Analisis Profil Resort Cagar Alam Dolok Sibual Buali Sebagai Penentu Strategi Pengelolaan Kawasan

(1)

LAMPIRAN

Kode

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Silvi Dellani dengan NIM : 091101022 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit ISPA Di Puskesmas Kecamatan Medan Denai”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Medan Denai dan juga merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur tanpa ada pengaruh dari orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu bebas menerima dan bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan tandatangani lembar persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.

Terima kasih banyak atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini. Medan, April 2013

Peneliti Responden


(2)

KUESIONER PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENYAKIT ISPA

DI PUSKESMAS KECAMATAN MEDAN DENAI

Petunjuk Pengisian

Isilah pertanyaan berikut dan berikan tanda (√) pada kotak yang telah disediakan!

A. Data Demografi

1. Usia : tahun

2. Jenis kelamin : Laki -laki Perempuan 3. Status dalam Keluarga: Ayah Lainnya, sebutkan..……

Ibu

4. Agama : Islam Protestan

Hindu Budha

Katolik Lain-lain

5. Suku : Batak toba Jawa

Batak mandailing Melayu

Batak karo Aceh

Minang Lainnya

6. Tingkat pendidikan : S1 SD

SMA/SMU Tidak Tamat

SMP/SLTP

7. Pendapatan Keluarga / bulan: Kurang dari Rp. 1.305.000,- Lebih dari Rp. 1.305.000,- 8. Pernah / Tidak pernah menerima Pendidikan Kesehatan sebelumnya:

Pernah Tidak Pernah


(3)

B. Kuesioner Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit ISPA

Kode responden (diisi peneliti):

Petunjuk pengisian:

a. Bacalah dengan baik pertanyaan pada setiap soal.

b. Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai c. Berikan tanda silang pada jawaban Bapak/Ibu.

1. ISPA merupakan singkatan dari : a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut c. Infeksi Saluran Pencernaan Atas d. Infeksi Saluran Pencernaan Akut

2. Influenza dan batuk pilek termasuk kedalam penyakit? a. ISPA

b. DBD c. TBC d. Demam

3. Seseorang akan lebih rentan untuk terserang penyakit ISPA jika dalam kondisi berikut:

a. Sehat b. Senang c. Sakit d. Bahagia

4. Penyakit ISPA dapat di sebabkan oleh: a. Angin dan Debu

b. Angin dan Virus c. Debu dan Bakteri d. Bakteri dan Virus

5. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui 2 hal yaitu:

a. Kontak (kontaminasi tangan) dan melalui udara dengan jarak dekat b. Kontak (kontaminasi tangan) dan melalui udara dengan jarak jauh c. Melalui pakaian dan kontak (kontaminasi tangan)


(4)

6. Faktor yang dapat menjadi pencetus dalam peningkatan jumlah angka kejadian ISPA yaitu:

a. Air es

b. Mandi air dingin c. Asap rokok d. Debu

7. Gejala yang dapat ditimbulkan pada penyakit ISPA akan bertambah buruk jika anak tidak mendapatkan :

a. Air Hangat b. Susu Formula c. Suplemen d. Imunisasi

8. Asap rokok merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya ISPA karena? a. Menurunkan kemampuan makrofag (sel darah putih) membunuh bakteri

b. Mengiritasi saluran pernapasan c. Membuat batuk

d. Membuat sesak napas

9. Hal yang memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan? a. Kekurangan kekebalan tubuh (antibodi)

b. Kekurangan hormon c. Kekurangan sel d. Kekurangan elektrolit

10. Bila terjadi wabah, maka ISPA sulit di diagnosa karena di sebabkan oleh ? a. Debu

b. Kuman c. Virus d. Udara

11. Berikut adalah gejala yang di timbulkan oleh ISPA yaitu: a. Nyeri tenggorokan, kram, demam dan kaku kuduk

b. Nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, sakit kepala dan demam

c. Batuk-batuk, sakit kepala, kram dan nyeri sendi

d. Demam, kaku kuduk, nyeri sendi, dan nyeri tenggorokan

12. Gejala ISPA seringkali tidak dirasakan penderita sebagai ISPA karena gejala ISPA tersebut?

a. Gejala yang tidak tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat tidak selalu dapat dilakukan

b. Gejala yang tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat tidak selalu dapat dilakukan


(5)

c. Gejala yang tidak tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat selalu dapat dilakukan

d. Gejala yang tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat selalu dapat dilakukan

13. Sewaktu si penderita ISPA batuk, maka orang yang berada di dekatnya? a. Tidak akan tertular

b. Biasa saja

c. Akan terular ISPA

d. Tidak mengalami hal apapun

14. Hal yang dapat dilakukan ketika bersin dan batuk, untuk mencegah penularan ISPA yaitu:

a. Menutup hidung dan mulut b. Menutup hidung dan mata c. Menutup mata dan telinga d. Menutup hidung saja

15.Salah satu penularan ISPA yang sering terjadi yaitu melalui : a. Menangis

b. Berbicara c. Berjabat tangan d. Tertawa

16. Hal-hal berikut yang dapat menularkan agen penyebab ISPA adalah : a. Meludah

b. Menangis

c. Bersentuhan kulit d. Batuk dan bersin-bersin

17. Obat-obatan yang sering digunakan sewaktu menderita ISPA mengandung : a. Obat anti nyeri obat alergi dan obat batuk

b. Obat anti nyeri,obat demam, obat batuk dan obat yang menyebabkan kantuk

c. Obat batuk saja

d. Obat demam dan obat penambah nafsu makan

18. Obat yang juga perlu ditambahkan bila terjadi infeksi bakteri pada ISPA adalah :

a. Vitamin b. Suplemen c. Antibiotik d. Hormon

19. Hal yang tidak seharusnya dilakukan ketika menderita penyakit ISPA yaitu : a. Istirahat


(6)

c. Minum obat

d. Di asingkan dari orang lain

20. Upaya pencegahan agar tidak terjadinya penularan penyakit ISPA : a. Mencuci tangan

b. Mandi air hangat c. Pakai sandal d. Mencuci kaki

21. Manfaat mencuci tangan yaitu : a. Agar bersih

b. Menghindarkan dari penularan kuman c. Untuk menghilangkan bau yang tidak enak d. Untuk menghilangkan kotoran

22. Apakah imunisasi penyakit ISPA sudah ada di setiap pelayanan kesehatan ? a. Ada

b. Tidak ada c. Mungkin ada d. Tidak pernah ada

23. Hal lain yang dapat mencegah terjadinya ISPA pada anak adalah : a. Berolah raga

b. Bermain dirumah c. Tidak bersosialisasi

d. Imunisasi dan gizi yang cukup

24. Dengan penanganan yang tidak cepat dan tepat maka akibat fatal yang dapat di sebabkan ISPA yaitu :

a. Kematian b. Kecacatan c. Kesakitan d. Kesembuhan


(7)

Jadwal Penelitian

Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

Mengajukan Topik/judul penelitian Merevesi topik/ JUDUL PENELITIAN dan penetapan judul/ topik penelitian Bab 1 – Bab 4 dan Revisi Menyiapkan instrumen penelitian dan formulir persetujuan menjadi responden penelitian Revisi proposal


(8)

Mengajukan jadwal sidang proposal penelitian Seminar proposal penelitian Revisi proposal penelitian Uji Validitas dan

Reliabilitas instrument Mengajukan izin

melaksanakan pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian Analisa Data


(9)

Penyusunan laporan penelitian Mengajukan jadwal sidang skripsi

Seminar hasil penelitian Revisi dan pengumpulan laporan penelitian


(10)

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Pembuatan proposal

Biaya print menyelesaikan proposal Rp. 100.000 Foto copy sumber-sumber tinjauan

pustaka

Rp. 100.000

Perbanyak proposal Rp. 100.000

Biaya internet Rp. 100.000

Biaya Sidang Proposal Rp.100.000 Pengumpulan

data

Izin penelitian Rp. 50.000

Transportasi Rp. 300.000

Penggandaan kuesioner Rp. 60.000 Pembelian souvenir Rp. 495.000

Analisis data Biaya print Rp. 200.000

Penjilidan Rp. 200.000

Biaya tidak terduga Rp. 200.000


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes /PLOT BOXPLOT STEMLEAF /COMPARE GROUP

/STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL. Explore

Notes

Output Created 09-Jul-2013 06:03:03

Comments

Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data

uji normalitas.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 43

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent variables are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any dependent variable or factor used.

