Planetarium Sains Jatinangor Tema Orbit

(1)

CV

Nama : Dwi Juli Budiyatno

Tempat, tanggal, lahir : Bandung, 27 Juli 1992

Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Komplek Bumi Asri Mekarrahayu Blok IV

mekar 3 RT 07 RW 12 D.86 Kab.Bandung

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon : 085-720-320-333

e-mail : d.j.budiyatno@gmail.com

1997 - 1998 TK. Bhineka Bakti

1998 - 2004 SDN Taman Kopo Indah II 2004 - 2007 SMPN 38 Bandung

2007 - 2010 SMA Pasundan 1 Bandung

2010 - 2015 UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia)

Anggota Hima Arsitektur Divisi Humas (2011-2013) Anggota Funco Anggota divisi Chibi (2012) Panitia Seminar Out of The Box (2011)

Panitia EXPO I, You, and Bandung Ketua Mukrab Archinature Anggota Remaja Masjid Ketua divisi Logistik (2012)

Workshop Otak-Atik di UNPAR (tim) Juara 1

PENDIDIKAN

ORGANISASI

KOMPETISI

KEMAMPUAN

DATA PRIBADI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... xi

Daftar Tabel dan Diagram ... xviii

BAB I

PENDAHULUAN

...

1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Maksud dan Tujuan ... 1

1.2.1 Maksud ... 1

1.2.2 Tujuan ... 2

1.3

Perumusan Masalah ... 2

1.3.1 Aspek Manusia... 2

1.3.2 Aspek Bangunan ... 2

1.3.3 Aspek Lingkungan ... 3

1.4

Perumusan Masalah ... 3

1.4.1 Data Primer ... 3

1.4.2 Data Sekunder ... 3

1.5

Kerangka Berfikir ... 5

1.6

Sistematika Penulisan ... 6

BAB II

PENDAHULUAN

...

7


(7)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 vi

2.1.1 Lokasi Proyek ... 7

2.1.2 Batas Tapak ... 8

2.2

Perumusan Masalah ... 8

2.2.1 Rencana Kerja Pemerintah Daerah(RKPD) ... 8

2.2.1.1 Pembangunan Nasional Tahun 2013 ... 8

2.2.1.2 Pembangunan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 . 9

2.2.2 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) .... 10

2.3

Target Audien ... 10

2.3.1 Target Primer ... 10

2.3.2 Target Sekunder ... 10

2.3.3 Target Tersier ... 10

2.4

Program Kegiatan ... 11

2.5

Kebutuhan Ruang ... 12

2.6

Kriteria Umum Perancangan ... 12

2.6.1 Ruang Pertunjukan ... 12

2.6.2 Ruang Pamer ... 15

2.6.3 Lobi Penerima ... 15

2.6.4 Bengkel ... 16

2.6.5 Teleskop ... 16

2.7

Studi Literatur ... 19

2.8

Studi Banding Proyek Sejenis ... 20

2.8.1 Planetarium Jakarta ... 20

2.8.2 Hayden Planetarium ... 23

2.8.3

L’H

amesferic Planetarium ... 26

2.8.4 Adler Planetarium ... 30


(8)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 vii

BAB III

ELABORASI TEMA

...

33

3.1

Pengertian ... 33

3.2

Interpretasi Tema ... 35

3.3

Studi Banding Tema Sejenis ... 36

BAB IV

ANALISIS

...

40

4.1

Ananlisa Strategis ... 40

4.2

Analisa Makro ... 41

4.3

Analisa Mikro ... 41

4.4

Analisis Kondisi Tapak ... 42

4.4.1 Orientasi Tapak ... 42

4.4.2 Orientasi Matahari ... 43

4.4.3 Arah Angin ... 43

4.4.4 Kebisingan ... 44

4.4.5 Vegetasi ... 44

4.4.6 Polusi ... 45

4.4.7 Drainase ... 45

4.4.8 Air Bersih ... 46

4.4.9 Listrik ... 46

4.4.10

Pencahayaan ... 46

4.4.11

Potensi View ... 47

4.4.12

Aksesibilitas ... 48

4.4.13

Kontur Tapak ... 48

4.5

Alur Aktivitas ... 49

4.6

Kebutuhan Ruang ... 50


(9)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 viii

4.6.2 Zona Ruang... 51

4.7

Program Ruang ... 53

4.8

Kesimpulan ... 54

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

...

55

5.1

Konsep Dasar ... 55

5.2

Konsep Perancangan Tapak ... 56

5.2.1 Konsep Zoning ... 56

5.2.2 Konsep Parkir ... 57

5.2.3 Konsep Akses dan Sirkulasi ... 57

5.3

Konsep Bangunan ... 58

5.3.1 Bentuk Bangunan ... 58

5.3.2 Sirkulasi ... 59

5.3.3 Struktur Atap ... 59

5.3.4 Material ... 60

5.3.5 Dome ... 60

5.3.6 Proyektor ... 61

5.3.7 Teleskop ... 61

5.3.7.1 Teleskop Hilal ... 61

5.3.7.2 Teleskop Goto ... 62

5.3.7.3 Teleskop Unitron ... 62

5.3.7.4 Teleskop Pelatihan ... 63

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

...

65

6.1

Peta Situasi ... 65

6.2

Gambar-gambar Perancangan ... 66

6.2.1 Site Plan ... 66


(10)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 ix

6.2.2.1 Denah Planetarium ... 67

6.2.2.1.1

Denah Lantai 1 ... 68

6.2.2.1.2

Denah Lantai 2 ... 68

6.2.2.1.3

Denah Lantai 3 ... 69

6.2.2.2 Denah Komunitas ... 70

6.2.2.3 Denah Kantor ... 71

6.2.2.4 Denah Penginapan ... 71

6.2.2.5 Denah Resepsionis ... 72

6.2.2.6 Denah Shelter ... 72

6.2.3 Tampak ... 73

6.2.3.1 Tampak Keseluruhan ... 73

6.2.3.2 Bangunan Planetarium ... 74

6.2.3.3 Bangunan Komunitas ... 75

6.2.3.4 Bangunan Kantor... 76

6.2.3.5 Bangunan Penginapan ... 77

6.2.3.6 Bangunan Resepsionis ... 79

6.2.3.7 Bangunan Shelter ... 80

6.2.4 Potongan ... 81

6.2.4.1 Bangunan Planetarium ... 81

6.2.4.2 Bangunan Komunitas ... 82

6.2.4.3 Bangunan Kantor... 82

6.2.4.4 Bangunan Penginapan ... 82

6.2.4.5 Bangunan Resepsionis ... 83

6.2.4.6 Bangunan Shelter ... 83

6.2.5 Potongan Prinsip ... 83


(11)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 x

6.2.7 Perspektif Keseluruhan ... 85

6.2.8 Perspektif Eksterior ... 86

6.2.9 Perspektif Interior ... 87

6.2.10

Foto-foto Maket ... 92


(12)

 Ahnen, Karl Von.“Planetarium Support Areas”.

 IPS-Pdg14-Planetarium-Support-Areas.pdf

 Anonymous. 2014. “infoversum Cinema Planetarium”. Bandung. Diakses

18 Maret 2015

 http://www.dezeen.com/2014/07/09/infoversum-cinema-planetarium-archiview-groningen/

 Bappeda Kabupaten Sumedang.2011.Profil Daerah Kabupaten Sumedang 2011.Bappeda Kabupaten Sumedang

 Ching, D.K. Francis.2000.ARSITEKTUR: Bentuk, Ruang, dan Tatanan/edisi 2.Jakarta, Indonesia: ERLANGGA

 David Adler. 1969. “Matric Handbook Planning and Design Data”. Great

Britain : Architectural Press

 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.2012.Planetarium dan Observatorium Jakarta.Jakarta

 De Chaira, Joseph, Panero, Julius, and Zeinik, Martin.1992.Time Saver Standards for Interior Design and Space Planning.Singapore

 Gilbert, Martin. 2014. “Encyclopaedic Dictionary of Astronomy”. New Delhi, India: PENTAGON PRESS

 Goss, Adam.”DIY Planetarium".

 DiyManual.pdf

 Gunawan, Agustinus Admiranto. 2009. “Menjelajahi Tata Surya”. Yogyakarta, Indonesia :KANISIUS (Anggota IKAPI)

 Guthrie, Pat. 2003. “The Architect’s Portable Handbook”.US: The

McGraw-Hill Companies.inc


(13)

 http://ahcor.com/lhemisferic/webpage.swf

 Lantz, ED. 2011.”Article : Planetarium of the Future”.

 Article : Planetarium of the Future.pdf

 Neufert, Ernest.2002.Architect Data Jilid 2.Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama

 Pemerintah Kabupaten Sumedang.2013.Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Startegis Provinsi Pendidikan Jatinangor.

Sumedang.

 Pemerintah Kabupaten Sumedang.2012.Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sumedang tahun 2013.Sumedang

 Pemerintah Kabupaten Sumedang.2012.Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011-2031.Sumedang

 Ramsey, Sleeper. 2007.“ Architectural Graphic Standards eleven edition”.

New Jersey, Canada: Wiley & Sons.inc

 R. lang, Kenneth.2011. The Cambridge Guide to the Solar System Second Edition. Cambridge:United Kingdom at the University Press

 R. lang, Kenneth.2006. Sun,Earth, and Sky Second Edition.Singapore

 Soedjono.1996.Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.

Jakarta: Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat

 The International Planetarium

Society.1994.”SoYouWantToBuildaPlanetarium”.

 SoYouWantToBuildaPlanetarium.pdf

 Wilson, Kenneth D.”Selecting a Planetarium Project Instrument”.

 IPS-pdg07SelectingPlanetariumIns.pdf

 Vitriani, Nela.2013.Filosofi Museum Tsunami Aceh. Aceh: Indonesia.  www.museumtsunami.blogspot.com. Diposkan 23 Februari 2013


(14)

 www.arcspace.com/features/ennead-architects/rose-center-for-earth-and-space/

 www.cac.es/hemisferic

 www.cmnh.org

 www.ida-architects.com

 www.Planetarium-list.com/

 www.Zeiss.com. Bandung. Diakses 18 Maret 2015


(15)

Tugas Akhir | DWIJULI BUDIYATNO |104 10 018 iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta. Memberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan untuk Mata Kuliah AR 38313 S Studio Tugas Akhir ini yang berjudul “Planetarium Sains Jatinangor”.

