Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Banding Oleh Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING OLEH WAJIB

PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA

TUGAS AKHIR

O

L

E

H

NAMA : AFFAN RINANDA

NIM

: 092600072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kesehatan dan kemampuan kepada saya untuk dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan sekaligus menyelesaikan laporan Tugas Akhir. Tugas Akhir ini merupakan sebuah karya ilmiah yang disusun dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat dalam pelaksanaan PKLM Administrasi Perpajakan. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh dari sumber-sumber yang diperlukan. Dalam menyelesaikan laporan ini banyak bantuan yang diterima baik moral maupun material, untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Sp, selaku Dekan FISIP USU 2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara M,Si, selaku ketua Program Studi D-
III Administrasi Perpajakan FISIP USU 3. Seluruh staff pengajar Program Studi D-III Administrasi Perpajakan FISIP
USU 4. Ibu Ir.Rospita Marpaung, MM, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya dalam penyelesaian Tugas Akhir untuk menyelesaikan studi di Program Studi D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU
Universitas Sumatera Utara

5. Orang tua yang sudah memberikan semangat untuk tercapainya penyelesaian studi, khususnya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Kepada seluruh teman-teman, khususnya teman-teman kelas B dan temanteman sejawat yang telah memberikan motivasi, informasi, dukungan, serta kerja samanya selama tiga tahun terakhir saat melaksanakan studi di program studi D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU
Dalam penyusunan laporan ini , saya menyadari adanya kelemahan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Namun demikian, saya sebagai penulis berusaha secara maksimal untuk memperbaiki proposal ini agar menjadi lebih baik lagi, saya juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata-kata dalam penulisan proposal ini.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan sebagai penulis saya juga mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, dan saya berharap agar laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan , Oktober 2012 Penulis ,
Affan Rinanda
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................. i Daftar Isi...........................................................................................................iii BABI PENDAHULUAN.......................................................................1 A. Latar belakang PKLM................................................................................. 1 B. Tujuan dan Manfaat PKLM........................................................................ 4 C. Ruang Lingkup PKLM................................................................................ 6 D. Uraian Teoritis............................................................................................. 7 E. Metode PKLM............................................................................................. 13 F. Metode Pengumpulan Data......................................................................... 14 G. Sistematika Penulisan...................................................................................15 BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN KOTA.................................................... 18 A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 18 B. Struktur Organisasi..................................................................................... 25 C. Uraian Tugas dan Fungsi..............................................................................27 D. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru..... 30 E. Jumlah WP Terdaftar s.d. Bulan 01 tahun 2011.......................................... 32
Universitas Sumatera Utara


