STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah Dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Tentang Istinbath Hukum Merokok.

STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH
DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA
TENTANG ISTINBATH HUKUM MEROKOK

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
pada Program Studi Muamalah

Oleh
Aba Doni Abdullah
I000 090 037

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH
DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA
TENTANG ISTINBATH HUKUM MEROKOK

Oleh: Aba Doni Abdullah
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Rokok merupakan persoalan baru yang tidak dijelaskan hukumnya secara langsung dalam
Al-Quran, sehingga para ulama mencoba menemukan hukum merokok melalui ijtihad, dari hasil
ijtihad para ulama ditemukan perbedaan-perbedaan dalam menetapkan hukumnya, ada yang
mengatakan hukum merokok adalah haram, mubah, dan ada yang mengatakan makruh. Pada
hakikatnya, perbedaan di antara para ulama dan khususnya MTT dan BMNU merupakan hal
yang wajar, dan perbedaan tersebut tidak bisa disatukan.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui dan mendeskripsikan
perbedaan istinbath hukum antara Majelis Tarjih Muhammadiyah dan Bathsul Masail Nadhlatul
Ulama tentang hukum merokok.
Skripsi ini merupakan jenis penelitian riset kepustakaan yang bersifat deskriptifkomparatif, yaitu menjelaskan perbandingan istinbath hukum antara Majelis Tarjih
Muhammadiyah dan Bathsul Masail Nadhlatul Ulama tentang hukum merokok.
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan masukan dan informasi
tentang istinbath hukum merokok, sedangkan manfaat praktisnya adalah untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum Islam.
Menurut MTT hukum merokok adalah haram, sesuai dengan SK fatwa hukum merokok
no.06/sm/mtt/iii/2010. Dalam menetapkan fatwa ini MTT menggunakan metode istislahy yaitu:
metode yang digunakan dengan dasar pertimbangan kemaslahatan. Adapun hukum merokok

menurut BMNU adalah makruh. Keputusan tersebut dikeluarkan oleh BMNU pada Muktamar
ke-32, bulan Maret tahun 2010 di Makassar. Fatwa ini ditetapkan BMNU menggunakan metode
qawli yaitu: istinbath hukum yang digunakan oleh BMNU, dengan merujuk pada kitab-kitab
fiqih dari mahzab empat dengan mengaju dan merujuk secara langsung pada bunyi teksnya.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan adanya perbedaan istinbath hukum dalam
menetapkan hukum merokok, perbedaannya adalah: dalam hal merujuk dalil, dalam hal metode
istinbath hukum, dalam hal illat hukum, serta kelemahan dan kekuatan dalil.
Kata kunci: Fatwa MTT, LBMNU, istinbath Hukum tentang Rokok

perokok

PENDAHULUAN

aktif

saja,

melainkan

juga


mengancam kesehatan para perokok pasif,

Latar Belakang

yaitu orang-orang yang berada disekitar

Masyarakat mengakui bahwa industri

perokok aktif sehingga turut menghirup

rokok telah memberikan manfaat ekonomi

berbagai senyawa kimia yang terkandung

dan sosial yang cukup besar. Industri rokok

dalam asap rokok. Bahkan berdasarkan hasil

juga telah memberikan pendapatan yang


penelitian medis, tingkat resiko yang harus

cukup besar bagi negara. Bahkan, tembakau

diderita oleh perokok pasif, jauh lebih besar

sebagai bahan baku rokok telah menjadi

dibandingkan resiko yang akan diderita oleh

tumpuan ekonomi bagi sebagian petani.

perokok aktif (Satiti, 2009: 45).

Namun

di

sisi


dapat

Menurut PP No. 81/1999 pasal 1 ayat

membehayakan kesehatan (dlarar), dan

(1), rokok adalah hasil olahan tembakau

berpotensi terjadinya pemborosan (israf),

terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

dan merupakan tindakan tabdzir . Secara

lainnya

ekonomi penananggulangan bahaya rokok

Nikotiana tabacum, Nikotiana rustica, dan


juga cukup besar.

spesies

Menurut

lain,

ahli

merokok

kesehatan,

rokok

kesehatan.

lainnya


dihasilkan

atau

dari

tanaman

sintesisnya

yang

mengandung nokotin dan tar dengan atau

mengandung nikotin dan zat lain yang
membahayakan

yang


tanpa bahan tambahan.