Satu semester telah dilalui perancang untuk menyelesaikan desain dan laporan ini. Selama proses pengerjaannya, berbagai kendala dan rintangan telah dialami oleh perancang dan berkat dorongan dan bantuan dari keluarga, teman-teman, dosen pembimbing, laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Melalui kata pengantar ini, perancang mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga yang selalu memeberikan dukungan dan motivasi serta doa yang telah menguatkan perancang dari awal sampai akhir;

2. Bapak Rahy .R Soekardi, Ir.,MT atas bimbingan ilmu, arahan, nasehat, motivasi, dan dukungan yang diberikan dalam proses perancang menyelesaikan desain dan laporan ini;

3. Bapak Prof.Dr.Bambang Hidayat, Ir.,M.Si atas ilmu, dan penjelasan yang telah diberikan mengenai Proyek yang akan perancang desain; 4. Ibu Tri Widianti Natalia, ST.,MT sebagai dosen wali angkatan yang

telah memberikan masukan dalam desain;

5. Bapak Firman Firmansyah. ST.,MT, atas saran-saran yang dalam proses perancangan desain;

6. Adisetyo P, S.si.,M.si atas ilmu yang diberikan tentang Planetarium, Alam semesta, dan Organisasi Himpunan Astronomi Jakarta;

7. Pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maaf tidak dapat disebutkan satu per satu.


(16)

Tugas Akhir | DWIJULI BUDIYATNO |104 10 018 iv

Laporan ini merupakan sebuah langkah menuju tahap akhir dari perjalanan sebagai seorang mahasiswa arsitektur UNIKOM.

Di penghujung kata pengantar ini, Laporan yang telah disusun mungkin terdapat kesalahan. Perancang memohon maaf atas kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Maka, perancang mengharapkan saran dan kritik pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Harap perancang, Semoga laporan ini dapat berkontribusi memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandung, 31 Juli 2015 Perancang


(17)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dalam dunia ini masih banyak sekali yang belum diketahui mengenai alam semesta yang sangat indah dan mengagumkan. Bumi dan matahari hanya sebagian kecil dari alam semesta. Banyak yang belum terdeskripsikan dengan baik bagaimana alam semesta seperti tata surya, galaksi, bima sakti, galaksi bima sakti, rasi bintang, dan masih ada yang lainnya.

Ilmu yang mempelajari tentang alam semesta adalah ilmu perbintangan yang biasa disebut Astronomi. Perkembangan ilmu astronomi semakin hari semakin canggih. Namun penyebaran ilmunya masih sangat kurang, terutama di Indonesia. Hal ini dikarenakan kurangnya menyebarkan ilmu, mendidik, dan disiplin sains kepada masyarakat akan pentingnya pengetahuan antariksa. Oleh karena itu, tidak semua orang mengetahui mengenal Astariksa maupun alam semesta.

Planetarium dan Observatorium adalah Salah satu untuk cara memperkenalkan dan kepada masyarakat yang menyenangkan. Disana masyarakat dan pendidikan dasar dapat belajar mengenai alam semesta. Namun, di Indonesia Planetarium hanya berada di 3 kota besar yaitu Jakarta, Kutai kertanegara, dan Surabaya. Sehingga selain di kota-kota tersebut kurang mendapatkan perhatian akan pengenalan terhadap dunia yang sangat luas ini, terutama di daerah Sub Urban, Rural. Oleh karena itu, dengan adanya planetarium di daerah pinggiran kota diharapkan dapat mengenalkan, mendidik, dan disiplin sains alam semesta kepada masyarakat secara menyenangkan untuk meningkatkan minat terhadap Astronomi dan Antariksa.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud


(18)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 2

 Berkontribusi dalam kawasan Jatinangor yang dapat memberikan pemasukan daerah dan kualitas ruang kota

 Pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi tentang alam semesta.

 mewadahi sebagai tempat pembelajaran yang menarik dan menghibur.

1.2.2. Tujuan

 Memperkenalkan pendidikan astronomi kepada anak – anak, pelajar, mahasiswa dan masyarakat agar lebih mengenal alam semesta di Daerah Priangan.

 Merubah pola pikir masyarakat terhadap bangunan planetarium yang bersifat kaku, dan formal di Indonesia.

 Sebagai sarana wisata pendidikan di Wilayah Priangan.

 Memperbaiki tata ruang daerah Jatinangor.

 Membuat dan mewadahi komunitas amatir mengenai Astronomi khusus pada umumnya.

1.3. Perumusan Masalah

Oleh karena, selama periode 2007–2010 Planetarium dan Observatorium belum pernah ada di Daerah Priangan. Maka, harus melakukan pencarian lokasi yang sesuai. Dalam proyek ini terdapat beberapa permasalahan yang harus diperhatikan dalam melakukan perancangan. Ada 3 aspek yang terpenting adalah :

1.3.1. Aspek Manusia

 Agar Menumbuhkan minat masyarakat untuk lebih mengenal tentang alam semesta dan disiplin ilmu pengetahuan.

1.3.2. Aspek Bangunan

 Membuat bangunan yang menarik sesuai secara arsitektural dengan fungsi secara ilmiah dan sesuai dengan lingkungan.

 Menimbulkan suasana kenyamanan termal yang baik pada ruang aktifitas sesuai standar. Seperti temperatur, pencahayaan, kelembaban.


(19)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 3

 Membuat alur kegiatan dalam bangunan.

1.3.3. Aspek Lingkungan

 Membuat bangunan yang mempunyai keterkaitan dengan citra kawasan sekitar.

1.4. Metoda Perancangan

Dalam metoda perancangan dibagi menjadi 2 data yaitu:

1.4.1. Data Primer

Observasi

Melihat, meniti, dan meneliti dilakukan langsung pada lahan yang akan dirancang sebagai lokasi proyek. Kegiatan Observasi meliputi analisa tapak diantaranya :

Batas Lahan Fasilitas sekitar Keadaan Tapak Kegiatan sekitar Pencahayaan Matahari Kondisi fisik

Aksesibilitas

Studi Banding

Kegiatan observasi proyek sejenis dengan menganalisa bangunan tersebut.

Studi Dokumentasi

Kegiatan dokumentasi mencakup pencarian data–data mengenai peraturan daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, literatur, pengambilan foto – foto eksisting, wawancara narasumber.

1.4.2. Data Sekunder

Studi Pustaka

Kegiatan studi pustaka menggunakan dan mempelajari buku–buku untuk menunjang perancangan proyek usulan. Sebagai berikut :

Tabel 1.4.1 Observasi (sumber : Data Pribadi)


(20)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 4

Nama Buku Pengarang Tahun

1 Architect Data jilid 2 Neufert, Ernest 2002 2 Sun, Earth, and Sky R. lang, Kenneth 2006 3 Solar System R. lang, Kenneth 2011 4 Menjelajahi Tata Surya Admiranto, Gunawan

Agustinus

2009 4 Encyclopaedic

Dictionary of Astronomi Gilbert, Martin 2004 5 Architectural Graphic

Standard eleven edition Ramsey/ Sleeper 2007 6 Planetarium & Observatorium Jakarta (tempat wisata pendidikan) Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta 2012 7

Time saver standards for interior design and space planning De Chaira, Joseph Panero, Julius, and Zelnik, Martin 1992 8

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sumedang tahun 2013

Pemerintah Kabupaten Sumedang

2012

9

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang tahun 2011-2031 Pemerintah Kabupaten Sumedang 2012 10

Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi dua)

Francis

D.K.Ching 2000

Tabel 1.4.2 Daftar Buku (sumber : Data Pribadi)


(21)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 5

1.5. Kerangka Berfikir

Tahapan dalam proyek untuk pencapaian hasil desain perancangan akhir yang dimulai dari pemilihan judul, tema, konsep, dan perancangan desain menggunakan susunan kerangka sebagai berikut :

Judul Proyek

Planetarium Sains Jatinangor

Literatur Data Acuan

Data Lapangan Studi Banding

Tema

Site

Konsep

Perancangan Arsitektur

Hasil Desain Analisa Tapak

Skematik Desain

EV

A

LUASI

EV

A

LUASI

Gambar 1.5.1 Kerangka Berfikir (sumber : Data Pribadi)


(22)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 6

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan Studio Tugas Akhir Arsitektur disusun menjadi 3 bagian yang terdiri atas bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Secara garis besar sistematika penulisan laporan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Pandahuluan ini akan mengemukakan latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup permasalahan, lingkup perancangan, metoda perancangan, kerangka berfikir dan sistematika penulisan laporan.

Bab II : Deskripsi Proyek

Deskripsi proyek menguraikan mengenai program kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang, persyaratan teknis, hubungan antar ruang dan elaborasi tema.

Bab III : Elaborasi Tema

mengemukakan penjelasan teori - teori dalam tema perancangan yang diangkat, interpretasi tema dan studi banding tema sejenis.

Bab IV : Analisis

Menjelaskan mengenai analisa fungsional, kegiatan, dan kondisi dalam dan lingkungan sekitar.

Bab V : Konsep Perancangan

Mengemukakan rincian konsep yang digunakan dalam proses perancangan yaitu konsep dasar, konsep perancangan tapak, ruang, dan struktur.

Bab VI : Hasil Rancangan

Hasil perancangan berwujud peta situasi, gambar – gambar hasil rancangan, dan foto - foto maket.


(23)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 7

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Deskripsi Umum

Deskripsi umum merupakan penjelasan mengenai hal yang bersifat mendasar pada suatu rancangan yaitu lokasi proyek, peraturan – perturan yang ada di daerah proyek sampai pada sumber dana dan pemilik proyek.

