Transplantasi organ tubuh orang muslim kepada orang non muslim menurut hukum islam: studi Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH ORANG MUSLIM KEPADA ORANG
NON MUSLIM MENURUT HUKUM ISLAM
(Studi Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam(SHI)

Oleh :
Mochamad Syaiban
NIM : 103043227998

K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H/2010 M

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan beribu nikmat diantaranya nikmat iman, Islam dan juga
nikmat sehat wal afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Transplantasi Organ Tubuh Orang Muslim Kepada Orang Non Muslim
Menurut hukum Islam. (Studi Bahstul Masail Nahdlatul Ulama)”.
Salawat dan serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi akhir zaman
Nabi Muhammad SAW yang membawa umatnya dari zaman jahiliyah hingga zaman
ini.
Selama penulis menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta banyak pengalaman baik suka maupun duka yang penulis alami dan juga
banyak pelajaran yang dapat diambil penulis. Dengan itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.
KH. Muhammad Amin Suma, S.H., M.M., MA.
2. Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA yang telah memberikan saran dan masukan
yang sangat membantu selama penulis menempuh pendidikan di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

iv


3. Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dr. H. Muhammad Taufiki, MA yang tiada hentinya memberi semangat
dan nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Pembimbing Skripsi penulis, Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yango, MA. yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi dalam penulisan skripsi
serta tidak jera memberi masukan-masukan dalam penyelesaian skripsi ini dan
juga bersedia meluangkan waktu kepada penulis di tengah kesibukannya.
5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia membagi ilmu pengetahuannya kepada
penulis dan mahasiswa/i lainnya.
6. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Umum serta pimpinan dan seluruh
karyawan Perpustakaan Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dalam pencarian literatur yang berkenaan dengan skripsi
ini.
7. Ketua Pengurus Pusat Nahdlatul Ulama yang bersedia meluangkan waktunya
untuk diwawancarai guna mendapatkan data-data yang diperlukan perlukan
penulis.
8. Pimpinan Nahdlatul Ulama wilayah Surabaya, Cabang Gresik dan Ranting
Sidomukti yang telah bersedia memberikan datanya.

9. Orang Tua tercinta, ayahanda Mausul Syafi’ dan ibunda Nur Sholihah yang telah
memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan baik moril maupun materiil

v

yang tiada henti-hentinya kepada anaknya. Semoga penulis dapat membuat kedua
orang tua bangga.
10. Para paman dan bibi yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan
nasihat-nasihat agar penulis semakin berkarya.
11. Amelia Nurkartika yang setia menemani, menyemangati dan memberikan
dorongan dengan rasa sayang kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.
12. Keluarga besar KSR PMI UIN Jakarta terutama F13, Syarifah, Kamel, Sitrun,
Aan, Ade, Hilal, Irwan dan para pengurus yang telah memberikan motivasi,
support, fasilitas dan telah membantu penulis dalam mengisi hari-hari selama
mengerjakan skripsi
13. semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Demikianlah skripsi ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi semuanya
khususnya bagi penulis sendiri dan dan bagi para pihak yang turut membantu semoga
amal ibadahnya dibalas oleh Allah SWT. Amin


Jakarta :

1431 H
2010 M

Penulis

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................

iii

.........................................................................

iv

DAFTAR ISI ………………………..………………………….…..……..


vii

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
D. Metode Penelitian .......................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8

BAB II

TINJAUAN UMUM TRANSPLANTASI ORGAN
A. Pengertian Transplantasi Organ ...................................................... 10
1.


Sejarah Transplantasi Organ ............................................... 11

2.

Kemajuan Transplantasi Organ ........................................... 13

B. Dampak Yang Timbul Dari Transplantasi Organ ............................ 15
C. Hukum Transplantasi Organ Tubuh ……........................................ 16
1.

Hukum Positif Di Indonesia ............................................... 16

2.

Hukum Islam Di Indonesia ................................................. 19

vii

BAB III


NAHDLATUL ULAMA
A. Sejarah Nahdlatul Ulama ................................................................ 30
1.

Latar Belakang Berdirinya …….......................................... 30

2.

Tujuan Organisasi ……………….……….…….……..…. 36

3.

Struktur Organisasi ............................................................. 36

4.

Usaha Organisasi ................................................................ 37

B. Kiyai Dan Nahdlatul Ulama ........................................................... 38


BAB IV

1.

Pengertian Kiyai ................................................................. 38

2.

Peranan Kiyai Dalam Organisasi Nahdlatul Ulama ........... 42

BAHTSUL MASAIL

A. Pengertian Bahtsul Masail ..................................................................

52

B. Peranan Bahtsul Masail Dalam Menghasilkan Suatu Hukum ............ 57
C. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Orang Muslim Kepada Orang............

Non Muslim Menurut Bahtsul Masail NU .........................................


58

D. Analisa Penulis Mengenai Hukum Transplantasi Organ Tubuh .........

Orang Muslim Kepada Orang Non Muslim Menurut Bahtsul ........
Masail NU ........................................................................................... 64

viii

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................

67

B. Saran-saran ……………………………………………………… 68

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………


69

LAMPIRAN …………………………………………………………………….

72

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak
dapat hidup sendiri. Adanya rasa saling membutuhkan inilah manusia dengan
nalurinya selalu berusaha untuk tolong menolong.
Rasa untuk menolong ini timbul karena manusia sadar kalau suatu saat ia
juga butuh pertolongan orang lain, entah tolong menolong ini berdasarkan rasa
ikhlas atau dengan alasan kemanusiaan. Menolong orang yang membutuhkan
pertolongan, haruslah bersikap netral dengan tidak membedakan ras, suku dan

agama. Siapapun itu harus ditolong, tanpa kecuali. Misalnya orang yang
membutuhkan organ agar dapat melanjutkan hidup dengan bantuan tenaga medis
tentunya.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran
berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik
transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk
penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu
lain. Secara faktual, hal ini sangat membantu pihak-pihak yang menderita sakit