Disamping

Magku Sitopoe mengatakan bahwa

kepada perokok, tindakan merokok dapat

merokok adalah memmbakar tembakau

membahayakan orang lain, khususnya yang

kemudian dihisap baik menggunakan rokok

berada di sekitar perokok. Hukum merokok

maupun menggunakan pipa. Temperatur

tidak disebutkan secara tegas oleh Al-Quran


pada sebatang rokok yang telah dibakar

dan Sunnah Nabi. Oleh karna itu fuqohah

adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok

mencari

ijtihad.

yang dibakar, dan 30 derajat celcius untuk

yang

ujung rokok yang terselip di antara bibir

solusinya

Sebagaimana


melalui

layaknya

masalah

hukumnya digali lewat ijtihad, hukum
merokok

diperselisihkan

oleh

perokok (Umi, 2003: 20).

fuqohah

Masyarakat merasa aneh dan ganjil

(Himpunan Fatwa MUI, 2002:196).


dengan orang yang mengatakan bahwa

Secara sosial, kebiasaan merokok

rokok haram. Pro-kontra mengenai hukum

tidak hanya membahayakan kesehatan si

merokok menyeruak ke publik setelah

1

muncul

tuntutan

beberapa

kelompok

pengertian lafadh dalam ungkapan yang

masyarakat yang meminta kejelasan hukum

konteksnya mempunyai arti yang jumbo

merokok.

bingung

(mutasyabihat), ataupun adanya beberapa

karena ada yang mengharamkan, ada yang

dalil yang bertentangan (taarudh). Dalam

meminta pelarangan terbatas, dan ada yang

hal yang terakhir digunakan jalan ijtihad

meminta tetap pada status makruh.

dengan jalan tarjih, apabila tidak dapat

Masyarakat

merasa

Menurut sekretaris komisi Bahtsul

ditempuh dengan cara jama dan tawfiq.

Masail Diniyah Waqiiyah H M. Cholil Nafis

b. Ijtihad Qiyasy

bahwa hukum merokok adalah makruh.

Ijtihad Qiyasi yaitu menyebrangkan

Kemudian Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid

hukum yang telah ada nashnya kepada

Pimpinan

Muhammadiyah

masalah baru yang belum ada hukumnya

tentang

berdasarkan

Pusat

No.06/SM/MTT/III/2010

hukum

merokok bahwa merokok adalah haram.

untuk

mengadakan

karna

adanya

kesamaan illat.

Dari uraian di atas penulis sangat
tertarik

nashnya,

c. Ijtihad Istislahy

penelitian

Ijtihad istislahy yaitu ijtihad terhadap

dengan judul studi komparatif Fatwa Majelis

masalah yang tidak ditujuki nash sama

Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail

sekali secara khusus, maupun tidak adanya

Nahdatul Ulama tentang hukum merokok.

nash

Tujuan Penelitian

kesamaannya.

Mendeskripsikan perbedaan istinbath hukum

demikian

antara Majelis Tarjih Muhammadiyah dan

berdasarkan

Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama tentang

(Djamil,1996:70-77).

hukum merokok.

masalah

Dalam

penetapan
illah

yang

masalah
hukum

untuk

ada
yang

dilakukan

kemaslahatan

1. Pendekatan MTT
a. Sejarah (tarikhiyah)

LANDASAN TEORI

b. Sosiologi (al-susiulujiyah )

a. Ijtihad Bayani

c. Antropologi(al-antrufulujiah)

Ijtihad bayani adalah ijtihad terhadap

d. Hermenetik (al-ijtimai al-maasir)

nash yang mujmal, baik karena belum jelas

2. Teknik Ijtihad MTT

makna lafadh yang dimaksud, maupun karna
lafadh itu mengandung makna

mengenai

a. Ijmak

ganda,

b. Qiyas

mengandung arti musytarak, ataupun karna

c. Maslahah mursalah
2

d. Urf ( Jaih, Mubarok, 2002: 212).

(kemudahan), dan adam al-kharaj (tidak

1. Metode Penetapan Fatwa MTT

mempersulit).

MTT

dalam

menghukumi

e. Ke-lima, yang dilakukan oleh Majelis

haramnya

Tarjih

merokok menggunakan metode:

Makosidu

dalam

adalah

menggunakan

Al-Syariah

sebagai

dasar

rokok

yaitu

mengharamkan

yaitu

larangan

amm,

memubazirkan

harta

yang

namun

masalah

yang

dihadapi

hal

ini

baru

secara

eksplisit

dinyatakan dalam keputusan Munasa Alim
Ulama Nahdlatul Ulama Bandar Lampung
(21-25 Juni 1992). Keputusan bahth al-

kurang

masail di lingkungan NU dibuat dalam

kerangka bermahzab kepada salah satu

d. Ke-empat, menggunakan prinsip at(berangsur),

cara

dilaksanakan bahth al-masail tahun 1926,

bermanfaat (Ali Trigiyatno, 2011: 69)

tadriij

suatu

berlangsung sejak lama, yakni pertama kali

perbuatan tabzir yakni membelanjakan
hal-hal

adalah

Walaupun penerapan metode ini sudah

Isra ayat 26-27. Merokok dikategorikan

dalam

ini

jadi dalam lingkungan mahzab tertentu.