BAB III GAMBARAN DATA.......................................................……...33 A. Pengertian Pajak...........................................................................................33 B. Fungsi Pajak.................................................................................................35 C. Pajak Sebagai Kewajiban Masyrakat...........................................................36 D. Hak Memungut Pajak dan Kewajiban Penyetoran.......................................37 E. Hak dan Kewajiban Masyarakat di Bidang Perpajakan...............................38 F. Hak Mengajukan Keberatan.........................................................................40
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI......................................................42 A. Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Banding Oleh Wajib Pajak.................42 B. Syarat-syarat Dalam Pengajuan Keberatan Sampai Dilaksanakannya
Banding........................................................................................................44 C. Hak Wajib Pajak Dalam Pengajuan Keberatan............................................57 D. Sebab-sebab Wajib Pajak Mengajukan Keberatan dan Banding.................57 E. Faktor-faktor Penyebab Keberatan Diterima atau Ditolak...........................60 F. Tata Cara Penyelesaian Keberatan dan Banding..........................................63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................67 A. Kesimpulan....................................................................................................67 B. Saran..............................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... .69 LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang utama bagi negara disamping
sumber-sumber lainnya. Akan tetapi pemungutan pajak pada saat ini dirasakan oleh masyrakat sebagai beban yang berat, sebab dari penetapan jumlah pajak, jenis pajak maupun tata cara pemungutannya dilaksanakan diluar rasa keadilan tanpa menghiraukan kemampuan serta menambah beban penderitaan. Menurut masyarakat pajak hanyalah sebuah kewajiban yang semata-mata harus dilaksanakan masyarakat secara patuh kepada negara.
Banyak masyrakat yang belum menyadari akan pentingnya pajak dan pada kenyataannya masih banyak Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sampai pada jatuh tempo pembayaran. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sebagai kewajiban warga negara perlu diimbangi dengan peningkatan pelayanan aparatur negara pada pembayar pajak, disertai penerapan sanksi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Untuk menghindari hal tersebut Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan dan banding berdasarkan Undang-undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga. Ketidakpuasan Wajib Pajak atas ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya tersebut ada yang disebabkan karena kesalahan hitung oleh fiskus atau Wajib Pajak sendiri.
Direktorat Jenderal Pajak berwenang menetapkan pajak secara jabatan jika dari hasil pemeriksaan terbukti bahwa pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah tidak benar atau tidak lengkap. Pada umumnya penetapan pajak secara jabatan adalah jauh lebih besar jumlah perkiraan Wajib Pajak pada waktu mengajukan Surat Pemberitahuan (SPT). Oleh karena itu Wajib Pajak merasa keberatan atas pajak yang dikenakan terhadapnya. Dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk mengajukan keberatannya berdasarkan pasal 25 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan.
Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dalam pengajuan tersebut Wajib Pajak hanya boleh mengajukan satu keberatan untuk setiap satu jenis pajak dan satu tahun pajak dalam jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya Surat Pemberitahuan Terutang dan Surat Ketetapan Pajak oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan
Universitas Sumatera Utara

diluar kekuasaannya. Apabila surat tersebut memenuhi syarat sebagai Surat Keberatan Wajib Pajak akan menerima tanda penerimaan surat oleh Pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pos, apabila Surat Keberatan Wajib Pajak tidak memenuhi syarat, maka Wajib Pajak diberi waktu untuk memperbaikinya dihitung sejak diterimanya surat berikutnya yang memenuhi syarat sebagai Surat Keberatan.
Dalam hal Wajib Pajak merasa kurang puas terhadap keputusan keberatan yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak, maka Wajib Pajak diberi kesempatan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Pajak dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan keberatan diterima. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan penagihan pajak.
Dari uraian diatas penulis ingin mengetahui tata cara pengajuan keberatan sampai dilakukannya banding oleh Wajib Pajak. Sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan tugas akhir, Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan pada kondisi dilapangan yang sebenarnya. Diharapkan PKLM ini dapat memberikan pengetahuan yang praktis mengenai lingkungan kerja beserta aspekaspek perpajakan yang terdapat didalamnya khususnya tentang keberatan dan banding, maka penulis ingin mencoba menulis laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Banding Oleh Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”
Universitas Sumatera Utara


B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini adalah : 1.1 Untuk mengetahui tata cara pengajuan keberatan dan banding oleh Wajib Pajak 1.2 Untuk mengetahui syarat-syarat dalam pengajuan keberatan sampai dilakukannya banding 1.3 Untuk mengetahui hak Wajib Pajak dalam pengajuan keberatan 1.4 Untuk mengetahui sebab-sebab Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding 1.5 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keberatan diterima atau ditolak
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya adalah : 2.1 Bagi Mahasiswa a. Menambah pengetahuan penulis dibidang perpajakan khususnya masalah keberatan dan banding
Universitas Sumatera Utara

b. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2.2 Bagi Universitas Sumatera Utara a. Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik bagi penyempurnaan dan revisi kurikulum b. Mempromosikan sumber daya yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik b. Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang
lingkup penulisan adalah dalam hal pembahasan untuk lebih mengatahui tentang : 1. Tata cara pengajuan keberatan dan banding oleh Wajib Pajak 2. Syarat-syarat dalam pengajuan keberatan
Universitas Sumatera Utara

3. Hak wajib pajak dalam pengajuan keberatan dan banding
4. Keputusan atas surat keberatan
D. Uraian Teoritis
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan andalan Pemerintah untuk menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu, dituntut adanya partisipasi masyrakat yang dapat diwujudkan dalam kesadaran untuk membayar pajak.
Berikut ini ada beberapa defenisi pajak menurut beberapa ahli perpajakan yang merumuskan pajak, antara lain :
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran Pemerintah.