1

2

untuk bisa sembuh kembali dengan penggantian organnya yang sakit diganti
dengan organ manusia lain yang sehat.1
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan ilmu kedokteran
dibidang transpIantasi semakin maju ditandai dengan adanya penemuan obatobatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan
dapat ditransplantasikan. Saat ini bahkan sedang dilakukan uji klinis penggunaan
hewan sebagai donor.
Transplantasi atau pergantian organ tubuh yang tidak berfungsi dengan
organ dari lain merupakan langkah lain yang ditempuh untuk menyelamatkan
jiwa seseorang apabila obat-obatan sudah tidak dapat menyembuhkan organ yang
mengalami kerusakan.
Beberapa masyarakat di Indonesia sampai saat ini menjadikan
transplantasi organ sebagai alternatif terakhir untuk mengganti organ yang telah
tidak berfungsi tersebut. Walaupun dengan harga yang mahal dan prosedur atau
persyaratan yang tidak mudah, mereka rela melakukannya demi satu tujuan yaitu
menyelamatkan jiwa.
Persoalan kehidupan manusia tentang kemanusiaan memang telah banyak
diperdebatkan. Ada yang menyoroti dari sisi agama dan utilitarianisme tentang
transplantasi organ ini. Adanya fenomena semacam itu harusnya memang ada

1

Artikel diakses tanggal 27 Juli 2007 dari www.yeyasa.com_search:transplantasi

3

hukum yang mengaturnya, baik hukum Islam maupun hukum yang berlaku di
negara Indonesia.
Dalam agama islam, hukum melakukan transplantasi organ tubuh adalah
mubah. syara‟ membolehkan Syara‟ membolehkan seseorang pada saat hidupnya
dengan sukarela tanpa ada paksaan siapa pun untuk menyumbangkan organ
tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu.
Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat seseorang masih
hidup, ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang
menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung, hati, dan
kedua paru-paru. Hal ini dikarenakan penyumbang organ-organ tersebut akan
mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh
dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri
atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya.2
Allah SWT berfirman dalam Q. S. al-Nisa : 29


...........     …………

“…..dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian ...”
Hukum transplantasi organ dari seseorang yang telah meninggal berbeda
dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih hidup. Untuk
mendapatkan kejelasan hukum trasnplantasi organ dari donor yang sudah

2

Artikel diakses pada 27 Juli 2007 dari www.scribd.com/transplantasidalamislam

4

meninggal ini, terlebih dahulu harus diketahui hukum pemilikan tubuh mayat,
hukum kehormatan mayat, dan hukum keadaan darurat. Mengenai hukum
pemilikan tubuh seseorang yang telah meninggal, kami berpendapat bahwa tubuh
orang tersebut tidak lagi dimiliki oleh seorang pun. Sebab dengan sekedar
meninggalnya seseorang, sebenarnya dia tidak lagi memiliki atau berkuasa
terhadap sesuatu apapun, entah itu hartanya, tubuhnya, ataupun isterinya.3 Oleh
karena itu dia tidak lagi berhak memanfaatkan tubuhnya, sehingga dia tidak
berhak pula untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya atau mewasiatkan
penyumbangan organ tubuhnya. Berdasarkan hal ini, maka seseorang yang sudah
mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ tubuhnya dan tidak dibenarkan
pula berwasiat untuk menyumbangkannya.4
Di Indonesia, untuk menentukan hukum suatu perkara secara Islam,
biasanya dilakukan melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian
mengeluarkan fatwa MUI berdasarka ijma‟ para anggotanya. Anggota Fatwa
MUI ini terdiri atas tokoh-tokoh berbagai organisasi Islam di Indonesia antara
lain Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia selalu berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan publik dengan

3

Artikel diakses pada 27 Juli 2007 dari www.eramuslim.com

Zallum Abdul Qadim, Hukmu Asy Asyar’i Fi Al Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl Athfālul
Anābīb Ajhizatul In Asy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut, (Beirut Libanon, Cetaka I 1418/1997,
h.48), penerjemah: Sigit Purnamajati, S.Si, penyunting : Muhammad ShiddiqAl Jawi : Nilai Etika
Transplantasi Organ
4

5

menentukan suatu hukum yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan.
Untuk menghasilkan suatu hukum, NU melakukan kajian-kajian permasalahan
yang dihadapi dengan merujuk pada Al-Qur‟an, Hadis, kitab-kitab kuning
karangan Imam mazhab empat dan pendapat ulama sebagai sumber hukumnya
yang dilaksanakan dalam suatu majelis Bahtsul Masail.
Bahstul Masail adalah suatu cara khas organisasi Nahdlatul Ulama dalam
mengatasi problematika mengenai hukum atau kasus baru yang sebelumnya tidak
ditemukan pada kitab-kitab fikih klasik. Banyak masalah tentang hukum yang
diselesaikan oleh bahtsul masail salah satunya hukum mengenai transplantasi
organ tubuh orang muslim kepada orang non muslim yang akan dibahas lebih
lanjut pada bab-bab selanjutnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan arah penelitian ini, penulis memberi batasan
masalahnya pada hukum melakukan transplantasi organ tubuh di Indonesia,
pandangan hukum Islam terhadap orang muslim yang menyumbangkan organ
tubuhnya kepada orang non muslim dan pandangan Bahtsul Masail NU terhadap
orang muslim yang menyumbangkan organ tubuhnya kepada orang non muslim.
Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan pokok masalah
dalam skripsi ini sebagai berikut :

6

1.

Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap orang muslim yang
menyumbangkan organ tubuhnya?

2.

Bagaimana pandangan bahtsul masail NU terhadap orang muslim yang
menyumbangkan organ tubuhnya kepada orang non muslim?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Diketahuinya hukum Transplantasi Organ tubuh orang muslim kepada orang
non muslim menurut hukum Islam ( studi tentang fatwa bahsul masail NU).
2. Mengetahui hukum melakukan transplantasi organ di Indonesia.
3. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program S1.
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai sarana pengaplikasian keilmuan yang telah di dapat selama
perkuliahan.
2. Dapat membandingkan antara ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan
dengan referensi-referensi lain dari luar bangku perkuliahan.
3. Memberi informasi kepada civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang hukum transplantasi organ menurut pandangan NU.