Syntax EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF /COMPARE GROUP

/STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:01.014


(17)

[DataSet1] C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data uji normalitas.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%

Postes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pretes Mean 15.02 .631

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 13.75

Upper Bound 16.30

5% Trimmed Mean 15.13

Median 15.00

Variance 17.118

Std. Deviation 4.137

Minimum 6

Maximum 21

Range 15

Interquartile Range 6

Skewness -.335 .361

Kurtosis -.864 .709

Postes Mean 19.12 .508


(18)

Mean Upper Bound 20.14

5% Trimmed Mean 19.35

Median 20.00

Variance 11.105

Std. Deviation 3.332

Minimum 10

Maximum 24

Range 14

Interquartile Range 5

Skewness -1.147 .361

Kurtosis .805 .709

Pretes

Pretes Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

5.00 0 . 68899 12.00 1 . 000012233444 17.00 1 . 55555566777778889 9.00 2 . 000000111

Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)


(19)

Postes

Postes Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2.00 Extremes (=<11) .00 1 .

2.00 1 . 23 2.00 1 . 45 5.00 1 . 66777 7.00 1 . 8899999 14.00 2 . 00000001111111 10.00 2 . 2222222233 1.00 2 . 4


(20)

Each leaf: 1 case(s)

EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes /PLOT STEMLEAF NPPLOT /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL. Explore


(21)

Notes

Output Created 09-Jul-2013 06:03:53

Comments

Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data

uji normalitas.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 43

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent variables are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any dependent variable or factor used.

Syntax EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes

/PLOT STEMLEAF NPPLOT /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:02.059

Elapsed Time 00:00:01.825

[DataSet1] C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data uji normalitas.sav


(22)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%

Postes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pretes Mean 15.02 .631

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 13.75

Upper Bound 16.30

5% Trimmed Mean 15.13

Median 15.00

Variance 17.118

Std. Deviation 4.137

Minimum 6

Maximum 21

Range 15

Interquartile Range 6

Skewness -.335 .361

Kurtosis -.864 .709

Postes Mean 19.12 .508

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 18.09

Upper Bound 20.14

5% Trimmed Mean 19.35

Median 20.00


(23)

Std. Deviation 3.332

Minimum 10

Maximum 24

Range 14

Interquartile Range 5

Skewness -1.147 .361

Kurtosis .805 .709

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretes .102 43 .200* .950 43 .058

Postes .186 43 .001 .891 43 .001

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Pretes

Pretes Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

5.00 0 . 68899 12.00 1 . 000012233444 17.00 1 . 55555566777778889 9.00 2 . 000000111

Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)


(24)

Postes

Postes Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2.00 Extremes (=<11) .00 1 .

2.00 1 . 23 2.00 1 . 45 5.00 1 . 66777 7.00 1 . 8899999 14.00 2 . 00000001111111 10.00 2 . 2222222233 1.00 2 . 4

Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)


(25)

(26)

RELIABILITY

/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA

R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR0 0023 VAR00024

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=GUTTMAN

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE

/SUMMARY=MEANS VARIANCE. Reliability

Notes

Output Created 22-Jul-2013 05:53:58

Comments

Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\spss

reliabel.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Matrix Input

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.


(27)

Syntax RELIABILITY

/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=GUTTMAN

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=MEANS VARIANCE.

Resources Processor Time 00:00:00.078

Elapsed Time 00:00:00.048

[DataSet1] C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\spss reliabel.sav

Warnings

The determinant of the covariance matrix is zero or approximately zero. Statistics based on its inverse matrix cannot be computed and they are displayed as system missing values.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0


(28)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Lambda 1 .687

2 .765

3 .717

4 .728

5 .735

6 .

N of Items 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 .5667 .50401 30

VAR00002 .6000 .49827 30

VAR00003 .9333 .25371 30

VAR00004 .4000 .49827 30

VAR00005 .7333 .44978 30

VAR00006 .4333 .50401 30

VAR00007 .8000 .40684 30


(29)

VAR00009 .8333 .37905 30

VAR00010 .5333 .50742 30

VAR00011 .8000 .40684 30

VAR00012 .5667 .50401 30

VAR00013 .6667 .47946 30

VAR00014 .9667 .18257 30

VAR00015 .2333 .43018 30

VAR00016 .9667 .18257 30

VAR00017 .6000 .49827 30

VAR00018 .6333 .49013 30

VAR00019 .8000 .40684 30

VAR00020 .6000 .49827 30

VAR00021 .9000 .30513 30

VAR00022 .3667 .49013 30

VAR00023 .9000 .30513 30

VAR00024 .7667 .43018 30

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means

Part 1 .603 .033 .933 .900 28.000 .060 12a

Part 2 .700 .233 .967 .733 4.143 .054 12b

Both Parts .651 .033 .967 .933 29.000 .057 24

Item Variances

Part 1 .191 .033 .257 .224 7.724 .006 12a

Part 2 .166 .033 .248 .215 7.448 .007 12b

Both Parts .179 .033 .257 .224 7.724 .006 24

a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00010, VAR00011, VAR00012.


(30)

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means

Part 1 .603 .033 .933 .900 28.000 .060 12a

Part 2 .700 .233 .967 .733 4.143 .054 12b

Both Parts .651 .033 .967 .933 29.000 .057 24

Item Variances

Part 1 .191 .033 .257 .224 7.724 .006 12a

Part 2 .166 .033 .248 .215 7.448 .007 12b

Both Parts .179 .033 .257 .224 7.724 .006 24

a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00010, VAR00011, VAR00012.

b. The items are: VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019, VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

Part 1 7.2333 5.220 2.28463 12a

Part 2 8.4000 3.490 1.86806 12b

Both Parts 15.6333 13.689 3.69980 24

a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00010, VAR00011, VAR00012.

b. The items are: VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019, VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024.


(31)

NPAR TEST

/WILCOXON=Pretes WITH Postes (PAIRED)

/MISSING ANALYSIS. NPar Tests

Notes

Output Created 09-Jul-2013 07:19:36

Comments

Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data

uji normalitas.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 43

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TEST

/WILCOXON=Pretes WITH Postes (PAIRED)

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Timea 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.000

Number of Cases Allowed 112347

a. Based on availability of workspace memory.


(32)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Postes - Pretes Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 39b 20.00 780.00

Ties 4c

Total 43

a. Postes < Pretes

b. Postes > Pretes

c. Postes = Pretes

Test Statisticsb

Postes - Pretes

Z -5.461a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.


(33)

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Mata Kuliah : Pendidikan Kesehatan tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Waktu Pertemuan : 15 menit

A. Tujuan

1. TIU : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini masyarakat dapat memperoleh informasi dalam hal mencegah dan mengobati dalam penanggulangan ISPA.

