Perancangan Desain Interior Planetarium Bandung Menggunakan Tema Supernova.

(1)

Universitas Kristen Maranatha vii

PERANCANGAN INTERIOR PLANETARIUM BANDUNG

MENGGUNAKAN TEMA SUPERNOVA

Devi (0563104)

ABSTRAK :

Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya berbentuk kubah setengah lingkaran. Di planetarium, pengunjung bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta. Planetarium berbeda dari observatorium. Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk meneropong bintang. Sedangkan Observatorium adalah sebuah lokasi dengan perlengkapan yang diletakkan secara permanen agar dapat melihat langit dan peristiwa yang berhubungan dengan angkasa, biasanya kegiatan observatorium adalah meneliti objek luar angkasa seperti meteorit, gugus bintang dan lainnya.

Tema yang dipilih adalah supernova. Supernova adalah suatu proses akhir dari hidup bintang, biasa disebut ledakan bintang. Konsep yang akan menjadi utama dari perancangan adalah konsep metamorfosis planet-planet.

Dengan konsep ledakan supernova, ruang-ruang ditata sedemikian sehingga para pengunjung akan merasa nyaman, bebas tidak monton dan tidak akan bosan dan menyebar. Penerapan konsep akan diterapkan pada pembagian ruang, alur ruang, pemilihan warna dan pemilihan furniture yang berkaitan. Dengan konsep gemerlapan, kesan yang ditimbulkan dari permainan lampu dapat membuat pengunjung merasa berada di luar angkasa dan merasakan sendiri bagaimana indahnya luar angkasa dengan taburan bintang-bintang dan planet, sehingga para pengunjung mendapatkan pengalaman dalam mempelajari ilmu astronomi itu seperti berada di dalam ilmu itu sendiri.


(2)

Universitas Kristen Maranatha viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN KARYA TUGAS AKHIR ...iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN KARYA TUGAS AKHIR ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Ide/ Gagasan Konsep ... 2

1.3 Identifikasi Masalah ... 2

1.4 Tujuan Perancangan ... 3

1.5 Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Astronomi Secara umum ... 4

2.1.1 Sejarah Singkat Astronomi ... 5

2.1.2 Astronomi di Indoneisa ... 6

2.2 Planetarium ... 8

2.2.1 Definisi Planetarium ... ... 8

2.3 Bintang ... 9

2.3.1 Definisi Bintang ... ... ... 9

2.3.2 Karakteristik Bintang ... ... 9

2.3.3 Sejarah terbentuknya bintang ... 10


(3)

Universitas Kristen Maranatha ix

2.4 Supernova ...11

2.4.1 Definisi Supernova ... ... ... 11

2.4.2 Tahapan terjadinya Supernova ... 12

2.4.3 Supernova Remnant ... ... 13

2.4.4 Material inti Supernova ... ... 15

2.5 Nebula ...17

2.5.1 Definisi Nebula ... ... ... 17

2.5.2 Sejarah Nebula ... ... 18

BAB III. DESKRIPSI OBJEK STUDI 3.1 Deskripsi Objek ... ... 19

3.2 Analisa Fisik ... 20

3.3 Analisa Fungsional ... 24

3.3.1 Analisa Fungsional Pengguna ... ... 24

3.3.2 Program Aktifitas dan Fasilitas ... 24

3.3.3 Kebutuhan Ruang ... 25

3.3.4 Kedekatan Ruang ... ... 27

3.3.5 Programming... 28

3.3.6 Zoning ... ... 29

BAB IV. PERANCANGAN DESAIN INTERIOR 4.1 Ide / Konsep ... ... 31

4.1.1 Konsep Bentuk ... 31

4.1.2 Konsep Warna ... 32

4.1.3 Konsep Material ... 33

4.1.4 Konsep Furniture ... 33

4.1.5 Konsep Layout secara General ... 34

4.1.6 Konsep Pencahayaan secara General ... 34

4.1.7 Konsep Penghawaan ... 35

4.1.8 Konsep Akustik ... 36

4.1.9 Konsep Keamanan dan Keselamatan ... 36


(4)

