Fungsi Rectifier Di Setiap Gardu Listrik Pt.PLN APD Bandung
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam zaman yang semakin berkembang ini, energi listrik merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Kebutuhan akan energi listrik tersebut semakin hari semakin meningkat.
Dalam hal ini, Bandung sebagai ibukota propinsi dan juga sebagai kota besar yang terdapat banyak industri, memiliki ketergantungan yang besar akan energi listrik. Kebutuhan akan energi listrik yang semakin lama semakin meningkat menimbulkan kesulitan untuk dilakukan pengawasan, pengendalian dan perbaikan jika suatu waktu terjadi gangguan pada jaringan distribusi. Wilayah luas mengakibatkan kebutuhan waktu yang cukup lama untuk melaksanakan ketiga proses tersebut. Sementara itu gangguan yang terjadi pada jaringan listrik tersebut akan mengakibatkan kerugian yang signifikan pada PLN dan pada masyarakat.
Oleh karena itu PT. PLN (persero) APD Bandung menggunakan sistem SCADATEL sebagai sistem distribusi energi listrik jarak jauh, sehingga permasalahan dapat diatasi. Sistem SCADATEL itu sendiri terdiri dari beberapa bagian penting seperti master station ( IT ), Remote Terminal Unit ( RTU ), pheriperal dan media komunikasi ( Telkom ).
Pheriperal merupakan bagian dalam SCADATEL yang sangat vital, karena berfungsi untuk memberikan catuan kepada peralatan PLN APD Bandung yang ada di disetiap gardu, baik Gardu Induk ( GI ), Gardu Hubung ( GH ), maupun
(2)
2
Gardu Distribusi ( GD ). Pheriperal sendiri terdiri dan Rectifier, Battery, HDF, Plat LBS, mekanik motoris, dan plat PMT. Ada berbagai jenis rectifier yang digunakan dalam sistem SCADATEL PLN APD Bandung antara lain SATEL 25 A, SATEL 5 A, LATEK, CDP, ARMER+SIMMONS, SOCOMEC, dan MASAREL.
Secara umum, semua merk rectifier yang digunakan oleh APD Bandung memiliki prinsip kerja sama. Yang membedakan selain merk adalah kehandalan tiap rectifier, dan juga keluaran arus dan masing-masing rectifier.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek
Tujuan dan pelaksanaan kerja praktek ini antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan wawasan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja.
2. Memantapkan sikap profesionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.
1.3. Tujuan Penulisan Laporan Kerja Praktek
Tujuan dan penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek yang diadakan pada Semester VI di Program Studi Teknik Elektro Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
(3)
3
1.4 Ruang Lingkup Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut: 1. Sifat Kegiatan
Kerja praktek merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa semester VI untuk memenuhi ketentuan kurikulum S1 Teknik Elektro Universitas Komputer Indonesia.
2. Waktu Kegiatan
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan pada masa liburan akhir semester V selama kurang lebih satu bulan dan tanggal Juli sampai dengan -Agustus 2009 di PT. PLN (persero) APD Bandung.
3. Bidang Kegiatan
Kegiatan keija praktek yang dilakukan penulis lebih dikonsentrasikan pada bidang elektronika arus lemah.
1.5 Batasan Masalah
Masalah dalam laporan Kerja Praktek ini dibatasi pada fungsi rectifier yang terpasang di setiap gardu-gardu listrik. Serta pengoerasian dan perawatan rectifier tersebut.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan dari laporan ini, maka penulis membuat beberapa bab dan sub bab dengan sistematika sebagai berikut :
(4)
4
Lembar Awal
Terdiri dan cover, lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar gambar.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang dalam pengambilan judul laporan kerja praktek, tujuan pelaksanaan kerja praktek, tujuan penulisan laporan kerja praktek, ruang lingkup pelaksanaan kerja praktek, pembatasan masalah dan sistematika penulisan laporan.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang berdirinya APD, sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, letak perkantoran, dan juga struktur manajemen pada PT. PLN APD Bandung.
BAB III SISTEM SCADATEL SEBAGAI SISTEM DISTRIBUSI
Bab ini membahas sistem SCADATEL secara keseluruhan, fungsi SCADATEL dan bagian-bagian dan sistem SCADATEL.
BAB IV FUNGSI RECTIFIER DI SETIAP GARDU LISTRIK PT. PLN APD BANDUNG
Bab ini membahas tentang Rectifier secara umum, prosedur pengoperasian dari Rectifier, serta prosedur dalam perawatan dan pemeliharaan Rectifier, dan juga cara mengatasi gangguan yang terjadi pada Rectifier, serta pengaruh dari rectifier tersebut bagi penyaluran listrik dari PT. PLN APD BANDUNG.
(5)
5
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dan kesimpulan dan saran dan pembahasan mengenai Rectifier, sebagai hasil dan kerja praktek yang telah dilakukan penulis di PT. PLN APD Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini terdiri dan sumber-sumber yang digunakan oleh penulis dalam membuat laporan kerja praktek ini.
LAMPIRAN
Terdiri dan gambar-gambar dan data pelengkap yang berkaitan dengan judul laporan ini.
(6)
6
✁ ✂✂
✄☎✆ ✝✂ ✞✄ ✟☎ ✠✡✁☛✁✁ ☞
✌ ✍ ✎ ✡✏✑ ✒r✒ ✓✡✔✕✖ ✗✒t ✄✘ ✍✄✞☞✙✚ dan APD Bandung
Sejak masa penjajahan Belanda sampai awal tahun 1942, di Indonesia dikenal suatu badan atau perusahaan yang menyediakan pasokan tenaga listrik milik pemerintah, daerah otonom (Gemente) atau gabungan keduanya. Di Jawa Barat khususnya Bandung perusahaan pengelola serta penyedia tenaga listrik bagi kepentingan umum itu adalah Bandoengsche Electriciteit Maatschappij (BEM) yang berdiri tahun 1905. Pada tanggal 01 Januarui 1920, Perusahaan perseroan Gemeenschpplijk Electriciteit Bedrif Voor Bandoeng (GEBEO) menggantikan BEM. Penggantian ini dikukuhkan dengan akte pendirinan Notaris Mr. Andrian Hendrik Van Ophusein – Nomor 213 tanggal 31 Desember 1919. Pada masa pendudukan Jepang antara 1942-1945, pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha, dengan Wilayah kerja seluruh pulau Jawa.
Setelah Proklamasi kemerdekaan RI, Indonesia mengalami periode perjuangan fisik sampai tibanya saat penyerahan kedaulatan RI dari pemerintah Hindia Belanda tahun 1959 merupakan awal penguasaan pengelolaan perlistrikan di seluruh Indonesia oleh Pemerintah Republik Indonesia, dengan dimulainya nasionalisasi perubahan asing di Indonesia.
Maka pada tanggal 27 Desember 1957, GEBEO diambil alih oleh Pemerintah RI dengan dikukuhkannya peraturan pemerintah Nomor 67 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN) sebagai wadah
(7)
7
kesatuan pimpinan PLN – PLN Bandung diganti dengan nama PLN Exploitasi XI sebagai kesatuan BPU-PLN Jawa Barat, diluar DKI Jaya dan Tangerang.
Tahun 1972, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara yang menyebutkan bahwa status PLN menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.
Kemudian mengacu pada peraturan Menteri PUTL nomor 013/PRT/1957 tanggal 08 september 1957 tentang Organisasi dan tata kerja pada Perusahaan Umum Listrik Negara, maka PLN mengadakan reorganisasi menyangkut nama, tugas, dan wilayah kerja daerah. Berdasarkan pengumuman PLN Exploitasi XI nomor 05/DIII/Sek/1957 tanggal 14 Juli 1957, PLN Exploitasi XI diubah namanya menjadi Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jawa Barat.
Dengan adanya peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994 maka Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan sebutan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat sejak tanggal 30 Juli 2004 sesuai akta pendirian . Selanjutnya sesuai keputusan Direksi PT PLN (Persero) nomor 28K/010/DIR/2001 tanggal 20 Februari 2001, PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat diubah menjadi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Barat.
Kemudian melalui surat keputusan PT PLN (Persero) No. 120.K/010/DIP/2002 tanggal 27 Agustus, PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Barat berubah menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten hingga saat ini.
Permintaan pelayanan listrik mengalami kenaikan seiring dengan perkembangan tata kota di Jawa Barat. Sebagai Ibukota Propinsi Jawa Barat,
(8)
8
Bandung memilikiki arti yang sangat penting. Berdasarkan surat keputusan Direksi No. 093/DIR/1987 tanggal 29 Juli 1987 di daerah Bandung dan sekitarnya dikembangkan suatu teknologi kelistrikan yang disebut Distribution Control Center(DCC) atau Unit Pengatur Distribusi (UPD).
Tujuan dari UPD Sistem ini adalah untuk :
1. Mempercepat pemulihan pelayanan bagi konsumen yang jaringannya mengalami gangguan
2. Memperkecil Kwh hilang akibat terjadinya gangguan
3. Memantau performa jaringan untuk menyusun perbaikan atau pengembangan sistem
4. Mengusahakan Optimasi pembebanan jaringan
Fungsi Unit Pengatur Distribusi adalah sarana untuk mengatur dan mengendalikan system distribusi tenaga listrik agar proses penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung dengan lancar, aman dan handal dengan mutu tegangan yang baik dalam batas frekuensi yang diizinkan. Dengan sistem DCC ini juga diharapkan proses pemulihan atau penormalan kembali gangguan dapat diatasi dalam waktu yang singkat.
Unit Pengatur distribusi berganti nama menjadi Area Pengatur Distribusi (APD) dengan tugas dan fungsinya tetap yaitu salah satu unit dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat & Banten yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pengoprasian, pengaturan dan pengendalian system distribusi tenaga listrik (Dispatching) di Wilayah Bandung Raya dan sekitarnya. Sejak tahun 1998 APD Bandung diserahi tugas mengelola dan memelihara asset instalasi 20 kV GI yang ada di wilayah bandung Raya. APD Bandung juga bertindak sebagai
(9)
9
koordinator dan supervisor sistem operasional bagi PLN APJ/UJ (Unit Jaringan) di wilayah Distribusi Jawa Barat dan Banten.
2.2 Wilayah Kerja PT.PLN APD Bandung
Gardu Induk yang telah menggunakan fasilitas Remote Control (SCADATEL) adalah Gardu Induk Group Pemeliharaan 1 dan GI. Arjawinangun, GI. Parakan serta GI Kadipaten yang berada di Group Pemeliharaan 2. Untuk Gardu Induk lainnya belum menggunakan fasilitas Remote Control dioperasikan oleh APJ masing – masing atas koordinasi PLN APD Bandung.
Tabel 2.1 merupakan wilayah kerja PLN APD Bandung meliputi seluruh Gardu Induk sisi 20 kV yang ada di Distribusi Jawa Barat dan Banten yang terdiri dari beberapa Group pemeliharaan.
(10)
10
2.3 Tugas & Tanggung Jawab
1. Mengoperasikan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV secara terus menerus (real time) dalam kondisi normal maupun gangguan, untuk menjaga kontinuitas penyaluran tenaga listrik kepada konsumen.
2. Mengamati dan menganalisis pembebanan trafo GI dan penyulang untuk mencegah terjadinya beban lebih (over load)
3. Mempercepat proses pemulihan apabila terjadi gangguan melalui fasilitas SCADATEL (remote control)
4. Mengkoordinir pekerjaan pemeliharaan untuk memperkecil terjadinya pemadaman
5. Mengelola dan mengkoordinir pengoperasian dan pemeliharaan sel 20 kV Gardu Induk di wilayah DJ.
2.4 Aset SCADATEL & TI :
Server : 2 Bh
Front End : 2 Bh
Port Komunikasi : 40 link
Dispatcher Station : 2 Bh
Engineering Station : 1 Bh
Logger Station : 1 Bh
RTU : 105 Bh
Kabel Pilot : 553,814 km
Radio Repeater : 11 Bh
Radio Repeater Data : 2 Bh
(11)
11
Radio Mobil : 48 Bh
Handy Talky : 76 Bh
Radio Data/Key Point : 12 Bh
Rectifier/ Batere : 218 Bh
Jumlah Titik Remote : 1033 Bh
Gardu Induk RC : 23 Bh
Gardu Distribusi RC : 189 Bh
Jumlah HDF : 563 Bh
Jumlah GFD : 953 Bh
2.5 Data Perusahaan
Gardu Induk : 112 Bh
Penyulang aktif : 1556 Bh
Trafo GI : 184 Unit
Kapasitas Terpasang : 7.966 MVA
Beban Tersambung : 11.726 MVA
Energi Jual per bulan : 2.903.965 MWh
Panjang JTM : 34.013,819 kms
Jumlah Penyulang : 1.141 Bh
2.6 Fungsi PLN APD Bandung
Area Pengatur Distribusi (APD) berfungsi sebagai sarana untuk mengatur dan mengendalikan sistem distribusi tenaga listrik agar proses penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung dengan aman, lancer dan handal dengan mutu tegangan
(12)
12
yang baik dan dalam batas frekuensi yang diijinkan. Dengan system DCC (Distribution Control Centre)juga diharapkan proses pemulihan atau penormalan kembali system dapat berlangsung cepat, sehingga waktu pemadaman akibat gangguan atau pekerjaan dapat ditekan sesingkat mungkin. Dengan demikian diharapkan agar energi listrik yang tidak tersalurkan (losses) akibat gangguan dapat ditekan sekecil mungkin.