sebagaimana tercantum dalam surah Al-

harta

NO.6/SM/MTT/2010

mengikuti pendapat-pendapat yang sudah

yang

dilalah

PP

bunyi teksnya. Atau dengan kata lain

diharamkan.
menggunakan

MTT

mengacu dan merujuk secara langsung pada

keji. Sesuatu yang buruk dan keji dalam

c. Ketiga,

(SK

kitab fiqih dari mahzab empat dengan

khabaits yakni sesuatu yang buruk dan

sesuatu

tersebut

oleh

kemudian mencari jawabannya pada kitab-

dilalah

rokok termasuk dalam kategori al-

sebagai

kebiasaan

mempelajari

amm, yaitu surah Al-Araf 157, bahwa

Al-Quran

ditimbulkan

dan

NU dalam kerja bahth al-masail dengan

mal).

menggunakan

yang

akibat

istinbath hukum yang digunakan oleh ulama

Ke-lima : perlindungan harta (hifzh al-

MTT

dampak

Metode

ke-empat:

perlindungan keluarga (hifzh an-nasl)

b. Kedua,

melihat

1. Metode Qawli

(hifzh an-nafs), Ketiga : perlindungan
al-aql)

Muhammadiyah

Tentang Hukum Merokok).

din) Ke-dua : perlindungan jiwa/raga

(hifzh

dengan

Muhammadiyah:

pertama : perlindungan agama (hifzh ad-

akal

Tajdid

dalam menetapkan hukum merokok

a. Pertama, Majelis Tarjih dan Tajdid
Muhammadiyah

Dan

mahzab

at-taisir

3

empat

yang

disepakati

dan

mengutamakan bermahzab secara qawli.

dilakukan adalah apa yang disebut dengan

Oleh

ilhaq

karna

itu,

prosedur

penjawaban

al-masail

bi

yakni

nazariha

masalah disusun dalam urutan sebagai

menyamakan hukum suatu kasus/masalah

berikut:

yang belum dijawab oleh kitab (belum ada
ketetapan hukumnya), atau menyamakan

a. Dalam kasus ketika jawaban bisa

dengan pendapat yang sudah jadi. Sama

dicukupi oleh ibarat kitab dan disana

dengan metode qawli metode ini secara

hanya terdapat satu qawl/wajah,
maka

dipakailah

operasional juga telah diterapkan sejak lama

qawl/wajah

oleh para ulama NU dalam menjawab

sebagaimana dalam urutan tersebut.

permasalahan keagamaan

b. Dalam kasusu ketika jawaban bisa

oleh umat Islam khususnya warga Nahdiyin,

dicukupi oleh ibarat kitab dan disana

walaupun baru secara implisit dan tanpa

terdapat lebih dari satu qawl/wajah,

nama sebagai metode ilhaqi. Namun secara

maka dilakukan taqrir jamai untuk

resmi dan eksplisit metode ilhaqi baru

memilih salah satu qawl/wajah.
Adapun

prosedur

yang diajukan

terungkap dan dirumuskan dalam keputusan

pemilihan

Munas Alim Ulama NU Bandar Lampung

qawl/wajah ketika dalam satu masalah

tahun 1992, yang menyatakan bahwa untuk

dijumpai beberapa qawl/wajah dilakukan

menyelesaikan masalah yang tidak ada

dengan memilih salah satu pendapat dengan

qawl/wajah sama sekali maka dilakukan

ketentuan sebagai berikut: Pendapat yang

dengan ilhaq al-masail bi nazariha secara

disepakati oleh Al-Syakhani (imam Nawawi

jamai oleh para ahlinya (Muhtadi Anshor,

dan Rafii), Pendapat yang dipegangi oleh

2012: 84-89).

An-nawawi saja, Pendapat yang dipengangi

Sedangkan prosedur ilhaq adalah

oleh Al-rafi saja, Pendapat yang di dukung

dengan memperhatikan ketentuan sebagai

oleh mayoritas ulama, Pendapat ulama yang

berikut: mulhaq bih (sesuatu yang belum ada

terpandai, Pendapat ulama yang paling wara

ketentuan

(Muhtadi Anshor, 2012: 84-89).

(sesuatu

2. Metode Ilhaqi

hukumnya),
yang

hukumnya),

sudah
wajh

mulhaq

ada

alayh,

ketentuan

al-ilhaq

(faktor

keserupaan antara mulhaq bih dan mulhaq

Apabila metode qauli tidak dapat

alayh), oleh para mulhiq yang ahli.Metode

dilaksanakan karna tidak ditemukan jawaban

penjawaban

tekstual dari kitab mutabar, maka yang
4

permasalahan

seperti

ini

kemudian disebut sebagai metode ilhaqi.

dilakukan

Dalam prakteknya menggunakan prosedur

memperaktekkan mengaplikasikan kaidah

dan persyaratan mirip qiyas. Oleh karnanya,

ushul dan kaidah fikih (Mubarok, 2002: 179-

dapat juga dinamakan metode qiyas versi

181).

