1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa lakon Ki Anom yang pernah dimainkan dan direkam dalam bentuk kaset ataupun CD, meliputi: Abiyasa Lahir, Antasena Rabi, Asmara Bumi, Baladewa
Mbangun Pasar, Begawan Ciptoroso, Bima Maneges, Bisma Gugur, Gatotkaca Krida, Jayadrata Burisrawa Lena, Durna Gugur, Joko Pengalasan, Karna
Tanding, Kresna dadi Ratu, Kumbakarno Gugur, Narayana Winisuda, Palasara Maguru, Pandawa Maneges, Parto Dewo, Semar Boyong, Semar Mantu, Semar
Mbangun Kahyangan, Sudamala, Sukma Langgeng, Wahyu Nugroho Jati, Wisanggeni Lahir, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Satu lakon yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah lakon Bima Maneges. Pada lakon ini penyajian cerita dituangkan dalam bentuk jalan cerita. Jalan cerita
yang disajikan secara runtut dengan sajian awal kerajaan Ngastina yang resah dengan adanya Resi Gupala Bima yang sedang tapa di Bumi Aldaka. Datang raja dari ujung
laut bernama Prabu Kala Tejolelono yang ingin berguru kepada Begawan Durna. Sebagai syarat menjadi anak didiknya Begawan Durna menyuruh Prabu Tejolelono
pergi ke Bumi Aldaka untuk mengambil Resi Gupala reca Bima yang harus diserahkan kepada Prabu Duryudana. Prabu Tejolelono pun pergi ke Bumi Aldaka
ditemani paman Sengkuni dan para Kurawa. Kemudian terjadilah perang awal yang terjadi di pintu gerbang pesanggrahan Bumi Aldaka yaitu antara Prabu Tejolelono
melawan Mayang Seta juru kunci pesanggrahan Bumi Aldaka. Sampai pada
2
pertengahan cerita diceritakan mengenai keberhasilan Prabu Tejolelono yang berhasil membawakan reca Bima untuk prabu Duryudana. Prabu Duryudana pun
merencanakan untuk membakar reca tersebut. Namun saat reca Bima dibakar reca Bima hidup kembali, sehingga terjadilah perang sengit antara pihak Prabu Duryudana
melawan pihak Bima. Akhir cerita lakon ini dimenangkan oleh pihak Bima. Hal tersebut merupakan fenomena yang unik dan menarik untuk diteliti.
Dikatakan menarik karena disebutkan dengan jelas bagaimana raga Bima yang berada di Bumi Aldaka mulai dari dirinya memperoleh masalah sampai
terselesaikannya masalah. Sedangkan keunikan lakon ini terletak pada kedudukan Bima sebagai sosok patriotis yang selalu setia kepada lingkungannya dan
negerinya sendiri, sehingga ia akan serta merta memberi pertolongan kepada siapapun yang sedang dilanda musibah dan kesusahan. Sehingga dengan sikap
yang dimilikinya Bima mampu mengembalikan keadaan yang semula kacau menjadi aman dan tentram kembali.
Lakon ini didalangi oleh Ki Anom Suroto. Kemampuan dan kemahiran dalam penyajian cerita mampu membentuk dan mengarahkan opini penonton
terhadap jalannnya cerita. Ditambah lagi dengan pengerjaan dialog yang sangat matang. Setiap tokoh yang ditampilkan diberi suara yang berbeda, sehingga
penonton dapat memahami akan gambaran watak tokoh serta pesan yang ingin disampaikan dalam pementasan wayangnya.
Selain dari hal penyajian, hal penting juga yang perlu diketahui bahwa wayang kulit bukan hanya sebagai tontonan tetapi juga merupakan tuntunan
dalam bahasa Jawanya wayang kulit kuwi tontonan kang mawa tuntunan. Sebagai
3
tontonan berarti pagelaran wayang kulit bisa memberikan hiburan kepada masyarakat, sedangkan sebagai tuntunan berarti pagelaran wayang kulit menjadi
sumber ilmu. Sebagai sumber ilmu terlihat dalam setiap cerita wayang kulit yang dipentaskan banyak terkandung filosofi dan ajaran yang bisa dijadikan panutan
oleh masyarakat, khususnya penonton. Jadi wayang selain menjadi media hiburan namun penuh dengan ajaran kearifan lokal yang berserak disetiap lakon yang
dipentaskan. Dari itu perlu dikupas akan filosofi dan ajaran apa yang bisa dipetik dari lakon Bima Maneges.
Selain alasan di atas juga karena masih sedikitnya koleksi skripsi di Unnes yang meneliti struktur dramatik wayang karya Ki Anom Suroto. Skripsi yang
sudah ada kebanyakan meneliti struktur dramatik wayang yang didalangi oleh Ki Enthus Susmono, Ki Purbo Asmoro atau Ki Manteb Soedarsono. Selain itu juga
karena kebanyakan minat generasi muda sekarang ini masih rendah. Penyebab semua itu karena mereka menganggap bahwa tontonan wayang kulit adalah
tontonan yang kuno, yang hanya untuk dinikmati oleh para orang tua. Adanya kemajuan teknologi juga membuat tersedianya beraneka ragam hiburan bagi
masyarakat yang membuat tersusutnya minat para muda untuk mencintai pertunjukkan wayang kulit. Dengan tulisan Skripsi ini diharapkan dapat lebih
mengenalkan wayang kulit terhadap generasi muda. Paling tidak dari perkenalan itu akan mampu membentuk sikap untuk suka terhadap pagelaran wayang kulit.
Berdasar uraian di atas, kajian yang tepat untuk meneliti lakon Bima Maneges adalah kajian struktur dramatik. Adanya kajian struktur dramatik
4
diharapkan bisa mewakili unsur-unsur pembangun pada lakon Bima Maneges yang menyangkut alur, latar, penokohan, tema dan amanat pada lakon tersebut.
1.2 Rumusan Masalah