Universitas Kristen Maranatha x

4.2 Karakteristik Material ... ... 39

4.2.1 Material Lantai ... 39

4.2.2 Material Dinding ... 40

4.2.3 Material Ceiling ... 40

4.3 Keputusan Desain ... 41

4.3.1 Penjabaran Desain ... 42

BAB V. SIMPULAN 5.1 Simpulan ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

Universitas Kristen Maranatha xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Astronomi Ekstragalaktik ... 4

Gambar 2.2 Alder Planetarium ... 8

Gambar 2.3 Gugus Bintang Pleiades – Rasi Taurus ... 9

Gambar 2.4 Crab Nebulae ...11

Gambar 2.5 Within a massive, evolved star... 12

Gambar 2.6 Remnant of Kepler’s Supernova, SN 1604 ... 13

Gambar 2.7 Cassiopeia A Spitzer Crop ... 14

Gambar 2.8 Crab Nebulae, Supernova Remnant ...14

Gambar 2.9 .Supernova Remnant SNR0103... 14

Gambar 2.10 The Triangulum Emission Garren Nebula NGC 604 ...17

Gambar 3.1 Peta daerah Taman Sari dan ITB ... 19

Gambar 3.2 Site Plan ... 20

Gambar 3.3 Tampak depan dan belakang bangunan ... 21

Gambar 4.1 Ide / Konsep ... 31

Gambar 4.2 Konsep bentuk circular organik ... 32

Gambar 4.3 Konsep Furnitur ... ... 33

Gambar 4.4 Konsep Layout ... ... 34

Gambar 4.5 Antopometri display pada dinding ... 38

Gambar 4.6 Antopometri sudut pengilahatan orang cacat ... 38

Gambar 4.7 Antopometri area gerak penyandang cacat ... 38

Gambar 4.8 Lobby dan area entrance hall .. ... 42

Gambar 4.9 Café ... 43

Gambar 4.10 Shop ... 43

Gambar 4.11 Cyber spot ... 44

Gambar 4.12 Ruang Seminar... 45

Gambar 4.13 Perpustakaan ... 45

Gambar 4.14 Teater Bintang ... 46

Gambar 4.15 Ruang pada area private ... 47


(6)

Universitas Kristen Maranatha xii

Gambar 4.17 Ceiling museum 1-2 ... 48

Gambar 4.18 Pola lantai museum 1-2 ... 48

Gambar 4.19 Detail furniture 1…. ... 49

Gambar 4.20 Detail furniture 2... 49

Gambar 4.21 Detail furniture 3... 50

Gambar 4.22 Detail interior 1…... 50

Gambar 4.23 Detail interior 2…... 51

Gambar 4.24 Detail interior 3…... 51

Gambar 4.25 Tampak potongan A…... 52

Gambar 4.26 Tampak potongan B…... 52

Gambar 4.27 Tampak potongan C…... 53 Gambar 4.28 Tampak potongan D…... 53 Gambar 4.29 Perspektif ruang museum 1... 54

Gambar 4.30 Perspektif ruang museum 2... 54


(7)

Universitas Kristen Maranatha xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Konsep warna Bintang ... 32 Tabel 4.2 Kebutuhan Lux pada beberapa ruang ... 35 Tabel 4.3 Antopometri tinggi badan usia 6-11 tahun ... 37


(8)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Telah beribu-ribu tahun orang melihat ke langit dan terpesona olehnya. Dengan mata telanjang pada langit yang cerah kita dapat melihat benda-benda langit berupa planet, bintang, meteor pada waktu tertentu komet disamping matahari dan bulan. Pemunculan benda-benda langit dan berbagai fenomena alam lainnya yang berulang secara teratur atau berkala menyebabkan kita mengenal dimensi waktu.