NU. Ada perbedaan antara qiyas dan ilhaq.

sesuatu

Metode manhaji adalah suatu cara
menyelesaikan masalah keagamaan yang

ketetapannya dengan sesuatu yang sudah ada

ditempuh dalam bahth al-masail dengan

kepastian hukumnya berdasarkan nash Al-

mengikuti jalan pikiran dan kaidah-kaidah

Quran dan atau as-sunnah. Sedangkan ilhaq

penetapan hukum yang telah disusun imam

adalah menyamakan hukum sesuatu yang

mahzab. Sebagaimana metode qawli dan

belum ada ketetapannya dengan sesuatu

ilhaqi, sebenarnya metode manhaji ini juga

yang

hukumnya

sudah diterapkan oleh para ulama NU

berdasarkan teks suatu kitab (mutabar)

terdahulu walaupun tidak dengan istilah

(Muhtadi Anshor, 2012: 84-89).

manhaji dan tidak pula diresmikan melalui

ada

belum

dengan

ada

sudah

yang

jamai

3. Metode Manhaji

Yaitu kalau qiyas adalah menyamakan
hukum

secara

kepastian

Apabila masalah atau pertanyaan

sebuah

keputusan.

Jawaban

terhadap

telah terdapat jawabannya sama sekali dalam

permasalahan yang dikaji dalam bahth al-

kitab-kitab standard baik qauli maupun

masail yang tidak mencantumkan dalil dari

wajah, dan tidak memungkinkan untuk

suatu kitab ataupun memberikan suatu

melakukan

yang

argumentasi detail, setelah tidak dapat

ditempuh adalah istinbath secara kolektif

dirujukan kepada teks suatu kitab mutabar

dengan prosedur bermahzab secara manhaji

maka dilakukan metode manhaji dengan

oleh

hukum

mendasarkan jawaban mula-mula pada Al-

merupakan prosedur yang terakhir, yaitu ia

Quran, setelah tidak ditemukan jawabannya

dapat dilakukan apabila suatu masalah atau

dalam Al-Quran lalu dalam hadisdan begitu

pertanyaan tidak terdapat jawabannya dalam

seterusnya dan akhirnya sampailah pada

kitab-kitab standard sehingga tidak ada

jawaban dari kaidah fiqih. Secara resmi

peluang

metode

ilhaq,

para

maka

ahlinya.

untuk

langkah

Istinbath

melakukan

pemilihan

ini

baru

dipopulerkan

dalam

Musyawarah

pendapat dan tidak memungkinkan ulama

penggunaannya

untuk melakukan ilhaq karna tidak ada

Nasional (MUNAS) Alim Ulama NU di

mulhaq bih dan wajh al-ilhaq. Ia istinbath

bandar

5

Lampung

tahun

1992.

Oleh

karenanya dapat dikatakan bahwa Munas

dijelaskan

Bandar Lampung adalah era kesadaran

mengenai hukum merokok di dalam

perlunya

Al-Quran.

redefenisi dan reformasi

arti

secara

Di

langsung

dalam

beberapa

bermazhab. Era ini dapat dikatakan sebagai

pendapat ulama, dikatakan bahwa

titik awal untuk bersikap lebih ingklusif

hukum merokok yang ditetapkan

dalam hal pemahaman beragama, khsusnya

Tergantung pada kondisi perokok,

dalam bahth al-masail menuju universalitas

serta

dan era kesadaran perlunya pabrik pemikiran

kemudharatan yang ditimbulkan.

(Muhtadi Anshor, 2012: 84-89).

c. Ketiga,

1. Metode Penetapan Fatwa BMNU

Secara

BMNU

merokok, karna hukum merokok
tidak dijelaskan secara langsung

bahwa BMNU dalam menghukumi merokok

dalam

makruh menggunakan metode:

Al-Quran,

menetapkan

Menggunakan

maka

hukum

BMNU
merokok

menggunakan pendekatan mahzab

kaidah fiqih dalam menetapkan

dan

hukum merokok bahwa hukum itu

ushuliyyah.

berubah sesuai dengan perubahan
Menurut

singkat

fikhiyyah dalam menetapkan hukum

maka penulis dapat menyimpulkanpulkan

alasan.

kecilnya

dan kaidah ushuliyyah serta kaidah

dan as-sunnah serta kitab-kitab para ulama

BMNU

dan

menggunakan pendekatan mahzab

Berdasarkan kutipan dalil Al-Quran

a. Pertama,

besar

kaidah

fikhiyyah

serta

d. Ke-empat, BMNU Menggunaakaan

Sekertkaris

pertimbangan kemaslahatan, namun

Komisis Bahtsul Masail Diniyah

menurut NU kemudharaataan yaang

Waqiyyah

Nafis

ditimbulkaan oleh rokok relaltif

merokok tetap dihukumkan makruh,

kecil, dan tidak sampai kepaada

karna hal ini tidak berakibat atau

kemaatiaan.