2.1.1. Lokasi Proyek

Lokasi Jalan Karatas, Jatinangor, Kab. Sumedang

Luas lahan ± 30.700 M2

KDB 40 %

KLB 1.6

GSS 2 meter

Sumber Dana Pemerintah dan Luar Negeri

Sifat Proyek Fiktif

Peruntukan Lahan Pendidikan

Gambar 2.1 Lokasi Proyek (sumber : Data Pribadi)

Tabel 2.1 Data Lokasi Proyek (sumber : Data Pribadi)


(24)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 8

2.1.2. Batas Tapak

Utara Simpang Empat

Timur Jalan Karatas, Lahan Pertanian Singkong dan

Jagung

Selatan Lahan Pertanian Singkong dan Jagung

Barat Jalan Cikeruh, Pusdiklat Kementrian Bandung

2.2. Peraturan Daerah

2.2.1. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD)

Dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintahan Daerah) Kabupaten Sumedang tahun 2013.terdapat poin prioritas dan sasaran pembangunan tahun 2013.

2.2.1.1. Pembangunan Nasional Tahun 2013

Tema pembangunan nasional tahun 2013 yaitu “Memperkuat

Perelonomia Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat”, dengan 11 prioritas Nasional dan 3 Prioritas lainnya:

1. Reformasi birokrasi dan tata kelola;

Gambar 2.2 Batas Lahan (sumber : Data Pribadi)

Tabel 2..2.1 Batas Tapak (sumber : Data Pribadi)


(25)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 9

2. Pendidikan; 3. Kesehatan;

4. Penanggulangan Kemiskinan; 5. Ketahanan Pangan;

6. Infrastruktur;

7. Iklim investasi dan usaha; 8. Energi

9. Lingkungan hidup dan bencana;

10. Daerah tertinggal, terluar, dan paskakonflik; 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan inovasi teknologi; 12. Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya; 13. Bidang Perekonomian lainnya;

14. Bidang Kesejahteraan Rakyat lainnya.

2.2.1.2. Pembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Tema pembangunan provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu “Mengintegrasikan Peran Pemerintahan, Dunia Usaha, Akademisi dan Komunitas Dalam Mewujudkan Pembangunan Tematik Sektoral dan Perkuatan Pembangunan Tematik Kewilayahan Untuk Mempercepat Terwujudnya Masyarakat Jawa Barat yang mandiri, Dinamis, dan Sejahtera”, dengan prioritas pembangunan dengan Provinsi Jawa Barat :

1. Peningkatan kualitas Pendidikan; 2. Peningkatan kualitas Kesehatan; 3. Peningkatan daya beli masyarakat; 4. Kemandirian pangan;

5. Peningkatan kinerja apatur;

6. Pengembangan infrastruktur wilayah;

7. Kemandirian energy dan kecukupan air baku;

8. Penanganan bencana dan pengendalian lingkungan hidup; 9. Pengembangan perdesaan;


(26)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 10

Poin –poin yang berwarna merupakan poin yang berhubungan erat dengan proyek Planetarium Sains Jatinangor.

2.2.2. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan BAB V Rencana Umum dan Panduan Rancangan Pasal 8

Poin c yang berisi “Kawasan Konservasi, dengan luas Area blok 400,00 Ha,

rencana lahan ini sebagian besar diperuntukan bagi kawasan konservasi yang berada di sisi utara kawasan kampus, seperti kawasan bumi perkemahan”. Sehingga lahan konservasi cukup cocok untuk proyek

Planetarium Sains Jatinangor. Dikarenakan dapat menata daerah konservasi dengan baik.

2.3. Target Audien

Perancangan Planetarium Sains Jatinangor memiliki Sasaran pengguna dengan spesifikasi sebagai berikut:

2.3.1. Target Primer

Demografi

Usia : 5 – 11 Tahun Status Ekonomi : Menengah Bawah Pendidikan : Anak – anak TK, SD

Psikografi : Senang terhadap Dunia Astronomi, semangat tinggi

2.3.2. Target Sekunder

Demografi

Usia : 12 Tahun Keatas

Pendidikan : Pelajar, Guru, Mahasiswa

Psikografi : Minat terhadap Dunia Astronomi, Senang mengikuti perkembangan mengenai astronomi, dan sains

2.3.3. Target Tersier

Demografi

Usia : - Tahun

Status Ekonomi : Menengah Bawah


(27)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 11

2.4. Program Kegiatan

Dalam program kegiatan di Planetarium Sains Jatinangor adalah sebagai berikut :

Pendidikan Secara Visual

Secara ilmu pengetahuan dapat dipelajari dengan cara menonton visual video di ruang Planetarium.

Pendidikan berbasis pelatihan

Pada kunjungan tertentu, biasanya rombongan siswa atau guru memiliki kegiatan khusus yang perlu didampingi oleh pemandu.

Pendidikan Sains

Kegiatan mempelajari dan mengetahui tentang sains di tata surya dalam gallery.

Peneropongan Bintang

Ruang peneropongan terbuka untuk mempelajari dan mengetahui mengenai bintang-bintang secara langsung.

Exhibition Area

Kegiatan ruang pamer pada even-even bertemakan alam semesta.

Acara Khusus

Merupakan acara dengan tema tertentu, pada even tertentu dapat diadakan rangkaian acara. Seperti pada saat terjadi fenomena alam yang dijadikan acara presentasi mengenai hal berkaitan.

Adapun kegiatan yang bersifat menunjang diantaranya :

 Kafetaria dan ruang makan untuk rombongan bertema Alam Semesta

 Kegiatan Administrasi dan Pengelolaan Bangunan.

 Pengelolaan Produksi dan Perbaikan Alat.

 Kegiatan komunitas dan pelatihan pada bangunan Komunitas


(28)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 12

2.5. Kebutuhan Ruang

Dalam Proyek Planetarium Sains Jatinangor mewadahi jenis – jenis ruang utama berfungsi publik antara lain :

Planetarium

Laboratorium Sains

Antariksa Room

Ruang Peneropongan Skala Kecil dan Besar

Ruang Rapat

Penginapan

Bengkel

Penunjang

Cafetaria

Toko Cinderamata

Perpustakaan

2.6. Kriteria Umum Perancangan

Berikut merupakan spesifikasi teknis dan kriteria dari jurnal online scott (2004), buku “Matric Handbook Planning and Design Data” (David Adler, 1969), yaitu :

2.6.1. Ruang Pertunjukan

Dome

Permukaan bagian dalam yang digunakan sebagai tempat memproyeksikan gambar bidang langit harus mulus tanpa lipatan

(seamless). Teknologi tercanggih adalah dengan menggunakan

panel alumunium yang berpori (Perorated Alumunium Panels), dengan rasio pori-pori sebesar 22% dari luas panel. Panel dengan system seperti ini membolehkan adanya pengeras suara (speaker) dan ducting penghawaan (AC) di belakang layar proyeksi, dan mengeurangi gaung internal. Layar proyeksi berupa panel ini harus memiliki tingkat refleksi cahaya lebih dari 50% untuk menghasilkan tampilan yang lebih bercahaya sehingga bintang-bintang dengan tingkat pencahayaan yang rendah tetap dapat terlihat. (Scott, 2004)

Tempat duduk


(29)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 13

(1) Datar (flat). Semua kursi memiliki tingkat ketinggian yang sama. Pola pengaturan tempat duduknya dapat mengarah ke satu arah, atau konsentris mengarah ke pusat (proyektor).

(2) Berundak (tilted). Susunan kursi menyerupai amphlitheatre, terdapat perbedaan ketinggian jajaran kursi. Pada konfigurasi ini, pandangan pengunjung diarahkan pada satu arah saja (bukan konsentris). Tempat duduk untuk penonton menggunakan tempat duduk yang dapat diatur sudut sandarannya, namun tidak dapat diubah posisi tempat duduk. Tempat duduk sudah tersedia pabrikasi, sehingga tidak perlu mendesain tempat duduk. (Scott, 2004)

Berikut tipe tempat duduk:

Ruang Pertunjukan

Ruang seperti kubah, ruang pertunjukan juga harus tapi mendukung kegiatan pertunjukan dengan meminimalisasi suara yang mengganggu dan cahaya yang berasal bukan dari proyektor. Ruangan tidak harus dicat dengan warna hitam, namun yang lebih utama adalah penggunaan warna yang tidak reflektif dan penggunaan karpet atau material dinding yang dapat menyerap suara dan cahaya. Sehingga ruangan pertunjukan dapat memiliki

Gambar 2.6.1 Tempat Duduk (sumber : Zeiss)


(30)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 14

kualitas visual dan akustik yang memadai untuk pertunjukan. (Scott, 2004)

Pit Proyektor

Proyektor harus selalu berada di ruangan yang memiliki suhu 18 oC - 20oC dan kelembaban sekitar 50%, serta tidak boleh terkena debu. Karena penanganan yang sangat teknis ini, sebuah planetarium yang baik harus memiliki ruang penyimpanan proyektor khusus yang disebut pit proyektor untuk mengisolasi proyektor dalam kondisi ideal tanpa harus juga mengidealkan ruang pertunjukan (sehingga dapat menghemat penggunaan energi). Pit proyektor ini memungkinkan juga pemindahan proyektor secara vertical, sehingga ketika tidak digunakan, proyektor dapat disimpan di ruang terisolasi dengan keadaan ideal. Proyektor untuk pertunjukan di planetarium harus berada tepat di titik pusat dari kubah layar pertunjukan, sehingga proyeksinya terhadap layar dapat simetris. Penyediaan pit proyektor juga harus tepat ditengah ruangan yang menerus hingga ke bawah untuk memungkinkan penyimpanan dan pergerakan proyektor secara vertical. Dalam pit proyektor perlu diperhatikan beberapa hal seperti daya listrik, ducting HVAC untuk pengkondisian udara, akses untuk kegiatan perawatan dan pencahayaan yang cukup. (Scott, 2004)

Ruang Kontrol

Dapat berada di dalam atau di luar ruang pertunjukan dengan akses visual langsung ke ruang pertunjukan.

Ruang control di dalam memiliki beberapa keuntungan yaitu operator dapat langsung menangani jika terjadi gangguan selama pertunjukan dan dimungkinkan interaksi dua arah langsung antara narator dan penonton.