2. Prof. Dr. M. J. H. Smeet Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui normanorma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjuk dalam hal yang individual yang bertujuan untuk membiayai pengeluaran negara.
Universitas Sumatera Utara

Ada dua fungsi pajak, yaitu : 1. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang-undang perpajakan yang berlaku segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Fungsi budgetair ini berlaku baik untuk penerimaan pajak yang telah ditetapkan maupun untuk penerimaan pajak daerah dalam APBD. 2. Fungsi Reguler Fungsi reguler (fungsi mengatur) adalah fungsi pajak yang dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi reguler adalah sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, contohnya : 2.1 Tarif pajak untuk ekspor dikenakan 0% untuk mendorong ekspor produk
Indonesia dipasaran dunia 2.2. Pajak yang tinggi dikenakan untuk barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif. Negara berhak untuk memungut pajak kepada masyarakat dan masyarakat wajib membayar pajak karena adanya alasan sebagai berikut : 1. Masyarakat mempunyai kepentingan kepada negara, yaitu untuk
memperoleh perlindungan atas jiwa dan harta bendanya, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas yang bersifat umum. Untuk menyelenggarakan
Universitas Sumatera Utara

kepentingan tersebut diperlukan biaya yang cukup besar, dan selayaknya biaya tersebut dibayar masyarakat dalam bentuk pajak 2. Pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban adalah untuk membuktikan adanya tanda bakti kita kepada negara. Pembayaran pajak merupakan suatu perwujudan dari pengabdian dan peran serta masyarakat yang secara aktif dan langsung serta bersama-sama untuk melaksanakan pembangunan Kewajiban Wajib Pajak meliputi : 1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sebagai identitas diri Wajib Pajak. Dengan diperolehnya NPWP, berarti Wajib Pajak telah terdaftar. 2. Mengambil sendiri, mengisi dan memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Direktorat Jenderal Pajak tepat pada waktunya. 3. Menghitung dan membayar pajaknya sendiri dengan benar. 4. Menyelenggarakan pembukuan dengan benar 5. Jika diperiksa harus : 5.1 Memberikan keterangan yang diperlukan 5.2 Memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan 5.3 Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan 6. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu
Universitas Sumatera Utara

kewajiban untuk merahasiakan, itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluaan pemeriksaan Hak Wajib Pajak secara khusus adalah : a. Mengajukan Surat Keberatan dan Surat Banding b. Menerima tanda bukti pemasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) c. Melakukan pembetulan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) yang
dimasukkan d. Mengajukan permohonan penundaan pemasukkan Surat Pembeitahuan
(SPT) e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran
pajak f. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak g. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta
pembetulan Surat Ketetapan Pajak yang salah h. Memberikan kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan i. Apabila Wajib Pajak dipotong oleh pemberi kerja, Wajib Pajak berhak

meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 pada pemotong, mengajukan atas pemotongan tersebut Dalam pelaksanaan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oelh
Universitas Sumatera Utara

pihak ketiga. Dalam hal ini Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan. Hal keberatan diatur dalam pasal 25 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.
Adapun Pihak yang dapat mengajukan keberatan, antara lain : 1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan 2. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus 3. Bagi pihak yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga 4. Bagi kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada nomor 1 sampai dengan
nomor 3 diatas dengan surat kuasa khusus untuk surat keberatan E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai pengajuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk pembuatan proposal, serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen
2. Studi Literatur Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka, seperti Undang-undang perpajakan, buku-buku, dan peraturan yang membahas tentang perpajakan
Universitas Sumatera Utara

