53
besar dari prevalensi status gizi kurus Jawa Tengah sebesar 8,0. Prevalensi gizi lebih yang mencapai 17,8 dapat dikategorikan sebagai
masalah gizi sedang yang berkisar antara 10-19,9. Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi obesitas mencapai 8,9. Terpenuhinya kebutuhan
zat gizi adalah hal yang sangat diperlukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asupan zat-zat gizi yang seimbang dengan kebutuhan remaja
akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan asupan kebutuhan zat gizi dapat menimbulkan
masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang Sulistyoningsih, 2012.
H. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Western Fast Food
Seseorang dalam memilih maupun mengolah bahan makanan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi sehingga kebutuhan gizinya tercukupi.
Pengetahuan gizi anak dan remaja juga berperan dalam pemilihan makanan dan kebiasaan makanan, apabila buruk akan berdampak pada status gizi dan
menghambat pertumbuhan Khomsan, 2009.
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Konsumsi Western Fast Food Berdasarkan
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi
Frekuensi Konsumsi Western Fast Food Jumlah
Sig. p
Sangat sering Sering
Jarang n
n n
N Kurang
Cukup Baik
5 11
2 26,3
55,0 33,3
12 3
3 63,2
15 50,6
2 6
1 10,5
30,0 16,7
19 20
6 100
100 100
0,842 Uji Korelasi Pearson Product Moment
54
Tabel 18 menunjukkan bahwa pengetahuan gizi kurang, cukup dan baik paling banyak memiliki frekuensi konsumsi western fast food masing-
masing sebesar 63,2 sering, 55 sangat sering dan 50,6 sering. Hasil analisis hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi western fast
food menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi western fast food p=0,842.
Penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian Imtihani dan Noer 2013 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan dengan pengetahuan gizi p0,05. Tingkat pengetahuan gizi individu belum dapat
dijadikan sebagai ukuran kesadaran seseorang untuk membiasakan mengikuti pola makan sehat dan gizi seimbang termasuk dalam
mengkonsumsi makanan cepat saji.
Tabel 19 Distribusi Sumbangan Energi Western Fast Food Berdasarkan
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi
Sumbangan Energi Western Fast Food Jumlah
Sig. p
Tidak baik Baik
N N
N Kurang
Cukup Baik
3 15,0
19 17
6 100,0
85,0 100,0
19 20
6 100
100 100
0,714 Uji Korelasi Pearson Product Moment
Tabel 19 menunjukkan bahwa pengetahuan gizi kurang, cukup dan baik paling banyak memiliki sumbangan energi western fast food dalam
kategori baik masing-masing sebesar 100, 85 dan 100. Hasil analisis hubungan pengetahuan gizi dengan sumbangan energi western fast food
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan sumbangan energi western fast food p=0,714.
55
I. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi
Pengetahuan gizi setiap individu berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Tingkat pengetahuan gizi dapat
menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang baik dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan gizi yang baik pula sehingga diharapkan dapat menuju
status gizi yang baik Sediaoetama, 2000. Hasil analisis hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi
Status Gizi Jumlah
Sig. p
Kurus Normal
Gemuk Obesitas
N n
n n
N Kurang
Cukup Baik
3 3
1 15,8
15,0 16,7
10 12
4 52,6
60 66,6
5 3
26,3 15,0
1 2
1 5,3
10,0 16,7
19 20
6 100
100 100
0,463 Uji Korelasi Pearson Product Moment
Tabel 20 menunjukkan bahwa subjek yang berpengetahuan gizi kurang, cukup maupun baik cenderung memiliki status gizi normal masing-
masing sebesar 52,6; 60 dan 66,6. Pengetahuan gizi kurang yang paling sedikit memiliki status gizi obesitas sebesar 5,3, pengetahuan gizi
cukup yang paling sedikit memiliki status gizi obesitas sebesar 10 dan pengetahuan gizi baik yang paling sedikit memiliki status gizi gemuk sebesar
0. Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi p=0,463. Penelitian ini sependapat
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani dkk 2011 yang
56
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan status gizi yaitu IMT p=0,488. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Nastiti 2014 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan p=0,027 antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi. Seseorang
yang memiliki pengetahuan gizi baik cenderung mempunyai status gizi yang baik pula.
Pengetahuan gizi yang dimiliki subjek diduga hanya sebatas pada tingkat tahu know, tetapi tidak berlanjut pada tahap selanjutnya yaitu
memahami comprehension dan aplikasi application. Subjek memiliki pengetahuan gizi yang cukup tetapi belum dapat memahaminya. Memahami
comprehension menurut Notoadmodjo 2003 adalah kemampuan untuk menyebutkan, menjelaskan, mengintrepetasikan dan menyimpulkan secara
benar tentang objek yang diketahui. Hal ini terbukti dari hasil kuesioner pengetahuan gizi yang menunjukkan bahwa pada konsep dasar gizi indikator
jenis, sumber dan fungsi zat gizi diperoleh nilai yang paling sedikit. Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam
memilih makanan yang dikonsumsi. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap objek. Sikap belum merupakan
tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku. Perilaku adalah aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoadmodjo, 2003. Perilaku subjek dalam hal ini tidak menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari yaitu dalam hal pemilihan makanan jajanan, padahal pengetahuan gizi subjek paling tinggi yaitu pada pemilihan makanan dengan indikator
57
pemilihan makanan sehat dan aman. Hal ini yang mungkin menyebabkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi.
Status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi yang
merupakan salah satu faktor tidak langsung tetapi dipengaruhi pula oleh
faktor langsung yaitu konsumsi pangan. Faktor tidak langsung lainnya adalah
ekonomi, ketersediaan pangan, budaya, kebersihan lingkungan dan fasilitas pelayanan kesehatan Adriani dan Wirjatmadi, 2012.
Pengetahuan gizi subjek berhubungan dengan tersedianya fasilitas yang ada di sekolah seperti perpustakaan dan laboratorium komputer,
sehingga subjek dapat menambah wawasan pengetahuan dan dapat mengakses informasi-informasi terbaru. Fasilitas-fasilitas tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh subjek penelitian sehingga berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimiliki.
J. Analisis Hubungan Frekuensi Konsumsi Western Fast Food dengan Status Gizi