Ruang Kontrol di luar memiliki keuntungan tidak terlihat dari sisi penonton. Sehingga kegiatan Kontrol dapat lebih privasi. Kegiatan


(31)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 15

Kontrol di ruangan ini meliputi Kontrol keseluruhan aspek ruang pertunjukan ketika pertunjukan berlangsung.(Scott, 2004)

2.6.2. Ruang Pamer

Sirkulasi

Merupakan isu penting dalam bangunan yang berfungsi benda karya pamer. Pada prinsipnya benda karya dapat dilihat oleh seluruh pengunjung. Pengguna sistem sirkulasi pada bangunan mempenga-ruhi alur aktifitas kegiatan.

Keamanan

Fungsi alat peraga dan benda pamer dalam bangunan perlu perhatian khusus dalam penggunanya.

Lokasi dan Tapak

Pemilihan lokasi tapak memiliki pertimbangan seperti : o Dekat dengan kawasan pendidikan

o Berada dikawasan yang kuat dengan citra pendidikan

Pencahayaan dan Udara

Tidak ada pencahayaan alami pada ruang planetarium. Pencahayaan yang cukup untuk ruangan lain.

Utilitas

Sistem utilitas mencakup sistem listrik diantaranya ruang genset, trafo, panel listrik, system plumbing air bersih, dan kotor.

2.6.3. Lobi Penerima

Lobi penerima di planetarium berfungsi sebagai ruang tangga pertunjukan dan tempat dilaksanakannya pameran temporer. Terdapat juga fasilitas penunjang seperti loket tiket, ruang informasi dan galeri ATM. Ruangan membutuhkan area yang cukup luas untuk menampung pengunjung yang sedang menunggu dan yang telah menonton pertunjukan. Karena ruangan ini merupakan ruangan pertama yang didatangi penonton ketika dating ke planetarium, ruangan ini harus lapang dan memiliki sirkulasi dan petunjuk arah yang jelas sehingga pengunjung tidak kebingungan dan memiliki impresi


(32)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 16

pertama yang bagus pada bangunan. Perlu diperhatikan juga pengunjung yang berkumpul, menunggu, dan mengantri di bagian loket tiket ataupun ketika akan masuk ke ruang pertunjukan atau fasilitas lain.

2.6.4. Bengkel

Terdapat 3 jenis bengkel untuk menunjang kebutuhan planetarium, laboratorium, galeri yaitu

(1) Bengkel Optik, ruang memperbaiki alat-alat yang berhubungan dengan lensa, proyektor, dan alat optik lain.

(2) Bengkel Elektrikal, untuk menangani perbaikan yang berhubungan dengan daya listrik

(3) Bengkel Mekanikal, mencakup bengkel kayu dan logam, bengkel kayu menangani perbaikan panel-panel pameran atau alat peraga.

Bengkel-bengkel ini hanya penanganan bersifat kecil. Karena bengkel ini menyebabkan kebisingan, maka sebaiknya dijauhkan dari ruang utama.

2.6.5. Teleskop

Teleskop Hilal

Gambar 2.6.5.1 Refraktor Wiliam Optic (sumber : Situs Bosscha ITB)

Gambar 2.6.5.2 Mounting Vixen sphinx dan detector digital (sumber : Situs Bosscha ITB)


(33)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 17

Teleskop Hilal adalah teleskop kecil yang biasa digunakan untuk pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx dan sebuah detektor sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap mengirimkan data berupa video tayang-langsung.

Teleskop Goto

Teleskop Goto berjenis reflektor yaitu menggunakan cermin sebagai pengumpul cahaya. Tepatnya, teropong ini berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m.

Teleskop dapat digunakan untuk pengamatan bintang-bintang variable. Pengamatan kurva cahaya planet luar surya, asteroid, spektroskopi bintang dan pencitraan planet.

Gambar 2.6.5.3 Teleskop Goto (sumber : Situs Bosscha ITB)


(34)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 18

Teleskop Unitron

Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.

Teleskop ini juga digunakan untuk publik pada acara Malam Umum, untuk mengamati bintang ganda visual, planet-planet, serta obyek-obyek yang menarik yang dapat dilihat pada saat pengamatan.

Teleskop Pelatihan

Set teleskop portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Teleskop ini juga digunakan untuk lomba observasi di

Gambar 2.6.5.4 Teleskop Unitron (sumber : Situs Bosscha ITB)


(35)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 19

Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari Celestron C8 dan C11 dilengkapi dengan CCD dan asesoris lainnya.

2.7. Studi Literatur

Emerging issues terkait dalam proses perancangan Planetarium Sains Jatinangor sebagai berikut :

Ruang Planetarium

Pemilihan arah penonton konsentrik atau non-konsentrik

Sirkulasi

sirkulasi yang dibuat sekuen agar pengunjung dapat merasakan pengalaman yang menarik

Laboratorium Sains

ruang media yang menarik pengunjung agar dapat menambah pengetahuan akan dengan cara menampilkan simulasi fenomena di alam semesta

Antariksa Room

ruang interaktif dimana pengunjung dapat merasakan dan mencoba pengalaman sains dalam alat peraga.

Fasilitas

Ruang-ruang penunjang dalam bangunan Planetarium Sains Jatinangor

Gambar 2.6.5,5 Teleskop Celestron (sumber : Situs Bosscha ITB)


(36)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 20

2.8. Studi Banding Proyek Sejenis

2.8.1. Planetarium Jakarta

Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, No. 73 Jakarta Pusat, Indonesia. Bangunan ini diprakarsai oleh Ir. Sukarno (Presiden)

Dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1969. Fasilitas yang terdapat pada bangunan ini adalah

- Ruang Pertunjukan - Exhibition Hall Sains - Observatorium - Perpustakaan

- Toko Cinderamata - Kios

- Masjid - Toilet

Entrance

Entrance menggunakan kanopi dak beton yang tebal memberikan kesan pintu masuk yang tegas. Namun, dengan material kaca yang berwarna gelap membuat entrance terkesan tertutup.

Gambar 2.8.1.1 Bangunan Planetarium Jakarta dan Lokasi (sumber : www.ida-architects.com)

Gambar 2.8.1.2 Entrance (sumber : Data Pribadi)


(37)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 21

Pintu Masuk Samping

Ukuran pintu samping lebih kecil dibandingkan dengan pintu utama. Pada pintu samping ini penggunaan kanopi berbahan plastik yang berbeda membuat tidak adanya kesatuan pada bangunan.

Taman

Taman yang terletak tepat di depan pintu utama membuat sebagian tampak pintu utama terhalangi. Namun, dengan adanya taman membuat suasana terkesan sejuk dengan adanya penghijauan dalam kawasan.

Parkir Bus Tersedia Parkir bus yang terletak di daerah depan bangunan sehingga memudahkan pencapaian langsung terhadap pintu masuk bangunan. Lahan parkir bus ini dapat menampung 8 bus.

Parkir Motor

Penempatan parkir motor di daerah samping bangunan sehingga tidak mengganggu pandangan terhadap bangunan.

Parkir Mobil

Penempatan parkir mobil di daerah samping bangunan sehingga tidak mengganggu pandangan terhadap bangunan. Tempat parkir yang menyatu dengan parkir IKJ. Sehingga tidak dapat membedakan parkir bangunan planetarium.

Gambar 2.8.1.4 Taman (sumber : Data Pribadi) Gambar 2.8.1.3 Side Entrance

(sumber : Data Pribadi)

Gambar 2.8.1.5 Parkir Bus (sumber : Data Pribadi)

Gambar 2.8.1.6 Parkir Motor (sumber : Data Pribadi)

Gambar 2.8.1.7 Parkir Mobil (sumber : Data Pribadi)


(38)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 22

Gambar 2.8.1.11 Ruang Pertunjukan (sumber : Data Pribadi)

Ruang Tunggu

Penempatan kursi pada ruang tunggu dibuat linear seperti ular. Dikarenakan jumlah penonton yang datang selalu ramai. Sehingga dapat tertampung dengan penempatan kursi seperti tersebut.

Ruang Sains Eksibisi

Penggunaan lampu buatan (spot light and downlight) yang tepat pada ruangan ini menciptakan suasana terkesan berada angkasa. Namun, disayangkan perawatan yang tidak berkala membuat beberapa lampu dalam ruang ini tidak dapat digunakan.

Ampliteater

Digunakan sebagai sarana penjelasan secara audiovisual dalam ruang untuk pengenalan tata surya. Penggunaan cahaya buatan menciptakan ruang lebih dramatis dengan skala intim sehingga penonton dapat merasakan suasana pada tayangan.

Ruang Pertunjukan

Ruang pertunjukan yang berdiameter 22 meter, sehingga dapat menampung jumlah penonton sebanyak 320 kursi. penggunaan material karpet pada lantai dinding bagian bawah sehingga dapat Gambar 2.8.1.8 Ruang Tunggu

(sumber : Data Pribadi)

Gambar 2.8.1.9 Ruang Sains Eksibisi

(sumber : Data Pribadi)

Gambar 2.8.1.10 Ampliteater (sumber : Data Pribadi)


(39)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 23

membuat suara tidak mengalami kebocoran dan gaung sampai keluar ruangan. Penggunaan cat berwarna putih pada doom agar membuat penampilan kualitas gambar lebih jelas.

2.8.2. Hayden Planetarium

Hayden Planetrium merupakan bagian dari kompleks American Museum of National History

.

Berlokasi di 81 Central Park West New York, NY, Amerika Serikat. Awalnya merupakan kompleks observatorium lama yang pada awal tahun 1999 dibongkar total dengan menambahkan fungsi barupa Rose Center for Earth and Spaces. Bangunan ini dirancang oleh Polshek Partnership bersama Tood Schliemann dengan insinyur struktur dari Weidlinger Associates, sehingga menjadi memiliki luas 102.108 m2. Bangunan utama berbentuk bola yang dilengkapi dinding kaca berbentuk persegi. Bola raksasa ini berdiameter 25 meter dengan kubah ruang pertunjukan berdiameter 21 meter. Planeteraium ini memiliki kapasitas penonton sebanyak 429 orang. Hayden’s Planetarium menggunakan proyektor Zeiss Universal Model IX yang dimodifikasi. Penempatan tempat duduknya menggunakan system konsentrik (memusat ke tengah).