7

D. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk
menjawab berbagai permasalahan yang sudah di kemukakan dalam rumusan
masalah untuk menentukan langkah selanjutnya.
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah jenis penelitianpenelitian
kualitatif yang menekankan kualitas (ciri-ciri alami) sesuai dengan
pemahaman yang deskriptif. Penelitian berupa studi empiris muktamar NU
dan Bahtsul Masail NU dalam menghasilkan hukum tentang transplantasi
organ orang muslim kepada orang non muslim serta wawancara kepada
narasumber terkait. Sehingga data primer yang didapatkan berupa hasil
wawancara, sedangkan data sekunder berupa konsep-konsep pemikiran
teoritis dalam buku, kitab, hasil penelitian dan data-data yang relevan dengan
fokus penelitian.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah:

8

a. Kajian pustaka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
ini yaitu pengkajian dari buku-buku yang mengacu dan berhubungan
dengan pembahasan karya ilmiah ini yang dianalisa data-datanya.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan dua belah pihak yaitu pewawancara sebagai pihak yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pihak yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan teknik ini
peneliti mengadakan wawancara langsung dengan informan yang
telah ditunjuk peneliti.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab, yang
setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu
yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari pembahasan tentang Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TRANSPLANTASI terdiri dari pembahasan
tentang Pengertian Transplantasi, Dampak yang Timbul dari

9

Transplantsi Organ dan Hukum Transplantasi Organ Tubuh menurut
hukum islam dan hukum positif di Indonesia.
BAB III : NAHDLATUL ULAMA (NU) terdiri dari pembahasan tentang Sejarah
Nahdlatul Ulama dan Kiyai Dan Nahdlatul Ulama.
BAB IV : BAHTSUL MASAIL terdiri dari pembahasan tentang Pengertian
Bahtsul Masail, Peranan Bahtsul Masail NU Dalam Menghasilkan
Suatu Hukum, Hukum Transplantasi Organ Tubuh Orang Muslim
Kepada Orang Non Muslim Menurut Bahtsul Masail NU dan Analisa
Penulis Mengenai Hukum Transplantasi Organ Tubuh Orang Muslim
Kepada Orang Non Muslim Menurut Bahtsul Masail NU.
BAB V : PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kemudian Daftar
Pustaka.

BAB II
TINJAUAN UMUM TRANSPLANTASI ORGAN

A.

Pengertian Transplantasi Organ Tubuh
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu transplantation,
menurut bahasa, istilah transplantasi ialah to transplant yang berarti to take up
and plant to another (mengambil dan menempelkan pada tempat lain). Atau to
move from one place to another (memindahkan dari satu tempat ke tempat yang
lain). Transplantasi juga berarti pencangkokan.5
Sedangkan menurut istilah, transplantasi organ adalah transplantasi
atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang
lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama.
Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak
befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor.
Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah
meninggal.6
Berdasarkan

hubungan

Genetik

antara

donor

dan

recipient

(penerima) maka transplantasi di golongkan menjadi tiga bagian :

5

Artikel diakses pada 18 Juni 2009 dari http://www.slideshare.net/lukmanul/presentasi-12transplantasi-organ
6

Artikel diakses pada 13 September 2008 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ

10

11

1.

Auto Transplantation, yaitu dimana donor dan penerimanya berasal dari
satu individu. Misalkan seseorang yang diambilkan daging pahanya untuk
menampal pipinya.

2.

Homo Transplantation, yaitu transplantasi yang donor dan penerimanya
berasal dari satu individu. Artinya transplantasi ini dari manusia ke
manusia, atau dari binatang ke binatang. Misalkan transplantasi hati dari
satu orang ke orang yang lain.

3.

Hetero Transplantation, yaitu transplantasi yang dilakukan dari individu
yang berlainan. Artinya dari organ hewan ke manusia atau sebaliknya.
Misalkan transplantasi katup jantung babi untuk manusia.7

1. Sejarah Transplantasi
Transplantasi, yang merupakan pemindahan organ, sel, dan jaringan
dari satu lokasi ke lokasi lainnya telah dikenal sejak zaman dahulu kala.
Nenek moyang bangsa mesir telah mengenal praktek transplantasi dengan
teknik primitif sekitar tahun 500-700 sebelum masehi.8
Sebagai praktek primitif yang berasal dari abad 700 sebelum
masehi, sejarah mencatat bahwa mereka telah melakukan penyambungan
tulang yang patah pada manusia.
7

Tim Perumusan Komisi Ahkam, Ahkamul Fuqoha:Solusi problematika Aktual Hukum
Islam. PB.NU cetakan ke 2, Jakarta, 2007. h. 460
8

Calne, R. The History and Development Of Organ Transplantation: Biology and
Rejection. Baillieres Clin Gastroenterol. Canada,September 1994. h.389

12

Pada sekitar abad ke 7 transplantasi organ sudah dilakukan oleh
bangsa india, cina dan mesir.

Tercatat dalam beberapa tulisan yang

menjelaskan prosedur untuk beberapa Transplantasi yang sangat mirip
dengan metode modern.9
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat dan
banyaknya ilmuan yang telah menemukan zat kimia yang berhubungan
dengan transplantasi, tidak menutup kemungkinan transplantasi secara
modern dapat dilakukan.10
Awal dilakukannya Transplantasi secara modern yaitu ketika
ditemukan zat kimia dalam bidang pembedahan dan antiseptik untuk
operasi pada tahun 1540 oleh ahli kimia Valerius Cordus yang
mensintesiskan eter

kemudian

dilakukan percobaan pada hewan.