3. Observasi Lapangan Pada tahap ini penulis melakukan observasi langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
4. Pengumpulan Data Pada tahap ini penulis menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu metode pengumpulan data primer dan data sekunder. a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber yang berkompeten memahami permasalahan b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan keberatan dan banding dibidang perpajakan
5. Analisis dan Evaluasi Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, penulis melakukan analisa dan evaluasi sehingga mencapai suatu tujuan
F. Metode Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), terdapat
beberpa cara utnuk mengumpulkan data yaitu : 1. Wawancara (interview guide)
Universitas Sumatera Utara

Yaitu membuat daftar pertanyaan yang dapat diajukan pada Supervisor yang membimbing mengenai keberatan dan banding pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
2. Observasi (observation guide)

Yaitu metode penelitian dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dan memperoleh data yang lebih akurat dan jelas
3. Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan meminta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis membuat uraian-uraian garis besar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yaitu:

Bab I Bab II

: Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode yang dipergunakan, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
: Gambaran Umum Objek dan Lokasi PKLM

Universitas Sumatera Utara

Bab III Bab IV Bab V

Memuat gambaran umum tentang sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Struktur organisasi, uraianuraian tugas pokok , dan fungsi dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri mengenai tata cara pengajuan keberatan dan banding, serta gambaran pegawai/karyawan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
: Gambaran Data tentang Keberatan dan Banding
Berisikan tentang data yang diperoleh mengenai ketentuan-ketentuan tentang tata cara pengajuan keberatan dan banding, atau hal-hal lainnya yang berhubungan
: Analisa dan Evaluasi

Berisikan mengenai tata cara keberatan oleh Wajib Pajak dan pembahasan mengenai keberatan sampai dilaksanakannya banding oleh Direktorat Jenderal Pajak
: Kesimpulan dan Saran
Berisikan rangkuman tentang hal-hal yang telah dibahas mengenai masalah-masalah yang timbul dan telah disimpulkan dengan jelas, juga saran yang penulis sajikan berdasarkan data dan informasi yang telah didapat

Universitas Sumatera Utara

BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan
belanda, kantor pelayanan pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Replubik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu:
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi kantor
Universitas Sumatera Utara

inspeksi pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga kantor pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4
wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan tata kerja kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1.1. Kecamatan Medan Timur 1.2. Kecamatan Medan Area 1.3. Kecamatan Medan Tembung
Universitas Sumatera Utara

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah : 2.1. Kecamatan Medan Barat 2.2. Kecamatan Medan Sunggal 2.3. Kecamatan Medan Petisah 2.4. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 3.1. Kecamatan Medan Kota 3.2. Kecamatan Medan Denai 3.3. Kecamatan Medan Johor 3.4. Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 4.1. Kecamatan Medan Polonia 4.2. Kecamatan Medan Maimun 4.3. Kecamatan Medan Baru 4.4. Kecamatan Medan Tuntungan 4.5. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 5.1. Kecamatan Medan Belawan 5.2. Kecamatan Medan Marelan 5.3. Kecamatan Medan Labuhan 5.4. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 6.1. Kecamatan Kutalimbarau
Universitas Sumatera Utara

6.2. Kecamatan Hamparan Perak 6.3. Kecamatan Sunggal 6.4. Kecamatan Sibolangit 6.5. Kecamatan Pancur Batu 6.6. Kecamatan Labuhan Deli
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan . Karena pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada : a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK.01/2002 tanggal 26 Februari 2002 c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
Universitas Sumatera Utara

2. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3(tiga) jenis, yaitu :
2.1.KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua dan KPP Usaha Milik Negara.
2.2. KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya. KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekan Baru, KPP Madya Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Mdaya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Malang, KPP Madya Balik Papan, KPP Madya
2.3. KPP Pratama Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, Diantaranya dapat dijelaskan dalam pernyataan berikut ini : a. Skala Wajib Pajak BUMN & WP b. Besar Nasional c. WP Besar d. Kanwil (Regional) e. WP Menengah