H.M.

membahayakan

Cholil

secara

langsung,

Kajian Pustaka

juga tidak memabukkan apalagi

1. Merokok Dalam Pandangan Hukum

mematikan.

Islam Dan Akibat Sosial Terkait

b. Kedua, Menggunakan pendekatan

Fatwa

MUI

Tentang

Merokok

mahzab atau qawli para ulama,

Dengan Menggunakan Pendekatan

karna menurut ulama

Yuridis

NU tidak

6

Komparatif

Dan

Yuridis

Sosiologi. Penelitian ini merupakan

3. Studi Analisis Terhadap Keputusan

skripsi yang ditulis oleh Juliarna pada

Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-

tahun 2009, dalam penelitian ini

Indonesia MUI Tahun 2009 Tentang

Juliarna

Hukum

menyimpulkan

bahwa

Haram

Merokok

Dalam

perbandingan perbedaan hukum yang

Prespektif Hukum Islam. Penelitian

telah ada yaitu antara haram, makruh,

ini merupakan skripsi yang ditulis

dan mubah yang telah ditetapkan oleh

oleh Afriyana pada tahun 2009, dalam

para ulama tentang hukum merokok,

penelitian ini Afriyana menyimpulkan

serta membandingkan hukum yang

bahwa bagaimana metode MUI dalam

telah ditetapkan oleh nash yang

menetapkan fatwa dan juga melihat

memiliki kesamaan illat terhadap

bagaimana keputusan ijtima ulama

hukum merokokdengan menggunakan

komisi fatwa se-indonesia III MUI

metode istinbath berupa Qiyas.

tahun 2009 tentang hukum haram

2. Dampak

Ekonomi

Fatwa

merokok dalam prespektif hukum

MUI

Islam.

Tentang Haramnya Rokok Terhadap

4. Gambaran Prilaku Merokok Pada

Pedagang Kaki Lima (studi kasus di
sepanjang

jl.

Selamet

riyadi

Remaja

Laki-Laki.

Penelitian

ini

surakarta). Penelitian ini merupakan

merupakan skripsi yang ditulis oleh

skripsi yang ditulis oleh Atika Umi

Adisti Amelia pada tahun 2009.

Markhanah Zahra Ayyufi, pada tahun

Dalam penelitian ini Adisti Amelia

2010, dalam penelitian ini Atika Umi

menyimpulkan bahwa yang menjadi

Markhanah

Zahra

Ayyufi

faktor penyebab remaja laki-laki itu

menyimpulkan

bahwaakibat

dari

merokok, serta membahas tahap-

fatwa MUI terhadap pedagang kaki

tahap awal seorang perokok dari

lima tentang keharaman merokok di

mulai persiapan merokok, permulaan

tempat umum, bagi anak-anak, dan

merokok, menjadi seorang perokok

wanita

secara

dan tahap mempertahankan perilaku

seksama ada atau tidaknya dampak

merokok pada remaja khususnya

ekonomi

remaja laki-laki.

hamil.

yang

Mengamati

muncul

terhadap

pedagang kaki lima setelah adanya
fatwa itu ditetapkan.

7

4. Wawancara

Metode Penelitian

Metode

1. Jenis penelitian

cara yang digunakan adalah Tanya jawab

objeknya adalah dokumen (Hadi, 1997: 9).

secara lisan berhadapan langsung dengan

Riset kepustakaan ini dalam rangka untuk
yang

valid

agar

para responden, informasi ini bisa

dapat

berbentuk

digunakan untuk mengumpulkan data-data

penganalisisan

yang

sesuatu

penganalisisan

5. Sumber Data

yang

a. Data primer

berkaitan dengan permasalahan.

Data primer merupakan data yang

2. Metode Pengumpulan Data
Metode

pengumpulan

diperoleh langsung dari sumbernya.

data

yang

akan

(Marzuki, 2002: 55). Peneliti akan

digunakan berupa:

melakukan dan menggunakan data
fatwa Tarjih Muhammadiyah dan

3. Dokumentasi

Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama

Metode dokumentasi, yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variable yang
berupa

catatan,

suratkabar,
agenda

dsb

transkrip,

majalah,

buku,

(Arikunto,

tentang

Fatwa

Masail

Nahdhatul

alasan

dan

Selain

membandingkan

perbedaan

istinbath

menggunakan

wawancara,

penulis juga menggunakan pendapat-

Tarjih

pendapat tentang penjelasan fatwa

Muhammadiyah dan Bahtsul Masail
Bahtsul

kemudian

b. Data sekunder

1996:234).