Penggunaan eter untuk operasi menjadi meluas pada pertengahan tahun
1800 berdasarkan literratur Louis Pasteur tentang kemajuan dalam bidang
bakteriologi.11
Alexis Carrel, dikenal sebagai bapak dari percobaan transplantasi
organ karena ia yang pertama kali melakukan teknik vascular. Sebagai
dasar vascular operasi dan transplantasi organ. Transplantasi organ

9

Artikel diakses pada 18 Juni 2009 dari
http://inventors.about.com/library/inventors/bl_history_of_transportation.htm
10

11

Ibid

Artikel diakses pada 28 Agustus 2009 dari en.wikipedia.org/wiki/Valerius_Cordus

13

merupakan sistem yang dibuat oleh Carrel dan Charles Lindbergh sebagai
dasar perkembangan operasi jantung oleh John Gibbon, sehingga
memungkinkannya dilakukan transplantasi jantung yang sebenarnya.12
2. Kemajuan Transplantasi Organ
Pada awal tahun 1960-an, transplantasi organ dari pendonor yang
telah meninggal adalah suatu hal yang mustahil. Donor dari orang yang
masih

hidup

adalah

satu-satunya

yang

dapat

digunakan

untuk

ditransplantasikan.
Sebelum

ditemukannya

alat

bantu

pernapasan

dan

sistem

pendukung kehidupan, beberapa menit setelah mekanisme dari keseluruhan
otak tidak berfungsi, pernapasan berhenti dan jantungpun berhenti berdetak.
Berhenti berfungsinya otak diikuti oleh berhenti berfungsinya jantung dan
paru-paru. Hal ini menimbulkan banyak permasalahan. Tetapi dengan
ditemukannya alat bantu pernapasan, berhentinya fungsi otak (kematian
otak) dan berhentinya pernapasan (kematian jantung dan paru-paru) terjadi
dalam waktu yang berbeda.
Selanjutnya, dengan dengan kemajuan teknologi kedokteran yang
sangat pesat dalam bidang pencangkokan, hal ini memungkinkan mengganti
bagian dan organ tubuh lainnya seperti hati, paru-paru, liver, pangkreas,
jantung dan kornea mata, yang berfungsi normal, kemudian rusak atau yang

12

Artikel diakses pada 18 Juni 2009 dari
http://inventors.about.com/library/inventors/bl_history_of_transportation.htm

14

hampir tidak berfungsi sama sekali, dengan organ dan bagian tubuh dari
orang lain melalui pencangkokan.13
Adapun gambar berbagai macam organ dan jaringan yang telah
berhasil ditransplantasikan, diunduh dari New York Organ Donor Network
oleh Achmad Muchlisin, Danang Rais, Erdo Deshiant, Vino Soaduon

Keterangan gambar
1. Mata (kornea)
2. Paru-paru
3. Jantung dan katup jantung
4. Hati
5. Pankreas
6. Usus

13

Dr.H.Azhar,LL.M, LL.D. Undang-Undang Pencakokan Organ Tubuh Dan Konsep
KematianDi Jepang. Simbur Cahaya No. 27 Tahun X Januari 2005 h.20-21

15

7. Vena Paha
8. Kulit
9. Tulang
10. Ginjal
11. Tendon14
Seiring perkembangan zaman yang diikuti perkembangan teknologi
kedokteran, berbagai macam organ dapat di transplantasikan, sehingga
upaya untuk menggati organ tubuh seseorang yang sudah tidahk berfungsi
menjadi semakin mudah.
B.

Dampak yang Timbul dari Transplantsi Organ
Pada homo transplantation, kemungkinan dampak yang ditimbulkan ada 3

macam :
1.

Apabila donor dan penerimanya saudara kembar yang berasal dari satu sel
telur, maka hampir tidak menyebabkan reaksi penolakan pada golongan
ini hasil transplantasinya serupa dengan hasil auto transplantasi.

2.

Apabila donor dan penerimanya adalah saudara kandung atau salah
satunya mempunyai orang tua yang sama, maka kemungkinan ada reaksi
penolakan tapi skalanya kecil.

14

Achmad Muchlisin, Danang Rais, Erdo Deshiant dan Vino Soaduon, The First IdenticalTwin Kidney Transplant Operation. Seminar dilaksanakan pada 23 desember 2004

16

3.

Apabila donor dan penerimanya tidak mempunyai hubungan saudara,
maka kemungkinan besar transplantasi akan mengalami penolakan.15
Adanya penolakan organ tersebut terjadi karena di dalam tubuh
manusia terdapat suatu sistem kekebalan tubuh alamiah yang secara
otomatis akan menolak benda asing yang masuk kedalamnya.
Organ tubuh dari pendonor secara otomatis akan langsung ditolak
oleh sistem imun dari tubuh penerima organ. Penolakannya dapat berupa
penggumpalan darah atau tidak berfungsinya organ tersebut yang dapat
mengakibatkan kematian bagi penerima organ.
Seiring dengan kemajuan teknonlogi kedokteran yang kian
canggih, para ilmuwan telah menemukan serum dan obat yang dapat
mengatasi masalah yang timbul akibat Transplantasi organ semakin dapat
diatasi. Begitu juga masalah penolakan benda asing yang masuk kedalam
tubuh penerima organ.

C.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh
1.

Hukum positif di Indonesia
Perkembangan dunia kedokteran yang memungkinkan untuk
melakukan pergantian organ dari satu orang kepada orang lain dengan
tujuan menyelamatkan jiwa orang (pasien) adalah sangat mulia.

15

Tim Perumusan Komisi Ahkam, Ahkamul Fuqoha:Solusi problematika Aktual Hukum
Islam. PB.NU cetakan ke 2, Jakarta, 2007. h. 460-461

17

Tetapi

jika

perbuatan

itu

dilakukan

untuk

mendapatkan

keuntungan atau dengan maksud mamperjual-belikan, maka itu adalah
perbuatan yang sangat tercela. Agar Transplantasi organ tubuh tidak
disalah gunakan, maka hal tersebut diatur dalam undang-undang.
Menurut Undang-undang yang berlaku di Indonesia yaitu pada
Undang-undang nomer 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang dibahas
lebih rinci pada pasal dibawah ini :
Pasal 33
(1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfuse
darah, implan obat dan atau alat kesehatan serta bedah plastik dan
rekonstruksi.
(2) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan
kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.
Pasal 34
(1) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada
persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya.

