fauna dan Biogeografinya ................................................................... 17
Sosial Ekonomi Masyarakat....................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden ............................................................................ 22
Umur Responden ................................................................................ 22
Tingkat Pendidikan ............................................................................. 23
Jumlah Anggota Rumah Tangga.......................................................... 24
Mata Pencaharian dan Tingkat Pendapatan ......................................... 24
Nilai Ekonomi Satwaliar di Kawasan Hutan Produksi PT SBK
Unit Seruyan .............................................................................................. 26
Potensi Satwaliar Yang Dimanfaatkan Masyarakat............................. 27
Nilai Guna Satwaliar ........................................................................... 32
Nilai Pilihan Pelestarian Jenis Satwaliar.............................................. 35
Nilai Pilihan Untuk Pelestarian Rusa................................................... 39
Nilai Ekonomi Total Satwaliar ............................................................ 40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 42
Saran

...................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
Lampiran ........................................................................................................ 46

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Skor tingkat preferensi...........................................................................

11

2. Gambaran kemiringan lapangan areal konsesi hutan PT SBK ..............

13

3. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di areal konsesi PT SBK
Blok Seruyan..........................................................................................

18

4. Jumlah penduduk berdasarkan mata penceharian di areal konsesi PT.
SBK Kalteng.. ........................................................................................

20

5. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di areal konsesi PT.
SBK Kalteng ..........................................................................................

21

6. Kelompok responden ............................................................................

22

7. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia .................................

22

8. Tingkat pendidikan responden...............................................................

23

9. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga .........

24

10. Distribusi responden berdasarkan mata penceharian utama ..................

25

11. Distribusi responden berdasarkan mata penceharian utama ..................

25

12. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan...........................

25

13. Jenis-jenis satwaliar yang dimanfaatkan dan jumlah pemanfaat ...........

29

14. Bentuk-bentuk pemanfaatan satwa oleh masyarakat di desa-desa
sekitar PT SBK dan jumlah pemanfaat..................................................

30

15. Tingkat preferensi responden Desa Tanjung Paku terhadap suatu jenis
satwaliar .................................................................................................

31

16. Tingkat preferensi responden Desa Tumbang Kaburai terhadap suatu
jenis satwaliar. .......................................................................................

31

17. Tingkat preferensi responden Desa Nanga Siai terhadap suatu jenis
satwaliar .................................................................................................

32

18. Nilai guna satwaliar bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan
produksi PT SBK Unit Seruyan.............................................................

34

19. Perbandingan jumlah populasi antar waktu berdasarkan persepsi
masyarakat .............................................................................................

35

20. Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap pelestarian jenis
satwaliar yang sudah dimanfaatkan .......................................................

36

21. Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap pelesatarian jenis
satwaliar yang belum dimanfaatkan ......................................................

36

22. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis yang sudah
dimanfaatkan dan belum dimanfaatkan .................................................

38

23. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis rusa ........................

40

24. Nilai ekonomi total satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan
produksi PT SBK ...................................................................................

41

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Karakteristik masyarakat di sekitar Hutan Produksi PT SBK
Unit Seruyan ...........................................................................................

47

2.

Harga Jual Satwaliar Masyarakat Sekitar Hutan Produksi PT SBK .......

49

3.

Nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian satwaliar yang
belum dimanfaatkan ................................................................................ 51
Nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian satwaliar
yang sudah dimanfaatkan........................................................................ 52

4.
5.

Perubahan jumlah populasi satwaliar berdasarkan persepsi
masyarakat ..............................................................................................

53

6.

Nilai kesediaan membayar untuk penambahan jumlah rusa ...................

55

7.

Nilai kesediaan dibayar untuk pengurangan jumlah rusa ......................

56

8.

Daftar satwaliar yang ditemukan di lokasi virgin foresrt di hutan
produksi PT SBK ....................................................................................

9.

57

Daftar satwaliar yang ditemukan di lokasi TPTJ 2000 di hutan
produksi
PT SBK ...................................................................................................