Majlis

(NU),

hukum tentang hukum merokok.

notulenrapat,

Metode ini digunakan untuk mencari
data

dengan

berada di Muhammadiyah dan NU.

penelitianini,sekaligus

dalam

berhubungan

akan diwawancarai adalah mereka yang

dan memahami buku-buku yang menjadi

digunakan

yang

masalah yang akan diteliti. Adapun yang

untuk mencari data dengan cara membaca

pembuatan

pendapat,

pengetahuan seseorang tentang segala

sistematis

Disamping itu riset ini yang digunakan

dasar

tanggapan,

keyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan

yang penulis maksudkan serta pembahasan
dan

untuk

berkaitan dengan obyek penelitian, maka

riset kepustakaan dikatakan demikian karna

data

digunakan

memperoleh data dan keterangan yang

Penelitian dalam skripsi ini termasuk

mencari

ini

dan juga menggunakan buku, jurnal

Ulama

ilmiah,

tentang hukum merokok.
8

internet

atau

referensi

sekunder (penunjang) sebagai bahan

Dengan kata lain, telah diamati

tambahan untuk lebih memperjelas

bahwa kelompok berbeda pada

dalam melakukan penelitian terhadap

variabel dan peneliti berusaha

masalah ini.

mengidentifikasi faktor utama

6. Metode Analisis Data
Analisis

data

yang menyebabkan perbedaan
merupakan

upaya

tersebut (Emzir, 2010: 119).

mencari dan menata secara sistimatis

HASIL PENELITIAN

catatan hasil observasi, wawancara
dan lainnya untuk meningkatkan

Hasil

pemahaman peneliti tentang kasua

perbedaan istinbath hukum antara MTT dan

yang diteliti dan menyajikan sebagai

BMNU dalam menetapkan hukum merokok

temuan bagi orang lain (Neong,

diantara perbedaannya adalah:

1989: 171). Metode yang dipakai

penelitian

menunjukan

adanya

MTT dalam menetapkan hukum merokok

penulis dalam menganalisis data

menggunakan

adalah:

metode

istislahy

dengan

pendekatan tehnik maslahah mursalah

a. Metode deduktif adalah cara
berpikir dimana dari pertanyaan-

Sumber hukum yang digunakan MTT

pertanyaan yang bersifat umum

diantaranya adalah:

ditaarik kesimpulan yang bersifat

    

khusus
b. Metode induktif cara berpikir

     

dimana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai

    

kasus yang bersifat individual
(Suriasumantri, 1998: 49)
c. Komparatif,
dimana

peneliti

menentukan
alasan,

adalah

berusaha

penyebab

untuk

     

penelitian

    

atau

keberadaan

      

perbedaan dalam prilaku atau
status dalam kelompok individu.

9

     

BMNU dalam menetapkan hukum merokok

     

bayani yaitu menetapkan hukum dengan

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengikuit
Rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf
dan melarang mereka dari mengerjakan
yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka
segala
yang
baik
dan
mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka bebanbeban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman
kepadanya.
memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka Itulah orang-orang yang
beruntung (QS Al-Araf 157).

Sumber hukum yang digunakan LBMNU

menggunakan metode qawli atau metode

melihat teks atau pendapat ulama

dalam

diri

merokok

Dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin karya
Abdur Rahman Ibn Muhammad Ibn Husain
Ibn Umar Baalawaiy dijelaskan bahwa:
Tidak ada hadits mengenai tembakau dan
tidak ada atsar (ucapan dan tindakan) dari
seorang pun di antara para sahabat Nabi
SAW. Jelasnya, jika terdapat unsur-unsur
yang membawa mudarat bagi seorang pada
akal atau badannya, maka ukumnya dalah
haram sebagaimana madu itu haram bagi
orang yang sedang sakit demam, dan
lumpur itu haram bila membawa mudarat
bagi
seseorang.
Namun
kadangkala
terdapat unsur-unsur yang mubah tetapi
berubah menjadi sunnah sebagaimanai bila
sesuatu yang mubah itu dimaksudkan untuk
pengobatan
berdasarkan
keterangan
terpecaya atau pengalaman dirinya bahwa
sesuatu itu dapat menjadi obat untuk
penyakit yang diderita sebagaimana berobat
dengan benda najis selain khamar.
Sekiranya terbebas dari unsur-unsur haram
dan mubah, maka hukumnya makruh karna
bila terdapat unsur- unsur yang bertolak
belakang dengan unsur-unsur haram itu
dapat dipahami makruh hukumnya.

menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan
bunuh

hukum

diantaranya adalah:

Kedua, Agama Islam (syari’ah) melarang

perbuatan

menetapkan

sebagaimana

dinyatakan dalam Al-Quran:

       
       

Artinya:
Dan
belanjakanlah
(harta
bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik (QS. Al-Baqarah:195).