18

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian, Negara memperbolehkan seseorang untuk
melakukan transplantasi organ hanya untuk tujuan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Selain hal tersebut, syarat-syarat lainnya harus terpenuhi
sebagaimana yang tercantum dalam pasal 34 ayat satu dan dua. Sedangkan
untuk ketentuan penyelenggaraaanya, diatur oleh peraturan pemerintah
yaitu Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1981.
Pasal 11 :
(1)

Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan .

(2)

Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan
oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12 :
Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh 2 ( dua )
orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang
melakukan transplantasi
Pasal 16 :
Donor atau keluarga donor yang tidak berhak atas kompensasi material
apapun sebagai imbalan transplantasi

19

Pasal 17 :
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia .
Pasal 18 :
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia
dalam semua bentuk dari luar negeri.
Jelaslah bahwa Negara Indonesia tidak melarang seseorang untuk
melakukan transplantasi organ tubuh asal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan bukan untuk tujuan komersil.
2.

Hukum Islam di Indonesia
Bidang kedokteran secara umum termasuk salah satu bidang
keilmuan yang mendapat perhatian cukup besar dari para ulama sejak
masa nabi hingga dewasa ini, termasuk

yang terkait dengan

perkembangan teknologinya dari sisi etika dan hukum Islam. Dalam
menentukan hukum, haram-halalnya suatu temuan ilmiah termasuk dalam
bidang kedokteran.
pada masa Nabi, seluruhnya dapat diselesaikan oleh Nabi.
Sedang pada masa berikutnya jika tidak dapat ditemukan dalam sumber
ajaran Islam, al-Quran dan hadis, maka dilakukan ijtihad. Dewasa ini para
ulama dihadapkan pada masalah lebih rumit, karena banyak masalahmasalah kedokteram yang tidak ada penegasan dalam nash, Alquran dan
Hadis, juga tidak ditemukan keterangannya dalam literatur fikih karena
hal yang serupa belum diformulasikan oleh para pakar fikih (fuqaha)

20

terdahulu, belum terjadi saat itu atau bahkan belum terpikirkan akan
adanya. Di samping itu, juga mulai terkuaknya masalah lain yang terkait
yang harus pula dipertimbangkan dalam menentukan hukumnya.16
Di sisi lain, sekarang hampir tidak ada lagi orang yang
mempunyai otoritas berijtihad secara mandiri karena orang yang
memenuhi prasyarat akademis dan moral yang diperlukan nyaris tidak
dapat dijumpai lagi. Maka yang dilakukan adalah berijtihad secara
kolektif (ijtihad jama'i) melalui lembaga atau organisasi keulamaan.
Padahal secara normatif teoritis, ada interaksi antara perubahan dan
perkembangan teknologi kedokteran dengan perubahan hukum Islam. 17
Setiap peristiwa yang terjadi pasti ada hukum yang mengikatnya,
ada dalil yang menunjukkan atas hukumnya, jika tidak ditemukan secara
jelas dalam nash maka dalil dicari dengan cara berijtihad. Dengan ijtihad,
maka sesulit dan serumit apa pun persoalan yang dihadapi manusia, maka
di situ ada ketentuan hukumnya.
Hukum Islam senantiasa dinamis dan sesuai dengan tuntutan
masa dan tempat, intinya menarik yang bermanfaat serta menghindari
yang mafsadat (Rahmān, 1983). Tujuan akhir ditetapkannya hukum Islam
adalah menjadi rahmat bagi manusia, mewujudkan kemaslahatan yang
16

Zuhroni, Fatwa Ulama Indonesia Terhadap Isu-isu Kedokteran Kontemporer, artikel
diakses pada 10 April 2010 dari
http://www.ptiq.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=34
17

Ibid.

21

hakiki, baik di dunia maupun di akhirat (Zahrat, 1995). Ukuran dan
sarana kemaslahatan itu tidak baku dan tidak tak terbatas, ia berubah
seiring dengan perkembangan zaman (Rahmān, 1983).18
Secara

metodologis,

ulama

menetapkan

hukum

Islam

berdasarkan sumber primer syariat Islam, Alquran dan Hadis, dua sumber
komplementer yang merupakan sub-ordinat (ijmak dan qiyas), kaidahkaidah suplementer, meliputi Istihsān (preferensi juristik), Amalan
Penduduk Madinah, al-Mashālih al-Mursalat (kemaslahatan umum),
Istishhāb (aturan kesesuaian), Syar‟ man Qablanā, Madzhab Shahābi,
Sadd al-Dzarī'at (menutup jalan yang dapat menghantarkan terjadinya
kemaksiatan), dan „urf (Khin, 1984; „Umran, 1992). Abd al-Rahim
„Umran menambahkan empat prinsip (kaidah) umum, yaitu: "Watak dasar
segala hal adalah halal kecuali apabila dilarang oleh suatu nash, tidak
memudaratkan dan tidak dimudaratkan, darurat membolehkan yang
dilarang, dan memilih kemudaratan yang lebih kecil (Umran, 1992).19
Hampir seluruh isu kedokteran dan kesehatan yang berkembang
dewasa ini telah mendapatkan fatwa dari Ulama Indonesia. Dilihat dari
segi jumlah topik kedokteran yang telah difatwakan, Bahtsul Masail
tercatat yang terbanyak, diikuti MPKS, MUI, Dewan Hisbah, dan Majlis
Tarjih. Ada dua isu (inseminasi buatan dan transplantasi) direspons oleh

18
19

Ibid.
Ibid.

22

seluruh lembaga fatwa, selebihnya kadang hanya oleh sebagian saja,
bahkan ada yang hanya oleh satu lembaga saja.20
Zuhroni, alumnus PTIQ yang sekarang menjadi dosen di
universitas YARSI menjelaskan bagaimana Penetapan fatwa terhadap
tema kedokteran yang ditetapkan oleh lima lembaga fatwa dari segi
metode atau dasar dalilnya, secara umum dapat digolongkan dalam tiga
tipologi,yaitu:
a.

Merujuk pada ketentuan dalam kitab-kitab fikih (kutub mu‟tabarat),
dengan cara tahbīq atau Ilhāq (analogi), dilakukan oleh Bahtsul
Masail.

b.