Gambar 2.8.2.1 Lokasi Hayden Planetarium (sumber : www.maps.google.com)

Gambar 2.8.2.2 Bangunan Hayden Planetarium (sumber : www. arcspace.com)


(40)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 24

Pada bagian bola, terdapat ruang pertunjukan dan di lantai bawahnya terdapat galeri pameran Big Bang Theater, dimana pengunjung dapat melihat ke dalam kawah buatan yang menampilkan ilustrasi tiga dimensi berupa loncatan-loncatan elektroda. Bola ini memiliki struktur yang menggunakan baja lengkung sebesar 15o satu sama lain dan dilapis dengan pelat alumunium yang diangkat dari permukaan lantai dengan menggunakan tiga buah baja miring yang berfungsi sebagai tripod.

Alur pergerakan pengunjung mengalir dari pintu masuk ke lobi yang kemudian turun ke level basement menuju ke area penjualan tiket. Dari area

Gambar 2.8.2.3 Hayden planetarium (sumber : www. arcspace.com)

Gambar 2.8.2.4 Struktur planetarium (sumber : www. arcspace.com)


(41)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 25

ticketing ini, pengunjung akan digulirkan ke Hall of Universe yang berisi benda-benda pamer dan menerangkan mengenai gravitasi, galaksi, bintang, dan planet melalui alat peraga interaktif maupun sebatas diorama. Pada level basement ini terdapat dua ruang multimedia. Kemudian pengunjung digiring dengan tangga spiral atau melalui escalator menuju ke foyer sebelum dipisahkan untuk memilih apakah akan memasuki HOPE atau Cosmic Pathway. HOPE adalah ruang pamer dengan tema khusus mengenai bumi dan sejarah geologinya. Sedangkan Cosmic Pathway adalah ramp berbentuk spiral dimana pengunjung disajikan sejarah 13 juta tahun evolusi cosmic melalui timeline railing ramp. Dari Cosmic Pathway ini, pengunjung akan dibawa ke Big Bang Exhibit yang nantinya dari ruang ini pengunjung dapat menuju ke Hayden Planetarium atau ke Balcony Gallery.

Hal yang menarik dari bangunan ini adalah ekspresi strukturnya yang sangat modern. Material utama menggunakan baja, beton, dan kaca. System strukturnya menggunakan system struktur terkini dengan struktur bola yang mengadaptasi geodesic dome.

Terdapat pula peraga berupa miniature planetarium yang digantung di sekeliling bola. Pengaturan ini menjadikan seolah olah Hayden Planetarium dan Rose Center seperti miniature tata surya dengan matahari dan planet-planetnya.

Gambar 2.8.2.5 Struktur truss dan curtain wall planetarium


(42)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 26

Kesimpulannya, bahwa untuk menciptakan ekspresi modern, dapat digunakan material kaca dan bagian kubah dari planetarium tidak harus selalu ditonjolkan, namun dapat ditutup sesuai dengan bentukan massa luar yang ingin ditampilkan. Penggabungan planetarium dengan fungsi galeri dapat dilakukan dan planetarium diletakan di dekat lobi pintu masuk. Pengalaman ruang pengunjung juga diciptakan pengaturan urutan-urutan ruang yang dikunjungi oleh pengunjung.

2.8.3.

L’hamesferic Planetarium

Lokasi berada di Prolongacion Paseo de la Alameda, 48, Vanecia, Spanyol. Mempunyai luas lahan 24.000 meter2 .Diameter dome 24 meter dengan jumlah kursi lebih dari 300 kursi. Desain oleh Arsitek Santiago Calatrava yang diresmikan 16 April 1998.

Bangunan ini memiliki fasilitas adalah - Audiovisual Theater

- Atrium - Galeri - Kafetaria

- Toko Cinderamata - Pusat Manajemen - Toilet

Berikut denah L’Hamesferic Planetarium :

Gambar 2.8.3.1 (kanan) L’hamesferic Planetarium, (kiri) Lokasi (sumber : www.cac.es)


(43)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 27

Ruang Pertunjukan

Ruang pertunjukan memiliki diameter 24 meter yang dapat menampung 310 kursi penonton. Tipe tempat duduk non-konsentrik sehingga penonton dapat menonton dengan leluasa. Tanpa terhalang batas ruangan.

Ruang Galeri

Pengunjung dapat melihat gambar atau foto yang dipamerkan. Dengan penggunaan dinding berwarna putih sehingga pengunjung dapat fokus melihat gambar dan foto bertema antariksa antariksa.

Gambar 2.8.3.2 Denah L’Hamesferic

(sumber : www.cac.es)

Gambar 2.8.3.3 Ruang Pertunjukan (sumber : www.cac.es)

Gambar 2.8.3.4 Tipe kursi penonton (sumber : IPS-PDG-TheaterConfiguration.pdf)


(44)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 28

Ruang Kafetaria

Ruang Kafetaria yang cukup luas sehingga dapat menampung 100 orang. Penggunaan warna dinding berwarna putih menciptakan suasana ruang yang futuristic dengan pencahayaan alami dari sisi atas sehingga menghemat penggunaan listrik yang tidak diperlukan.

Toko Cinderamata

Ruang pencahayaan alami melalui bukaan dari atas maka, pencahayaan yang sangat cukup pada ruangan sehingga tidak memerlukan pencahayaan buatan pada siang hari.

Gambar 2.8.3.5 Galeri (sumber : www.cac.es)

Gambar 2.8.3.6 Kafetaria (sumber : www.cac.es)


(45)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 29

Teknologi

Bagian curtain wall pada ruang eksibisi dapat dibuka sehingga ruangan eksibisi dapat menyatu dengan ruang luar tanpa batasan fisik.

Gambar 2.8.3.7 Toko Cinderamata (sumber : www.cac.es)

Gambar 2.8.3.8 Detail Teknologi (sumber : www.cac.es)


(46)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 30

2.8.4. Adler Planetrium

Planetarium Adler dibangun pada tahun 1930 yang kemudian diperluas secara bertahap. Planetarium ini merupakan planetarium digital pertama. Selain berfungsi sebagai planetarium. Bangunan ini juga berfungsi sebagai observatorium langit secara langsung yang disebut Dome Observatory. Pada tahun1999 dilakukan ekspansi seluas 5575 M2 dan diberi nama Sky Pavilion. Sky Pavilion ini menampung ruang pamer, teater planetarium baru, kafetaria, dan ruang kelas. Secara Keseluruhan Planeratium Adler memiliki tiga buah planetarium digital, serta Universe Theater.

Bangunan Adler terdiri dua bagian galeri eksibisi yakni lower level dan upper level. Ruang luar yang terletak di tepi Danau Michigan diberi nama Sky Terrace. Di tempat ini orang berkumpul untuk menikmati udara luar dan pemandangan tepi danau dan jam matahari Henry Moore. Berikut adalah denah dari planetarium Adler.

Gambar 2.8.4.1 Adler Planetarium (sumber : www.adlerplanetarium.org)

Gambar 2.8.4.2 Adler Planetarium1 (sumber : www.adlerplanetarium.org)

barbBBan


(47)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 31

Massa bangunan utama berbentuk silinder dengan puncak berbentuk kubah yang berdiameter 26 meter. Di bagian puncak ini terdapat Sky Theater, teater planetarium dengan diameter 20,7 meter. Sky Pavilion berdiri mengitari separuh bagian bangunan lama dan memakai atap kaca yang didukung struktur baja. Karena atap kaca, maka pengunjung dapat menikmati pemandangan tepi Danau Michigan.

Planetarium Adler berdiri dalam kompleks bangunan yang berisi bangunan planetarium dan stadion olahraga. Pengunjung dating melalui boulevard di depan pintu kedatangan utama dan langsung menuju Rainbow Lobby yang berada di pantai upper leve. Selain masuk melalui lobi, pengunjung dapat masuk melalui pintu Sky Pavilion yang berada di sayap kiri dan kanan. Pintu dari Sky Pavilion sayap kiri menuju ke galileo’s Café. Sedangkan pintu sayap kanan menuju ke Dynamic Galaxy Theater.

Gambar 2.8.4.3 Denah Adler Planetarium (sumber : www.adlerplanetarium.org)


(48)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 32

Dari studi ini diperoleh pola pengaturan galeri pendukung yang diletakan mengelilingi planetarium. Galeri pendukung tersebut terletak bersebelahan satu sama lainnya yang hanya dipisahkan oleh dinding dan dilayani oleh jalur sirkulasi di depan tiap galeri. Pintu masuk utama dari planetarium terletak di lantai dua bangunan, jadi kesan megah sebelum masuk ke dalam planetarium dapat lebih terasa. Dari keseluruhan layout museum yang dihadirkan akan memungkinkan pengunjung untuk memilih objek yang akan dituju dengan leluasa.

2.9. Kesimpulan Studi Banding

Dari ketiga studi banding yang dilakukan, baik dari kunjungan langsung maupun dari studi melalui internet, didapatkan beberapa hal penting dalam perencanaan perancangan sebagai berikut :

a. Bentuk Planetarium

Membuat bangunan yang dapat menjadi ikon

b. Sirkulasi

Sirkulasi yang dapat membuat pengalaman pengunjung.

c. Fungsi

Mengutamakan fungsi ruang pada bangunannya.

Dari ke empat Studi Banding di atas, planetarium (auditorium-nya) tidak pernah berdiri sendiri, namun berdiri bersama dengan fasilitas penunjang seperti galeri

Gambar 2.8.4.4 Galileo’s Cafe (sumber : www.adlerplanetarium.org)


(49)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 33

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian

Kita mengenal alam semesta tetapi kita belum mengetahui banyak mengenai alam semesta kita. Maka, saya mengangkat pengetahuan akan jagat raya kepada masyarakat umum. Sehingga dapat menambah dan memperluas pengetahuan masyarakat umum akan alam semesta.

