DASAR TEORI ANALISIS EKSPRESI TOPOGRAFI UNTUK PEMETAAN LONGSORLAHAN Analisis Ekspresi Topografi Untuk Pemetaan Longsorlahan Di Wilayah Kabupaten Kulonprogo.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1 mengidentifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi di daerah penelitian; 2 memetakan longsorlahan dengan interpretasi ekspresi topografi di daerah penelitian; 3 memetakan longsorlahan dengan visualisasi topografi 3D dan pengetahuan kebencanaan lokal; dan 4 menguji tingkat ketelitian hasil pemetaan dengan membandingkan kesesuaian secara keseluruhan melalui survei lapangan.

2. DASAR TEORI

Interpretasi peta merupakan kegiatan melihat dan mengamati sebuah peta dan mencari penjelasan terhadap pola dari objek tersebut Muehrcke, 1978. Interpretasi peta topografi lebih menekankan pada pengamatan terhadap garis kontur untuk menafsirkan medan atau konfigurasi relief dan kelerengan suatu daerah. Interpretasi garis kontur pada peta topografi juga dapat menunjukkan jenis atau bentuk lereng, yaitu lereng landai seragam gentle , lereng curam steep , lereng cembung convex , dan lereng cekung concave Aamli Kam, 2006; Department of The Army, 2001. Lereng landai dicirikan dengan garis kontur berbentuk “u” yang seragam dan tampak lembut serta pola kontur yang tidak rapat sedang. Lereng curam dicirikan oleh garis kontur yang sangat rapat. Lereng cembung dicirikan dengan pola yang sangat rapat pada kaki lereng, dan pada atas lereng memiliki pola renggang. Sebaliknya pada lereng cekung sangat rapat garis konturnya pada atas lereng dan lebih renggang pada kaki lereng atau lereng bawah Department of The Army, 2001. Pola dan bentuk garis kontur pada topografi yang mencerminkan konfigurasi relief dan lereng menunjukkan kesan kenampakan permukaan bumi yang merupakan ekspresi topografi. Berbagai kombinasi yang digunakan sebagai indikator ekspresi topografi untuk mengidentifikasi tipe atau jenis longsorlahan Rogers, 2004, sebagai berikut. 1. Divergent contours, kontur dimana terdapat kurva lereng atas dan kurva lereng bawah kontur berbentuk “n” dan kontur berbentuk “u” yang menunjukkan anomali atau penyimpangan garis kontur. 2. Crenulated contours, kontur yang menunjukkan pola gelombang atau lekukan pada kurva lereng atas maupun kurva lereng bawah. 3. Arcuate headscarp evacuation areas, kontur berbentuk kurva lengkung pada batas bukit dari longsorlahan yang dibentuk karena terjadi penghilangan atau perpindahan material longsoran ke lereng bawah. 4. Isolated topographic benches, kontur dengan kurva lengkung atas bentuk kontur “n” yang menunjukkan rotasiputaran bidang luncur slump pada permukaan lereng atas. 5. Extended topographic ridges or isolated topographic knobs, kontur yang menunjukkan terjadi gerakan perpindahan geser yang menarik massa material punggung bukit ke lereng bawah. 6. Sudden up- or down-slope turns in hillside contours, kontur dimana lereng bukit bergerak turun. Sering disebabkan oleh gerakan lereng bawah dari bagian yang terisolasi atau terjadi pemisahan dari lereng bukit. 7. Stepped topography, kontur yang menunjukkan penurunan lereng retrogressive slump atau sebaran lateral lereng lateral spreading dengan periode yang berulang. 8. Fan profiles, kontur yang berbentuk kipas, seperti kenampakan geomorfologi berupa kipas aluvial, yang kemungkinan besar adalah endapan cuping depositional lobes dapat berupa aliran runtuhan debris flows , aliran tanah earth flows , atau sebaran lateral lateral spreads . Lereng berbentuk cekung diperkirakan rawan terjadi longsorlahan karena air hujan mudah untuk jatuhmasuk ke dalam tanah dengan bidang cekung yang lebih cepat mengalami jenuh air dan menimbulkan gerakan geser di sekitar sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah. Gerakan geser pada lereng cekung dapat tergolong jenis longsor rotasi rotational slide atau slump karena dicirikan dengan permukaan pecah dengan bidang cekung melengkung ke atas Varnes, 1978 dalam USGS, 2004. Lereng curam dapat diperkirakan rawan terjadi debris flow karena aliran air permukaan yang kuat oleh curah hujan tinggi yang dapat mengikis dan memindahkan material tanah yang gembur atau batuan dengan cepat karena bidang kecuraman lereng Varnes, 1978 dalam USGS, 2004. Bentuk lereng curamterjal juga dapat menunjukkan terjadinya longsor jatuhan seperti tebing oleh adanya gravitasi, pelapukan dapat melepaskan gerakan material massa tanah dan batubatuan.

3. METODE PENELITIAN