Dengan slogan „kembali kepada Alquran dan Hadis‟ oleh Majlis
Tarjih dan Dewan Hisbah, secara teoritis segala persoalan termasuk
isu-isu modern dapat dijawab dengan kedua sumber tersebut. Namun,
ketika dihadapkan pada realita ternyata tidak terdapat dalam dua
sumber tersebut, maka digunakan metode yang dirumuskan oleh para
mujtahid, seperti istihsān, mashlahat mursalat, sadd al-dzarī'at, dan
sebagainya, termasuk karya-karya fikih masa lalu, namun tidak
dinyatakan secara tegas.

20

Ibid.

23

c.

MUI secara umum dapat dianggap sebagai perpaduan plus antara dua
tipologi di atas, bersifat fleksibel dan dinamis, menggunakan sumber
primer dan suplementer dan dinyatakan secara jelas.21
Secara metodologis, meski tidak berarti meninggalkan sumber-

sumber hukum atau metode pendukung lain yang menguatkannya,
terlepas dari adanya kelaziman menyebutkan metode tersebut atau tidak
tetapi secara aplikatif dapat ditentukan, ada satu metode atau lebih
penetapan hukum yang kuat dan menonjol dijadikan sebagai dasar, yaitu
sebagai berikut:
a.

Melalui sumber primer, Alquran dan Sunnah,

atau dengan

mengkiyaskannya. Fatwa tentang larangan operasi ganti kelamin
digunakan dalil dengan nash tentang larangan merubah ciptaan Allah
dan menyerupakan diri dengan lain jenis. Proses pemasangan alat
kontrasepsi dalam rahim/vagina atau penanaman zigot dengan
batasan

menutup

aurat

dan

larangan

melihat

aurat,

agar

„memejamkan pandangan‟. Keharaman menggunakan jenazah untuk
transplantasi dengan larangan menyakiti jenazah, atau secara spesifik
larangan untuk tidak mematahkan tulang mayit. Transplantasi organ
dan operasi perbaikan kelamin dengan anjuran berobat. Berobat
dengan bahan dari unsur babi atau transplantasi dengan organ babi
tercakup dalam larangan makan babi.
21

Ibid.

24

b.

Melalui kaidah-kaidah suplementer, di antaranya:
1) Istihsan atau konsep darurat, seperti terhadap isu tentang donor
organ, transplantasi dengan organ orang mati, bedah mayat untuk
pendidikan kedokteran dan pengadilan, penggunaan obat
beralkohol dan organ babi, aborsi karena alasan medis, darurat.
2) Sadd al-Dzarī‟at digunakan untuk menetapkan haramnya
penggunaan sperma donor, sewa rahim, transplantasi dengan
sesama muslim, aborsi akibat perkosaan yang berakibat depresi
berat.
3) Mashlahat Mursalat, dijadikan sebagai argumen halalnya
inseminasi buatan/bayi tabung, bedah mayat, transplantasi organ,
dan KB.
4) Istishhāb digunakan karena tidak ada larangan dan perintah
dalam nash maka difahami sebagai bentuk pembolehan, seperti
fatwa tentang isu inseminasi buatan.
5) Melalui kitab-kitab fikih dengan cara men-tathbīq-kannya atau
meng-ilhāq-kannya, seperti haramnya suntik mayat dan bedah
mayat dianalogikan dengan haramnya khitan mayat, bolehnya
bedah mayat untuk pendidikan atau pengadilan, donor dan

25

transplantasi organ manusia dianalogikan dengan bolehnya
mengeluarkan benda berharga atau bayi dari perut mayat.22
Fatwa tentang transplantasi organ pada prinsipnya seluruh
lembaga fatwa di Indonesia mengharamkan transplantasi organ manusia.
Majlis Tarjih, MUI, dan Dewan Hisbah menambahkan kecuali darurat,
juga termasuk untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pendidikan
kedokteran.23
Fatwa Bahtsul Masail mengalami pergeseran, awalnya mereka
mengharamkannya secara mutlak namun kemudian direvisi yang
selanjutnya difatwakan dengan dua pandangan, haram secara mutlak dan
jaiz karena darurat.
Dewan
menggunakan

Hisbah
organ

dan

muslim.

Bahtsul
Bedanya,

Masail
Dewan

mempersyaratkan
Hisbah

sebatas

menyarankan sedangkan Bahtsul Masail mengharuskannya.
Bahtsul Masail dan Dewan Hisbah secara khusus telah
mengeluarkan fatwa yang mengharamkan transplantasi menggunakan
organ babi, kecuali tidak ada pilihan lain. Namun jika ada organ
pengganti, maka Bahtsul Masail mengharamkannya secara mutlak
penggunaan organ babi.24

22

Ibid.
Ibid.
24
Ibid.
23

26

Ada beberapa pandangan hukum islam mengenai halal-haramnya
transplantasi organ, oleh agama dijawab dengan merujuk pada sumber
tekstual utama (Qur'an dan hadis) maupun kitab-kitab hukum fikih
dengan mempertimbangkan upaya mempertahankan martabat manusia.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra‟ ayat 70

           
      
Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baikbaik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Allah SWT mengingatkan umat manusia akan nikmat dan karunia
khusus yang telah diberikan kepada mereka bahwa mereka dimuliakan
dan diberi kelebihan atas makhluk lain. Manusia dikaruniai Allah SWT
sarana pengankutan darat,laut, mereka dilaaruniai rizki, makanan dan
pakaian.25
Setelah menggambarkan anugerah-Nya ketika berada di laut dan
di darat. Baik terhadap yang taat maupun yang durhaka, ayat ini
menjelaskan sebab anugerah itu , yakni karena manusia adalah makhluk

25

Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier , PT. Bina Ilmu
Surabaya. jilid 5, h. 252

27

unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia,
baik dia taat maupun tidak.26
Kami lebihkan mereka dari hewan dengan akal dan daya cipta
sehingga menjadi makhluk bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat
dari mereka atas malaikat karena ketaatan manusia melalui perjuangan
melawan setan dan nafsu, sedangkan ketaatan malaikat tanpa tantangan.
Anugerah Allah SWT itu untuk semua manusia, inilah yang
menjadikan Nabi Muhammad SAW berdiri menghormati jenazah seorang
Yahudi. Ketika itu sahabat-sahabat rasul saw menanyakan sikap beliau
itu. Nabi saw menjawab “ Bukankah yang mati itu juga manusia?”27
Dari satu sisi kita dapat berkata bahwa jika Allah melebihkan
manusia atas banyak makhluk hidup berakal, maka lebih-lebih lagi
makhluk hidup tidak berakal. Di tempat lain Al-Qur‟an menegaskan
bahwa alam raya dan seluruh isinya telah ditundukkan Allah untuk
manusia.