 Berdasarkan KBBI

“Galaksi merupakan tata surya dan kabut – kabut ((biasanya terdiri atas

beratus-ratus biliun bintang dan banyak sekali kabut): teleskop kita

sanggup memotret -- yg cukup jauh di ruang angkasa;-- eliptisgalaksi yg

berbentuk lonjong, kadang-kadang bintang berkelompok lebih padat dekat

pusatnya sehingga merupakan bentuk piring terbang”. Gambar 3.1.1 Tipe Galaksi

(sumber : goole) Galaksi Spiral

Galaksi Andromeda Galaksi Bareed Spiral


(50)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 34

Encyclopaedic Dic. Of astronomy

“A huge group of stars and other celestial bodies bound together by gravitational forces. There are spiral, elliptical, and irregularly shaped galaxies. The sung and solar system are small part of the milky way galaksi”.

Setelah kita mengetahui pengertian galaksi, dapat mengenal lebih jauh dan lebih dalam lagi mengenai alam semesta dan yang terdapat didalamnya. Setiap bagian dalam galaksi, tata surya, dan bintang – bintang lainnya tidak diam namun terus bergerak yang memiliki lintasan.

Lintasan yang tidak terlihat atau semu pada benda yang mengitari benda lain disebut Orbit. Lintasan dalam tata surya biasa berbentuk elip atau disebut eliptikal. Ada 2 jenis lintasan yaitu mengitari dan menerus. Fungsi dari lintasan tersebut adalah menjaga benda dan bintang – bintang langit berada pada lintasannya, apabila benda atau bintang keluar dari orbitnya akan terjadi tabrakan antar bintang yang menghasilkan teori tumbukan. Dengan demikian, mengangkat Orbit sebagai tema dalam proses desain dikarenakan peran yang sangat penting di alam semesta.

Gambar 3.1.2 Jalur Orbit (sumber : goole)

Tata Surya

Galaksi Bima Sakti


(51)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 35

3.2. Interpretasi Tema

Tema Orbit dalam tema ini pengaplikasian terhadap penentuan jalur pencapiani dalam desain sehingga wisatawan dapat menikmati perjalanan pengalaman ruang yang berbeda – beda pada setiap ruang dan menciptakan drama cerita yang menarik dalam maupun luar dari bangunan.

Pada Dalam tema ini ada 2 dari 3 tipe pencapaian yang digunakan adalah

tipe pencapaian berputar, dan tersamar (D.K.Ching:231). Pada penempatannya di bagi menjadi 2 :

1. Kawasan

Penggunaan pencapaian berputar digunakan pada jalur pedestrian yang berputar untuk memasuki bangunan.

2. Bangunan

Penggunaan pencapian tersamar digunakan untuk pencapian setiap ruang dalam bangunan.

Dua Tipe pencapian digunakan untuk dapat menikmati suasana dan pengalaman yang berbeda-beda.

Gambar 3.2.1 Pencapian Berputar (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)

Gambar 3.2.2 Pencapian Tersamar (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)


(52)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 36

3.3. Studi Banding Tema Sejenis

Museum Tsunami Aceh, NAD

Museum ini berlokasi di Banda Aceh, Aceh, Indonesia. Bangunan yang didesain oleh Ridwan Kamil setelah memenangkan sayembara. Kemudian diresmikan pada tanggal 8 mei 2011. Bangunan ini memiliki visi yaitu “menjadikan museum sebagai teladan minimal di wilayah Asia Tenggara yang mampu menyampaikan pesan sejarah serta senantiasa siap sebagai escape building yang aman”. Dan misi “Menjalankan semua aktivitas dan tanggung jawab selaras dengan world class starndard dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan memuaskan.

Konsep bangunan ini adalah “Rumoh Aceh as Escape Building” yang mendeskripsikan masing-masing ruang tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar yang melanda pada 26 Desember 2004. Alur yang dibuat dalam bangunan sebagai berikut:

1. Space of Fear (Lorong Tsunami)

Pengunjung akan mamasuki ruang yang memiliki panjang 30 meter. Air yang mengalir membasahi kedua sisi dinding museum secara vertical, pencahayaan yang sangat kurang, dengan kelembaban yang sangat tinggi, dengan menggunakan skala intim pada ruang ini

Gambar 3.3.1 Musium Tsunami Aceh (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)


(53)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 37

sehingga ruang dapat mendeskripsikan suasana ketakutan pada peristiwa tsunami.

2. Space of Memory (Ruang Kenangan)

Ruang yang memiliki 26 monitor melambangkan tanggal dari peristiwa yang melanda Aceh. Monitor dalam ruang ini menampilkan gambar, foto-foto, dan lokasi bencana saat melanda Aceh. Ruangan interior mengaplikasikan dengan suasana bawah laut. Material dinding menggunakan material kaca sehingga mendapatkan penggambaran berada di bawah laut, Monitor-monitor yang ada di dalam ruangan digambarkan sebagai bebatuan, dan penggunaan lampu-lampu sorot yang dipasang pada bagian atas ruangan disimbolkan sebagai sumber cahaya dari permukaan air. Sehingga pengunjung dapat mengenang peristiwa yang telah terjadi.

Gambar 3.3.2 Space of Fear (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)

Gambar 3.3.3 Space of Memory (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)


(54)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 38

3. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)

Ruang berbentuk silinder. Pada ruangan ini menggunakan pencahaya-an alami ketinggipencahaya-an 30 meter dengpencahaya-an siluet bertuliskpencahaya-an kaligrafi “Allah” dari atas sebagai sumber dan titik fokus cahaya dalam ruangan. Pada bagian dinding terdapat 2.000 nama korban dalam tragedi Tsunami. Sehingga pengunjung dapat mengetahui siapa saja korban dalam peristiwa tersebut.

4. Space of Confuse (Lorong Cerobong)

Merupakan ruang perantara. Dikarenakan ruang sirkulasi antara ruang sumur doa dan ruang pamer. Lorong didesain dengan ramp spiral dengan pencahayaan yang sangat kurang yang memiliki filosofi perjalanan sebuah harapan agar tidak ada keputusasaan akibat peristiwa tersebut.

Gambar 3.3.4 Space of Sorrow (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)

Gambar 3.3.5 Space of Confuse (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)


(55)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 39

5. Space of Hope (Jembatan Harapan)

Adalah bagian luar ruang perantara setelah Space of Confuse berupa ramp lurus menuju ruang pamer. Space of Hope memiliki filosofi sebuah harapan baru bagi rakyat aceh setelah melewati peristiwa besar. Material yang digunakan pada jembatan ini yaitu beton.

6. Galeri

Ruang yang terdapat biorama, lukisan, dan benda–benda peninggalan peristiwa Tsunami Aceh yang dipamerkan. Jadi, pengunjung dapat melihat benda-benda, biorama, lukisan saat terjadi peristiwa tersebut.

Gambar 3.3.6 Space of Hope (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)

Gambar 3.3.7 Galeri


(56)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 40

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisa Strategis

Berdasarkan RKPD dan diskusi bersama Prof. Bambang Hidayat. Kab. Jatinangor cukup potensial untuk proyek ini. Dimana Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) tahun 2010-2011 daerah Jatinangor memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, dengan adanya beberapa universitas ternama pada daerah ini, dan masih terdapat LAPAN Cileumbu.

Jatinangor 22% Cimanggun g 21% Tanjungsar i 13% Sukasari 11% Pamulihan 11% Rancakalo ng 8% dll 14%

Laju Pertumbuhan Penduduk

Gambar 4.1.1 Peta Sumedang dan Lokasi Lapan Sumedang (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.1.2 Data – data Laju Pertumbuhan Penduduk(LPP) tahun 2010-2011


(57)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 41

4.2 Analisa Makro

Data –data analisa secara makro yang dilakukan dengan menganalisa daerah sekitar kawasan jatinangor. Sehingga keluar analisa sebagai berikut:

Dengan banyaknya potensi – potensi universitas sebelum memasuki daerah Tapak membuat perjalanan lebih mendapatkan suasana yang berbeda.

4.3 Analisa Mikro

Data–data analisa secara mikro yang dilakukan dengan menganalisa daerah sekitar tapak yang lebih dekat. Sehingga keluar analisa sebagai berikut:

Gambar 4.2.1 Analisa Makro (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.3.1 Analisa Makro (sumber : Data Pribadi)


(58)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 42

Sehingga didapat jalur karatas merupakan jalur utama untuk dapat memasuki daerah ini. Daerah sekitar terdapat Bumi Perkemahan Kiara Payung dan Pusdiklat yang tidak terlalu mengganggu keadaan sekitar.

4.4 Analisis Kondisi Tapak

Kondisi tapak sangat berpengaruh dalam perancangan ini sehingga dibutuhkan analisa tapak yang dapat menunjang saat perancangan. Berikut ini adalah hasil analisa tapak setelah menganalisa :

4.4.1 Orientasi Tapak

Pemilihan lokasi yang berada di daerah atas jatinangor. Sehingga memiliki potensi –potensi yang cukup baik untuk pertimbangan penempatan proyek ini. Jalan utama karatas yang melintang selatan – utara, sehingga orientasi tapak mengarah Timur

Gambar 4.4.1 Lokasi Proyek (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.4 Tapak (sumber : Data Pribadi)


(59)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 43

4.4.2 Orientasi Matahari

Orientasi matahari yang melintasi tapak dari Timur-Barat, sehingga bukaan terhadap bangunan pada sisi barat harus di kurangi pada bagian yang terkena langsung matahari agar mengurangi silaunya matahari.

4.4.3 Arah Angin

Arah mata angin yang melintasi tapak dari tenggara – Barat Laut dengan kecepatan angin 10 m/s. sehingga dapat mengurangi tingkat kelembaban pada tapak. Sehingga untuk bentukan massa bangunan yang dapat mengalirkan udara sebagai pertimbangan desain dan memanfaatkan angin menggantikan AC sebagai penghawaan dalam ruangan kecuali ruang pertunjukan planetarium.