2. TIK : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini masyarakat dapat t : 1. Menjelaskan pengertian ISPA

2. Menyebutkan etiologi dari ISPA 3. Menjelaskan pathogenesis ISPA 4. Menyebutkan tanda dan gejala ISPA 5. Menjelaskan cara penanggulangan ISPA

B. Pokok Bahasan : ISPA C. Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian ISPA 2. Etiologi ISPA 3. Pathogenesis ISPA 4. Tanda dan Gejala ISPA


(34)

D. Kegiatan Belajar mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa Media dan Alat Pengajaran

Pendahuluan 1. Memeberikan soal pretes

2. Menjelaskan TIU dan TIK Memperhatikan penjelasan dan tanya jawab

Penyajian 1. Menjelaskan pengertian ISPA 2. Menyebutkan etiologi dari ISPA 3. Menjelaskan pathogenesis ISPA 4. Menyebutkan tanda dan gejala ISPA 5. Menjelaskan cara penanggulangan ISPA

Memperhatikan penjelasan dan tanya jawab

Leaflet

Penutup 1. Menanyakan kesulitan dalam penjelasan yang dilakukan

2. Menyimpulkan hasil belajar 3. Memberikan soal postes

Tanya jawab

E. Evaluasi : Hasil pre-post tes materi pendidikan kesehatan tentang ISPA ini akan diujikan pada penelitian “Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan Keluarga tentang ISPA di Puskesmas Medan Denai”.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Mukty, H. Abdul. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press

Aliviana, Rosy., dkk. (2010). Uji Dua Sampel. Di ambil pada 8 Juni 2013 dari

Beck, C. T., Hugler, B. P., & Polit, D. F., (2001). Essential of Nursing Research : Methods, Appraisals, and Utilization. USA : Lippincott

Brown, Kelli McCormack, et al. (2012). 2011 Joint Committee On Health Education And Promotion Terminology Member dalam American Journal of Health Education, March/April, 2012, Vol. 43, No. 2.

Dempsey, Patricia Ann., & Dempsey, Arthur D. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Jakarta : EGC

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Diambil pada 10 Okober 2012

dari

Depkes RI, (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Di ambil pada 18 Oktober

2012 dari http://www.google.com/url?q=http://www.depkes.go.id/downloads/PROFI

L_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf&sa=U&ei= m77sULvMI4HdkAWI04HYDA&ved=0CBQQFjAA&usg=AFQjCNHOi Y2Ozu8wLWKSGwpIDxwrHR-k-w

E.O.,Osuala. (2011). Health Education: Impications For The Achievement Of The Health-Related Millennium Development Goals. West African Journal Of Nursing Vol. 22 No. 1 May, 2011


(36)

Huriah, Titin dan Lestari, Ratna. (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ISPA terhadap Kemampuan Ibu dalam Perawatan ISPA pada Balita di Dusun Lemahdadi Kasiban Bantul Yogyakarta. Jurnal Saintika Medika, Vol 5, No 10

Julia, Anita. (2011). Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Kepala Keluarga Yang Kebiasaan Merokok Didalam Rumah Dengan Diluar Rumah Dijorongsaroha Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.Padang : Universitas Andalas

Kozier, Barbara., Erb, Glenora., Berman, Audrey., Snyder, Shirlee J., (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Volume 1 Edisi 7 .Jakarta : EGC

Nurhidayah, Rika Endah. (2010). Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Untuk Perawat. Medan : USU Press

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Imu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan Penanggulangannya. USU digital library.

Sari Wayuni, Arlinda. (2010). Statistika Kedokteran. ISBN

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Setiawati, S. dan Dermawan, A.C. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendididkan Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media

Suliha, Uha.,dkk. (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Cetakan I. Jakarta : EGC.

Syahrani, A.E., dkk. (2012). Pengaruh pendidikan Kesehatan tentang Penalataksanaan ISPA terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu Merawat Balita ISPA di Rumah. Diambil pada 9 Jli 2013 pada


(37)

ViAeW7oGIBA&usg=AFQjCNEI_JSGvrD2UhEM5xw1Czeqm-1icA&bvm=bv.48705608,d.aGc

Wardhani,E., Pharmawat,K., Sururi, M.Rangga., Kurniati,N. (2010). Hubungan Faktor Lingkungan,Sosial-Ekonomi, Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Insfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Cicadas Kota Bandung. Seminar Nasional Sains & Teknologi – III.Lembaga Penelitian– Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010 WHO. (2008). Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jenewa : WHO Diambil pada12 Oktober 2012 dari http://www.google.com/url?q=http://www.who.int/csr/resources/publicatio ns/WHO_CDS_EPR_2007_8bahasa.pdf&sa=U&ei=isTsUOfiCseSkwXfp YCYBg&ved=0CBQQFjAA&usg=AFQjCNGqYpzeIAfr3s3G_BmjTPnqg zpKRg

WHO. (2012). Health Education: Theoretical Concepts, Effective Strategies And Core Competencies. WHO Regional Office for the Eastern Mediterranean, Cairo. Diambil pada 11 Oktober 2012 dari http://www.google.com/url?q=http://www.emro.who.int/dsaf/EMRPUB_2 012_EN_1362.pdf&sa=U&ei=CcXsUMHuMseGkQXCyICICA&ved=0C BQQFjAA&usg=AFQjCNFpu1IsqQYCGv89rCBBUFad35b5Vw


(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Medan Denai. Penelitian ini menggunakan satu kelompok intervensi dengan pemberian serangkaian tes atau perlakuan, yaitu pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA.

Pada awal penelitian, penelit memberian pretes dengan sejumlah pernyataan tertentu di kuesioner kepada kelompok intervensi.

Kemudian kelompok intervensi ini diberikan perlakuan yaitu pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA yang meliputi pengertian, pathogenesis,etiologi, tanda dan gejala, penyebaran infeksi, dan penanggulangan penyakit ISPA.

Pada akhir penelitian, peneliti menilai kembali dengan memberikan kuesioner atau tes akhir kepada keluarga di Puskesmas Medan Denai ini, untuk melihat hasil yang diharapkan dari proses pendidikan kesehatan tadi.

Kerangka Penelitian Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan keluarga pada penyakit ISPA.


(39)

Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada sketsa di bawah ini :

Tes Awak

1 2

Efektif

Tidak efektif

Skema 1: Kerangka Penelitian

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 1: Defenisi operasional variabel pada penelitian efektivitas pendididkan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA

No. Variabel Defenisi Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Variabel Dependen: Pengetahuan Kemampuan individu dalam proses pikir dalam hal mengingat dan mengetahui tentang Menggunakan Kuisioner sebanyak 24 pertanyaan, dengan empat pilihan jawaban Skor Nilai 0-24 dengan kategori: Baik: 17-24 Sedang: 9-Ordinal

Tes Awal (Pretest)

1 Intervensi

Tes Akhir (Postest) 2

Pendidikan Kesehatan tentang ISPA:

- Pengertian penyakit ISPA - Etiologi Penyakit ISPA - Patofisiologi Penyakit

ISPA

- Tanda dan Gejala Penyakit ISPA

- Penanggulangan Penyakit ISPA


(40)

penyakit ISPA yang meliputi: pengertian, pathogenesis, etiologi, tanda dan gejala, penyebaran

infeksi, dan penanggulangan penyakit ISPA.

dimana

jawaban yang benar bernlai 1 dan salah bernilai 0

16

Cukup: 0-8

3.3 Hipotesa

Hipotesa penelitian ini menggunakan hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada perbedaan mean pengetahuan keluarga terhadap penyakit ISPA sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dengan diberikannya pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA maka akan ada perubahan pengetahuan keluarga ke arah yang lebih positif. Hipotesa alternatif (Ha) gagal ditolak jika α yang diperoleh dari hasil perhitungan uji statistik lebih kecil dari 0,05.