Secara fungsional system informasi pada system DCC terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. FungsiTele Control (TC)yaitu fungsi pengoperasian atau manuver jarak jauh terhadap peralatan-peralatan yang berada di lapangan di pusat control yang dilakukan oleh Dispatcher.
2. FungsiTele Signaling (TS) yaitu fungsi pemberitahuan mengenai kondisi system maupun segala perubahan yang terjadi pada system kepada pusat control.
3. Fungsi Tele Metering (TM) yaitu fungsi pencatatan terhadap besaran lisrik jaringan (sistem), seperti pengukuran besaran arus (beban), tegangan dan frekuensi.
2.7 Organisasi PT. PLN APD Bandung 1. Manajer Area
a. Kinerja Utama : Rasio Operasi, Susut Kepuasan pelanggan dan Citra perusahaan, disamping kinerja unit lainnya.
(13)
13
Mensinergikan seluruh APJ dalam mengoptimalkan sumberdaya dan kemitraan untuk memaksimalkan Kinerja Unit dan Citra perusahaan berdasarkan hukum dan ketentuan yang berlaku, termasuk surat kuasa dan kebijakan General Manager, termasuk pengembangan sistem informasi terintegrasi dan ”online”.
Menjalin komunikasi dan hubungan kerja internal dan eksternal yang efektif dan mengembangkan dan memberdayakan seluruh potensi SDM untuk meningkatkan budaya perusahaan (Integritas, Saling Percaya, Peduli dan Pembelajar) dan Good Corporate Governance (Responsibility, Accountability, Fariness dan Transpancy)disertai apresiasi dan pembinaan SDM.
Berkoordinasi dengan unit P3B terkait, Unit Distribusi lain (bila ada) dan APD yang berbatasan.
Melengkapi pengaturan lebih lanjut (yang belum diatur oleh kantor distribusi) melaksanakan monitoring dan evaluasi / audit internal.
2. Ahli
Membuat rekomendasi solusi masalah dan konsep realistis untuk memaksimalkan kinerja Area Pengatur Distribusi.
Melaksanakan kegiatan tertentu, bekerjasama dengan fungsi terkait, termasuk operasional lapangan, untuk memaksimalkan kinerja Area Pengatur Distribusi dengan persetujuan manajer atau asisten manajer yang bersangkutan.
(14)
14
Fungsi Utama Asisten Manajer SCADATEL dan Teknologi Informasi adalah:
Mengelola fungsi sistem informasi, fungsi administrasi SCADATEL dan Telekomunikasi, fungsi pengendalian dan pemeliharaan Remote Terminal Unit (RTU), fungsi pengelolaan dan pemeliharaan Power Supply.
Bekerjasama dengan Asisten Manajer Operasi Sistem Distribusi, Asisten Manajer Keuangan dan SDM, Asisten Manajer Gardu Induk, Ahli, Fungsi terkait di APD untuk memaksimalkan kinerja APD dan Distribusi Jawa Barat dan Banten, khususnya penekanan susut dan tunggakan, antara lain upaya Unit Garis Depan untuk program gardu sisipan (sekaligus untuk perbaikan tegangan dan pemasaran), program analisis susut per penyulang dan per gardu dan program pengurangan tagihan listrik akibat TMP tidak terpenuhi, program kehumasan, apresiasi dan promosi pegawai dan lain-lain.
3. Asisten Manajer Operasi
Fungsi Utama Asisten Manajer Operasi adalah :
Mengelola fungsi perencanaan operasi distribusi, pengaturan operasi distribusi, pengusahaan operasi distribusi, serta mengkoordinasikan pengoperasian mobil deteksi JTM, fungsi pengusahaan jaringan dan gambar bekerjasama dengan Ahli dan fungsi terkait APD untuk memaksimalkan kinerja APD.
(15)
15
Mengkoordinasi pemanfataan anggaran bersama Asisten Manajer SCADATEL dan Teknologi Informasi, Asisten Manajer Keuangan dan SDM, Asisten Manajer Gardu Induk, Ahli, fungsi terkait di APD untuk memaksimalkan kinerja APD dan Distribusi Jawa Barat dan Banten, khususnya penekanan susut dan tunggakan, antara lain upaya Unit Gardu Depan untuk program gardu sisipan (sekaligus untuk perbaikan tegangan dan pemasaran), program analisis susut per penyulang dan per gardu dan program pengurangan tagihan listrik akibat TPM tidak terpenuhi, program kehumasan, apresiasi dan promosi pegawai dan lain-lain.
5. Asisten Manajer Keuangan
Fungsi Utama Asisten Manajer Keuangan adalah :
Mengelola fungsi keuangan, bekerjasama dengan Asisten Manajer SCADATEL dan Teknologi Informasi, Asisten manajer Operasi Sistem Distribusi, Asisten manajer gardu Induk, Asisten manajer SDM, Ahli dan fungsi terkait di APD, untuk memfalisitisai unit garis depan dalam memaksimalkan kinerjanya.
Mengkoordinasikan penyediaan likuiditas operasional ad apresiasi dan promosi pegawai, dan lain-lain.
(16)
16
6. Asisten Sumber Daya Manusia
a. Fungsi Utama Asisten Manajer SDM adalah :
Mengelola fungsi SDM, fungsi administrasi, hukum dan komunikasi, logistik, bekerjasama dengan ahli dan fungsi terkait di APD, untuk memfasilitasi unit garis depan dalam memaksimalkan kinerjanya. b. Mengkoordinasi apresiasi dan promosi kehumasan, pengembangan
sarana dll. Bersama Asisten manajer SCADATEL dan Teknologi Informasi, Asisten manajer Operasi Sistem distribusi, Asisten manajer gardu induk dan Asisten Manajer Keuangan
7.Asisten Manajer Gardu Induk
a. Fungsi Utama Asisten Manajer Gardu Induk adalah :
Mengelola fungsi pengusahaan, perluasan dan pemeliharaan Gardu Induk, fungsi rele dan meter bekerjasama dengan Ahli dan fungsi terkait di APD untuk memaksimalkan kinerja APD.
b. Mengkoordinasikan pemanfaatan anggaran bersama Asisten Manajer SCADATEL dan Teknologi Informasi, Asisten Manajer Operasi Sistem Distribusi, Asisten Manajer Keuangan dan Administrasi, Ahli, fungsi terkait APD untuk memaksimalkan kinerja APD dan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, khususnya penekanan susut dan tunggakan, antara lain upaya Unit Garis Depan untuk program gardu sisipan (sekaligus untuk perbaikan tegangan dan pemasaran), program analisis susut per penyulang dan per gardu.
(17)
17
2.8 Sturuktur Organisasi Perusahaan
Berdasarkan Surat Keputusan General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Nomor 040.K/GM.DJBB/2007 Tanggal 20 Juli 2007. Gambar 2.1 merupakan struktur Organisasi PT. PLN APD Bandung dan uraian tugasnya.
Gambar 2.1 Sturuktur Organisasi Perusahaan
17
2.8 Sturuktur Organisasi Perusahaan
Berdasarkan Surat Keputusan General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Nomor 040.K/GM.DJBB/2007 Tanggal 20 Juli 2007. Gambar 2.1 merupakan struktur Organisasi PT. PLN APD Bandung dan uraian tugasnya.
Gambar 2.1 Sturuktur Organisasi Perusahaan
17
2.8 Sturuktur Organisasi Perusahaan
Berdasarkan Surat Keputusan General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Nomor 040.K/GM.DJBB/2007 Tanggal 20 Juli 2007. Gambar 2.1 merupakan struktur Organisasi PT. PLN APD Bandung dan uraian tugasnya.
(18)
18
✛ ✜✛ ✢✢✢ ✣ ✜✤ ✜✥✦ ✧ ★✥✢
✩✪ ✫ ✦✬ ✭✮✯ ✰✯✭✱✲✰ ✲✤✬ ✳ ✴✵ ✲✤✶✜✣ ✜✦ ✧✷
✸✹ ✺✻✼ ✽ ✹✾ ✻✼ ✿ ❀ ❁ ✺✹ ❁❂ ❁❃❁ ❄ ❅ ❁ ❀ ✹✾✿ ❁ ✾ ✻✼✾❁✿ ❁ ❃ ✹✺✻ ❀ ✹❆ ❇ ❁✾✿ ✻✼❀❈ ❁ ❂❉ ❇ ❁✾✿ ✽✼ ❃ ✹ ❈❉ ✻✹ ❈✼ ✽❊ ❁ ✾✿ ❆ ✹✻-❈✼ ✽❊ ❁ ✾✿ ❆ ✹✻ ✻✼✾❁✿ ❁ ❃ ✹✺✻ ❀ ✹❆, ❅ ❁ ❀ ✹✾✿ ❁ ✾ ✻❀ ❁✾ ✺✽ ✹✺✹ ❂❁ ✾ ❅ ❁ ❀✹ ✾✿ ❁ ✾ ❂✹ ✺✻❀ ✹❊ ❉ ✺✹ ❇ ❁✾✿ ✺❁❃ ✹✾✿ ✻✼❀ ❄ ❉❊ ❉ ✾✿. ✸ ✹ ✺✻✼ ✽ ❇❁ ✾✿ ✻✼ ❀ ✹ ✾✻✼✿ ❀ ❁✺✹ ✹ ✾✹ ❂ ✹❆✼ ✾ ❁ ❃ ❂✼✾✿ ❁✾ ✺✹ ✺✻✼ ✽ ✹ ✾✻✼ ❀ ❆❋ ✾✼❆ ✺✹. K✼❉ ✾✻ ❉ ✾✿ ❁✾❁❂ ❁✾ ❇ ❁✹✾ ✻✼❀ ❆❋ ✾✼ ❆ ✺✹❁ ❂❁ ❃❁ ❄❂ ✹❈✼ ❀❋ ❃✼❄ ✾❇ ❁❈ ❀❋ ❂ ❉ ❆✺✹ ❇❁ ✾✿ ✼❆❋ ✾❋ ✽✹✺,❆ ❁❀✼✾❁ ❈ ❉ ✺❁✻❈✼ ✽❊ ❁ ✾✿ ❆ ✹✻ ❃ ✹✺✻ ❀ ✹❆❇ ❁✾✿ ❊ ✼ ❀ ❆ ❁❈ ❁✺ ✹✻❁ ✺❊ ✼✺❁❀❂ ❁ ✾❊✼❀❋ ❈✼ ❀ ❁ ✺✹ ❈ ❁❂ ❁ ✺✹✺✻✼ ✽ ❇❁ ✾✿ ✻✼ ❀ ✹ ✾✻✼❀❆❋ ✾✼ ❆ ✺✹ ❂❁ ❈❁ ✻ ✽✼ ✾ ✺❉ ❈❃ ❁✹ ❂ ❁✼❀❁ ❄ ❃❁ ✹✾ ✾ ❇❁ ❇❁ ✾✿ ✽✼✽❊ ❉ ✻❉ ❄ ❆❁ ✾ ✻✼✾ ❁✿ ❁ ❃✹ ✺✻ ❀✹ ❆ ❇ ❁✾✿ ❊ ✼ ✺ ❁❀,✻✼✻❁ ❈✹ ❄ ❁ ✾❇ ❁ ✽✼✽❈ ❉ ✾❇ ❁✹ ❈✼✽❊ ❁✾✿ ❆ ✹ ✻ ❃ ✹✺✻ ❀ ✹❆❇❁ ✾✿❊ ✼ ❀ ❆ ❁ ❈❁ ✺✹✻ ❁✺❆✼●✹❃.