Gambar 4.4.2 Orientasi Matahari (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.4.3 Arah Angin (sumber : Data Pribadi)


(60)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 44

4.4.4 Kebisingan

Tingkat kebisingan dalam tapak yang sangat rendah. Jalan karatas yang jarang dilalui kendaraan. Sehingga tidak membutuhkan penanganan yang serius dalam mencegah kebisingan yang akan ditimbulkan dalam tapak.

4.4.5 Vegetasi

Vegetasi dalam eksisting tapak merupakan lahan kosong milik pemerintah. Dengan kurangnya pepohonan sebagai penghijauan. Sehingga dalam saat mendesain pergunakan pohon yang dapat menghijaukan tapak agar mempunyai dampak yang positif pada tapak dan daerah sekitar.

Gambar 4.4.4 Kebisingan (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.4.5 Vegetasi (sumber : Data Pribadi)


(61)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 45

4.4.6 Polusi

Lokasi di daerah atas jatinangor dengan rendahnya kendaraan yang melalui daerah ini, air yang mengalir cukup bersih, dan debu yang tersapu oleh angin juga rendah, sehingga tidak memerlukan penanganan yang cukup serius dalam tapak.

4.4.7 Drainase

Saluran drainase dalam tapak mengalir dari arah utara menuju selatan. Tersedia saluran drainase pada eksisting sehingga mempermudahkan pembuangan air kotor dalam tapak. Jalur drainase dapat dilihat pada gambar 4.4.7

Gambar 4.4.6 Polusi (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.4.7 Jalur Drainase (sumber : Data Pribadi)


(62)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 46

4.4.8 Air Bersih

Saluran air bersih ke dalam tapak dapat dipermudah dikarenakan adanya DAS daerah dekat tapak yang mengalir dari sisi utara menuju sisi selatan. Jalur Air Bersih dapat dilihat pada gambar 4.4.8

4.4.9 Listrik

Dengan adanya tiang listrik disekitar tapak sehingga distribusi listrik kedalam tapak bersumber dari PLN.

4.4.10

Pencahayaan

Gambar 4.4.8 Jalur Air Bersih (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.4.9 Listrik (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.4.10 Pencahayaan (sumber : Data Pribadi)


(63)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 47

Tidak adanya sumber pencahyaan yang terdapat di jalan maupun tapak sehingga baik untuk peneropongan pada malam hari karena tidak adanya polusi cahaya yang terjadi di sekitar tapak.

4.4.11

Potensi View

Letak tapak yang berada di daerah Jatinangor bagian atas mempunyai udara, dan potensi view yang cukup baik. Pada malam hari sangat berpotensi untuk melihat keindahan bintang – bintang secara langsung. Berikut potensi view yang dapat dinikmati dari dalam tapak ke luar tapak :

1. Sisi Utara

Pemandangan gunung Manglayang yang indah dapat dinikmati dengan jelas.

2. Sisi Timur

Dapat melihat pemandangan bukit bukit kecil sekitar tapak. 3. Sisi Selatan

Melihat pemandangan daerah pertanian dan daerah permukiman Jatinangor Selatan

4. Sisi Barat

Dapat melihat pohon – pohon yang terdapat dalam kawasan Pusdiklat.

Gambar 4.4.11.1 View Tapak (sumber : Data Pribadi)

Utara Timur Selatan Barat Gambar 4.4.11 Potensi View

(sumber : Data Pribadi)


(64)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 48

4.4.12

Aksesibilitas

Pencapaian untuk sampai tapak hanya dapat menggunakan kendaraan pribadi roda dua atau roda empat, ojek dan bus. Namun, untuk pejalan kaki tidak memungkinkan karena jarak lokasi yang terlalu jauh dari jalan raya Jatinangor.

4.4.13

Kontur Tapak

Gambar diatas merupakan potongan tapak utara –selatan menggambarkan ketinggian kontur tapak yang tidak terlalu curam di beberapa bagian sehingga pengolahan tidak menggunakan cara Cut and Fill yang terlalu banyak dengan mempertahankan keadaan tapak yang alami.

Motor Mobil Bus Truk Pejalan kaki

Gambar 4.4.12 Aksesibilitas (sumber : Data Pribadi)

243.43 m

TAPAK LINGKAR SIMPANG

PERTANIAN

- 0.50 - 0.20

POTONGAN TAPAK A-A

Gambar 4.4.13 Potongan Kontur (sumber : Data Pribadi)


(65)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 49

Gambar diatas menggambarkan potongan barat –timur yang memperlihatkan perbedaan kontur yang sangat berbeda. Sehingga pada saat perancangan dapat mempertimbangkan agar mendapatkan sky line yang baik.

4.5 Alur Aktivitas

Alur aktivitas merupakan alur yang akan dibuat dalam perancangan sehingga membutuhkan kegiatan yang akan dilakukan oleh pengunjung dan pengelola. Sehingga harus menentukan alur aktivitas yang cukup baik untuk menentukan kebutuhan ruang yang dibutuhkan saat perancangan. Berikut beberapa alur aktivitas kebutuhan ruang untuk pengunjung yang dibuat :

Gambar 4.5.1 Alur Aktivitas Pengunjung (sumber : Data Pribadi)

PUSDIKLAT KEMENTRIAN

BANDUNG

MT ± 0.00 - 0.50

+ 2.50 + 4.50 + 4.40

+ 5.40

- 0.10 ± 0.00 - 2.00

- 4.00 - 10.00

TAPAK LAHAN PERTANIAN

JALAN JALAN

6.00 m 90.50 m 6.00 m

Gambar 4.4.13 Potongan Kontur (sumber : Data Pribadi)


(66)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 50

Berikut alur aktivitas yang dibuat untuk pengelola :

4.6 Kebutuhan Ruang

Setelah kita menentukan beberapa alur aktivitas pengunjung dan pengelola akan keluar kebutuhan ruang. Dalam kebutuhan ruang dibagi menjadi 2 yaitu Hirarki Ruang dan Zona Ruang. Sehingga mempermudah pada saat perancangan. Kebutuhan ruang yang sudah disertai juga hasil studi banding dengan hasil sebagai berikut:

4.6.1. Hirarki Ruang

Dalam hirarki ini dibagi menjadi 3 bagian :

1. Publik

Merupakan akses yang dapat dimasuki oleh umum. Berikut adalah ruang yang termasuk hirarki publik :

- Hall

- Ruang tunggu - Ruang pertunjukan - Auditorium

- Laboratorium sains - Penjelasan Antariksa

- Perpustakaan - Peneropongan - Kafetaria

- Toko Cinderamata - Ruang Komunitas Gambar 4.5.2 Alur Aktivitas Pengelola


(67)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 51

2. Privat

Merupakan akses yang hanya dimasuki oleh orang –orang tertentu. Berikut ruang yang termasuk dalam hirarki privat :

- Ruang Karyawan - Ruang Pengawas - Ruang Loket

- Ruang Operator - Ruang Penelitian

3. Servis

Merupakan akses yang dapat dimasuki oleh pengelola. Kecuali untuk ruang toilet dan musholla dapat dimasuki oleh umum juga. Berikut ruang –ruang yang termasuk dalam hirarki servis :

- Musholla - Toilet

- Ruang Reparasi - Gudang

- Pantry

- Ruang Kontrol Panel - Ruang Genset

- Ruang Pompa - Bengkel

4.6.2. Zona Ruang

Berdasarkan ruang –ruang yang sudah dibutuhkan subbab sebelumnya, kemudian ruang ruang tersebut dapat dimasukan kedalam bagian zona pada tapak dibagi menjadi zona sebagai berikut :

1. Zona Parkir 2. Zona Planetarium 3. Zona Penginapan

4. Zona Komunitas 5. Zona Kantor

Adapun zona dalam ruang Bangunan sebagai berikut: 1. Zona Penerima

2. Zona Pertunjukan 3. Zona Auditorium 4. Zona Perpustakaan 5. Zona Komunitas

6. Zona Komersil 7. Zona Kantor 8. Zona Servis 9. Zona Utilitas 10. Zona Penginapan


(68)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 52

Setelah merencanakan zona-zona, kemudian melakukan kedekatan ruang dengan menggunakan Matric Diagram sebagai berikut:

Berikut ini merupakan spesifikasi ruang dari zona diatas:

Gambar 4.6.2 Diagram Matrik Masing-masing Zona (sumber : Data Pribadi)

Gambar 4.6.1 Diagram Matrik Zona (sumber : Data Pribadi)


(69)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 53

4.7 Program Ruang

Berdasarkan data –data yang didapatkan disertai dari hasil studi banding, Buku Data Arsitek Jilid 1 dan 2, Standar Toilet Indonesia, Architectural Grapic Standards, Zeiss , dan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir yang dapat dijabarkan sebagai berikut:


(70)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 54

4.8 Kesimpulan

Berdasarkan analisa perancangan diatas sangat penting untuk memulai perancangan desain dan banyaknya pertimbangan yang harus dibuat dalam proses desain. Tanpa adanya analisa tidak akan mudah mendesain dengan baik bagi pengguna.

Mempertahankan kontur yang alami sangat penting dalam desain ini. Dikarenakan kontur yang sangat berbeda-beda dalam tapak dan menjadikannya unik. Pengolahan dalam tapak juga harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar menciptakan suasana yang baik.

Tabel 4.7 Program Ruang (sumber : Data Pribadi)


(71)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 55

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar

Konsep dasar dari perancangan bangunan ini adalah merancang bangunan yang dapat menumbuhkan minat masyarakat akan dunia pendidikan sains dengan menyatukan alam juga sebagai kesatuan didalamnya. Menciptakan kolerasi antara sains dan alam. Sehingga saling berhubungan dan menarik dalam perancangan. konsep pengaplikasian sebagai berikut:

 Bangunan sebagai ruang terbuka hijau

Bangunan menjadi sarana edukasi area hijau dan resapan sehingga dibuatnya Roof Garden dan Green Roof. Agar menyadari akan pentingnya bumi kita.

 Visualisasi Bangunan

Dalam perancangan bangunan bertipologi bangunan museum. Gambar 5.1 Peta lokasi


(72)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 56

Fasade dan bentuk bangunan sangat berperan penting untuk mencerminkan ciri dari Planetarium Sains Jatinangor.