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu atau quasi eksperimen untuk mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga pada penyakit ISPA di Puskesmas Medan Denai. Dalam hal ini digunakan design 1 kelompok untuk sebelum dan sesudah intervensi (one group pre-post test).

Tabel 2 : Desain penelitian eksperimen semu satu kelompok pre-post tes

Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2

Keterangan:

a. O1 adalah pretes, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner tertutup untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA.

b. X adalah intervensi yang dilakukan, yaitu pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA

c. O2 adalah postes, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner tertutup untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA, segera setelah dilakukan pendidikan kesehatan.


(42)

4.2 Populasi dan sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki penderita ISPA di Puskesmas Medan Denai. Jumlah penderita ISPA selama 2 bulan terakhir berjumlah yaitu 102 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki penderita ISPA di Puskesmas Medan Denai dengan menggunakan Nonprobability sampling yaitu Accidental sampling. Sampel dipilih hanya berdasarkan ketersediaannya, yaitu keluarga yang memiliki penderita ISPA di tempat yang tepat dan di waktu yang tepat sesuai dengan tujuan peneliti. (Dempsey & Dempsey, 2002). Besarnya sampel yang digunakan pada penelititan ini menggunakan Rumus Slovin yang dikutip dalam Notoadmojo (2003) yaitu :

n = N N. d2+ 1 dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = galat pendugaan

Sehingga junlah sampel pada penelitian yang dilakukan pada 15 April sampai 30 Juni 2013 berjumlah 43 orang.


(43)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah keluarga yang memiliki penderita ISPA, di mana data awal yang diperoleh berdasarkan data yang berasal dari Puskesmas Medan Denai . Penelitian dilaksanakan setelah dilaksanakan pada 15 April 2013 sampai 30 Juni 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Peneliti yang bekerja bersama manusia harus selalu ingat bahwa subjek mereka adalah manusia nyata yang memiliki kebutuhan dan keinginannya sendiri, bukan hanya selembar kertas. Sampai saat ini, kode etik untuk riset bersubjek manusia sudah dikembangkan untuk memastikan adanya perlindungan martabat dan keselamatan subjek serta kelayakan riset yang melibatkan manusia sebagai subjek. (Dempsey & Dempsey, 2002)

Human Rights Guidelines for Nurses in Clinical and Other Research rahun 1985, dikeluarkan oleh American’s Nurses Association, berisi tanggung jawab perawat dalam praktik, pendidikan, dan riset bagi perlindungan hak-hak subjek manusia dalam riset. Dokumen ini membahas tiga hak dasar, yaitu:

1. Hak untuk bebas dari resiko cedera instrinsik

Dalam hal ini, subjek harus dilindungi dari cedera fisik, sosial atau emosional.


(44)

2. Hak privasi dan martabat

Peneliti harus melakukan setiap upaya untuk menghindari invasi terhadap privasi subjek dan/atau menempatkan mereka pada situasi yang merendahkan diri atau tidak berkemanusiaan.

3. Hak anonimitas

Identitas subjek yang ikut serta dalam studi jangan diperlihatkan dan jangan disebutkan saat pembahasan atau publikasi hasil peneliti, termasuk foto subjek. (Dempsey & Dempsey, 2002)

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian proposal penelitian untuk selanjutnya mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala Puskesmas Medan Denai. Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik penelitian, yaitu : menjelaskan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani informed consent ataupun memberikan persetujuan secara lisan.

Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri tanpa ada tekanan baik secara fisik maupun secara psikologis. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(45)

4.5 Instrumen Penelitian

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data yang disebut kuesioner. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian pertama adalah kuesioner untuk data demografi (KDD). Sedangkan pada bagian kedua adalah kuesioner untuk pengetahuan terhadap penyakit ISPA.

a. Kuesioner demografi pasien

Kuesioner data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi kode, usia, jenis kelamin, agama, suku, dan tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga serta sudah pernah menerima pendidikan kesehatan atau tidak.

b. Kuesioner pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA

Kuesioner pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan yang diketahui oleh masyarakat khususnya keluarga mengenai penyakit ISPA . Kuesioner ini mencakup 24 item pertanyaan, yang tetrdiri dari 3 item pertanyaan untuk pengertian penyakit ISPA (pertanyaan nomor 1, 2), 2 item pertanyaan untuk etiologi penyakit ISPA (pertanyaan nomor 4, 10), 5 item pertanyaan untuk patogenesisi penyakit ISPA (pertanyaan nomor 3, 5, 6, 8, 9), 2 item pertanyaan untuk tanda dan gejala penyakit ISPA (pertanyaan nomor 11, 12) 3 item pertanyaan unutk penyebaran penyakit ISPA (pertanyaan nomor 13, 15, 16), dan 10 item pertanyaan untuk penatalaksanaan penyakit ISPA (pertanyaan nomor 7, 14, 17, 18, 19, 20, 21,, 22, 23, 24). Instumen penelitian ini menggunakan skala Guttman yang merupakan skala yang


(46)

bersifat tegas dan komitmen dengan memberikan hasil jawaban dari pertanytaan: benar dan salah, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila skor salah nilainya 0.

Hasil ukur instrumen penelitian ini akan menentukan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA dengan kriterta:

Baik: 17 - 24 Sedang: 9 - 16 Cukup: 0 - 8

Setelah proses pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner pada responden maka yang dilakukan pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi. Prosesnya meliputi editing, coding, entry dan analisa data. Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data, coding merupakan proses pengkodean data dimana data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer sedangkan entry merupakan proses pemasukan data kedalam program komputer (Sari Wahyuni, 2010)

4.6 Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi, validitas disini pertama-pertama lebih menekankan pada alat pengukur/pengamatan. Ada 2 hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu:


(47)

1. Relevansi isi instrument

Isi instrument harus disesuaikan dengan tujuan penelitian untuk dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam defenisi operasional.

2. Relevansi sasaran subjek dan cara pengukuran

Instrument yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap subjek penelitian. (Nursalam, 2003)

Instrument pada penelitian ini hanya melakukan uji validitas isi (content validity). Pada penelitian ini uji validitas isi pada instrument dilakukan oleh dosen yang ahli dan berpengalaman dalam hal penyakit ISPA yaitu oleh dosen Fakultas Keperawatan. Instrument yang disusun awalnya berjumlah 25 item pertanyaan namun setelah dilakukan validitas isi selama 3 kali berturut-turut maka instrument yang valid berjumlah 24 item pertanyaan.

4.7 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil ukur atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peran yang penting dalam waktu yang bersamaan. (Nursalam, 2003)

Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat reliabilitas dalam pengumpulan data dalam bidang keperawatan, yaitu:

1. Prinsip stabilitas, yaitu mempunya kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda.


(48)

2. Ekuivalen, artinya pengukuran memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama.

3. Homogenitas (kesamaan), artinya instrumen yang dipergunakan herus mempunyai isi yang sama. (Setiadi, 2007)

Uji reliabilitas akan diujikan pada 30 responden di luar populasi yaitu di puskesmas Medan Denai. Analisa data untuk uji reliabilitas menggunakan teknik komputerisasi yaitu SPSS 16 dengan uji analisa datanya dengan menggunakan Kuder Richardson 21 (KR – 21).

Kuesioner pengetahuan keluarga tentang ISPA disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Oleh karena itu penting dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 2000). Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).

Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 30 orang responden di Puskesmas Medan Area, kemudian peneliti menilai responnya. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi. Hasil dari realibilitas yang dilakukan menggunakan Kuder Richardson 21 (KR – 21) secara manual pada 30 orang responden mencapai nilai 0.6344. Dari nilai uji ini dapat dikatakan bahwa kuesioner ini layak untuk digunakan pada penelitian ini.