✸✼✽❁ ❆ ✹✾ ❊ ❁ ✾ ❇❁ ❆✾ ❇ ❁ ❈ ❉✺❁ ✻ ❈✼ ✽❊ ❁ ✾✿ ❆ ✹✻ ✻✼✾❁✿ ❁ ❃ ✹ ✺✻❀ ✹ ❆ ❇ ❁✾✿ ❂ ✹❋ ❈✼ ❀ ❁ ✺✹❆ ❁✾, ✽❁ ❆ ❁❂ ✹ ❈✼❀❃ ❉ ❆ ❁✾❈✼ ✾✿ ❁✻ ❉❀ ❁✾❊✼ ❊ ❁ ✾✺✹✺ ✻✼ ✽✻✼✾ ❁✿ ❁❃ ✹✺ ✻❀ ✹❆. ❍❁ ❃❁ ✽❈✼ ✾✿ ❁✻ ❉❀ ❁ ✾✺✹ ✺✻✼ ✽ ✻✼ ✾ ❁✿ ❁❃ ✹✺✻ ❀ ✹❆✹✾ ✹✻✼ ❀ ❂ ❁ ❈❁ ✻❊ ✼❊ ✼ ❀ ❁❈ ❁❈✼❀✽ ❁✺❁ ❃❁ ❄❁ ✾❇ ❁✾✿ ❄ ❁❀ ❉ ✺❂✹ ❈✼❀ ❄❁ ✻✹ ❆ ❁✾, ❇❁ ✹✻ ❉■
❁. K✼●✼❈❁ ✻❁ ✾❂ ❁✾❆✼ ✽ ❉❂ ❁❄ ❁✾✽✼✽❈✼ ❀❋ ❃✼❄✹ ✾❏❋ ❀ ✽❁ ✺✹❇ ❁✾✿ ❂✹ ❈✼❀ ❃❉ ❆ ❁✾ ❊. ❑ ❁ ❀❁-●❁ ❀❁❈✼✾ ❇❁❅✹ ❁✾❂❁ ✻❁❂ ❁ ✾✹ ✾❏❋ ❀ ✽❁ ✺✹❊ ❁✿ ✹❈✼ ✾✿ ❁✻ ❉❀✺✹ ✺✻✼✽
●. K✼❁✾ ❂ ❁❃ ❁✾ ✽✼❂ ✹❁ ❂❁ ✻❁, ❆❁ ❀✼ ✾ ❁ ✻✼❀✿ ❁✾✿ ✿ ❉ ✾ ❇❁ ✽✼ ❂ ✹❁ ❂ ❁✻ ❁❁ ❆ ❁✾❊ ✼ ❀ ❁ ❆✹❊ ❁ ✻ ✻✼ ❀✿ ❁✾✿ ✿ ❉ ✾ ❇❁❋ ❈✼ ❀ ❁✺✹❈✼✾✿ ❁✻ ❉ ❀❁ ✾✺✹ ✺✻✼ ✽
(19)
1▲
▼ ◆❖ P ◗❘ ◗❖ ❙ ◗❚ ❯ ◗ ❙❱❲ ❖-❯ ◗ ❙❱❲ ❖ ❱◆❖ ❘ ◆❳ ❨ ❱, ❩ ◗❙ ◗ ❯ ◗❘❬ ❭❬ ❱ ◗❘ ❪ ◆ ❚P ❨ ❙ ❨ ❚❫ ❨ ❚ ❱❨ ❙ ❙ ◆❪ ◆❖ ❭ ❨◗ ❚❪ ◆ ❚ ❫◗ ❱❨❖ ◗❚❘❬❘ ❱ ◆❩❱◆❚ ◗ ❫◗ ❭❬ ❘ ❱❖ ❬❙◗P ◗ ❭◗❴❵
◗. ❛❬ ❘ ❱ ◆❩❱ ◆❭ ◆❙❲ ❩ ❨ ❚❬❙ ◗❘❬
❳. ❜❭ ◗❱-◗❭ ◗❱ ❪ ◆ ❚ ❫❲ ❭◗❴ P ◗ ❱◗ ❨ ❚ ❱❨ ❙ ❩◆❚ ❫ ◗❩ ❳❬❭, ❩◆ ❚❝❬❩❪ ◗❚ P ◗❚ ❩◆❚ ❫❲ ❭ ◗❴ P ◗ ❱◗❘ ❬❘ ❱ ◆❩❱ ◆❚ ◗❫ ◗❭❬❘ ❱❖ ❬ ❙
❞. ❡◆❖ ◗❚ ❫❙ ◗ ❱ ❭❨ ❚ ◗❙ ❨ ❚ ❱❨ ❙ ❩◆ ❚ ❫❲ ❭◗❴ P ◗❱ ◗, ◗❫ ◗❖ P ◗❱ ◗ P ◗❪ ◗❱ P ❬❱◗❩❪❬❭❙ ◗❚ P ◗ ❭◗ ❩❪ ◆ ❚ ❫◗ ❱❨❖ ◗❚❘❬❘❱◆❩❱ ◆ ❚ ◗❫ ◗❭❬❘ ❱❖ ❬ ❙
❢ ❣ ❤ ✐❥❦ ✐❧ ♠ ♥♦❥ ♣qr qs♥t ♠ ✐qs✉✈✇✈① ②③
❡◆❚ ❫ ◗❱ ❨❖ ◗ ❚ ❱ ◆❚ ◗❫ ◗ ❭❬❘ ❱❖❬❙ ❪ ◗P ◗ ❘❬ ❘ ❱◆ ❩ ❝ ◗ ❚❫ ❱◆❖❬❚ ❱◆❖ ❙❲ ❚ ◆❙❘❬ P❬❭◗ ❙❘ ◗❚ ◗❙ ◗❚ ❲ ❭◆❴ ❪ ❨❘ ◗❱ ❪ ◆ ❚ ❫◗ ❱❨❖ ❘❬❘ ❱ ◆ ❩ ❱◆ ❚◗ ❫◗ ❭❬ ❘ ❱❖ ❬❙. K◆❞ ◆❪ ◗ ❱◗ ❚ P ◗❚ ❙◆ ◗❙ ❨❖ ◗ ❱◗ ❚ P ◗ ❱◗ ❬ ❚ ❯❲❖ ❩◗❘❬ ❘ ◗❚ ❫◗ ❱❭ ◗❴ P ❬ ❳ ❨ ❱❨❴ ◗❚ ❪ ◗P ◗ ❪ ◆❚ ❫ ◗❱ ❨❖ ◗ ❚ ❘❬ ❘ ❱◆ ❩ ❱◆ ❚◗ ❫◗ ❭❬ ❘ ❱❖ ❬❙, ❘ ◆❴❬❚ ❫❫ ◗ ❪ ❨❘ ◗❱ ❪ ◆ ❚❫ ◗❱ ❨❖ ❱ ◆❚ ◗❫ ◗ ❭❬❘ ❱❖❬❙ P ◗ ❭◗❩ ❩ ◆❭ ◗❙❘ ◗❚ ◗ ❙◗❚ ❱❨ ❫◗❘ ❪ ◆❚ ❫◗ ❱❨❖ ◗❚ P ❬P ❨ ❙❨ ❚ ❫ ❲ ❭◆❴ ❪ ◆❖ ◗ ❭◗ ❱◗ ❚ ❝ ◗❚ ❫ ❳ ◆❖ ❳ ◗❘❬❘ ❙❲ ❩❪ ❨❱ ◆❖ ❨❚ ❱ ❨❙ ❩◆❩ ❳◗ ❚❱ ❨❲❪ ◆❖ ◗ ❱❲ ❖ (dis④atcher) P ◗ ❭◗ ❩❩◆ ❭◗ ❙❘ ◗ ❚◗ ❙◗ ❚❱❨ ❫◗❘ ❚❝ ◗.
❛❬❘❱◆ ❩ ❪ ◆ ❚❫ ◗❱ ❨❖ ◗❚ ❝ ◗❚ ❫ ❳ ◆❖ ❳ ◗❘❬ ❘ ❙❲ ❩❪ ❨ ❱◆❖ P ❬❘ ◆ ❳ ❨❱ ⑤u④ervis⑥ry ⑦ ⑥⑧tr⑥ ⑨ ⑩⑧d ❶❷ta ⑩cquisition (❛❸ ❜❹ ❜❺ ❻L). ❛❸ ❜❹ ❜❺ ❻L ❱◆❖ P❬ ❖ ❬ P ◗❖ ❬ ❪ ◆❖ ❭◆ ❚❫ ❙ ◗❪ ◗❚ hardware P ◗❚ software. ❛❸ ❜❹ ❜❺ ❻L ❳ ◆❖ ❯ ❨ ❚ ❫❘ ❬ ❩❨ ❭◗❬ ❪ ◆ ❚ ❫◗ ❩❳❬ ❭ ◗❚P ◗❱ ◗❪ ◗P ◗❪ ◆❖ ◗ ❭◗ ❱◗ ❚❪ ◆ ❩❳ ◗ ❚❫ ❙❬ ❱◗❱ ◗❨❫ ◗❖ P ❨❬❚P ❨ ❙, ❪ ◆❚ ❫❲ ❭ ◗❴ ◗❚ ❬ ❚ ❯❲ ❖ ❩ ◗❘❬ ❝ ◗❚ ❫ P❬❱ ◆❖ ❬ ❩◗, ❘ ◗ ❩❪ ◗❬ ❖ ◆◗ ❙❘❬ ❝ ◗ ❚❫ P ❬❱❬❩❳ ❨ ❭❙ ◗❚ P ◗❖❬ ❴ ◗❘❬❭ ❪ ◆ ❚ ❫❲ ❭◗❴ ◗❚❬ ❚ ❯❲ ❖ ❩ ◗❘❬. ❛◆❞ ◗❖ ◗❨❩ ❨❩❯ ❨ ❚ ❫❘❬P ◗❖ ❬ ❛❸ ❜❹ ❜❺❻L◗P ◗❭ ◗❴ ❵
❡◆ ❚❝ ◗ ❩❪ ◗❬◗❚P ◗❱◗
❡❖ ❲ ❘ ◆❘❙ ◆❫❬ ◗ ❱◗ ❚P ◗❚❩❲ ❚❬ ❱❲ ❖❬❚ ❫
(20)
20
❽❾ ❿❾ ➀ ➁➂➀ ➃ ➄➅➄ ➅➆➇ ➈➉➊ ➋➌➋❽ ➍L➎
M➇➈➏➇ ➃ ➐➇ ➏➀ ➆ ➏ ➃➑ ➅➇ ➅ ➏➇ ➈❾ ➒ ➄➓➀➁ ➅❾ ➏ ➏➒➔ ➆➇ ➁➀ →➀ ➒ ➄➅ ➆➃ ➄➣ ↔ ➀→ ➄ ➣➑ ➁ ➅❾ ➈➇➁
➔ ➀➁→ ➆➄ ➂➀ ➣➈➇➁→ ➀ ➒➀ ➈ ➄→ ➀ ➁→→ ❾ ➀ ➁
M➇➈➏➇ ➃ ➣➇ ➐ ➄➒➣↕ ➓ ➔ ➀ ➁→➏➀➂➀➈➀ ➣ ➄↔➀➆→ ➀ ➁→→ ❾ ➀ ➁➀ ➆➀❾➏➇ ➈➀➂➀➈➀➁
M➇➈➀➁➆➀❾ ➏➇➃➙ ➑ ➃ ➈➀ ❿ ➀ ➃ ➄ ➁→➀➁ ❾ ➁➆❾ ➣ ➈➇➁➔❾ ➅❾ ➁ ➏➇ ➃↔ ➀ ➄ ➣➀➁ ➀➆➀ ❾
➏➇➁→ ➇➈↔ ➀ ➁→➀➁➅➄➅➆➇ ➈❿ ➀ ➃ ➄➁→ ➀ ➁ 20 ➣ ➛
M➇➁→❾ ➅➀➓➀➣➀➁➑ ➏ ➆ ➄➈➀➅➄➏➇ ➈↔➇ ↔➀➁➀ ➁❿ ➀➃ ➄➁→➀➁ 20 ➣➛
➜❾ ➁→ ➅➄➂➀➃➄➉➄➅ ➆➇ ➈➉➊ ➋➌➋❽➍➝➎
❽ ➇ ➒➇ ➐➑ ➁ ➆ ➃➑ ➒
❽ ➇ ➒➇ ➐➑ ➁ ➆ ➃➑ ➒ ↔ ➇ ➃➙ ❾ ➁→ ➅➄ ➈➇➒➀➣❾ ➣➀➁ ➏➇➃ ➄➁ ➆➀➓ ➞e➟➠te ➡ ➠➢tr➠➤ ➥O➦e➢ / Close➧➆➇➃ ➓➀➂➀➏➏➇➃➀➒➀➆➀➁➔ ➀➁→↔ ➇ ➃➀ ➂➀ ➂ ➄➒➀ ➏➀➁→ ➀ ➁➨
❽ ➇ ➒➇ ➅➄→ ➁➀➒➄ ➁→
❽ ➇ ➒➇ ➅➄→ ➁➀➒➄ ➁→ ↔ ➇➃➙ ❾ ➁→ ➅➄ ➈➇ ➁→ ❾ ➈ ➏❾ ➒ ➣➀ ➁ ➂➀ ➆➀ ➅ ➆➀ ➆❾ ➅ ➂➀ ➁ ➀➒➀➃➈ ➥Open, Close, power Supply fault, ➄➁ ➂ ➄➣➀ ➅ ➄ ➃➇➒➀ ➔ ➀ ➆➀❾ ➏➀➃➀➈➇➆➇➃ ➒➀➄➁ ➁➔➀➧➔ ➀ ➁→
➂ ➄➀ ➁→ →➀➏ ➩➇➃ ➒❾ ➔ ➀ ➁→ ➂➀➏➀ ➆ ➂➄ ➈➇➈↔ ➀ ➁ ➆❾ dispatcher ➂➀ ➒➀ ➈ ➈➇ ➈➑ ➁ ➄➆➑ ➃ ➏➇➃➀ ➒➀➆➀➁ ➔ ➀ ➁→↔➇➃➀ ➂➀➂ ➄➒➀ ➏➀➁→ ➀ ➁➨
Telemetering
Telemetering ↔➇➃➙ ❾ ➁→ ➅➄ ➈➇ ➁→❾ ➣❾ ➃↔➇ ↔ ➀ ➁ ➔ ➀ ➁→ ➆➇➃➏➀➅➀ ➁→ ➏➀➂➀ ➀ ➒➀ ➆ ❾ ➣❾ ➃
➆➇➁➀ →➀ ➒ ➄ ➅➆➃ ➄➣ ➥➋➃❾ ➅➫ ❽➇→ ➀ ➁→ ➀ ➁ ➫ ➌➀ ➔➀ ➋➣ ➆ ➄➙ ➫ ➜ ➃➇➣❾➇➁ ➅➄ ➂➒ ➒➧ ➂➀ ➁ ➅➇ ➈❾ ➀ ➏➇➃➀ ➒➀➆➀➁➔ ➀ ➁→↔ ➇ ➃➀ ➂➀➂ ➄ ➒➀➏➀➁→ ➀➁➨
➌➇ ➁→ ➀ ➁ ➀➂➀➁➔➀ ➏➇ ➃➀➒➀ ➆➀➁ ➉➊ ➋➌➋❽ ➍ ➝ ➏➇ ➁➔ ➀ ➈➏➀➄➀➁ ➂➀ ➁ ➏➇➈➏ ➃➑ ➅➇➅➀ ➁ ➂➀ ➆➀ ➂➀➃➄ ➅➄ ➅➆➇ ➈ ➆➇ ➁➀→ ➀ ➒➄ ➅➆➃ ➄ ➣ ➀➣➀ ➁ ➒➇ ↔ ➄➓ ➐➇➏➀➆ ➂➄ ➣➇➆➀➓❾ ➄ ➑ ➒➇ ➓dispatcher➥➏❾ ➅➀➆➣➑ ➁➆ ➃➑ ➒➧ ➨
(21)
21
➭➯ ➲➳➯ ➵ 3.1 ➲➸➵ ➺➻ ➯ ➼➯ ➽ ➾➯➲➳ ➯➵ ➚➯➵ ➪ ➼ ➶ ➽➹➪ ➾ ➺➵ ➯ ➘➪ ➘➪➘➴➸ ➲ ➷➬ ➮➱➮✃ ❐L ➚➪ ❒✃.❒LN (❒➸➵ ➘➸ ➵ ➶) ➮❒➱ ❮➯ ➽ ➚ ➺➽➾ ➚➸➽➾ ➯ ➽ ❰➪ Ï➯ Ð➯ Ñ Ð➯➽➾ ➴ ➸Ï➯Ñ➚➪➴ ➸ ➽➴➺➼➯➽.