 Perancangan Bangunan pada persimpangan

Posisi bangunan lebih mendalam sehingga tidak meletakkan bangunan dekat persimpangan. Agar tidak mengganggu pengguna jalan saat bertemu persimpangan.

5.2 Konsep Perancangan Tapak

5.2.1 Konsep Zoning

Berdasarkan analisa sehingga parkir ditempatkan berada di daerah depan site. Sehingga pada penempatan bangunan lebih mendapatkan tingkatan yang lebih privat dibandingkan ruang parkir. Ruang bangunan berada terletak lebih dalam sehingga mendapatkan suasana yang dibuat dan menimbulkan rasa penasaran yang cukup kuat. Ruang tebuka untuk peneropongan di letakan paling belakang dikarenakan lokasi yang paling tinggi dan area bebas sehingga dapat meneropong dengan sangat leluasa. Untuk bangunan penginapan penempatan dapat terlihat pada gamabar 5.2.1 dikarenakan perbedaan kontur yang lebih tinggi sehingga mendapatkan tingkat privat yang

Gambar 5.2.1 Zoning (sumber : Data Pribadi)

Parkir Pengunjung

Bangunan penginapan

Parkir Karyawan


(73)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 57

lebih tinggi. Bangunan kantor berada yang terlihat pada gamabr 5.2.1 agar memisahkan dari zona lainnya.

5.2.2 Konsep Parkir

Konsep parkir akan menggunakan konsep parkir yang alami dengan cara mengikuti bentuk kontur yang terdapat dalam tapak. Sehingga bentuk parkir akan lebih natural dengan konteks alam yang asri

5.2.3 Konsep Akses dan Sirkulasi

Gambar 5.2.2 Konsep Parkir (sumber : Data Pribadi)

Gambar 5.2.3 Konsep Akses dan Sirkulasi (sumber : Data Pribadi)


(74)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 58

Konsep berangkat dari tema yang mengutamakan lintasan yang menitari sehingga tidak hanya dalam bangunan yang mempunyai lintasan, tetapi dalam kawasan mengutamakan lintasan sirkulasi.

Penggambarkan dapat dilihat pada gambar 5.2.3.

5.3 Konsep Bangunan

5.3.1 Bentuk Bangunan

Dalam galaksi banyak sekali planet, bintang, asteroid dan benda-benda lainnya. Bintang-bintang sendiri ada yang dapat membuat cahaya sendiri ataupun hanya dapat memantulkan cahaya dari matahari. Dari sekian banyak benda atau bintang mempunyai bentuk dasar bulat atau lingkaran. Sehingga dalam perancangan bentuk dasar mengambil bentuk dasar lingkaran.

Bentuk dasar lingkaran adalah sesuatu yang terpusat, berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Dan Bola adalah bentuk yang terpusat dan memiliki konsentrasi (pemusatan) yang sangat tinggi.(Francis D.K.Ching)

Dengan lokasi tapak yang berada disudut persimpangan jalan menggunakan bentuk dasar lingkaran sangat cocok untuk kasawan ini dikarenakan dapat menghormati persimpangan itu sendiri.

Gambar 5.3.1 Bentuk Dasar Bangunan (sumber : Data Pribadi)


(75)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 59

5.3.2 Sirkulasi

Sirkulasi dalam ruang menggunakan alur menerus. Menggunakan alur yang menarik yaitu memainkan level ketinggian dalam alurnya sehingga pengunjung mendapatkan pengalaman dan suasana yang tidak pernah terlupakan.

5.3.3 Struktur Atap

Struktur atap yang digunakan pada setiap bangunan menggunakan Green Roof. Sehingga tidak menambah pemanasan global, dapat menyerap panas, tetapi tidak memantulkan, dan dapat menjadi resapan air. Detail Roof Garden dan Green Roof.

Gambar 5.3.3 Konsep Atap Hijau (sumber : Google Image) Gambar 5.3.2 Konsep Alur Sirkulasi


(76)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 60

5.3.4 Material

 Menggunakan batu kali yang diekspos pada bangunan merupakan salah satu material kearifan lokal yang diekspos sehingga dapat mengangkat nilai budaya dan kearifan lokal.

 Menggunakan material transparan kaca agar menciptakan ruang dalam dan ruang luar seperti tidak memiliki batasan.

 Menggunakan bahan material berwarna putih agar memberikan kesan futuristik dan termasuk warna yang netral.

5.3.5 Dome

Konsep yang digunakan untuk dome sendiri adalah menggunakan tipe “Star Theater”. Dikarenakan menggunakan system kursi berundak ini dengan orientasi non-konsentrik. Sehingga tidak mengganggu jarak pandang mata yang terhalang oleh penonton yang berada didepannya.

Gambar 5.3.4 Konsep Material (sumber : Data Pribadi)

Gambar 5.3.5 Star Theater (sumber : Zeiss)


(77)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 61

5.3.6 Proyektor

Jenis proyektor menggunakan tipe Zeiss Universal Model IX. Dikarenakan model ini adalah model yang paling terbaru dari produk Zeiss. Sehingga dapat spesifikasi yang memenuhi untuk dome yang akan dirancang.

5.3.7 Teleskop

5.3.7.1 Teleskop Hilal

Gambar 5.3.6 Universal Model IX (sumber : Zeiss)

Gambar 5.3.7.1 Refraktor Wiliam Optic (sumber : Situs Bosscha ITB)

Gambar 5.3.7.2 Mounting Vixen sphinx dan detector digital (sumber : Situs Bosscha ITB)


(78)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 62

Teleskop Hilal adalah teleskop kecil yang biasa digunakan untuk pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx dan sebuah detektor sederhana berupa kamera digital Canon Powershot. Dilengkapi dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap mengirimkan data berupa video tayang-langsung. Sehingga pada daerah ini dapat menentukan hilal pada lokasi ini.

5.3.7.2 Teleskop Goto

Teleskop Goto berjenis reflektor yaitu menggunakan cermin sebagai pengumpul cahaya. Tepatnya, teropong ini berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m.

Teleskop dapat digunakan untuk pengamatan bintang-bintang variable. Pengamatan kurva cahaya planet luar surya, asteroid, spektroskopi bintang dan pencitraan planet.

Gambar 5.3.7.3 Teleskop Goto (sumber : Situs Bosscha ITB)


(79)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 63

5.3.7.3 Teleskop Unitron

Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.

Teleskop ini juga digunakan untuk publik pada acara Malam Umum, untuk mengamati bintang ganda visual, planet-planet, serta obyek-obyek yang menarik yang dapat dilihat pada saat pengamatan. Sehingga pengunjung pada waktu tertentu dapat mencoba teleskop.

5.3.7.4 Teleskop Pelatihan

Set teleskop portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Teleskop ini juga digunakan untuk lomba observasi di Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari Celestron C8 dan C11 dilengkapi dengan CCD

Gambar 5.3.7.4 Teleskop Unitron (sumber : Situs Bosscha ITB)


(80)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 64

dan asesoris lainnya. Sehingga komunitas dapat mengikuti lomba observasi mengikuti standar internasional.

Gambar 5.3.7.5 Teleskop Celestron (sumber : Situs Bosscha ITB)


(81)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 65

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

6.1 Peta Situasi

Site plan yang berada di daerah atas Jatinangor dibuat agar mempertahan-kan keadaan kontur, pergerakan sirkulasi yang alami sehingga pengguna mendapatkan semua pengalaman yang tidak terlupakan dari keseluruhan site.

Penempatan masa bangunan berada menjauh atau menjorok lebih kedalam dari persimpangan, dengan bentuk lingkaran memberikan kesan kontras dengan bangunan sekitar sehingga Planetarium Sains Jatinangor ini memiliki identitas tersendiri walaupun memiliki konteks dan citra kawasan jatinangor. Selain itu bentuk lingkaran memberikan penghormatan pada persimpangan jalan. Hal tersebut terlampir pada gamabar dibawah ini:

Gambar 6.1 Peta Situasi (sumber : Data Pribadi)


(82)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 66

6.2 Gambar

Gambar Perancangan

6.2.1 Site Plan

Akses untuk masuk kedalam site menggunakan jalan Karatas sebagai akses masuk kedalam site. Jalan Karatas digunakan sebagai jalan utama ke dalam site. Jalur masuk kawasan hanya memiliki satu. Saat memasuki kawasan pengunjung tidak dapat melihat keseluruhan bangunan, tetapi hanya dapat melihat sebagian kecil dari bangunan utama agar menimbulkan rasa penasaran pada pengunjung yang sudah dimulai saat memasuki kawasan.

Gambar 6.2.1.1 Site Plan (sumber : Data Pribadi) Gambar 6.1.1 Site Plan Modeling


(1)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018

87

Penginapan

6.2.9 Perspektif Interior

Berikut ini gambar-gambar suasana perspektif interior dalam bangunan:

Ruang Pertunjukan

Gambar 6.2.8.3 Perspektif Penginapan (sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.2.9.1 Perspektif Ruang Pertunjukan 1 (sumber : Data Pribadi)


(2)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018

88

Kamar Penginapan

Gambar 6.2.9.2 Perspektif Ruang Pertunjukan 2 (sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.2.9.3 Perspektif Kamar Penginapan (sumber : Data Pribadi)


(3)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018

89

Ruang Komunitas

Emfiris way

Gambar 6.2.9.4 Perspektif Ruang Komunitas (sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.2.9.5 Perspektif Emfiris Way (sumber : Data Pribadi)


(4)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018

90

Ruang Pamer

Ruang Pamer

Gambar 6.2.9.6 Perspektif Ruang Pamer 1 (sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.2.9.7 Perspektif Ruang Pamer 2 (sumber : Data Pribadi)


(5)

Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018

91

Eksibisi Angkasa

Gambar 6.2.9.7 Perspektif Eksibisi Angkasa (sumber : Data Pribadi)


(6)

Tema

ORBIT

LAPORAN PERANCANGAN

AR 38313 S

STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER 10 TAHUN 2015-2016

Sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

Dwi Juli Budiyatno

104 10 018

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

TAHUN 2015