58

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu sumberdaya alam terbesar yang dimiliki Indonesia adalah hutan
tropis, dimana sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia.
Berdasarkan luasannya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah
Brazil dan Republik Demokrasi Kongo (dulunya Zaire). Hutan-hutan ini memiliki
kekayaan hayati yang unik (Forest Watch Indonesia-GFW, 2001).
Hutan tropis Indonesia menyimpan kekayaaan hayati yang sangat tinggi.
Selain memiliki keragaman jenis tumbuhan, hutan tropis Indonesia juga memiliki
keragaman jenis fauna (satwa) yang tinggi, dimana sebagian besar habitatnya
berstatus hutan produksi. Dengan kekayaan sumberdaya hayati yang dimilikinya,
keberadaan hutan mampu memberikan manfaat dan peran yang sangat besar bagi
kehidupan penduduk Indonesia. Banyak sumber daya yang tersedia di hutan tropis
Indonesia berupa sumberdaya hutan kayu dan sumberdaya hutan non kayu yang
dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berada disekitar
kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun demikian kekayaan
hutan tropis dan peran penting keberadaan hutan tersebut bagi kesejahteraan
masyarakat secara luas baru dipandang dan dimanfaatkan sebatas sebagai
penghasil kayu, sedangkan manfaat produk-produk salain kayu termasuk satwaliar
belum dikembangkan secara optimal.
Satwaliar memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi dipasaran pada saat
ini dan masa yang akan datang. Namun pemanfaatannya sampai saat ini kurang
atau lebih kecil dibandingkan hasil hutan kayu. Penelitian dan informasi mengenai
potensi dan nilai ekonomi satwaliar masih sangat terbatas. Untuk itu sangat
diperlukan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi tersebut
guna mendasari upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan satwaliar,
sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan antara dua tujuan yaitu tujuan
produksi dan tujuan perlindungan. Untuk mengetahui nilai ekonomi dari satwaliar
secara kuantitatif, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung
nilai pemanfaatan satwaliar yang dapat diperoleh melalui penelitian khusus,

sehingga akhirnya diperoleh pendekatan terhadap nilai ekonomi hutan alam dalam
menyediakan satwaliar bagi masyarakat sekitar hutan.

Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis dan pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat di
sekitar Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma (PT SBK), Kalimantan
Tengah.
2. Menentukan nilai ekonomi satwaliar, berupa nilai kegunaan dan nilai pilihan.

Hipotesis
Dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
1. Masyarakat pengguna satwaliar memberikan nilai yang cukup tinggi terhadap
satwaliar karena manfaat yang dapat mereka rasakan.
2. Preferensi masyarakat terhadap berbagai jenis satwaliar akan berbeda-beda.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya data atau
informasi jenis-jenis dan pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat di sekitar hutan
produksi PT. SBK serta informasi nilai ekonomi dari satwaliar tersebut. Selain
itu, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat di sekitar hutan
produksi PT. SBK untuk ikut berpartisipasi dalam pelestarian hutan alam. Hal ini
didukung oleh adanya manfaat yang mereka peroleh dan rasakan dari hutan alam,
dalam hal ini satwaliar sebagai hasil hutan bukan kayu.
Data atau informasi kuantitatif yang diperoleh dari nilai ekonomi satwaliar
dapat dijadikan acuan bagi pengelola hutan alam dalam pengambilan keputusan
penetapan tujuan pengelolaan sumberdaya hutan secara tepat .

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Nilai dan Penilaian
Nilai adalah persepsi manusia, tentang makna sesuatu objek (sumberdaya
hutan), bagi orang (individu) tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Nilai
sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu masyarakat di tempat tertentu akan
beragam, tergantung kepada persepsi setiap anggota masyarakat tersebut,
demikian juga keragaman nilai akan terjadi antar masyarakat yang berbeda.
Keragaman nilai ini mencakup besar nilai maupun macam nilai yang ada
(Bahruni, 1999).
Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang ataupun jasa bagi
manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa
(sumberdaya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilaku
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat ataupun
organisasi (Bahruni, 1999).
Menurut Davis dan Johnson (1987), nilai merupakan persepsi atau
penghargaan terhadap barang atau jasa, nilai adalah harga sesuatu yang dinilai
oleh setiap individu tergantung waktu dan tempat. Sedangkan penilaian diartikan
sebagai pendugaan terhadap nilai dari sesuatu kemudian dinyatakan harganya.
Jenis nilai yang dimaksud adalah nilai pasar.
Dalam keadaan dimana tidak ada pasar sama sekali untuk komoditikomoditi jenis-jenis yang akan dinilai digunakan standar lain yaitu dengan
subtitusi atau nilai barang pengganti (Duerr, 1960).
Menurut Bahruni (1999) penilaian ekonomi adalah proses kuantifikasi
nilai biofisik dan fenomena sosial budaya untuk setiap indikator nilai (komponen
sistem) menjadi nilai ekonomi (moneter) dengan metode tertentu sesuai dengan
sifat setiap indikator nilai tersebut. Metode penilaian manfaat hutan maupun
peranan (keterkaitan) ekonomi sumberdaya hutan terhadap sektor ekonomi
lainnya dalam pembangunan ekonomi wilayah dan nasional pada dasarnya ada
dua yaitu metode atas dasar pasar dan metode pendekatan terhadap pasar atau
pendekatan terhadap kesediaan membayar (willingness to pay/willingness to
accept).