➭➯ ➲➳➯ ➵ 3.1 K➶ ➽ ➹➪➾ ➺➵➯➘➪➷➪➘➴ ➸ ➲➷➬ ➮➱➮✃❐L➚➪❒LN ➮❒➱❮➯➽➚ ➺ ➽➾
ÒÓ Ô Õ Ö× Ø× Ù Ú ÕÖ× Ø×Ù ÛÜ ÖÜ Ø ÝÞßà × Ø ÝáâÛâãÕ ä å Þ æ ãÓ æä ç âæ Û èÜ Ùå éÙê
❐Ï➸➲➸➽ ➻ ➸ ➽➴ ➪ ➽➾ ➻ ➯➚➯ ➘➪ ➘➴ ➸ ➲ ➷➬ ➮➱➮✃ ❐L ➚➪ ❒✃. ❒LN ➮❒➱ ❮➯ ➽ ➚ ➺ ➽➾ ➪➽➪ ➴ ➸➵ ➚➪➵ ➪ ➚➯ ➵ ➪ 3 ➳ ➯➾ ➪➯➽➺➴ ➯ ➲➯ Ð➯➪ ➴ ➺ë ➲➯ ➘➴ ➸ ➵ ➘➴ ➯➴ ➪ ➶ ➽, ì➸➲➶➴➸ ✃➸ ➵ ➲➪ ➽➯ Ïí ➽➪➴ (ì ✃í), ➚➯ ➽ ➻ ➸➵ ➯ Ï➯➴ ➯ ➽ Ð➯➽➾ ➚➪ ➼ ➶ ➽➴➵ ➶ Ï, ➚➯ Ï➯ ➲ Ñ ➯Ï➪ ➽➪ Ð➯ ➪➴➺ î➸ Ï Ï 20 ➼ ï. ❮➸ ➵ ➪ ➼ ➺➴ ➲➸ ➵ ➺➻ ➯ ➼➯ ➽ ➼ ➶ ➽➹➪ ➾ ➺➵ ➯ ➘➪ 3 ➸ Ï➸➲➸➽➻ ➸ ➽➴ ➪ ➽➾➚➯Ï➯➲➘➪ ➘➴ ➸ ➲➷➬ ➮➱➮✃ ❐L.
➭➯➲➳ ➯ ➵ 3.2 ➲➸➵ ➺➻ ➯ ➼➯ ➽ ➼ ➶➽ ➹➪ ➾ ➺➵ ➯ ➘➪ ➸ Ï➸ ➲➸➽-➸ Ï➸➲➸ ➽ ➚➯ Ï➯➲ ➘➪➘➴➸➲ ➷➬ ➮➱➮✃❐L Ð➯ ➽➾ ➲➸➵ ➺➻➯➼➯ ➽➳ ➯ ➾➪ ➯ ➽➴ ➸➵ ➻ ➸ ➽➴ ➪ ➽➾ Ð➯➽➾ ➚➪ ➯➽➴ ➯➵ ➯➽Ð➯ ➲➯➘➴➸ ➵ ➘➴ ➯➴ ➪ ➶ ➽, ì ✃í(ì➸➲➶➴➸✃➸ ➵ ➲➪ ➽➯ Ïí ➽➪ ➴), ➬➸ÏÏ 20 ➼ ï.
(22)
22
ðñò óñ ô 3.2 Kõö ÷ ø ùú ô 3 L
1. Master Station
ûüóñ ùñøýúþñÿý üö ùñÿú 20 ,
óüôñ ñ ø✁ñ öÿõ ô✂✄. ✂LN .Master tati Human Machine Interface
Human machine interface
(dispatcher) üö . Human machine interface
òüò ú ñ ☎✁ñö õý .
✂ üôñ ✆ñÿñö human machine interface keyboard, VDU, recorder, printer, logger.
Server
Server óüô÷ ú ö ùþø
ø ò õöøÿõô õ ✆ü☎ dispatche Control Center Human Machine 22
3.2 K ú ôñþø 3 ✝ ✆üòüö✂ üöÿø ö ù ñ ✆ñòûøþÿüòû✞ ✟✠✟✄✝L
1. Master Station
ÿú ôþøþÿüò 20 ✁ ✡☛ñøÿú þøþÿ üò ☞ñ ôøö ùñö øþÿôø óúþø ✆ ,
. LN ✟✂✠✌ñ ö ú ö ù.Master Stationÿüô øôøñÿñþ✍ Human Machine Interface
Human machine interface óüô÷ ú ö ùþø þüóñùñ ø ý üôñ öÿñôñ ñöÿñ ôñ õý (dispatcher) ö ùñ ö þøþÿ üò ✁õòýúÿüô. Human machine interface
ý üôñÿõ ô ñ ✆ñòòüò õö øÿõ ôþøþÿüòÿüöñùñ ✆øþÿôø✁ ☛ñ ö . human machine interface øñ öÿñôñ ö☛ñ ñ ñ✆ñ ☎✍ keyboard, VDU, recorder, printer, logger.
Server
Server þø òüö ù õ ✆ñ☎ ñÿñ ☛ñö ù øÿ üôøòñ ñ ôø ✎ ✄✏ dispatcheô ø Control Center òü✆ñ✆ú ø Human Machine
22
3.2 K 3 L
1. Master Station
20 ✆øþÿôø✁,
. LN .Master Station
Human Machine Interface
Human machine interface õý üôñÿõô
(dispatcher) . Human machine interface
ö ùñ ñ.
human machine interface keyboard,
VDU, recorder, printer, logger.
Server
Server ✏ ☛ñ ö ù
(23)
23
Interface, ✑✒✓✔ L Energi Management System, Dispatcher Training Simulation.
Front End
✑✕✖ ✕✗ ✘✙✚ ✘✖ ✘✚ ✛✜ ✛✢ Control Centre M , ✛✣✛ ✚ ✛✖ ✕✢ ✛✤✘ ✚ ✕✣ Front End
✚ ✛✚ ✛✥✖ ✢ ✛✦ ✧✥✛✜ ✘✣ ✜ Mimic
Board★✘✣ ✩✘✚ ✘ .
✪✘✤✦✘✢ 3.3 K Master Station LN
2. Remote Terminal Unit
Remote Terminal Unit( )
✜ ✫✣✖ ✢✫ ✗ ✚ ✘✢ ✛✬ ✕✢ ✘✗✘✖✘✣ ✖ ✕✣ .
★✘ ✛✖✧✭
23
Interface ✓✔✓✮ ✯✰ Energi Management System✱ Dispatcher Training Simulation.
Front End
✛✢ ✛✤✜ ✕Control Centre✤✕✗ ✘✗✧✛✲ ✕✚ ✛✘✜ ✫✤✧ ✣✛✜ ✘ ✣ ✩✘✣ ✤✕✗ ✘✗✧✛ Front End ✜✫✤✬✧✖ ✕✢ ✚ ✘✣ ✥✕✗ ✘✣ ✜ ✕ ✳✧ ✣ ✩✥✛ ✬ ✕✣ ✩✫✗✘✙ ✘✣ ✚ ✘✖ ✘ ✚ ✘✣ ✚ ✛✖✘✤✬ ✛✗✜ ✘✣ ✜ ✕ Mimic Board ✚ ✛✢✧✘✣ ✩✜ ✕✣✚ ✘✗ ✛✫✬ ✕✢ ✘✥✛✴
✵✫✣ ✳✛✩✧✢ ✘✥✛Master Station✚ ✛✶ ✰✷✓✶✔✸✘✣✚✧✣ ✩
2. Remote Terminal Unit
Remote Terminal Unit✹ ✺✮ ✻✼ ✦✕✢✳✧ ✣ ✩✥✛ ✧ ✣✖✧✜ ✤✕✣ ✩✧ ✤✬✧✗ ✜ ✘✣ ✚ ✘✖
✣✘✩✘ ✗ ✛✥✖✢ ✛✜✴ ✽✧ ✣ ✩✥✛✺✮✻✚ ✘✬ ✘✖✚ ✛✦✘✩✛✤✕✣✾ ✘✚ ✛✿✦ 23
Interface Energi Management System Dispatcher Training Simulation.
Front End
Control Centre ✘✥✛✱✚ ✘✖ ✘
Front End ✣✾✧✖✣ ★✘
Mimic Board
Master Station ✩
2. Remote Terminal Unit
Remote Terminal Unit ✘✖ ✘ ✚ ✘✣
(24)
24
Telesignal ❀ ❁ ❂ ❃ ❄❅ ❆ ❇❈ ❄❅ ❉❄❊ ❋❁ ❅ ❆❁ ❉ ●❍ ❄ ❈ ❇❉ ●❉ ❄ ❇ ❈❅ ■ ❈❊ ●❇ ❈ ■ ●❂ ❈ ❏❁❂●❑ ●❉ ●❅
❉ ❁❅ ● ❆●❑ ❈ ❇❉ ❂ ❈ ❊.
Telemetering❀❁❂ ❃ ❄❅ ❆ ❇❈ ❄❅ ❉ ❄ ❊ ❋❁ ❅ ❆❁ ❉ ●❍ ❄❈❀ ❁ ❇● ❂●❅-❀❁❇● ❂●❅❑ ❈ ❇❉❂❈ ❊❏ ●■ ●
❏ ❁❂●❑ ●❉ ●❅ ❉ ❁❅ ●❆ ● ❑ ❈ ❇❉❂❈ ❊, ❇❁ ❏❁❂❉ ❈ ❀ ❁❇● ❂ ●❅ ❉❁❆●❅ ❆ ●❅, ■ ●▲ ● ●❊❉ ❈ ❃, ■ ● ▲● ❂❁●❊❉ ❈ ❃, ● ❂ ❄❇■ ●❅❃ ❂❁ ❊ ❄❁❅ ❇❈.
Telecontrolling ❀ ❁ ❂ ❃ ❄❅ ❆ ❇❈ ❄❅ ❉ ❄ ❊ ❋❁❅ ❁ ❂ ❄ ❇❊ ●❅ ❏❁❂ ❈❅ ❉ ●❍ ■ ●❂ ❈ ❏ ❄ ❇●❉
❏ ❁ ❅ ❆ ●❉❄ ❂ ❊❁ ❏❁❂ ●❑●❉ ●❅ ❉❁ ❅ ●❆ ● ❑ ❈ ❇❉❂❈ ❊. ▼❁ ❂ ❈❅❉●❍ ❉ ❁ ❂ ❇❁ ❀ ❄❉ ■ ●❏ ●❉ ❀❁❂❄❏ ● ❏ ❁❂❄❀ ●❍ ●❅ ❇❉ ●❉ ❄ ❇❈❅ ■ ❈ ❊● ❇❈❏❁❂ ●❑●❉●❅ ●❉● ❄❏ ❁ ❅ ❆ ●❉ ❄ ❂●❅❅ ●❈ ❊■ ●❅ ❉ ❄ ❂ ❄❅❅ ▲ ● ■ ● ▲●❏❁❋❀ ●❅ ❆❊ ❈❉.