Demikian pula apa yang dijelaskan oleh
Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaily di dalam AlFiqih Al-Islamiy Wa Adillatuh (cet. III, jilid

6, hal. 166-167), sebagaimana di kutip KH.
Arwani Faisal, yang artinya sebagai berikut:

10

Masalah kopi dan rokok, penyusun kitab Alubab da ri Mahzab syafi’i di tanya mengenai
kopi, lalu ia menjawabo: kopi itu sarana
hukum, setiap sarana itu sesuai dengan
tujuannya. Jika sarana itu dimaksudkan
dengan ibadah maka menjadi ibadah, untuk
yang mubah maka menjadi mubah, nntuk
yang makruh maka menjadi makruh, atau
yang haram maka menjadi haram. Hal ini
dikuatkan oleh sebagian ulama dari mahzab
hambali, penysun kitab Ghayah Al-Muntaha
mengatakan: jawaban tersebut mengarah
pada rokok dan kopi itu hukumnya mubah,
tetapi bagi orang yang santun lebih utama
meninggalkannya. KH Arwani Faishal Wakil
Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il PBNU
dalam http://www.nu.or.id/. Hari Kamis
tanggal 30 Mei: Jam 09.00

2. Dalam

Hal

Metode

Hukum
a. MTT menggunakan dalil amm,
yaitu surah Al-Araf 157, bahwa
rokok termasuk dalam kategori
al-khabaits yakni sesuatu yang

buruk dan keji.
b. Menggunakan dalil amm, yaitu
larangan memubazirkan harta
sebagaimana

3. Dalam Hal Illat Hukum
a. MTT berpendapat bahwa illat

a. Perbedaan dalam menafsirkan

tersebut

Muhammadiyah

Adapun

hukum diharamkan rokok adalah

adalah.

karna mendatangkan mudarat
yang

menggunakan

menghukumi

besar,

dan

dapat

menyebabkan kematian,

dilalah amm sebagai landasan

dalam

sehingga

mubazir,

dilarang oleh Islam.

1. Dalam Hal Menafsirkan Dalil

perbedaan

dalam

merokok dikategorikan sebagai

KESIMPULAN DAN SARAN

Al-Quran

tertuang

surah Al-Isra ayat 26-27. Yaitu

perbuatan

ayat

Istinbath

b. Sedangkan

bahwa

LBMNU

berpendapat bahwa illat hukum

merokok adalah haram.
LBMNU

tidak mendatatangkan mudarat

berpendapat bahwa dalil amm

yang besar sehingga tidak bisa

tidak bisa dijadikan dasar hukum

dihukumi

dalam

mempertimbangkan

b. Sedangkan

merokok,

menetapkan
sehingga

hukum

sosial

LBMNU

haram,

dari

serta
dampak

diharamkannya

rokok.

lebih menggunakan kitab-kitab

4. Kelemahan Dan Kekuatan Dalil

para ulama dalam menetapkan

a. Kelemahan

hukum merokok.

menetapkan

11

MTT
fatwa

dalam
haramnya

Pertama:

ahli tafsir, perbedaan merupakan hal

mengambil dalil amm yang tidak

yang wajar akibat dari penafsiran Al-

langsung

Quran dan as-sunnah berbeda namun

merokok

adalah,

menunjukkan

keharaman

dalam

merokok,

kemudian

dalil

tersebut

dalam

perbedaan

tersebut

menjadikan suatu hukum tersebut

dijadikan landasan dihukuminya

kuat,

merokok haram. Kedua, fatwa

perpecahan di antara sesama umat

yang dikeluarkan tidak dalam

Islam.

pertimbangan
timbul

kurang

2. Bagi akademisi Kampus baik Dosen

hati-hati

maupun Mahasiswa supaya lebih
aktif

dalam merumuskannya.
b. Kekuatan
menetapkan

menimbulkan

yang

dampak

dan

bukan

MTT

dalam

fatwa

haramnya

dalam

melakukan

diskusi-

diskusi mengenai wacana hukum
Islam kontemporer.

merokok adalah: Pertama, dalil
yang dipakai langsung merujuk

DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju
Generasi Tanpa Merokok Pendekatan
Analisis Untuk Menangulangi Dan
Mengantisipasi
Remaja
Merokok.
Surakarta: CV. SETIA AJI.

pada Al-Quran dan as-sunnah
walaupun dalil tersebut masih
bersifat

amm,

namun

bagi

Muhammadiyah dengan melihat

Tim Lembaga Studi Islam, 2008. Study
Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPID
UMS.

dampak yang ditimbulkan dari
mengkonsumsi

rokok

maka

secara tegas Muhammadiyah

Rahmat, Imdadun ed. 2002.Kritik Nalar
Fiqih NU Transpormasi Paradigma
Bahtsul Masail. Jakarta: LAKPESDAM.