Metode penilaian yang digunakan dilakukan melalui proses pemilihan
berdasarkan kriteria yang menggambarkan karakteristik setiap jenis nilai yang
diklasifikasikan atas 1) Nilai guna langsung (direct use value), 2) Nilai guna tidak
langsung (indirect use value), 3) Nilai pilihan akan datang (option value), 4) Nilai
keberadaan (existentce value).
Nilai guna yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan
sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu,
kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun,
produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan
pertanian, pembangkit listrik, ekowisata (wisata alam).
Nilai pilihan merupakan nilai harapan masa yang akan datang terhadap
komoditas yang saat ini digunakan (konsumsi), maupun yang belum
dimanfaatkan. Nilai ini berkaitan dengan adanya ketidakpastian, yang bersumber
dari dua hal yaitu preferensi masyarakat konsumen saat ini terhadap komoditas
hutan (barang dan jasa) pada masa yang akan datang, maupun preferensi generasi
yang akan datang (demand-side option value).
Nilai

ekonomi

total

merupakan

konsep

yang

sesuai

untuk

memperhitungkan manfaat dari peningkatan kualitas barang publik atau kerusakan
yang ditimbulkan oleh banyak proyek pembangunan. Nilai ekonomi total
dianggap sebagai instrumen yang tepat untuk menghitung keuntungan dan
kerugian bagi kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari pengalokasian
sumberdaya hutan (Natural Resources Management Program, 2000 dalam
Anggaraspati, 2002).
Menurut Davis dan Johnson (1987), untuk hasil hutan yang dimanfaatkan
dapat dilakukan penilaian berdasarkan metode:
1. Metode Nilai Pasar
Nilai pasar adalah nilai atau angka rupiah yang ditetapkan untuk transaksi atau
jual beli pasar. Nilai yang dianggap standar adalah nilai pasar, yakni harga
yang ditetapkan untuk penjual dan pembeli tanpa campur tangan pihak lain
atau keadaan kompetisi sempurna.

2. Metode Nilai Relatif
Metode nilai relatif adalah sebuah metode yang didasarkan pada nilai barang
yang ditukar terhadap barang yang telah ada nilai pasarnya. Nilai relatif suatu
barang akan lebih diterima apabila dicari pertukarannya dengan barang yang
telah ada pasarnya.
Pearce dalam Hufschmidt dkk. (1987), mengemukakan bahwa metode
penilaian dapat dikembangkan dari segi manfaat atau permintaan, yaitu:
1. Berdasarkan pada nilai pasar, melalui tiga pendekatan mencakup: pendekatan
kehilangan pendapatan, perubahan produktifitas dan nilai produksi.
2. Berdasarkan pada harga barang pengganti mencakup: harga hedonic, harga
pengganti (barang substitusi), biaya perjalanan dan nilai relatif.
3. Berdasarkan pendekatan survey dengan metode penilaian kontingensi,
mecakup: cara tawar menawar, mencoba menjual dan membeli, membuat
simulasi perdagangan serta mengumpulkan pendapat dari para ahli

Hasil Penelitian Penilaian Hasil Hutan Bukan Kayu
Menurut hasil penelitian Bahruni,dkk (2002) diketahui bahwa nilai guna
(use value) flora di Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan Hutan Lindung
Gunung Salak bagi masyarakat lokal adalah sebesar Rp 575.118/tahun/RT
(Rumah Tangga), dimana sebagaian besar disumbang oleh pemanfaatan agathis,
puspa, rasamala, dan bambu sebagai bahan bangunan, sedangkan nilai guna fauna
(satwa) oleh masyarakat adalah sebesar Rp 269.806/tahun/RT, dimana kontribusi
terbesar berasal dari kumbang yang diperdagangkan untuk ekspor ke Jepang, dan
kancil. Selain memiliki nilai guna, sumberdaya hayati yang ada di lokasi tersebut
juga memiliki nilai keberadaan (existence value) maupun nilai harapan akan
datang (option value) dengan ukuran kesediaan membayar masyarakat terhadap
upaya perlindungan dengan derajat perlindungan 100% cukup tinggi, yaitu
berkisar antara Rp 16.500-48.500/tahun/RT dengan rata-rata Rp 26.088/tahun/RT.
Bagi masyarakat di sekitar Hutan Lindung Gunung Darajat nilai guna flora
mencapai Rp 7.122.660/tahun/RT, sedangkan nilai guna fauna di lokasi tersebut
adalah Rp1.374.000/tahun/RT.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rofiko (2003) diketahui
bahwa nilai guna flora di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun bagi
masyarakat lokal sebesar Rp 23.421.423,84/tahun/RT yang mencakup dalam
enam lokasi desa. Keenam lokasi desa tersebut merupakan desa yang terletak di
dalam kawasan, di perbatasan kawasan dan di luar kawasan TNGH yang masih
memiliki intersaksi dengan kawasan TNGH.
Menurut Bismark (1998) dari berbagai data yang dilaporkan MacKinnon
et al (1990) di Botswana, lebih dari 50 jenis satwaliar dimanfaatkan oleh
penduduk untuk mengonsumsi protein hewani dengan jumlah 90,7 kg/orang/tahun
dan bahkan dapat menyumbang 40% dari ransum penduduknya. Di Serawak,
penduduk setiap tahun memakan daging satwaliar senilai 50 juta $US dan di
Ghana, 80% daging yang dikonsumsi penduduk berasal dari satwaliar.
Pemanfaatan satwaliar di Indonesia sudah ada, baik langsung dari alam
atau melalui hasil penangkaran untuk tujuan ekspor. Dalam tahun 1993 nilai
ekspor satwaliar mencapai $US 1.700.000 (Departemen Kehutanan, 1994 dalam
Bismark 1998).