(49)

4.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap penetahuan keluarga pada penyakit ISPA. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara :

1) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU.

2) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Dinas Kesehatan Kota Medan.

3) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Puskesmas Medan Denai.

4) Setelah mendapat izin, kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian bekerja sama dengan Puskesma Medan Denai bagian pengumpulan data ISPA untuk mengetahui berapa jumlah penderita ISPA yang ada pada saat penelitian dilakukan.

5) Mendatangi rumah penderita penyakit ISPA.

6) Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian. 7) Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan

menandatangani informed consent.

8) Mengidentifikasi pengetahuan awal keluarga tentang penyakit ISPA (pretest) dengan menggunakan kuesioner selama 15 menit.

9) Peneliti melakukan pendidikan kesehatan tentang ISPA selama 15 menit kepada kelompok intervensi. Menanyakan kepada responden apakah ada


(50)

materi penyuluhan yang tidak dimengerti atau ada yang ingin ditanyakan mengenai materi penyuluhan tersebut.

10) Mengidentifikasi kembali pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA (posttest) dengan menggunakan kuesioner setelah pendidikan kesehatan minimal satu hari berikutnya dilakukan selama 15 menit.

11) Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk memeriksa kelengkapan pengisian dan bila ada data yang kurang bisa langsung dilengkapi.

12) Data yang telah terkumpul kemudian diolah/dianalisa.

4.9 Analisa Data

Analisa data penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan berupa pengecekan nama, kelengkapan identitas, dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Data yang diperoleh diidentifikasi dengan mentabulasikan data yang telah terkumpul. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan program komputerisasi untuk mendeskripsikan frekuensi dan persentasi data demografi.

Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Cara yang biasa dipakai dalam uji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Dalam hal ini uji kesesuaian antara distribusi sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal).


(51)

Lazimnya uji ini digunakan untuk kenormalan data. Bila p (signifikansi) >0.05 maka distribusi tersebut normal. Namun kebalikannya bila p (signifikansi) <0.05 maka distribusi tersebut tidak normal. (Wahyuni, Arlinda S, 2010). Berikut merupakan hasil dari uji normalitas yang telah dilakukan.

Tabel 3 : Uji normalitas berdasarkan Uji Kolmogorov Smirnov

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa data pada pretest terdisdtribusi normal (p value > 0.05) sedangkan data pada posttest tidak terdistribusi secara normal (p value < 0.05).

4.9.1 Analisa Univariat

Analisa univariat menggunakan analisa data demografi, yaitu analisa yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penellitian. Analisa data kategorik (jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, suku, pendapatan keluarga, dan pernah/tidak mendapatkan pendidikan kesehatan) dijelaskan dengan nilai dari jumlah dan hasil presentasi dengan menggunakan tabel. Sedangkan untuk analisa data numerik (usia) dianalisa dengan mean, median, standar deviasi, minimal dan maksimal dengan 95% confident interval mean.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretes .102 43 .200 .950 43 .058


(52)

4.9.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menganalisa variable pengetahuan yang ada pada penelitian ini. Dari uji normalitas, didapat nilai p < 0.05 yang artinya data tidak terdistribusi normal, maka analisa bivariat dilakukan dengan uji analisa Wilcoxon test (Beck, C. T., Hugler, B. P., & Polit, D. F., 2001). Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan untuk menguji hipotesa penelitian sehingga dapat diketahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga pada penyakit ISPA.


(53)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan sejak 15 April 2013 sampai 30 Juni 2013 di Puskesmas Medan Denai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden dan perbedaan pengetahuan keluarga tentang ISPA sebelum dan sesudah menerima pendidikan kesehatan.

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran umum usia responden bervariasi yaitu 17-24 tahun (37.2%), 29-41 (37.2%), dan 42-53 (25.6%) dengan usia rata-rata 33.95 tahun. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (97.7%), berstatus sebagai ibu (72.1%), bersuku Jawa (41.9%), beragama islam (95.3%), memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA (62.8%) dan tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sebelumnya (65.1%). Distribusi dan frekuensi data demografi dapat dilihat pada tabel berikut:


(54)

Tabel 4: Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi (n=43)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

17-28 16 37.2

29-41 16 37.2

42-53 11 25.6

M=33.95; SD=1.02 Jenis Kelamin

Lk 1 2.3

Pr 42 97.7

Status

Ayah 1 2.3

Ibu 31 72.1

Kakak 8 18.6

Nenek 2 4.7

Tante 1 2.3

Agama

Islam 41 95.3

Katolik 2 4.7

Suku

Aceh 5 11.6

Batak 1 2.3

Jawa 18 41.9

Mandailing 9 20.9

Melayu 2 4.7

Minang 8 18.6

Pendidikan Terakhir

PT 5 13.9

SMA 27 62.8

SMP 6 14.0

SD 4 9.3

Pendapatan Keluarga

Kurang dari Rp. 1.305.000,- 15 34.9

Lebih dari Rp. 1.305.000,- 28 65.1

Menerima Pendidikan Kesehatan Sebelumnya

Pernah 11 25.6


(55)

5.1.3 Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga

tentang ISPA

Berdasarkan hasil penelitian efektifitas variabel penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang ISPA responden menggunakan uji statistic Wilcoxon test, menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang ISPA ke arah yang lebih positif.

Tabel 7 : Hasil uji statistik Wilcoxon test pengetahuan tentang ISPA sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada responden

Pada tabel 7 tes signifikasi tes wilcoxon menggunakan harga kritik Z, untuk tes dua ekor pada tingkat signifikasi 0.05 atau pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh harga Z kritik sebesar -1.96. Jika harga kritik ini dibandingkan dengan harga Z

perhitungan (-5.461), ternyata harga Z kritik jauh lebih besar daripada harga perhitunganya, oleh karenanya hipotesis nihil yang diajukan ditolak pada taraf signifikasi 0.05%. dan p value < 0.05 ( .000) sehingga dengan demikian hipotesis alternatifnya diterima (Aliviana, dkk. 2010). Dan peneliti dalam hal ini dapat membuat kesimpulan, bahwa ada perbedaan pengetahuan secara signifikan, antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada responden atau dengan artian lain, bahwa pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan.

Variabel Uji Wilcoxon test Postes - Pretes

Pengetahuan Z -5.461


(56)

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dilakukan pembahasan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA di Puskesmas Medan Denai.

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga tentang

ISPA

Hasil pengujian bivariat untuk variabel pengetahuan didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan (p=0.000). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Titin Huriah dan Ratna Lestari (2009) tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ISPA terhadap Kemampuan Ibu dalam Perawatan ISPA pada Balita di Dusun Lemahdadi kasiban Bantu Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan kemampuan ibu dalam perawatan ISPA pada balita sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari penelitian Rogers mengungkapkan bahwa penerimaan perilkau baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007)


(57)

Pendidikan kesehatan di defenisikan sebagai proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu menjadi mampu mengenai masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang telah mendapatkan pendidikan kesehatan maka tingkat pengetahuan dan sikap akan meningkat dan diaplikasikan melalui perilkau keluarga dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan bukan hanya supaya terhindar dari penyakit tetapi juga untuk peningkatan kualitas hidup (Syahrani, dkk. 2011)

Dari hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon test (Z = -5.461) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara pengetahuan tentang ISPA sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ISPA dengan taraf signifikansi 0.000 (p<0.05). Data ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian yang menyatakan ada perbedaan pengetahuan tentang ISPA sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ISPA adalah dapat diterima.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidkan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidkan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Syahrani, dkk. 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian dimana pendidikan terakhir mayoritas responden adalah SMA yang juga diharapkan dapat mengubah perilaku kesehatan kearah yang lebih


(58)

positif karena telah menerima informasi yang lebih banyak. Namun hal itu tidak menjadi hal yang utama, dimana pengalaman juga dapat mengubah pengetahuan seseorang. Pada penelitian ini usia rata-rata responden yaitu 34 tahun. Dalam hal ini berarti responden telah memiliki pengalaman dalam mengobati ataupun mencegah jika terjadi suatu masalah kesehatan.