◆● ❋❀ ● ❂ 3.❖ P●P ❋❁ ❂ ❄❏ ● ❊●❅ ◗e❘e❙❚teri❯g ❄❅❉❄ ❊ ❋❁ ❅ ❆❁ ❉ ●❍ ❄❈ ❀❁❇●❂ ●❅ ❑❈❇❉❂❈ ❊ ▲ ●❅ ❆■ ❈❅ ● ❋● ❊●❅❱● ❊❲❳❨ ❩
◆● ❋❀ ● ❂ ❬ P❖ P❀P ❋❁❂ ❄❏ ● ❊●❅ ◗e❘ec❭ ❯tr❭ ❘ ❘i❯g ❇❁❀ ●❆ ●❈ ❉ ❁ ❂ ❋❈❅ ●❑ ❏ ❁ ❋❀ ● ❆❈ ❉ ❁❑❁❪❫❅ ❉❂❫❑ ❄❅ ❉ ❄ ❊ ❋❁❅ ❁ ❂ ❄ ❇❊ ●❅ ❇●❋❀ ❄❅ ❆●❅ ❉ ❁ ❂ ❋❈❅ ● ❇❈ ❊●❀❁ ❑ ❊❁ ❏ ❁ ❂ ●❑●❉●❅ ▲●❅ ❆ ■ ❈❏ ❁❂❑❄ ❊●❅ ❴ ❋❫■❁❋❵ ■ ❈ ❃❃ ❄ ❇❁❂ ❛ ▲●❅ ❆ ■ ❈❅ ●❋● ❊●❅ ❲❑❫❊ ❜ ❳❝❵ ▲●❅ ❆ ❀ ❁ ❂ ❃ ❄❅ ❆ ❇❈ ❇❁ ❀ ● ❆ ●❈❉❁ ❂ ❋❈❅ ●❑❄❅ ❉❄❊❏❁❋❀ ●❆ ❈● ❂ ●❍ ❊●❀❁ ❑P
(25)
25
Cell 20 kV
❞❡❢ ❣ ❡❤ 3.✐ ❥ ❦❤ ❧ ♠ ❡♥ ❡♦ ♠ ❦❤ ❡♣ ❡q ❡♦ r ❡♦ s t ✉♥ ✈♦ q❤✈ ♣ ✈ ♣ ❦✇ ①✉ ①q❦❢ ②③ ④⑤④⑥⑦⑧ r ❡♦ st✉ ①❦ ❣❧ q ①✉ ①q❦❢⑨ ⑩♥ ❶❷ ⑥ ❦❤ t ✉❤ ✉ t ❡❤ ✉ ①✉① q❦❢❢ ❦♥ ❡♦ ✉♥ ❢ ✈ q✈ ❤ ✉ ①r ❡♦ sq ❦❤ ♠ ❡①❡♦ s t ✉t ❡♣❡❢ cubic❸e-cubicle⑨ ⑩♥ ❶❷
❞ ❡❢ ❣ ❡❤❹❷ ✐❺❦❤ ❡♦ s♥ ❡ q❥ ❦♥ ❡♦ ✉♥❥ ✈ q✈ ❤ ✉ ①t ❡♦Cubicle
②✉ ①q ❦❢ ②③④⑤④⑥ ⑦⑧ t✉❺⑧❻ ④❺⑤❼❡♦ t❧ ♦ st ❡♣ ❡❢♠ ❦♣ ❡♥ ①❡♦ ❡ ❡❡♦♦ r ❡ q❦❤ ❣ ❡s ✉ ❢ ❦♦ ❽ ❡t ✉❾①❧ ❣❣❡ s✉ ❡♦ ❡♦ q ❡❤ ❡♣❡✉♦ ❿
➀ ➁ ➂ ➃➄ ➂➅ ➆➇➈➆➃➇➉ ➊ ➋➌ ➍➎ ➈ ➆➍ ➏
❼❦❤ q ❡♦ s s❧ ♦ s❽ ❡➐❡ ❣❡ q❡ ①❢ ❡ ①q❦❤①q ❡q ✉✈ ♦t✉♥ ❡♦ q✈ ❤ ④❺⑤❼❡♦ t❧ ♦ s❷ ➑ ➁ ➒➂➓ ➄Remote Terminal Unit➏
❼❦❤ q ❡♦ s s❧ ♦ s ❽❡➐ ❡❣ ❡q ❡ ①s❡♦ ss❧ ❡♦ ➔ s ❡♦ s s❧ ❡♦ ♥ ✈♦ q❤✈ ♣ r ❡♦ sq ❦❤ ❽ ❡ t✉♠ ❡t❡ → ⑥➣❷
↔➁ ↕➅ ➋➈➙➛➅➋➍➜
❼❦❤ q ❡♦ s s❧ ♦ s ❽ ❡➐ ❡❣ ❡q ❡①♠ ❦❢❦♣ ✉✇ ❡❤ ❡❡♦ hardware➝♠ ❦❤ ❡♣ ❡ q❡♦ ♥ ❦❤ ❡ ①➞❣ ❡✉♥ t ✉ ④❺⑤ ❢ ❡❧♠ ❧ ♦ t✉ ♣ ❡♠ ❡♦ s ❡♦❷ ❼❦ ❣❦❤ ❡♠ ❡ ♠ ❦❤ ❡♣❡q ❡♦ r ❡♦ s t✉ q❡♦ s❡♦ ✉ ✈ ♣❦✇
(26)
26
➟eri➟hera➠ ➡ ➢ ➤➥ ➦ ➤➧ ➤➥ ➨ ➤ ➩ ➫➭➯ ➤➥ ➢➯ ➫➲ ➦ ➲➧➢ ➳ (➵ ➭➥ ➸➸ ➭➧ ➤➯ ➯ ➲➥ ➦➤➯ L➺➻), ➼ ➭ ➼➭ ➧➤➵ ➤➫➤➽ ➤ ➫➟➾wer su➟ ➟ ➠y, ➡ ➤➥Homopolar Detector Fault(➚➪➶). ➹ ➘ ➴ ➷➬ ➷➮➱ ✃❐❒❮ ➮❰Ï ❮
➺ ➭ ➧➦ ➤➥ ➸ ➸ Ð➥ ➸Ñ ➤Ò➤ ➼➤ ➦➤➳➯ ➲ ➫Ð➥ ➢➯ ➤➳➢➡ ➤➦➤➡ ➤➥ Ó ➲➢➽➭ ➨ ➤➥ ➸➫ ➭➥ ➸ ➸ Ð➥ ➤➯ ➤➥ ➸ ➭Ô ➲ ➫➼ ➤➥ ➸➧ ➤➡➢➲(wireless), ➫➭➥ ➸ ➤ ➦Ð ➧Õ ➧➭➯ Ð➭➥➳➢ ➨➤➥ ➸➡ ➢ ➼ Ð ➦Ð Ö➯ ➤➥ Ð➥ ➦ Ð➯ ➵ ➧ ➲➳ ➭➳ ➵ ➭➥ ➸➢➧➢ ➫ ➤➥ ➡ ➤ ➦➤, ➼ ➭➧ ➦ ➤➥ ➸➸ Ð➥ ➸ Ñ➤Ò ➤➼ ➤➦➤➳➸ ➤➥➸ ➸ Ð ➤➥ ➨ ➤➥ ➸ ➦ ➭➧ Ñ ➤➡ ➢ ➵ ➤➡ ➤➧➭➵ ➭➤➦ ➭➧(radio link).
(27)
27
× Ø×Ù Ú
ÛÜÝÞßÙRà áâÙ ÛÙàRãÙßàâÙ Øä ÞØåãÜæÙß âRÙ çäâèä æ ÝØä ã × ØÝãÜÝÞ
é èê äë ìíëî ï ìrt Rë ðî ñîët r
Rectifier merupakan suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-balik/AC (ò ótô õö ÷tøö ù úõõôöu t) menjadi arus searah/DC (ûøõô üt úuõõô öt) yang berfungsi untuk memberikan tegangan DC. Di dalam rectifier trdapat sebuah batere, yang berfungsi untuk menyimpan tegangan DC.Untuk itu rectifier ini harus disesuaikan kapasitasnya dengan kapasitas batere yang terpasang.
(28)
28
Gambar 4.2 Skematik Rangkaian Rectifier
ýþ ÿ ✁✂✄s R✁☎✄ ✆✄✁t r
✝þ R✁☎✄✆✄ ✁t r ✝✞✟stu✠✡✟s✟
Yang dimaksud dengan rectifier 1 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1 fasa. Rectifier jenis inilah yang dipergunakan pada gardu yang ada di peralatan SCADATEL.
Rectifier akan bekerja apabila diberikan tegangan sekitar 220 VAC. Tegangan tersebut dihasilkan dan tegangan pada SKTM (20kV) yang diturunkan melalui trafo distribusi menjadi 22OVAC dengan cara penyambungan fasa (R/S/T) ke N (netral) kemudian disearahkan menggunakan rectifier menjadi 48 sehingga beban dapat dicatu.
(29)
29
☛ ☞ R✌✍t✎✏ ✎✌r ✑✒t✎✓ ✔✕✖ ✔s✔
Yang dimaksud dengan rectifier 3 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3 fasa (380 VAC). Agar dapat menghasilkan tegangan sebesar 380 VAC, maka proses penyambungannya yaitu dengan konfigurasi fasa ke fasa ( R-S/ R-T/ T-R), sehingga rectifier 3 fasa ini dapat bekerja. Hanya saja rectifier 3 fasa tidak dipergunakan pada jaringan SCADATEL.
✗☞✑ ✘r✎✙s✎✚✛✌✜✔r
Sumber AC baik 1 fasa maupun 3 fasa masuk melalui terminal input rectifier itu ke trafo step-down dan tegangan 220V / 380V menjadi tegangan DC 48V dengan sedikit ✢✣✤ ✤ ✥✦. Sehingga untuk memperbaiki ✢✣✤✤ ✥✦ / gelombang DC yang terjadi diperlukan suatu rangkaian penyaring (✧ ✣✥t✦ ✢) yang dipasang sebelum ke terminal output.
✗☞✗ ★✔ ✓ ✎✔✙ ✩✪✔✓ ✎ ✔✙ R✌✍t✎✏ ✎✌r ✫☞ ✬r✔✏✭✮✯✔✰✔
Trafo utama yang terpasang di rectifier merupakan trafo step-down (penurun tegangan) dan tegangan AC 220V / 380V menjadi 48V, kemudian masuk ke rectifier untuk didistribusikan ke beban dan batere. Besar kapasitas tersebut tergantung dan kapasitas batere yang terpasang di gardu induk atau gardu hubung yaitu paling tidak kapasitas arus output trafo harus lebih besar 20 % dan arus pengisian batere.
(30)
30
Gambar 4.3 Trafo Utama
✱ ✲ ✳✴ ✵✴ ✶y ✶ ✷r ✸✹✺ ✻✶
Dioda digunakan sebagai penyearah arus yang keluar dan trafo. Hal ini dikarenakan beban yang akan dicatu menggunakan tegangan arus searah hasil dan penyearahan dioda serta menghilangkan ✼ ✽✾✾ ✿❀ menggunakan filter.
Gambar 4.4 Dioda
❁✲ Auto Voltage Regulator (AVR)
❂❃ut ❄ ❃ ✿t❅ ❆ ❀ ❇❀ ❆u✿❅t❃✼ yang terpasang pada rectifier merupakan suatu rangkaian yang terdiri dan komponen elektronik yang berfungsi untuk memberikan trigger positif pada gate t❈✼ ✽❉y t❃✼ sehingga pengaturan arus
(31)
31
maupun tegangan output suatu rectifier bisa dilakukan sedemikian rupa sehingga pengendalian arus pengisian ke batere bisa disesuaikan dengan arus kapasitas batere yang terpasang.
Rangkaian elektronik AVR ini sendiri sangat peka terhadap kenaikan tegangan yang terjadi pada rangkaian input.
Gambar 4.5 Auto Voltage Regulator
❊❋ ● ❍■ ❏ ❑■ ▲▼▲◆▼ ▲❖ Ptur ◆P ◗P R▼ ❘t❙ ❚ ❙▼r
❯❋ ❍ ■ ❏ ❑■ ▲▼▲◆▼ ▲❖ PP ▲tur ❱▼❖ P ▲❖ P▲ ❲ ❳ ❨❩t❬ ❭❪
Untuk memenuhi standar pengisian batere secara ❫❴❵ ❛❜ ❝❞t maka pengaturan setting tegangannya perlu dilakukan pada rectifier, hal ini dapat dilakukan dengan mengatur Variabel Resistor pada PCB rangkaian elektronik AVR, dengan cara memutar ke kiri atau ke kanan sesuai dengan spesifikasi batere yang terpasang. Biasanya VR tersebut diberi indikasi / tulisan” ❫ ❴❵ ❛❜ ❝❞t “❡
(32)
32
❢ ❣ ❤✐ ❥ ❦✐ ❧♠❧♥♠ ❧♦ ♣♣ ❧tur q♠♦ ♣ ❧♦ ♣❧ rqualizing
Untuk memenuhi standar pengisian batere secara stu✉ ✈✇z✇① ② maka pengaturan setting tegangannya perlu dilakukan path rectifier, hal mi dapat dilakukan dengan mengatur Variabel Resistor pada PCB rangkaian elektronik AVR, dengan cara memutar ke kin atau ke kanan sesuai dengan spesifikasi batere yang terpasang. Biasanya VR tersebut diberi indikasi / tulisan“ stu✉ ✈✇z✇① ② “③
④❣ ❤✐ ❥ ❦✐ ❧♠❧♥♠ ❧♦ ♣♣ ❧tur q♠♦ ♣ ❧♦ ♣❧⑤♣❧♣⑥u ⑦ Boosting
Untuk memenuhi standar pengisian batere secara Boosting maka pengaturan setting tegangannya perlu dilakukan path rectifier, hal ini dapat dilakukan dengan mengatur Variabel Resistor path PCB rangkaian elektronik AVR, dengan cara memutar ke kiri atau ke kanan sesuai dengan spesifikasi batere yang terpasang. Biasanya VR tersebut diberi indikasi / tulisan“ ⑧⑨ ⑨⑩t✇① ② “③
❶ ❣ ❤✐ ❥ ❦✐ ❧♠❧♥♠ ❧♦ ♣♣ ❧tur ❷❸su (Current Limiter)
Komponen pengaturan atau seting arus biasanya dilakukan untuk membatasi arus maksimum output rectifier agar tidak terjadi ⑨v❹❺✈⑨✉ ❻ atau
⑨v❹❺ ❼ ❽ ✉❺ ②❹ pada batere. Hal ini dapat dilakukan juga dengan mengatur Variabel Resistor (VR) pada PCB rangkaian elektronik AVR dengan cara memutar ke kiri atau ke kanan sesuai dengan spesifikasi batere yang terpasang. Biasanya VR tersebut diberi indikasi / tulisan“❾u❺❺ ❹①t ❿✇➀✇t❹❺ ”
(33)
33
➁ ➂ ➃ ➄➅t➆r ➇➈➉➊y➋➌➊ ➍➎r
Seperti halnya pada catu daya, ➏ ➐➑t➒➓ ( penyaring) disini digunakan untuk menghilangkan ripple sebagai hasil dan penyearahan melalui dioda. Sehingga filter sangat penting penggunaannya.