Satwaliar
Satwaliar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan
atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia ( Departemen Kehutanan, 1990). Satwaliar
hidup pada berbagai macam lingkungan baik di dalam maupun di luar kawasan
hutan, termasuk daerah perairan. Mereka hidup pada lingkungan yang memenuhi
persyaratan, yaitu adanya

tempat untuk berlindung dan berkembangbiak,

tersedianya pakan dan air, dan dapat bergerak dengan bebas (Alikodra, 2002).
Secara umum untuk mendukung kehidupan satwaliar diperlukan satu
kesatuan kawasan yang dapat menjamin segala keperluan hidupnya baik makanan,
air, udara bersih, garam mineral, tempat berlindung, berkembangbiak, maupun
tempat mengasuh anak-anaknya. Kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan,
baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan
sebagai tempat hidup serta berkembangbiak satwaliar disebut habitat. Satwaliar

menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
kehidupannya.
Penebangan hutan telah memberikan dampak yang cukup berarti terhadap
keberadaan jenis. Beberapa jenis baru muncul dan juga ada beberapa jenis yamg
hilang. Kegiatan penebangan telah merubah struktur vegetasi, komposisi dan
keanekaragaman yang menyebabkan berubahnya habitat satwaliar. Hal ini secara
langsung dapat mengurangi ketersediaan pakan dan tempat berlindung/cover bagi
satwaliar. Perubahan ini menyebabkan berubahnya komposisi satwaliar yang ada
pada suatu areal. (Lumme,1994).
Menurut Alikodra (2002), satwaliar mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian,
pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata.
Peranan satwaliar dalam kehidupan manusia sangat besar. Manusia
memanfaatkannya dari mulai daging, kulit, minyak, tanduk, tulang, maupun
bulunya. Bahkan sarang jenis burung walet (Collocalia spp.) merupakan komoditi
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Satwaliar Indonesia mempunyai
permintaan pasar yang cukup kuat, terutama burung dan reptil. Keadaan ini
tentunya mempunyai dampak yang positif bagi kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat (Alikodra, 2002).

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2005 di desa-desa
sekitar Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer hasil
wawancara dengan masyarakat desa sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit
Seruyan melalui wawancara semi terbuka dengan panduan kuisioner, serta data
sekunder mengenai kondisi umum lokasi penelitian, monografi desa dan data
inventarisasi satwaliar PT SBK.
Alat yang digunakan dalam analisis data adalah alat tulis, kalkulator,
Personal Computer dengan menggunakan software Microsoft Excel.

Batasan Penelitian
1. Wilayah penelitian adalah hutan produksi PT SBK Unit Seruyan dengan
mengambil contoh desa-desa yang terletak di sekitar kawasan hutan produksi
PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan, Kalimantan Tengah.
2. Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di sekitar
hutan produksi PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan, Kalimantan Tengah,
baik yang berada di dalam kawasan maupun yang berada di luar kawasan yang
masih memiliki interaksi terhadap hutan.
3. Nilai ekonomi yang dianalisis adalah nilai guna (use value) dan nilai pilihan
(option value).

Pengumpulan Data
Jenis Data
Data primer yang dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara secara langsung dengan masyarakat di lokasi penelitian,
meliputi :
1. Data Sosial Ekonomi Masyarakat yang terdiri dari :