Hasil penelitian ini di dukung oleh pendapat Purwanto (1998) bahwa sikap seseorang termasuk sikap mengenai kesehatan dapat berubah dengan pemberian informasi yang tepat diantaranya melalui penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan dapat mempengaruhi sikap seseorang maupun masyarakat dan disampaikan bahwa penyuluhan juga dapat berfungsi sebagai pendorong terjadinya perubahan perilaku yang dapat menarik perhatian masyarakat terhadap usaha-usaha menuju perilaku hidup sehat (Suliha 2002).

Pendapat lain yang hampir sama dikemukakan Dalam Notoadmodjo (2007), dinyatakan bahwa pengetahuan seseorang tentang suatu objek akan mempengaruhi perubahan sikapnya terhadap objek tersebut.


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian yang dilakukan mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi berikut ini :

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran umum usia responden bervariasi yaitu 17-24 tahun (37.2%), 29-41 (37.2%), dan 42-53 (25.6%) dengan usia rata-rata 33.95 tahun. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (97.7%), berstatus sebagai ibu (72.1%), bersuku Jawa (41.9%), beragama islam (95.3%), memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA (62.8%) dan tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sebelumnya (65.1%).

Berdasarkan hasil penelitian efektifitas variabel penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang ISPA responden menggunakan uji statistic Wilcoxon test, menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang ISPA ke arah yang lebih positif dengan menggunakan harga kritik Z, untuk tes dua ekor pada tingkat signifikasi 0.05 atau pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh harga Z kritik sebesar -1.96. Jika harga kritik ini dibandingkan dengan harga Z perhitungan (-5.461), ternyata harga Z


(60)

nihil yang diajukan ditolak pada taraf signifikasi 0.05%. dan p value <0.05 ( .000) sehingga dengan demikian hipotesis alternatifnya diterima.

6.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada berbagai pihak antara lain :

6.1.1 Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian didapat bahwa pendidikan kesehatan mengenai ISPA dapat mengubah perliaku kesehatan masyarkat kea rah yang lebih baik yang diawali dari perubahan pengetahuannya, sehingga perawat komunitas dalam hal ini perawat Puskesmas perlu mengaktifkan kembali program pemberikan pendidikan kesehatan secara berkala agar dapat mengubah kesadaran dan pola pikir masyarakat akan pentingnya kesehatan.

6.1.2 Penelitian Selanjutnya

Penelitian hanya dilakukan di Puskesmas Medan Denai sehingga belum dapat digeneralisasikan pada seluruh masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu dan sampel. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik bila menggunakan populasi yang lebih besar agar lebih representatif dan design penelitian yang lebih kompleks dimana yang diteliti tidak hanya pengetahuan namun keseluruhan dari domain perilaku itu sendiri.


(61)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

Dalam keperawatan, pendididkan kesehatan erupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mendiri untuk memebnatu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai pendidik.

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO tahun 2012, mendefenisikan pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang secara sadar dibangun kesempatan untuk belajar yang melibatkan beberapa bentuk komunikasi untuk meningkatkan health literacy, termasuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hidupyang kondusif untuk kesehatan individu dan masyarakat.

Sedangkan menurut Brown, dkk (2012) mendefenisikan pendidikan kesehatan merupakan setiap kombinasi pengalaman belajar yang direncanakan dengan menggunakan praktik berbasis bukti dan/atau teori yang memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan dan mempertahankan perilaku sehat.

Dari berbagai defenisi pendidikan kesehatan yang dikemukakani, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu


(62)

proses pembelajaran atau pendidikan sistematis yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat yang berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954) yang di kutip oleh Notoadmodjo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut meliputi:

1. Menjadikan kesehatan individu sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat. 2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan di perinci oleh Wong (1947) yang dikutip Tafal (1984) sebagai berikut:

1. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggungjawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakat.

2. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sekit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.

3. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.


(63)

4. Agar orang mempelajari apa yang dapat ia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatn yang formal.

(Suliha, 2002)

WHO (2012) juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku kesehatan pribadi tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan yang menampilkan kelayakan politik dan organisasi dari berbagai bentuk tindakan untuk mengatasi determinan sosial, ekonomi dan lingkungan kesehatan

Dari beberapa uraian tentang tujuan tersebut diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku hidup masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang sehat dengan meningkakkan pengetahuan terlebih dahulu.

2.1.3 Proses Pendidikan Kesehatan

Seperti yang telah disebutkan bahwa pendidikan kesehtan merupakan proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat 3 persoalan poko yakni persoalan masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengna berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik antara berbagai faktor, antara lain:


(64)

subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan tekhnik belajar, alat bantu belajar, materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran adalah hasil belajar itu sendiri, yaitu berapa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi, dan sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu kelompok atau masyarakat.

2.1.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Setiawati (2008) ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan aspek kesehatan yaitu:

1. Aspek Promotif

Sasarannya adalah masyarakat yang ada dalam rentang sehat, sehingga perlu dipertahankan status kesehatannya

2. Aspek preventif - Pencegahan primer

Sasarannya adalah masyarakat yang beresiko terpapar berbagai penyakit atau terganggu akan kesehatannya.


(65)

- Pencegahan sekunder

Sasaran dari pencegahan sekunder adalah para penderita yang mengalami pemyakit kronik.

- Pencegahan tersier

Sasarannya adalah penderita yang baru sembuh dari sakitnya.

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi. Menurut Notoadmojo (2007) Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi antara lain dimensi sasaran penddikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

Berdasarkan dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:

1. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu 2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

Sedangkan berdasarkan dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya akan berberda pula, misalnya:

1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid 2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran

keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya

3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengaan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan.


(66)

Dan berdasarkan dimenti tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark, yaitu:

1. Promosi Kesehatan (Health promotion)

Dalam hal ini, pendidikan kesehatan yang di perlukan nisalnya dapat berupa dalam hal peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan dan sebagainya.

2. Perlindungan Khusus (Specific protection)

Salah satu contoh pendidikan kesehatan yang dapat di berikan pada tingkat ini misalnya program imunisasi sebagai pelayanan perlindungan khusus terutama di negara-negara berkembang. Hal ini dapat di karenakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anak masih sangat rendah.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prampt treatment) Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa bahkan tidak mau di obati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan di perlukan pada tahap ini.

4. Pembatasan cacat (Disability limitation)

Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak menuntaskan


(67)

pengobatannya terhadap suatu penyakit sehingga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan akan beresiko menganlami kecacatan atau ketidakmampuan. Sehingga pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, sebagian orang akan mengalami kecacatan. Sehingga untuk memulihkan kekecacatannya diperlukan beberapa latihan-latihan tertentu. Dan juga dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, ia enggan mengikuti latihan-latihan tersebut. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan pada tahap ini untuk orang yang bersangkutan ataupun masyarakat yang terkadang tidak mau menerima mereka sebagai masyarakat yang normal.