➔➂→ ➈➉➊ ➍➣↔➉r➋➌ ➋➊s R➉↕➌➙➌ ➉t r
Rectifier dioperasikan untuk memberikan catuan DC ke beban dan juga untuk melakukan pengisian pada battere. Untuk mempermudah pengoperasiannya, hampir setiap charger dilengkapi dengan indikator, display. tombol, alarm, saklar, dan MCB(➛➒➓➜➝ ➞➝➓➟➝ ➠➡➝ ➜➝➢➒➓➟➤ ➥➦, ➧➝t➒➑, ➨➝➞ ➝➓ ➒➑, ➜➝ ➠➧ ➩➫ ➩ ➢➒➫).
Indikator Operasi terdiri dari: ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➳➤➵➸ ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➺➲➤➻➵➸ ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➼ ➯➵➳➻ ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➲➽➾ ➳➯
➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➨➝ ➠➝➑u ➤➚➝➓➪ ➐➠➪ Sedangkan indikator gangguan terdiri dan:
➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➵➶➒➓➹ ➩➑t ➐➠ ➡ut ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➾ ➠ ➜➒➓➹ ➩➑t ➭ ➠➡ut ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➵➶➒➓➹ ➩➑t ➵➘➡tut ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➾ ➠ ➜➒➓➹ ➩➑t ➵➘t➡tu ➭ ➠ ➜➐➟ ➝➩➓t ➯➲➥➵➶➒➓➯➩➝ ➜
(34)
34
Sedangkan untuk display terdiri dari dua, yaitu➷➬➮➱ ✃ ❐y ❒❮✃t ❰ÏÏ Ðt dan
➷ ➬➮➱ ✃ ❐y Ñ Ò➱ ÏÐÏ ❰ÏÏ Ðt . Selain itu juga terdapat tombol-tombol untuk merubah mode operasi dan changer, yaitu tombolÓ✃❮ ❐t, ÔÕu❐✃, ❰❐Öu❐✃
× Ø❐ÐÙ➬ÖÙ,danjugatombolÚÏ➮ÏÛt
ÜÝ Þ ßà áà âã äårå åæ Rà çã è ãàt r éê äåëàr r
Seperti halnya peralatan pada umumnya ì Ø❐ÐÙÏ Ð juga harus dipelihara. Hal ini harus dilakukan agar ì Ø❐ÐÙÏ Ð dapat beroperasi secara andal dan optimal. Pemeliharaan charger ada beberapa langkah yang harus dilakukan yang dijelaskan pada uraian berikut ini.
ÜÝí ßàæëîuuråæß åïå Ràçãè ãàt r
ðÝ ß àæëîuuråæñàë åæë åæïåæòóus ôæõut
Pengukuran tegangan dan arus input dilakukan path titik input charger bertujuan untuk mengetahui besarnya tegangan dan arus masing-masing fasa.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan pada rangkaian input charger. Cara pelaksanaan pengukuran tegangan menggunakan Voltmeter AC standar.
Standar :
Tegangan input 220 VAC +-10 % / 380 VAC +-10 %. Frekuensi tegangan input 50 Hz +- 6 %
(35)
35
ö ÷øùúûuüurýúþ ùûý úû ýú ÿý ú ✁us ✂✄utut
Tegangan output dan charger digunakan untuk mensuplai beban DC dan juga digunakan untuk pengisian batere. Pada rangkaian control charger dilengkapi dengan rangkaian sensor arus dan tegangan yang akan mendeteksi arus pengisian dan tegangan output.
Tujuan pengukuran tegangan dan arus output charger adalah: 1. Mengetahui tegangan dan arus output di setiap mode operasi 2. Pembanding hasil pengukuran meter terpasang.
Pengukuran tegangan dan arus output dilakukan pada saat floating, equalizing, dan boosting / manual. Pengukuran dilakukan path titik-titik terminal batere dan terminal beban.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan cara:
1. Pengisian☎✆ ✝ ✞t✟ ✠ ✡
Posisikan selector switch” mode operasi “pada posisi ☛✆ ✝ ✞t✟ ✠ ✡.
Catat hasil pengukuran.
Bandingkan hasil pengukuran dengan setting☛✆ ✝ ✞✟ ✠ ✡t .
Lakukan reset bila tidak sesuai. 2. Pengisian☞✌u✞✆ ✟✟✠ ✡z
Posisikan selector switch “ mode operasi “pada posisi✍✌u✞✆✟✟ ✠ ✡✎z
Catat hasil pengukuran.
Bandingkan hasil pengukuran dengan setting✍ ✌u✞✆ ✟✟✠✡✎z
(36)
36
3. Pengisian✒✓ ✓ ✔t✕✖ ✗
Posisikan selector switch” mode operasi “pada posisi✘✓✓ ✔✕✖ ✗t .
Catat hasil pengukuran.
Bandingkan hasil pengukuran dengan setting✘✓ ✓ ✔t✕✖ ✗.
Lakukan✙✚ ✔✚tbila tidak sesuai.
Standar pengukuran tegangan output sangat tergantung pada merk dan tipe batere yang terpasang, dalam pelaksanaan menggunakan standar JEC 623 atau sesuai dengan buku manual seperti pada tabel Tegangan per Sel, sebagai contoh batere alkali merk Saft.
Arus keluaran charger tergantung pada beban ( dibatasi oleh arus
✛✜ ✢✔✕✛ ✣✛✤ ✥ ✜✙✗ ✚ ✙).
✦ ✧ ★✩ ✪✫✬uur✭ ✪✮✯s u✰ut✱ut ✲ ✭✬s✳✴ ✵✴
Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui apakah charger masih dapat bekerja optimal dengan arus output sesuai dengan yang dibutuhkan (kapasitas batere). Pengukuran arus maksimum juga dilakukan saat komisioning untuk mengetahui apakah arus maksimum charger sudah sesuai spesifikasi. Apabila hasil pengukuran terjadi perbedaan antara besaran arus output dengan arus yang dibutuhkan, maka perlu dilakukan pengaturan ulang (✙✚✔✚t) pada✤✥✜✙✗ ✚✙.
(37)
37
Pengukuran arus output maksimum atau sesuai kebutuhan batere dilakukan dengan cara:
1. Lepaskan✶ ✷✸ ✹✺ ✻✹dan batere dan beban. 2. Kosongkan energi batere dengan✼u✽✽✾ ✿❀✸ ✼ .
3. Pasang amperemeter secara seri pada titik❀❁utut ✶✷✸✹✺ ✻✹ . 4. Posisikan✶ ✷✸ ✹✺ ✻✹pada✽❀ ✼✻ ❂❀ ❀ ❃t( manual).
5. Hubungkan ✶✷✸ ✹✺ ✻✹ dengan batere yang telah dikosongkan atau menggunakan✼u✽✽✾✿❀ ✸ ✼.
6. Amati besaran arus pada amperemeter.
7. Bila terdapat perbedaan antara hasil pengukuran dengan besarnya arus output yang dibutuhkan, maka lakukan penyetelan arus ❀ut❁ut ✶ ✷✸ ✹✺ ✻✹ menggunakan❁ ❀t✻❄❃❅❀ ✽✻t✻✹.
Masing-.masing tipe / merk charger telah mempunyai standar kapasitas arus maksimum yang diizinkan.
❆ ❇ ❈❉ ❊❋●uur❍ ❊ R❍❊❋● ❍■ ❍ ❊❏❑▲ ▼▼❉r
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah rangkaian ◆✹❀ ❁ ❁ ✻✹ dapat bekerja normal.
Cara pengukuran tegangan ✼✹❀ ❁ ❁ ✻✹ dilakukan dengan pengecekan tegangan rangkaian ke beban untuk masing-masing posisi selector switch, seperti sebagai berikut:
1. Tentukan besar tegangan yang diperlukan pada rangkaian ke beban. 2. Hubungkan voltmeter pada output charger dan rangkaian ke beban.
(38)
38
3. Posisikan selector switch pada❖P ◗ ❘t❙❚ ❯ , amati tegangan pada rangkaian ke beban.
4. Posisikan selector switch pada ❱❲u❘P❙z❙❚ ❯, amati tegangan pada rangkaian ke beban.
5. Posisikan selector switch pada❳ ◗◗❨t❙❚ ❯, amati tegangan pada rangkaian ke beban.
Apabila hasil pengukuran tegangan pada rangkaian ke beban saat posisi ❩P ◗ ❘t❙❚ ❯, ❬❲u❘P ❙z❙❚ ❯, dan ❭ ◗ ◗❨t❙❚ ❯ tetap ( 10 % ), maka rangkaian dropper bekerja normal.
Pada saat ini pengukuran rangkaian tegangan dropper mengacu pada pengalaman lapangan dan buku manual dan masing-masing merk❪❫❘❴❯❬❴❵
❛❜ ❝ ❞❡ ❢❣❡ ❤❡ ✐❥ ❢❦❡❡tr ❧ ❦❡❡tr
Tujuan pengecekan meter adalah untuk mengetahui akurasi dan meter -meter terpasang ( arus batere, arus beban, dan tegangan beban).
Pada charger batere pada umurnnya memiliki tiga buah alat ukur yang terdiri dari meter untuk pengukuran arus batere, arus beban, dan tegangan beban. Pengecekan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Ukur besaran arus dan tegangan di terminal meter menggunakan alat ukur. 2. Bandingkan hasil pengukuran alat ukur standar dengan penunjukkan meter. 3. Apabila terdapat perbedaan dan hasil pengukuran dengan toleransi lebih dari
15 %, maka meter terpasang harus dikalibrasi. Standar akurasi meter yaitu 0,5 % -5 %.
(39)
39
♠♥ ♦ ♣ qr srrt✉✈ ✈ ✇s ① tt✉s
Pemeriksaan secara fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi cubicle charger dan fuse box apakah dalam keadaan baik dan bersih.
Cara pelaksanaan pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut: 1. Buka pintu panel charger.
2. Perhatikan kondisi kebersihan peralatan elektronik, meter-meter dan fuse. 3. Bersihkan bila terdapat kotoran dengan alat dan cairan pembersih. Untuk
membersihkan peralatan elektronik gunakan kompressor. 4. Periksa kondisi baut dan jika perlu dikencangkan.
Standar pemeriksaan fisik adalah peralatan dalam kondisi baik dan bersih.
♠♥ ♦ ♦ qr ✇②③tu✈ ✇④✇⑤t✉✈t⑥r ⑦⑧✈r②rr
Pengujian indikator pada charger bertujuan untuk mengetahui apakah indikator tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya.
Cara pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. ⑨⑩w❶❷❸❹ ❸t ❺ ❻❼ ❽❾❷t⑩❹
Untuk pengujian dilakukan dengan cara menurunkan tegangan keluaran melalui rangkaian❾ ⑩ ❻❹⑩❿t ❾ ➀❷ ❹➁ ❸❹➂
➃➂ ➄➅ ❸❹➆ ⑩ ❿❷ ➁ ❸t ❶❷t❸❹ ❸
Untuk pengujian dilakukan dengan cara menaikkan tegangan keluaran melalui rangkaian control charger.
(40)
40
3➇ ➈➉➊➋w➌ ➍➎➏ ➐➑u➍➌
Untuk pengujian dilakukan dengan cara melepas (off) MCB input AC ke charger.
4. Charger Failure
Untuk pengujian dilakukan dengan cara melepas (off) MCBoutput DC ke batere.
5. Hubungkan charger dengan batere yang telah dikosongkan atau menggunakandummy load.
6. Amati besaran arus pada amperemeter.
7. Bila terdapat perbedaan antara hasil pengukuran dengan besarnya arus output yang dibutuhkan, maka lakukan penyetelan arus output charger menggunakan potensiometer.
Masing-.masing tipe 1 merk charger telah mempunyai standar kapasitas arus maksimum yang diizinkan.
➒➓ ➔ → ➣↔ ↕➙↔ ➛↔ ➜➝ ↕➞↔↔tr ➟ ➞↔↔tr
Tujuan pengecekan meter adalah untuk mengetahui akurasi dan meter-meter terpasang ( arus batere, arus beban, dan tegangan beban).
Pada charger batere pada umurnnya memiliki tiga buah alat ukur yang terdiri dari meter untuk pengukuran arus batere, arus beban, dan tegangan beban.
(41)
41
Pengecekan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Ukur besaran arus dan tegangan di terminal meter gunakan alat ukur beban.
2. Bandingkan hasil pengukuran alat ukur standar dengan penunjukkan meter.
3. Apabila terdapat perbedaan dan hasil pengukuran dengan toleransi lebih dan 15 %, maka meter terpasang harus dikalibrasi.
Standar akurasi meter yaitu 0,5 % -5 %.
➠➡ ➢ ➤ ➥➦ ➧➦r➨➩➫ ➫ ➭s ➯ ➨➨➩s
Pemeriksaan secara fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi ➲u➳➵➲ ➸ ➺
➲ ➻ ➼ ➽➾ ➺➽dan➚➪ ➺u ➳ ➶x apakah dalam keadaan baik dan bersih. Cara pelaksanaan pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut: 1. Buka pintu panel charger.