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.
Sebagaimana lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan modern, KPP Pratama juga memiliki karakteristik-karakteristik : Organisasi berdasarkan fungsi, Sistem Informasi yang terintegrasi, Sumber Daya Manusia yang kompeten, sarana kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, Penggabungan KPP, KPPBB, Prinsip Utama Penggabungan KPP, KPPBB dan Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada di masing-masing kantor tersebut tetapi membagi hasil seluruh tugas yang ada ke masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya . Seksi-seksi yang memiliki tugas dan fungsi yang sama digabung menjadi seksi yang ada di KPP Pratama.
Fungsi keberatan (terdapat pada Pasal 25 UU KUP dan Pasal 16 UU PBB), Pengurangan/penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP) dan penghapusan PBB (Psl. 19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB, seluruhnya dialihkan ke Kanwil.
Fungsi Pemeriksaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh KPP, Karikpa
Universitas Sumatera Utara

dan Kanwil, dilaksanakan oleh Pejabat Fungsional Pemeriksaan di KPP Pratama dan Kanwil, sedangkan fungsi bukti permulaan dan penyidikan yang semula dilaksanakan oleh Karikpa dan Kanwil, dilaksanakan oleh pejabat Fungsional dan Penyidikan di Kanwil.
B. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap
dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerja sama. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi. Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Republik Indonesia. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu) subbagian dan 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.
Adapun bidang-bidang yang ada di KPP Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
Universitas Sumatera Utara

2. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pelayanan 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV ) 6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Penagihan 8. Kelompok Jabatan Fungsional Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah:
a. Memudahkan pelaksanaan kerja b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja e. Mempermudah kerjasama dalam menuelesaikan suatu pekerjaan sesuai
dengan rencana
C. Uraian Tugas dan Fungsi Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP
Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib
Universitas Sumatera Utara

Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Subbagian Umum Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan. 3. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahakan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja. 5. Seksi Pelayanan Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat
Universitas Sumatera Utara

lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. 6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV) Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu). 7. Seksi Pemeriksaan Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. 8. Seksi Penagihan Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumendokumen penagihan. 9. Kelompok Jabatan Fungsional
Universitas Sumatera Utara

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.
D. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru Pada Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah, baik itu PPh, PPN, PPnBM, BPHTB, dan lain-lain. Sedangkan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota yang sekarang dibentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut ke dalam setiap bagian, misalnya terdapat masalah pajak baik itu PPh, PPN, PBB, PPnBM, dan lain-lain, maka untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak lagi di bagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasi di bagian pengawasan dan konsultasi, begitu juga dengan bagian lainnya, sehingga pekerjaan pada setiap bagian lebih efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara

E. Jumlah WP Terdaftar s.d. Bulan 01 tahun 2011 Jumlah WP Terdaftar s.d Bulan 01 Tahun 2011

Status Record

0 (ID) (UP) (UI) (PE) (PB) (PL) (NE) (DE)


Wajib

Pendaftaran Pindah Pindah Non

No Pajak Normal . Update .

Baru Baru Lama Efektif Delete Jumlah

1 WP Badan 1.139

0 2.233

0

2.824

72 333 1.786 216 8.603

2 WP OP

10.105

0 2.347

0

75.613 526 468 3.925 7.140 100.124

WP 3 Bendahara 18 0 293 0

254 1 1 0 16 583

JUMLAH

11.262 0 4.873 0 78.691 599 802 5.711 7.372 109.310

Sumber : Tabel MFWP berdasarkan tgl daftar (mftgdf) dan Status Record (mfstup)

Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN DATA
A. Pengertian Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan andalan Pemerintah untuk menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu, dituntut adanya partisipasi masyrakat yang dapat diwujudkan dalam kesadaran untuk membayar pajak.
Berikut ini ada beberapa defenisi pajak menurut beberapa ahli perpajakan yang merumuskan pajak, antara lain :
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang
(dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran Pemerintah.
2. Prof. Dr. M. J. H. Smeet Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjuk dalam hal yang individual yang bertujuan untuk membiayai pengeluaran negara.
3. Erly Suwandy
Universitas Sumatera Utara

Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh Penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barangbarang dan jasa-jasa dalam mencapai kesejahteraan umum.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang bukan barang.
b. Berdasarkan Undang-undang atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi langsung dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual atau Pemerintah
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyrakat luas
B. Fungsi Pajak Ada dua fungsi pajak, yaitu : 1. Fungsi Budgetair Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang-undang perpajakan yang berlaku segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Fungsi
Universitas Sumatera Utara

budgetair ini berlaku baik untuk penerimaan pajak yang telah ditetapkan maupun untuk penerimaan pajak daerah dalam APBD.
2. Fungsi Reguler Fungsi reguler (fungsi mengatur) adalah fungsi pajak yang dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi reguler adalah sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, contohnya : 2.1 Tarif pajak untuk ekspor dikenakan 0% untuk mendorong ekspor produk
Indonesia dipasaran dunia 2.2 Pajak yang tinggi dikenakan untuk barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif
C. Pajak Sebagai Kewajiban Masyarakat Negara berhak untuk memungut pajak kepada masyarakat dan masyarakat
wajib membayar pajak karena adanya alasan sebagai berikut : a. Masyarakat mempunyai kepentingan kepada negara, yaitu untuk memperoleh perlindungan atas jiwa dan harta bendanya, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas yang bersifat umum. Untuk menyelenggarakan kepentingan tersebut diperlukan biaya yang cukup besar, dan selayaknya biaya tersebut dibayar masyarakat dalam bentuk pajak
Universitas Sumatera Utara

b. Pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban adalah untuk membuktikan adanya tanda bakti kita kepada negara. Pembayaran pajak merupakan suatu perwujudan dari pengabdian dan peran serta masyarakat yang secara aktif dan langsung serta bersama-sama untuk melaksanakan pembangunan
D. Hak Memungut Pajak dan Kewajiban Penyetoran Berdasarkan prinsip atau asas yang tercantum dalam Undang-undang
perpajakan, hanya penguasa masyarakat/pemerintah yang berwenang memungut pajak. Orang swasta atau badan-badan swasta tidak dapat memungut pajak, kecuali apabila kepadanya diberi wewenang atau kewajiban untuk memungut pajak oleh Undang-undang karena hak memungut pajak adalah hak publik yang tidak ada pada subjek swasta. Tidak semua penguasa publik berhak memungut pajak, yang berhak hanya instansi dan pejabat-pejabat tertentu yang ditunjuk oleh Undang-undang.
Hak untuk menghitung dan memotong pajak dari jumlah-jumlah yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga, disertai dengan kewajiban untuk menyetorkan jumlah pajak itu dalam kas negara. Tidak memotongkan dan tidak menyetorkan jumlah pajak (yang merupakan uang negara) merupakan pelanggaran Undang-undang yang diancam dengan sanksi.
Pada Wajib Pajak, disamping hak untuk menetapkan sendiri besar pajaknya, terkait dengan kewajiban untuk membayar jumlah pajak itu dalam kas negara, dalam jangka waktu tertentu, tanpa ikut campur tangan pihak Direktorat Jenderal Pajak.
E. Hak dan Kewajiban Masyarakat di Bidang Perpajakan
Universitas Sumatera Utara

Kewajiban Wajib Pajak meliputi : 1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) sebagai identitas diri Wajib Pajak. Dengan diperolehnya NPWP, berarti Wajib Pajak telah terdaftar. 2. Mengambil sendiri, mengisi dan memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Direktorat Jenderal Pajak tepat pada waktunya. 3. Menghitung dan membayar pajaknya sendiri dengan benar. 4. Menyelenggarakan pembukuan dengan benar 5. Jika diperiksa harus : 5.1 Memberikan keterangan yang diperlukan 5.2 Memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan 5.3 Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan 6. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluaan pemeriksaan Hak Wajib Pajak secara khusus adalah : a. Mengajukan Surat Keberatan dan Surat Banding b. Menerima tanda bukti pemasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) c. Melakukan pembetulan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) yang dimasukkan
Universitas Sumatera Utara