Penulis memberikan saran pihak yang terkait
yaitu masyarakat dan para pemikir hukum

Neong,
Muhazir.
1989.
Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Islam.
1. Memang tidak bisa dihindari, ketika
suatu permasalahan hukum yang

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

tidak ditemukan jawabannya dalam
Al-Quran dan as-sunnah secara jelas

Emzir, 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan Kuantitatif Dan Kualitatif.
Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

akan menimbulkan berbagai macam
penafsiran di kalangan para ulama

12

Surat keputusan MTT PP Muhammadiyah:
NO.6/SM/MTT/2010 tentang hukum
merokok.

Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research
1. Yogyakarta : Andi Offset
Suriasumantri, Jujun s. 1998.Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer . Jakarta :
Sinar Harapan.

Efendi, Satria. 2005. Ushul fiqh. Jakarta:
Prenada Media.

Tim Majelis Tarjih Dan Tajdid PP
Muhammadiyah, 2006: Fatwa-Fatwa Tarjih
Tanya
Jawab
Agama
5.
Suara
Muhammadiyah: Yogyakarta.

Syafei, Rahmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih
Untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung:
Pustaka Setia

Tim Lembaga Fatwa MUI, 2002. Himpunan
Fatwa MUI Sejak 1975. Jakarta:
Erlangga.

Ragam Keagamaan Muhammadiyah Dan
Nu
(Nadhlatul
Ulama)
Modal
Membangun Moral Bangsa . Tajdida.
Jurnal
Pemikiran
Dan
Gerakan
Muhammadiyah: vol 1.no.2 hal 205.

Satiti, Alfi. 2009. Strategi Rahasia Berhenti
Merokok. Yogyakarta: Data Media.

KH Arwani Faishal Wakil Ketua Lembaga
Bahtsul
Masa’il
PBNU
dalam
http://www.nu.or.id/. Hari Kamis tanggal 30
Mei: Jam 09.00)

Mubarok, Jaih. 2002. Metodologi Ijtihad
Hukum Islam. Yogyakarta: UII Press.
Rahmat, Jalaluddin ed. 1996. Ijtihad dalam
Sorotan. Bandung: Mizan

Fatwa Hukum Merokok Dalam Prespektif
Mui Dan Muhammadiyah. Pustaka
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat
(P3M) STAIN Pekalongan: vol.8 no.1
hal: 69

Taqiyuddin, An-nabhani. 2003. Syakhshiyah
Islam Kepribadian Islam Jilid 1. Bogor:
Thariqul Izzah.

Fatwa-Fatwa
Majelis
Tarjih
Muhammadiyah: Telaah Metodologis
Melalui Pendekatan
Ushul Fiqih.
Tajdida: Jurnal Pemikiran Dan Gerakan
Muhammadiyah: vol2.hal 49

Marno, ed. 2005. Kawasan dan Wawasan
Studi Islam. Jakarta: Prenada Media.
Anshor, Muhtadi. 2012. Bath al-masail
nahdlatul ulama melacak dinamika
pemikiran mahzab kaum tradisionalis.
Yogyakarta: Teras.

Al-Qardhawi,
Yusuf.
1995.
Ijtihad
Kontemporer Kode Etik Dan Berbagai
Penyimpangan. Surabaya: Risalah Gusti.

Fattah, Abdul. 2012. Tradisi orang-orang
NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Mustofa, Abdul, Wahid. 2009. Hukum Islam
Kontemporer . Jakarta: Sinar Grafika

_____________________1987.
Ijtihad
Dalam
Syariat
Islam
Berbagai
Pandangan Analisis Tentang Ijtihad
Kontemporer . Jakarta: Bulan Bintang

Abdurrahman, Asjmuni. 2010. Manhaj
Tarjih Muhammadiyah Metodologi Dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Djamil, Fathurrahman. 1995. Metode Ijtihad
Majelis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta:
Logos Publishing House

13

___________________1997.
Filsafat
Hukum Islam Bagian Pertama . Jakarta:
Logos Wacana Ilmu
Kitab Sunan At-Tirmidzi dalam Kutubut
Tis’ah
Kitab Sunan Muslim Dalam Kutubut Tis’ah
Kitab sunan malik dalam kutubut tis’ah

14