Astronomi sebagai bagian dari sains merupakan ilmu yang paling awal dalam peradaban manusia, yang sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman Babilonia kuno. Pada masa itu manusia sudah tertarik untuk mengetahui gejala-gejala alam dengan mengamati perubahan yang terjadi di langit, yang kemudian banyak melahirkan mitos-mitos dan mucul ilmu astrologi yang mempelajari tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang yang dipercaya mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kehidupan seseorang. Orang-orang Yunani dan Romawi mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan ilmu astronomi maupun astrologi.

Secara perlahan tapi pasti pemikiran-pemikiran baru bermunculan sejalan dengan kemajuan peralatan pengamatan sehingga pemahaman alam semesta semakin berkembang.


(9)

Universitas Kristen Maranatha 2

Ilmu astronomi modern dimulai pada saat meninggalnya Nicolaus Copernicus pada tahun 1543. Ia menjadi terkenal dengan teori Heliosentrisnya, hal ini merupakan sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan dan memberikan insiprasi baru bagi keberadaan kita di alam semesta ini. Teori ini didukung oleh Gallileo yang pada tahun 1609 untuk pertama kalinya melakukan penelitian terhadap keadaan langit dengan menggunakan teleskop. Sejak saat itu ilmu astronomi semakin berkembang seiring dengan ditemukannya alat-alat yang sangat membantu manusia dalam melakukan penelitian.

1.2Ide/ Gagasan Konsep

Karena planetarium ditujukan supaya orang-orang mengerti dan belajar bagaiamana planet-planet di tata surya dan jagat raya terbentuk, oleh karena itu planetarium dibuat dengan sistem pembelajaran yang santai dan mengasikkan.

Pengunjung datang ke planetarium untuk memperluas ilmu pengetahuan sekaligus berlibur, karena acara dan pengetahuan ilmiah disajikan dengan perpaduan narasi, visualisasi dan musik yang menarik sehingga unsur pendidikan dan hiburan menjadi seimbang.

Fasilitas ruang- ruang yang dibutuhkan antara lain :

 Fasilitas galeri / pameran tetap dan pameran temporer sebagai sarana langsung dalam memahami ilmu astronomi.

 Auditorium dan ruangan teater sebagai sarana inovatif dan komunikatif dalam menyampaikan gagasan dan ide baru yang ada.

Game center dan cyber spot sebagai sarana komunikatif dengan cara belajar sambil bermain.

1.3Identifikasi Masalah

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam mendesain planetarium adalah :  Bagaimana merancang Planetarium sebagai tempat belajar sekaligus bermain?  Bagaimana mengaplikasikan tema ledakan dalam penerapan konsep pada bangunan


(10)

Universitas Kristen Maranatha 3

1.3 Tujuan Perancangan

 Membuat Planetarium yang menarik dengan membuat fasilitas interaktif, untuk belajar juga untuk bermain dengan menerapkan permainan pada pelajaran seperti membuat game center ataupun cyber spot.

 Menerapkan konsep “Proses Ledakan Bintang” dengan membuat desain yang ruangannya beralurkan radial, luas, tidak monoton, sedangkan pada furniture menggunakan furniture yang berwarna warni, dan mendesain lampu yang memperlihatkan kesan luar angkasa.

1.4Sistematika Penulisan

Penulisan ini terbagi menjadi beberapa bab yang mempunyai garis besar sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dimulai dari penjelasan mengenai pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, ide atau gagasan konsep, identifikasi masalah, tujuan perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai kajian teori yang diangkat oleh penulis. Mengenai astronomi secara umum, definisi planetarium, dan juga menjelaskan secara menyeluruh tentang tinjauan teori desain, perencanaan dan desain.

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi obyek studi, ide implementasi konsep, analisa fisik dan fungsional.

BAB IV PERENCANGAN DESAIN INTERIOR

Bab yang menjelaskan mengenai ide / konsep dan keputusan desain.