d. Mengajukan permohonan penundaan pemasukkan Surat Pembeitahuan (SPT)
e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak
f. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak g. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta
pembetulan Surat Ketetapan Pajak yang salah h. Memberikan kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan i. Apabila Wajib Pajak dipotong oleh pemberi kerja, Wajib Pajak berhak
meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 pada pemotong, mengajukan atas pemotongan tersebut
F. Hak Mengajukan Keberatan Dalam pelaksanaan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan
kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oelh pihak ketiga. Dalam hal ini Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan. Hal keberatan diatur dalam pasal 25 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.
Adapun Pihak yang dapat mengajukan keberatan, antara lain : 1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan 2. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus 3. Bagi pihak yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga
Universitas Sumatera Utara

4. Bagi kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada nomor 1 sampai dengan nomor 3 diatas dengan surat kuasa khusus untuk surat keberatan
Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Banding Oleh Wajib Pajak Keberatan adalah cara yang ditempuh oleh Wajib Pajak jika merasa
tidak/kurang puas atas suatu ketetapn pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga. Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan Wajib Pajak tidak sebagaimana mestinya, maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Sebelum mengajukan keberatan Wajib Pajak dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan laba/rugi, pemotongan atau pemungutan pajak kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Surat keberatan dapat diajukan secara tertulis oleh Wajib Pajak yang bersangkutan yang tidak dapat menyetujui jumlah utang yang telah ditetapkan oleh administrasi. Utang pajak itu ditetapkan secara jabatan (pasal 2 ayat 4 Undangundang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).
Jumlah utang yang telah ditetapkan tersebut harus diberitahukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) itu secara lengkap, misalnya bagi badab usaha yang menjadi Wajib Pajak diwajibkan melengkapi Surat Pemberitahuan (SPT) itu dengan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba/rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk
Universitas Sumatera Utara

menghitung penghasilan kena pajak (PKP), akan tetapi hal itu tidak selalu dilakukan demikian oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Ada yang disebabkan karena ketidakjujuran Wajib Pajak, yang dengan sengaja ingin menyembunyikan beberapa bagian dari penghasilannya atau kekayaan dengan cara pengisian yang tidak sebenarnya.
Dari hasil pemeriksaan terbukti bahwa pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) itu adalah tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak berwenang menetapkan pajak secara jabatan. Pada umumnya penetapan secara jabatan ini adalah jauh lebih besar dari jumlah perkiraan dari Wajib Pajak sendiri waktu mengajukan Surat Pemberitahuannya.
Oleh karena penetapan pajak secara jabatan dianggap tidak adil karena pajaknya terlalu tinggi, maka Wajib Pajak dapat mengajukan “keberatan” pada Direktur Jenderal Pajak sebagai bukti bahwa Wajib Pajak tidak setuju dengan penetapan pajak tersebut.
B. Syarat-syarat Dalam Pengajuan Keberatan Sampai Dilaksanakannya Banding Surat Keberatan dapat diterima untuk dipertimbangkan apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut : 1. Satu Surat Keberatan untuk satu ketetapan pajak atau satu bukti pemotongan/pemungutan pajak 2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
Universitas Sumatera Utara

3. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong/dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak
4. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas 5. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak
atau tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali karena keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur) yang harus disertai bukti pendukung adanya keadaan diluar kekuasaan tersebut 6. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat keberatan ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 32 Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Surat Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan seperti yang dimaksud diatas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan. Apabila Surat Keberatan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan tetapi masih dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka dalam rangka pelayanan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak dapat meminta Wajib Pajak untuk memenuhi persyaratan tersebut. Kepada Wajib Pajak yang mengajukan Surat Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan jawaban secara tertulis dengan surat biasa (bukan surat keputusan penolakan) selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak jangka waktu pengajuan Surat Keberatan tersebut diterima. Isi dari Surat Keberatn misalnya berbunyi “.........Saya merasa keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak (SKP) Pajak Penghasilan Saya NO.00120/.../.../188/2009 yang dibubuhi tanda tangan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Surat Keberatan yang ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib
Universitas Sumatera Utara