2. Perhatikan kondisi kebersihan peralatan elektronik, meter-meter dan fuse. 3. Bersihkan bila terdapat kotoran dengan alat dan cairan pembersih. Untuk
membersihkan peralatan elektronik gunakan kompressor. 4. Periksa kondisi baut danjika perlu dikencangkan.
Standar pemeriksaan fisik adalah peralatan dalam kondisi baik dan bersih.
➠➡ ➢ ➠ ➥➦ ➭➹➘ ➨➫ ➭u ➴ ➭➷➨➩➫t➬r ➮➱➫r➹➦r
Pengujian indikator pada charger bertujuan untuk mengetahui apakah indikator tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya.
(42)
42
Cara pengujiannya adalah sebagai berikut:
1.Low Batere Indicator
Untuk pengujian dilakukan dengan cara menurunkan tegangan keluaran melalui rangkaiancontrol charger.
2.Over Voltage Batere
Untuk pengujian dilakukan dengan cara menaikkan tegangan keluaran melalui rangkaiancontrol charger.
3.AC Power Failure
Untuk pengujian dilakukan dengan cara melepas (off) MCB input AC ke charger.
4.Charger Failure
Untuk pengujian dilakukan dengan cara melepas (off) MCB output DC ke batere.
Dalam pelaksanaan di lapangan alarm indikasi charger dapat dikatakan sesuai standar bila dilakukan pengujian pada salah satu bagian charger maka alarm tersebut muncul dengan baik.
✃❐ ❒ ❮ ❰Ï ÐÑÒsÒÓÔ ÐÕÕuÔ ÐÑÔÐ Ö×ÐÔ ÐÕ ÔÐ Ô ÐÐÔy Ø ÙOver Volt Input
Kondisi gangguan ini terjadi karena tegangan input masukan 220 Vac lebih tinggi dan tegangan masukan tertinggi yang diperbolehkan. Selama tegangan masukan lebih tinggi, maka indikator LED Over Volt Input akan menyala dan charger akan shutdown (mati). Kondisi mi juga menyebabkan alarm berbunyi. Jika tegangan masukan sudah normal kembali, maka
(43)
43
indikator LED dan alarm akan mati dengan sendirinya dan charger akan beroperasi normal kembali.
Ú ÛÜÝÞßr àá ât ãÝput
Kondisi gangguan mi disebabkan karena tegangan input 220 Vac lebih rendah dan tegangan masukan terendah yang diperbolehkan. Kondisi ini menyebabkan indikator LED dan alarm akan menyala sehingga charger akanäåutæ çwè. Jika tegangan masukan sudah normal, maka indikator akan mati dan charger akan beroperasi lagi.
3. Over Volt Output
Kondisi ini disebabkan karena tegangan output melebihi tegangan output tertinggi yang diperkenankan. Jika terjadi éê ëìíçît é ïtðut, ñåò ìó ëì akan seketika shutdown, dan indikator LED dan alarm akan menyala serta
ì ëî òy akan membuka untuk mencegah tegangan yang terlalu tinggi pada keluaran.
Charger akan mencoba hidup kembali setelah ôètëìvòî waktu sekitar 30 detik. Jika masih terjadiévëìíçît é ïtðt, uñåò ìó ëì akanäåæ çut wè . Jika gangguan ini tidak hilang selama interval waktu tertentu dan charger sudah mencoba untuk aktif sebanyak empat kali, maka charger akan shutdown permanen. Jika sebelum empat kali gangguan telah hilang, maka ñåò ìó ëì akan beroperasi normal kembali.
(44)
44
4. Under Volt Output
Kondisi ini disebabkan karena tegangan keluaran lebih rendah dan tegangan yang sudah ditetapkan. Jika terjadi gangguan ini, indikator LED
õö ÷ø ù úû üt ýþtÿut dan alarm akan menyala. Gangguan ini tidak menyebabkan ✁ ✂ ù✄ ø ù ☎ ✁ut÷ûö✆w Jika tegangan keluaran sudah normal kembali, maka indikator LED dan alarm akan mati sehingga rectifier akan terhubung kembali ke beban.
5. Over Load
Jika arus charger melebihi arus yang diperbolehkan, maka proteksi arus akan bekerja sehingga menyebabkan charger akan bekerja pada mode Arus Konstan dan indikator LED ý✝øùLoad akan menyala sampai arus charger kembali normal.
6. Under Voltage Battery
Selama kondisi tegangan masukan tidak ada atau charger shutdown terjadi, beban akan dicatu oleh battere. Jika tegangan battere dibawah tegangan terendah yang diperbolehkan, maka indikator lampu Under Voltage Battery dan alarm akan menyala, sehingga beban dilepas oleh battery.
7. MCB Trip
Selama charger beroperasi normal, jika satu atau lebih MCB mengalami trip atau dibuka ( di-off-kan), maka alarm akan berbunyi.
(45)
45
✞✟ ✠ ✡ ☛☞✌u s✍ R✎ ✏t✍✑ ✍✎r ✒ ✍✓✔✕ru✖✍str✍✗✘ ✙✟ ✘✖ ✚
Setiap gardu listrik memiliki rectifier. Dimana fungsi rectifier tersebut adalah untuk memberikan suplay tegangan kepada perangat lain yangmembutuhkan tegangan. Dengan adanya rectifier di setiap gardu,pihak PLN tidak akan resah jika terjadi gangguan. Karena fungsi rectifier tersebut adalah penyimpan tegangan, dimana pada saat terjadi listrik mati, rectifier tersebut akan bekerja. Sehingga perangkat lainpun akan bekerja dan tidak akan terjadi pemadaman listrik di daerah yang terjadi gangguan.
Namun tidak selamanya rectifier tersebut bisa melakukan suplay tegangan. Kemampuan rectifier untuk melakukan suplay tegangan biasanya tergantung dari kemampuan tiap – tiap rectifier tersebut. Rata – rata rectifier memiliki kemampuan memberikan suplay tegangan selama 8 jam. Dan setelah itu akan habis.
Maka dari itu, selama gangguan terjadi, pihak dari PLN akan segera memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena jika kerusakan tersebut belum diperbaiki dan kemampuan rectifier sudah hampir habis, maka akan terjadi pemadaman listrik di daerah yang terkena gangguan tersebut. Dan kerugianpun tak bisa dicegah.
(46)
46
✛ ✜✛ ✢
✣ ✤✥✦ ✧★✩✪✜ ✫✬✜ ✫✥✜✭✜ ✫
✮✯ ✮ ✣✰ ✱✲ ✳✴✵✶a✷
✸ ✹✺ ✹r✻✻p✼ ✹s✽✾pu✿✻ ❀ y✻❀❁❂ ✽❂ ✻✻pt✼✻ ❀ o✿ ✹❃ p✹ ❀u✿✽s s✹ ✿✻ ✾✻✾ ✹ ✿✻ ✼u✼✻ ❀✼✹❄✻r
p r
✻✼✹ ✼t ✾✹❀❁ ✹ ❀✻ ✽ ❅ ❆✩✫❇✥✦ ✭ ✤❈❉✦ ❆✦ ✤✭ ✬✦✥ ✤ ❉✦✜ ★❇✜✭ ✬✩✪ ✦✥ ❉✭✦✣ ★❉✯ ★✪✫✜ ★✬✛ ✜ ✫✬✩ ✫❇❊✻ ❀❋✻ ●✻✿✻✽❀❍
1. ■ ✽❏❋✹✾ ■ ❑▲▼▲◆❖ P ❂ ✽ ◗◆. ◗ P❘ ▲◗▼ ✸ ✻ ❀❂ ❙ ❀❁ ✾✹✾ ✽ ✿ ✽✼ ✽ ❋ ✽❁✻ ❚ ❙ ❀❁ ❏✽
❙ ❋✻ ✾✻❯✻ ✽❋❙◆ ✹ ✿✹❱❲ ❀❋ ● ❲ ✿ ✿ ✽❀❁, ◆ ✹ ✿ ✹✾ ✹❋ ✹● ✽ ❀❁, ◆ ✹ ✿✹ ❏✽❁ ❀✻✿✽ ❀❁.
2. ■ ✽❏❋✹✾ ■ ❑▲▼▲◆❖ P ❋✹● ❂ ✽● ✽ ❂ ✻ ❀ ✺ ✹✺ ✹● ✻❳✻ ✺✻ ❁ ✽✻ ❀ ❯✻ ✽❋❙ ❨ ❩ ❬❭❪ ❫ ❴ ❭❩ ❭❵❛ ❜,
❝ ❞❪ ❫ ❵❡ ❞❪ ❫❩ ❢, ❣❪ ❤❛ ❭❪✐❪❫❤ ❵❜ ❩ ❢❥❜ ❵❭ (❣ ✐❥)❂ ✻ ❀❦✹❂ ✽✻ ◆ ✹ ✿✹✼❲ ✾❙ ❀ ✽ ✼✻❏✽. 3. ◗ ❃✹● ✽❳❃ ✹● ✻✿❋✹● ❂ ✽● ✽❂ ✻ ❀ ● ✹❱❋ ✽❚ ✽✹●, ✺✻ ❋ ✹● ✹, ❧▼♠, ❳✿✻ ❋P✸■, ❳✿✻❋ ◗❦◆, ❂✻❀
✾ ✹ ✼✻❀✽ ✼✾❲ ❋❲ ● ✽❏.
4. ♥✹ ❱❋✽❚ ✽ ✹● ✺ ✹● ❚ ❙ ❀❁ ❏✽ ❙ ❀❋❙ ✼ ✾ ✹✾✺ ✹● ✽✼✻❀ ❏❙❳✿✻❯ ❋✹❁ ✻ ❀❁ ✻ ❀❂ ✻ ❀ ✾ ✹ ❀❁ ✽ ❏✽
✺ ✻❋✹● ✹✻ ❁✻ ●✼✻❳✻❏✽❋ ✻ ❏❀ ❯✻❋ ✹❋✻❳❋✹● ❄✻❁ ✻❳✹❀❙ ❃.
5. ♥✹ ❱❋✽❚ ✽ ✹● ✾ ✹✾ ✽✿ ✽✼ ✽ ❋✽❁ ✻ ✾❲ ❂ ✹ ❲❳✹●✻❏✽, ❯✻ ✽❋❙ ✾❲ ❂ ✹ ❛ ❡❪ ❫❩ ❬❵ ♦❢ ❛❩ ❭❵❜♣,
q rs❩❢❵t❵❜♣, ✉❩ ❜✈❛❛ ❬❭ ❵❜♣ ✇
6. ♥✹ ❱❋✽❚ ✽ ✹● ✾✹✾ ✽ ✿✽ ✼ ✽ ❳✹● ✻ ❀✻ ❀ ❳✹ ❀❋✽❀❁ ❂ ✻ ✿✾ ❳● ❲❏✹❏ ❳✹❀ ❯✻✿❙ ● ✻ ❀ ✿ ✽ ❏❋● ✽✼
✼ ✹❳✻❂ ✻✼❲ ❀❏❙✾ ✹ ❀.
(47)
47
①② ③ ④a⑤a⑥
⑦⑧⑨⑩ ❶us ❷ ⑧⑨ ⑧❷u❸ ❹⑨ ❺ ⑧❺ ⑧r❹p❹ ❻ ❹⑩ y❹⑨ ❼ ❻❹rus ❽ ❶p⑧r❻ ❹t❶❸ ❹⑨ s⑧⑩❹❷ ❹
p
⑧⑩ ❹❸s❹⑨ ❹ ❹⑨❸ ⑧ r❾❹ p❹❸r t⑧❸ ❹⑨t❹r❹⑩ ❹ ❶⑨ ❿
➀ ➁ ⑦⑧❷ ⑧⑩ ❶ ❻❹r❹❹⑨ ❽ ❹⑨ p⑧❷ ⑧r❶❸s❹❹⑨ ➂ ⑧➃t❶➄ ❶ ⑧r ❽ ❹⑨ ➅ ❹t⑧r❹❶ ❻❹rus s⑧➃ ❹❹r r ut❶⑨ ❹❼ ❹r s❶st⑧❷ ➆➇➈➉➈➊➋ ➌❽ ❹p❹t t⑧r ❾❹❼ ❹❽ ⑧⑨ ❼ ❹⑨ ❺❹ ❶❸ ➁
(48)
48
➏
a
➐ ➑a
➒➓➔→ ➑a
➣a
↔↕ ↕ ➙ ➛➜➝➞ ➟➠ ➡➠ ➝➢➤ ➝➥➦ ➧➦ ➠ ➞➦ ➟➨➦ ➩ ➟ ➝➧ ➦ ➩ ➧➦ ➩ ➫➭➯ ➲ ➳➵ ➲➸➺➻➼ ➛➻➽➾➚➻➪➭➚➾ ➪➶➾➹ ➛
➘➴➴ ➷ ➺ ➬ ➬➮ ➲➛ ➱✃❐ ✃➷ ➮➳ ✃➯➛❒ ❮ ➸ ➬➱✃❐ ✃ ➬❰➯ ➴ ➮ ➸❒ ❮Ï➺ Ð Ñ ➮Ò➴ ❮ ✃ Ò➯ Ñ_power_conversion
http://rectifier09.blogdetik.com/
http://www.opti-online.com/
http://www.metalindoabadi.com/wp-content/uploads/2009/05/Rectifier-200-Ampere
(49)
49
ÓÔ ÕÖ ×ØÔ Ù 1
Ú ÛÜÚ ÝÞßÚ à áâàáã ä åæâÛ áæç èâæé êçêáëçêÞ ÛàÞ
êÚåçêÞå èÞì
âãÚÚàíà Ýæ î êáêêÞ
áàïÛæ ðæàáâêÛàÝñò ó ôõöô ñê & çêÛ Ûàá÷ÞæïøàÝï êåíæ èí
æÜ ÝêÞìøêîÚàáâæ êÚêÞ
Siapkan Peralatan Kerja antara lain: a. Tool kit lengkap terdiri dan
• Obeng set • Kunci pas
• Tang Kombinasi, tang lancip, tang potong, tang press. • Solder + Timah
• Kunci Shock isolasi
• Bulb atau pipet (pengisi cairan aquadest) b. Peralatan pembersih terdiri dari
• Kuas
• Vacum Cleaner •Majun
• Sikat kawat • Amplas
(50)
50
c. Alat ukur dan Alat test terdiri dari • Hydrometer
• Thermometer • AVO meter
d. Perlengkapan K3 terdiri dari • Masker pemapasan • Wearpack / baju kerja • Sepatu kerja
• Sarung tangan karet
e. SOP, Blangko isian, gambar, instruksi manual rectifier dan instruksi manual battery.