             
 

   

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
26

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Lentera Hati:
Jakarta 2002. Volume 7 h. 521
27
Ibid., h. 522

28

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir (Q.S. Al- Jatsiyah :13)

Disisi lain kita juga dapat berkata bahwa paling tidak ada dua
makhluk berakal yang diperkenalkan Al-Qur‟an yaitu malaikat dan jin.
Ini berarti manusia berpotensi untuk mempunyai kelebihan disbanding
dengan banyak – bukan semua – jin dan malaikat. Yang penulis (Quraish
Shihab) maksud dengan manusia adalah tentu saja manusia-manusia yang
taat, karena manusia yang durhaka dinyatakan-Nya bahwa

            
    

Mereka tidak lain kecuali bagaikan binatang ternak, bahkan lebih buruk
(Q.S. Al-Furqan :44)
Sebagaimana

dipahami

karramnā/kami memuliakan

anugerah

Allah

SWT

dari

kata

dan dengan demikian anugerah tersebut

tidak boleh bertentangan dengan hak-hak Allah dan harus selalu berada
dalam koridor tuntunan agama-Nya.28
Pada tafsir lain menyatakan Kemuliaan Allah SWT menjelaskan
bahwa Allah telah memuliakan Adam dengan raut muka yang indah,
potongan yang serasi dan diberi akal agar dapat menerima petunjuk untuk
berbudaya dan berfikir guna mencari keperluan hidupnya, mengelola
28

Ibid., h. 523

29

kekayaan alam serta menciptaka alat pengangkut di darat, dilaut dan di
udara. Allah juga memberi anak adam kelebihan dan kesempurnaan yang
tidak dimiliki makhluk lain yang diciptakan-Nya.
Dengan demikian seharusnyalah mereka itu tidak mengadakan
Tuhan-tuhan lain yang mereka persekutukan dengan Allah, akan tetapi
hendaknya beribadah hanya kepada Allah SWT.29

29

Al-Qur‟an dan tafsirnya. Proyek penngadaan kitab suci Al-Qur‟an Departeman Agama

Republik Indonesia 1983/1984. Jilid V h. 627

BAB III
NAHDLATUL ULAMA

A. Sejarah Nahdlatul Ulama
1. Latar Belakang Berdirinya
Berbicara tentang Nahdlatul Ulama (NU), gambaran kita langsung
tertuju ke santri kolot, pakai sarung, orang desa,ekslusif dan ungkapan
stereotype lain.30 Tetapi kita tidak membicarakan hal tersebut. Terlepas dari
itu semua, salah satu faktor yang mendasari lahirnya Nahdlatul Ulama adalah
Keterbelakangan bangsa indonesia.
Keterbelakangan ini adalah akibat dari penjajahan maupun akibat
kungkungan tradisi. Melihat keadaan Bangsa Indonesia yang mengenaskan,
maka bangkitlah semangat kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat
bangsa ini melalui pendidikan dan organisasi.
Embrio yang menggugah kesadaran kaum terpelajar ini muncul pada
tahun 1908 yang dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat
kebangkitan nasional terus menyebar ke berbagai daerah setelah rakyat
menyadari penderitaan dan ketertinggalan bangsa ini dengan bangsa lain yang
kemudian banyak muncul berbagai organisasi yang serupa dengan
Kebangkitan Nasional.
30

M. Sholaekhan Al-Jalily, Tradisi Bahtsul Masail NU: Harus Mampu Menjawab Problem
Kemanusiaan. Jurnal Justisia, edisi 24 tahun XI 2003 h. 69

30

31

Di

kalangan

pesantren,

muncul

organisasi

nahdlatul

wathan

(Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916 sebagai wadah gerakan melawan
kolonialisme. Pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau yang dikenal
dengan Nahdlatul Fikr (Kebangkitan Pemikiran) sebagai wahana pendidikan
sosial politik kaum santri. Kemudian lahirlah pergerakan atau kebangkitan
kaum saudagar yang akrab dengan sebutan Nahdlatul-Tujjar. Gerakan itu
bertujuan untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan demikian,
taswirul afkar selain menjadi kelompok studi, juga menjadi lembaga
pendidikan yang berkembang pesat di bebrapa kota.31
Ketika Di Saudi Arabiah muncul gerakan wahabi dan Raja Ibnu Saud
hendak menerapkan mazhab Wahabi sebagai satu-satunya mazhab yang
berlaku di kota Makkah, beliau juga hendak menghancurkan peninggalanpeninggalan islam maupun pra islam yang banyak di ziarahi karena dianggap
bid‟ah. Gagasan tersebut disambut hangat oleh kaum modernis Indonesia
seperti Muhammadiyah dan PSII. Sebaliknya, kalangan pesantren menolak
pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan sejarah tersebut.32
Akibat sikap yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari
anggota kongres Al-Islam Yogyakarta 1925, sehingga kalangan pesantren

31

Artikel diakses pada 17 agustus 2008 dari http://manu.buntetpesantren.org/tentangnu/sejarah-nu/
32

Ibid.