2.2 Pengetahuan (Ranah Kognitif)

Ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang paling sederhana yaitu mengingat sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving). Pada ranah ini individu di tuntut menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya telah dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.


(68)

2.2.1 Tingkatan Perilaku Kognitif 2.2.1.1Pengetahuan

Pengetahuan yaitu kemampuan individu untuk menghapal, mengingat, mendefenisikan, atau mengidentifikasi informasi tertentu, seperti fakta, peraturan, prinsip, kondisi dan syarat yang disajikan selama pendidikan kesehatan. Misalnya untuk topik penyakit ISPA, pada tahap ini msyarakat diharapkan akan mampu menyebutkan pengertian ISPA, atau mampu menyebutkan cara pencegahan penyakit ISPA.

2.2.1.2Pemahaman

Pemahaman yaitu kemampuan individu untuk memperlihatkan suatu pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah diubah, misalnya menyampaikan kembali gagasan yang sudah di sampaikan dengan kata-kata sendiri. Misalnya pada tahap tentang penyakit ISPA, masyarakan diharapkan akan mampu menjelaskan bahwa pentingnya kebersihan tangan merupakan salah satu pencegahan terhadap penyakit ISPA.

2.2.1.3Penerapan

Penerapan atau aplikasi yaitu kemampuan individu untuk menggunakan gagasan, prinsip, abstraksi, hokum-hukum, rumus, metode atau teori di dalam situasi khusus dan nyata atau konkret. Misalnya tentang penyakit ISPA, diharapkan masyarakat mampu melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA.


(69)

2.2.1.4Analisa

Analisa yaitu kemampuan individu untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya menjadi bagian—bagian yang lebih terperinci dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.

2.2.1.5Sintesa

Sintesa yaitu kemampuan individu untuk menggabungkan bagian-bagian atau unsure-unsur menjadi satu kesatuan dalam bentuk yang lebih sistemtis baik ditulis, diucapkan, digambarkan, dan sebagainya.

2.2.1.6Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan individu untuk memberikan penilaian dalam bentuk esai, desain, atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau criteria yang tepat (Nurhidayah, 2010)

2.3 Keluarga

Orang tua, khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula kepada anaknya, begitu pula sebaliknya. Rendahnya kesehatan orang tua, bukan hanya karena sosial ekonominya rendah, tetapi sering juga disebabkan karena orang tua, atau ibu tidak mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya atau tidak tahu makanan bergizi yang harus dimakan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan


(70)

pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik kepada keturunan mereka (Notoadmojo, 2007).

2.3.1 Pengertian Keluarga

Menurut Kozier (2010) mendefenisikan keluarga merupakan unit dasar dari msyarakat. Keluarga terdiri dari beberapa individu, pria dan wanita, muda ataupun tua, terkait secara hukum ataupun tidak, terkait secara genetik maupun tidak, yang dianggap satu sama lain sebagai orang terdekat.

2.4 Penyakit ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. (WHO, 2008)

2.4.1 Pengertian Penyakit ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah radang akut pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff dan Mukty, 2002).


(71)

Sedangkan menurut WHO (2008), ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.

2.4.2 Patogenesis Penyakit ISPA

Menurut Alsagaff dan Mukty (2002), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsure alami yang terdapat pada orang sehat, yaitu:

1. Kebutuhan epitel mukosa dan gerak silia 2. Makrofag alveoli

3. Antibodi setempat

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang epitel-epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu kebutuhan lapisan mukosa dan gerak sila adalah:

1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara 2. Sindroma imotil

3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)

Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.


(72)

Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan adalah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang terjadi pada anak.

Gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung pada:

1. Karakteristik inokulum

Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad renik yang masuk.

2. Daya tahan tubuh

Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak mukosilis, makrofag alveoli dan IgA.

3. Umur

Umur memiliki pengaruh yang besar. ISPA yang terjadui pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik bila di bandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah.

2.4.3 Etiologi Penyakit ISPA

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi bacterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebanbkan oleh virus, terutama bila ada epidemik atau pandemic (Alsagaff dan Mukty, 2002).


(73)

2.4.4 Tanda dan Gejala Penyakit ISPA

Tanda dan gejala yang dapat diamati pada pendertia penyakit ISPA yaitu: rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis, suhu badan meningkat 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia, dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare (Alsagaff dan Mukty, 2002).

2.4.5 Penyebaran Penyakit ISPA

Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu: 1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk

2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin. 3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad

renik (hand to hand transmission)

Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus ke daerah sekitar terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus yang menyebabkan ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak didalam mukosa hidung daripada mukosa faring. Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus yang terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerogen (Alsagaff dan Mukty, 2002).


(74)

2.4.6 Penanggulangan Penyakit ISPA 2.4.6.1Pengobatan

Terapi/pengobatan di tujukan untuk: 1. Simtomatik dan Paliatif

Obat-obatan yang dapat diberiakan yaitu obat dari golongan antipiretik dan analgetik, antitusif, hipnotika, roboransia,dan istirahat yang cukup.

2. Penyulit

Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM atau asma bronkian dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta-adrenergik. Antibiotika juga perlu ditambahkan bila terjadi infeksi sekunder bakteri (Alsagaff dan Mukty, 2002).

2.4.6.2Pencegahan

Terus munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh diabaikan. Penyakit / patogen yang menular merupakan masalah yang terus berkembang, dan penularan patogen yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tidak terkecuali. Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet, tapi penularan melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol pernapasan infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk sebagian patogen. Karena banyak gejala ISPA merupakan gejala nonspesifik dan pemeriksaan diagnosis cepat tidak selalu dapat dilakukan,


(75)

penyebabnya sering tidak langsung diketahui. Selain itu, intervensi farmasi (vaksin, antivirus, antimikroba) untuk ISPA mungkin tidak tersedia.(WHO, 2008)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rasmaliah (2004) cara untuk mencegah tterjadinya penyakit ISPA yaitu dengan menjaga keadaan gizi agar tetap baik, imunisasi dan menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Salah satu cara yang dapat mencegah penularan penyakit ISPA adalah dengan menjaga kebersihan tangan. Kebersihan tangan merupakan istilah umum yang berlaku untuk pencucian tangan, pencucian tangan menggunakan antiseptik, pembersihan tangan menggunakan bahan antiseptik, atau membersihkan tangan menggunakan antiseptik bedah (WHO, 2008).


(76)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti Diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), TB paru, malaria, dan Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tingginya kejadian penyakit tersebut antara lain disebabkan masih buruknya keadaan sanitasi lingkungan, bahkan penyakit ISPA merupakan pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Merujuk konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA. Pada akhir 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit (Wardhani, dkk, 2010).

Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 yang di kutip dalam skripsi Anita (2011) didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun terdapat 4 juta (26,67%) kematian yang diakibatkan oleh penyakit ISPA setiap tahunnya. Sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khusus bayi muda).


(77)

Angka penderita ISPA termasuk pneumonia yang meninggal di Sumatera Utara menempati urutan ke 7 dari 33 propinsi yaitu CFR (Case Fatality Rate) balita 0-4 tahun 0.35%. (Depkes, 2012).

Berdasarkan data yang di peroleh langsung ke Puskesmas Kecamatan Medan Denai maka penderita ISPA di bawah 5 tahun pada tahun 2011 berjumlah 632 orang dan pada tahun 2012 berjumlah 648 orang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan angka kejadian ISPA pada balita.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan agen penyebab penyakit ISPA, salah satunya yaitu kondisi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penyebaran berbagai penyakit, hal ini sesuai seperti yang di ungkapkan dalam penelitian Wardhani, dkk (2010). Berkaitan dengan hal ini, peneliti mengobservasi keadaan lingkungan Kecamatan Medan Denai masih terdapat masalah lingkungan seperti: masyarakat masih membuang sampah sembanrangan dengan kondisi beberapa parit yang masih terdapat sampah, kepala keluarga yang dominan menghisap rokok dan daerah yang dekat dengan pasar.