BAB V KESIMPULAN


(11)

Universitas Kristen Maranatha 55

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Sarana pembelajaran di Indonesia sangatlah minim selain sarana prasarana di area- area studi atau perpustakaan umum terutama yang berhubungan dengan luar angkasa. Hanya beberapa daerah saja yang memiliki fasilitas seperti planetarium. Di bandung sendiri, bangunan planetarium belum ada, yang telah ada merupakan observatorium Bosscha yang ada di Lembang, sedangkan observatorium Bosscha itu sendiri selain lokasinya jauh, butuh waktu untuk bisa memasuki daerah tersebut, sedangkan pengunjung banyak sekali yang tertarik untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan luar angkasa.

Dalam mendesain interior sebuah planetarium dengan konsep tertentu seperti konsep luar angkasa dibutuhkan ketelitan khusus dalam membuat bentuk-bentuk furniture hingga layout ruang dan warna atau pemilihan material. Suasana luar angkasa merupakan suasana bebas yang tidak terbatas, berwarna-warni (lebih kepada warna merah dan biru) dari pantulan warna bintang, maupun dari warna bintang itu sendiri.


(12)

Universitas Kristen Maranatha 56

Suasana ruang dirancang khusus untuk memperlihatkan konsep luar angkasa lebih terasa saat memasuki ruang museum. Suasana luas diperlihatkan dengan warna lantai karpet krem dan warna coklat muda, warna lampu cooldaylight (putih) dan tinggi ruang yang mencapai 5.5 meter serta warna ceiling yang hitam menampilkan suasana luar angkasa yang bebas tidak terbatas. Kesan luar angkasa pada ruangan dilengkapi dengan konsep furniture futuristik yang menyerupai bagian dalam pesawat luar angkasa memperkuat kesan psikologis pada pengunjung.

Pengaplikasian tema Supernova itu sendiri ditampilkan pada desain Museum pada Planetarium Bandung ini. Ruang museum ini merupakan salah satu ruang yang benar-benar menggunakan tema supernova dan paduan dengan konsep luar angkasa. Dilihat dari penggunaan material seperti stainless steel dan karpet sebagai bahan utama serta bentuk-bentuk futuristik furniture. Desain interior diterapkan juga pada partisi dinding yang memiliki fungsi sebagai dinding pameran. Pada partisi dinding ini, di bagian dalamnya diberi lampu untuk membuat terang gambar yang ingin ditampilkan, agar pengunjung menarik untuk melihatnya. Untuk memperlihatkan lebih pada desain ruang museum dengan konsep supernova, maka pada permainan lampu pada lantai di maksimalkan untuk memperlihatkan konsep gemerlapan atau warna warni, sedangkan konsep gemerlapan luar angkasa ditunjukan dari desain ceiling yang gelap dan peletakan drop lamp yang menyebar.


(13)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

W. Hodge, Paul. 1974. Concept of Contemporary Astronomy. Mc. Graw-Hill.Inc. United States of America : 426-435

A.Pannekoek. 1961. A History of Astronomy. United States of America : Gorge Allen and Unwin Ltd.

Murdin, Paul. 1991. Image of the Universe. Page 138

Murdin, Paul. 1990. The End in Fire. Melbourne. Billing & Sons Ltd. Australia : 53-79.

H. Clark, David and F. Richard Stephenson. 1977. The Historical Supernovae. Page 1-13, 57-63, 70-77.

I.S.Shklovsky. 1968. Supernovae. London : John Wiley & Sons Ltd.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Panero Julius, Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta. Erlangga.

B. Internet

Mark C. Petersen. The Usenet newsgroup sci-astro-planetarium.

Mark C. Petersen.What in the Heck Is a Planetarium Anymore?