a. Umur responden (kepala keluarga)
b. Jumlah anggota keluarga
c. Tingkat pendapatan masyarakat
d. Tingkat pendidikan masyarakat
2. Data nilai ekonomi sumberdaya hutan (satwaliar) mencakup :
h Nilai Guna, terdiri dari :
a. Identifikasi jenis satwaliar yang dimanfaatkan
b. Periode berburu
c. Volume atau jumlah satwaliar yang dimanfaatkan
d. Pemilihan lokasi berburu dan alasannya
e. Bentuk pemanfaatan atau penggunaan satwaliar hasil berburu oleh
masyarakat
f. Pengetahuan masyarakat tentang kondisi populasi satwaliar.
g. Tingkat preferensi masyarakat terhadap jenis satwaliar yang mereka
manfaatkan.
h Nilai Pilihan
a. Identifikasi jenis satwa yang ingin dilindungi/dilestarikan oleh masyrakat.
b. Kesediaan membayar dan kesediaan dibayar untuk pelestarian jenis
satwaliar.
c. Kesediaan membayar dan kesediaan dibayar untuk pelestarian Rusa
Data sekunder yang diperlukan dalam penilaian ekonomi adalah :
1. Data umum lokasi penelitian
2. Monografi desa
3. Data Inventarisasi Satwaliar
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data tersebut, dilakukan dengan cara-cara berikut :
1. Studi literatur untuk mendapatkan data sekunder tentang daerah penelitian.
2. Wawancara yang dilakukan bersifat semi terbuka, untuk mendapatkan data
primer.

Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pemilihan desa contoh dilakukan secara sengaja (purposive). Desa contoh
dipilih berdasarkan pertimbangan kemudahan akses menuju desa dan
berdasarkan informasi awal mengenai besarnya interaksi masyarakat desa
dengan hutan di sekitarnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut diambil tiga
desa contoh yaitu dua desa di dalam kawasan hutan dan satu desa di luar
kawasan hutan.
2. Pemilihan contoh rumah tangga sebagai responden dilakukan pada masingmasing desa secara acak. Jumlah contoh responden diambil sebanyak 31 orang
dari seluruh desa.
Metode Penilaian Ekonomi Satwaliar
Penilaian ini memerlukan informasi atau data tentang harga atau nilai per
unit hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat serta data atau informasi
diperoleh melaui wawancara dengan responden.
Dalam penelitian ini, untuk menilai manfaat satwaliar digunakan dua
metode sebagai berikut :
1. Metode harga pasar, nilai diperoleh berdasarkan harga jual beli (harga pasar).
2. Metode kontingensi, yaitu teknik wawancara untuk menentukan nilai hipotesis
konsumen tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi
yang tidak memiliki harga pasar.

Pengolahan Data dan Analisa
Karakteristik Pemanfaat Satwaliar
Pengolahan data dilakukan dengan merekapitulasi hasil wawancara dengan
responden yang meliputi umur kepala keluarga, tingkat pendidikan, jumlah
anggota keluarga, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan. Hasilnya disajikan
dalam bentuk tabulasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara deskriptif
dan persentase.
Penentuan Jenis Satwaliar dan Kontribusinya
Pengolahan data dilakukan melalui rekapitulasi data hasil wawancara
mengenai nilai ekonomi satwaliar dan disusun tabel mengenai jenis-jenis satwaliar

yang dimanfaatkan serta nilai kontribusi tiap jenis satwaliar terhadap seluruh jenis
satwaliar yang dimanfaatkan.
Metode Skoring Tingkat Preferensi
Tingkat preferensi masyarakat terhadap satwaliar dibagi kedalam lima
tingkat kesukaan kemudian masing-masing tingkat tersebut diberi skor.
Pembagian skor tingkat preferensi tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor tingkat preferensi
Tingkat Preferensi
1
2
3
4
5

Skor
5
4
3
2
1

Untuk menghitung total skor tingkat preferensi masyarakat terhadap
satwaliar adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
S tot = ∑ ( s i xn)

Keterangan :
Stot

= total skor tingkat preferensi suatu jenis satwaliar

si

= skor tingkat preferensi ke i suatu jenis satwaliar

n

= jumlah responden yang mempunyai tingkat preferensi ke i terhadap
suatu jenis satwaliar

Pendugaan Nilai Guna Satwaliar
Nilai guna satwaliar dapat dihitung menggunakan metode harga pasar
dengan menggunakan pendekatan harga jual satwaliar yang berlaku di lokasi
penelitian. Dalam menduga nilai guna ini diukur dengan menghitung nilai ratarata pemanfaatan dan total pemanfaatan satwaliar.
Nilai rata-rata pemanfaatan satwaliar dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :

y=

y
n

Keterangan :

y = nilai rata-rata pemanfaatan per tahun tiap individu pemanfaat satwaliar
y = nilai total pemanfaatan seluruh contoh dalam setahun

n = banyaknya contoh
Sedangkan nilai total pemanfaatan dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :
Y = (y/n). N = y . N
Keterangan :
Y

= nilai total pemanfaatan populasi

N

= jumlah populasi pemanfaat satwaliar

y

= nilai total pemanfaatan seluruh contoh dalam setahun

y

= nilai rata-rata pemanfaatan per tahun tiap individu pemanfaat satwaliar

n

= banyaknya contoh

Pendugaan Nilai Pilihan Satwaliar
Nilai pilihan satwaliar merupakan nilai yang menunjukkan jaminan
terhadap pelestarian jenis sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan di masa
yang akan datang. Nilai pilihan satwaliar dapat diukur dalam bentuk nilai
pelestarian jenis satwaliar baik untuk jenis yang sudah dimanfaatkan pada saat
sekarang maupun untuk jenis yang belum dimanfaatkan pada saat sekarang.
Metode yang digunakan dalam pendugaan nilai pilihan ini adalah Metode
Penilaian Kontingensi (MPK) dengan menggunakan pendekatan kesediaan
membayar atau Willingness To Pay (WTP) dari masyarakat untuk pelestarian jenis
satwaliar.