Pajak dapat juga dianggap sebagai Surat Keberatan yang sah, dengan syarat pada Surat Keberatan tersebut dilampirkan Surat Kuasa yang sah. Surat Keberatan yang tidak disertai alasan adalah lemah, karena itu besar kemungkinannya bahwa keberatan itu ditolak.
Menurut analisis penulis, Undang-undang pajak tidak menentukan syaratsyarat apa yang harus dipenuhi tentang isi Surat Keberatan tetapi berdasarkan kebiasaan praktik. Untuk mengetahui apa yang dipersoalkan, maka sedikitnya Surat Keberatan harus memuat 5 (lima) hal yang merupakan syarat minimum, yaitu :
1. Pernyataan bahwa Wajib Pajak merasa keberatan terhadap ketetapan pajak 2. Jenis pajaknya 3. Tahun pajak 4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 5. Nama dan tanda tangan Wajib Pajak Bila dalam suatu keberatan tidak disebutkan alasannya maka hal ini akan lebih menyulitkan pejabat yang berwenang karena pejabat yang bersangkutan tentunya tidak dapat menebak bagitu saja yang sebenarnya menjadi keberatan Wajib Pajak. Alasan keberatan, bila tidak dimasukkan secara bersama-sama kedalam Surat Keberatan dapat diajukan kemudian, sebab mengajukan alasan-alasan itu bukan menjadi salah satu syarat dan tidak pula terikat pada suatu jangka waktu yang disebut dalam Undang-undang. Bila seandainya berhubung dengan sempitnya waktu Wajib Pajak tidak sempat memberikan alasan yang lengkap, dapat menyatakan terlebih dahulu keberatan yang memenuhi syarat minimum seperti tersebut diatas dan baru memasukkan alasan-alasannya. Ketentuan demikian juga diatur dalam Undang-
Universitas Sumatera Utara

undang, tetapi dapat diketahui bahwa hal semacam itu tidak boleh disalahgunakan sehingga penyelesaian Surat Keberatan itu akan menjadi berlarut-larut. Oleh sebab itu, diberikan batas waktu tertentu utnuk mengusulkan alasan suatu Surat Keberatan. Jika batas waktu yang telah ditentukan tidak dimasukkan alasan maka maka dianggap bahwa Surat Keberatan tidak diberi alasan. Batas waktu yang dimaksud untuk memasukkan alasan-alasannya, menyusul Surat Keberatan yang dimasukkan terlebih dahulu hanya diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan. Pemberian alasan-alasan tersebut ini ada hubungannya dengan pembuktian.
a. Tata Cara Pengajuan Surat Keberatan Surat Keberatan adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu kepada Direktur Jenderal Pajak untuk satu jenis pajak dan satu tahun pajak. Batas waktu pengajuan Surat Keberatan ditentukan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan maksud agar Wajib Pajak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk mempersiapkan Surat Keberatan beserta alasannya. Apabila ternyata batas waktu 3 (tiga) bulan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena diluar kekuasaan Wajib Pajak (force majeure), maka tenggang waktu selama 3 (t

Dokumen yang terkait

Tata Cara Pengajuan Keberatan oleh Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP) Pratama Medan Kota

5 56 62

Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

10 102 80

Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 34 65

Tata Cara Pemindahan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lainnya

3 28 62

Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

2 39 51

Prosedur Penagihan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 57 85

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota - Tata Cara Pengajuan Keberatan oleh Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP) Pratama Medan Kota

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - Tata Cara Pengajuan Keberatan oleh Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP) Pratama Medan Kota

0 0 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota - Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Banding Oleh Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Banding Oleh Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 0 13