(1)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Telah beribu-ribu tahun orang melihat ke langit dan terpesona olehnya. Dengan mata telanjang pada langit yang cerah kita dapat melihat benda-benda langit berupa planet, bintang, meteor pada waktu tertentu komet disamping matahari dan bulan. Pemunculan benda-benda langit dan berbagai fenomena alam lainnya yang berulang secara teratur atau berkala menyebabkan kita mengenal dimensi waktu.

Astronomi sebagai bagian dari sains merupakan ilmu yang paling awal dalam peradaban manusia, yang sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman Babilonia kuno. Pada masa itu manusia sudah tertarik untuk mengetahui gejala-gejala alam dengan mengamati perubahan yang terjadi di langit, yang kemudian banyak melahirkan mitos-mitos dan mucul ilmu astrologi yang mempelajari tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang yang dipercaya mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kehidupan seseorang. Orang-orang Yunani dan Romawi mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan ilmu astronomi maupun astrologi.

Secara perlahan tapi pasti pemikiran-pemikiran baru bermunculan sejalan dengan kemajuan peralatan pengamatan sehingga pemahaman alam semesta semakin berkembang.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 2

Ilmu astronomi modern dimulai pada saat meninggalnya Nicolaus Copernicus pada tahun 1543. Ia menjadi terkenal dengan teori Heliosentrisnya, hal ini merupakan sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan dan memberikan insiprasi baru bagi keberadaan kita di alam semesta ini. Teori ini didukung oleh Gallileo yang pada tahun 1609 untuk pertama kalinya melakukan penelitian terhadap keadaan langit dengan menggunakan teleskop. Sejak saat itu ilmu astronomi semakin berkembang seiring dengan ditemukannya alat-alat yang sangat membantu manusia dalam melakukan penelitian.

1.2Ide/ Gagasan Konsep

Karena planetarium ditujukan supaya orang-orang mengerti dan belajar bagaiamana planet-planet di tata surya dan jagat raya terbentuk, oleh karena itu planetarium dibuat dengan sistem pembelajaran yang santai dan mengasikkan.

Pengunjung datang ke planetarium untuk memperluas ilmu pengetahuan sekaligus berlibur, karena acara dan pengetahuan ilmiah disajikan dengan perpaduan narasi, visualisasi dan musik yang menarik sehingga unsur pendidikan dan hiburan menjadi seimbang.

Fasilitas ruang- ruang yang dibutuhkan antara lain :

 Fasilitas galeri / pameran tetap dan pameran temporer sebagai sarana langsung dalam memahami ilmu astronomi.

 Auditorium dan ruangan teater sebagai sarana inovatif dan komunikatif dalam menyampaikan gagasan dan ide baru yang ada.

Game center dan cyber spot sebagai sarana komunikatif dengan cara belajar sambil bermain.

1.3Identifikasi Masalah

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam mendesain planetarium adalah :  Bagaimana merancang Planetarium sebagai tempat belajar sekaligus bermain?  Bagaimana mengaplikasikan tema ledakan dalam penerapan konsep pada bangunan


(3)

Universitas Kristen Maranatha 3 1.3 Tujuan Perancangan

 Membuat Planetarium yang menarik dengan membuat fasilitas interaktif, untuk belajar juga untuk bermain dengan menerapkan permainan pada pelajaran seperti membuat game center ataupun cyber spot.

 Menerapkan konsep “Proses Ledakan Bintang” dengan membuat desain yang ruangannya beralurkan radial, luas, tidak monoton, sedangkan pada furniture menggunakan furniture yang berwarna warni, dan mendesain lampu yang memperlihatkan kesan luar angkasa.

1.4Sistematika Penulisan

Penulisan ini terbagi menjadi beberapa bab yang mempunyai garis besar sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dimulai dari penjelasan mengenai pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, ide atau gagasan konsep, identifikasi masalah, tujuan perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai kajian teori yang diangkat oleh penulis. Mengenai astronomi secara umum, definisi planetarium, dan juga menjelaskan secara menyeluruh tentang tinjauan teori desain, perencanaan dan desain.