KONDISI UMUM LOKASI
Letak dan Luas Hutan
Secara geografis areal PT Sari Bumi Kusuma (PT SBK Unit Seruyan)
berada pada posisi 00°36’-01°10’ Lintang Selatan dan 111°39’-112°25’ Bujur
Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan, areal konsesi hutan ini sebagian
berada dalam wilayah Kecamatan Katingan Hulu (Kabupaten Katingan) dan
sebagian kecil termasuk wilayah Kecamatan Seruyan Hulu (Kabupaten Seruyan),
Propinsi Kalimantan Tengah.
Batas-batas areal kerja PT SBK Unit Seruyan dengan wilayah lain adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara

: HPH Kayu Waja dan TN Bukit Baka-Raya

Sebelah Timur

: HPH PT Erna Djuliawati dan HPH PT Meranti Mustika

Sebelah Barat

: HPH PT Erna Djuliawati

Sebelah Selatan

: HPH PT Erna Djuliawati dan HPH PT Meranti Mustika

Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 201/Kpts-II/1998 tanggal 28
Februari 1998, luas areal untuk Unit Seruyan adalah ± 147.600 ha. Melalui
perhitungan ulang areal menggunakan GIS diperoleh luas 151.020 hektar. Sampai
saat ini belum ada penetapan luas definitif areal kerja PT SBK Unit Seruyan.

Topografi
Seluruh areal konsesi hutan PT SBK berupa tanah daratan kering, dengan
bentuk lapangan bervariasi dari landai-curam serta memiliki kemiringan 645%.dengan ketinggian antara 100-1.550 m dpl. Sebagian besar arealnya (47%)
berada pada daerah dengan kemiringan lapangan agak curam (15-25%).
Gambaran kemiringan lapangan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Gambaran kemiringan lapangan areal konsesi hutan PT SBK
Kondisi Lapangan
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
Jumlah

Persen Lereng
0-8 %
9-15 %
16-25 %
26-40 %
>= 40 %

Luas (Ha)
4.029
61.818
98.674
44.342
1.132
209.995

Sumber : RKPHTI PT SBK (1998) dalam Rusolono T et al. 2002

Persentase (%)
1,92
29,43
46,99
21,12
0,54
100

Areal yang mempunyai ketinggian tempat di atas 500 m dengan keadaan
lapangan bergelombang berat terutama penyebarannya berada di bagian Utara
yang berfungsi sebaga Hutan Lindung dan berbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Barat.

Geologi Dan Tanah
Jenis tanah di areal konsesi PT SBK Unit Seruyan dibedakan atas 3 satuan
peta tanah (SPT) atas dasar perbedaan fisiografi lapangannya. Pada daerah dengan
fisiografi perbukitan dan pegunungan instrusi jenis tanah dominan (menurut
klasifikasi PPT, 1983) adalah Kambisol Distrik, sedangkan pada daerah dataran
berupa

tanah

Podsolik

Kandik.

Jenis-jenis

diatas

(menurut

klasifikasi

Supraptoharjo, 1976) juga diklasifikasikan sebagai tanah kompleks podsolik.
Tanah kompleks podsolik adalah tanah-tanah yang memiliki sifat erodibilitas
tinggi. Secara geologi, daerah ini terbentuk pada masa intrusif dan plutonik BasaMenengah (Peta Geologi skala 1: 2.000.000, Direktorat Geologi Bandung, 1965).

Iklim
Areal konsesi hutan PT SBK termasuk wilyah yang memiliki curah hujan
yang tinggi. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, areal ini termasuk
tipe iklim A (sangat basah, Q = 11,11%). Atas dasar data hujan Katingan
Kuala/Pagatan (1992-1997), curah hujan tahunan sebesar 2.835 mm/tahun dengan
hari hujan 136 hari/tahun, atau intensitas hujannya 21,3 mm/tahun. Hasil
pengukuran data hujan selama 1 tahun (September 2001-Agustus 2002)
menunjukkan besarnya curah hujan sebesar 3.730 mm/tahun dengan hari hujan
131 hari/tahun atau dengan intensitas hujan 29 hmm/hari (intensitas tinggi). Suhu
rata-rata pada waktu pagi hari sebesar 25,2°C, sedangkan kelembaban udara ratarata sebsar 98% pada pagi hari dan 57% pada sore hari.