f. Aquadest g. Air Bersih h. Sabun
i. Contact Cleaner j. Vaseline
(51)
51
ùú ûü ýþú ÿ 2
✁✂✄☎✁ ✆✝✞ ✁☎ ✟✁✂✁✁✂✝✞ ✠✞ ✡✆✁☛✁✁✂ ☞✁✂✟✞ ✌ ✌ ✡✂✄ ☛✞ ✍ ✌✡✎ ✡✞ ☛
✁✂✄☎✁ ✆✝✞ ✁☎ ✟✁✂✁✁✂ ✝✞ ✠✞ ✡✆✁☛✁✁✂☛✞ ✍ ✌ ✡✎ ✡✞ ☛
1. Laporkan ke Dispatcher APD, informasikan bahwa akan ada pekerjaan pemeliharaan rectifier dan battery
2. Siapkan Blangko Isian. 3. Ukur tegangan AC di terminal
4. Matikan rectifier tunggu beberapa saat untuk menghilangkan tegangan sisa 5. Buka MCB/Fuse Battery
6. Buka MCB/Fuse Beban 7. Buka MCB/Fuse Supply AC
8. Buka MCB/Fuse Main source 220 VAC 9. Buka Socket terminal input dan output rectifier 10. Keluarkan rectifier dan rak
11. Bersihikan rectifier dan debu dengan kuas dan lap 12. Gunakan contact cleaner sebagai pembersih kontak 13. Masukan rectifier kedalam rak
(52)
52
✏ ✑✒✓✔ ✑✕✖✗ ✘✘ ✙ ✒✓✚✗ ✛✘ ✙ ✜✙✗✚
1. Masukan MCB/Fuse Main source AC 2. Masukan MCB/Fuse AC
3. Hidupkan rectifier
4. Ukur tegangan output rectifier pada F3 posisi Floating, Equalizing dan Manual
Nilai tegangan normal Floating : 53,2 VDC Equalizing : 55,1 VDC
Manual : 56 VDC
Jika tegangan output tidak sesuai dengan acuan lakukan setting sebagaimana berikut:
1. Setting Tegangan Floating dengan Nilai acuan 52,7 VDC — 53,7 VDC pada P1 Card Logic
2. Setting Tegangan Equalizing dengan Nilai acuan 54,6 \DC — 55,6 VDC pada P2 Card Logic
3. Setting Tegangan Manual dengan Nilai acuan 54,6 VDC — 57,0 VDC pada P2 Card Limitation
(53)
53
✢ ✣✤✥✦ ✣✧★ ✩ ✤✪ ✫✬ ✣✢✣✤ 1. Pastikan Rectifier sudah beroperasi dengan normal 2. Ukur tegangan sinyal 48VF di terminal
3. Minta informasi dan Dispatcher bahwa sinyal 48VF di APD sudah kembali normal
4. Bereskan peralatan kerja
5. Lapor kepada Dispatcher bahwa pekerjaan pemeliharaan Rectifier sudah selesai.
(54)
54
✭✮ ✯✰ ✱✲✮ ✳✴(✵ ✮✯ ✶✮ ✲ ✷✵ ✮ ✯ ✶✮ ✲)
Boks Cek Supply Listrik Meter-meter Pengukuran
Gambar Trafo Rectifier di Gardu Induk Ujungberung
(55)
LAPORAN KERJA PRAKTEK
FUNGSI RECTIFIER DI SETIAP GARDU LISTRIK PT. PLN
APD BANDUNG
Laporan Kerja Praktek Disusun Sebagai
syarat kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek dan Seminar
Oleh :
Iip Irmansyah 13106022
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
(56)
✸
✹✺✻ ✼ ✽✾ ✿✺ ❀ ❁✺❂ ✽❃ ✽ ❀✹✽ ✿❄✾ ✽ ❀❅✺ ✾ ❆ ✽✿✾ ✽❅ ❇✺❅ ❈❉ ❀❁❂❊✾✺ ❋ ❇❊❈❊ ✺✾●❊❂✺❇❊ ✽ ✿ ❁✽✾ ●❉ ✹❊ ❂ ❇✾ ❊❅ ✿ ❇
.
✿ ✹❀✽✿● ✼ ✽ ❀●❉ ❀ ❁
❍■❏ ❑▲ ▼▼◆▼ ❖P◗❘❙❚◗❯
❱ ❲❱ ❳ ❨❳ ❩ ❩
❬✸❭❏ ❪ ❫❴❫✸❵ ❛❜❵✸❭ ❛❑❝ ❛❜❵✸❞ ❛❜❵ ❫❜ ❡❢ ❛❵ ❛❪❛❜ ❡ ❡ ❛ ■▲
❣❏ ❪ ❫ ❛❤✐ ❥❡✐❛❦❧❪❫❵✸ ♠❫✐❫❭❛❜♥❏ ❝❜✸❝♦■❏❝ ❪✐ ❥
Pu♣q r rq s◗t ✉ q✈ P✇. ❘▼◆①②❱ ❩③.③ ❳.❳②.❳ ❳ ④
❤❏❦ ⑤ ✸❦⑤ ✸❜❡ ❣❏✐❴ ❛❤✐❛❝ ❪❏ ❝ ♠❫✐❫❭ ❛❜♥❏❝ ❜✸❝ ♦■❏❝ ❪✐ ❥
✇r✉❖q ♣q⑥ ⑦⑧ ⑨✉⑨⑩r⑦⑧r✈P✇. ❘▼◆①② ❱ ❩③.③ ❳.❳②.❳ ❱❶
(57)
❷ ❷
❸❹❺ ❻ ❼❽ ❾❹ ❿ ➀❹➁ ❼➂ ❼ ❿❸❼ ❾➃❽ ❼ ❿➄❹ ❽ ➅ ❼❾❽ ❼➄ ➆❹➄ ➇➈ ❿➀➁➉❽❹ ➊ ➆➉➇➉ ❹❽➋ ➉➁ ❹ ➆➉❼❾ ➀❼❽ ➋ ➈ ❸➉➁➆❽ ➉➄ ❾ ➆
.
❾ ❸❿❼❾➋ ❻ ❼ ❿➋➈ ❿ ➀
➌➍➎ ➏➐ ➑➒p ➑r➓ ➔→sy➔➣
↔ ↕↔ ➙ ➛➙ ➜ ➜
➝❷➞➎➟ ➠➡➠❷➢ ➤➥➢ ❷➞ ➤➏➦ ➤➥➢ ❷➧ ➤➥➢ ➠➥ ➨➩ ➤➢ ➤➟➤➥ ➨ ➨ ➤➍➐
➫➎➭ ➯ ❷➭➯❷➥ ➨➲➎➳➡➤➫➳ ➤➦➟➎➦ ➫➵➸➺➩➻ ➸➼➎➦➥ ❷➦➽➥➾ ➚➳ ➭ ➤➟ ❷➦ ➤
➪➒tr➒➶ ➔➣➓ ➔w➔t➒. ➪➹➘➴ ➷➑➬➮➱ ✃➙ ❐ ➙➙ ❒❮
(1)
52
✏ ✑✒✓✔ ✑✕✖✗ ✘✘ ✙ ✒✓✚✗ ✛✘ ✙ ✜✙✗✚
1. Masukan MCB/Fuse Main source AC
2. Masukan MCB/Fuse AC
3. Hidupkan rectifier
4. Ukur tegangan output rectifier pada F3 posisi Floating, Equalizing dan
Manual
Nilai tegangan normal Floating : 53,2 VDC
Equalizing : 55,1 VDC
Manual : 56 VDC
Jika tegangan output tidak sesuai dengan acuan lakukan setting sebagaimana
berikut:
1. Setting Tegangan Floating dengan Nilai acuan 52,7 VDC — 53,7 VDC pada
P1 Card Logic
2. Setting Tegangan Equalizing dengan Nilai acuan 54,6 \DC — 55,6 VDC pada
P2 Card Logic
3. Setting Tegangan Manual dengan Nilai acuan 54,6 VDC — 57,0 VDC pada
(2)
53
✢ ✣✤✥✦ ✣✧★ ✩ ✤✪ ✫✬ ✣✢✣✤
1. Pastikan Rectifier sudah beroperasi dengan normal
2. Ukur tegangan sinyal 48VF di terminal
3. Minta informasi dan Dispatcher bahwa sinyal 48VF di APD sudah
kembali normal
4. Bereskan peralatan kerja
5. Lapor kepada Dispatcher bahwa pekerjaan pemeliharaan Rectifier sudah
(3)
54
✭✮ ✯✰ ✱✲✮ ✳✴(✵ ✮✯ ✶✮ ✲ ✷✵ ✮ ✯ ✶✮ ✲)
Boks Cek Supply Listrik Meter-meter Pengukuran
(4)
LAPORAN KERJA PRAKTEK
FUNGSI RECTIFIER DI SETIAP GARDU LISTRIK PT. PLN
APD BANDUNG
Laporan Kerja Praktek Disusun Sebagai
syarat kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek dan Seminar
Oleh :
Iip Irmansyah 13106022
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
(5)
✹✺✻ ✼ ✽✾ ✿✺ ❀ ❁✺❂ ✽❃ ✽ ❀✹✽ ✿❄✾ ✽ ❀❅✺ ✾ ❆ ✽✿✾ ✽❅ ❇✺❅
❈❉ ❀❁❂❊✾✺ ❋ ❇❊❈❊ ✺✾●❊❂✺❇❊ ✽ ✿ ❁✽✾ ●❉ ✹❊ ❂ ❇✾ ❊❅ ✿ ❇
.
✿ ✹❀ ✽✿● ✼ ✽ ❀●❉ ❀ ❁❍■❏ ❑▲
▼▼◆▼ ❖P◗❘❙❚◗❯
❱ ❲❱ ❳ ❨❳ ❩ ❩
❬✸❭❏ ❪ ❫❴❫✸❵ ❛❜❵✸❭ ❛❑❝ ❛❜❵✸❞ ❛❜❵ ❫❜ ❡❢ ❛❵ ❛❪❛❜ ❡ ❡ ❛ ■▲
❣❏ ❪ ❫ ❛❤✐ ❥❡✐❛❦❧❪❫❵✸
♠❫✐❫❭❛❜♥❏ ❝❜✸❝♦■❏❝ ❪✐ ❥
Pu♣q r rq s◗t ✉ q✈ P✇. ❘▼◆①②❱ ❩③.③ ❳.❳②.❳ ❳ ④
❤❏❦ ⑤ ✸❦⑤ ✸❜❡ ❣❏✐❴ ❛❤✐❛❝ ❪❏ ❝
♠❫✐❫❭ ❛❜♥❏❝ ❜✸❝ ♦■❏❝ ❪✐ ❥
✇r✉❖q ♣q⑥ ⑦⑧ ⑨✉⑨⑩r⑦⑧r✈P✇. ❘▼◆①② ❱ ❩③.③ ❳.❳②.❳ ❱❶
(6)
❷ ❷
❸❹❺ ❻ ❼❽ ❾❹ ❿ ➀❹➁ ❼➂ ❼ ❿❸❼ ❾➃❽ ❼ ❿➄❹ ❽ ➅ ❼❾❽ ❼➄ ➆❹➄
➇➈ ❿➀➁➉❽❹ ➊ ➆➉➇➉ ❹❽➋ ➉➁ ❹ ➆➉❼❾ ➀❼❽ ➋ ➈ ❸➉➁➆❽ ➉➄ ❾ ➆
.
❾ ❸❿ ❼❾➋ ❻ ❼ ❿➋➈ ❿ ➀➌➍➎ ➏➐
➑➒p ➑r➓ ➔→sy➔➣ ↔ ↕↔ ➙ ➛➙ ➜ ➜
➝❷➞➎➟ ➠➡➠❷➢ ➤➥➢ ❷➞ ➤➏➦ ➤➥➢ ❷➧ ➤➥➢ ➠➥ ➨➩ ➤➢ ➤➟➤➥ ➨ ➨ ➤➍➐
➫➎➭ ➯ ❷➭➯❷➥ ➨➲➎➳➡➤➫➳ ➤➦➟➎➦
➫➵➸➺➩➻ ➸➼➎➦➥ ❷➦➽➥➾ ➚➳ ➭ ➤➟ ❷➦ ➤
➪➒tr➒➶ ➔➣➓ ➔w➔t➒. ➪➹➘➴ ➷➑➬➮➱ ✃➙ ❐ ➙➙ ❒❮