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi obyek studi, ide implementasi konsep, analisa fisik dan fungsional.

BAB IV PERENCANGAN DESAIN INTERIOR

Bab yang menjelaskan mengenai ide / konsep dan keputusan desain.

BAB V KESIMPULAN


(4)

Universitas Kristen Maranatha 55

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Sarana pembelajaran di Indonesia sangatlah minim selain sarana prasarana di area- area studi atau perpustakaan umum terutama yang berhubungan dengan luar angkasa. Hanya beberapa daerah saja yang memiliki fasilitas seperti planetarium. Di bandung sendiri, bangunan planetarium belum ada, yang telah ada merupakan observatorium Bosscha yang ada di Lembang, sedangkan observatorium Bosscha itu sendiri selain lokasinya jauh, butuh waktu untuk bisa memasuki daerah tersebut, sedangkan pengunjung banyak sekali yang tertarik untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan luar angkasa.

Dalam mendesain interior sebuah planetarium dengan konsep tertentu seperti konsep luar angkasa dibutuhkan ketelitan khusus dalam membuat bentuk-bentuk furniture hingga layout ruang dan warna atau pemilihan material. Suasana luar angkasa merupakan suasana bebas yang tidak terbatas, berwarna-warni (lebih kepada warna merah dan biru) dari pantulan warna bintang, maupun dari warna bintang itu sendiri.


(5)

Universitas Kristen Maranatha 56

Suasana ruang dirancang khusus untuk memperlihatkan konsep luar angkasa lebih terasa saat memasuki ruang museum. Suasana luas diperlihatkan dengan warna lantai karpet krem dan warna coklat muda, warna lampu cooldaylight (putih) dan tinggi ruang yang mencapai 5.5 meter serta warna ceiling yang hitam menampilkan suasana luar angkasa yang bebas tidak terbatas. Kesan luar angkasa pada ruangan dilengkapi dengan konsep furniture futuristik yang menyerupai bagian dalam pesawat luar angkasa memperkuat kesan psikologis pada pengunjung.

Pengaplikasian tema Supernova itu sendiri ditampilkan pada desain Museum pada Planetarium Bandung ini. Ruang museum ini merupakan salah satu ruang yang benar-benar menggunakan tema supernova dan paduan dengan konsep luar angkasa. Dilihat dari penggunaan material seperti stainless steel dan karpet sebagai bahan utama serta bentuk-bentuk futuristik furniture. Desain interior diterapkan juga pada partisi dinding yang memiliki fungsi sebagai dinding pameran. Pada partisi dinding ini, di bagian dalamnya diberi lampu untuk membuat terang gambar yang ingin ditampilkan, agar pengunjung menarik untuk melihatnya. Untuk memperlihatkan lebih pada desain ruang museum dengan konsep supernova, maka pada permainan lampu pada lantai di maksimalkan untuk memperlihatkan konsep gemerlapan atau warna warni, sedangkan konsep gemerlapan luar angkasa ditunjukan dari desain ceiling yang gelap dan peletakan drop lamp yang menyebar.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

W. Hodge, Paul. 1974. Concept of Contemporary Astronomy. Mc. Graw-Hill.Inc. United States of America : 426-435

A.Pannekoek. 1961. A History of Astronomy. United States of America : Gorge Allen and Unwin Ltd.

Murdin, Paul. 1991. Image of the Universe. Page 138

Murdin, Paul. 1990. The End in Fire. Melbourne. Billing & Sons Ltd. Australia : 53-79.

H. Clark, David and F. Richard Stephenson. 1977. The Historical Supernovae. Page 1-13, 57-63, 70-77.

I.S.Shklovsky. 1968. Supernovae. London : John Wiley & Sons Ltd.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Panero Julius, Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta. Erlangga.

B. Internet

Mark C. Petersen. The Usenet newsgroup sci-astro-planetarium.

Mark C. Petersen.What in the Heck Is a Planetarium Anymore?