Hidrologi
Berdasarkan posisinya dalam wilayah DAS , areal PT SBK berada di
bagian hulu dari DAS Katingan dan bagian hulu dari DAS Seruyan. Atas dasar
cakupan wilayah dalam DAS, maka lebih dari dua pertiga wilayah dalam DAS,

maka lebih dari dua pertiga wilayahnya berada di DAS Katingan. Sungai
Katingan dan Sungai Seruyan adalah dua sungai besar yang keduanya bermuara
ke laut Jawa. Sungai-sungai tersebut masih memiliki beberapa anak sungai yang
banyak terdapat di dalam areal konsesi ini. Anak-anak sungai Katingan (S.
Katingan Hulu, S. Senamang, dll) dan sungai Seruyan (S. Seruyan, S.Kebahau,
dll) yang mengalir di dalam areal kerja ini umumnya mempunyai lebar sekitar 2030 meter dan relatif dangkal. Hanya Sungai Katingan dan Sungai Senamang yang
dapat dimanfaatkan untuk sarana transportasi dan pengngkutan kayu, khusunya
pada saat musim penghujan.

Tipe Hutan
Vegetasi di kelompok hutan S. Seruyan Hulu belum dirisalah secara
menyeluruh, kecuali untuk kepentingan perhitungan kayunya. Kemungkinan
sebagian besar termasuk ke dalam tipe hutan dipterokarpa dataran rendah.
Ekspedisi Bukit Raya di wilayah Taman Nasional Bukit Raya-Bukit Baka -yang
bersebelahan dengan areal konsesi PT SBK- yang dilakukan oleh Noteboom dkk.
pada tahun 1982/1983 mencatat bahwa hutan dipterokarpa dataran rendah terdapat
hingga ketinggian sekitar 400 m dpl; dimana suku Dipterocarpaceae mendominasi
hingga lebih dari 60% pohon-pohon penyusunnya. Diatas ketinggian ini jumlah
Dipterocarpaceae semakin berkurang; dan diatas ketinggian 1.600 m dpl terdapat
hutan lumut (MacKinnon dkk, 2000 dalam Rusolono, 2002). Seperti diketahui,
ketinggian tempat di areal kerja PT SBK berkisar antara 100-1.550 m dpl.

Penggunaan Lahan
Sampai saat ini penggunaan lahan di areal konsesi hutan ini sebagian besar
masih berupa vegetasi asli hutan alam dan hanya sebagian kecil saja yang
digunakan untuk lahan pertanian lahan kering (ladang, kebun) atau lahan basah
(persawahan). Menurut informasi penutupan lahan dari hasil penafsiran Citra
Landsat liputan tahun 1998 dan tahun 1999, areal dengan kondisi tidak berhutan
(semak atau belukar, lahan pertanian) kurang dari 10% luas areal kerja PT SBK
tersebut. Dari pengamatan Citra Landsat selama 15 tahun terakhir, laju
pengurangan areal berhutan diperkirakan kurang dari 1% luas hutannya.

Lahan-lahan tidak berhutan umumnya lokasi peladangan sistem rotasi,
yakni lokasinya biasanya berdekatan dengan areal perkampungan, disepanjang
wilayah sungai dan beberapa berada di pinggir jalan hutan. Lahan-lahan ini
umumnya ditanami dengan tanaman pangan untuk waktu tertentu kemudian
ditinggalkan. Dalam periode waktu beberapa tahun kemudian lahan yang telah
ditinggalkan tersebut kembali didatangi dan dilakukan pembukaan ulang dengan
pembakaran. Hutan alam menempati bagian terluas dari areal hutan PT SBK, dan
terdiri dari hutan primer yang masih belum mengalami penebangan dan hutanhutan bekas tebangan. Hutan primer yang masih ada umumnya berada pada
daerah-daerah sempit yang topografi lapangannya berbukit-curam atau berupa sisa
hutan primer yang terlewat (tidak terambil) pada saat penebangan sebelumnya.
Penyebarannya sebagian besar berada di bagian sisi Timur dan Utara ke arah batas
HPH dengan hutan lindung atau Taman Nasional Bukit Raya-Bukit Baka.

Biologi
Flora
Hutan primer di areal PT SBK didominasi oleh jenis-jenis dipterokarpa,
terutama meranti merah. Dokumen SEL (1992) dalam Rusolono, T et al (2002)
menyebutkan bahwa Shorea leprosula (meranti merah) mendominasi tingkat
pepohonan dengan INP 46,98; diikuti dengan Eugenia sp. (INP 29,49) dan
Eusideroxylon zwageri (INP 22,37).