Berkaitan dengan data ini, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yaitu: pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pengendalian penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. (Depkes RI, 2007)

Berdasarkan laporan pada penelitian yang dilakukan Wardhani, dkk (2010) menyebutkan bahwa kejadian penyakit ISPA sangat dipengaruhi oleh


(78)

pengetahuan ibu terhadap kejadian penyakit ISPA. Berkaitan dengan hal ini maka langkah yang tepat agar dapat menangani masalah ISPA adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan yang merupakan proses memberikan informasi kepada individu, atau kelompok untuk tujuan adanya perubahan positif pada hubungan kebiasaan dan perilaku hidup sehat. Banyak penyakit dan situasi dapat dicegah dengan sederhana, pendidikan kesehatan menggunakan metode dan paket yang mudah dipahami dan diterima masyarakat. Fokus dari intervensi kesehatan masyarakat adalah untuk mencegah daripada mengobati penyakit, melalui pengawasan kasus dan promosi perilaku hidup sehat. Perilaku sehat dicapai melalui kesehatan pendidikan. Oleh karena itu setiap penyedia layanan kesehatan harus terlibat dalam pendidikan kesehatan dalam memberdayakan masyarakat (E.O, 2011).

Selain itu untuk meminimalkan angka kejadian di atas perlu dilaksanakan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu salah satunya melalui Promosi/ Pendidikan Kesehatan (Notoadmojo, 2007). Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Huriah, Titin dan Lestari, Ratna. (2009) tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ISPA terhadap Kemampuan Ibu dalam Perawatan ISPA pada Balita di Dusun Lemahdadi Kasiban Bantul Yogyakarta” dan juga penelitian yang dilakukan oleh Syahrani, dkk (2012) tentang “Pengaruh pendidikan Kesehatan tentang Penalataksanaan ISPA terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu Merawat Balita ISPA di Rumah” yang memberikan hasil bahwal salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat adalah


(79)

melalui pendidikan kesehatan yang diberikan. Namun masyarakat di daerah Kecamatan Medan Denai juga hampir tidak mendapatkan informasi ataupun penyuluhan mengenai penyakit ISPA, mereka hanya sekedar mengetahui bahwa obat-obatan yang dapat digunakan sebagai penanggulangan penyakit ISPA berdasarkan pengalaman mereka sendiri.

Oleh sebab itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik harus dimulai dari keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam pencegahan suatu penyakit. Orang tua yang memiliki peran yang buruk dalam menjaga kesehatan keluarga akan mempengaruhi angka kesehatan anggota keluarga terutama anggota keluarga yang masih balita (Notoadmojo, 2007).

Keluarga memiliki banyak peran dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya salah satunya keluarga melindungi kesehatan fisik dari setiap anggota keluarganya. Setiap keluarga memiliki nilai dan keyakinan yang unik sesuai dengna budaya asal mereka dan hal tersebut menentukan struktur, metode interaksi, praktik perawatan kesehatan dan mekanisme koping keluiarga. (Kozier dkk, 2010).

Berdasarkan dari masalah inilah, peneliti tertarik melakukan penelitian “Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA”

1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Medan Denai


(80)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah efektifitas pendididkan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Medan Denai?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk pendidikan keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada civitas akademika tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan kepala keluarga pada penyebaran penyakit ISPA.

1.4.2 Untuk Praktek keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan pengetahuan kepada perawat khususnya perawat komunitas tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA agar dapat dipraktikkan di masyarakat.

1.4.3 Untuk penelitian selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan di masyarakat dan pengembangan program tersebut.


(1)

6. Ibu Rika Endah Nurhidayah,S.Kp, M.Pd selaku Dosen Penguji I dan Ibu Roxana Devi Tumanggor, M Nurs(Mental Health) selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan, saran dan kritik kepada peneliti, sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan masukan, arahan, motivasi, bimbingan selama proses perkuliahan 4 tahun.

8. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Terima kasih tiada tara peneliti persembahkan kepada ayahanda Zainul Deli dan ibunda Chairani yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan serta memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan pendidikan.

10. Terima kasih ditujukan kepada saudara- saudara peneliti, Yenni Sasmita, Yossi Yolanda dan Anfal Kaifa selaku adik penulis yang selalu memberi dukungan, doa, kasih sayang dan keceriaan dalam hidup.

11. Terima kasih kepeda teman-teman seperjuangan di F.Keperawatan stambuk 2009 semoga perjuangan, jerih payah dan cita-cita kita selama di perkuliahan dapat terwujud memberikan hasil yang berguna demi masa depan kita.

12. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku, Annisah, Alisha, Dini, Indah, Irma, Maya, Putri M, Putri P, Katri, Siti, dan Yuliatil yang selalu bersama dalam perjuangan, suka dan duka dan do’a yang selalu dilimpahkan sehingga semuanya terasa berarti dan indah.


(2)

13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan dalam terlaksananya penelitian dan penulisan proposal skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada peneliti selama ini mendapat imbalan dari Allah SWT.

Dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, Agustus 2013 Peneliti,

Silvi Dellani 09110102


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA …...……… v

DAFTAR TABEL …...……… vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pendidikan Kesehatan ... 6

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 6

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 7

2.1.3 Proses Pendidikan Kesehatan ... 8

2.1.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 9

2.2 Pengetahuan ... 12

2.2.1 Tingkatan Perilaku Kognitif ... 13

2.2.1.1 Pengetahuan ... 13

2.2.1.2 Pemahaman... 13

2.2.1.3 Penerapan ... 13

2.2.1.4 Analisa ... 14

2.2.1.5 Sintesa... 14

2.2.1.6 Evaluasi ... 14

2.3 Keluarga ... 14

2.3.1 Pengertian Keluarga ... 15

2.4 Penyakit ISPA ... 15

2.4.1 Pengertian Penyakit ISPA ... 15

2.4.2 Patogenesis Penyakit ISPA... 16

2.4.3 Etiologi Penyakit ISPA... 17

2.4.4 Tanda dan Gejala Penyakit ISPA ... 18

2.4.5 Penyebaran Penyakit ISPA ... 18

2.4.6 Penanggulangan Penyakit ISPA ... 19

2.4.6.1 Pengobatan Penyakit ISPA ... 19

2.4.6.2 Pencegahan Penyakit ISPA ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 21

3.1 Kerangka Penelitian... 21

3.2 Defenisi Operasional ... 22

3.3 Hipotesa ... 23


(4)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ... 24

4.2 Populasi dan Sampel... 25

4.2.1 Populasi ... 25

4.2.2 Sampel ... 25

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4 Pertimbangan Etik ... 26

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.6 Uji Validitas... 29

4.7 Uji Reliabilitas ... 30

4.8 Pengumpulan Data... 32

4.9 Analisa Data ... 33

4.9.1 Analisa Univariat ... 34

4.9.2 Analisa Bivariat ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 37

5.1.1 Karakteristik Responden ... 37

5.1.2 Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga tentang ISPA ... 38

5.2 Pembahasn ... 39

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Rekomendasi ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR SKEMA

3.1 Kerangka Penelitian ... 22


(6)

DAFTAR TABEL

3.2 Defenisi Operasional ... 22

4.1 Desain Penelitian ... 24

4.9 Analisa Data ... 35

5.1.1 Karakteristik Responden ... 37

5.1.2 Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga tentang ISPA ... 38