32

tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu‟tamar „Alam Islami (Kongres
Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong

oleh

keinginan

kuat

untuk

mendukung kebebasan

bermazhab serta peduli dengan warisan budaya, maka kalangan pesantren
mengutus delegasi yang bernama Komite Hijaz dengan diketuai oleh KH.
Wahab Hasbullah juru bicara kaum tradisionalis paling vokal pada Kongres
Al-Islam, mendorong para Kiai terkemuka di Jawa Timur agar mengirimkan
utusan sendiri ke Mekkah untuk membicarakan madzhab dengan raja Ibnu
Sa‟ud.33
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hijaz,
dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud
mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan
ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran
internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan
kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta
peradaban yang sangat berharga.34
Komite Hijas dan beberapa organisasi yang dibentuk oleh kaum
pesantren adalah embrio dari sebuah organisasi yang lebih mencakup dan
sitematis untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka pada tanggal 31
Januari 1926 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H organisai “Nahdlatoel
33

Ibid

34

Artikel diakses pada 14 agustus 2008 dari www.nubatik.net/content/view/12/43

33

Oelama” didirikan. Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy‟ari sebagai
Rais Akbar.35
KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai
prinsip dasar Organisasi. Kedua kitab tersebut di jelaskan maksudnya dalam
Khittah Nahdlatul Ulama yang kemudian dijadikan dasar dan rujukan warga
Nahdlatul Ulama dalam berfikir dan bertindak dalam bidang keagamaan,
sosial dan politik.
Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di
Jawa Timur merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan islam terbesar di
Indonesia. Sebagian besar massa organisasi ini berada di daerah pedesaan
pulau jawa dan madura. Basis massa yang demikian in sering memposisiskan
Nahdlatul Ulama menjadi kelompok marginal yang kurang diperhitungkan
dalam wacana pemikiran islam di Indonesia. Namun sebagai organisasi
keagamaan yang berada di bawah kepemimpinan kiyai-ulama,

Nahdlatu

Ulama berusaha mempertahankan tradisi keagamaan yang telah ada dan
berkembang di kalangan grass root tanpa mengurangi nilai2 keislaman.36

35

Artikel diakses pada 17 agustus 2008 dari http://manu.buntetpesantren.org/tentangnu/sejarah-nu/
36

Ibid

34

Pada awal berdirinya, Nahdlatul Ulama hanya memperjuangkan
kepentingan tradisionalis yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia.
Dalam anggaran dasarnya yang pertama, tujuan Nahdlatul Ulama didirikan
adalah untuk memegang teguh salah satu mazhab empat dan mengerjakan apa
saja yang menjadi kemaslahatan bangsa.37 Seiring dengan era pada saat itu,
pada tahun 1950-an Nahdlatul Ulama Tearlibat dalam politik praktis. Seorang
tokoh muda NU, Fajrul Falah mengelompokkan tiga alasan berdirinya
Nahdlatul Ulama :
a. Aksi kultural untuk bangsa, yakni menggunakan strategi akulturasi dengan
budaya setempat, dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat.
b. Aktivitas yang mencerminkan dinamika berpikir kaum muda,
c. Usaha membela keprihatinan keagamaan internasional, yakni munculnya
gerakan Wahabiyah yang berusaha menghilangkan segala khurafat yang
ada di kota suci.38
Salah seorang peniliti senior Indonesia menyatakan bahwa berdirinya
Nahdlatul Ulama merupakan respon atas faham reformis pada awal abad ke20 yang dikembangkan oleh Faqih Hasyim di Minangkabau.39

37

Hasyim Asy‟ari, Qann Asasi Nahdlatul Ulama. Menara Kudus : Kudus, 1973 h. 2
38

Fajru Falah, Jamiyyah NU lampau kini dan datang, dalam Gus Dur NU dan Masyarakat
sipil. LkiS: Yogyakarta 1994 h. 170
39

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. LP3S: Jakarta 1996 h. 234

35

Munculnya kelompok studi “Tashwirul Afkar” di awal abad 20 yang
dipelopori oleh Abdul Wahab Hasbullah dan rekannya Ahmad Dahlan
(kemudian menjadi pimpinan Muhammadiyah), mendorong munculnya
jamiyyah NU. Di samping itu terbentuknya “Nahdlat al Tujjar” suatu lembaga
yang mewadahi aspirasi kelompok pedagang muslim, serta munculnya komite
Hijaz merupakan embrio berdirinya Nahdlatul Ulama.
Sejak berdiri hingga sekarang ini, NU mengalami perjalanan sejarah
sesuai dengan situasi dan transformasi masyarakat. Pengamat NU dari
Australia, Greg Barton dan Greg Fealy mengklarifikasi sejarah perjalanan NU
dalam tiga periode. Pertama, periode awal sebagai organisasi keagamaan,
sebagaimana organisasi keagamaan lainnya seperti Muhammadiyah, Persis
dan Perti. NU didirikan sebagai jam‟iyyah diniyah (organisasi keagamaan)
yang mempunyai misi mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan,
pendidikan, ekonomi dan sosial. Periode pertengahan, yakni ketika NU
sebagai organisasi keagamaan, berubah fungsi menjadi sebuah partai politik
atau menjadi unsur formal dalam sebuah partai. Era ini dimulai sejak tahun
1930, yakni ketika NU bersama ormas lain mengadakan demo atas represi
yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial. Setelah Indonesia merdeka, NU
beraliansi dengan Masyumi menjadi partai politik sebagai wahana artikulasi
politik umat Islam. Karena itu NU keluar dari Masyumi dan berdiri sendiri
sebagai partai politik sampai pada akhirnya tahun 1971 menjadi Partai
Persatuan Pembangunan. Di PPP pun, NU tidak dapat berbuat banyak bagi

36

kepentingan bangsa dan negara. Sebagai akumulasi dari kehampaan dalam
dunia politik, NU kembali ke khittah 1926.40
Nahdlatul Ulama ada karena sesuatu yang lain, yaitu mewujudkan
tradisinya sendiri, mencapai cita-citanya sendiri. Ia ditakdirkan bernasib harus
memperjuangkan faham Ahlus Sunnah wal Jamaah menurut versinya sendiri
Berfaham Ahlus Sunnah wal Jamaah menurut versi sendiri itu tidak berarti
harus bertentangan dengan orang lain.41
2. Tujuan Organisasi
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengahtengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Struktur Organisasi
a. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
b. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
c. Pengurus Cabang (