Di hutan-hutan bekas tebangan RKL I hingga RKL V dominasi spesies ini
tidak banyak berubah. Meranti (Shorea sp.) masih tetap mendominasi tingkat
pepohonan diikuti oleh ubah (Eugenia sp.), atau bergantian. Pada RKL I, II, dan V
Shorea sp. dominan (INP berturut-turut 85.55, 61.82, dan 50.25) diikuti Eugenia

sp. (INP berturut-turut 40.25, 50.43, dan 39.47). Sedangkan pada RKL III dan IV
Eugenia sp. mendominasi (INP berturut-turut 45.05 dan 58.86); diikuti Shorea sp.

dengan INP 42.68 pada RKL III, dan Litsea (INP 34.26) serta Shorea (INP13.28)
pada RKL IV. Meskipun demikian, persentase jumlah pohon dipterokarpa sebagai
penyusun tegakan menyusut menjadi 35% pada RKL I, dan hingga tinggal 13%
pada RKL IV. Sementara itu tercatat pula beberapa jenis pohon yang dilindungi
yang ditemukan di areal PT SBK seperti Jelutung (Dyera costulata), tengkawang

(Shorea sp.) dan ulin (Eusideroxylon zwageri). Dibawah diameter 60 cm pohonpohon tidak boleh ditebang oleh HPH, karena dibeberapa tempat dimanfaatkan
secara tradisional oleh masyarakat setempat.
Fauna dan Biogeografinya
Satwaliar di areal kerja PT SBK Unit Seruyan belum didata secara
lengkap, baik jumlah jenis, agihan maupun kelimpahannya. Meskipun demikian,
dari data yang telah terkumpul selama ini, terlihat bahwa kekayaan jenis fauna di
PT SBK Unit Seruyan cukup tinggi yang dapat dilihat dengan ditemukannya 19
spesies mamalia dan 34 spesies burung tercatat selama studi dilakukan seperti
dikemukakan dalam Dokumen SEL (1992) dalam Rusolono, T et al (2002).
Kekayaan jenis yang sesungguhnya diduga jauh lebih tinggi, mengingat bahwa
jenis-jenis yang tercatat adalah jenis-jenis mamalia besar.
Areal PT SBK Unit Seruyan juga merupakan tempat hidup bagi banyak
jenis satwaliar yang dilindungi. Mulai dari mamalia besar seperti orang utan
(Pongo pygmaeus), beruang (Helarctos malayanus), rusa sumbar (Cervus
unicolor) dan macan dahan (Neofelis nebulosa); hingga yang kecil seperti kancil

(Tragulus javanicus) dan singapuar (Tarsius bancanus) (Vanlie dan Dimus, 1999
dalam Rusolono, T et al 2002). Burung-burung yang dilindungi juga banyak

jenisnya seperti elang ular (Spilornis cheela), ulung-ulung (Haliastur indus),
ruwai (Argusianus argus), berbagai jenis rangkong (misalnya Buceros
rhicinoceros, B. vigil, Anthracoceros malayanus), hingga burung-burung pengisap

madu seperti Arachnothera, Anthreptes dan Nectarinia.

Sosial Ekonomi Masyarakat
Secara administrasi, areal konsesi PT.SBK Unit Seruyan Kalimantan
Tengah semula termasuk wilayah kabupaten Kotawaringin Timur dan
Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Namun dengan adanya
pemekaran kabupaten baru, maka areal konsesi ini menjadi masuk ke dalam dua
kabupaten baru yaitu Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Katingan. Sebagian
besar areal masuk ke dalam wilayah Kabupaten Katingan. Pada batasan
administrasi yang lebih kecil, areal konsesi masuk kedalam dua kecamatan, yakni
Kecamatan Katingan Hulu yang menjadi bagian Kabupaten Katingan dan

Kecamatan Seruyan Hulu yang menjadi bagian Kabupaten Seruyan. Kemudian
ada beberapa desa yang yang melingkup areal konsesi, dimana pemukiman
penduduk sebagian desa tersebut berada didalam batas konsesi dan sebagian lagi
berada di sekitar konsesi. Disamping itu terdapat juga satu desa yang terkait
dengan aliran kayu PT SBK Unit Seruyan yakni dengan keberadaan log pond di
wilayah propinsi Kalimantan Barat, tepatnya Desa Nanga Siai, Kecamatan
Menukung Kabupaten Sintang.
Berdasarkan data monografi desa di PT SBK Unit Seruyan periode 2004
sekitar 3.954 orang penduduk tinggal di desa-desa atau dusun-dusun sekitar
kawasan tersebut. Populasi terbesar terletak di

bagian wilayah Kalimantan

Tengah yaitu sebanyak 2.362 orang.
Penyebaran penduduk di sekitar kawasan hutan PT SBK Un